Anda di halaman 1dari 23

BIOTEKNOLOGI KELAUTAN

OLEH :

CHINDY PERMATA SARI


NIM. G2U121034

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yana Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Bioteknolgi Kelautan”.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas
kuliah
serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini
kami menyadari bahwa penulisanya masih sangat sederhana dan jauh
dari
kesempurnaan.
Namun, besar harapan kami semoga makalah yang disusun ini bisa
bermanfaat. Kami selaku penulis makalah ini dapat terselesaikan atas
usaha keras kami dalam diskusi untuk mengisi kekuranganya. Dalam
pembuatan makalah ini kami sangat menyadari bahwa baik dalam
penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu
saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
penunjang dalam pembuatan makalah kami berikutnya.

Kendari, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Bioteknologi Kelautan......................................................................................3
B. Komponen Bioteknologi Kelautan..................................................................4
C. Potensi Industri Bioteknologi Kelautan Indonesia........................................5
D. Pemanfaatan dan Pengolahan Bioteknologi Kelautan................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia

memiliki potensi industri bioteknolgi kelautan terbesar di dunia karena memiliki

kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia. Namun, potensi

sumberdaya kelautan yang sangat besar dan beragam hingga kini belum

dimanfaatkan secara optimal. Salah satunya adalah bioteknologi kelautan

adalah teknik penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut (seperti sel

atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas

genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan

(merekayasa) organisme untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan

lingkungan (Dahuri, 2015).

Sektor ekonomi kelautan dituntut untuk dapat menghadirkan

pertumbuhan ekonomi untuk menyerap tenaga kerja dan mensejahterakan

rakyat. Dengan bioteknologi kelautan, ikan dan biota laut lainnya tidak hanya

bermanfaat sebagai bahan pangan (khususnya protein hewani), tetapi juga

dapat diekstrak senyawa bioaktif (bioactive compound)-nya sebagai bahan

baku untuk industri farmasi, functional foods, kosmetik, cat, film, bioenergy,

dan berbagai macam jenis industri lainnya (Rumengan, 2020).

Namun, hingga kini Iindustri bioteknologi kelautan Indonesia masih

tertinggal jauh dari negara-negara dengan potensi bioteknologi kelautan yang

jauh lebih kecil, seperti Malaysia, Thailand, China, Korea Selatan, dan

Australia. Hal ini karena masih banyak permasalahan dan tantangan yang

perlu dihadapi seperti pengembangan bioteknologi kelautan perlu waktu lama

1
sekitar 5–10 tahun dan biaya relatif mahal untuk menghasilkan produk

farmasi, kosmetik, bioenergy, spesies unggul, microba untuk bioremediasi,

dan pelaku usaha lebih senang membeli produk teknologi impor dari pada

mengembangkan (scaling up) dari hasil penelitian pada tahap invention

(prototipe) menjadi produk teknologi komersial (innovation) (Dahuri, 2021).

Hal ini menjadikan tantangan bagi generasi muda Indonesia untuk

terus mengembangkan bioteknologi dari hasil kelautan demi kemashlahatan

seluruh umat. Bioteknologi kelautan dapat menjadi cikal bakal yang memiliki

prospek cemerlang demi peningkatan aktivitas perekonomian di masa depan

agar bangsa kita tak lagi acuh dalam memandang laut sebagai sumber

kekuatan pertumbuhan ekonomi baru Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi kelautan?

2. Apa saya komponen dari bioteknologi kelautan?

3. Potensi apa saja yang dimiliki laut Indonesia?

4. Apa saja produk yang dapat dihasilkan dengan pemanfaatan bioteknologi

kelautan?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan bioteknologi kelautan.

2. Mengetahui tentang apa saya komponen dari bioteknologi kelautan

3. Mengetahui tentang potensi apa saja yang dimiliki laut Indonesia.

4. Mengetahui tentang apa saja produk yang dapat dihasilkan dengan

pemanfaatan bioteknologi kelautan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bioteknologi Kelautan

Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut atau bagian

dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi

produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan

mengembangkan (merekayasa) organisme untuk keperluan tertentu,

termasuk perbaikan lingkungan (Lundin and Zilinskas, 1995).  Secara garis

besar industri bioteknologi kelautan meliputi 3 kelompok industri, yaitu

(Dahuri, 2015) :

1. Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif (bioactive substances) atau bahan

alami (natural products) dari biota laut sebagai bahan dasar (raw materials)

untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat, perekat, film,

kertas, dan berbagai industri lainnya. 

2. Rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies tumbuhan atau

hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau hewan baru yang memiliki

karakteristik genotip maupun fenotip yang jauh lebih baik (unggul)

ketimbang spesies yang aslinya.

3. Genetik dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu melumat

(menetralkan) bahan pencemar (pollutants) yang  mencemari suatu

lingkungan perairan atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills),

sehingga lingkungan tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar.  Teknik

pembersihan pencermaran lingkungan semacam ini lazim dinamakan

sebagai bioremediasi (bioremediation) (Isma, 2017). 

3
B. Komponen Bioteknologi Kelautan

Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen

organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan

menguntungkan bagi kehidupan manusia. Menurut bioteknologi tidak lain

(Nurcahyo, 2011) adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras,

anggur, susu dsb.

2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian

atau penyusunan oleh agen hayati.

3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol,

enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Gambar 1. Skema Proses Bioteknologi

Berkaitan dengan bioteknologi dalam bidang kelautan, penjabaran dari

skema proses tersebut ialah (Rumengan, 2020):

1. Input

Bahan kasar yang akan diolah atau dikembangkan dalam bidang

biteknologi kelauatan misalkan DNA, Gen, biota laut dan mikroorganisme.

2. Proses

Mekanisme pengolahan agen hayati yang digunakan atau teknik

pengolaha agen hayati tersebut misalkan bioremediasi, kloning, dan lain-

lain.

4
3. Out put

Berupa barang atau jasa yang dihasilkan melaui teknik pemanfaatan biota

laut misalkan gen hijau.

C. Potensi Industri Bioteknologi Kelautan Indonesia

Sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia, yang sekitar

tiga perempat wilayahnya berupa laut (5,8 juta km2), ditaburi lebih dari 17.500

pulau, dan dikelilingi oleh 81.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah

Kanada), Indonesia diberkahi oleh Allah swt dengan sumberdaya

keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia.  Keanekaragaman hayati ini

meliputi keragaman genetik, spesies, ekosistem, dan proses-proses eko-

biologis, yang kesemuanya menjadi titik awal dan dasar (bahan baku utama)

dari industri bioteknologi kelautan (Widhiyanto, 2021).

Ekosistem pesisir dan lautan Indonesia menjadi habitat bagi lebih dari

4500 spesies ikan, 20% dari total luasan terumbu karang dunia, dan sekitar

600 spesies karang keras (hard corals) atau 75% dari jumlah total spesies

karang keras dunia terdapat di laut Indonesia. Fakta inilah yang meligitimasi

Indonesia sebagai pusat ‘segi tiga karang dunia’(the world’s coral triangle)

(Widhiyanto, 2021).

Lebih dari itu, wilayah pesisir Nusantara ini juga ditumbuhi oleh hutan

mangrove, padang lamun, dan hamparan rumput laut yang terluas dan

tertinggi keragaman hayati nya di bumi ini.  Sediktnya 30 spesies Cetacean,

mulai dari paus biru sampai dolpin Irawady dapat ditemukan di perairan

lautIndonesia. Dan, 6 spesies dari 7 spesies penyu laut yang ada di dunia

juga berada di lautan kita. Oleh sebab itu,Indonesia seharusnya menjadi

5
bangsa nomor satu dalam hal kemajuan dan manfaat dari bioteknologi

kelautan (Rasheva, 2020).

D. Pemanfaatan dan Pengolahan Bioteknologi Kelautan

Pemanfaatan dan pengolahan bioteknologi kelautan di kelompokan

dalam tiga kelompok industri yaitu (Marinecm, 2021):

1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Untuk Berbagai Industri

Berikut beberapa potensi berbagai produk industri bioteknologi

kelautan dari bermacam-macam biota laut yang terdapat di wilayah

perairan laut NKRI.

a. Sponges dan karang lunak (soft corals)

Mengandung berbagai jenis senyawa bioaktif yang bermanfaat

sebagai obat anti kanker, anti bakteri, anti asma, anti fouling. Senyawa

bioaktif lainnya dari sponges yang juga digunakan untuk industri farmasi

adalah bastadin, okadaic acid, dan monoalide. Senyawa bioaktif

monoalide yang diperoleh dari spons Luffariella variabilis merupakan

senyawa yang memiliki nilai jual tertinggi daripada senyawa bioaktif dari

spesies sponges lainnya, yaitu US$ 20.000 per miligram.

Gambar 2. spons Luffariella variabilis

6
b. Algae

Spirulina mengandung pycocyanin di dalam selnya. Bahan

tersebut telah diproduksi secara komersial oleh Dai Nippon Ink Co

dengan merk dagang ”Lina Blue”.  Spirulina juga memiliki kandungan

lengkap vitamin dan mineral. Kandungan kalsiumnya tiga kali lebih tinggi

dibanding susu hewani, dan zat besinya tiga kali lebih besar dibanding

bayam (USDA, 2000).

Gambar 3. Spirulina

Spesies rumput laut seperti Eucheuma cottonii, Eucheuma

spinosum, Sargassum, dan Gracillaria verucossa yang hidup subur di

perairan laut Indonesia.  Karaginan dalam rumput laut  dapat digunakan

untuk industri yang menghasilkan bahan stabilisator, pengental,

pembentuk, gel, pengikat dan pencegah kristalisasi dalam industri

makanan dan minuman, dan juga untuk farmasi serta kosmetik. Agar-

agar banyak digunkan untuk industri farmasi, makanan, mikrobiologi

untuk kultur bakteri; dan dalam bidang industri kosmetik dipergunakan

sebagai bahan dasar pembuatan cream, sabun, salep dan lotion.

7
Gambar 4. Produk rumput laut

Salah satu jenis algae laut yang berpotensi sebagai sumber

bioetanol dan biodiesel masa depan adalah Botryococcus braunii.

Keunggulan algae laut jenis ini selain waktu tanamnya sangat singkat

(hanya 1 minggu), juga dalam pemanenannnya tidak membutuhkan alat

berat (traktor) seperti di darat, tanpa penyemaian benih, dan gas CO 2

8
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, dan panen

yang terus-menerusan.

Gambar 5. Botryococcus braunii

c. Invertebrata laut

Tridemnum sp mengandung bahan aktif untuk penyembuhan

penyakit leukimia, B-16 melanoma, dan M5076 sarcoma.

Gambar 6. Tridemnum sp

9
d. Vertebrata Laut

Tempurung kura-kura dan penyu diekstrak untuk obat luka dan

tetanus. Ekstrak kuda laut untuk obat penenang atau obat tidur; dan

sebagai obat kuat semacam viagra. Empedu ikan buntal yang dahulu

berbahaya/beracun dan dapat membunuh manusia yang memakannya

karena mengandung substansi bioaktif tetrodotoksin. Kini sudah dapat

dimanfaatkan sebagai obat untuk memperbaiki syaraf otak yang rusak

dan sebagai zat anestesi bagi pasien yang akan dioperasi.

Gambar 7. Ekstrak kuda laut

e. Ecinodermata

Salah satu filum Ecinodermata laut yang sedang menjadi primadona

saat ini di Indonesia dan negeri ”Jiran” Malaysia yaitu timun laut atau

teripang (gamat). Biota bergenus Holoturia sp. ini selain memiliki rasa

yang lezat, juga memiliki khasiat mujarab untuk obat, karena kandungan

asam amino esensialnya yang lengkap.

10
Gambar 8. Holoturia sp.

Secara tradisional, teripang telah digunakan dalam pengobatan

Cina sejak ribuan tahun silam. Teripang sebagai obat, berkhasiat

mengatasi penyakit sirosisi hati, mioma dan segala penyakit yang

menyebabkan pengerasan dan pembengkakan organ tubuh.

Selain itu teripang berkhasiat membantu proses penyembuhan

stroke, asama, diabetes melitus, jantung koroner, hepatitis, psoriasis,

asam urat, dan radang sendi/osteoarthritis (Trubus, Juli 2006).

Kandungan kolagen, MPS (mucopolisacarida), EPA, dan DHA menjadi

rahasia dibalik kesaktian teripang dalam menyembuhkan penyakit-

penyakit itu (Rasheva, 2020).

MPS dalam bentuk kondrintin sulfat mampu memulihkan sendi,

membangun tulang rawan dan memberikan pelendiran pada dinding sel.

Kadar EPA yang tinggi (sektitar 25,69 %) mempercepat perbaikan pada

jaringan yang rusak dan menghalangi pembentukan prostaglandin

penyebab radang tinggi. Kandungan DHA yang relatif tinggi juga sanggup

menurunkan trigliserida darah yang menyebabkan penyakit jantung.

Faedah kolagen yang terdapa pada ’timun laut” ini sanggup meningkatkan

11
regenerasi sel-sel mati akibat luka sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka

f. Pemanfaaatan limbah

Limbah kulit Crustasea seperti udang, kepiting, rajungan dan lobster

menjadi khitin dan khitosan telah banyak digunakan dalam industri kertas,

tekstil, bahan perekat (adhesives), bahan pengkelat dan obat penyembuh

luka.

Jika selama ini limbah buangan kulit udang menjadi permasalahan

lingkungan, maka adanya industri khitin dan khitosan menjadi solusi

produktif yang bisa mentransformasi limbah menjadi bahan bermanfaat

dan harganya mahal (berkah). Dapat dibayangkan jika produksi udang

nasional mencapai 300.000 ton/th, maka limbah  kulit udang yang

dihasilkan sebanyak 150.000 ton (50% massa udang) dapat dibuat

menjadi  khitin dan khitosan, dengan harga rata-rata US$ 10/kg (Isma,

2017).

Salah satu terobosan (breakthrough) bioteknologi dalam

pemanfaatan limbah udang yang menjadi isu nasional pada awal tahun

2006 yaitu ditemukannya pengganti formalin oleh khitosan dari limbah

kulit udang. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah

menggunakan formalin sejak tahun 1970-an sebagai bahan pengawet

makanan; baik produk perikanan dan pertanian terutama pada produk-

produk tradisional seperti bakso, tahu, ikan asin, mie, dan lainnya yang

secara klinis dapat mengakibatkan kanker karena bersifat karsinogenik.

12
Keunggulan khitosan dari bahan pengawet sintetis yang berbahaya

bagi tubuh dikarenakan khitosan bersifat bakterisidal dan mampu

membentuk tekstur makanan menjadi lebih baik. Sehingga, selain dapat

mengawetkan makanan, sekaligus juga mampu menjaga mutu produk

yang dinginkan. Oleh karena itu layak untuk dijadikan alternatif pengganti

bahan pengawet berbahaya (Rumengan, 2020).

Gambar 9. Pemanfaatan kulit Crustacea

2. Pengendalian Pencemaran (bioremediasi)

Populasi mikroorganisme yang hidup di perairan laut Indonesia juga

bermanfaat sebagai biodecomposer terhadap limbah yang masuk laut,

seperti limbah minyak, bahan organik dan logam berat. Beberapa jenis

biota perairan seperti algae, moluska dan berbagai organisme renik lainnya

mempunyai kemampuan untuk menyerap logam berat dan polutan lainnya

di perairan. Pengembangan teknologi penanggulangan limbah dengan

13
memanfaatkan jasa organisme atau mikroorganisme laut dilakukan melalui

teknik bioremediasi (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2004).

Pemanfaatan teknik bioremediasi merupakan solusi yang lebih aman

karena ramah lingkungan dan hampir tidak menimbulkan efek samping

yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia dan lebih mudah dilakukan.

Sejak sepuluh tahun terakhir, teknik bioremediasi ini telah lazim digunakan

dalam membersihkan pencemaran minyak di laut daripada pembersihan

secara kimiawi dengan menaburkan dispersan pada permukaan laut atau

secara mekanis dengan menggunakan oil boom dan oil skimmer.

Pencemar minyak mentah (crude oil) dapat didegradasi oleh mikroba

indigenus di laut. Mikroba tertentu mampu mengunakan hidrokarbon

sebagai sumber karbon dan energi untuk kehidupan mikroba.

Sebagai contoh pembuatan media tumbuh (nutrien) untuk

mikroorganisme pengurai minyak bumi. Perusahaan Showa-Shell-Petrol

melalui aktifitas bioteknologi telah mengembangkan teknik (engineering)

pembuatan nutrien tersebut yang kemudian mendapatkan hak paten di

Jepang (Showa-Shell-Petrol Patent). Inggris juga merupakan salah satu

bangsa yang telah menikmati devisa dari industri bioremediasi dengan nilai

ekspor sekitar US$ 2 milyar/tahun. Salah satu jenis mikroba pendegradasi

minyak bumi yang hidup di Indonesia yaitu Aerobacter simplex.

14
Gambar 10. Bioremediasi

3. Aplikasi Rekayasa Genetika

Penerapan yang ke tiga adalah aplikasi rekayasa genetik (genetic

engineering) dalam industri bioteknologi. Salah satu penerapannya yaitu

dalam mendukung perikanan budidaya (aquaculture) dan pertanian.

Rekayasa genetik dilakukan pada induk (bibit) dan benih ikan dan biota

perairan lainnya, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan sifat-sifat

unggul yang sesuai dengan keinginan kita seperti cepat tumbuh (fast

growing), resisten terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap

kondisi lingkungan yang buruk, sanggup menghasilkan kandungan lemak

Omega-3 tinggi serta sifat-sifat unggul lainnya (Nurcahyo, 2011).

Jika kita berhasil menerapkan bioteknologi dalam usaha perikanan

budidaya di Indonesia,  maka potensi produksi perikanan budidaya yang

sebesar 57,7 juta ton/tahun dapat dicapai lebih besar lagi, dibandingkan

15
dengan produksi budidaya perikanan yang ada sekarang yang hanya

sekitar 4,5 juta ton. Diantara produk primadona yang menjadi unggulan

sektor perikanan adalah komoditas udang, kerapu, kakap, nila, patin, lele,

dan rumput laut.

Salah satu contoh dari komoditas udang, bahwa terdapat sekitar 

1,2 juta hektar lahan pesisir di Indonesia yang cocok untuk budidaya

tambak udang (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2004).

Sementara tingkat pemanfaatan lahan budidaya untuk tambak udang,

bandeng dan komoditas lainnya baru seluas lebih kurang 380 ribu ha

dengan produktivitas rata-rata 600 kg udang/ha/tahun. Jika saja dibuka 0,5

juta  ha lahan tambak udang (dengan rata-rata 2 ton/ha/th), maka

dihasilkan udang sebanyak 1 juta ton/tahun. Dengan harga ekspor rata-rata

6 dollar AS/kg, maka dihasilkan devisa sebesar 6 miliar dollar AS.

Sedangkan tenaga kerja yang dapat terserap untuk memproduksi satu juta

ton udang/tahun  pada 0,5 juta ha lahan tambak yaitu sekitar 3 juta orang.

Pendapatan pembudidaya udang mencapai Rp 6 juta/ha/bulan.

Dengan mengusahakan 1 juta ha budidaya rumput laut (25% total

potensi), dapat diproduksi sekitar 20 juta ton rumput laut kering per tahun.

Bila kita ekspor 10 juta ton/tahun dengan harga sekarang US$ 1/kg, maka

akan diperoleh devisa sebesar US$ 10 milyar/tahun. Jumlah tenaga kerja

yang terserap mencapai 3,5 juta orang.  Pendapatan pembudidaya rumput

E. Cotonii rata-rata mencapai Rp 3 juta/0,25 ha/bulan (Widhiyanto, 2021).

Contoh lainnya adalah bakteri laut, Pseudomonas aeruginosa,

yang genetiknya telah direkayasa dapat menghasilkan senyawa bioaktif

surfactants yang dapat membersihkan tumpahan minyak yang menempel

16
pada batu dan pasir pantai.  Perlu dicatat, bahwa senyawa surfactants

yang dihasilkan oleh bakteri ini mempunyai sifat mudah terurai

(biodegradable) dan tidak beracun (non-tixic).  Jenis surfactants lainnya,

dengan nama dagang ‘emulsan’ dihasilkan oleh jenis bakteri laut

Acinetobacter calcoaceticus. Emulsan sejak awal 1990-an telah digunakan

untuk membersihkan tangki-tangki penyimpan minyak pada kapal tanker

dan jenis kapal lainnya.  Emulsan juga banyak digunakan untuk

meningkatkan hasil pengeboran dari sumur-sumur minyak tua (enhanced

oil recovery) dan pengendalian pencemaran. Apabila keampuhan

mikroorganisme laut itu dikombinasikan dengan makroalga laut, lamun

(seagrass), dan mangrove, niscaya teknik bioremediasi lingkungan akan

semakin efektif dan efisien.

Gambar 11. Aplikasi Rekayasa Genetika Kelautan

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut atau bagian

dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi

produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan

mengembangkan (merekayasa) organisme untuk keperluan tertentu,

termasuk perbaikan lingkungan.

Sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia, yang sekitar

tiga per empat wilayahnya berupa laut (5,8 juta km2). Keanekaragaman hayati

ini meliputi keragaman genetik, spesies, ekosistem, dan proses-proses eko-

biologis, yang kesemuanya menjadi titik awal dan dasar (bahan baku utama)

dari industri bioteknologi kelautan.

Ekosistem pesisir dan lautan Indonesia menjadi habitat bagi lebih dari

4500 spesies ikan, 20% dari total luasan terumbu karang dunia, dan sekitar

600 spesies karang keras (hard corals) atau 75% dari jumlah total spesies

karang keras dunia terdapat di laut Indonesia.

Pemanfaatan dan pengolahan bioteknologi kelautan di kelompokan

dalam tiga kelompok industri yaitu:

1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Untuk Berbagai Industri

Pemanfaatan biota laut baik alga, hewan vertebrata, inverterata dan

limbahnya sekalipun dalam bidang industri yang menghasilkan produk

seperti suplemen kesehatan, perekat obat dan sebagainya.

2. Pengendalian Pencemaran (bioremediasi)

3. Aplikasi Rekayasa Genetika

18
Pseudomonas aeruginosa, yang genetiknya telah direkayasa dapat

menghasilkan senyawa bioaktif surfactants yang dapat membersihkan

tumpahan minyak yang menempel pada batu dan pasir pantai.

B. Saran

Perlunya peningkatan utilitas terhadap bioteknologi kelautan untuk

melakukan inovasi terhadap pemenuhan kebutuhan pada sektor ekonomi dan

kesehatan masyarakat, mengingat negara kita memiliki sumber daya laut

yang melimpah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. (2015) Industri Bioteknologi Kelautan. Available at:


https://www.neraca.co.id/article/6817/industri-bioteknologi-
kelautan#:~:text=Diantaranya bioteknologi kelautan adalah teknik,untuk
keperluan tertentu%2C termasuk perbaikan (Accessed: 27 March 2022).
Dahuri, R. (2021) Pengembangan Industri Bioteknologi Kelautan di Indonesia
Masih Banyak Tantangan. Available at:
https://www.tokohkita.co/read/20210628/1952/pengembangan-industri-
bioteknologi-kelautan-di-indonesia-masih-banyak-tantangan (Accessed:
25 March 2022).
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP (2004) Strategi Akselerasi
Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam Mendukung Gerbang Mina
Bahari. Makasar: Ditjen Budidaya DKP.
Isma, M. F. (2017) ‘Pemanfaatan Potensi Bioteknologi Mikroorganisme Untuk
Meningkatkan Produktivitas Perikanan Di Kalangan Masyarakat’, Jurnal
Ilmiah Samudra Akuatika, (Vol 1 No 1 (2017)), pp. 45–54. Available at:
https://ejurnalunsam.id/index.php/jisa/article/view/368.
Marinecm (2021) Bioteknologi Laut: Hasil Alami Dan Aplikasinya. Available at:
http://www.marinescienceandtechnology.com/bioteknologi-laut-hasil-
alami-dan-aplikasinya/ (Accessed: 25 March 2022).
Nurcahyo (2011) Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Rasheva (2020) Pakar: Indonesia harusnya jadi produsen industri bioteknologi
kelautan terbesar dunia. Available at:
https://monitor.co.id/2020/10/22/pakar-indonesia-harusnya-jadi-produsen-
industri-bioteknologi-kelautan-terbesar-dunia/ (Accessed: 25 March 2022).
Rumengan, I. F. . (2020) Wawasan Bioteknologi Kelautan Dari Skala Molekuler
Sampai Revolusi Biru. Available at:
https://lppm.unsrat.ac.id/psbkkwallacea/wawasan-bioteknologi-kelautan-
dari-skala-molekuler-sampai-revolusi-biru/ (Accessed: 26 March 2022).
Widhiyanto, F. (2021) RI Berpotensi Miliki Industri Produk Biofarmasi Laut.
Available at: https://investor.id/business/274888/ri-berpotensi-miliki-
industri-produk-biofarmasi-laut.

Anda mungkin juga menyukai