“BIOREMEDIASI”
Oleh Kelompok V
Nurlaila / 17177026
Restu Quslam Fulta / 17177028
Gustri Yani / 17177046
A. Latar Belakang
Aktivitas manusia di alam bertujuan untuk kesejahteraan manusia.
Aktivitas tersebut, disadari atau tidak, bisa mendatangkan kerusakan bagi alam,
mempengaruhi makhluk hidup, dan akhirnya manusia juga yang akan terkena
imbasnya. Contoh yang paling tragis adalah tragedi teluk minamata Jepang,
merkuri masuk ke rantai makanan dan akhirnya menimbulkan kelainan pada
manusia yang mengkonsumsi ikan dari perairan tercemar limbah merkuri.
Tumpahan minyak di laut, dari hasil tambang lepas pantai ataupun bocornya
kapal pengangkut minyak hasil tambang, mengganggu keseimbangan di laut
dan bisa membunuh organisme yang beraktivitas disana. Penggunaan plastik
yang sepertinya tidak akan pernah berhenti menyisakan gunung plastik di
daratan dan hamparan plastik mengapung di lautan, yang pastinya akan
mengganggu kehidupan organisme.
Seluruh aktivitas yang awalnya untuk kebaikan manusia, ternyata
menimbulkan banyak hal sampingan yang tidak terduga. Manusia saat ini
mulai mencari cara untuk menanggulangi permasalahan yang telah diperbuat.
Cara-cara yang dilakukan bisa secara fisika, kimia dan biologi. Cara fisika dan
kimia bisa menimbulkan zat sampingan yang mungkin masih berbahaya bagi
lingkungan dan biaya cukup tinggi. Cara biologi lah yang paling aman bagi
lingkungan, yaoti dengan bioremediasi. Bioremediasi dilakukan dengan
memanfaatkan organisme untuk membuang atau mengubah polutan berbahaya
di lingkungan, sehingga lingkungan menjadi normal kembali.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan bioremediasi?
b. Apakah tujuan dan manfaat dilakukan bioremediasi?
c. Apa saja jenis polutan yang dapat diproses dengan bioremediasi ?
d. Apa saja jenis bioremediasi ?
e. Apa saja tahap-tahap pelaksanaan bioremediasi ?
f. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bioremediasi ?
g. Apa saja kelebihan dan kekurangan bioremediasi ?
h. Bagaimana cara kerja bioremediasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai beikut:
1. Mengetahui pengertian bioremediasi.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan bioremediasi
3. Mengetahui jenis polutan yang dapat diproses dengan bioremediasi
4. Mengetahui jenis bioremediasi
5. Mengetahui tahap-tahap pelaksanaan bioremediasi
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bioremediasi
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bioremediasi
8. Mengetahui cara kerja bioremediasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bioremediasi.
Bioremediasi merupakan perluasan ilmu dari bioteknologi lingkungan
yang merupakan aplikasi proses biologi untuk penanganan polusi (Gadd,
2001). Bioremediasi adalah proses menghilangkan polutan dan komponen
kimia yang bersifat toksik di lingkungan menggunakan mikroorganisme
(bakteri, alga, dan fungi uniseluler/multiseluler), ataupun tumbuhan (Astuti,
2016:5). Mikroorganime memecahkan toksin tertentu, kemudian meninggalkan
hasil sampingan metabolik yang tidak berbahaya, seperti karbon dioksida dan
klorida (Solomon, dkk., 2011:531).
Bioremediasi bisa dilakukan oleh mikroorganisme aerob dan anaerob
dengan ‘memakan’ polutan kemudian menyisakan zat sisa yang tidak
berbahaya. Misalnya, bioremediasi minyak bumi dengan memecah
hidrokarbon menjadi karbon dioksida dan air melalui proses metabolisme.
Karbon dioksida dan air tersebut adalah sisa meatbolisme yang tidak
berbahaya. Perhatikan gambar berikut:
Limbah cair dari rumah tangga juga merupakan sumber pencemar yang
mengganggu keseimbangan perairan. Penelitian terkait bioremediasi limbah
rumah tangga telah dilakukan oleh Yusuf (2008) dengan judul “ Bioremediasi
Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Simulasi Tanaman Air”. Penelitian
dilakukan dengan membuat kolam-kolam berisi limbah cair, dengan
menggunakan empat jenis tumbuhan, yaitu mendong, teratai, kiambang dan
hidrilla. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas air dari yang tidak
memenuhi syarat menjadi memenuhi syarat sesuai baku mutu yang ditetapkan.
2. Polutan an-organik
Polutan an-organik adalah logam berat yang dapat berasal dari berbagai
macam kegiatan manusia. Logam berat tidak dapat dihancurkan, tetapi dapat
dikurangi sifat toksinya. Logam berat merupakan jenis polutan yang
terdistribusi secara luas di dalam tanah dan mendapat perhatian secara khusus
karena sifatnya yang tidak dapat terdegradasi serta dapat bertahan lama di
dalam lingkungan (Suryani, 2011: 139).
Logam berat dapat berasal dari sisa penggunaan pestisida (Arsenik- As,
Tembaga-Cu), herbisida dan insektisisda (Timbal-Pb), pupuk fosfat (Cadmium-
Cd, Cu, penggunaan merkuri (Merkuri-Hg) pada industri dan tambang emas,
penggunaan pada pembuatan kertas (Pb) (Dixit, 2015:293). Logam berat dapat
masuk ke jaring-jaring makanan sehingga terjadi bioakumulasi, dengan
konsentrasi tertinggi berada pada konsumen tertinggi. Logam berat dapat
diremediasi oleh mikroba dengan menjadikannya senyawa yang kurang
berbahaya dan juga bisa diserap oleh organisme multiseluler sehingga
terakumulasi di dalam tubuh organisme tersebut.
Logam berat jika masuk ke dalam tubuh tidak dapat dihancurkan, karena
logam berat Hg, Pb, Cd adalah unsur. Unsur tidak dapat didegradasi lebih kecil
lagi karena penyusunnya tetap saja merupakan atom dari unsur. Logam berat
sebenarnya tetap ada di lingkungan, dan akan bersifat toksik saat berikatan
dengan unsur tertentu membentuk senyawa berbahaya. Misalnya saat Pb masuk
ke dalam tubuh melalui kulit ataupun pernapasan. Akibatnya akan
menimbulkan banyak gejala keracunan pada tubuh jika sudah melewati
ambang batas (Fardiaz, 1992: 64).
Di Sumatera Barat terdapat beberapa lokasi penambangan emas.
Penambangan emas di Solok Selatan di aliran sungai batang hari dan
Sijunjung misalnya, disana terdapat banyak sekali penambang ilegal. Mereka
menngunakan merkuri untuk memurnikan emas, dan setelah penggunaannya
merkuri akan dilepaskan ke lingkungan. Bioremediasi juga berpeluang
dilakukan pada limbah cair rumah sakit dan laboratorium. Limbah cair dari RS
dan laboratorium dapat berupa bahan sisa perawatan pasien, operasi dan bahan-
bahan yang berbahaya termasuk logam berat yang berasal dari bahan dan alat
percobaan. Jika limbah merupakan bahan organik, maka bioremediasi terjadi
dengan cara degradasi, namun jika limbah berupa bahan anorganik maka
bioremediasi dilakukan dengan mengubah ikatan senyawa anorganik berbahaya
tersebut menjadi kurang toksik oleh mikroba atau menyerapnya oleh
multiseluler.
Berbeda dengan hidrokarbon dan bahan organik, polutan logam berat
bukanlah sumber nutrisi. Namun, mikroorganisme bioremediator mampu
berperan sebagai biosorben dengan menyerap logam berat dan mangakumu-
lasinya dalam jaringan dan organ. Biosorpsi terjadi dengan adanya reaksi
antara logam berat dengan membran sel. Logam berat denga ion positifnya
akan berikatan dengan membran sel yang memiliki ion negatif. Selanjutnya
logam berat akan dipindahkan ke sitoplasma melewati membran sel dengan
bantuan protein, dan terjadilah akumulasi. Biosorpsi logam berat juga
tergantung dari Ph, misalnya biosorpsi logam Cr, Zn, Ni, dan Pb akan
terhambat pada Ph dibawah 3 (Garima dan Singh, 2014:5).
D. Jenis Bioremediasi
Konsep bioremediasi adalah penggunaan organisme dalam proses
menghilangkan polutan di lingkungan, sehingga apapun jenis pengelompokan-
nya bukanlah suatu masalah karena yang paling penting adalah prosesnya
melibatkan organisme.
1. Jenis Bioremediasi Berdasarkan Prosesnya
Bioremediasi dilihat dari prosesnya dapat dikelompokkan menjadi
biostimulasi, bioaugmentasi, dan bioremediasi instrinsik.
a. Biostimulasi
Biostimulasi adalah proses penambahan suatu nutrisi dan oksigen ke dalam
suatu situs atau tempat yang tercemar yang bertujuan untuk mendukung
pertumbuhan dan aktifitas bakteri yang ada di dalam tempat tercemar itu.
b. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi adalah proses pemasukkan mikroorganisme yang alami
ataupun yang telah direkayasa genetika ke lingkungan tercemar (Astuti,
2016: 13). Prinsip bioaugmentasi adalah penambahan bakteri tertentu pada
suatu tempat tercemar yang berfungsi sebagai pembersih kontaminan yang
ada di daerah tersebut. Cara ini yang paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa
hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat
berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti
seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme
yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk
beradaptasi.
e. Bioremediasi instrinsik
Bioremediasi instrinsik merupakan proses yang terjadi secara alami tanpa
bantuan manusia. Bioremediasi ini bisa terjadi karena mikroba bioreme-
diator di dalam tanah atau air yang tercemar berada pada kondisi yang baik.
H. Teknik-Teknik Bioremediasi
Mikroorganisme dalam proses bioremediasi memineralisasi kontaminan
organik menjadi produk akhir seperti karbon dioksida dan air, atau hasil
metabolit intermediet yang berguna sebagai substrat untuk pertumbuhan sel.
mikroorganisme mampu bertahan karena memproduksi enzim degradatif untuk
target polutan, sehingga resisten terhadap logam berat. Beberapa mekanisme
bioremediasi adalah biosorption, interaksi logam-mikroba, bioakumulasi,
biomineralisasi, biotransformasi, dan bioleaching.
Mikroorganisme membuang logam berat dari tanah dengan
menggunakan zat kimia sebagai pertumbuhan dan perkembangan.
Mikroorganisme mampu memutus ikatan logam dan mengoksidasi logam
transisi. Metode yang berbeda yang dilakukan mikroba untuk memperbaiki
lingkungan adalah oksidaisi, pengikatan, immobilizing, penguapan dan
transformasi logam berat. Bioremediasi bisa dilakukan secara sukses jika
mekanisme pengontrolan pertumbuhan dan aktivitas, kemampuan metabolik
dan respon mikroorganisme terhadap perubahan lingkungan dipahami.
Kebanyakan kontaminan merupakan pelarut organik yang bisa merusak
membran, tetapi sel mungkin mengembangkan mekanisme pertahanan
termasuk membentuk material protektif terhadap membran sel, seringkali
berupa hidrofobik atau pemopaan larutan keluar (sovlent efflux pumps).
Plasmid dan sistem pemompaan logam yang membutuhkan energi dan pompa
ion dan proton yang hadir pada bakteri resisten As, Cr, dan Cd.
Logam berat bisa diabsorbsi secara biologi oleh mikroorganisme melalui
sisi pengikatan aktif yang hadir pada struktur seluler tanpa melibatkan energi.
Diantara komponen reaktif yang berasosiasi pada dinding sel bakteri, substansi
polimer ekstraseluler (etracellular polymeric substances/EPS) yang memiliki
kemampuan berikatan dengan kompleks logam berat melalui mekanisme yang
bervariasi, yang melibatkan pertukaran proton dan pengendapan metal. Riset
dan praktik tentang bioremediasi masih menemui banyak hambatan karena
belum lengkapnya pemahaman genetik dan genom organisme dalam
penyerapan logam, termasuk jalur metaboliknya. Keterbatasan ini akhirnya
menyebabkan ketidakmampuan untuk membuat model dan prediksi proses
perkembangan bioremediasi di lapangan.
Biosorpsi merupakan proses yang melibatkan afinitas (daya tarik
menarik) yang tinggi antara biosorben terhadap sorbet (ion logam) yang
berlanjut hingga terjadinya keseimbangan dari kedua komponen.
Saccharomyces cereviceae berperan sebagai biosorben dalam pembuangan
Zn(II) dan Cd(II) melalui mekanisme pertukaran ion. Cunninghamella elegans
muncul sebagai sorben yang menjanjikan untuk remediasi logam berat dari
limbah tekstil. Degradasi logam berat melibatkan energi dalam siklus
metabolisme sel.
Fungi memiliki potensi biokatalis untuk dalam merubah logam berat
menjadi senyawa yang kurang toksik. Beberapa jenis fungi seperti Klebsiella
oxytoca, Allescheriella sp., Stachybotrys sp., Phlebia sp., Pleuretus pulmonaris,
dan Botryosphaeria rhodina memiliki potensi pengikat logam. Kontaminasi
Pb(II) pada tanah bisa didegradasi oleh fungi seperti Aspergillus parasitica dan
Cephalosporium aphidicola dengan proses biosorpsi. Fungi resisten Hg(II),
seperti Hymenoscyphus ericae, Necosmospora vasinfecta dan Verticillum
terrestre, mampu melakukan biotransformasi terhadap Hg(II) menjadi
nontoksik.
Banyak kontaminan bersifat hidrofobik, dan substansi ini bisa diambil
oleh mikroba melalui sekresi beberapa jenis biosurfaktan dan pembentukan
asosiasi antara sel dengan kontaminan. Biosurfaktan membentuk ikatan ionik
yang kuat antara logam dan membentuk kompleks sebelum diserap dari
matriks tanah ke fasa air, karena telah berkurangnya tegangan permukaan.
Teknik yang digunakan untuk mereduksi logam berat yang dapat
berpindah (mobilization of heavy metal) karena perubahan fisika atau kimia
disebut dengan teknik immobilisasi. Perlakuan ini melibatkan agen atau
hidroksida presipitasi. Mikroba memindahkan logam berat dari tempat yang
terkontaminan oleh mikroorganisme dilakukan dengan proses pelarutan,
pengikatan ion ke molekul logam, penambahan gugus metil, dan transformasi
redok. Logam berat tidak bisa dimusnahkan sepenuhnya, tetapi prosesnya akan
mengubah logam berat menjadi larut dalam air dan menjadi kurang toksik.
Mikroorganisme menggunakan logam berat sebagai penerima elektron terakhir
atau mereduksi logam melalui mekanisme detoksifikasi. Mikroorganisme
membuang logam berat dengan mengambil energi yang berasal dari reaksi
redoks dari logam, untuk berhubungan dengan logam toksik melaui proses
enzimatik maupun non-enzimatik.
Dua mekanisme utama dalam perkembangan bakteri resisten adalah
detoksifikasi dan mengaktifkan pompa logam berat keluar sel. Reaksi redoks
dalam proses ini terjadi antara mikroorganisme dengan logam berat.
Mikroorganisme berperan sebagai agen oksidasi sehingga mikroorganisme
kehilangan elektron, karena elektron diterima oleh penerima elektron
alternative (nitrat, sulfat, dan ferric oxide).
Bioremediasi juga bisa dilakukan oleh tumbuhan, yang disebut dengan
fitoremediasi. Fitoremediasi dalam proses bioremediasi digunakan secara
bersamaan dengan mikroorganisme atau penggunaan sepenuhnya untuk
meremediasi kontaminan dari tanah, lumpur, sediment, limbah, dan air tanah.
Fitoremediasi menggunakan berbagai jenis proses dan karakteristik fisik
tumbuhan dalam penggunaannya untuk bioremediasi. Teknik fitoremediasi
melibatkan proses fitoekstraksi, fitofiltrasi, fitostablisasi, dan fitovolatilasi, dan
fitodegradasi. Prosesnya diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 1. Variasi proses yang terlibat dalam fitoremediasi logam berat.
I. Aplikasi Bioremediasi
1. Bioremediasi Limbah Plastik
Ada beberapa jenis plastik yang dapat kita temui untuk berbagai macam
keperluan. Salah satu yang paling sering kita jumpai adalah plastik untuk
kemasan makanan dan minuman, dengan kode plastik PET, PETE
(Polyethylene terephtalate (BPOM, 2015:2). Perhatikan logo berikut, logo
inilah yang bisa kita jumpai pada kemasan botol minuman dan makanan.
Gambar 3. Oservasi bakteri pada PET (D), bakteri saling bertautan (E). Tautan
antar sel bakteri dengan PET, membantu dalam mengantarkan enzim yang
disekresikan pada PET (D, E, F).
Gambar 3. PET film telah rusak secara luas (G) dan hampir terdegradasi
seluruhnya setelah 6 minggu pada suhu 30oC (H).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian makalah yang telah diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Bioremediasi merupakan proses perbaikan lingkungan tercemar dengan
memanfaatkan mikroorganisme dan tumbuhan.
2. Bioremediasi dilakukan dengan tujuan mengembalikan lingkungan ke
kondisi awal dengan menghilangkan polutan.
3. Bioremediasi memiliki manfaat yang lebih diantara teknik perbaikan
lingkungan yang lain, diantaranya aman bagi lingkungan dan sangat efektif
dari segi biaya.
4. Cara kerja bioremediasi dalam memperbaiki lingkungan jika dilakukan oleh
mikroorganisme adalah dengan oksidasi, pengikatan, immobilizing, dan
transformasi logam berat.
5. Cara kerja bioremediasi jika dilakukan dengan tumbuhan (fitoremediasi)
adalah fitoekstraksi, fitofiltrasi, fitostablisasi, dan fitovolatilasi, dan
fitodegradasi.
DAFTAR PUSTAKA