Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu dampak dari peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan

teknologi adalah pencemaran terhadap lingkungan. Pada batas-batas tertentu

lingkungan/alam masih mampu mempertahankan kelestariannya dari segala

macam zat pencemar ayau polutan. Namun, bila jumlahnya sudah melebihi

kemampuan lingkungan, maka perlu keterlibatan manusia untuk mengatasinya.

Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran adalah dengan menggunakan metode

biologis sebagai alternatif yang aman, yaitu biodegradasi. Polutan yang mudah

terdegradasi dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang tidak

berbahaya seperti CO2 dan H2O. Saat ini mikroba banyak dimanfaatkan untuk

pengelolaan lingkungan karena dapat memperbaiki kualitas lingkungan perairan.

Cara biologis atau biodegradasi oleh mikroorganisme, merupakan salah satu

cara yang tepat, efektif dan hampir tidak ada pengaruh sampingan pada

lingkungan. Hal ini dikarenakan tidak menghasilkan racun ataupun blooming

(peledakan jumlah bakteri). Mikroorganisme akan mati seiring dengan habisnya

polutan dilokasi kontaminan tersebut. Selain itu, karena mikroba mampu

merespon perubahan fisika atau kimia dalam suatu lingkungan sehingga dapat

digunakan sebagai indikator alami terhadap perubahan lingkungan akibat dari

pencemaran air.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah:

1. Apa defenisi biodegradasi?

2. mikroba apa saja yang berperan sebagai biodegradasi

1.3.Tujuan

Berdasarkan latar belakang di ats maka tujuan dari penulisan makalah ini

adalah

1. Menguraikan defenisi biodegradasi

2. Menguraikan mikroba biodegradasi

1.4. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang

bakteri sebagai biodegradator polutan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biodegradasi

Biodegradasi yaitu pemecahan cemaran organik oleh aktivitas mikroba yang

melibatkan serangkaian reaksi enzimatik. Umumnya terjadi karena senyawa

tersebut dimanfaatan sebagai sumber makanan (substrat). Biodegradasi yang

lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa

karbondioksida dan air. Proses ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk

menjadi CO2 dan air. Ko-metabolisma (co-metabolism) yaitu kemampuan

mikroba dalam mengoksidasi atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang

dihasilkan tidak dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan.

Biodegradasi merupakan suatu proses untuk merehabilitasi lingkungan yang

telah tercemar oleh bahan kimia yang membahayakan dengan menggunakan

mikroba menjadi bentuk yang lebih sederhana. Fadlilah dan Shovitri (2014)

menjelaskan biodegradasi adalah proses mikroorganisme mampu mendegradasi

atau memecah senyawa polimer alam dan polimer sintetik. Polimer alam seperti

lignin dan selulosa, sedangkan polimer sintetik seperti polietilen dan polistiren.

Biodegradasi merupakan proses alami oleh mikroba yang mengkonsumsi

hidrokarbon dan menghasilkan air, karbondioksida. Proses biodegradasi adalah

suatu oksidasi dasar, enzim dari bakteri mengkatalisasi penempatan oksigen ke

dalam hidrokarbon sehingga molekul dapat digunakan dalam metabolisme seluler

(Bragg, Prince, Wilkinson, Atlas, 2012). Biodegradasi juga bersifat sebagai

katabolisme dari suatu senyawa menjadi metabolisme pusat (Gibson, 2011).


Polimer alam, seperti halnya lignin dan polisakarida, dapat terdegradasi

menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Produk degradasi ini selanjutnya

dapat dipergunakan oleh organisme hidup sebagai sumber energy atau untuk

mensintesis senyawa-senyawa baru (termasuk biopolimer). Mekanisme umum

degradasi polimer menjadi molekul yang sederhana dapat dijelaskan secara

kimiawi. Organisme hidup mempunyai kemampuan untuk memproduksi

bermacam-macam enzim yang dapat menghancurkan struktur biopolimer. Kerja

suatu enzim sebagai katalisator dalam merombak struktur polimer merupakan

kerja yang spesifik, artinya suatu enzim tertentu hanya memiliki kemampuan

untuk mengkatalisis suatu reaksi kimia tertentu pula.

Dalam proses biodegradasi terjadi konversi yang lengkap dari bahan-bahan

kiia yang komples menjadi produk yang tereliminasi seperti air (H2O) dan

karbondioksida (CO2) (Fingerman dan Nagabhushanam, 2005 dalam Sumarsono

2011). Proses biodegradasi senyawa hidrokarbon hingga sempurna melibatkan

suatu kumpulan mikroba yang saling berinteraksi secara sinergik dalam bentuk

konsorsium (Nugroho, 2006 dalam Sumarsono 2011). Mekanisme biodegradasi

diawali dengan degradasi secara biotik yaitu fotodegradasi yang mengubah gugus

rantai utama dengan adanya gugus karbonil (C=O), sehingga terjadi oksidasi

karbon pada rantai polimer polietilen (Leja & Lewandowicz,2009).

Studi tentang biodegradasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang

sesungguhnya; yaitu dipendam dalam tanah, atau dilakukan dengan metode

simulasi. Metode simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme

campuran atau dengan mikroorganisme tertentu yang telah diketahui jenisnya.

Hasil yang ada menunjukkan bahwa laju biodegradasi oleh mikroorganisme


campuran umumnya berlangsung lebih cepat, namun sukar untuk memperkirakan

mekanisme degradasi yang terjadi.

2.2. Mikroba Biodegradasi

Mikroba merupakan makhluk hidup terkecil di bumi, namun memegang

peranan penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Banyak sekali tipe

mikroba di bumi, dan yang telah diketahui tidak lebih dari 1% dari jumlah spesies

mikroba di bumi. Dalam satu gram tanah terdapat satu miliar mikroba yang terdiri

atas ribuan spesies. Mikroba merupakan tulang punggung eksosistem yang tidak

terkena sinar matahari, misalnya bakteri kemosintetik, yang menyediakan energi

dan karbon untuk organisme lain. Beberapa mikroba merupakan dekomposer yang

memiliki kemampuan mendaur ulang nutrien. Jadi, mikroba sangat berperan

penting dalam daur biogeokimia. Mikroba khususnya bakteri, bersimbiosis

dengan makhluk hidup lain yang berdampak positif dan negatif pada ekosistem.

Mikroba mampu merespon perubahan fisika atau kimia dalam suatu

lingkungan. Oleh karena itu, mikroba banyak digunakan sebagai indikator alami

terhadap perubahan lingkungan terutama akibat dari pencemaran. Saat ini banyak

mikroba yang dimanfaatkan di bidang lingkungan dan berperan dalam membantu

memperbaiki kualitas lingkungan, terutama untuk mengatasi masalah pencemaran

lingkungan, baik di lingkungan tanah maupun perairan. Dalam hal ini akan

dibahas beberapa pemanfaatan mikroba dalam proses peruraian bahan pencemar

dan peran lainnya untuk mengatasi bahan pencemar air.

Ada beberapa bakteri yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat

pencemaran di perairan. Kelompok bakteri heterotrofik yang berperan penting

dalam sistem perairan karena kemampuan aktivitas metabolismenya, baik pada


lingkungan aerob ataupun anaerob (Sigee, 2005). Bakteri heterotrofik merupakan

golongan bakteri yang mampu memanfaatkan dan mendegradasi senyawa organik

kompleks yang mengandung unsur C, H, dan N (Parwanayoni, 2008). Bakteri

heterotrofik lebih umum dijumpai di perairan dibandingkan bakteri autotrofik,

oleh karena itu dalam ekosistem perairan, bakteri heterotrofik berfungsi

menghancurkan bahan-bahan organik pencemar dalam air (Achmad, 2004).

Kelangsungan hidup bakteri heterotrofik di perairan tergantung dari

senyawa-senyawa organik, baik untuk kebutuhan energinya maupun sebagai

sumber karbon yang diperlukan untuk pembentukan biomassanya. Bakteri

heterotrofik lebih umum ditemukan dibandingkan bakteri autotrofik. Irianto dan

Hendrati (2003) berhasil mengidentifikasi keragaman bakteri heterotrofik pada

perairan dari daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, yaitu: Bacillus, Serratia,

Xanthomonas, Enterobacter, Escherichia, Alcaligenes, Pseudomonas,

Acinetobacter, Vibrio, Micrococcus, Flavobacterium, Achromobter, dan

Chromobacter. Sedangkan Winarni, Saptari, dan Nastiti, (2014) berhasil

mengidentifikasi sembilan isolat bakteri heterotrofik yang mampu menghambat

bakteri pencemar bahan organik.

Kelompok bakteri Pseudomonas sp. Dan Bacillus sp. dapat mengeluarkan

asam-asam organik, seperti asam formiat, asetat dan laktat yang bersifat

melarutkan bentuk-bentuk fosfat yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia

bagi tanaman (Kang et al., 2007; Chaiharn et al., 2008; Khan et al., 2009; Park et

al., 2009; Mehrab et al., 2010).

Hasil penelitian Rani dan Lalithakumari (1994) memperoleh hasil bahwa

Pseudomonas putida mampu mendegradasi pestisida organosfosfat dengan


menjadikannya sebagai sumber karbon atau fosfor. Bakteri tersebut mengeluarkan

enzim organosphosporus acid anhydrase yang menghidrolisis metil parathion

menjadi p-nitrofenol.

2.2. Mekanisme Biodegradasi

Metode pengolahan biologis didasarkan pada biodegradasi zat organik oleh

berbagai mikroorganisme. Dekomposisi selama pengomposan terjadi dengan

udara (aerobik) atau biogas pengolahan tanpa udara (anaerob) dan hasil dalam

pengurangan dari setiap masalah existing organic.

Keuntungan dari pengelolaan biodegradasi limbah organik secara umum:

a. memungkinkan untuk mengurangi volume sampah organik

b. bahaya biologis dari limbah yang akan dikontrol

c. Sistem ini mungkin tidak kompatibel dengan yang lain biologi ELSS

(rumah kaca)

d. biogas dibuat sementara biodegradasi mungkin digunakan untuk kebutuhan

lain dari kendaraan ruang angkasa (propelan)

e. air yang diperoleh dalam proses biodegradasi dapat digunakan untuk

kebutuhan lain dari kendaraan ruang angkasa


BAB III
PENUTUP

2.2 Kesimpulan

Mikroba merupakan alternatif alami yang digunakan untuk mengatasi

masalah pencemaran yang terjadi pada lingkungan hidup. Cara biologis atau

biodegradasi oleh mikroorganisme, merupakan salah satu cara yang tepat, efektif

dan hampir tidak ada pengaruh sampingan pada lingkungan. Hal ini dikarenakan

tidak menghasilkan racun ataupun blooming (peledakan jumlah bakteri).

Mikroorganisme akan mati seiring dengan habisnya polutan dilokasi kontaminan

tersebut.

Biodegradasi merupakan proses alami oleh mikroba yang mengkonsumsi

hidrokarbon dan menghasilkan air, karbondioksida. Proses biodegradasi adalah

suatu oksidasi dasar, enzim dari bakteri mengkatalisasi penempatan oksigen ke

dalam hidrokarbon sehingga molekul dapat digunakan dalam metabolisme seluler.

2.3 Saran

Untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan oleh polutan sebaiknya

memanfaatkan mikroba sebagai biodegradator karena mikroba sangat efektif dan

tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan. Informasi yang lebih banyak

tentang biodegradasi sebaiknya dapat ditemukan pada buku-buku atau artikel

yang membahas tentang bioegradasi polutan.

Anda mungkin juga menyukai