Anda di halaman 1dari 9

BIOREMIDIASI TANAH TERKONTAMINASI LOGAM BERAT

Oleh Tohir

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas
dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan
organisme uniseluler, prokariota atau prokariot, tidak mengandung klorofil, serta
berukuran mikroskopik. Bakteri berperan dalam bidang pertanian, kesehatan, industri,
lingkungan, dan lain-lain.
Kasus tanah-tanah terkontaminasi logam-logam berat akibat aktivitas manusia dalam
industri-industri penambangan adalah sudah mulai terasa dampaknya bagi lingkungan
ekologi tanah. Lingkungan tanah yang terkontaminasi logam berat merupakan salah satu
kendala utama, karena adanya saling interaksi secara langsung maupun tidak langsung
dengan organisme di atas permukaan tanah (manusia, tumbuhan, binatang) maupun di
dalam tanah (mikroorganisme). Pada beberapa daerah di Indonesia, kasus tanah
terkontaminasi logam berat sebagian besar disebabkan oleh kondisi lingkungan alam
yang sejak awalnya telah didominasi oleh unsur logam hasil pelapukan batuan mineral,
misalnya : tanah-tanah sulfat masam dan hasil penambangan yang melibatkan aktivitas
manusia.
Permasalahan utama saat ini yang muncul pada tanah-tanah terkontaminasi logam berat
adalah akibat aktifitas manusia melalui industri-industri penambangan yang
menghasilkan limbah (misalnya : pertambangan tembaga & emas, dan batubara),
sehingga mencemari lingkungan tanah di sekitarnya. Pemanfaatan mikroorganisme akhir-
akhir ini dalam mengurangi efek toksik logam pada tanah terkontaminasi telah menjadi
perhatian para peneliti karena lebih bersifat ramah lingkungan. Secara alami, suatu
ekosistem alam mempunyai mekanisme dalam mengurangi bahaya kontaminasi logam
berat. Bila kontaminasi logam berat berlebihan, terjadi akumulasi dan bersifat toksik,
sehingga akan terjadi ketidakseimbangan di dalam suatu ekosistem. Dalam hal ini
peranan mikroorganisme dalam mengatasi permasalahan lingkungan terkontaminasi
logam berat akan sangat membantu.
Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau “remediate” yang artinya
menyelesaikan masalah. Secara umum bioremediasi dimaksudkan sebagai penggunaan
mikroba untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau air permukaan sehingga
lingkungan tersebut kembali bersih dan alamiah.
Mikroba yang hidup di tanah dan di air tanah dapat “memakan” bahan kimia berbahaya
tertentu, misalnya berbagai jenis minyak. Mikroba mengubah bahan kimia ini menjadi air
dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2. Bakteri yang secara spesifik menggunakan
karbon dari hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber makanannya disebut sebagai
bakteri petrofilik. Bakteri inilah yang memegang peranan penting dalam bioremediasi
lingkungan yang tercemar limbah minyak bumi. Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air) (Fardiaz, 1992).
Istilah bioremediasi digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan mikroorganisme
perombak polutan untuk membersihkan lingkungan tercemar. Kemampuan perombakan
tersebut berkaitan dengan kehadiran plasmid microbial yang mengandung gen-gen
penyandi berbagai enzim perombak polutan. Proses bioremediasi didasari oleh
dekomposisi bahan organik di biosfer yang dilakukan oleh bakteri dan jamur
heterotropik. Mikroorganisme ini memiliki kemampuan memanfaatkan senyawa organik
alami sebagai sumber karbon dan energi. Proses dekomposisi yang terjadi menghasilkan
karbon dioksida, metan, air, biomassa mikroba dan hasil sampingan yang lebih sederhana
dibanding dengan senyawa awalnya. Bioremediasi dipilih sebagai teknologi remediasi
unggulan karena teknologi ini mempunyai beberapa keuntungan dan dapat
menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan secara murah dan tuntas (Fardiaz,
1992).
Berdasarkan konsep pengembangan perancangan bioremediasi dapat dilakukan secara in
situ, ex situ atau kombinasinya. Bioremediasi in situ disebut juga intrinsic bioremediation
atau natural attenuatio, pada prinsipnya adalah suatu proses bioremediasi yang hanya
mengandalkan kemampuan mikroorganisme indigenous yang telah ada di lingkungan
tercemar limbah untuk mendegradasinya. Bioremediasi ex situ disebut juga above ground
treatment merupakan proses bioremediasi yang dilakukan dengan cara memindahkan
kontaminan ke suatu tempat untuk memberikan beberapa perlakuan (Capuccino, 1983).
Bioremediasi dengan cara in situ dapat dilakukan secara terekayasa maupun alami.
Bioremediasi in situ secara alami tidak perlu penambahan nutrien, hanya dengan
memanfaatkan kemampuan dari bakteri indigenous yang terdapat pada lahan tercemar
tersebut sedangkan terekayasa dengan disertai penambahan oksigen, nutrien, ataupun
bakteri. Bioremediasi in situ secara terekayasa dapat melalui mekanisme biostimulasi
(penambahan oksigen dan nutrien) dan dengan mekanisme bioaugmentasi (penambahan
oksigen, nutrien, dan bakteri). Mekanisme biostimulasi dapat melalui cara bioventing
(pemompaan udara dan nutrisi melalui sumur injeksi) dan melalui air sparging
(pemompaan udara untuk meningkatkan aktivitas degradasi oleh mikroba) (Capuccino,
1983).
Bioremediasi secara ex situ dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan metode
landfarming, composting, biopile dan bioreaktor. Mekanisme landfarming adalah dengan
memindahkan tanah yang terkena kontaminasi ke permukaan lapangan yang diberi
perlakuan dengan penambahan bakteri, air, udara, dan nutrisi. Cara ini yang paling sering
digunakan. Composting adalah penyampuran limbah dengan jerami atau bahan lain untuk
mempermudah masuknya air, udara, dan nutrisi. Biopile adalah salah satu cara
bioremediasi dengan mengangkat tanah tercemar ke permukaan, ditumpuk, dan diberi
perlakuan penambahan air, udara, dan nutrien. Mekanisme bioremediasi ex situ dengan
cara bioreaktor adalah mekanisme bioremediasi menggunakan bejana besar sebagai
bioreaktor yang mengandung tanah, air, nutrisi, dan udara yang dapat membuat mikroba
aktif mendegradasi senyawa pencemar (Capuccino, 1983).
MENURUT PALAR (1994) BIOREMEDIASI MEMBUTUHKAN FAKTOR-FAKTOR
SEBAGAI BERIKUT:
a. Tipe dan jumlah logam berat pencemar
Tingkat degradasi logam berat pencemar sangat bergantung pada tipe dan jumlah logam
berat pencemar tersebut. Semakin tinggi jumlah logam berat tersebut maka akan
membuat pertumbuhan bahkan dapat membuat matinya bakteri yang tidak tahan terhadap
logam tersebut.
b. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kondisi fisik logam berat yang mencemari tanah dan
mikroorganisme yang mengkonsumsinya. Temperatur yang semakin tinggi dapat
mengganggu pertumbuhan optimum dari mikroba pendegradasi.
c. Nutrien
Masuknya sumber karbon yang sangat besar akan menyebabkan berkurang secara
cepatnya nutrien anorganik yang akan membatasi tingkat biodegradasi, sehingga
biostimulasi dapat digunakan untuk memaksimalkan proses bioremediasi.
d. pH
Mayoritas mikroorganisme akan tumbuh dengan subur pada pH antara 6 dan 8, namun
ada pula mikroorganisme yang mampu mendegradasi dengan derajat keasaman di bawah
pH netral, seperti Thiobacillus ferooxidans yang mampu untuk tumbuh pada kisaran ph
1,3-4,5.
e. Oksigen
Keberadaan oksigen merupakan faktor pembatas laju degradasi logam berat maupun
pertumbuhan mikroba yang digunakan. Kebutuhan akan oksigen digunakan untuk
mengkatabolisme logam berat dengan cara mengoksidasi substrat dengan katalis enzim
oksigenase.
f . Kadar air
Kadar air merupakan salah satu faktor penting dalam bioremediasi. Selama bioremediasi,
jika kandungan air terlalu tinggi akan berakibat sulitnya oksigen untuk masuk kedalam
tanah.
g. Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak mikroba dengan permukaan medium semakin tinggi pula
mikroba yang melekat pada permukaan substrat sehingga proses leachingnya semakin
tinggi.
Proses bioremediasi logam berat umumnya terdiri dari dua mekanisme yang melibatkan
proses pengambilan aktif (active uptake) dan penyerapan pasif (passive uptake) (Fardiaz,
1992). Pada saat ion logam berat tersebar pada permukaan sel, ion akan mengikat pada
permukaan sel berdasarkan kemampuan daya afinitas kimia yang dimilikinya.
Mekanisme kedua penyerapan tersebut kemudian diuraikan sebagai berikut:
Passive uptake dikenal dengan istilah proses biosorpsi. Proses ini terjadi ketika ion logam
berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda, pertama pertukaran ion dimana
ion monovalen dan divalent seperti Na, Mg dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-
ion logam berat dan keduanya adalan formasi kompleks antara ion-ion logam berat
dengan functional groups seperti carbonyl, amino, thiol, hydroxy, phosphate dan hydroxy
carboxyl yang berada pada dinding sel. Proses biosorpsi ini bersifat bolak-balik dan
cepat. Proses bolak-balik ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat terjadi pada
sel mati dan sel hidup pada suatu biomass. Proses biosorpsi dapat lebih efektif dengan
kehadiran pH tertentu dan kehadiran ion-ion lainnya di media dimana logam berat dapat
terendapkan sebagai garam yang tidak larut. Secara umum, biosorpsi ion logam berat
berlangsung cepat, bolak-balik dan tidak tergantung terhadap faktor kinetik bioremoval
bila dikaitkan dengan penyebaran sel (Palar, 1994)
Active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan
terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme dan
akumulasi intraseluler ion logam tersebut. Logam berat juga dapat diendapkan pada
proses metabolisme dan ekresi pada tingkat kedua. Proses ini terkandung dari energi yang
terkandung dan sensitifitasnya terhadap parameter-parameter yang berbeda seperti pH,
suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lain-lain. Proses ini dapat dihambat dengan suhu
yang rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat-penghambat metabolisme
sel. Biosorpsi logam berat dengan sel hidup ini terbatas dikarenakan akumulasi ion yang
menyebabkan racun terhadap mikroorganisme. Hal ini biasanya dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme disaat keracunan ion logam tercapai. (Palar, 1994).
Secara umum mikroba mengurangi bahaya pencemaran logam berat dengan cara
detoksifikasi, biohidrometalurgi, bioleaching dan bioakumulasi (Atlas and Bartha, 1993).
Detoksifikasi pada prinsipnya mengubah ion logam berat yang bersifat toksik menjadi
ion atau senyawa yang tidak bersifat toksik lagi. Proses ini umumnya berlangsung secara
anaerob dan memanfaatkan senyawa kimia sebagai akseptor elektron. Menurut Atlas dan
Artha (1993) dalam Ariono (1996), biohidrometalurgi pada prinsipnya mengubah ion
logam yang terikat pada suatu senyawa yang tidak dapat larut dalam air menjadi senyawa
yang dapat larut dalam air.

BAKTERI BELERANG KHUSUSNYA THIOBACILLUS FERROOXIDANS


BANYAK BERPERAN KHUSUSNYA PADA LOGAM-LOGAM DALAM
BENTUK SENYAWA SULFIDA UNTUK MENGHASILKAN SENYAWA
SULFAT. SECARA UMUM REKASINYA ADALAH:
T. ferroxidans
Bioakumulasi merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mikroba menangani
limbah logam berat. Pada prinsipnya bioakumulasi merupakan pengikatan ion-ion pada
struktur sel mikroba. Pengikatan ini disebabkan oleh sistem transport aktif ion, ikatan
permukaan dan mekanisme lain yang tidak dikethui. Mekanisme pengikatan diatas tidak
lepas dari karakter anion dan fisikokimia dari dinding sel , sehingga ion logam berat
mampu diikat secara adhesi (Mc. Lean et al., 1994).
Bioleaching merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove) atau mengekstraksi
logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan organisme hidup atau untuk mengubah
mineral sulfida sukar larut menjadi bentuk yang larut dalam air dengan memanfaatkan
mikroorganisme (Brandl, 2001). Sementara Bosecker (1987) mengungkapkan bahwa
bioleaching merupakan suatu proses ekstraksi logam yang dilakukan dengan bantuan
bakteri yang mampu mengubah senyawa logam yang tidak dapat larut menjadi senyawa
logam sulfat yang dapat larut dalarn air melalui reaksi biokirnia. Bioleaching logam berat
dapat rnelalui oksidasi dan reduksi logam oleh mikroba, pengendapan ion-ion logam pada
permukaan sel rnikroba dengan menggunakan enzim, serta menggunakan biomassa
mikroba untuk menyerap ion logam.
Proses mikrobiologi untuk penghilangan/pemindahan logam-logam dari larutan dibagi
kedalam yang bertanggung jawab untuk adsorpsi ion-ion logam bermuatan positif dalam
larutan. Proses adsorpsi berlangsung cepat tergantung pada temperatur dan metabolisme
energi 3 kategori, yaitu : (1). Adsorpsi ion logam di atas permukaan dari
mikroorganisme; (2). Ketersediaan intraselular dari logam; (3). Transformasi kimia dari
logam oleh agent biologi. Sebagian besar mikroorganisme mempunyai suatu muatan
elektrik negatif pada kelompok bermuatan negatif dari atom pada membran sel dan
dinding sel. Kelompok bermuatan atau ligan termasuk phosphoryl (PO4-), carboxyl
(COO-), dan hidroksil (OH-) (Taberima, 2004).

Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang industri dan teknologi,


terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan juga sebagai pengontrol
sampah/limbah buangan. Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus ferrooxidans
merupakan salah satu mikroorganisme penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching)
logam-logam dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang yang telah didrainase
dengan pH lingkungan masam. Thiobacillus ferrooxidans merupakan kelompok
acidophilik kemolithotropik yang toleran terhadap logam-logam toksik (Clausen, 2000)
dan hidup pada lingkungan masam dengan temperatur panas, retakan bahan volkanik, dan
deposit bijih sulfida dengan konsentrasi asam sulfurik tinggi (Brierley, 1982).
Bakteri Thiobacillus ferrooxidans memperoleh energi untuk pertumbuhannya dari
oksidasi zat inorganik besi atau sulfur. Sebagian besar bersifat autotropik, mengambil
karbon untuk sintesis senyawa selular bukan dari bahan organik, tetapi dari CO2 di
atmosfer (Brierley, 1982). Bakteri ini berfungsi sebagai katalis dalam mengoksidasi
logam sulfida yang larut seperti : Cu2S 2Cu+ + SO42-. Secara alami Cu2S akan
teroksidasi di alam dengan adanya udara (O2) dalam lingkungan masam, tetapi sangat
lambat. Namun dengan adanya T. ferrooxidans, proses ini akan berlangsung 100 kali
lebih cepat dari proses alami. Selain berfungsi sebagai katalisor dalam oksidasi logam
sulfida, juga mengoksidasi ion ferro (Fe2+) menjadi ion ferri (Fe3+) berbentuk endapan
keras. Persamaan reaksi : 4FeSO4 + 2H2SO4 + O2 2Fe2(SO4)3 + 2H2O (Fowler et al.,
1999) pada pH 1,0 dan 4,5, dengan pengecualian tidak terdapat CaCO3 sebagai agent
penetral.

MEKANISME PENGOLAHAN LOGAM OLEH BAKTERI


PENDEGRADASI LOGAM SEPERTI THIOBACILLUS
FEROOXIDANS ADALAH SEBAGAI
Untuk mampu mendegradasi logam berat, mikroorganisme memiliki peranan dalam
proses mobilisasi dan immobilisasi unsur-unsur toksik yang ada dalam lahan yang
tercemar. Peranan mikroorganisme dalam mempengaruhi proses mobilisasi dan
immobilisasi unsur-unsur toksik melalui beberapa mekanisme, yakni kelat unsur oleh
proses metabolisme, oksidasi-reduksi logam yang dipengaruhi daya larut atau valensi,
perubahan pH yang mempengaruhi sifat ion, biosorpsi oleh kelompok fungsional pada
permukaan sel, bioakumulasi oleh sistem transport energi, dan immobilisasi untuk
membentuk bahan stabil, biometilasi, dan biodegradasi kompleks organik pada logam.
Mobilisasi adalah pelarutan terhadap logam-logam toksik melalui reaksi oksidasi-reduksi
dan produksi metabolisme asam organik atau mineral yang dipengaruhi oleh naik
turunnya pH dalam larutan.
TAHAPAN-TAHAPAN MOBILISASI INI MELIPUTI, OKSIDASI ENZIMATIK,
REDUKSI ENZIMATIK, PEMBENTUKAN KOMPLEKS, DAN SIDERAPORE.
1. Oksidasi enzimatik
Oksidasi enzimatik berguna untuk memindahkan spesies inorganik dari larutan.
Pencucian logam dari bijih tambang secara biologi dilakukan oleh mikroorganisme
autotropik, seperti : Thiobacillus ferrooxidans atau T.thiooxidans. Aktivitas
T.ferrooxidans berperan memindahkan uranium dari bijih tambang melalui reaksi secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung adalah : UO2 + 2 Fe3+ UO22+ + Fe2+ ,
dan secara tidak langsung adalah :
UO2 UO22+. Besi ferro yang dihasilkan adalah sebagai pembawa elektron untuk oksidasi
uranium (U) dan direduksi oleh T. ferrooxidans melalui reaksi : 4 Fe2+ + O2 + 4 H+ 4
Fe3+ + 2 H2O.
2. Reduksi enzimatik
Reduksi enzimatik diperankan oleh mikroorganisme anaerobik obligat dan fakultatif yang
memiliki potensi bioremidiasi secara in situ. Contoh reduksi oleh mikroorganisme
adalah : UO22+ UO2 ; Fe3+ Fe2+ ; Mn4+ Mn2+.
1. Pembentukan Kompleks
Agent pembentuk kompleks dari mikroorganisme bermanfaat dalam menggerakkan
senyawa inorganik toksik dan memindahkannya dari sampah/limbah padat, melalui reaksi
: Logam + ligan kompleks logam
Agent pengkompleks mikroorganisme dapat sebagai asam-asam organik dengan berat
molekul (BM) rendah dan alkohol, ligan dengan BM tinggi, siderapore, dan senyawa
pengikat logam toksik. Asam-asam organik dengan BM rendah bervariasi, misalnya :
asam sitrat dan asam trikarboksil yang dilepaskan selama degradasi mikroorganisme dan
memiliki kemampuan mengkompleks logam. Beberapa asam amino dari bakteri dapat
juga sebagai agent pengkompleks. Urutan kemampuan mengkompleks asam-asam
organik adalah : Asam trikarboksil asam dikarboksil asam monokarboksil Senyawa
organik terutama selulosa dan lignin yang melepaskan senyawa makromolekul, yaitu :
humat dapat membentuk kompleks dengan logam-logam berat tergantung peningkatan
pH. Bahan humik dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam adalah merupakan
salah satu metode remidiasi pada air terkontaminasi dan radionulide (Koopal, et al.,
2001).
4. Siderapore
Siderapore atau pengkelat Fe spesifik adalah dihasilkan ketika mikroorganisme
bertumbuh dalam medium yang kekurangan Fe. Siderapore memegang peranan penting
dalam mengkompleks logam-logam toksik dan meningkatkan daya larutnya (Gazso,
2001). Siderapore lebih spesifik untuk Fe (III), tetapi dapat juga mengkompleks logam-
logam berat lainnya.
Immobilisasi adalah pelarutan terhadap logam-logam toksik yang ditandai dengan
terjadinya pengendapan (presipitasi), biosorpsi, dan bioakumulasi. Degradasi
mikroorganisme dari senyawa organo-fosfat dapat menyebabkan pengendapan logam
melalui pembentukan logam-fosfat, khususnya pada pH > 7, termasuk fosfat intraseluler
yang menyebabkan immobilisasi logam-logam.
1. Pengendapan (presipitasi)
Degradasi mikroorganisme dari senyawa organo-phosphate hingga orthophosphate dapat
menyebabkan pengendapan logam melalui pembentukan logam-phosphate, khususnya
pada pH > 7, termasuk phosphate intraselular yang menyebabkan immobilisasi logam-
logam. Rufus et al., (2001), menyatakan bahwa konstribusi Fe dan P yang tinggi di dalam
tanah dapat juga memperbaiki ekosistem tanah dan limbah yang terkontaminasi Zn, Cd,
dan Pb bila pH tanah ditingkatkan dengan penambahan kapur. Penerapan bahan kapur
CaCO3, CaO, dan CaOH, saat ini telah digunakan sebagai perlakuan pada tanah-tanah
masam dan terkontaminasi logam berat (Winking dan Dollhopf, 2000).
2. Biosorpsi
Biosorpsi logam toksik didasarkan pada proses non-enzimatik seperti adsorpsi. Adsorpsi
adalah pengikatan non-spesifik dari spesies ionik pada permukaan sel, atau polisakarida
dan protein ekstraselular. Dinding sel bakteri dan lapisannya, dinding fungi, ragi, dan
alga adalah efisien sebagai biosorbent logam (kelompok pengikat bermuatan). Ion-ion
logam dapat dipindahkan melalui biomassa bakteri hidup atau mati. Banyak spesies
mempunyai kandungan kitin yang tinggi pada dinding sel dan polimer ini dari N-
asetilglukosamine merupakan biosorbent efektif.
3. Bioakumulasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi bioakumulasi atau biosorpsi oleh mikroorganisme
adalah pH. Penelitian yang dilakukan oleh Suh et al., 1999 : “Pengaruh pH terhadap
akumulasi Pb2+ dari limbah industri oleh mikroorganisme”, menunjukkan bahwa pH
optimum akumulasi Pb2+ pada Saccharomyces cerevisiae adalah pH 4-5, sedangkan
Aureobasidium pullulans pada pH 6-7. Proses akumulasi kedua mikroorganisme tersebut
jelas berbeda, karena pada S. cerevisiae, ion Pb2+ dapat menembus ke dalam bagian sel
inner, sedangkan pada A. pullulans akumulasi hanya terjadi pada bahan polimerik
ekstraselular di sekitar permukaan sel.
Ledin & Pedersen (1996) juga menegaskan pentingnya peranan mikroorganisme di
lingkungan terkontaminasi (limbah) dengan konsentrasi logam berat tinggi. Prinsip kerja
mikroorganisme dapat mempengaruhi mobilisasi atau immobilisasi logam. Kehadiran
mikroorganisme dapat mempengaruhi penyebaran logam dengan cara yang berbeda.
Kehidupan mikroorganisme bebas merupakan partikel mobile yang memiliki kemampuan
tertinggi dalam menyerap logam. Bila mayoritas dari mikroorganisme bertumbuh dalam
biofilms pada permukaan, maka pergerakan logam menjadi berkurang, karena beberapa
mikroorganisme dapat menyebabkan logam-logam mengendap, seperti : sulfida.
Proses bioleaching (bacterial leaching) dapat diartikan sebagai pelarutan logam-logam
dari substrat zat padat baik secara langsung melalui metabolisme bakteri leaching
ataupun secara tidak langsung melalui produk/hasil metabolisme.
MEKANISME UTAMA YANG TERLIBAT DALAM BACTERIAL LAEACHING
LOGAM BERAT OLEH THIOBACILLUS FEROOXIDANS MELIPUTI
MEKANISME LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG, YANG DAPAT
DIGAMBARKAN DENGAN PERSAMAAN BERIKUT :
Mekanisme langsung :
MS + 2O2 MSO4………………(1)
Thiobacillus ferooxidans
Mekanisme tak langsung :
SO—H2O+3/2O2 H2SO4……(1)
Thiobacillus ferooxidans
H2SO4+sedimen-M-M sedimen – 2H+MSO4………(2)
Proses bacterial leaching dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti strain bakteri, pH,
konsentrasi logam, dan substrat lain (jenis limbah) dalam sistem dan waktu kontak
bakteri dengan permukaaan partikel. Tingginya kadar logam berat mengakibatkan
pertumbuhan bakteri terganggu bahkan menyebabkan matinya sejumlah bakteri yang
tidak tahan terhadap logam tersebut. Waktu kontak bakteri dengan permukaan partikel
mempengaruhi proses leaching. Pelekatan bakteri pada permukaan partikel dipengaruhi
waktu, makin lama waktu kontak bakteri dalam medium atau permukaan sampel makin
banyak bakteri yang melekat pada permukaan partikel dan makin banyak bakteri yang
dapat melakukan aktivitas leachingnya. Pemahaman yang memadai atas parameter ini
sangat penting untuk mengoptimalkan proses-proses bacterial leaching (Isa, 2004).
Ariono, David. 1996. Bioremediasi Logam Berat di Lingkungan Perairan dengan
Bantuan Mikrobia. Jurnal Biota vol. I (2).
Atlas, R. M and R. Bartha. 1993. Microbiol Ecology Fundamental and Applications. The
Benjamin Cumming Publishing Co. Inc. California.
Bosecker K, 1987. Microbial Leaching, in Prave P. Faust U, Sitting W, Sukacth D.A
(eds), Fundamznthals of Biotechnology, VCH, Weinl~eim.
Brandl 11,2001. Microbial Leaching of Metal, Switzerland
Brierley, C.L., 1982. Microbial Mining. Scientific American. 247:42-50.
Cappuccino, J.G. & Sherman, N. 1983. Microbiology: A Laboratory Manual. California:
Addison-Wesley.
Clausen, C. A., 2000. Isolating metal-tolerant bacteria capable of removing Cu, Cr, and
As from treated wood. Waste Management & Research. 18: 264-268. UK.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakrta.
Fowler, T.A., P.R. Holmes, and F.K. Crundwell. 1999. Mechanism of pyrite dissolution
in the presence of Thiobacillus ferrooxidans. Appl. Environ. Microbiol. 65:2987-2993.
Gazso, L. G. 2001. The key microbial in the removal of toxic metal and radionuclides
from the enviroment. CEJOEM 2001. 7:178-185.
Isa, Ishak. 2004. Bioleaching Logam Timbal (Pb) dari Sedimen dengan Menggunakan
Bakteri Thiobacillus ferooxidans. JBP Vol. 6 No. 2.
Koopal, L. K., Willem, H. V. R., and David, G. K., 2001. Humic matter and
contaminants. General aspects and modeling metal ion binding. Pure Appl. Chem. 73:
2005-2016.
Ledin, M., and K. Pedersen, 1996. The environmental impact of mine wastes – Roles of
microorganisms and their significance in treatment of mine wastes. Earth-Science
Reviews 41 (1996) 67-108.

Anda mungkin juga menyukai