Disusun oleh :
P1337433219068
KELAS 2C
2020
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM (LKP)
NIM : P1337433219068
Kelas/Semester : 2C/III
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan. Peristiwa ini disebut biotransformasi.
Mikroba yang hidup di tanah dan di air tanah dapat “memakan” bahan
kimia berbahaya tertentu, terutama organik, misalnya berbagai jenis minyak bumi.
Mikroba mengubah bahan kimia ini menjadi air dan gas yang tidak berbahaya
misalnya CO2. Bakteri yang secara spesifik menggunakan karbon dari
hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber makanannya disebut sebagai bakteri
petrofilik. Bakteri inilah yang memegang peranan penting dalam bioremediasi
lingkungan yang tercemar limbah minyak bumi.
Faktor utama agar mikroba dapat membersihkan bahan kimia berbahaya
dari lingkungan, yaitu adanya mikroba yang sesuai dan tersedia kondisi
lingkungan yang ideal tempat tumbuh mikroba seperti suhu, pH, nutrient dan
jumlah oksigen. Aplikasi bioremediasi di Indonesia mengacu pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 (KepMen LH no.
128/2003) mengatur tentang tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah
dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis. Disini dicantumkan
bahwa bioremediasi dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal. Pada
umumnya, di daerah yang tercemar jumlah mikroba yang ada tidak mencukupi
untuk terjadinya bioproses secara alamiah. Dalam teknologi bioremediasi dikenal
dua cara menstimulasi pertumbuhan mikroba, yaitu dengan biostimulai dan
bioaugmentasi.
Mikroba yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi dari
lahan tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian di laboratorium
diperbanyak dan kembalikan ke tempat asalnya untuk memulai bioproses.
Penambahan mikroba dengan cara ini disebut sebagai bioaugmentasi.
Kondisi lingkungan yang memadai akan membantu mikroba tumbuh,
berkembang dan “memakan” polutan tersebut (atau memanfaatkan Carbon dari
polutans sebagai sumber energi untuk pertumbuhan). Sebaliknya jika kondisi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati.
Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area
yang tercemar. Dengan demikian, perencanaan teknis (engineering design) yang
benar memegang peranan penting untuk mendapatkan proses bioremediasi yang
efektif. Dalam aplikasi teknik bioremediasi dikenal dua teknik yang sangat umum
diterapkan yaitu biopile dan landfarming.
Pada teknik biopile, tanah tercemar ditimbun diatas lapisan kedap air dan
suplai udara yang diperlukan oleh mikroba dilakukan dengan memasang
perpipaan untuk aerasi (pemberian udara) dibawah tumpukan tanah tercemar.
Pompa udara dipasang diujung perpipaan sehingga semua bagian tanah yang
mengandung mikroba dan polutan berkontak dengan udara. Dengan teknik ini,
ketinggian tanah timbunan adalah 1 sampai 1,5 meter.
Teknik landfarming dilakukan dengan menghamparkan tanah tercemar
diatas lapisan kedap air. Ketebalan hamparan tanah 30 – 50 cm memungkinkan
kontak mikroba dengan udara. Untuk menjamin bahwa semua bagian dari tanah
yang diolah terkontak dengan udara maka secara berkala hamparan tanah tersebut
di balikkan. Nama landfarming digunakan karena proses pembalikan tanah yang
dilakukan sama dengan pembalikan tanah pada saat persiapan lahan untuk
pertanian.
Nutrien yang digunakan untuk membantu pertumbuhan mikroba adalah
pupuk yang digunakan dalam kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena
bioremediasi mengubah bahan kimia berbahaya menjadi air (H2O) dan gas tidak
berbahaya (CO2), maka senyawa berbahaya dihilangkan seluruhnya.
Teknologi bioremediasi banyak digunakan pada pencemaran di tanah
karena beberapa keuntungan menggunakan proses alamiah / bioproses. Tanah atau
air tanah yang tercemar dapat dipulihkan di tempat
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengolahan tanah tercemar yang
mengandung detergen secara biologi.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Wadah
2. Sekop mini
Bahan :
1. Tanah
2. Efektif mikroorganisme 4 (EM 4)
3. Air sabun
4. Air biasa
B. Cara kerja :
1. Siapkan tanah ke dalam wadah
2. Ukur suhu dan pH tanah
3. Masukkan air sabun ke dalam wadah yang berisi tanah
4. Masukkan air biasa ke dalam wadah yang berisi tanah dan sudah ada air
sabunnya
5. Masukkan 1 tutup botol efektif mikroorganisme (EM 4) ke dalam wadah yang
berisi tanah yang sudah tercampur dengan air sabun dan air biasa
6. Kemudian aduk menggunakan sekop mini
7. Masukkan 1 tutup botol lagi efektif mikroorganisme (EM 4), dan aduk
kembali
8. Biarkan satu minggu, ukur pH setiap hari.
V. KESIMPULAN
Bioremediasi dapat digunakan untuk menghilangkan air sabun secara
permanen di tanah menggunakan mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan
dapat dari golongan jamur ataupun bakteri. Faktor yang perlu diperhatikan ketika
melakukan bioremediasi adalah jenis mikroorganisme yang akan digunakan, lokasi
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses bioderadasi. Hasil akhir
dari proses remediasi adalah CO2, air, dan sel biomassa.