Anda di halaman 1dari 11

Dasar-dasar Bioremediasi

Definisi pencemaran lingkungan

(PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan danPengelolaan


Lingkungan Hidup)

• Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lainke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan
Bioremediasi

• Definisi: Penggunaaan mahluk hidup untuk mentransformasi,


memusnahkan, atau meng-imobilisasi/mengikat polutan pada
lingkunganyang tercemar.
• Tujuan: Detoksifikasi polutan dan mengubahnya
menjadi produk yang tidakmembahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan

Teknik-teknik Bioremediasi

• Bioremediasi di tempat/in situ


– Bioventing
– Biodegradasi
– Biostimulasi
– Biosparging
– Bioaugmentasi
– Proses alam/natural attenuation

• Bioremediasi ex-situ
– Land farming
– Komposting
– Biopiles
– Bioreactors

Bioremediasi In Situ

• Bioventing

– Paling umum digunakan

– Dilakukan supply udara, dan nutrien melalui sumur

– Menggunakan mikroba setempat / indigenous microorganisms


• Biodegradasi in situ
– Dilakukan supply udara dan nutrien melalui penyiraman atau

sirkulasi larutan melalui tanah atau air tanah

• Biosparging

– Dilakukan injeksi udara di bawah muka air tanah sehingga kadarO2


meningkat

• Bioaugmentasi
– Menambahkan mikroba indigenous atau exogenous/baru

• Proses alam/Natural Attenuation/Intrinsic Bioremediation

Proses alam/Natural Attenuation

• Menggunakan kemampuan mikroba


indigenous tanpapenambahan nutrien atau
udara

– Kemampuan bioremediasi ditentukan oleh kemampuan


biodegradasi, proses fisik (penguapan, disperse, sorpsi/
penyerapan), dan proses kimia (hidrolisis, oksidasi,
reduksi)

• Teknik ini hanya sesuai bila laju biodegradasi lebih cepat dari laju
migrasi kontaminan.
Bioremediasi Ex-situ

• Land farming
– Tanah yang terkontaminasi digali dan dihamparkan di atas
tanah, dan dibajak secara berkala untuk aerasi

– Bioremediasi terjadi karena mikroba indigenous, proses fisikdan


kimia
– Ketebalan tanah tercemar 10–35 cm
• Komposting

– Mencampur tanah terkontanimasi polutan dengan


penambahan pupuk kandang atau sampah pertanian

• Biopiles
– Kombinasi antara landfarming dan komposting

• Bioreaktor
– Tanah dan air tercemar dipompakan masuk kedalam reaktor
– Biodegradasi umumnya lebih baik dibandingkan proses in
situ karena kondisi bioreaktor lebih terkontrol
\

Jenis mikroorganisme

• Bakteri aerobik:

– Contoh: Pseudomonas, Alcaligenes, Sphingomonas,


Rhodococcus,and Mycobacterium
– Mampu menguraikan pestisida dan hidrokarbon; alkana alifatik,
danpoliaromatik
– Dapat menggunakan polutan sebagai sumber C dan energi.
• Bakteri methanotrof:

– Bakteri yang dapat menggunakan metana sebagai sumber C


danenergi

– Enzim metana monooksigenase mampu menguraikan banyak


polutan,seperti:

• Alkana alifatik terklorinasi, misalnya trikloroetilena dan 1,2-


dikloroetana)
• Bakteri anaerobik:
– Tidak begitu banyak digunakan

– Beberapa spesies dapat melakukan bioremediasi polychlorinated


biphenyls (PCBs) dalam sedimen sungai. trichloroethylene (TCE),
dankloroform
• Fungi:
– Dapat menguraikan berbagai jenis polutan yang persisten atau toksik

Lima langkah dalam Bioremediasi in-situ

1. Investigasi lokasi: kedalaman pencemaran, kadar air,sifat


batuan

2. Studi kemampuan mikroba dalam biodegradasi polutan

3. Studi pemulihan produk biodegradasi yang terbentukdan


penghilangan kontaminan

4. Membuat desain sistem bioremediasi dan pelaksanaan

5. Melakukan monitoring dan evaluasi proses bioremediasi


Daya urai komponen limbah persisten

1. Senyawa alifatik rantai lurus pada umumnya mudah terurai.


Adanya ikatan rangkap pada senyawa tidak jenuh akan
mempercepat proses penguraian.

2. Senyawa aromatik sederhana dapat diuraikan oleh mikrobatertentu


melalui pematahan cincin aromatik.
1. Adanya gugus halogen menurunkan daya urai polutan, karena
dapat menstabilkan cincin aromatik.

2. Semakin banyak jumlah gugus halogen, semakin sulit


penguraian polutan. Proses penguraian polutan
organik berhalogen memerlukan proses pelepasan
gugus halogen,yang disebut dehalogenasi.

3. Biodegradasi polutan organik yang mengandung gugus N dan S


menjadi sumber nutrient N & S. Rantai alkil atau arylsulfonat
yang bercabang tergolong sulit terurai.
Bahan2 polimer, seperti plastik, nilon, dan polistirena tergolong sulit urai. Namun sejumlah
mikroba yang mampumenguraikan telah berhasil diisolasi
Komunitas mikroba pengurai

• Dalam pengolahan cara biologik berlangsunginteraksi yang


cukup kompleks antar populasimikroba.

• Laju pertumbuhan dan penggunaan substrat lebihberaneka-ragam pada


biakan campuran daripadabiakan murni.
• Dalam reaktor dengan biakan campuran, tidakhanya mikroba
yang mengawali proses penguraian (pengurai primer) yang
berperan,melainkan juga mikroba yang menguraikan
senyawa-senyawa intermediat yang terbentuk(pengurai
sekunder).

Peran mikroba sekunder

• menyediakan faktor pertumbuhan spesifik

• menghilangkan senyawa intermediat yangbersifat toksik

• melakukan metabolisme bersama denganmikroba pengurai primer

• melakukan transfer materi genetik padamikroba pengurai


primer yang memiliki strain sama

Keunggulan Bioremediasi

❖ Dapat mengatasi pencemaran lingkungan yangsangat spesifik

❖ Lebih ekonomis dibandingkan teknologi fisik-kimia


❖ Bila berjalan sempurna hingga tahap mineralisasi(pembentukan CO dan
2
H O), maka pencemaran telah teratasi secara total
2

❖ Menggunakan proses alami, sehingga didukungmasyarakat

❖ Pada bioremediasi tanah tercemar, pencemaranair tanah teratasi dalam


waktu bersamaan

Kelemahan Bioremediasi

❖ Memerlukan sistem yang harus dirancangdengan


seksama

❖ Membutuhkan pengujian dan optimisasi kondisilingkungan

❖ Dapat terganggu bila terdapat inhibitor

❖ Dapat membutuhkan waktu lama, bila polutanberupa senyawa


yang sulit diuraikan, misal minyak bumi, plastik

❖ Polutan dapat bersifat beracun terhadapmikroba


yang mengganggu bioremediasi

Anda mungkin juga menyukai