Anda di halaman 1dari 15

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2020 ISBN: 978-602-70648-2-9

TEKNIK BIOREMEDIASI: KEUNTUNGAN, KETERBATASAN DAN PROSPEK RISET

Irma Melati
Pusat Penelitian Limnologi LIPI

ABSTRAK

Bioremediasi merupakan teknik biologi yang digunakan untuk menyisihkan atau


menghilangkan polutan dari lingkungan dengan menggunakan agen biologi seperti bakteri,
cendawan, alga dan tanaman. Bioremediasi dikenal sebagai teknik yang relatif ekonomis dan ramah
lingkungan dibandingkan teknik lain seperti fisika dan kimia. Teknik bioremediasi telah banyak
diterapkan secara luas di berbagai negara. Beberapa penelitian membuktikan kemampuan teknik ini
dalam mendegrasi berbagai kontaminan. Namun sangat disayangkan informasi tentang prinsip,
teknik, keuntungan dan keterbatasan dari teknik-teknik bioremediasi masih terbatas. Makalah ini
bertujuan untuk mereview tentang teknik-teknik, keuntungan dan keterbatasan, serta kemungkinan
prospek riset yang bisa dilakukan dari teknik-teknik bioremediasi. Teknik bioremediasi yang
dipaparkan dalam makalah ini adalah teknik in situ (Natural attenuation, fitoremediasi, bioventing,
bioaugmentasi dan biosparging) dan eks-situ (bioreaktor, landfarming dan vermicomposting).
Pemilihan teknik bioremediasi yang tepat untuk setiap kasus tergantung pada banyak faktor seperti
jenis dan konsentrasi kontaminan atau polutan, sifat situs terkontaminasi, ambang batas konsentrasi
yang diatur, waktu yang tersedia untuk melakukan remediasi, biaya dan urgensitas yang diperlukan.
Tidak semua teknik bioremediasi cocok untuk semua kasus dan dapat dikatakan yang terbaik.
Masing-masing teknik punya kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Teknik bioremediasi eks
situ cenderung lebih mahal karena biaya tambahan yang dikaitkan dengan penggalian dan
transportasi. Meskipun demikian, teknik ini dapat digunakan untuk mentreatmen berbagai polutan
secara terkendali. Sebaliknya, teknik in situ dinilai lebih ekonomis karena tidak dibutuhkan biaya
tambahan untuk penggalian; namun, biaya pemasangan peralatan di tempat, ditambah dengan
ketidakmampuan untuk memvisualisasikan dan mengontrol situs yang tercemar dapat
menyebabkan beberapa teknik bioremediasi in situ tidak efisien.

Kata Kunci: bioremediasi, in situ, eks situ, ramah lingkungan, ekonomis.

PENDAHULUAN
ioremediasi merupakan teknik remediasi tergantung pada kemampuan metabolisme mikroba
yang bertujuan untuk mendegradasi atau dalam menurunkan/ mendetoksifikasi atau
mendetoksifikasi baik itu polutan organik mengubah polutan, yang juga dipengaruhi oleh
maupun anorganik dengan menggunakan agen aksesibilitas dan bioavailabilitas polutan.
biologi seperti ganggang, cendawan, bakteri dan Sedangkan efektivitas mikroorgansime dipengaruhi
tanaman. Bioremediasi dikenal sebagai teknik oleh kondisi lingkungan seperti subtrat (jenis dan
remediasi yang ramah lingkungan dan lebih tife senyawa yang didegradasi), suhu dan
ekonomis dibanding teknik lain seperti fisika dan kelembaban. Dalam proses bioremediasi, reaksi-
kimia. Dalam proses bioremediasi, limbah atau reaksi biologis yang utama adalah reaksi
polutan diubah atau didegradasi secara lengkap metabolisme sel. Senyawa polutan yang berbahaya
dengan produk akhir senyawa anorganik seperti dapat didegradasi oleh mikroorganisme baik di
karbon dioksida, air, dan metana (Lukic et al. dalam ataupun diluar sel melaui reaksi redoks.
2017). Bioremediasi adalah proses yang Reaksi ini dikatalisis oleh enzim-enzim mikrobial
menggunakan mekanisme biologi untuk yang dihasilkan mikroorganisme (Rahayu
mengurangi 2005).
konsentrasi polutan atau zat pencemar ke level Berdasarkan situs aplikasinya, secara umum
tidak berbahaya baik melalui proses degradasi, teknik bioremediasi dapat dibagi menjadi dua
detoksifikasi, mineralisasi ataupun transformasi katergori yaitu eks situ dan in situ. Beberapa hal
(Azubuike et al. 2016). Efektivitas bioremediasi yang harus dipertimbangkan dalam memilih teknik

272
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

bioremediasi yang tepat untuk diaplikasikan yaitu Padahal pemahaman tentang jenis teknik
sifat polutan, kedalaman dan tingkat polusi, jenis bioremediasi menjadi penting dalam menentukan
kebijakan lingkungan, lokasi, biaya, dan keberhasilan bioremediasi itu sendiri. Tujuan
lingkungan (Frutos et al. 2012; Smith et al. makalan ini adalah memaparkan beberapa
2015). Keberhasilan bioremediasi dipengaruhi oleh teknik bioremediasi in situ (Natural
konsentrasi oksigen dan nutrisi, suhu, pH, dan attenuation, fitoremediasi, bioventing,
faktor abiotik lainnya. Bioremediasi telah banyak bioaugmentasi dan biosparging) dan eks-situ
digunakan di sejumlah negara di seluruh dunia (bioreaktor, landfarming dan vermicomposting),
termasuk Indonesia. Berdasarkan beberapa hasil menyoroti keuntungan dan keterbatasan, serta
penelitian menunjukkan kemampuan bioremediasi kemungkinan prospek riset yang bisa dilakukan
dalam menangani berbagai jenis polutan, namun dari teknik-teknik bioremediasi tersebut di atas
sayang masih sedikit in formasi tentang prinsip (gambar 1).
dasar, teknik-teknik, kelebihan dan keterbatasan
dari masing-masing teknik dalam bioremediasi.

Gambar 1. Teknik Bioremediasi


HASIL DAN PEMBAHASAN kondisi lingkungan seperti status akseptor
Teknik Bioremediasi In situ elektron, kelembaban, ketersediaan nutrisi, pH
Teknik bioremediasi In situ melibatkan dan temperatur (Philp and Atlas 2005). Ada
pengolahan polutan lansung di tempat yang beberapa teknik dalam bioremediasi in situ yaitu
tercemar. Teknik ini umumnya lebih natural attenuation (pemulihan secara alami)
disenangi karena dianggap lebih murah dan melalui peningkatan (Fitoremediasi,
dibandingkan teknik bioremediasi eks situ bioventing, bioaugmentasi dan biosparging ).
karena tidak diperlukan biaya tambahan untuk
memindahkan dan mengeduk polutan. Natural attenuation
Meskipun demikian, untuk beberapa kasus Perbaikan secara alami (Natural
teknik ini tetap membutuhkan biaya yang tidak attenuation) terkait dengan aktivitas degradasi
sedikit untuk desain dan instalasi peralatan mikroorganisme indigenous. Beberapa
canggih dalam rangka meningkatkan aktivitas keuntungan dari pengunaan metode ini yaitu
mikrob selama remediasi di tempat yang kerusakan habitat bisa dihindarkan,
tercemar. Telah banyak penelitian yang memungkinkan ekosistem kembali ke kondisi
membuktikan keberhasilan bioremediasi in situ aslinya dan memungkinkan detoksifikasi
dalam mengurangi berbagai polutan seperti senyawa beracun (Kaczorek 2013). Natural
pewarna, logam berat, dan hidrokarbon attenuation adalah opsi tanpa tindakan yang
terklorinasi pada situs yang tercemar (Folch et memungkinkan polutan dihilangkan dan
al. 2013; Frascari et al. 2015; Roy et al. 2015). didegradasi dengan cara alami. Metode ini
Kesuksesan bioremediasi in situ dipengaruhi biasanya diterapkan pada kasus tumpahan

273
Irma Melati

minyak di lokasi terpencil atau tidak dapat sebagian besar dari minyak yang terdampar
diakses dengan tingkat penghilangan alami di dalam sedimen lingkungan laut dan / atau
cepat, atau tumpahan di situs sensitif di air tawar.
mana tindakan pembersihan dapat menyebabkan
lebih banyak kerusakan daripada perbaikan. Teknik natural attenuation mempunyai
Perlu juga dicatat bahwa ketika teknik ini beberapa keterbatasan yaitu proses bioremediasi
diterapkan, program pemantauan masih berlangsung cukup lama karena keberadaan
diperlukan untuk menilai kinerja proses ini. Zhu mikrob pendegradasi polutan dalam tanah hanya
et al. (2001) menjelaskan beberapa mekanisme 10% dari total mikroba yang ada. Hal penting
yang bisa terjadi pada teknik bioremediasi lain yang harus diingat dari aplikasi natural
natural attenuation pada tumpahan minyak attenuation adalah karena proses pembersihan
yaitu: berjalan cukup lambat sehingga jika ada target
a. Evaporasi (Penguapan). lain yang lebih penting dari pembersihan
Penguapan adalah proses pembersihan polutan seperti untuk melindungi habitat
alami yang paling penting pada tahap tertentu atau sumber daya vital dari dampak
awal tumpahan minyak. Proses ini minyak maka proses ini tidak bisa diambil (Zhu
menghasilkan penghilangan komponen et al. 2001). Metode ini mungkin tepat
berbobot lebih ringan dalam minyak. digunakan jika latar belakang konsentrasi
Bergantung pada komposisi tumpahan nutrisi cukup tinggi sehingga biodegradasi
minyak, hingga 50 persen komponen yang intrinsik dapat terjadi mendekati tingkat
lebih beracun dan lebih ringan dari minyak maksimum yang diharapkan. Untuk mengatasi
dapat menguap dalam 12 jam pertama hal tersebut berkembanglah teknik bioremediasi
setelah tumpahan. melalui beberapa peningkatan.

b. Fotooksidasi Perbaikan Melalui Peningkatan


Fotooksidasi terjadi ketika oksigen di bawah Perbaikan dengan teknik ini melibatkan
sinar matahari bereaksi dengan komponen campur tangan manusia dengan tujuan untuk
minyak. Proses ini menyebabkan terjadinya mempercepat dan meningkatkan proses
pemecahan senyawa yang lebih kompleks bioremediasi. Adapun yang termasuk teknik ini
menjadi senyawa yang lebih sederhana yang adalah Fitoremedisi, Bioventing, Bioaugmentasi
cenderung lebih ringan dan lebih mudah dan Biosparging (Azubeike et al. 2016).
larut dalam air, sehingga memungkinkan
untuk dihilangkan lebih lanjut melalui proses Fitoremediasi
lain. Fitoremediasi adalah teknologi
bioremediasi dengan pemanfaatkan tanaman
c. Biodegradasi untuk menghilangkan kontaminan dari tanah
Proses ini melibatkan berbagai jenis dan air (EPA 1999; EPA 2000). Fitoremediasi
mikroorganisme yang mampu mengoksidasi dianggap sebagai teknologi yang effektif untuk
hidrokarbon minyak bumi. Mikroorganisme mengkonsentrat unsur atau senyawa seperti
ini tersebar luas di alam. Biodegradasi logam berat dan polutan lainnya dari lingkungan
adalah mekanisme yang sangat penting dengan menggunakan tanaman. Dalam
untuk menghilangkan komponen minyak ekosistem alami, tanaman bertindak sebagai
yang tidak mudah menguap dari filter dan memetabolisme zat yang dihasilkan
lingkungan. Ini adalah proses yang relatif oleh alam. Kadang- kadang, tanaman juga
lambat dan mungkin membutuhkan digunakan untuk mempercepat laju degradasi
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun bagi atau untuk menghilangkan kontaminan, baik
mikroorganisme untuk mendegradasi sendiri atau bersama dengan mikroorganisme

274
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

(Prescott et al. 2002). Keberhasilan Trapa natans, Lemna minor, Helianthus annuus,
fitoremediasi tergantung pada interaksi eksudat Phaseolus vulgaris, Brassica juncea, dan
akar dan mikroorganisme in-situ. Terdapat lima Helianthus annus (Tiwari et al. 2019; Lee et al.
mekanisme fitoremediasi sebagai berikut : 2019; Prescott et al. 2002; Dushenkov et al.
A. Fitroektraksi 1995).
Fitoekstraksi adalah suatu proses penyerapan
logam berat oleh akar tanaman dan D. Fitidegradasi
mengakumulasi logam berat tersebut ke bagian- Fitodegradasi adalah penguraian
bagian tanaman seperti akar, batang dan daun. kontaminan dengan bantuan protein atau
Fitoekstraksi biasanya berperan dalam enzim yang dihasilkan dari interaksi tanaman
penghilangan logam berat seperti Cd, Pb, Zn, Ar dan mikroorgasnisme yang ada di rhizosphere.
dan lain- lain dan mengakumulasi logam-logam Mekanisme ini biasanya terjadi pada degradasi
tersebut pada bagian-bagian tanaman. Beberapa polutan organik seperti DDT (Cheng et al.
Jenis-jenis tanaman yang di,aporkan 2014). Beberapa jenis tanaman yang dilaporkan
menggunakan mekanisme fitoekstraksi adalah mempunyai kemmapuan fitodegradasi adalah
Viola baoshanensis Sedum alfredii, Rumex Elodea canadensis dan Pueraria thunbergiana
crispus, dan Z. marina. (Lee et al. 2019; (Prescott et al. 2002; Garrison et al. 2000).
Zhuang et al. 2007; Prescott et al. 2002; Raskin
& Ensley 2000; Macek et al. 2000). E. Fitovolatilisasi
Fitovolatilisasi adalah kemampuan tanaman
B. Fitostabilisasi dalam megambil polutan organik (contoh Se,
Fitostabilisasi adalah proses atau mekanisme CCl4, EDB, TCE) dari air dan
yang digunakan oleh tanaman untuk menguapkannya ke udara (Cheng 2014).
menurunkan mobilitas dan bioavaibilitas Tanaman seperti Stanleya pinnata and Zea
polutan (biasanya logam berat) dari lingkungan mays dilaporkan mempunyai kemampuan
dengan cara mengeluarkan suatu senyawa fitovolatilisasi (Ayotamuno et al. 2007).
kimia tertentu untuk mengimobilisasi logam Terdapat beberapa keuntungan penggunaan
bera t di daerah rizosfer (Lee et al. 2019, Cheng teknik fitoremediasi yaitu ekonomis, ramah
et al. ). Beberapa jenis tanaman yang dilaporkan lingkugan, bisa diaplikasikan dalam skala besar,
menggunakan mekanisme fitostabilisasi adalah rendahnya biaya instalsasi dan pemeliharaan,
Z. marina, Anthyllis vulneraria, Festuca melindungi struktur tanah, menjegah erosi dan
arvernensis dan Koeleria vallesiana (Frerot et al. pencucian logam. Selain itu fitoremediasi bisa
2006; Vasquez et al. 2006; Prescott et al. 2002;) meningkatkan kesuburan dari tanah yang
tercemar karena adanya masukan bahan organik.
C. Rhizofiltrasi Meskipun demikian ada beberapa
Rhizofiltrasi adalah mekanisme keterbatasan pada teknik ini yaitu dibutuhkan
penghilangan polutan (terutama logam berat) waktu pemulihan yang cukup lama, toksisitas
dari lingkungan perairan atau limbah cair dan bioavaibiltas tanaman, kedalaman akar
melalui akar tanaman. Akar tanaman akan tanaman dan rendahnya pertumbuhan tanaman
menyerap, mengendapkan, mengakumulasi (Azubeike et al. 2016). Sebagai tambahan,
logam berat tersebut dari situs yang untuk beberapa kasus dibutuhkan biaya lebih
terkontaminasi. Beberapa tanaman telah untuk memanen tanaman dan kemungkinan
dilaporkan mempunyai kemampuan rhizofiltrasi terjadinya akumulasi polutan yang mungkin bisa
seperti Helianthus annuus L., Phaseolus dipindahkan sepanjang rantai makanan. Hal lain
vulgaris L. var. vulgaris , Eichhornia yang bisa menjadi keterbatasan teknik ini juga
crassipes, Phragmites australis, Pistia adalah rendahnya enzim katabolik yang dimiliki
stratiotes, Arundo donax, Salvinia molesta, tanaman sehingga sangat susah untuk

275
Irma Melati

mendegradasi polutan secaralengkap menjadi 1026 mg / kg tanah menjadi 74 mg / kg dalam


CO2 dan air (Lee 2013). waktu 7 bulan perlakuan. Thome et al. (2014)
menunjukkan bahwa intensitas dan interval
Bioventing aliran tidak menghasilkan hasil yang beda
Bioventing adalah suatu metode nyata dalam penghilangan diese dari tanah
bioremediasi in situ dengan menggunakan lempung. Hal ini mengindikasikan bahwa
mikr oba indigenous dalam mendegradasi interval injeksi udara yang lebih lama dan
kontaminan organik dengan menambahkan intensitas injeksi yang rendah lebih ekonomis
nutrisi dan atau tingkat udara untuk dalam bioventing tanah lempung yang
menyediakan oksigen agar proses terkontainasi diesel. Marsya et al. (2013)
biodegradasi meningkat. Bioventing dikenal melaporkan bioventing telah terbukti secaara
sebagai teknik atau metode remediasi yang low- dramatis mengurangi bagian dari senyawa-
impact karena hanya menambahkan stimulan senyawa yang dikenal sebagai BTEX
untuk meningkatkan kemampuan biodegradasi (benzene, toluene, etil benzene dan xilena),
mikroba indigenous. Bioventing adalah yang telah terdeteksi dalam waktu satu tahun.
teknologi remediasi in-situ yang menggunakan Keberhasilan bioremediasi berbasis
mikroorganisme lokal untuk menguraikan bioventing bergantung pada jumlah titik injeksi
kontaminan organik yang terabsorbsi ke tanah udara, yang membantu mencapai distribusi
di zona tak jenuh. Tanah di zona capillary fringe udara yang seragam. Terlepas dari kenyataan
dan zona jenuh tidak terpengaruh oleh proses bahwa desain bioventing adalah untuk
ini. Dalam bioventing, aktivitas bakteri secara mendorong aerasi di zona tak jenuh, itu dapat
alami ditingkatkan dengan injeksi udara (atau digunakan untuk proses bioremediasi anaerob
oksigen) ke zona tak jenuh (menggunakan terutama dalam mengobati zona vadose (zona
sumur ekstraksi atau injeksi) dan jika perlu tidak jenuh) yang tercemar dengan senyawa
dengan menambahkan nutrisi. Bioventing terklorinasi, yang sangat susah didegradasi
adalah penggunaan induksi gerakan udara dalam kondisi aerob (Azubuike et al.
melalui tanah tak jenuh, dengan atau tanpa 2016).
nutrien. Definisi bioventing lainnya adalah
proses penyuntikan dan ekstraksi udara menuju Beberapa keuntungan menggunakan
daerah vadose untuk menyediakn O2 yang teknik bioventing yaitu peralatan yang
diperlukan untuk biodegredasi aerobik dibutuhkan sederhana dan mudah dipasang,
(Nugroho, 2006). Selain itu metode ini bersifat menciptakan gangguan minimal untuk operasi
cost-effective dimana hanya membutuhkan situs sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
teknologi minimal dan monitoring setelah area yang tidak dapat diakses (misal di bawah
aplikasi sehingga metode ini sangat cocok untuk bangunan)., membutuhkan waktu perawatan
wilayah-wilayah yang terkontaminasi dengan yang singkat: biasanya 6 bulan hingga 2 tahun
kontaminan yang bersifat low accessibility dalam kondisi optimal, mudah dikombinasikan
seperti petroleum hidrokarbon (PH) dan dengan teknologi lain (misalnya air sparging,
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) groundwater extraction) dan tidak memerlukan
(Xiao & Zytner , 2019 ; Ho¨hener and Ponsin perawatan gas yang mahal. Meskipun demikian
2014, Frutos et al. 2010). terdapat beberapa keterbatasan dalam teknik ini
Hasil penelitian Frustos et al. (2010) yaitu konsentrasi konstituen yang tinggi pada
menunjukan bahwa metode bioventing terbukti proses awal dapat menjadi racun bagi
efektif untuk remediasi tanah yang mikroorganisme, tidak cocok diterapkan untuk
terkontaminasi fenantrena. Hal ini terlihat dari kondisi lokasi tertentu seperti tanah yang
tingginya tingkat reduksi yang diperoleh (93%), mempunyai permeabilitas rendah dan
yang mengurangi konsentrasi fenantrena dari mengandung tanah liat tinggi, tidak dapat selalu

276
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

mencapai standar pembersihan yang sangat sehingga efektivitasnya tidak terlihat. Selain itu
rendah, dan hanya bisa diterapkan untuk fakor protozoan grazing, infeksi bakteriofage,
mengolah tanah pada zona tak jenuh sehingga dan ukuran inokulum bisa menjadim faktor
metode lain mungkin juga diperlukan untuk pembatas dalam teknik ini (Nzila et al2016).
mengolah tanah pada zona jenuh dan air tanah Teknik bioaugmentasi disarankan bisa
(EPA 2019). dikerjakan secara efektif ketika kondisi
lingkungan terkontrol dengan baik, tetapi tidak
Bioagmentasi ada jaminan jika metode ini digunakan skala
Bioaugmentasi adalah teknikbioremdiasi lapangan. Beberapa penelitian menyarankan
yang menambahakan mikroba (bakteri, fungi pemanfaatan mikroba hasil rekayasa genetika
ataupun alga) pada situs tercemar yang dalam proses bioaugmentasi tetapi hal inipun
berfungsi sebagai pembersih kontaminan yang masih menjadi dilema karena daya tahan
ada di daerah tersebut. Pendekatan mikroba hasil rekaysa genetik di lingkungan
bioaugmentasi digunakan jika populasi mikroba masih dipertanyakan. Hal yang paling penting
indigenous pendegradasi polutan dilingkungan adalah isu keselamatan dan potensi kerusakan
tersebut rendah, polutan tersebar cukup banyak ekologi, serta persepsi publik tentang
dan merupakan senyawa komplek sehingga mikroorganisme hasil rekayasa genetik (Zhu et
mikroba indigenous tak mampu mendegradasi al. 2001).
secara sempurna dan ketika kecepatan
biodegradasi merupakan kunci kesuskesan, dan Biosparging
biaugmentasi dapat mempersingkat proses Teknik ini sangat mirip dengan
bioremediasi. Secara umum proses bioventing dimana udara disuntikkan ke bawah
bioaugmentasi dapat di lihat pada Gambar 2. permukaan tanah untuk merangsang aktivitas
mikroba untuk meningkatkan kecepatan
degradasi polutan dari situs tercemar. Namun,
tidak seperti bioventing, udara disuntikkan ke
zona jenuh, yang dapat menyebabkan
pergerakan senyawa organik yang mudah
menguap ke atas menuju zona tak jenuh.
Efektivitas biosparging tergantung pada dua
faktor utama yaitu: permeabilitas tanah, yang
menentukan bioavailabilitas polutan untuk
mikroorganisme, dan biodegradabilitas polutan
(Philp dan Atlas 2005). Biosparging merupakan
Gambar 2 Proses bioaugmentasi (Goswani et al. teknologi populer untuk memperbaiki situs yang
2018). terkontaminasi hidrokarbon (Paul et al. 2001).
Teknik bioaugmentasi dilaporkan telah Kao et al. (2008) melaporkan bahwa
berhasil menyisihkan berbagai jenis polutan biosparging akifer yang terkontaminasi
seperti senyawa terklorinasi dan terflorinasi, benzena, toluena, etilbenzena, dan xilen
lignin, quinolin dan piridin, pewarna sintetik, (BTEX) menghasilkan pergeseran dari kondisi
sianida, nicotin, Diethylene Glycol Monobutyl anaerob ke aerob. Hal ini dibuktikan dengan
Ether (DGBE), dan Polycyclic Aromatic adanya peningkatan oksigen terlarut, potensial
Hydrocarbons (PAHs). Meskipun demikian, redoks, nitrat, sulfat, dan mikrob heterotrof .
terdapat beberapa keterbatasan dari teknik ini, Kondisi ini seiring dengan penurunan besi
yang paling umum adalah terkadang terlarut, sulfida, metana dan total mikrob
mikroorganisme yang ditambahkan tidak bisa anaerob dan methanogen. Secara keseluruhan
berkompetisi dengan mikroba indigenous penurunan BTEX (70%), menunjukkan bahwa

277
Irma Melati

biosparging dapat digunakan untuk itu volatilitas rendah kecuali senyawa aerobik
meremediasi air tanah yang terkontaminasi biodegradable. Semivolatile kontaminan
BTEX. Namun keterbatasan teknik dengan biodegradabilitas aerobik rendah
bisosparging, adalah bagaimana memprediksi tidak diobati secara efektif dengan
arah aliran udara. pengepresan udara.
Menurut Papadopoulos dan Vatseris 2. Situs yang mengandung kontaminan
(2005) biosparging mempunyai beberapa yang bisa dihilangkan secara efektif
keuntungan yaitu 1). Teknologi ini sederhana melalui biodegradasi, tapi tidak
dan relatif murah karena hanya membutuhkan penguapan, diatasi perlahan karena
peralatan komersial yang banyak tersedia seperti tingkat biodegradasi yang relatif lambat.
polivinil klorida [PVC], kompresor atau blower, 3. Kondisi geologi lokasi seperti stratifikasi,
dan lain-lain. Peralatannya mudah dipasang heterogenitas, dan anisotropi, akan
dan menyebabkan gangguan minimal pada mencegahnya aliran udara seragam
pengoperasian situs.; 2). Setelah sistem melalui medium untuk mengurangi
dipasang di suatu lokasi, dibutuhkan efektifitas pengepakan udara.
pengawasan operasional minimal yang relatif 4. Produk bebas (cairan fase nonaque
terhadap tanah sistem ekstraksi uap (SVE), yang [NAPL]) dalam jumlah banyak
menuntut pemantauan ekstensif.; 3). Tidak ada mungkin terbatas kontak dengan udara
aliran limbah yang dihasilkan yang memerlukan yang disuntikkan Ini mungkin menjadi
perawatan karena aliran udara yang keluar bisa perhatian khusus dengan fasa berair padat
dilepaskan langsung ke atmosfer; 4). Di lokasi cairan (DNAPLs) yang akan tenggelam ke
dimana kontaminasi zona smear telah dasar akuifer, sehingga membatasi
berkembang karena adanya air berfluktuasi, keefektifannya dari sparging udara.
sparging efektif dalam merawat zona smear 5. Ada potensi migrasi kontaminan volatil ke
karena udara bergerak vertikal ke atas melalui bangunan dan bangunan lainnya
wilayah.; 5). Teknologi ini efektif dalam (akuntansi untuk migrasi uap dalam
mengolah sumber –sumber kontaminasi, perancangan sistem seringkali dapat
sehingga membatasi off-site migrasi meringankan masalah ini).
kontaminan terlarut.; 6). Teknologi ini 6. Bila pengepresan udara diterapkan untuk
kompatibel dengan teknologi remediasi lainnya mengandung fasa fase terlarut, zona
seperti SVE dan bioventing; 7). Karena hidrolik tereduksi konduktivitas bisa
biodegradasi merupakan komponen proses terbentuk dan, jika tidak dikelola dengan
pengapuran udara, teknologi ini memiliki baik, bisa membiarkan asap membesar
potensi untuk mineralisasi kontaminan daripada zona pengaruh pengapungan udara.
hanya mentransfer kontaminan medium yang 7. Aliran udara efektif di atas area yang
lain. ditentukan, mungkin membutuhkan
Meskpiun biosparging merupakan sejumlah besar sumur untuk diperoleh
teknologi yang memiliki banyak keuntungan aliran udara yang memadai melalui daerah
dan bisa berkompetisi dengan teknologi lain, yang terkontaminasi .
tidak berarti teknologi ini tidak mempunyai 8. Kesulitan dalam memprediksi arah aliran
keterbatasan. Papadopoulos dan Vatseris udara.
(2005) dan Kao et al (2008) menjelaskan
beberapa keterbatasan Biosparging sebagai
berikut: Teknik Bioremediasi Eks Situ
1. Teknologi ini tidak cocok untuk Teknik bioremediasi eks situ melibatkan
mengobati kontaminan dengan nilai-nilai penggalian polutan dari situs yang tercemar
rendah Hukum Henry konstanta atau untuk dibawa ke tempat lain untuk melakukan

278
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

proses remediasi. Hal yang bisa menjadi Istilah bioreaktor digunakan untuk
pertimbangan teknik bioremediasi eks situ menggambarkan tempat yang digunakan untuk
adalah biaya perawatan, kedalaman polusi, jenismengkonversi suatu bahan baku menjadi produk
polutan, tingkat polusi, lokasi geografis dan spesifik dengan mengikuti serangkaian reaksi
geologi situs yang tercemar (Philp dan Atlas biologi. Bioreaktor dibutuhkan untuk
2005). Salah satu keuntungan yang utama dari menciptakan kondisi lingkungan yang optimal
bioremediasi eks situ yaitu tidak membutuhkan dan terkendali sehingga sel dapat melakukan
penilaian pendahuluan situs terpolusi yang interaksi dengan lingkungan dan nutrisi
ekstensif sebelum remediasi. Hal ini membuat didalamnya. Terdapat beberapa jenis biorekator
tahap pendahuluan menjadi lebih pendek dan yaitu batch, fed-batch, batch sequencing,
lebih murah. Adanya proses penggalian yang kontinyu dan bertingkat. Kondisi dalam
terkait dengan bioremediasi eks situ
bioreaktor mendukung proses alami sel dengan
menyebabkan ketidakhomogenan polutan
cara menciptaan kondisi yang mirip dengan
sebagai akibat dari kedalaman, konsentrasi dan alaminya sekaligus mempertahankan kondisi
distribusi yang tidak seragam, dapat dengan tersebut sehingga dapat memberikan kondisi
mudah diatasi dengan mengoptimalkan pertumbuhan optimum untuk sel. Sampel yang
beberapa proses parameter (suhu, pH, terpolusi bisa dimasukkan ke dalam bioreaktor
pencampuran) secara efektif dari setiap teknik baik dalam bentuk bahan kering atau bubur.
eks situ untuk meningkatkan proses Penggunaan teknik bioreaktor mempunyai
bioremediasi. Teknik-teknik eks situ
beberapa keuntungan dibandingkan teknik
memungkinkan modifikasi kondisi biologis,
bioremediasi eks situ lainnya yaitu kita bisa
kimia dan fisikokimia dan parameter yang mengontrol, mengendalikan dan memanipulasi
diperlukan supaya bioremediasi berjalan secara dengan baik semua parameter yang terlibat
efektif dan efisien. Secara umum terdapat dalam proses seperti suhu, pH, agitasi dan laju
beberapa kelamahan dari teknik bioremediasi aerasi, konsentrasi substrat dan inokulum
eks situ yaitu teknik ini tidak mungkin sehingga dapat meningkatkan efektiftas proses
digunakan di beberapa situs seperti di bawah bioremediasi. Selain itu teknik bioreaktor
bangunan, pusat kota dan lokasi kerja (Philp dan
menjadikan bioremediasi menjadi lebih efisisen
Atlas 2005). Di sisi lain, proses penggalian karena bioaugmentasi yang terkontrol,
dalam bioremediasi eks situ cenderung penambahan nutrisi, peningkatan bioavaibilitas
mengganggu struktur tanah sehingga polutan polutan, dan transfer masa (interaksi antara
dan situs sekitarnya sama-sama mengalami polutan dengan mikroba) yang merupakan
lebih banyak gangguan. Dalam kebanyakan faktor pembatas pada proses bioremediasi
kasus, teknik bioremediasi eks situ
umumnya dapat diatasi dengan adanya teknik
membutuhkan ruang operasi yang cukup besar. ini. Lebih jauh lagi teknik bioreaktor dapat
Mesipun demikian secara umum, teknik digunakan untuk mengolah tanah atau air yang
bioremediasi eks situ cenderung lebih cepat, tercemar volatile organic compounds (VOCs)
lebih mudah dikendalikan dan dapat digunakan termasuk benzene, toluene, ethylbenzene and
untuk treatmen berbagai polutan (Prokop et al. xylenes (BTEX). Fleksibilitas dari desain
2000). Dalam makalah ini akan dipaparkan bioreaktor memungkinkan degradasi biologis
beberapa teknik bioremediasi eks situ yaitu maksimum dan meminimalkan kerugian
bioreaktor, landfarming dan vermicomposting. abiotik (Mohan et al. 2004). Beberapa contoh
aplikasi biorekator dalam prose remediasi dapat
Bioreaktor dilihat pada Tabel. 1
Tabel 1. Pengilangan beberapa polutan menggunakan bioremdiasi berbasis bioreactor (Azubuike et
al. 2016)

279
Irma Melati

Teknik bioreaktor mempunyai beberapa dibutuhkan ketersediaan desain yang paling


keterbatasan untuk diaplikasikan secara skala cocok sangat penting. Tetapi yang bisa menjadi
penuh karena beberapa alasan. Pertama, catatan penting untuk teknik bioremediasi
berhubungan dengan volume sampel. Jika bioreaktor adalah teknik ini menjadi bersifat
volume sampel cukup besar maka metode ini padat modal (Azubuike et al. 2016).
tidak cost effective. Hal ini disebabkan karena
bioreaktor merupakan teknik eks situ, volume Landfarming
tanah yang tercemar atau zat lain yang akan Landfarming merupakan teknik
diolah jika terlalu besar, akan membutuhkan bioremediasi yang cukup sederhana. Teknik ini
lebih banyak tenaga kerja, modal dan langkah- membutuhkan biaya yang cukup murah dan
langkah keselamatan untuk pengangkutan peralatan yang sedikit. Landfarming juga
polutan ke tempat pengolahan (Philp dan Atlas dikenal sebagai teknologi yang lebih ramah
2005). Kedua, karena beberapa parameter lingkungan dibandingkan teknologi reemdiasi
bioproses atau variabel bioreaktor, parameter lainnya. Selain iitu teknologi landfarming bisa
apa pun yang tidak benar dikendalikan dan / diintergrasikan dengan teknik remediasi lainnya
atau dipertahankan secara optimal, dapat seperti biaugmentasi, biostimulasi ataupun
menjadi faktor pembatas sehingga akan composting untuk meningkatkan hasil
mengurangi aktivitas mikroba dan akan bioremediasi secara umum. Landfarming
membuat proses bioremediasi berbasis dikembangkan dengan mempertimbangkan
bioreaktor lebih sedikit efektif. Terakhir, beberpa faktor untuk remediasi tanah
polutan cenderung merespons secara berbeda berkelanjutan seperti biaya, kebutuhan ruang,
untuk bioreaktor yang berbeda sehingga waktu, permintaan energi, penggunaan bahan

280
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

baku dan penerimaan publik. Prinsip yang kerja dan energi tambahan (Lukic et al., 2017;
mendasari proses landfarming adalah Azubuike et al. 2016).
penggunaan komunitas mikroba untuk Beberapa penelitian melaporkan bahwa
menghilangkan kontaminan organik dikonversi ketika polutan terletak <1 m di bawah
menjadi CO2 dan air dengan mekanisme utama permukaan tanah, bioremediasi dapat dilakukan
adalah volatilisasi Volatil Organic Compouds tanpa penggalian, sementara lapisan polutan >
(VOCs), biodegradasi dan adsoption (Maila& 1,7 m perlu dilakukan penggalian dan
Cloeta 2004) pengangkutan ke permukaan tanah untuk
Dalam kebanyakan kasus, landfarming peningkatan proses bioremediasi
dikategorikan sebagai teknik bioremediasi eks (Nikolopoulou et al. 2013). Umumnya, tanah
situ, sementara dalam beberapa kasus, dianggap tercemar yang digali dijaga kondisinya supaya
seperti teknik bioremediasi in situ. Hal ini lapisan penyangga tetap di atas permukaan
tergantng dimana dilakukannya treatmen. tanah untuk memungkinkan biodegradasi
Kedalaman polutan menjadi kunci penting polutan secara aerob oleh autochthonous
apakah landfarming dapat dilakukan secara eks mikroorganisme (Philp dan Atlas 2005; Paudyn
situ atau in situ. Dalam teknik landfarming et al. 2008; Volpe et al. 2012; Silva-Castro et al.
tanah yang tercemar biasanya digali, tetapi situs 2015). Teknik landfarming dilaporkan sukses
atau tempat treatmen tampaknya menentukan diterapkan secara komersial dalam skala besar
jenis bioremediasi. Ketika tanah yang tercemar dalam menghilangkan kontaminan PAHs dan
digali dan di treatmen di tempat, itu bisa tumpahan minyak pada tanah dan sedimen
dianggap sebagai in situ, jika tidak, maka (Lukic et al. 2017). Kesuksesan landfarming
dikategorikan itu eks situ landfarming. In situ tergantung kepada kondisi spesifik seperti
landfarming cocok diterapkan ketika tanah yang seperti drainase tanah yang baik,
terkontaminasi dangkal dan terbatas di bawah biodegradabilitas polutan oleh mikroorganisme
lapisan tanah liat atau tanah kedap air. yang ada dan keberadaan mikroorganisme yang
Keberhasilan landfarming secara in situ sangat melimpah. Selain itu kondisi tempat yang
tergantung pada karakteristik tanah (tekstur tertutup seperti rumah kaca diperlukan untuk
tanah, kadar air, jumlah mikroorganisme, pH) meminimalkan erosi tanah dan limpasan air
dan kondisi iklim (curah hujan, angin, dan hujan serta mengontrol emisi udara. Kondisi
suhu). Meskipun demikian terdapat beberapa lingkungan yang sesuai termasuk nilai pH,
kerugian dari metode ini yaitu infeasibility of ketersediaan nutrisi, dan kadar air juga menjadi
kontrol proses yang ketat, waktu eksekusi yang faktor penting untuk kesuksesan landfarming
lama, dan efektivitas rendah di tanah yang tidak (Maila dan Cloete 2004).
tembus cahaya. Hal berbeda dengan Meskipun landfarming dikenal sebagai
landfarming eks situ, teknik ini membutuhkan teknik bioremediasi paling sederhana, tetapi
waktu perawatan yang lebih singkat, lebih seperti halnya teknik bioremediasi eks situ
mudah dikendalikan, dan bisa diaplikasikan lainnya teknik ini mempunyai beberapa
untuk kisaran kontaminan yang lebih luas keterbatasan yaitu membutuhkan tempat yang
dibandingkan dengan teknik landfarming in situ. cukup besar untuk pelaksanaannya, terjadi
Namun, teknik landfarming eks situ pengurangan aktivitas mikroba disebabkan
membutuhkan tambahan biaya untuk penggalian kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan,
dan transportasi untuk pemindahan material diperlukannya biaya tambahan karena adanya
terkontaminasi serta biaya modal untuk proses penggaliandan transfortasi, dan
membangun dan melengkapi struktur perawatan berkurangnya efisiensi penghilangan polutan
yang pada akhirnya dibutuhkan biaya tenaga anorganik (Khan et al. 2004; Maila dan Cloete
2004). Lebih jauh lagi teknik ini tidak cocok

281
Irma Melati

untuk mentreatmen tanah yang tercemar dengan fosfor, magnesium, belerang, dan kalium (Silva
senyawa toksik yang bersifat volatil. et al. 2019; Aalok et al.2008). Telah banyak
Keterbatasan ini membuat teknik landfarming penelitian yang melaporkan kemempuan
menjadi teknik bioremediasi yang memakan teknik vermicomposting dalam mendegradasi
waktu dan kurang efisien dibandingkan dengan limbah padat organik khususnya PAHs
teknik bioremediasi eks situ lainnya (Azubuike (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons) dan
et al. 2016). logam berat (Silva et al. 2019; Karmegam et
al. 2019; Hee et al. 2016; Hua et al. 2008).
Vermicomposting Beberapa jenis cacing tanah yang
Teknik composting merupakan teknik dipalorkan banyak digunakan dalam
bioremediasi eks situ yang melakukan vervikomposting adalah Eisenia fetida, Eisenia
kombinasi antara tanah terkontaminasi dengan andreii, Eudrilus eugeniae, Amynthas gracilus
tanah yang mengandung pupuk (kompos) atau dan Perionyx excavates; Lumbricus rubellus
senyawa organik yang dapat meningkatkan (Gambar 3). Teknis bioremediasi
populasi mikroorganisme. sehingga terjadi vermicomposting memberikan beberapa
proses biodegradasi bahan organik yang ada keuntungan yaitu ekonomis dan ramah
di dalam campuran bahan tersebut. lingkungan, metode cukup sederhana,
Komposting atau vermicomposting adalah menghasilkan produk samping (kompos) yang
teknik yang ideal untuk mentransformasi bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk pertanian
bahan organik yang diinginkan dengan cepat dan cacing tanah yang bisa dijual untuk
dan untuk menciptakan lingkungan yang berbagai kepentingan (kesehatan (obat) ,
optimal untuk biodegradasi. Vermicomposting kecantikan, dll). Selain itu teknik ini juga
dianggap sebagai bioteknologi inovatif memeberikan keuntungan untuk tanah yang
vermikultur yang menyediakan pengelolaan diremediasi yaitu meingkatkan infiltrasi dan
limbah yang hemat biaya secara berkelanjutan. fermemibialitas tanah yang terkontaminasi,
Meskipun mikroorganisme bertanggung jawab menurunkan erosi dan ruoff, meningkatkan
untuk sebagian besar degradasi biokimia bahan kapasitas penahanan air sehingga meminimalisis
organik, proses degradasi biokimia yang kehilangan air, menyediakan berbagai jenis
dikenal sebagai vermicomposting dipengaruhi makro dan mikronutrien. Meskipun demikian
terutama oleh biokimia dan aktivitas fisik ada beberapa keterbatasan dari teknik ini yaitu
cacing tanah. Cacing tanah menelan bahan bagaimana menjaga kondisi lingkungan yang
organik dengan cepat, membuat kompos ccocok untuk pertumbuahn cacing dan
berkualitas lebih tinggi daripada kebanyakan dibutuhkan pemisahan polutan (Karmegam et
metode pengomposan tradisional dan al. 2019; Wafler 2016; Dhakal 2014).
menghasilkan bahan yang kaya akan unsur-
unsur penting untuk tanaman seperti nitrogen,

282
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

Gambar 3. Beberapa jenis cacing tanah yang digunakan dalam vermikomposting


Prospek Penelitian Bioremediasi cocok untuk semua kasus dan yang dikataka yang
Dari uraian di atas terlihat bahwa teknik terbaik. Masing-masing teknik punya kelebihan
bioremediasi sangat beragam dan telah terbukti dan keterbatasan masing-masing. Langkah
efektif dalam memulihkan situs yang tercemar terpenting menuju bioremediasi yang sukses
dengan berbagai jenis polutan. Berdasarkan adalah karakterisasi situs yang terkontaminasi,
hasil telaah penulis, dari sekian banyak paper yang membantu membantu menentukan teknik
tentang bioremediasi, informasi tentang peran bioremediasi yang layak (eks situ atau in situ)
teknik molekuler seperti 'Omics' (genomik, yang paling cocok dilakukan. Teknik bioremediasi
proteomik, transkriptomik dan metabolomik) eks situ cenderung lebih mahal karena biaya
masih belum banyak dibahas, padahal teknik tambahan yang dikaitkan dengan penggalian dan
molekuler ini sangat membantu dalam mema transportasi. Meskipun demikian, teknik ini dapat
hami tentang identitas mikroba, fungsinya di digunakan untuk mentreatmen berbagai polutan
limgkungan serta bagaimana metabolisme dan secara terkendali. Sebaliknya, teknik in situ dinilai
katabolime yan g terjadi selama proses lebih ekonomis karena tidak dibutuhkan biaya
remediasi. Dengan omics kita bisa tambahan untuk penggalian; namun, biaya
mengerjakan dan memahami semua tersebut di pemasangan peralatan di tempat, ditambah dengan
atas dalam waktu yang lebih singkat dibanding ketidakmampuan untuk memvisualisasikan dan
teknik konvensional. Selain itu kajian tentang mengontrol situs yang tercemar dapat
ekotoksisitas dari penambahan nutrisi menyebabkan beberapa tekn ik bioremediasi in
(bioventing) dan pengaruhnya terhadap situ tidak efisien. Karena itu, biaya remediasi
ekosistem masih perlu banyak dilakukan. rupanya bukan faktor utama dalam menentukan
teknik bioremediasi yang akan diterapkan di situs
KESIMPULAN yang tercemar. Karakteristik geologi situs yang
Pemilihan teknik bioremediasi yang tepat tercemar termasuk jenis tanah, kedalaman dan
untuk setiap kasus tergantung pada banyak faktor jenis polutan, lokasi situs relatif terhadap tempat
seperti jenis dan konsentrasi kontaminan atau tinggal dan karakteristik masing-masing teknik
polutan, sifat situs terkontaminasi, ambang batas bioremediasi harus dimasukkan dalam
konsentrasi yang diatur, waktu yang tersedia untuk memutuskan metode atau teknik yang paling
melakukan remediasi, biaya dan urgensitas yang cocok dan efisien.
diperlukan. Tidak semua teknik bioremediasi,
283
Irma Melati

DAFTAR PUSTAKA trials for hydrocarbon-contaminated sludge


from a soil washing process: evaluation of
Aalok A, Tripathi AK, Soni P. 2008. bioremediation technologies. J Hazard Mater
Vermicomposting: a better option for 199:262–271.
organic solid waste management. J. Hum. doi:10.1016/j.jhazmat.2011.11.017.
Ecol. 24, 59e64. https://doi.org/10.1080/ Frutos FJG, Escolano O, Garcia S, Babin M,
09709274.2008.11906100 Fernandez MM. 2010. Bioventing
Azubuike CC, Chikere CB, Okpokwasii GC. remediation and ecotoxicity evaluation of
2016. Bioremediation techniques– phenanthrene-contaminated soil. Journal of
classification based on site of application: Hazardous Materials. 183 : 806–813.
principles, advantages, limitations and Garrison AW, Nzengung VA, Avants JK,
prospects. World J Microbiol Biotechnol. Ellington JJ, Jones EW, Rennels D, Wolfet
32:180. DOI 10.1007/s11274-016-2137-x. NL. 2000.
Ayotamuno JM. and Kogbara RB. 2007. Phytodegradation of p, p’ - DDT and the
Determining the tolerance level of Zea mays enantiomers of o, p’ – DDT. Environmental
(maize) to a crude oil polluted agricultural Science and Technology. 34: 1663-1670.
soil. African Journal of Biotechnology 6: Goswani M, Chakraborty P, Mukherjee K, Mitra
1332-1337. G, Bhattacharyya P, Dey S, Tribedi P. 2018.
Cheng J. 2014. Bioremediation of Contaminated Bioaugmentation and biostimulation: a potential
Water-Based on Various Technologies. strategy for environmental remediation.
DOI: 10.4236/oalib.preprints.1200056. Journal of Microbiology & Experimentation.
Dhakal S. 2014. Vermiculture 6(5) : 223-231.
technique and advantages. He X, Zhang Y, Shen M, Zeng G, Zhou M, Li
https://www.slideshare.net/sabindhakal956/v M. 2016. Effect of vermicomposting on
ermiculture-techniques-and-advantages. concentration and speciation of heavy metals
Diakses tanggal 29 Mei 2020. in sewage sludge with additive materials.
Dushenkov V, Nanda Kumar PBA, Motto H, Bioresour. Technol. 218 : 867–873. DOI:
Raskin I. 1995. Rhizofiltration: the use of 10.1016/j.biortech. 2016.07.045.
plants to remove heavy metals from Ho¨hener P, Ponsin V. 2014. In situ vadose zone
aqueous streams. Environmental Science bioremediation. Curr Opin Biotechnol 27:1–
and Technology 29:1239-1245. 7. doi:10.1016/j.copbio.2013.08.018.
U.S. Environmental Protection Agency (EPA). Hua L, Wu W, Liu Y, Chen Y, McBride MB.
How to Evaluate Alternative Cleanup 2008. Effect of composting on polycyclic
Technologies for Underground Storage Tank aromatic hydrocarbon removal in sewage
Sites: A Guide for Corrective Action Plan sludge. Water. Air. Soil Pollut. 193: 259–
Reviewers. (EPA 510-B-95-007). 267. DOI: 10.1007/s11270-008-9687-y
https://www.epa.gov/ust Kao CM, Chen CY, Chen SC, Chien HY, Chen
Folch A, Vilaplana M, Amado L, Vicent R, YL .2008. Application of in situ biosparging
Caminal G. 2013. Fungalmpermeable to remediate a petroleumhydrocarbon spill
reactive barrier to remediate groundwater in site: field and microbial evaluation.
an artificial aquifer. J Hazard Mater Chemosphere
262:554–560. doi:10.1016/j. 70:1492–1499.
jhazmat.2013.09.004 doi:10.1016/j.chemosphere.2007.08.029.
Frascari D, Zanaroli G, Danko AS. 2015. In situ Karmegam N, Vijayan P, Prakash M, Paul JAJ.
aerobiccometabolism of chlorinated 2019. Vermicomposting of paper industry
solvents: a review. J Hazard Mater 283:382– sludge with cowdung and green manure
399. doi:10.1016/j.jhazmat.2014.09.041 plants using Eisenia fetida: A viable option
Frerot H, Lefebvre C, Gruber W, Collin C, Dos for cleaner and enriched vermicompost
Santos A, Escarre J. 2006. Specific production. Journal of Cleaner Production .
interactions between local metallicolous 228 : 718-728.
plants improve the phytostabilization of Kaczorek E, Sałek K, Guzik U, Jesionowski T,
mine soils. Plant and Soil 282: 53-65. Cybulski Z. 2013. Biodegradation of alkyl
Frutos FJG, Pe´rez R, Escolano O, Rubio A, derivatives of aromatic hydrocarbons
Gimeno A, Fernandez MD, Carbonell G, and cell surface properties of a strain
Perucha C, Laguna J. 2012. Remediation of Pseudomonas stutzeri. Chemosphere.

284
Teknik Bioremediasi : Keuntungan, Keterbatasan....

90(2):471-478. Nzila A, Razzak SA, Zhu J, 2016.


doi:10.1016/j.chemosphere.2012.07.065 Bioaugmentation: An Emerging Strategy of
Khan FI, Husain T, Hejazi R. 2004. An overview Industrial Wastewater Treatment for Reuse
and analysis of site remediation and Discharge. Int. J. Environ. Res. Public
technologies. J Environ Manag 71:95–122. Health. 13 (846) . 20 hal.
doi:10. 1016/j.jenvman.2004.02.003. doi:10.3390/ijerph13090846
Lee JH. 2013. An overview of phytoremediation Nugroho A. 2006. Biodegradasi sludge minyak
as a potentially promising technology for bumi dalam skala mikrokosmos: simulasi
environmental pollution control. Biotechnol sederhana sebagai kajian bioremediasi land
Bioprocess Eng 18:431–439. treatment. Makara Teknologi. 10 (2) : 82-89.
doi:10.1007/s12257013-0193- Papadopoulos S, Vatseris C. 2005. Air Sparging
Lee G, Suonan Z, Kim S.H, Hwang D.W, Lee for Site Remediation Intergeo-
K.S. 2019. Heavy metal accumulation and Environmental
phytoremediation potential by transplants of Technology Ltd. Heleco ’05,
the seagrass Zostera marina in the polluted Τεε, Αθήνa: 1
bay systems. Marine Pollution Bulletin 149 11http://library.tee.gr/digital/m2045/m2045_
(2019) 110509. papadopoulos1.pdf . Diunduh tanggal 20
Lukic B, Antonio Panico, David Huguenot, Mei 2020.
Massimiliano Fabbricino, Eric D. van Paudyn K, Rutter A, Rowe RK, Poland JS. 2008.
Hullebusch & Giovanni Esposito. 2017. A Remediation of hydrocarbon contaminated
review on the efficiency of landfarming soils in the Canadian Arctic by landfarming.
integrated with composting as a soil Cold Reg Sci Technol 53:102–114.
remediation treatment, Environmental doi:10.1016/j. coldregions.2007.07.006.
Technology Reviews, 6:1, 94 - 116, DOI: Paul CJ, Richard LJ, Cristin LB, Andrea L. 2001.
10.1080/21622515.2017.1310310 Advances in In Situ Air Sparging/
Biosparging. Bioremediation Journal 5 (4):
Macek T, Mackova M, Kas J. 2000. Exploitation 251-266.
of plants for the removal of organics in Philp JC & Atlas RM. 2005. Bioremediation of
environmental remediation. Biotechnology contaminated soils and aquifers. In: Atlas
Advances. 18: 23-34. RM, Philp JC (eds) Bioremediation: applied
Maila MP & Cloete TE. 2004. Bioremediation of microbial solutions for real-world
petroleum hydrocarbons through environmental cleanup. American Society
landfarming: for Microbiology (ASM) Press, Washington,
are simplicity and costeffectiveness the only pp 139–236
advantages? Rev Environ Sci Biotechnol. Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002.
3(4):349–360. Microbiology, 5th Edition, McGraw-Hill,
Marsya DP, Firdaus A, dan Zulkifliani. 2013. New York. 1014pp
Bioremediasi tanah yang terkontaminasi Prokop G, Schamann M, Edelgaard I. 2000.
minyak bumi dengan metode bioventing Management of contaminated sites in
terhadap penurunan kadar totl Petroleum western
Hydrocarbon dan BTEX. Universitas Europe. European Environment Agency,
Indonesia. 1-20. Copenhagen. Rahayu. 2005. BULLETIN
Mohan SV, Sirisha K, Rao NC, Sarma PN, Reddy PENELITIAN VOL. 27 NO. 2 .
SJ. 2004. Degradation of chlorpyrifos Raskin I& Ensley BD. 2000. Phytoremediation of
contaminated soil by bioslurry reactor Toxic Metals: Using Plants to Clean Up The
operated in sequencing batch mode: Environment, Wiley, New York.
bioprocess monitoring. J Hazard Mater Roy M, Giri AK, Dutta S, Mukherjee P. 2015.
116:39–48. doi:10.1016/j.jhazmat.2004. Integrated phytobial remediation for
05.037. sustainable management of arsenic in soil
Nikolopoulou M, Pasadakis N, Norf H, and water. Environ Int 75:180–198.
Kalogerakis N . 2013. Enhanced ex situ doi:10.1016/j.envint.2014.11.010.
bioremediation of crude oil contaminated Silva PRD, Cotta JAO, Maria DL & Maria OO.
beach sand by supplementation with 2019. The application of the
nutrients and rhamnolipids. Mar Pollut Bull vermicomposting process in the
77:37–44. bioremediation of diesel contaminated soils,
doi:10.1016/j.marpolbul.2013.10.038. Journal of Environmental Science and
285
Irma Melati

Health, Part B, DOI: Environmental Protection Agency Office of


10.1080/03601234.2019.1611303. Research and Development, National Risk
Silva-Castro GA, Uad I, Rodrı´guez-Calvo A, Management Research Laboratory Land,
Gonza´lez-Lo´pez J, Calvo C. 2015. Remediation and Pollution Control Division 26
Response of autochthonous microbiota of W. Martin Luther King Drive Cincinnati,
diesel polluted soils to land- farming OH 45268.
treatments. Environ Res 137:49–58.
doi:10.1016/j.envres.2014.11.009.
Smith E, Thavamani P, Ramadass K, Naidu R,
Srivastava P, Megharaj M. 2015.
Remediation trials for hydrocarbon-
contaminated soils in arid environments:
evaluation of bioslurry and biopiling
techniques. Int Biodeterior Biodegradation
101:56–65. doi:10.1016/j.ibiod.2015.03.029
Tiwari JT, Ankit, Sweta, Kumar S, Korstad J,
Bauddh K. 2019. Ecorestoration of Polluted
Aquatic Ecosystems Through
Rhizofiltration. DOI:
https://doi.org/10.1016/B978-0-12- 813912-
7.00005-3
U.S. EPA. 1999. Phytoremediation Resource
Guide. EPA/542/B-99/003, available
online http://www.epa.gov/tio.
U.S. EPA.2000. Introduction to Phytoremediation.
EPA/600/R-99/107 .
Vazquez S, Agha A, Granado A, Sarro M, Esteban
E, Penalosa J, Carpena R. 2006. Use of
white Lupin plant for phytostabilization of
Cd and As polluted acid soil. Water, Air and
Soil Pollution 177: 349-365.
Volpe A, D’Arpa S, Del Moro G, Rossetti S,
Tandoi V, Uricchio VF . 2012.
Fingerprinting hydrocarbons in a
contaminated soil from an Italian natural
reserve and assessment of the performance
of a low-impact bioremediation approach.
Water Air Soil Pollut 223:1773– 1782.
doi:10.1007/s11270-011-0982-7.
Wafler . 2016. Composting and vermicomposting.
Suitanable sanitation and water
management(SSSWM).
https://slideplayer.com/slide/6315861/.
Diakses tanggal 29 Mei 2020.
Xiao M & Richard G. Zytner . 2019. The effect of
age on petroleum hydrocarbon contaminants
in soil for bioventing
remediation, Bioremediation Journal,
DOI: 10.1080/10889868.2019.1671306.
Zhuang P, Yang QW, Wang HB, Shu WS, 2007.
Phytoextraction of heavy metals by eight
plant species in the field. Water, Air and Soil
Pollution 184: 235-242.
Zhu X, Venosa A.D, Suindan MT, Lee K. 2001.
Guidelines for the bioremediation of marine
shorelines and freshwater wetlands. U.S.
286

Anda mungkin juga menyukai