Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEMARITIMAN

REVIEW ARTIKEL

OLEH
KELOMPOK III :
DARSIL RAZAK : G2U121027
WAODE HARDIAN : G2U121028
RINI MULYASARI : G2U121029
SITTI AL AALIATIN HAMSAH : G2U121030

PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2022
REVIEW ARTIKEL
GENDER, SOCIAL NORMS, AND SURVIVAL IN MARITIME DISASTERS

A. Intisari Jurnal
Jurnal ini membahas mengenai “Hubungan antara Gender, norma sosial, dan
kelangsungan hidup dalam bencana maritim”. Secara singkat isi dalam jurnal adalah:
Sejak tenggelamnya Titanic, ada kepercayaan yang tersebar luas bahwa norma sosial
"mengutamakan perempuan dan anak-anak" (women and children first/WCF) memberi
perempuan keuntungan bertahan hidup dibandingkan laki-laki dalam bencana maritim, dan
bahwa kapten dan awak kapal memberikan prioritas kepada penumpang. Kami menganalisis
database 18 bencana maritim yang berlangsung selama tiga abad, yang mencakup nasib lebih
dari 15.000 individu dari lebih dari 30 negara. Hasil kami memberikan gambaran unik
tentang bencana maritim.
Wanita memiliki kerugian kelangsungan hidup yang berbeda dibandingkan dengan
pria. Kapten dan kru bertahan pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada penumpang. Kami
juga menemukan bahwa: kapten memiliki kekuatan untuk menegakkan perilaku normatif;
tampaknya tidak ada hubungan antara durasi bencana dan dampak norma sosial; perempuan
tidak lebih baik jika mereka merupakan bagian kecil dari pelengkap kapal; lama perjalanan
sebelum bencana tampaknya tidak berdampak pada tingkat kelangsungan hidup relatif
perempuan; kesenjangan jenis kelamin dalam tingkat kelangsungan hidup telah menurun
sejak Perang Dunia I; dan perempuan memiliki kerugian yang lebih besar di kapal karam
Inggris. Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa perilaku manusia dalam
situasi hidup dan mati paling baik diungkapkan dengan peribahasa "setiap orang hidup untuk
dirinya sendiri."
Bencana Titanic telah membangkitkan minat publik dan ilmiah yang sangat besar dan
tercatat sebagai salah satu peristiwa yang paling banyak diliput dalam sejarah, memperoleh
status yang hampir bersifat mitologis. Evakuasi Titanic merupakan contoh utama peristiwa
heroik di laut. Laki-laki mundur, sementara perempuan dan anak-anak diprioritaskan untuk
naik sekoci. Norma sosial menyelamatkan "perempuan dan anak-anak dulu" (WCF) di kapal
karam sering disebut sebagai "hukum laut yang tidak tertulis." Sebagaimana diketahui bahwa
norma-norma sosial tentang keadilan dan kerja sama mempengaruhi perilaku manusia dalam
berbagai situasi.
Pria dan wanita, bagaimanapun, tunduk pada norma-norma yang berbeda dalam
perilaku menolong. Harapan laki-laki untuk menampilkan jiwa kesatria dan kepahlawanan
dalam bencana maritim dapat dilihat sebagai contoh pola dasar perbedaan jenis kelamin
dalam norma sosial dalam perilaku menolong.
Logika biaya-manfaat secara mendasar dalam model ekonomi perilaku manusia,
termasuk model di mana individu memilih untuk mematuhi atau melanggar norma-norma
sosial, misalnya dengan melakukan kejahatan. Bencana laut memberikan konteks yang
berharga di mana dimungkinkan untuk menyelidiki secara empiris bagaimana orang
bertindak dan mengatur perilaku dalam situasi hidup dan mati dan, khususnya, jika norma
sosial tentang perilaku membantu dijunjung tinggi.
Telah disimpulkan bahwa orang-orang di kapal Titanic mengikuti norma WCF.
Berdasarkan perbandingan Titanic dan Lusitania (di mana yang pertama tenggelam dalam
160 menit dan yang terakhir dalam waktu kurang dari 20 menit), sebuah dugaan telah
diajukan yang menyatakan bahwa kepatuhan norma lebih menonjol dalam bencana yang
berkembang perlahan.
Apakah wanita biasanya memiliki keuntungan bertahan hidup dalam bencana laut
atau apakah evakuasi Titanic merupakan pengecualian. Untuk menjawab pertanyaan ini, kami
telah mengumpulkan dan menganalisis database 18 bencana maritim selama periode 1852-
2011. Hipotesis pertama dan utama (H1) adalah bahwa perempuan memiliki keunggulan
bertahan hidup dibandingkan laki-laki dalam bencana maritim. Penelitian sebelumnya
tentang Titanic telah menemukan bahwa sejalan dengan gagasan WCF, bahwa wanita
memiliki keunggulan bertahan hidup dibandingkan pria, sedangkan bukti dari bencana
Lusitania menunjukkan tidak ada perbedaan dalam tingkat kelangsungan hidup antara pria
dan wanita.
Namun, ada beberapa alasan untuk percaya bahwa pria memiliki prospek bertahan
hidup yang lebih baik daripada wanita, jika mereka tidak terlibat dalam perilaku menolong
yang mengorbankan diri. Argumen yang paling penting adalah bahwa pria secara fisik lebih
kuat daripada wanita. Dengan demikian, jika pria mencoba menyelamatkan diri mereka
sendiri, kami menduga wanita memiliki kerugian relatif untuk bertahan hidup. Namun, kami
mengharapkan peluang kelangsungan hidup wanita meningkat jika pria mematuhi norma
WCF. Oleh karena itu, keuntungan bertahan hidup yang diamati dari wanita dianggap sebagai
bukti pendukung perilaku yang diatur oleh norma WCF.
Kekurangan kelangsungan hidup yang kecil bagi perempuan sulit untuk ditafsirkan,
karena dapat menunjukkan bahwa norma WCF telah membantu perempuan dari kerugian
yang berpotensi lebih besar atau bahwa norma tersebut belum ditegakkan. Namun, jika kita
mengamati kerugian substansial kelangsungan hidup perempuan, kita menganggapnya
sebagai bukti bahwa kepatuhan terhadap norma adalah hal yang luar biasa dalam bencana
laut.
Oleh karena itu, kami menafsirkan kru memiliki keuntungan bertahan hidup yang
relatif jika mereka mencoba menyelamatkan diri mereka sendiri daripada membantu
penumpang. Bukti dari Titanic menunjukkan bahwa anggota kru memang memiliki
keunggulan bertahan hidup yang signifikan dibandingkan penumpang. Hipotesis ketiga (H3)
adalah bahwa tingkat kelangsungan hidup wanita, relatif terhadap pria, meningkat ketika
kapten memerintahkan WCF.
Bukti orang-orang yang saling membantu belum tentu merupakan bukti dari
preferensi orang lain, atau norma sosial, yang mengatur perilaku. Tidak seperti jenis bencana
lainnya, misalnya gempa bumi, tsunami, dan serangan teroris, bencana maritim ditandai
dengan adanya pemimpin yang jelas. Di atas kapal, kapten adalah komandan dengan
kekuatan tertinggi untuk memberi dan menegakkan perintah.
Mirip dengan TPPG, di mana hukumannya sangatlah mahal, perintah WCF dikenakan
biaya untuk kapten karena dengan perintah itu dia setuju untuk tetap di atas kapal sampai
semua wanita dan anak-anak diselamatkan. Ketika kapten tidak memprioritaskan wanita,
situasinya menyerupai masalah alokasi permainan diktator standar. di mana pemain yang
mementingkan diri sendiri mematuhi norma hanya jika biaya stigma sosial pelanggaran
melebihi biaya kepatuhan.
Hipotesis keempat (H4) adalah bahwa nasib perempuan lebih buruk, dibandingkan
dengan laki-laki, ketika kapal tenggelam dengan cepat. Telah disarankan bahwa waktu sangat
penting bagi norma untuk memandu perilaku. Ketika sebuah kapal tenggelam dengan cepat,
tindakan manusia didorong oleh reaksi hormonal, seperti peningkatan adrenalin yang cepat,
dan perilaku egois dapat mendominasi. Bukti yang mendukung argumen ini didasarkan pada
perbandingan Titanic yang perlahan tenggelam dan Lusitania yang tenggelam dengan cepat.
Jika kapal karam dianggap cepat atau lambat tergantung pada ukuran kapal juga.

B. Kelebihan Jurnal
Adapun kelebihan yang ditonjolkan dalam artikel ini adalah:
1. Judul yang diangkat merepresentasekan apa yang akan dibahas dalam artikel sehingga
sebelum pembaca membaca seluruh artikel mereka sudah dapat menggambarkan isi
artikel
2. Struktur artikel disajikan dengan cukup jelas bagian-bagiannya dimana ada abstrak,
pendahuluan metode dan pembahasan serta daftar pustaka meskipun ada kekurangan
kesimpulan
3. Penyajian data dilakukan dengan menarik seperti tampilan tabelnya diberi pemisahan
warna yang berbeda sehingga memudahkan proses indentifikasi data.
4. Data diperoleh dari berbagai sumber yang akurat dengan membandingkan data penumpang
dari dua kapal yang berbeda.
5. Pada artikel juga menyertakan “ACKNOWLEDGMENTS.” Sebagai bentuk apresiasi
penulis terhadap berbagai pihak yang telah membantu dan berpartisipasi sampai artikel
tersebut dapat diterbitkan menjadi rujukan yang bermanfaat.

C. Kekurangan Jurnal
1. Abstrak belum memenuhi kaidah penulisan yang benar karena tidak menyajikan tujuan,
metode, hasil dan kesimpulan dari judul yang diangkat. Abstrak belum merepresentasikan
secara untuh isi jurnal.
2. Artikel yang disajikan masih sebatas hipotesis penulis perlu follow up berdasarkan
perbandingan kondisi saat ini untuk menemuan relevansi dengan hipotesis penulis
3. Analisis data menggunakan model probability linear dimana kekurangan dari model ini
adalah residual data yang dihasilkan tidak berdistribusi normal karena mengikuti distribusi
binomial. Solusinya dapat dilakukan dengan memperbanyak populasi data.
REVIEW ARTIKEL
A MARITIME DISASTER: REACTIONS AND FOLLOW-UP

A. Intisari Jurnal
Pada tahun 1999, 69 orang selamat dari bencana maritim di pantai Norwegia, di mana
16 orang lainnya meninggal. Selain bantuan psikososial segera, intervensi pascabencana
termasuk pembekalan psikologis setelah satu minggu, pembekalan lanjutan sebulan
kemudian, penyaringan mereka yang membutuhkan bantuan individu, dan bantuan bagi
mereka yang kembali ke lokasi bencana. Hasil tes psikometri menunjukkan bahwa sejumlah
besar orang yang selamat mendapat skor di atas titik batas klinis untuk reaksi stres yang
ekstrem.
Hasil ini dibandingkan dengan hasil dari penelitian lain tentang bencana maritim.
Meskipun ancaman jiwa dan keterpaparan dalam bencana ini sangat ekstrem, skornya lebih
rendah daripada penelitian lain, dengan satu pengecualian. Para penulis menyimpulkan
bahwa skor marabahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan bencana maritim lainnya
mungkin dipengaruhi oleh sistem terstruktur dan kepedulian yang diterapkan untuk merawat
para penyintas. Hampir semua (93%) menganggap pertemuan pembekalan bermanfaat, dan
mereka mampu membedakan berbagai fungsi yang dilayani oleh pertemuan tersebut.

B. Kelebihan Jurnal
1. Judul yang diangkat merepresentasekan apa yang akan dibahas dalam artikel sehingga
sebelum pembaca membaca seluruh artikel mereka sudah dapat menggambarkan isi
artikel
2. Struktur artikel disajikan dengan jelas bagian-bagiannya dimana ada abstrak, pendahuluan
metode dan pembahasan serta daftar pustaka
3. Abstrak disajikan dengan kaidah penulisan yang benar dimana menyiratkan tujuan,
metode, hasil dan kesimpulan yang merepresentasekan isi jurnal secara utuh.
4. Ada proses follow up terhadap data yang diperoleh

C. Kekurangan Jurnal
1. Tidak terdapat ““ACKNOWLEDGMENTS.” Sebagai bentuk apresiasi penulis terhadap
berbagai pihak yang telah membantu dan berpartisipasi sampai artikel tersebut dapat
diterbitkan menjadi rujukan yang bermanfaat.
2. Metode pengambilan data hanya dilakukan menggunakan kuisioner dimana bagi peserta
yang tidak dapat hadir pada pertemuan langsung kuisioner dikirimkan lewat e-mail dan
terdapat kendala dalam pengambilan data dimana dari 69 responden yang dituju hanya
terdapat 62 alamat yang tersedia. Hal ini dapat beresiko pada tingkat keakuratan data
3. Responden yang dipilih adalah orang-orang yang pernah mengalami trauma psikis pasca
bencana sehingga ada faktor pengganggu dalam proses pengambilan data atau informasi

Anda mungkin juga menyukai