Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI ILMU SOSIAL


Tentang
GENDER, ENVIRONMENTALISME, dan TEORI SISTEM DUNIA

Disusun Oleh:
Fadilla Syahriani
Diana Mardiati
Muhammad Safri

Dosen Pengampu :
Azmi Fitrisia, SS., M.Hum.,Ph. D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT untuk segala limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman dan
bermanfaat bagi pembacanya. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dari
ibuk selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Ilmu Sosial. Makalah ini
membahas tentang “Gender, Environmentalisme, dan Teori Sistem Dunia”.
Makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan, maka dari itu besar
harapan penulis untuk dapat memberikan masukan dan saran sehingga penulis
dapat memperbaiki penulisan makalah dan makalah ini menjadi lebih baik
kedepannya. Atas perhatiannya, penulis haturkan terima kasih.

Padang, 9 Desember 2022


Penulis

(Kelompok 5)

1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Sejarah Enviromentalisme
B. Pengertian Environmentalisme
C. Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial
D. Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein
E. Pokok Pemikiran Immanuel Wallrenstein
F. Kritik terhadap Teori Sistem Dunia Immanuel Wallrenstein
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan tidak hanya sendiri saja, melainkan
juga dengan manusia lainnya. Yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jenis
kelamin laki-laki dan perempuan tentulah beda. Sifat laki-laki cenderung ke
pembawaan nya yang tegas, namun berbanding terbalik dengan perempuan,
perempuan mempuyai sifat yang lemah lembut dan keibuan.
Lingkungan menjadi sesuatu yang berharga dalam kehidupan di dunia.
Lingkungan menjadi salah satu faktor keberlanjutan kehidupan manusia di
bumi. Demi menjaga dan melestarikan lingkungan, muncul gerakan-gerakan
yang dapat disebut environmentalism. Environmentalism adalah gerakan
sosial ataupun ideologi yang luas yang mendasarkan dirinya pada
permasalahan mengenai lingkungan hidup dan peningkatan kesehatan
lingkungan. Sebuah gerakan yang pengendalian lingkungan dari pencemaran
dan juga demi pelestarian dan pelindungan keanekaragaman tumbuhan serta
satwa melalui restorasi ataupun perbaikan lingkungan alam. Pada intinya,
environmentalisme adalah upaya yang dilakukan untuk menyeimbangkan
kehidupan antara lingkungan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Keseimbangan sangat diperlukan karena manusia sendiri sangat bergantung
sekali dengan lingkungannya.
Munculnya krisis di Amerika Serikat, Perang Vietnam, Krisis
Watergate, embargo minyak tahun 1975, inflasi ekonomi Amerika pada akhir
1070-an, kebijaksanaan perdagangan dan investasi produktif, defisit anggaran
belanja pemerintah, defisit neraca pembayaran yang makin meluas pada tahun
1980-an menandai hancurnya hegemony politik ekonomi Amerika. Terjadinya
krisis di negara sentral membuat negara-negara semi pinggiran memanfaatkan
kesempatan untuk memandirikan negaranya atau pun membuat suatu
kebijakan baru yang membuat negaranya semakin pesat berkembang.
Menurut teori sistem dunia, ekonomi internasional merupakan arena
pertarungan kepentingan antara negara-negara pusat yang maju dengan

3
negara-negara pinggiran yang lemah dan terbelakang, dalam wujud
penghisapan, yang menyebabkan negara-negara terbelakang terhalang
kemajuannya baik secara ekonomi maupun politik. Kewujudan negara-negara
pusat, semi pinggiran, dan pinggiran serta corak hubungan antara ketiganya
telah melahirkan terbentuknya gugus-gugus wilayah maju dengan pengaruh
ekonomi dan politik di satu sisi, sementara pada sisi lain ada negara-negara
atau wilayah semi pinggiran yang meskipun sudah mencapai tahap kemajuan
signifikan dan tertransformasi menjadi kekuatan baru, namun kedudukannya
tetaplah bergantung pada wilayah pusat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Gender?
2. Bagaimana Sejarah Enviromentalisme?
3. Apa Pengertian Environmentalisme?
4. Bagaimana Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial?
5. Bagaimana Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein?
6. Apa Pokok Pemikiran Immanuel Wallrenstein?
7. Bagaimana Kritik terhadap Teori Sistem Dunia Immanuel Wallrenstein?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Gender
2. Untuk mengetahui Sejarah Enviromentalisme
3. Untuk mengetahui Pengertian Environmentalisme
4. Untuk mengetahui Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial
5. Untuk mengetahui Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein
6. Untuk mengetahui Pokok Pemikiran Immanuel Wallrenstein
7. Untuk mengetahui Kritik terhadap Teori Sistem Dunia Immanuel
Wallrenstein

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gender
Sejak tahun 80-an kata gender telah memasuki perbendaharaan dalam
setiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan dunia
ketiga. Demikian juga di Indonesia, hampir semua uraian tentang program
pengembangan masyarakat maupun pembangunan di kalangan organisasi
pemerintah membicangkan masalah gender.
Kata gender harus dibedakan dengan kata seks (jenis kelamin).
Pengertian jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
kelamin tertentu.
Konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Minsalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,
atau keibuan. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis
laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang panjang. Oleh karena itu,
dibentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal
diantaranya dibentuk, disosialisakikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara
sosial atau kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara tersebut
akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan seolah-olah bersifat biologis
yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap
dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan. Sebaliknya,
melalui dialeka, konstruksi sosial gender yang tersosialisasikan secara
evolusional dan perlahan-lahan mempengaruhi biologis masing-masing jenis
kelamin. Minsalnya, karena konstruksi sosial gender, kaum laiki-laki harus
bersifat kuat dan agresif amaka kaum laki-laki kemudian terlatih dan
tersosialisasi serta termotivasi untuk menjadi atau menuju ke sifat gender yang

5
ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih
besar.
B. Sejarah Enviromentalisme
Environmentalisme muncul setelah Revolusi Industri di prancis yang
menimbulkan pencemaran lingkungan modern seperti yang umum terjadi saat
ini. Munculnya pabrik-pabrik besar dan eksploitasi dalam jumlah besar dari
batubara dan bahan bakar fosil menimbulkan polusi udara dan pembuangan
limbah industri kimia dengan volume besar ditambah dengan Perkembangan
urbanisasi yang pesat pula menyebabkan kepadatan penduduk.
Langkah pertama yang diambil untuk mengontrol kondisi ini adalah
dengan munculnya British Alkali Acts yang disahkan pada 1863, untuk
mengatur polusi udara yang merugikan (gas asam klorida) yang merupakan
hasil dari proses Leblanc, yang digunakan untuk menghasilkan abu soda.
Environmentalisme tumbuh dengan pesat, yang merupakan reaksi terhadap
industrialisasi, pertumbuhan kota, dan udara memburuk dan pencemaran air.
Jauh sebelum mulai terbentuknya kesadaran ataupun gerakan sebagai usaha
untuk meminimalisir dampak perkembangan peradaban terhadap lingkungan,
Raja Edward I dari Inggris melalui proklamasi di London pada tahun 1272
melarang pembakaran batubara karena menimbulkan asap yang kemudian
menjadi masalah udara waktu itu. Jika dilihat, sejak abad pertengahan dimana
gereja masih berkuasa waktu itu, usahausaha mengenai lingkungan sudah
dilakukan meskipun tidak dalam lingkup yang lebih luas. Isu-isu mengenai
lingkungan sendiri, telah mendapat sorotan di masyarakat dunia sekitar tahun
1970-an, namun aspek lingkungan baru muncul pada studi Hubungan
Internasional yang ditandai dengan diselenggarakannya konferensi PBB di Rio
De Jeneiro pada tahun 1992 dengan tema Global Warming.
Kesadaran secara langsung tentang krisis alam itu sendiri mulai timbul
setelah terbitnya buku yang berjudul “Silent Spring” pada tahun 1962. Buku
ini adalah hasil kajian dari seorang saintis wanita bernama Rachel Carson.
Meskipun buku ini hanya menampilkan dampak-dampak pencemaran akibat
industri kimia terhadap alam sekitar dan menampikan penjelasanpenjelasan

6
terkait masalah itu, ia berhasil membuat masyarakat sadar akan pentingnya
menjaga dunia agar terhindar dari krisis alam yang semakin meluas akibat
perkembangan sains dna teknologi di zaman modern.
Penjelasan-penjelasan mengenai keadaan dan dampak dari krisis alam
sekitar yang dicetuskan oleh Rachel Carson ini kemudian mempengaurhi
bidang-bidang lain selain saintis untuk mulai memperhatikan permasalahan
ini. Pada tahun 1967 seorang ahli sejarah, Lynn White Jr., menulis sebuah
artikel yang berjudul “The Historical Roots of Our Ecological Crisis”. Artikel
ini memuat pandangannya mengenai faktor utama yang menyebabkan krisis
alam sekitar. Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan krisis alam dan
lingkungan adalah faktor ideologi orang-orang Yahudi-Kristian. Ideologi atau
doktrin itu melahirkan suatu pandangan umum atau worldview dalam
kehidupan manusia yaitu mereka diizinkan oleh Tuhan untuk mengksploitasi
alam sekitar demi kelangsungan hidup mereka. Mereka telah dititipkan oleh
Tuhan, jadi tidak ada yang bisa membatasi mereka dalam melakukan
eksploitasi. Lynn White Jr menjelaskan dengan berpegangan pada pandangan
umumu tersebut dalam kehidupan masyarakat barat yang secara dinamik dan
terstruktur dengan menggunakan sains dan teknologinya untuk
mengeksploitasi alam sekitar tanpa batasan.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, isu-isu lingkungan memang
sedang digalakkan. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan salah
satunya adalah pertumbuhan penduduk dimana saat itu Indonesia memang
menjadi negara paling padat di dunia. Pertumbuhan penduduk dan juga
banyaknya eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran yang membuat
gerakan lingkungan dimulai di Indonesia yang kemudian didukung oleh
pemerintah pada saat itu. Selain pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat dan juga industrialisasi karena masuknya modalmodal asing,
Indonesia juga saat itu mengalami beberapa kebakaran hutan yang kemudian
menimbulkan permasalahan asap di Indonesia. Kebakaran hutan menyebabkan
banyaknya CO2 di udara yang dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, dapat
menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Isu-isu ini menjadi dasar

7
munculnya gerakan-gerakan pemerhati lingkungan di Indonesia. Lingkungan
dapat dijadikan isu kolektif yang dapat dijadikan mobilitas kolektif. Gerakan
lingkungan dapat berpengaruh pada teori ekonomi neo-klasik.
Penggunaan isu-isu buruh sebagai basis untuk memobilisasi dimana
ideologi non-liberal mengklaim bahwa isu tersebut harus melalui logika pasar
jika ingin memaksimalkan kesejahteraan. Counter hegemonic global dapat
membangun sebuah ekonomi politik global yang menggunakan penyusutan
ruang dan fasilitas komunikasi lintas perbatasan untuk meningkatkan
persamaan, keadilan dan sustainability daripada mengidentifikasikan bentuk
dominasi yang ada. Isu-isu global mengenai global warming dan lapisan ozon
sepertinya pada hakekatnya global, sementara politik banyak orang, seperti
konsekuensi kesehatan dari sampah racun dan dibuat lokal.
Tantangan membangun sebuah organisasi global yang terintegrasi
efektif pada aktivitas lokal dengan kempanye global nampaknya tantangan
khusus pada kasus gerakan environmental. oleh karena itu, gerakan
environmental global selalu dianggap organisasi transnasional yang paling
berhasil. Environmentalisme dapat menggunakan isu-isu dan agenda universal
untuk menyelematkan dunia yang tentunya sangat berpengaruh. Adanya isu
dan agenda universal itu dapat membantu para environmentalis dalam
mengkampanyekan masalahmasalah mengenai krisis-krisis alam sekitar.
Sebagai contoh, mengenai perubahan iklim yang merupakan isu lingkungan
paling berpengaruh pada saat ini. Isu mengenai perubahan iklim ini bersifat
global namun memang berawal dari fondasi lokal yang kuat. Konsep
environmentalisme berkaitan erat dengan proses pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan dilakukan demi tujuan bersama dalam rangka
modernitas dan globalisasi.
C. Pengertian Environmentalisme
Environmentalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum
penyelamat lingkungan hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara, tanpa
kekerasan, mulai dari aksi jalanan, lobi politik hingga pendidikan publik untuk
melindungi kekayaan alam dan ekosistem. Kaum environmentalis peduli pada

8
isu-isu pencemaran air dan udara, kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi,
ancaman perubahan iklim dan rekayasa genetika pada produk-produk
makanan.
Environmentalisme berbeda dengan Green Politics. Perbedaan secara
umum adalah bahwa para environmentalist menerima struktur yang ada, oleh
karena itu perhatian terhadap isu-isu lingkungan dapat diberikan melalui
struktur yang ada. Pendekatan yang digunakan oleh environmentalist adalah
pendekatan liberal institusional, yaitu percaya bahwa institusi internasional
dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan yang dihadapi.
Bentuk konkret dari kebijakan institusi antara lain adalah Protokol
Kyoto dan UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate
Change). Tiga aspek utama konsep environmentalisme :
1. Environmentalisme adalah sebagai suatu konsep yang berhubungan erat
dengan falsafah alam sekitar. Falsafah alam sekitar yang dimaksudkan
adalah perbahasan berkenaan hakikat sebenarnya hubungan manusia dan
alam sekitar. Falsafah alam sekitar juga menjelaskan bagaimana
sebenarnya perilaku yang harmoni terhadap alam sekitar dan bagaimana
pula perilaku yang mengganggu keseimbangannya.
2. Environmentalisme adalah satu konsep yang berhubungan erat dengan
perjuangan berasaskan ideologi alam sekitar. Ideologi merujuk kepada
suatu doktrin yang diyakini oleh seseorang individu ataupun suatu
kelompok yang menjadi dasar kepada kegiatan yang dilakukan.
Perjuangan yang berasaskan ideologi alam sekitar ini berusaha
menerapkan ideologi tersebut ke dalam pemikiran masyarakat luas sebagai
agenda bertindak dalam lapangan kehidupan.
3. Environmentalisme adalah suatu konsep yang berhubungan erat dengan
perancangan pengamanan alam sekitar. Dengan pengertian lain,
environmentalisme merujuk kepada pihak berwenang berasaskan
idealisme alam sekitar agar dilaksanakan di semua aspek.
4. Kerusakan lingkungan berjalan seiring dengan perkembangan
industrialisasi. Usaha-usaha melalui gerakan-gerakan environmentalisme

9
yang sekarang menjadi proses pembentuk integrasi antara lingkungan,
industrialisasi, pembangunan dan teknologi yang nantinya tergabung
dalam suatu jaringan yang saling menguntungkan satu sama lain.
Meskipun pada saat ini, usaha-usaha mengenai pewacanaan, propoganda
dan fokusi pada isu lingkungan masih menguat di negara-negara
berkembang dibandingkan negara-negara maju. Mungkin hal itu
disebabkan penggunaan teknologi yang berlebihan di negara-negara maju
sehingga sulit sekali ataupun belum menemukan teknologi yang cocok
dalam meminimalisir kerusakan lingkungan.
Pada kesimpulannya konsep-konsep mengenai environmentalism
berkaitan erat dengan sistem kapitalisme barat. Untuk itulah, pandangan ini
masih sulit untuk diimplementasikan pada pemikiran barat.
Environmentalisme muncul sebagai pengaruh atas modernitas dan globalisasi
yang berjalan seiring dengan industri kapitalistik. Dalam lingkup global,
secara langsung maupun tidak langsung, semuanya akan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan secara integral. Karena globalisasi di satu sisi dengan
mekanisme industri maju akan secara perlahan mengikis ekosistem global.
Dengan kata lain, usaha-usaha yang dilakukan oleh para enviromentalis
merupakan bentuk perhatian yang memang bukan sekarang dirasakannya.
Tetapi nanti oleh masyarakat dunia di masa depan.
D. Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial
Sejarah gerakan lingkungan hidup di dunia dimulai pada kurun waktu
antara 1970-1980 tepatnya ketika pada tanggal 22 April 1970 diadakan
perayaan Hari Bumi. Ini merupakan peristiwa awal lahirnya gerakan
lingkungan yang diperingati sampaisaat ini dan mulai saat itu pula gerakan-
gerakan lingkungan di Amerika mengalami perubahan dimana persoalan
lingkungan menjadi hal yang paling penting dan sangat diperhatikan,
kemudian terjadinya penggabungan organisasi-organisasi lingkungan hidup.
Pada tahun 1980-1988 terjadi perubahan dimana gerakan lingkungan
kehilangan ciri spontanitasnya sebagai simbol dari semakin besarnya tingkat
pergantian cara pendekatan, kemudian pada kurun waktu 1988-1992 dimana

10
pada saat itu terjadi bencana-bencana yang menimpa lingkungan dengan
semakin banyak kasus hujan asam, limbah radioaktif, rekayasa genetik,
punahnya spesies langka dan sebagainya. Pada tahun 1990 ketika diadakan
peringatan Hari Bumi secara besarbesaran merupakan tonggak/titik puncak
dan kesadaran baru tentang gerakan lingkungan (24 April 1990 dirayakan di
140 negara).
Adapun sejarah gerakan lingkungan hidup di Indonesia dapat dilihat
setelah masa kepemimpinan Soekarno (Orde lama) beralih pada masa
Soeharto (Orde Baru) yang tidak pernah berpihak pada lingkungan. Dimana
pada masa itu pemerintah cenderung pada persoalan ekonomi pembangunan,
sedangkan persoalan lingkungan dikesampingkan demi peningkatan ekonomi.
Masa kepemimpinan Soekarno dimana pada saat itu penerapan politik
lingkungan hidup kerakyatan (paham ecopopulism) merupakan gerakan
lingkungan hidup, seperti perusahaan-perusahaan asing dinasionalisasikan dan
lahan-lahan kritis segera diselamatkan (pembentukan panitia penyelemat
hutan, tanah dan air). Pada masa kepemimpinan Soeharto lahir paham eco-
developmentalis menempuh jalan refonnasi hukum, dimana hukum adalah
alatbagi peningkatan ekonomi untuk membuka jalan bagi investasi asing
(muncul UU Penanaman Modal Asing).
Gerakan lingkungan hidup (environmental movement) dikenal juga
dengan berbagai nama, seperti environmentalisme dan environmental
activism. Ketiga istilah yang tampak sejenis tersebut digunakan secara berbeda
dari satu wacana ke wacana yang lain, namun pada hakekatnya
menggambarkan satu fenomena yang sama, yakni gerakan sosial yang fokus
bergerak dibidang perlindungan, pelestarian, dan keadilanlingkungan hidup.
Meskipun berada dalam satu wadah besar terdapat beragam aliran pemikiran
dalam gerakan lingkungan. Keragaman tersebut tercermin pula pada pilihan-
pilihan aksi, praksis, ataupun metode gerakan mereka sendiri, sebuah kondisi
yang membuat aktivisme lingkungan bisa mewujud dalam beragam nada dan
warna.

11
Gerakan lingkungan hidup bisa dilihat sebagai bagian dari perilaku
bersama (collective behavior) yang secara formal mewujud dalam bentuk
berbagai kelompok dan organisasi lingkungan. Mekanisme collective
action yang bekerja mampu mempengaruhi faktor-faktor cost and
benefits yang membuat seseorang memutuskan untuk bergabung dan terus
terlibat dalam gerakan lingkungan. Faktor-faktor pendorong tersebut penting
untuk dipahami karena kelompok dan organisasi lingkungan hidup pada
dasarnya tergolong sebagai organisasi sukarela (voluntary organizations),
yakni kelompok-kelompok formal yang anggotanya berasal dari individu-
individu yang bergabung secara sukarela; tanpa paksaan, tanpa alasan-alasan
komersial; untuk memajukan sejumlah tujuan bersama. Definisi diatas sejalan
dengan pembahasan definisi gerakan sosial, yakni menekankan perbedaan
organisasi-organisasi dalam gerakan lingkungan dengan organisasi komersial.
Adapun dalam teori gerakan sosial, gerakan sosial terjadi apabila
sekelompok individu terlibat dalam suatu usaha yang terorganisir baik untuk
merubah ataupun mempertahankan unsur tertentu dari masyarakat yang lebih
luas. Adapun karakteristik dari gerakan sosial yakni adanya pengenalan
sasaran, rencana-rencana untuk mencapai sasaran, dan adanya ideologi.
Gerakan sosial pada umumnya memiliki rangkaian sasaran yang luas yang
ditetapkan dengan jelas. Gerakan sosial yang bertujuan memperbaiki kondisi
hidup satu kelompok masyarakat harus merumuskan semua tujuannya secara
terperinci dan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan itu sangat
bervariasi. Ideologi gerakan sosial adalah sesuatu yang dapat mempersatukan
para anggotanya.
Pandangan menyeluruh tentang elemen-elemen dalam gerakan
lingkungan yakni ada tiga komponen gerakan lingkungan yaitu (1) “aktivis
lingkungan publik”, yaitu sebagian besar orang yang concerned  untuk
memperbaiki kondisi lingkungan disekitar mereka (2) aktivis lingkungan
terorganisir atau sukarela seperti WALHI dan Greenpeace, (3) organisasi
gerakan lingkungan institusional”, yaitu birokrasi publik yang memiliki
yurisdiksi terhadap kebijakan lingkungan.

12
Dalam sudut pandang sosiologis atau perspektif gerakan sosial melihat
kemunculan gerakan atau kelompok lingkungan berhubungan erat dengan
perubahan nilai-nilai dan struktur sosial dalam masyarakat. Keduanya melihat
kemunculangerakan lingkungan hidup memiliki kemiripan dengan latar
belakang kemunculan gerakan sosial, yakni lahir dari ketidakpuasan terhadap
sejumlah nilai- nilai yang selama ini dianut masyarakat dan mewakili upaya-
upaya kolektif untuk menginstitusionalkan nilai-nilai alternatif. Ketidakpuasan
masyarakat misalnya adalah keprihatinan akan hilangnya tempat-tempat
alami, kekecewaan terhadap pengaruh industrialisme pada kehidupan
perkotaan, keinginan untuk menjauh dari kota dan kembali ke suasana
pedesaan, dan pandangan terhadap alam sebagai sumber pencerahan spiritual,
moral, dan estetis. 
E. Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein
1. Latar Belakang
Teori Sistem Dunia (World System Theory) merupakan sebuah
kritik atas teori modernisasi dan teori dependensi. Motivasi teori
modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang
sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke
kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk
ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa
Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap
kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara
(sentral dan pinggiran), dengan analisis utama yang sama yaitu
eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia yang didasari
teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan
analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.
2. Pemikiran dan Teori yang Berpengaruh
Ada 3 pemikiran intelektual dari teori Sistem-Dunia yang dirujuk
Wallerstein: Sekolah Annales, Marx dan Teori
Ketergantungan (dependency theory). Pemikiran-pemikiran ini
diasosiasikan dengan pengalaman hidup Wallerstein dan keterlibatannya di

13
dalam berbagai isu, teori dan situasi. Teori Sistem-Dunia berhutang pada
Sekolah Annales yang diwakili oleh Fernand Braudel mengenai
pendekatan kesejarahan (historical approach).
Wallerstein mengambil gagasan Braudel perihal la long duree
(long term). Dia juga melakukan studi dengan fokus pada kawasan
geoekologis sebagai unit analisis, sejarah pedesaan, dan keyakinan pada
material empiris dari Braudel. Dampak Annales ini bagi Wallerstein
terletak pada level metedologis.
Dari Marx, Wallerstein belajar bahwa (1) realitas fundamental
konflik sosial berbasis pada kelompok manusia, (2) konsen dengan
totalitas yang relevan, (3) hakikat transiter bentuk-bentuk sosial dan teori-
teori tentangnya, (4) sentralitas proses akumulasi yang menghasilkan
perjuangan kelas secara kompetitif, dan (5) dialektika gerak melalui
konflik dan kontradiksi. Melalui kajian ini, ambisi Wallerstein adalah
hendak merevisi Marxisme itu sendiri.
Teori Sistem-Dunia juga mengadaptasi teori
ketergantungan (dependency theory). Dari teori ini Wallerstein
menjelaskan pandangan neoMarxis mengenai proses pembangunan, yang
populer di negara-negara berkembang dan diantara tokohnya adalah
Fernando Henrique Cardoso. Teori dependensia memahami “peripheri”.
dengan cara melihat relasi pusat-pinggiran yang tumbuh di kawasan
periperal seperti Amerika Latin.
Dari sanalah kritik terhadap kapitalisme global sekarang ini
berkembang. Pengaruh penting lainnya adalah Karl Polanyi dan Josep
Schumpeter. Dari sini Sistem-Dunia tertarik pada lingkaran bisnis, dan
juga gagasan mengenai tiga mode organisasi ekonomi: yakni mode
reciprokal, mode redistribusi dan pasar. Tiga mode ini analog dengan
konsep Wallerstein mengenai mini-system, world-system dan world-
economy.
F. Pokok Pemikiran Immanuel Wallrenstein

14
Dia beranggapan bahwa dulu dunia dikusai oleh sistem-sistem kecil
atau sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuuk pemerintahan lainnya.
Pada waktu itu belum ada siatem dunia. Masing-masing sistem mini tidak
saling berhubungan. Dunia terdiri dari banyak sistem mini yang terpisah.
Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan
secara militer maupun secara sukarela.
Wallerstein kemudian membagi tiga kelompok negara menjadi tiga
bagian yakni: pusat, pinggiran, semi pinggiran. Konsep ini jelas diambil dari
teori depedensi perbedaan inti  kelompok. Jelas, yang paling kuat adalah
negara-negara pusat karena kelompok ini bisa memanipulasi sistem dunia
sampai batas-batas tertentu. Negara-negara pusat merupakan negara yang
maju dan kaya yang dikenali sebagai negara-negara G7 yaitu negara Amerika
Syarikat, Perancis, UK, Kanada, Jerman, Itali dan Jepang Selanjutnya negara
semi pinggiran mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran yang
merupakan pihak yang dieksploitir.Negara-negara pinggiran
merupakannegara yang berpendapatan rendah (lower middle income) seperti
Vietnam. Negara pinggiran juga berasal dari negara-negara miskin di benua
Afrika dan beberapa negara di Asia Negara semi pinggiran berada pada posisi
di tengah-tengah antar negara pusat dan pinggiran (baik dalam pengertian
barang yang dihasilkan, upah buruh maupun keuntungan yang diharapkan
bila terjadi pertukaran perdagangan). Yang mana negara semi pinggiran
merupakan merupakan negara-negara yang dikategorikan dalam negara
membangun seperti negara-negara ASEAN.
Selanjutnya menurut Wallerstein negara-negara bisa “naik atau turun
kelas” misalnya dari negara pusat menjadi semi pinggiran  dan kemudian
menjadi negara pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turunnya kelas negara
ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pada sebelum perang dunia kedua,
negara-negara eropa (inggris, belanda, perancis) merupakan negara pusat
yang dominan dalam sistem dunia. Kemudian setelah perang dunia kedua
muncul amerika amerika serikat sebagai negara terkuat setelah negara-negara
eropa hancur dalam perang dunia kedua. Tetapi pada saat ini muncul jepang

15
sebagai kekuatan yang menentang kelompok hegemonik amerika serikat.
Jatuh dan bangunnya kekuatan negara-negara tersebut oleh Wallerstein
dijelaskan melalui sebuah analisis sejarah dari dinamika sistem dunia.
Selain itu, Wallerstein juga menjelaskan strategi bagi terjadinya
proses kenaikan kelas, baik proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi
pinggiran, dan proses kenaikan kelas dari semi pinggiran ke pusat. Untuk
lebih jelasnya mengenai hal tersbut akan kami uraikan sebagaimana  berikut:
a. Proses kenaikan kelas dari piggiran ke semi pinggiran
Menurut Wallerstein melalui kenaikan kelas dari pinggiran ke semi
pinggiran dengan menggunakan tiga strategi yakni:
1. Dengan merebut kesempatan yang datang,
2. Melalui udangan, dan
3. Melalui kebijakan untuk memandirikan negaranya.
b. Proses kenaikan kelas dari semi ke semi pusat
Kunci utama terletak pada kemampuan negara semi pinggiran
untuk menciptakan dan menyediakan luas pasar yang dipandang cukup
besar (memperlusa pangsa pasar) untuk melegitimasi secara rasional
penggunaan teknologi maju. Cara antara lain memperluas pasar domestik
dengan jalan memperluas batas wilayah politik, missal mencaplok
sebagian atau seluruh wilayah negara tetanganya juga dengan menaikkan
harga impor, menurunkan biaya produksi barang dalam negeri, dengan
cara mensubsidi atau menurunkan upah tenaga kerja, menaikkan daya beli
riil masyarakat dan lain-lain.
G. Kritik terhadap Teori Sistem Dunia Immanuel Wallrenstein
Kaum Marxis mengkritik system dunia karena memberikan perhatian
yang tidak memadai pada hubungan antar kelas sosial. Menurut pandangan
mereka, Wallrenstein memberikan perhatian pada isu-isu sosial yang salah.
Bagi kaum Marxis, yang jadi soal bukanlah pembagian kerja internasional
pusat pinggiran melainkan hubungan antarkelas di dalam masyarakat tersebut.
Salah satu penganut Marxis, Bergeson berpendapat bahwa ada
kekuatan dan kelemahan pada kedua pihak. Pendapatnya yang berada di

16
tengah-tengah ini menyatakan bahwa hubungan pusat pinggiran bukan
sekadar pertukaran yang timpang, namun juga hubungan kelas pada tingkat
global. Intinya adalah bahwa hubungan pusat pinggiran penting, bukan hanya
sebagai hubungan pertukaran, seperti yang disampaikan oleh Wallrenstein,
namun lebih penting lagi juga sebagai hubungan ketergantungan kekuasaan,
yaitu hubungan kelas. Akhir-akhir ini pada para teoritis system dunia
mendorong teori ini untuk membahas hubungan dengan dunia sebagaimana
ada sekarang dan ditahun-tahun berikutnya maupun sebelum era modern.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kesimpulannya konsep-konsep mengenai environmentalism


berkaitan erat dengan sistem kapitalisme barat. Untuk itulah, pandangan ini
masih sulit untuk diimplementasikan pada pemikiran barat.
Environmentalisme muncul sebagai pengaruh atas modernitas dan globalisasi
yang berjalan seiring dengan industri kapitalistik. Dalam lingkup global,
secara langsung maupun tidak langsung, semuanya akan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan secara integral. Karena globalisasi di satu sisi dengan
mekanisme industri maju akan secara perlahan mengikis ekosistem global.
Dengan kata lain, usaha-usaha yang dilakukan oleh para enviromentalis
merupakan bentuk perhatian yang memang bukan sekarang dirasakannya.
Tetapi nanti oleh masyarakat dunia di masa depan.
Teori sistem dunia menyatakan bahwa dunia moderen hanya dapat
dipahami sebagai sistem global dengan suatu division of labor tunggal dan
sistem budaya jamak yang membentuk suatu hierarki internasional melalui
perjuangan negara dan kelas yang tidak pernah berhenti. Dalam pandangan
Wallerstein, wilayah pusat adalah negara-negara atau kota-kota utama dunia
yang selama ini menjadi pusat-pusat bisnis, keuangan, teknologi, dan
perdagangan internasional, yang mengendalikan seluruh rangkaian denyut
perekonomian yang berlandaskan sistem kapitalis.
Wilayah semi pinggiran, adalah negara-negara, yang sudah memiliki
tingkat kemajuan tertentu tetapi belum sepenuhnya dapat melepaskan
ketergantungannya pada wilayah metropolis. Sementara wilayah pinggiran
adalah negara-negara yang memiliki status ekonomi terbelakang, memiliki
tingkat kemiskinan yang cukup besar, kualitas sumberdaya manusia yang
rendah, tata pemerintahan yang buruk serta tatanan sosial yang rapuh. Negara-
negara ini merupakan pemasok bahan mentah untuk keperluan industri,
sekaligus tempat pemasaran produk-produk industri negara-negara maju.

18
B. Saran
Perlu Dilakukan Kajian Yang Lebih Mendalam Terkait Dengan Materi
Gender, Environmentalisme, dan Teori sistem dunia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Budi Widianarko, Donny Danardono, Paulus Wiryono, Herudjati Purwoko


(Editor). 2004. Menelusuri Jejak CAPRA. Menemukan Integrasi Sains,
Filsafat, Agama. Penerbit : Kanisius Yogyakarta bekerjasama dengan
Program Magister Lingkungan dan Perkotaan UNIKA Soegijapranata

Fakih Mansour, 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Pustaka Pelajar:


Yogyakarta

Heywood, Andrew. 2017. Politik Global. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Kakikami.Blogspot.com, Teori Sistem Dunia Immanuel Wallrenstein, (diposkan


10 Maret 2013, diambil 05 Desember 2022)

Kompilasi Makalah PMI UIN JKT, Teori Sistem Dunia (di poskan diambil 05


Desember 2022)

Matthew, Paterson, 2001. In; Scott Burchill, et al, Theories of Internasional


Relations, Palgrave.

Ritzer,George, 2008, Teori Sosiologi, Bantul: Kreasi Wacana

Teori Sistem Dunia. https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_sistem_dunia diakses


tanggal 05 Desember 2022 pukul 10.15

20

Anda mungkin juga menyukai