Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rita wididana

NPM : 2211070036
Mata Kuliah : Islam dan Lingkungan Hidup
Dosen Pengampu : Jupri, M.Pd
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fukultas : Tarbiyah dan Keguruan

REVIEW JURNAL
1. Jurnal 1
Judul Islam Dan Krisis Lingkungan Hidup (Rekonstruksi Paradigma Menuju Islam
Ramah Lingkungan)
Jurnal An-Nidzam
Vol. & Hal. Vol. 3 & Hal. 126-142
Tahun 2016
Penulis Fikria Najitama dan Chusnul Chotimah
Reviewer Rita Wididana
Tanggal 30 April 2023
Latar Munculnya banyak kritik dari para akademisi mengenai posisi agama
Belakang monoteisme dalam konteks kerusakan lingkungan. Arnold Toynbee misalnya,
menganggap bahwa krisis lingkungan hidup disebabkan oleh agama-agama
monoteisme yang menghilangkan rasa hormat terhadap alam ilahi sehingga
tidak ada lagi yang menahan ketamakan manusia.Tulisan ini merupakan
ikhitiar untuk memberikan gambaran bahwa persoalan krisis lingkungan hidup
merupakan persoalan global yang menuntut semua kalangan untuk
meresponnya.Dalam konteks ini, Islam juga harus memberikan solusi dengan
melakukan pembacaan ulang pada bangunan keilmuan yang diharap memberi
dampak pada munculnya shitf paradigm terkait konsep teologi, etika, dan fiqh
yang selama ini masih dikuasai dengan cara berpikir klasik yang kurang
memberi respon dan landasan dalam konservasi lingkungan.
Teori yang Agama dan Problem Ekologi, Paradigma Teologi Islam, Paradigma Etika
digunakan Islam, Paradigma Fiqh Lingkungan
Hasil Dalam beberapa dekade belakangan ini, persoalan yang dihadapi oleh manusia
semakin beragam.Persoalan krisis lingkungan hidup merupakan salah satu isu
kontemporer yang sangat menggelisahkan.Dalam kondisi ini, beberapa pemikir
menilai bahwa salah satu penyebab munculnya krisis lingkungan disebabkan
oleh agama.Seorang ahli sejarah, Lynn White menyatakan bahwa apa yang
dilakukan oleh manusia terhadap ekologinya tergantung pada apa yang mereka
pikirkan tentang mereka sendiri dalam hubungannya dengan apa yang ada di
sekitar mereka.Dalam konteks ini, Islam juga harus memberikan solusi dan
respon dengan melakukan pembacaan ulang terkait dengan konsep teologi,
etika, dan fiqh yang selama ini masih dikuasai dengan cara berpikir klasik
yang kurang memberi respon dan landasan dalam konservasi lingkungan.
Agama dan Problem Ekologi Krisis lingkungan hidup merupakan salah satu
isu signifikan yang menjadi pembahasan dalam beberapa dekade belakangan
ini. Dengan demikian, hal ini menafikan realitas bahwa manusia juga
merupakan makhluk ekologis.Dengan pandangan ini, alam dan seluruh isinya
hanya diperlakukan sebagai alat manusia, dan tidak ada rumusan etika dengan
selain manusia.Sikap kufur nikmat Tuhan inilah yang kemudian melahirkan
krisis spiritual. Pendapat ini dilandaskan pada pemikiran Seyyed Hossein
Nasr, bahwa krisis spiritual merupakan krisis terbesar yang mengakibatkan
krisis material, krisis lingkungan, dan krisis semua ciptaan/ Pendapat tersebut
secara tidak langsung mengungkapkan bahwa krisis lingkungan dipengaruhi
oleh krisis kesadaran spiritual manusia kontemporer.Lynn White
mengungkapkan dengan lebih tajam lagi, bahwa krisis lingkungan hidup
kontemporer disebabkan oleh agama.Dia menyatakan bahwa apa yang
dilakukan oleh manusia terhadap ekologinya tergantung pada apa yang mereka
pikirkan tentang mereka sendiri dalam hubungannya dengan apa yang ada di
sekitar mereka.
Dalam konteks Islam, persoalan lingkungan merupakan isu baru yang penting
untuk dikaji. Konstruksi paradigma Islam selama ini dianggap belum secara
Kesimpulan memuat persoalan lingkungan hidup. Dalam hal teologi, paradigm berpikir
yang muncul masih lebih bercorak klasik. Kuatnya paradigm teosentris dalam
hal konsep, dan kenyataan antroposentrisme dalam tindakan menimbulkan
problem tersendiri. Corak ini kemudian menimbulkan implikasi etika yang
berujung pada menempatkan manusia sebagai pusat orientasi. Bahkan dalam
ranah fiqh yang merupakan landasan perilaku dan perbuatan manusia,
persoalan lingkungan tidak mendapatkan porsi. Selama ini, fiqh hanya bergulat
dalam dimensi nalar klasik saja yang melahirkan qira’ah mutakarrirah.
Padahal khazanah klasik, tidak mempunyai kerangka secara spesifik dalam
konsep interaksi manusia dengan lingkungan. Dari kenyataan inilah, penting
kira mencari konstruksi paradigma Islam yang dapat menjadi landasan dalam
berinteraksi dengan lingkungan
Kekuatan Penulis mampu memaparkan dengan baik setiap komponen dalam
pembahasan.
Kelemahan Tidak disertainya bentuk gambar agar lebih menarik.

2. Jurnal 2
Judul Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Syariat Islam
Jurnal Jurnal Bidang Hukum Islam
Vol. & Hal. Vol.3 & Hal. 205-221
Tahun 2022
Penulis Ansar Mangka, Amrah Husma, Jahada Mangka
Reviewer Rita Wididana
Tanggal 30 April 2023
Latar Alam semesta diciptakan oleh Allah Swt. dalam bentuk yang sempurna
Belakang ditujukan untuk menopang kehidupan seluruh makhluk termasuk
manusia.Bersamaan dengan itu, Allah Swt. memberikan amanah kepada
manusia untuk mensejahterakan dan mengelola bumi sebagai tempat untuk
hidup dengan cara baik, agar tidak terjadi kerusakan padanya.Jika manusia
mampu memakmurkan dan memelihara alam dengan baik, maka alam akan
bersahabat dengan manusia.Allah telah membentangkan bumi yang sangat
luas dengan tumbuhan, laut dan semua ekosistem yang ada di dalamnya,
diciptakan untuk manusia.Masalah lingkungan adalah masalah bagi kita
semua, merupakan masalah global dan universal, karena berbicara tentang
lingkungan hidup, berarti berbicara tentang masalah yang dihadapi oleh semua
manusia.Oleh karena itu, menarik untuk melihat labih jauh bagaiamana
pandangan syariat Islam dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan.
Teori yang 1. Pemeliharaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam
digunakan a. Perintah Menghidupkan Kembali Lahan yang Mati dan Larangan
Menterlantarkannya
b. Perintah Menanam Pohon pada Tanah Tandus (Reboisasi) dan
Konservasi Lahan
c. Larangan Menebang Pohon Tanpa Sebab dengan Zalim
2. Perintah Menyayangi dan Memelihara Mahluk pada Lingkungan
3. Dampak Akibat Kerusakan Lingkungan
4. Merusak Lingkungan Merupakan Salah Satu Sifat Orang Munafik
Hasil Pemeliharaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam Lingkungan adalah
semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan. Komponen
lingkungan adalah segala sesuatu, kekuatan dan kondisi terdapat di suatu
tempat atau ruang di mana manusia atau makhluk hidup ada dan dapat
mempengaruhi kehidupannya, termasuk manusia dan perilakunya pada ruang
di mana manusia berada dan mempengaruhi kehidupan serta kesejahteraan
makhluk hidup lainnya. Menghidupkan kembali lahan mati atau lahan yang
tidak produktif yang telah mengalami kerusakan merupakan hal yang sangat
dianjurkan dalam Islam, mengingat bahwa lahan mati atau tidak produktif
yang tidak dikelola selain menghilangkan peluang ekonomi juga menyebabkan
semakin turunnya kualitas lahan jika tidak dilakukan penanggulangan dengan
baik. Penghijauan adalah proses penanaman dan pemeliharaan tanaman pada
lahan tandus dan gundul atau menghijaukan kembali lahan yang gundul akibat
pembabatan hutan (reboisasi). Hal ini dalam rangka membiasakan orang-orang
untuk menanam tanaman baik berupa pohon, biji maupun tanaman-tanaman
lainnya yang dilakukan secara pribadi, kelompok kemasyarakatan atau oleh
Negara. lahan gundul yang tidak ditumbuhi tumbuhan menunjukkan tingginya
tingkat erosi atau pengikisan lapisan atas tanah yang kaya akan unsur hara.
Semakin padat populasi tumbuhan yang menutupi tanah atau semakin padat
kanopi tumbuhan melindungi tumbukan langsung butiran curah hujan semakin
rendah tingkat kehilangan unsur hara pada tanah tersebut. Manusia
berkewajiban mengelola lingkungan dengan baik dan seimbang sehingga alam
dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya, dan benar-benar bisa
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia dan mahluk
lainnya. Pada saat ini kerusakan lingkungan tampak sangat memprihatinkan,
seperti: kerusakan sumber daya alam, penipisan cadangan hutan, penipisan
lapisan ozon, pemanasan global, kepunahan spesies keanekaragaman hayati,
erosi, sungai tercemar karena sampah yang menumpuk. Manusia tidak dapat
dipisahkan dari udara, tanah dan air. Kapan udara, tanah dan air yang menjadi
landasan kehidupan makhluk hidup di bumi telah tercemar sehingga tidak
dapat dikendalikan lagi, maka unsur-unsur toksis dalam lingkungan bisa
masuk ke tubuh manusia baik dengan jalan mengkonsumsinya maupun dengan
kontaminasi, sehingga akan terikat dalam aliran darah dan inilah yang memicu
munculnya berbagai penyakit terutama kanker. Dapat dipahami bahwa
tuntutan kebutuhan manusia semakin meningkat sehingga dibutuhkan
pegetahuan dan kesadaran yang ikhlas akan pemanfaatan sumberdaya alam
yang baik tidak dengan serampangan dan keserakahan mengeruk tanpa
memperhatikan kemampuan suatu sumberdaya alam menopang suatu
produksi.
1. Penggunaan Lahan yang tidak terkendali menyebabkan penurunan kualitas
bahkan dapat mengalami kerusakan sehingga mewariskan SDA yang
Kesimpulan tandus dan tidak produktif
2. Mencegah punahnya populasi fauna dan flora pada suatu lahan merupakan
hal yang wajib bagi setiap manusia untuk mencegah kerusakan lingkungan
dimasa akan datang
3. Keberadaan tumbuhan di muka bumi merupakan makhluk yang
senantiassa menjaga keseimbangan O2 pada atmosfer untuk kebutuhan
manusia dan hewan dalam proses respirasi.
4. Memelihara lingkungan hidup sebagai suatu sistem kehidupan merupakan
perintah Allah dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah saw. Hal ini
menunjukkan betapa sempurnah dan paripurnanya ajaran Islam untuk
kemaslahatan semua makhluq tanpa kecuali.
Kekuatan Menerapkan kerapihan dalam penulisan
Kelemahan Tidak memberitahukan deskripsi secara lengkap disertai tabel dan gambar
agar lebih menarik

3. Jurnal 3
Judul Islam Dan Lingkungan Hidup Studi Terhadap Fiqh Al-Bi’ah Sebagai Solusi
Pelestarian Ekosistem Dalam Perspektif Maqashid Al-Syari’ah
Jurnal Fenomena
Vol. & Hal. Vol. 15 & Hal. 259-280
Tahun 2016
Penulis Busriyanti
Reviewer Rita Wididana
Tanggal 30 April 2023
Latar Masalah lingkungan hidup merupakan masalah global yang semakin disadari
Belakang sebagai yang kompleks dan serius yang dihadapi oleh umat manu-sia di
seluruh dunia.Suatu tonggak sejarah tentang per-masalahan lingkungan hidup
di Indonesia ialah diselenggarakannya Semi-nar Pengelolaan Ling-kungan
Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Padjajaran di Bandung
pada tanggal 15-18 Mei 1972 dengan tema hanya dengan lingkungan hidup
yang optimal, manusia dapat ber-kembang dengan baik dan hanya dengan
manusia yang baik lingkungan akan berkembang ke arah yang optimal. Di
antara persoalan kehidupan yang mendapatkan perhatian serius dalam ajaran
Islam adalah masalah ling-kungan hidup.Banyak ayat al-Qur'an dan hadits
Rasulullah yang menjelas-kan persoalan bagaimana hubungan antara manusia
dengan alam ling-kungan sekitarnya.Doktrin ini mengingatkan manusia agar
sadar terhadap persoalan lingkungan dan berikhtiar melihara ekosistem
alam.Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam
menjadi peloporbagi pengelolaan alam dan ling-kungan sebagai manifestasi
dari rasa kasih sayang bagi alam tersebut.Sehingga tumbuh anggapan yang
salah bah-wa hanya ahli-ahli dari negara baratlah yang menguasai masalah
lingkungan hidup.Namun kenyataannya banyak yang secara tidak sengaja
memisahkan masalah lingkungan hidup dari urusan agama.Hal ini terjadi
akibat ketidaktahuan mereka bahwa ternyata ajaran agama Islam banyak
membahas soal pelestarian alam-termasuk merawat lingkungan dan mencegah
penebangan hutanatau kurangnya sosialisasi se-hingga sukar dimengerti oleh
masyarakat bahwa perawatan terhadap ling-kungan adalah merupakan salah
satu yang diwajibkan dalam Islam.Munculnya wacana Fiqh al-Bi'ah dalam
kalangan ulama merupakan terobosan paradigma baru untuk melakukan
pengelolaan lingkungan me-lalui sebuah ajaran religi dan sebagai solusi
alternatif dalam pengelolaan lingkungan sehingga hak atas lingkungan bukan
hanya milik orang Barat melainkan hak bagi setiap umat di dunia.Indonesia
yang notabene masya-rakatnya umat Islam kesadaran kelestarian lingku-ngan
hidup ditentukan oleh peran para ulama dan kiyai yang berperan serta dalam
pelestarian ling-kungan.Adanya dialektika antara teks dan realitas bisa
ditunjukkan dengan sejauh mana fiqih selama ini merespon Islam dan
Lingkungan Hidup.Salah satu isu penting yang dihadapi oleh manusia sejak
awal kehidupannya hingga menjadi isu global adalah isu lingkungan hidup
(bi`ah; environ-ment).Fiqih yang sudah lama dipancangkan dasar-dasar
penalarannya me-lalui ushul al-fiqh tampak tetap saja stagnan ketika
berhadapan dengan isu-isu lingkungan hidup yang sebenarnya sudah sejak
lama menjadi wacana.Bukti stagnasi pemikiran fiqih dalam konteks ini, antara
lain, adalah bahwa hingga saat ini belum ada format fiqih lingkungan (fiqh al-
bi`ah) yang disusun secara metodis dan sistematis.
Teori yang 1. Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Fiqh al- Bi’ah
digunakan 2. Maqashid al-Syari’ah sebagai Landasan Metode Fiqh al-Bi’ah
3. Fiqh al-Bi’ah Sebagai Solusi Mengatasi Kerusakan Lingkungan
Hasil Fiqh al-bi`ah yang diinginkan idealnya menangani isu-isu lingkungan hidup
dari dua dua perspektif. Pertama, kategori norma-norma hukum formal yang
dikenal dengan 5 kategori hukum: wajib, haram, makruh, mubah, dan
mandub, sebagaimana yang dikenal umumnya. Kedua, kategori norma moral-
etis. Dimensi moral-etis harus menjadi penopang dimensi hukum formal
dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini bisa dijelaskan dari dua segi. Pertama,
fiqih tidak seharusnya hanya menjadi aturan-aturan (ahkam) yang formalistik
dan kehilangan rohnya, karena hukum memiliki dimensi nilai-nilai (qiyam)
yang menjadi dasar penetapannya seperti tercermin dari tujuan-tujuannya
(maqashid al-syari’ah). Kedua, pentingnya dimensi moral-etis. menetapkan
pe-meliharaan lingkungan sebagai bagian dari maqashid al syariah menjadi
penting untuk didis-kusikan dalam merespon perkembangan kehidupan
manusia di era modern. Sehingga keberadaan syari’at Islam dapat berdaya
guna dalam memberikan kontribusi pemi-kiran dalam mengeliminir tanta-ngan
kehidupan masa kini. Fiqh al-Bi’ah (fikih lingkungan) merupakan sebuah
cabang disiplin dalam bidang lingkungan hidup yang dibangun dalam
kerangka filosofi muslim dan berbasis fikih. Lahirnya fikih lingkungan
merupakan sebuah langkah revolusioner dan berwatak dekonstruktif,
mengingat fikih selama ini dipahami kalangan umum umat Islam identik
dengan ibadah dan muamalah
Fiqh dalam konteks lingkungan adalah hasil bacaan dan pemahaman manusia
terhadap dalil naqli, baik yang maktubah (tertulis) maupun yang kauniyyah
Kesimpulan (tidak tertulis) yang tersebar di alam jagad raya. Jadi, Fiqh Lingkungan (fiqh al
bi’ah) berarti pemahaman manusia tentang lingkungan hidup melalui
pendekatan-pendekatan teks-teks suci dan tanda-tanda alam yang pada
akhirnya akan melahirkan suatu konsep dan sikap mareka terhadap alam
semesta, khususnya menyangkut pelestariannya. Karenanya pemahaman umat
terhadap ajaran Islam perlu dikembangkan dan diperdalam agar Islam bisa
dilihat komprehensif. menetapkan peme-liharaan lingkungan sebagai bagian
dari maqashid al syariah menjadi pen-ting untuk didiskusikan dalam
merespon perkembangan kehidupan ma-nusia di era modern. Sehingga
keberadaan syari’at Islam dapat berdaya gu-na dalam memberikan kontribusi
pemikiran dalam mengeliminir tantangan kehidupan masa kini
Kekuatan Abstrak yang ditulis cukup menyeluruh dan mudah dipahami oleh pembaca.
Kelemahan Penulis kurang lengkap dalam menjelaskan teori yang digunakan dalam jurnal
ini.

Anda mungkin juga menyukai