ii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 25-59 BULAN
DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS WONOSARI II TAHUN 2017
Nadia Nabila Larasati*, Heni Puji Wahyuningsih,
Margono Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta,
Jl. Mangkuyudan MJ III/304, Yogyakarta,
555143 Email : nadianabilalaras@yahoo.com
ABSTRAK
Stunting masih menjadi permasalahan dalam masalah gizi dan tumbuh kembang
anak di Indonesia.. Stunting di DIY pada tahun 2014 sebesar 11,4%. Prevelensi
stunting tertinggi berada di Kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 7,7% balita
pendek dan 23,3% balita sangat pendek. Penyumbang angka stunting tertinggi
adalah Puskesmas Wonosari II dengan 549 balita. Diketahuinya faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian stunting. Penelitian ini bersifat observasional
dengan desain case control dengan menggunakan data sekunder dari buku KIA
ibu dan data primer melalui wawancara. Variabel yang diteliti meliputi tinggi
badan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, pemberian ASI eksklusif, berat
lahir, dan jenis kelamin. Teknik pengambilan sampel menggunakan simpel
rundom sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 152 sampel yang
meliputi 76 kelompok kasus dan 76 kelompok kontrol. Hasil penelitian didapatkan
variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah tinggi badan ibu p-
value 0,015 (95% CI 1,495-40,012), pemberian ASI Eksklusif p-value 0,006 (95%
CI 1,366 – 6,228), jenis kelamin p-value 0,002 (95% CI 1,590-7,312). Hasil
analisis multivariat tinggi badan ibu memiliki besar risiko paling tinggi terhadap
dengan kejadian stunting (p=0,015 OR=7,735, 95% CI=1,495-40,012) dan jenis
kelamin merupakan faktor yang paling signifikan terhadap kejadian stunting p-
value 0,002 (95% CI 1,590-7,312). Tinggi badan ibu merupakan faktor yang
paling dominan dalam hubungannya dengan kejadian stunting.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan Di
Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari II Tahun 2017” dapat terwujud.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi ketentuan kegiatan penyusunan
skripsi sebagai persyaratan mencapai derajat Diploma IV Kebidanan dan terwujud
atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tak bisa disebutkan
satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan
terimakasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
melakukan penelitian.
2. Dyah Noviawati Setya Arum, S.SiT., M.Keb, selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan penelitian.
3. Yuliasti Eka Purnamaningrum, S.ST., MPH, selaku Ketua Prodi DIV Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan penelitian.
4. Heni Puji Wahyuningsih, SsiT., M.Keb, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.
5. Margono, S.Pd., APP., M.Sc, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.
6. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH, selaku penguji proposal skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.
7. Ayahanda tercinta Almarhum Eko Mustopo yang senantiaasa menjadi suri
tauladan yang baik dan memotivasi dalam menjalankan studi.
8. Ibu dan Adik tercinta yang selalu memberikan dorongan, arahan, dan
bimbingan.
9. Teman-teman Simprah Fams yang selama ini berjuang bersama dalam
menjalani studi.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dalam memberian
bantuan hingga selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak.
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... B
A. Latar Belakang a
......................................................................... h
B. Rumusan Masalah a
.................................................................... n
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... .
D. Ruang Lingkup......................................................................... .
E. Manfaat Penelitian ................................................................... .
F. Keaslian .
Penelitian................................................................... .
.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ .
A. Tinjauan Teori .
.......................................................................... .
B. Kerangka Teori......................................................................... .
C. Kerangka Konsep .
..................................................................... .
D. Hipotesis................................................................................... .
.
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ .
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian .
.................................... .
B. Populasi dan Sampel .
............................................................... .
C. Waktu dan Tempat Penelitian .
................................................. .
D. Variabel Penelitian ................................................................. .
E. Definisi Operasional Variabel .
................................................. .
....................................... Halaman
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data i
...................................... ii
H. Prosedur Penelitian.................................................................. iii
I. Manajemen data iv
...................................................................... v
J. Etika Penelitian vi
....................................................................... vii
ix
xi
xiii
xiv
xv
1
1
8
9
10
11
12
15
15
29
30
30
31
31
32
35
35
36
37
38
38
40
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 47
A. Hasil………………………………………………………... 47
B. Pembahasan………………………………….......………… 55
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 63
Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan PB/U Anak Umur 0-60 bulan.......16
Tabel 2. Definisi OperasionalVariabel.................................................................36
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Analisa Variabel
Independen terhadap Kejadian Stunting di Wilayah Puskesmas
Wonosari II ...............................................................................................
Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen terhadap Kejadian Stunting
di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II ................................................
Tabel 10.Hasil Analisis Multivariat Variabel Independen terhadap
Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II ..................
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Stunting merupakan salah satu
Afrika.2
38%.4
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar mencatat
prevelansi
stunting pada
tahun 2007
yaitu sebesar
36,8% sempat
turun menjadi
35,6% pada
tahun 2010,
namun
meningkat
menjadi 37,2%
pada tahun
2013. Dari
2
persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan
tahun 2014 sebesar 11,44%. Prevelensi balita pendek di DIY lebih tinggi
Stunting (pendek) atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk lain
sudah terjadi sejak lama, bukan seperti kurang gizi akut. Anak yang
kumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-zat gizi yang tidak cukup atau
penyakit infeksi yang berulang, atau kedua-duanya. Stunting dapat juga
terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang sangat
kurang saat masa kehamilan, pola asuh makan yang sangat kurang,
dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta
produktivitas ekonomi.8
kematian yang lebih besar, obesitas, dan penyakit tidak menular di masa
kematian anak yang terkait dengan masalah kekurangan gizi. Dimana 98%
diantaranya yaitu BBLR. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500 gram
dapat berisiko menjadi pendek jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini
anak yang lahir dari orang tua yang berpendidikan cenderung tidak
mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua
juga menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang
anak yang memiliki orang tua yang tidak berpendidikan. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Haile yang menyatakan bahwa anak
yang terlahir dari orang tua yang memiliki pendidikan tinggi cenderung
yang stunting akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang
kemudian berkontribusi dalam siklus malnutrisi dalam kehidupan.1 Anak
yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm cenderung
bahwa anak yang memiliki ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm
anak adalah prediktor yang kuat dari stunting dan severe stunting pada
stunting, dibandingkan dengan anak yang berusia > 23 bulan. Hal ini
kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan, anak dengan keluarga yang
global pada gizi ibu dan anak sebagai prioritas. Target utamanya bertujuan
untuk menurunkan stunting pada anak sebanyak 40% secara global atau
(stunting).
kurang saat masa kehamilan. Nutrisi yang adekuat saat kehamilan dapat
dikandung.1
Pertama Kehidupan (HPK), yaitu pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Anak 0-
kualitas kehidupan. Pada 1.000 HPK anak akan mengalami masa “Periode
selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi dilahirkan. 8 Namun,
1.000 HPK, melainkan dimulai saat remaja dengan memperbaiki gizi saat
remaja.1
dengan memperbaiki gizi ibu hamil. Perbaikan gizi yang dapat dilakukan
tablet saat kehamilan. Selain itu pada ibu yang mengalami Kurang Energi
lebih rendah jika dibandingkan anak yang tidak diberi ASI ekslusif.11
pendidikan ibu, dan tinggi badan ibu. Faktor penyebab stunting dari bayi
yaitu riwayat BBLR, jenis kelamin anak, dan riwayat pemberian ASI
ekslusif. Faktor penyebab stunting dari faktor sosial yaitu status ekonomi.
Dengan diketahuinya fakta-fakta tersebut maka akan diteliti lebih lanjut
tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita usia
B. Rumusan Masalah
(2010) yaitu sebesar 35,2%. Dari Prevelansi tersebut dapat dilihat bahwa
Stunting di DIY pada tahun 2014 sebesar 11,4%. Prevelensi balita pendek
di DIY lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil riskedas yaitu sebesar
Stunting atau kurang gizi kronik adalah bentuk lain dari kegagalan
dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta
produktivitas ekonomi.
jenis kelamin, tinggi badan ibu, pemberian ASI eksklusif dan status
ekonomi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Wonosari II.
2. Tujuan Khusus :
kejadian stunting.
kejadian.
e. Mengetahui hubungan faktor janin yaitu berat badan lahir dan jenis
stunting.
stunting.
D. Ruang Lingkup
1. Materi
2. Tempat
Wonosari II.
3. Waktu
Desember 2017
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Peneliti selanjutnya
terjadinya stunting yaitu anak usia 24-35 bulan, anak yang menderita
anemia, anak yang memiliki ibu dan bapak dengan pendidikan rendah,
Selain itu diketahui juga faktor risiko terjadinya stunting pada anak
yaitu tingkat ekonomi yang rendah,besar bayi yang dirasa ibu kecil,
dan pemberian ASI lebih dari 12 bulan. Pemberian ASI lebih dari 12
setelah kelahiran
menderita diare, BBLR, BMI <18,5 kg/m2, dan tingkat pendidikan ibu.
cross sectional dengan judul Low birth weight was the most dominant
months
in Indonesia. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Stunting
(U) dimana terletak pada <-2 SD.18 Indeks TB/U merupakan indeks
Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status
15
balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan
scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai
tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama sehingga
masa lalu.21
gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dapat dilihat pada Tabel 1.
masalah pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali
pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih
mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada
hidden hunger.1
deficit dalam panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih
tumbuh).1
3. Prevelensi Stunting
anak stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Saat
38%.4
Indonesia tahun 2010 tetap tinggi yaitu 35,6%. Hasil Riskesdas 2010
dua tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit
Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang
lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir rendah akan
b. Jenis Kelamin
memasuki masa puber dua tahun lebih awal daripada anak laki-laki,
yang kuat dari stunting dan severe stunting pada anak usia 0-23
bulan dan 0-59 bulan. Anak perempuan memiliki risiko yang lebih
selain itu bayi perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah besar
Indonesia.29
c. ASI Eksklusif
karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna
oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran
dapat meningkatkan jalinan atau ikatan batin antara ibu dan anak.
yang kurang baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang
stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, asupan gizi balita,
Republik Indonesia.
d. Tinggi Ibu
meliputi tinggi badan orang tua dan jenis kelamin. Tinggi badan
Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4
usia 1-2 tahun. Anak yang memiliki tinggi badan ayah < 162 cm
e. Faktor Ekonomi
memadai.39
Beberapa faktor penyebab masalah gizi adalah kemiskinan.
proses kemiskinan.40
bahan pangan yang cukup dan gizi yang seimbang dan harga yang
terjangkau.40
umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah
kulit.43
status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi
yang besar.43
Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei
gizi adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang
yang merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
Faktor Maternal Lingkungan Rumah Kualitas makanan Cara pemberian Keamanan Praktek yang tidak Infeksi klinis dan subklinis
yang rendah yang tidak makanan dan Jenis kelamin
1.Nutrisi yang kurang 1.Stimulasi dan adekuat Infeksi pada usus : diare,
1.Kualitas adekuat minuman 1.Penundaan inisiasi
pada saat aktivitas anak yang environmental enteropathy,
mikronutrien yang 1.Frekuensi 1.makanan dan menyusi dini
prekonsepsi, tidak adekuat, infeksi cacing
rendah pemberian makanan minuman yang
kehamilan,laktasi, 2.Perawatan yang 2.Tidak ASI Eksklusif Infeksi pernafasan
2.Keragaman jenis yang rendah terkontaminasi
2.Tinggi badan ibu kurang 3.Penghentian 3.malaria
makanan yang 2.Pemberian 2.kebersihan
yang rendah, 3.Sanitasi dan pasukan menyusui yang 4.Nafsu makan yang kurang
dikonsumsi dan makanan yang tidak yang rendah
3.Infeksi, kehamilan air yang tidak adekuat terlalu cepat akibat infeksi, inflamasi.
sumber makanan adekuat ketika sakit 3.penyimpanan
4.Kesehatan mental, 4. Akses dan hewani yang rendah, dan setelah sakit dan persiapan
5.IUGR ketersediaan pangan 3.Makanan yang 3.Konsistensi makanan yang
6.Jarak kehamilan yang kurang tidak mengandung makanan yang tidak aman
yang pendek 5.Alokasi makanan nutrisi, dan makanan terlalu halus
7.Hipertensi dalam rumah tangga komplementer yang 4.Pemberian makan
yang tidak sesuai mengandung energi yang rendah dalam
6.Edukasi pengasuh rendah kuantitas
yang rendah.
Sumber: Kerangka teori stunting modifikasi dari WHO (2013) dan Akombi (2017)
29
30
C. Kerangka Konsep
Variabel independen
Status Ekonomi
1. Rendah
Variabel dependen
2. Tinggi
Berat Lahir
1. Berisiko
2. Tidak berisiko
Jenis Kelamin
1. Berisiko
2. Tidak berisiko
D. Hipotesis
asi, berat lahir, dan jenis kelamin ada hubungan dengan kejadian stunting.
BAB III
METODE PENELITIAN
longitudinal, artinya subyek tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi
Kasus
Kontrol
Stunting
31
Fa
k
Fa ris
k to iko
r ris (+
)
iko
(-)
Ti
da
k St
un
tin
g
32
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
dalam
populasi (terjangkau) yang dipilih subyeknya sebagai sampel
control :
√√
( )
P2= 21,2%
OR= 2,76
P1 = 0,426
Q1= 0,574
Q2= 0,788
P = 0,319
Q= 0,681
n1 = n2 (√√ )
= ()
(√√)
= ()
()
=
= 75,199
Keterangan :
P1 =
()( )
P =( )
Q =( )
Q1 = 1- P1
Q2 = 1- P2
orang yang diambil dari ibu yang memiliki bayi usia 25-59 bulan sebanyak
yang kemudian dipilih secara acak dari masing-masing sampel baik case
maupun kontrol.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
tinggi badan (TB) terhadap umur (U) dimana terletak pada <-2 SD.
a) Berat lahir :Ukuran dari berat atau masa bayi yang di timbang
d) Pemberian ASI : Pemberian air susu ibu pada bayi baru lahir.
materi.
4. Berat bayi Ukuran dari berat atau masa - Berisiko (< 2500gram) Nominal
lahir bayi yang di timbang dalam - Tidakberisiko ( >2500
bentuk gram pada waktu 1 gram)
jam pertama setelah lahir .
5. Pemberian Cara pemberian ASI eksklusif - Tidak Eksklusif (bila Nominal
ASI pada bayi dalam kurun 6 bulan nilai TIDAK<100%
Eksklusif pertama setelah lahir yang dari seluruh
diperoleh dengan data primer komponen
dengan menggunakan angket. pertanyaan)
- Ya (bila nilai TIDAK
100% dari seluruh
komponen
pertanyaan)
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer.
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
yang diberikan kepada ibu. Data primer dalam penelitian ini adalah
Data sekunder diperoleh dari buku KIA ibu yang beradadi wilayah kerja
Puskesmas Wonosari II. Data yang dibutuhkan ditulis dengan panduan daftar
isian dan master tabel yang dibuat peneliti. Daftar isian digunakan
H. Prosedur Penelitian
Tahap pra lapangan dimulai sejak awal bulan April 2017 yaitu
pembimbing.
b. Mengurus perizinanpenelitiandanethical clearencedari Jurusan
II Kabupaten Gunungkidul.
ditentukan.
1. Pengolahan Data
pencatatan data.
1) Stunting
2) Jenis Kelamin
1 = berisiko (laki-laki )
4) Pemberian ASI
6) Status ekonomi
7) Tingkat pendidikan
2. Analisis data
sebagai berikut:
a. Analisis univariat
Keterangan:
Y = ∑ sampel total
b. Analisis Bivariat
berikut:
1) Chi-square
( )
∑
Keterangan :
= Chi Kuadrat
c. Analisa Multivariat
J. Etika Penelitian
diginity).46
Pada penelitian ini peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek
ditimbulkan.
penelitian.
3. Keadilan dan keterbukaan (Respect for justice and inclusive)
A. Hasil Penelitian
ini jumlah subjek dihitung terlebih dahulu dalam populasi terjangkau yang
152 orang yang diambil dari ibu yang memiliki bayi usia 25-59 bulan
bayi stunting usia 25-59 bulan sebagai kelompok kasus. Sampel kasus dan
ini penulis membagi rentang usia balita menjadi tiga rentang. Rentang usia
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Analisa Variabel Independen
terhadap Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II
Variabel Independen Kejadian Stunting
Ya Tidak Jumlah
N % N % N %
kelompok balita stunting dari ibu dengan tinggi badan kurang yaitu
badan ibu kurang hanya sebesar 2,6%. Pada tingkat pendidikan, balita
sebesar 67,1%, sedangkan balita yang tidak diberi ASI Eksklusif dan
Pada berat lahir bayi, balita yang lahir dengan berat lahir kurang
tidak mengalami stunting dengan berat lahir kurang yaitu sebesar 6,6%.
Faktor terakhir jenis kelamin, balita dengan jenis kelamin laki-laki yang
Tabel 4.
Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen terhadap Kejadian Stunting
di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II
Variabel Kejadian Stunting p-value OR CI
Ya Tidak
N % N %
Tinggi Badan Ibu
- Berisiko 14 18,4% 2 2,6%
(< 145cm) 0,004 8,355 1,828- 38,182
- Tidak Berisiko 62 81,6% 74 97,4%
(> 145cm)
Tingkat Pendidikan
- Rendah (tidak 47 61,8% 28 36,8%
sekolah, SD, SMP) 0,003 2,778 1,441 –5,358
- Tinggi (SMA, 29 38,2% 48 63,2%
Perguruan Tinggi)
Status Ekonomi
- Rendah 58 76,3% 42 55,3% 0,010 2,608 1,301 – 5,231
(<Rp.1.337.650,00)
- Tinggi 18 23,7% 34 44,7%
(>Rp.1.337.650,00)
Pemberian ASI
- Tidak Eksklusif 51 67,1% 29 38,2% 0,001 3,306 1,699 – 6,433
- Eksklusif 25 32,9% 47 61,8%
Berat Lahir
- Kurang 16 21,1% 5 6,6% 0,019 3,787 1,310 – 10,945
(> 2.500gram)
- Cukup 60 78,9% 71 93,4%
(< 2.500gram)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 48 63,2% 27 35,5% 0,001 3,111 1,605 – 6,030
- Perempuan 28 36,8% 49 64,5%
tinggi badan berisiko yaitu sebesar 18,4%. Balita yang tidak stunting
dan memiliki ibu dengan tinggi badan berisiko yaitu sebesar 2,6%.
lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 145cm dibanding balita
Balita yang tidak mengalami stunting dan memiliki ibu dengan tingkat
2,778 kali (95% CI 1,441-5,358) pada balita yang lahir dari ibu dengan
tingkat pendidikan rendah dibanding balita yang lahir dari ibu dengan
yaitu sebesar 55,3%. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,010 berarti
dengan berat lahir kurang yaitu sebesar 21,1%. Balita yang tidak
mengalami stunting juga lahir dengan berat lahir kurang yaitu sebesar
balita yang lahir berat lahir kurang dibanding balita yang lahir dengan
laki-laki yaitu sebesar 63,2%. Balita yang tidak mengalami stunting dan
faktor yang bermakna secara statistik yaitu jenis kelamin p-value 0,002
7,735 kali pada balita yang memiliki ibu dengan tinggi badan kurang
dari 145cm daripada balita yang memiliki ibu dengan tinggi lebih dari
145cm.
B. Pembahasan
skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U) dimana terletak pada <-2 SD. 18
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang
pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak
dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks ini dapat digunakan untuk
bencana, kurang pangan, dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa.
Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi
kasus kurang gizi pada balita.1 Faktor risiko yang diteliti dalam penelitian
terhadap tinggi badan akan tampak dalam kurun yang relatif lama. 21 Hal
ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Haile (2016) menyatakan
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi tinggi badan orang
tua. Tinggi badan ibu merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
stunting36.
balita yang menglami stunting dan memiliki ibu dengan tinggi badan
berisiko yaitu sebesar 18,4%. Balita yang tidak mengalami stunting dan
memiliki ibu dengan tinggi badan berisiko yaitu sebesar 2,6%. Hasil uji
hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting. Balita yang
lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm berpeluang 8,355
kali (95% CI 1,828-38,182) dibanding balita yang lahir dari ibu dengan
(2012), bahwa kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4
tahun secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan ibu 36. Penelitian
dan memiliki ibu dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 61,8%. Balita
1,441-5,358) pada balita yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan
rendah dibanding balita yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi.
dilakukan oleh Haile (2013) yang juga menyatakan bahwa balita yang
dan memiliki status ekonomi rendah yaitu sebesar 76,3%, sedangkan balita
yang tidak mengalami stunting dan memiliki status ekonomi rendah yaitu
sebesar 55,3%.. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,010 berarti dapat
ekonomi tinggi.
penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna
oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa
belum sempurna.
mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar 38,2%. Hasil uji statistik didapatkan
tidak eksklusif.34 Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin (2012) dengan
oleh berat badan saat lahir, pengetahuan gizi ibu balita, pendapatan
hubungan antara berat lahir dengan Kejadian Stunting pada balita usia 25-
menyatakan bahwa balita yang mengalami stunting dan lahir dengan berat
juga lahir dengan berat lahir kurang yaitu sebesar 6,6%. Hasil uji statistik
(2017) yang menyatakan bahwa balita yang lahir dengan berat lahir rendah
lain juga menyatakan bayi yang lahir dengan berat badan kurnag dari 2500
gram akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya
untuk seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein
yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan balita-balita,
stunting dan severe stunting daripada balita laki-laki, selain itu bayi
perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah lebih besar daripada bayi
stunting dan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 63,2%. Balita yang
kelamin perempuan.
Hal ini didukung oleh sudi kohort yang dilakukan Medin (2010)
yang menunjukan bayi dengan jenis kelamin lai-laki memiliki risiko dua
confounding.
kejadian stunting, tinggi badan ibu merupakan faktor dengan besar risiko
paling besar terhadap kejadian stunting. Hal ini dapat dilihat dari hasil
dibandingkan anak yang memiliki ibu dengan tinggi badan lebih dari
145cm.
(2012), bahwa kejadian stuning pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4
C. Keterbatasan Penelitian
pada data sekunder yang diambil dari buku KIA responden di Posyandu
dokumentasi.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah:
Wonosari II.
kurang dari 145cm, anak dengan jenis kelamin laki-laki, dan anak yang
tidak diberi ASI Eksklusif. Sehingga calon ibu dapat benar-benar
bagi anak dengan jenis kelamin laki-laki dan anak yang lahir dari ibu
2. UNICEF. 2016. A Fair Chance For Every Child. New York. USA
www.unicef.org/publications. Diakses 20 April 2017
4. UNICEF. 2014. The State of the World‟s Children 2014 in Numbers. Everychild
Counts: Revealing Disparities, Advancing Children‟s Rights. New York. USA
www.unicef.org/publications. Diakses 20 April 2017
5. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta:
Kemenkes RI. Diunduh tanggal 10 April 2017 dari www.depkes.go.id
7. Dinas Kesehatan DIY. 2016. Profil Kesehatan DIY Tahun 2016. Yogyakarta:
Dinkes DIY
8. Kementrian Kesehatan RI. 2016. Pusat Data dan Informasi 2015. Jakarta:
Kemenkes RI. Diunduh tanggal 12 April 2017 dari http://www.depkes.go.id
10. UNICEF. 2007. Women and Children The Double Dividend of Gender Equality
New York. USA www.unicef.org/publications. Diakses 20 April 2017
12. Akombi, Blessing Jaka. Agho Kingsley E, Hall John J, Merom Dafna, Astel-
Burt Thomas, and Renzaho Andre M.N. 2017. Stunting and severe stunting
among children under-5 years in Nigeria: A multilevel analysis. Nigeria: BMC
Pediatrics
67
68
13. Haile, Demwoz, Azage Muluken, Mola Tegegn, and Rainey Rochelle. 2016.
Exploring spatial variations and factors associated with childhood stunting in
Ethiopia: spatial and multilevel analysis. Eithopia: BMC Pediatrics
14. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta:
Kemenkes RI. Diunduh tanggal 10 April 2017 dari www.depkes.go.id
17. World Health Organization. 2012. World Health Statistics 2012. Switzerland:
Department of Nutrition for Health and Development. www.who.int. Diakses 20
April 2016
18. Senbanjo, I., et al. 2011. Prevalence of and Risk factors for Stunting among
School Children and Adolescents in Abeokuta, Southwest Nigeria. Journal of
Health Population and Nutrition. 29(4):364-370.
22. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta: Kemenkes RI. Diunduh tanggal 10
April 2017 dari www.depkes.go.id
23. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta:
Kemenkes RI. Diunduh tanggal 10 April 2017 dari www.depkes.go.id
24. UNICEF. 1998. The State of The World’s Children. Oxford University press.
69
26. Direktorat Bina Kesehatan Ibu . 2012. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Akan
Lakukan Assessment Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di 20 Kabupaten/Kota.
Diunduh 20 April 2017, dari Kesehatan Ibu:http://www.depkes.go.id
27. Sartono. 2013. Hubungan Kurang Energi Kronis Ibu Hamil Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kota Yogyakarta. Tesis. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
28. Milman, A., Frongillo, E. A., Onis, M., and Hwang J-Y. 2005. Differential
Improvement among Countries in Child Stunting is Associated with Long-Term
Development and Specific Interventions. The Journal of Nutrition.
29. Ramli, et al. 2009. Prevalence and Risk Factor for Stunting and Severe Stunting
Among Under Fives in North Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatrics.
Press, Inc. Florida. Page. 147-198.
30. Medhin, Gima et al. 2010. Prevalence and Predictors Of Undernutrition Among
Infants Age Six and Twelve Months In Butajira, Ethiopia: The P-MaMiE Birth
Cohort. Mdhin et al. BMC Public Health, 10:27. Dapat diakses di
www.biomedcentral.com.
31. Lesiapeto, et al. 2010. Risk Factors of Poor Anthropometric Status In Children
Under Five Years of Age Living In Rural Districts of The Eastern Cape And
Kwazulu-Natal Provinces, South Africa. S Afr J Clin Nutr, 23(4): 202-207.
Dapat diakses di www.sajcn.co.za.
32. Taguri, AE et al. 2008. Risk Factor For Stunting Among Under Five In Libya.
Public health nutrition, 12 (8), 1141-1149. Dapat diakses di
www.ncbi.nlm.nih.gov.
33. Semba, et al. 2008. Effect Parental Formal Education On Risk Of Child Stunting
In Indonesia And Bangladesh : A Cross Sectional Study. 371 : 322 - 328.
www.thelancet.com.
34. AL – Rahmad Ah, Miko A, Hadi A. 2013. Kajian Stunting Pada Anak Balita
Ditinjau Dari Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi, Dan
Karakteristik Keluarga Di Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Nasawakes. 6(2) : 169 – 184.
70
35. Arifin, D.Z., Irdasari, S.Y., Sukandar,H. 2012. Analisis sebaran dan faktor
resiko stunting pada balita di Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi Komunitas
FKUP Bandung.
36. Rahayu, leni. 2012. Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan Perubahan
Status Stunting Dari Usia 6-12 Bulan Ke Usia 3-4 Tahun.
http://lemlit.uhamka.ac.id/files/makalah7leni.pdf. Diakses 6 Januari 2017.
38. Candra A., Puruhita N., Susanto J.C., 2011. Risk Factors of Stunting among 1-2
Years Old Children in Semarang City. M Med Indones, 45(3): 206-12.
39. Manurung, Joni J, Adler dan Ferdinand. 2009, Ekonomi Keuangan dan
Kebijakan Moneter, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
40. BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.
http://www.4shared.com/get/I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pangan.Diakss
8 Mei 2017.
41. Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. 2011. Pedoman Pendataan Survei Sosial
Ekonomi Nasional Tahun 2011. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik.
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Yth.
Ibu/Bapak/Sdr
Di
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program D-IV
Kebidanan Alih Jenjang Politeknik Kesehatan Yogyakarta:
Nama : Nadia Nabila Larasati
NIM : P07124216084
Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan di
Puskesmas Wonosari II”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat kerugian bagi bapak/ibu
selaku orang tua dan anak sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Saya
mohon kesediaan orangtua untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai
responden. Apabila bapak/ibu tidak menghendaki untuk menjadi responden,
bapak/ibu berhak menolak.
Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan partisipasi orangtua
responden menjadi responden, saya ucapkan terimakasih.
„
Hormat saya,
Nadia Nabila Larasati
72
Lampiran 2
(PSP)
A. Kesukarelaan
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-59
B. Prosedur
menit.
C. Manfaat
D. Kerugian
E. Kompensasi
penelitian ini maka kami akan memberikan kompensasi kepada ibu berupa
F. Kerahasiaan
Nama dan rahasia dari bapak/ibu selaku orangtua responden akan tetap
dirahasiakan, bila ada hal-hal yang belum jelas bapak/ibu responden dapat
menanyakan langsung kepada saya Nadia Nabila Larasati sebagai peneliti dan
Hormat saya,
Lampiran 3
Yogyakarta,..................................2017
Saksi Responden
(……………………………….) (……………………………….)
Peneliti (…............)
67
lxxvi
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 25-59 BULAN
DI PUSKESMAS WONOSARI II
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal pengisian :
I. Identitas
1. Nama anak :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempua
n
3. Tempat dan tanggal lahir: usia :
4. Nama orangtua :
Ibu : usia :
Ayah : usia :
5. Pendidikan ibu :
6. Pekerjaan ibu :
7. Pendapatan orangtua : < Rp.1.337.650,00
per bulan > Rp.1.337.650,00
8. Alamat :
lxxvi
lxxvii
Lampiran 6
DUMMY TABEL
Univariat
Bivariat
1. Tabel Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Stunting
Variabel Kejadian Stunting p-
Chi- OR CI
valu
squar
e
e
hitung
Ya Tidak
N % N %
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Total
Multivariat
Lampiran 7
ANGGARAN PENELITIAN
lxxxii
lxxxiii
lxxxiii
lxxxiv
lxxxiv
lxxxv
lxxxvi
lxxxvii
lxxxviii
lxxxix