Anda di halaman 1dari 2

*pengertian bioremidasi

Berdasarkan terminologi nya, bioremediasi berasal dari kata Bio yang berarti hidup dan Remediasi yang
berarti kembali. Secara harfiah, bioremediasi merupakan pengembalian daerah atau lokasi yang
terpapar limbah kimia dengan bantuan makhluk hidup. Bioremediasi mengacu pada segala proses yang
menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, fungi, yeast, alda, ataupun enzim-enzim yang
dihasilkannya untuk membersihkan atau menetralkan bahan kimia dan limbah pencemar. Selain
mikroba, proses bioremediasi juga dapat memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan tertentu. Tujuan dari
bioremediasi adalah untuk memulihkan kesehatan lingkungan dari zat-zat pencemar berbahaya.

*Jenis Bioremediasi

1.Bioremediasi Ex-Situ

Bioremediasi ex-situ adalah usaha pemulihan lingkungan dengan melakukan penggalian kemudian
membawa unsur pencemar keluar daerah untuk dipulihkan di tempat lain. Terdapat empat cara untuk
melakukan bioremediasi ex-situ, yaitu :

-Biopile, yaitu teknik bioremediasi dengan penimbunan di atas galian tanah yang tercemar. Usaha ini
diikuti pula dengan penambahan nutrisi dan aerasi untuk meningkatkan aktivitas mikroba. Ditambahkan
juga sistem pemanas dalam teknologi biopile agar proses biodegradasi senyawa berbahaya dapat
berjalan dengan lebih cepat.

-WIndrow, yaitu teknik bioremediasi dengan pembalikan tumpukan tanah yang tercemar. Pembalikan
tersebut dilakukan secara berkala dan dibarengi dengan peningkatan aerasi. Penambahan nutrisi juga
dilakukan beberapa kali sebagai bahan baku energi bagi mikroba dalam mempercepat laju biodegradasi.

-Bioreaktor, yaitu teknik bioremediasi dengan membuat sebuah tangki besar sebagai tempat terjadinya
biodegradasi. Tangki besar tersebut memiliki kondisi yang terkendali untuk mikroba dapat bertahan
hidup. Segala iklim mikro seperti suhu, kelembaban, aerasi, hingga nutrisi dikontrol secara berkala agar
mikroba dapat tetap hidup dengan baik sehingga biodegradasi berjalan lancar dan cepat.

-Land farming, yaitu teknik bioremediasi dengan mencampurkan tanah tercemar dengan nutrisi untuk
merangsang aktivitas mikroorganisme. Nutrisi yang ditambahkan seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.
Campuran tanah ini lalu dipindahkan ke tanah yang belum terkontaminasi. Teknik ini tergolong yang
paling mudah dibandingkan teknik ex-situ lainnya.

2.Bioremediasi In-Situ

Bioremediasi in-situ adalah usaha pemulihan lingkungan secara langsung di lokasi pencemaran. Terdapat
tiga cara dalam bioremediasi in-situ, yaitu

-Biostimulasi, yaitu teknik bioremediasi dengan merangsang aktivitas mikroba asli. Biostimulasi
dilakukan dengan penambahan nutrisi, peningkatan kelembaban, dan pengaturan suhu lingkungan
sehingga pertumbuhan mikroba dapat meningkat. Dengan demikian, proses biodegradasi bahan
pencemar dapat lebih cepat terjadi.

-Biosparging, yaitu teknik bioremediasi dengan menyuntikkan oksigen ke dalam tanah. Oksigen tersebut
akan meningkatkan aktivitas bakteri aerob dalam tanah. Biosparging biasa digunakan untuk
membersihkan minyak dan senyawa aromatik seperti benzene, toluene, dan naftalena dalam tanah.

-Fitoremediasi, yaitu teknik bioremediasi dengan menggunakan tanaman sebagai media pemulih
lingkungan dari polutan. Akar tanaman dimanfaatkan untuk menyerap polutan dan mengeluarkannya
dari lingkungan. Tanaman yang dapat digunakan dalam fitoremediasi disesuaikan dengan zat pencemar
yang akan dibersihkan. Salah satu tanaman yang biasa dipakai dalam fitoremediasi adalah eceng
gondok.

*Faktor Lingkungan yang Berpengaruh

-pH. Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang namun ada yang
melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dr 4.5 menjadi 7.4 dengan penambahan kapur meningkatkan
penguraian minyak menjadi dua kali. Penyesuaian pH dapat mengubah kelarutan, bioavailabilitas,
bentuk senyawa kimia polutan, dan makro & mikro nutrien. Ketersediaan Ca, Mg, Na, K, NH4+, N dan P
akan turun, sedangkan penurunan pH menurunkan ketersediaan NO3- dan Cl- . Cendawan yang lebih
dikenal tahan terhadap asam akan lebih berperan dibandingkan bakteri asam.

-Kadar H2O dan karakter geologi. Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi.
Nilai aktivitas air dibutuhkan utk pertumbuhan mikrob berkisar 0.9-1.0, umumnya kadar air 50-60%.
Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang poros.

-Keberadaan zat nutrisi. Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian
mungkin tak perlu ditambah zat nutrisi. Untuk hidrokarbon ditambah nitrogen & fosfor, dapat pula dgn
makro & mikro nutrisi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai