1. A. Bioremediasi merupakan metode remediasi yang diterapkan guna menurunkan kadar
polutan dalam suatu lingkungan dengan bantuan mikroorganisme atau agen hayati lainnya seperti tumbuhan. B. Fitoremediasi merupakan metode remediasi yang diterapkan guna menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik senyawa organik maupun anorganik, serta mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah dengan bantuan tanaman, contohnya seperti eceng gondok. C. Bioatenuasi merupakan metode remediasi yang dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme indigenous atau mikroorganisme asli yang ada pada lingkungan tercemar tersebut dan membiarkan proses biodegradasi terjadi secara alami tanpa intervensi (tanpa penambahan apapun). D. Biostimulasi merupakan metode remediasi yang dilakukan dengan menambahkan suatu nutrisi dan donor atau akseptor elektron ke dalam suatu situs atau tempat yang tercemar dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan dan aktifitas bakteri biodegradasi yang ada di dalam tempat tercemar itu. E. Bioaugmentasi merupakan metode remediasi yang dilakukan dengan menambahkan mikroba ke dalam suatu situs atau tempat yang tercemar dengan tujuan untuk mendukung proses biodegradasi yang ada di dalam tempat tercemar itu. 2. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses bioremediasi alami (bioautenasi) meliputi upaya rekayasa genetik dari mikroba indigenous dan nanoteknologi. Tujuan dari upaya rekayasa genetik mikroba adalah untuk meningkatkan efektivitas proses degradasi dan detoksifikasi polutan organik dan anorganik dari mikroba tersebut. Sedangkan, upaya nanoteknologi bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan partikel tanah, sehingga pori-pori tanah dan permeabilitas mengecil dan semakin memperbesar penimpunan nutrisi maupun zat hara sehingga proses bioremediasi menjadi lebih efektif. 3. Bioremediasi dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: Faktor lingkungan, seperti suhu dan ketersediaan oksigen. Ketersediaan oksigen sangatlah penting karena bakteri yang biasa digunakan untuk mendegradasi hidrokarbon adalah bakteri aerob, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen dalam aktivitasnya. Begitu pula dengan suhu yang juga tak kalah penting karena bakteri bisa mendegradasi polutan dengan optimal pada suhu tertentu yaitu suhu optimum. Suhu optimum bagi hampir semua mikroorganisme tanah umumnya pada kisaran 10-40°C, walaupun ada beberapa yang dapat hidup hingga suhu 60°C (bakteri termofilik) Faktor fisik, seperti ketersediaan air dan kesesuaian jumlah mikroorganisme dengan senyawa pencemar. Kondisi tanah yang lembab mengakibatkan degradasi bakteri dapat optimal karena terpenuhinya nutrient dan substrat. Kelembaban ideal bagi pertumbuhan bakteri adalah 25-28%, sedangkan kelembaban optimum untuk bioremediasi tanah tercemar adalah sekitar 80% kapasitas lapang atau sekitar 15% air dari berat tanah. Kesesuaian jumlah mikroorganisme dengan senyawa pencemar juga penting untuk diperhatikan karena jika kadar senyawa pencemar jauh lebih tinggi dan lebih pekat maka dapat mematikan mikroba yang digunakan sebagai agen bioremediasi tersebut. Faktor kimia, seperti bentuk struktur kimia dari senyawa pencemar yang akan memengaruhi sifat fisik dan kimia pencemar tersebut. 4. Mekanisme mikrooganisme yang berperan sebagai plant growth promoting (PGP) dalam proses fitoremediasi ekosistem tercemar adalah meningkatkan ketersediaan nurisi, ketahanan terhadap patogen, meminimalisir penggunaan pupuk kimia, mengurangi stres abiotik dan biotik 5. Bakteri fakultatif aerobik dapat mendegradasi polutan minyak bumi dengan lebih cepat pada lingkungan aerobik karena keberadaan oksigen sangat penting dalam proses degradasi tersebut, yaitu sebagai akseptor elektron atau penginduksi enzim monooksigenase dan deoksigenase yang membantu memecah senyawa hidrokarbon yang memiliki cincin aromatik sehingga bakteri dapat mendegradasi polutan lebih cepat pada kondisi lingkungan dengan kadar oksigen yang melimpah (aerobik). 6. Keuntungan dari penerapan bioremediasi in-situ dibandingkan bioremediasi ex-situ adalah bioremediasi in-situ membutuhkan usaha serta biaya yang lebih sedikit karena tidak perlu memindahkan sampel yang tercemar polutan ke tempat lain.