Anda di halaman 1dari 5

Peran Mikroorganisme (Acinetobacter calcoaceticus) dalam Bioremidiasi

Tumpahan minyak mentah yang terjadi di perairan Indonesia mengakibatkan pencemaran


di daerah lingkungan pantai. Beberapa wilayah perairan di Indonesia merupakan jalur pelayaran
lalu lintas kapal komersil baik lokal maupun internasional serta kapal berbendera Indonesia.
kawasan perairan yang rawan terkena dampaknya yaitu kawasan pantai. Pantai merupakan daerah
di tepi laut yang masih mendapat pengaruh keadaan laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air laut (Triatmodjo, 1999). Tumpahan minyak mentah yang terbawa bersama arus
pasang dapat terpenetrasi dan terakumulasi di dalam tanah (Pezeshki dkk., 2000). Minyak mentah
adalah campuran senyawa hidrokarbon yang terbentuk berjuta tahun silam, yang berasal dari fosil
tumbuhan, hewan, atau plankton selama jutaan tahun di dalam tanah atau pun didasar lautan
(Wymer, 1972).

(sumber: https://www.commondreams.org/news/2015/05/13/drilling-approved-gulf-near-site-
deepwater-horizon-disaster)
Untuk mengatasi tumpahan minyak mentah, telah ditempuh banyak metode, baik metode
fisika, kimia, maupun bioremediasi. Metode fisika memiliki beberapa kelemahan seperti
banyaknya tenaga manusia yang dibutuhkan untuk membuang minyak secara manual (Hozumi
dkk., 2000), pembakaran polutan yang menyebabkan polusi udara (Gogoi dkk., 2003), atau matinya
tumbuh-tumbuhan pesisir akibat aktivitas pengumpulan minyak (Kiesling dkk., 1988; OTA, 1990;
Owens dkk., 1993a dalam Pezeshki dkk.,2000). Hal serupa juga terjadi pada metode kimia. Zat-
zat kimia yang digunakan untuk menanggulangi tumpahan minyak sering kali jauh lebih beracun
daripada minyak itu sendiri (Burridge dan Shir, 1995 dalam Wrabel dan Peckol, 2000).
Bioremediasi berasal dari dua asal kata, yaitu bio (organisma hidup) dan remediasi
(menyehatkan kembali), sehingga secara bersama diartikan bioremediasi menjadi suatu cara
penggunaan organisme dalam upaya penyehatan kembali lingkungan yang sudah rusak atau
tercemar. Dalam teknologi ini organisme hidup yang paling banyak digunakan selain tumbuhan
adalah mikroorganisme, yang digunakan untuk pemecahan atau degradasi bahan pencemar
lingkungan menjadi bentuk yang lebih sederhana dan aman bagi lingkungan. Saat bioremediasi
terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan
mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada
banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan
tidak beracun
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air
limbah pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan
yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya
dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain
logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti
pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme
untuk mengurangi polutan yang sedang diuji cobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung
oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh
mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk
meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik
Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang
mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan
dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan
beracun menjadi tidak berbahaya. Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di
laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang
diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat
mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut
tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang
diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil
dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan
jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen
molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.
Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk mendegradasi minyak bumi.
Salah satu contoh bakteri yang selanjutnya disebut bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri yang
dapat menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan
menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Bakteri Acinetobacter calcoaceticus
menghasilkan senyawa biosurfaktan atau bioemulsi. Memiliki bentuk seperti batang dengan
diameter 0,9 – 1,6 mikrometer dan panjang 1,5- 2,5 mikrometer. Berbentuk bulat panjang pada
fase stasioner pertumbuhannya. Bakteri ini tidak dapat membentuk spora. Tipe selnya adalah gram
negatif, tetapi sulit untuk diwarnai. Bakteri ini bersifat aerobik, sangat memerlukan oksigen sebagai
terminal elektron pada metabolisme. Semua tipe bakteri ini tumbuh pada suhu 20-300 C, dan
tumbuh optimum pada suhu 33-35o C. Bersifat oksidasi negatif dan katalase positif. Bakteri ini
memiliki kemampuan untuk menggunakan rantai hidrokarbon sebagai sumber nutrisi, sehingga
mampu meremidiasi tanah yang tercemar oleh minyak. Bakteri ini bisa menggunakan amonium
dan garam nitrit sebagai sumber nitrogen, akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. D-
glukosa adalah satu-satunya golongan heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini, sedangkan
pentosa D-ribosa, D-silosa, dan L-arabinosa juga bisa digunakan sebagai sumber karbon oleh
beberapa strain.

(sumber: https://www.slideshare.net/alfredobambang/acinetobacter-28595602)
Kemampuan bakteri dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan enzim
regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan komponen
mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat
molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain itu
biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk di
degradasi oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui
beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan teremulsi
dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri sehingga lebih
mudah masuk ke dalam sel. Adapun penerapan bioremidiasi menggunakan mikroorganisme
dengan Biostimulasi. Biostimulasi adalah suatu proses yang dilakukan melalui penambahan zat
gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme (misalnya nutrien dan oksigen) atau
menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa (misalnya pemberian aerasi) agar
mikroorganisma tumbuh dan beraktivitas lebih baik. Nutrien dan oksigen dalam bentuk cair atau
gas, ditambahkan ke dalam air yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri
remediasi yang telah ada di dalam air tersebut. Namun sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan
tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati.

DAFTAR PUSTAKA
Gogoi BK, Dutta NN, Goswani P, Mohan TRK, 2003. A Case Study of Bioremediation of
Petroleum Hydrocarbon Contaminated Soil at a Crude Oil Spill Site. Advances in
Environmental Research, 7: 767–782.
Hozumi T, Tsutsumi H, Kono M, 2000. Bioremediation on the Shore after an Oil Spill from the
Nakhodka in the Sea of Japan. I. Chemistry and Characteristics of Heavy Oil Loaded on
the Nakhodka and Biodegradation Tests by a Bioremediation agent with Microbiological
Cultures in the Laboratory. Marine Pollution Bulletin, 40(4): 308–314
Juliani Any. Fudhola Rahman. 2011. Bioremediasi Lumpur Minyak (Oil Sludge) dengan
Penambahan Kompos sebagai Bulking Agent dan Sumber Nutrien Tambahan. Volume 3,
Nomor 1. Halaman 001‐018
Lumbanraja Parlindungan.2014. Mikroorganisma Dalam Bioremediasi. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara-Medan
Pezeshki SR, Hester MW, Lin Q, Nyman JA, 2000. The Effectsof Oil Spill and Clean-up on
Dominant US Gulf Coast Marsh Macrophytes: a Review. Environmental Pollution 108:
129–139.
Triatmodjo B, 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta, Beta Offset.
Wymer N, 1972. Minyak Bumi, diterjemahkan oleh Sudjoko. Penerbit Angkasa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai