Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA DAN KESADARAN MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP


DALAM MASYARAKAT

D
I
S
U
S
U
N

OLEH : MUFTI KHAERUN


NIM : 34122041

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat melaksanakan tugas agama ini dengan baik dan
tepat waktu. Seperti yang telah kita ketahui, kepedulian agama dan lingkungan dalam
masyarakat sangat penting bagi masyarakat sejak dini. Makalah ini harus mencakup kepada
semua masyarakat mengapa agama dan kesadaran lingkungan sangat diperlukan dan layak
untuk diketahui.
Tugas ini saya lakukan untuk merangkum anak-anak atau masyarakat untuk
kemajuan bangsa. Semoga makalah yang saya buat ini dapat meningkatkan kesadaran dan
memperluas serta meningkatkan pengetahuan kita tentang pentingnya kepedulian kepada
lingkungan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dokumen ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
tugas makalah saya ini.

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang.

Agama dan lingkungan terkadang dipahami secara terpisah. Pemahaman ini telah
berkembang sejauh ini, itulah sebabnya agama umumnya tidak berkontribusi dengan baik
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlindungan lingkungan. Agama dan
lingkungan seringkali merupakan dua hal yang terpisah dan tidak memiliki hubungan,
namun keduanya saling mempunyai kaitan yang sangat erat antara agama dan lingkungan,
terutama dalam kontribusi agama dalam mempengaruhi perilaku, persepsi dan perilaku
manusia dalam melestarikan lingkungan sekitar.
Agama mengajarkan umat beragama dengan tulus untuk mengetahui dan memahami
pentingnya menjaga lingkungan setiap hari. Karena agama bisa mengajarkan manusia untuk
peduli terhadap lingkungan. Bahwa segala kerusakan alam dan lingkungan pada akhirnya
akan berdampak buruk bagi manusia itu sendiri. Sebagaimana terjemahan surat ar-Rum
mengatakan:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka sehingga
mereka berbalik ( jalan yang lurus)” (QS. Al-Rum: 1).
Secara umum ilmu agama dan lingkungan telah banyak dipelajari, Moehammad
Soerjani juga menyatakan bahwa secara umum penelitian tersebut ingin menunjukkan dan
menegaskan bahwa agama telah menempatkan nilai-nilai pada lingkungan. Namun,
sebagian besar studi ini fokus secara teoritis pada agama dan lingkungan dan tidak
dilengkapi dengan studi kasus atau studi lingkungan dan tidak menyertakan studi kasus atau
mengkomunikasikan asumsi dasar bahwa agama mempengaruhi lingkungan.
Demikian pula hasil penyelidikan Sajogya, yang memberikan perhatian khusus kepada
penduduk desa, lingkungan masyarakat desa dan tempat tinggal penduduk desa di Jawa.
Fokus penelitian ini tidak secara khusus pada hubungan antara agama dan lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud adalah hutan dan alam kehidupan manusia dalam masyarakat.
Kajian lingkungan juga ditulis atau dibahas oleh jurnalis Atmakusumah dalam tulisannya
pada jurnalisme, yakni jurnal yang mengangkat isu-isu lingkungan ke media dan membuat
majalah tentang isu-isu lingkungan dan pembangunan.
Pada saat yang sama, teori ini mencoba menggambarkan bagaimana hubungan antara
agama dengan kesadaran akan pelestarian lingkungan alam dalam masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah upaya untuk mempelajari informasi tentang bagaimana alam


bekerja. Ini berarti bagaimana orang mempengaruhi lingkungan dan memecahkan masalah
lingkungan yang dihadapi orang untuk masyarakat yang berkelanjutan. Untuk bertahan
hidup, semua orang harus memiliki cukup makanan, udara bersih, air bersih dan
perlindungan untuk kebutuhan dasar mereka.
Lingkungan juga merupakan sejumlah benda dalam kondisi hidup dan tidak hidup yang
ada di ruang yang kita gunakan. Masyarakat di sekitar kita adalah bagian dari lingkungan
hidup kita sendiri. Oleh karena itu perilaku manusia adalah bagian dari lingkungan kita.
Ada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan, di mana manusia
mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan itu sendiri juga mempengaruhi
manusia. Manusia ada didalam lingkungan dan mereka tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Hal tersebut dikarenakan sifat keturunannya dan sebagian karena lingkungan hidup
masyarakat. Interaksi antara masyarakat dan lingkungan berkembang seperti buah dan biji.
Dengan cara yang sama, lingkungan dibentuk oleh pengaruh timbal balik antara lingkungan
dan manusia.
Ada hubungan yang dinamis antara manusia dengan lingkungan. Perubahan lingkungan
menyebabkan perubahan perilaku manusia untuk beradaptasi dengan kondisi baru.
Perubahan perilaku manusia kemudian menyebabkan perubahan lingkungan. Dengan
hubungan sirkular yang dinamis antara manusia dan lingkungan, dapat dikatakan bahwa
hanya dalam lingkungan hidup yang baik manusia dapat berkembang secara optimal, dan
hanya dengan manusia yang baik lingkungan dapat berkembang ke arah yang optimal.
Lingkungan hidup yang berkualitas memiliki konsep yang sangat erat kaitannya dengan
konsep kualitas hidup. Lingkungan yang dapat mendukung kualitas hidup yang baik
dikatakan berkualitas tinggi. Konsep kualitas hidup adalah sejauh mana kebutuhan dasar
seseorang terpenuhi sehingga semakin baik lingkungan dapat memenuhi kebutuhan dasar,
semakin tinggi kualitas lingkungan.
Hari ini kita berbicara tentang lingkungan dalam kaitannya dengan polusi yang
disebabkan oleh industri, pestisida, kendaraan pengangkut, erosi, banjir dan kekeringan.
Banyak dari masalah ini dianggap bahwa aktivitas manusia yang telah merusak lingkungan,
sedangkan apa pun yang alami adalah lingkungan yang baik. Jika melihat kualitas lingkungan
dari sudut pandang kebutuhan dasar, anggapan tersebut tidak benar.
Selain itu, sumber daya alam juga mempengaruhi perkembangan kualitas lingkungan.
Banyak sumber daya alam yang berperan sangat penting dalam menentukan kualitas
lingkungan. Sumber daya alam adalah sumber daya alam hayati, hewan, tumbuhan, tanah,
air, udara dan energi.
Sumber daya alam hayati dan hewani memainkan peran penting dalam kehidupan kita
sebagai sumber makanan dan obat-obatan. Mereka juga berperan dalam menjaga
keseimbangan ekologi lingkungan kita. Termasuk daur ulang bahan. Peran lain yang sangat
penting adalah bahwa kita mewarisi properti yang dapat kita gunakan kapan saja. Sumber
daya tanah dan air juga sangat penting bagi manusia. Di lahan pertanian, tanah yang subur
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Air sangat penting
untuk proses dalam tubuh. Oleh karena itu, air dibutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup pada waktu yang tepat. Terlalu banyak atau terlalu sedikit air tidak menjadi masalah.
Udara juga merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. Tapi karena terlalu
banyak udara, itu juga berbahaya. Namun, jumlah udaranya tidak terbatas. Ini hanya terjadi
jika terjadi polusi berat (polusi udara). Namun, karena dampak pencemaran tidak langsung
berakibat fatal, sebagian masyarakat tidak menyadari bahwa kualitas lingkungan semakin
memburuk dan masyarakat tidak benar-benar mengambil tindakan. Oleh karena itu,
dikhawatirkan dengan semakin cepatnya proses produksi dan bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor, maka pencemaran udara akan semakin meningkat dan menyebar
sehingga menimbulkan dampak yang berbahaya bagi manusia itu sendiri.

Islam dan Lingkungan Hidup

Hutan merupakan ekosistem penting dan bagian dari komponen yang menentukan
stabilitas alam. Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan luar biasa yang dapat
menginspirasi para pecinta alam, tentunya bukan hanya untuk hiburan, melainkan untuk
memahami makna keagungan kekuatan sang pencipta. Pepohonan di hutan berfungsi
sebagai penopang sekaligus penahan untuk menyerap air ke dalam tanah sehingga air tidak
mudah lepas yang dapat mengakibatkan banjir dan melanda masyarakat. Begitupun dengan
hewan, yaitu menambah kekayaan hutan menjadi lebih bermakna. Suasana ini seolah
memberi tahu manusia bahwa tidak hanya manusia yang diciptakan Tuhan di dunia ini,
tetapi juga hewan dan tumbuhan yang hidup dan tumbuh sesuai sunnah yang disampaikan.

Islam menempatkan ekosistem hutan sebagai ruang terbuka (almubahat) dengan


lahan mati (al-mawat) di hutan liar dan status lahan marginal (marafiq al-balad) di hutan
yang secara geografis terletak di sekitar pemukiman penduduk. Kedua jenis hutan ini
memiliki nilai yang sama menurut prinsip pengaturan, yang kesemuanya masih tetap berada
di bawah yurisdiksi negara. Negara juga berhak memberikan izin penebangan sepanjang
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.

Islam juga sangat menganjurkan konservasi sumber daya hewan. Dalam Islam,
terdapat beberapa konsep tentang konservasi sumber daya hewan. Pertama, selain untuk
keperluan konsumsi, rata-rata hewan yang memiliki populasi cukup besar diperbolehkan
makan dalam Islam, bukan hewan langka yang populasinya hanya sedikit. Kedua, Syariah
juga tidak mengizinkan penyalahgunaan hewan. Ketiga, Islam menganjurkan untuk
memelihara hewan dengan memberi mereka kebebasan hidup atau menyediakan
kebutuhan hidup bagi hewan ketika hewan tersebut dalam perawatan pemiliknya. Keempat,
dalam aturan tentang pembunuhan hewan, Islam hanya mengutamakan hewan yang
tergolong hewan berbahaya (alfawasiq al-khams) dan hewan sejenis, yaitu hewan yang
berbahaya, hewan yang mengganggu atau menyerang manusia.

Sama halnya dengan masalah lingkungan yang berkaitan dengan sampah. Di daerah
pedesaan, pengelolaan sampah relatif mudah ditangani, tetapi kecerobohan dan budaya
membuang sampah sembarangan telah membuat masalah ini serius dengan implikasi
jangka panjang bagi kesehatan masyarakat. Masalah lingkungan selalu didasarkan pada nilai
keuntungan yang dihasilkan untuk kepentingan manusia, bukan pada nilai keuntungan
lingkungan itu sendiri. Akibatnya, masalah lingkungan yang tidak bermanfaat bagi manusia
diabaikan. Dengan demikian, ekologi antroposentrisme adalah ekologi yang arogan dan
kikuk, bukan ekologi yang santun dan sempurna dengan manusia. Pendekatan
antroposentris ekologi mengacu pada keyakinan sosial masyarakat lingkungan bahwa
manusia adalah makhluk elit, manusia adalah makhluk istimewa. Jadi, selain manusia tuhan
juga menciptakan dan menyediakan organisme untuk kepentingan dan kebutuhan manusia.

Dalam konsep Islam, Al-Qur'an menyajikan lingkungan dengan cara yang berbeda.
Diantaranya adalah al-bi'ah (wilayah hunian, ruang hidup dan lingkungan), yaitu lingkungan
sebagai tempat tinggal, terutama bagi spesies manusia. Ekologi tampaknya merupakan
penggunaan makna lingkungan sebagai habitat, yang secara umum dipahami sebagai
lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar organisme. Jadi, ketika Al-Qur'an
memperkenalkan lingkungan ke tempat tinggal melalui al-bi'ah, dapat dikatakan bahwa
meskipun Al-Qur'an sebenarnya ada jauh sebelum munculnya teori ekologi modern.
Deskripsi lingkungan dengan ungkapan “berdiam di ruang" (al-bi'ah) sudah mapan dalam
teori ekologi lingkungan modern.
Ulama islam kontemporer Yusuf al-Qardawi telah mengungkapkan pendapatnya
tentang hubungan antara Islam dan lingkungan dalam beberapa fatwa dan tulisan.
Menurutnya, ada beberapa teori dalam Islam yang dapat dikaitkan dengan perlindungan
lingkungan, antara lain teori al-istishlah (manfaat), pendekatan Lima Tujuan Dasar
(maqashid al-syari'ah) dan Sunnah. Rasulullah.

Al- Istishlah

Islam telah menetapkan dalam Al-Qur'an bahwa keadaan alam yang seimbang dan
dinamis tidak dapat dirusak karena Allah telah memberikan manusia keadaan yang baik,
sehingga jelas bahwa Islam mengatur lingkungan dan memiliki hubungan yang kuat. Al-
istishlah menguntungkan orang, yang merupakan salah satu syarat mutlak ketika
mempertimbangkan perlindungan lingkungan. Pandangan Islam tentang lingkungan
melibatkan upaya untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Kepentingan tersebut tidak
hanya untuk hari ini tetapi juga untuk kepentingan masa depan.

Al-istishlah peduli terhadap lingkungan, termasuk manusia, tetapi juga termasuk


kemaslahatan spesies di muka bumi. Tuhan memerintahkan berbagai jenis hewan dan
tumbuhan untuk dibudidayakan dan dimanfaatkan tetapi tidak untuk dimusnahkan. Arti
umum dari Alistishlah dapat berarti pemanfaatan yang berkelanjutan yang memenuhi
kebutuhan sehari-hari dari generasi sekarang ke generasi mendatang.

Menurut konsep lain, masyarakat harus tahu bagaimana memanfaatkan sumber


daya alam secara optimal, tetapi tidak berlebihan dan lintas batas. Ketika sumber daya alam
digunakan dalam skala yang sangat besar, efisiensi diperhitungkan dan menjamin
penggunaan yang berlebihan tidak akan merusaknya. Jika terjadi bencana dan kerusakan, ini
berarti sumber daya alam habis melebihi daya dukung lingkungan. Penipisan sumber daya
alam yang berlebihan merupakan penyebab terbesar bencana sebagaimana diperingatkan
Allah dalam QS. al-Syu'ara: 151-152, yang artinya "dan janganlah kamu menuruti perintah
orang-orang yang melampaui batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mau
memperbaiki".

Makna ayat di atas adalah janganlah kamu menuruti perintah atasan dan atasanmu
yang selalu mengajakmu untuk menyelinap, beriman dan berperang melawan kebenaran.
Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkan kondisi bumi dan ekosistem
yang rusak. Bahkan jika faktor pendukungnya hancur, pemulihannya akan mengarah pada
ekosistem yang berbeda. Misalnya, jika suatu ekosistem hutan telah ditebangi secara
ekstensif, kawasan-kawasan tertentu harus dicadangkan sebagai ekosistem yang utuh.
Ekosistem cagar terletak dekat dengan lokasi kawasan yang dieksploitasi karena
dapat berperan sebagai pemasok alam, yaitu nutrisi yang terbawa angin, spora dan biji,
serangga, burung dan hewan penyebar biji lainnya. Kondisi demikian diharapkan dapat
menetralisir ekosistem secara alami jika terjadi suksesi dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama. Di sisi lain, ketika deforestasi dilakukan terus-menerus di luar kemampuan
ekosistem yang ada untuk memulihkannya, transisi dan pertukaran ekosistem terbalik
sepenuhnya. Contoh perubahan akibat eksploitasi bruto tersebut adalah banyaknya lahan
terlantar yang menjadi tidak produktif dan tidak subur lagi.

Dalam bidang perlindungan lingkungan, Islam mengenal kawasan yang Bernama


Harim, yaitu kawasan perlindungan sungai, mata air, lahan pertanian dan pemukiman.
Harim adalah kawasan yang tidak boleh diganggu. Pembangunan di kawasan ini dilarang dan
dibatasi. Harim dapat dimiliki secara pribadi, seperti harim untuk menjaga dan melestarikan
kelestarian mata air, tetapi harim dapat berupa milik umum yang menyediakan sumber air,
kayu bakar bagi masyarakat sekitar, dan habitat satwa liar. Nabi Muhammad pernah melihat
daerah yang tidak boleh dilanggar dan dirusak oleh masyarakat setempat.

Di kawasan Harim, terdapat fasilitas untuk kepentingan masyarakat, seperti sumur


reservoir yang terlindungi dari kerusakan. Harim menyediakan ruang yang cukup untuk
menyimpan air dan melindunginya dari polusi, tempat istirahat khusus untuk ternak, dan
lahan yang cukup untuk mengairi sawah dan kebun. Di sisi lain, spesialisasi yang ditujukan
untuk perlindungan komunitas alam termasuk dalam kategori Hima. Kemanfaatan umum
adalah ketentuan syariat yang dicontohkan Khalifah Rasulullah SAW dengan keteladanannya
untuk meningkatkan dan memberikan perlindungan kepada semua orang, termasuk
kemaslahatan hewan dan tumbuhan di sekitarnya. Kerangka kerja inilah yang didasarkan
pada kenyataan bahwa kehadiran Islam di dunia tidak lain adalah rahmat bagi seluruh
dunia.

Pendekatan Tujuan Dasar Islam (Maqashid al-Syari’ah).

Menurut Yusuf Qardawi dalam bukunya Ri'ayah al-Bi'ah fi Syari'ah al-Islam (2001)
menjelaskan bahwa ada hubungan penting antara agama dan lingkungan. Agama dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga kualitas lingkungan alam.
Dijelaskannya, melestarikan lingkungan sama dengan melestarikan lima tujuan dasar
(maqashid al-syari'ah) Islam. Oleh karena itu, melestarikan lingkungan sama dengan
maqashid al-syari'ah. Aturan ushul fiqh mengatakan, ma la Yatim al-wajib illa bihi fawuha
wajibyun (sesuatu yang mengandung kewajiban, maka sesuatu itu wajib).

Beliau menambahkan bahwa ada lima alasan mengapa menjaga lingkungan adalah
kewajiban setiap Muslim. Pertama, rekonstruksi makna khilafah. Al-Qur'an menegaskan
bahwa menjadi khalifah di muka bumi tidak berarti kehancuran dan pertumpahan darah.
Namun membangun kehidupan yang damai, sejahtera dan penuh keadilan. Jadi orang yang
berbuat jahat di negeri ini otomatis melanggar kualitas orang seperti khalifah. Meski alam
diciptakan untuk kepentingan manusia, namun tidak boleh digunakan sembarangan.
Dengan demikian, merusak alam adalah bentuk mengingkari ayat-ayat Allah dan dijauhkan
dari rahmat-Nya.

Oleh karena itu, gagasan bahwa orang-orang seperti khalifah dapat melakukan
apapun yang mereka inginkan dengan lingkungan di sekitar mereka memiliki dukungan
teologis yang mutlak. Padahal, segala bentuk eksploitasi dan perusakan alam adalah
kejahatan serius.

Kedua, ekologi sebagai metode pengajaran. Ini berarti menempatkan wacana


lingkungan dalam prinsip-prinsip inti ajaran Islam.

Ketiga, tidak lengkap iman seseorang jika tidak menjaga lingkungan. Iman seseorang
tidak hanya diukur dari banyaknya ibadah. Tetapi juga sangat penting untuk kesempurnaan
iman untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.

Keempat, perusak lingkungan adalah orang-orang kafir ekologis (kufr al-bi'ah). Di


antara tanda-tanda kebesaran Allah adalah adanya alam semesta ini. Oleh karena itu,
merusak lingkungan sama saja dengan mengingkari kebesaran Allah. Allah swt berfirman:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa
hikmah. Ini adalah pendapat orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir, karena
mereka akan masuk neraka" (QS Shaad: 27 ).

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa pemahaman yang sia-sia tentang alam
adalah posisi orang-orang yang tidak percaya. Selain itu, bahkan sampai pada perusakan
alam. Kata kafir tidak hanya merujuk pada orang yang tidak beriman kepada Tuhan, tetapi
juga tidak beriman terhadap segala nikmat yang diberikan kepada manusia, termasuk
keberadaan alam semesta ini. Allah berfirman: “Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu
berfirman.” Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (pelayanan-Ku)
kepadamu, dan jika kamu menolak (pelayanan-Ku), maka azab-Ku sungguh pedih. . " (QS.
Ibrahim: 7).

Kelima, perjuangan politik hijau, gerakan yang membantu pembangunan ekologi.


Politik politik anti-ekologis, mekanistik dan materialis bertujuan politik sadar ekologis
(ecological politic). Hal ini penting karena bencana alam sangat serius sehingga tidak dapat
diselesaikan dengan pendekatan agama saja. Namun, pendekatan holistik diperlukan. Mulai
dari agama, ekonomi, politik, budaya dan masyarakat, bersatu padu menyelesaikan krisis
ekologi ini.
Pemeliharaan Lingkungan Hidup dalam Sunnah

Menurut Yusuf Qardawi, larangan menebang pohon sudah ada sejak zaman Nabi,
dimulai dengan larangan menebang pohon sidrah yang dikenal dengan nama al-sidr. Pohon
ini tumbuh di gurun, tahan terhadap panas matahari dan tidak membutuhkan air. Ancaman
neraka bagi orang yang menebang pohon sidrah menunjukkan perlunya menjaga
lingkungan.

Islam juga turut serta dalam pelestarian jenis-jenis makhluk hidup dan
kepunahannya, sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur'an terjemahan Al-An'am pada ayat 38:
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun
dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. (QS. al-An’am: 38).

Ayat ini berarti bahwa ada kesamaan antara kelompok hewan dan serangga. Tetapi
kesamaan yang dimaksud di sini tidak berarti kesamaan dalam segala hal. Kesetaraan tidak
harus sama persis dengan kesetaraan dalam segala hal, tetapi hanya dalam hal-hal tertentu.
Aspek ini adalah adanya kesetaraan dimana setiap orang memiliki kebangsaannya masing-
masing untuk dihormati. Selama ia adalah bagian dari suatu kelompok mahkluk hidup maka
tidak boleh membuatnya punah.

Agama dan Perilaku Masyarakat dalam Menjaga Lingkungan

Percakapan tentang lingkungan pada dasarnya adalah percakapan tentang


bagaimana kita manusia berinteraksi dan bersikap baik terhadap alam, hewan, tumbuhan,
dan lautan. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga lingkungan yaitu kebersihan diri,
rumah dan lingkungan sehingga telah menjadi tanggung jawab bersama. Namun selama ini
hanya sedikit yang memperhatikan lingkungan, contoh kecilnya seperti tidak membuang
sampah sembarangan, membersihkan kembali ruang publik setelah digunakan.
Lingkungan hidup merupakan dimensi yang luas yang memiliki manfaat dan dampak
jangka panjang bagi kelangsungan hidup manusia. Lingkungan terdiri dari air, tanah dan
udara. Oleh karena itu, program penanaman pohon seperti “satu orang untuk tiga” dan
larangan menebang pohon dilaksanakan. Adapun untuk meningkatkan kesadaran tentang
tujuan hidup, merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran agar dia tahu tidak hanya
tentang limbah, polusi, penggundulan hutan dan perlindungan hewan langka, tetapi lebih.
Untuk meningkatkan kesadaran akan lingkungan manusia, terutama bagi generasi muda
saat ini. Karena pada dasarnya, alasan kesadaran lingkungan masyarakat adalah etika
lingkungan. Etika lingkungan yang diterapkan selama ini adalah etika lingkungan yang
didasarkan pada sistem nilai yang bukan merupakan bagian dari alam, melainkan manusia
sebagai penakluk dan pengatur alam.
Aktivitas manusia yang sadar lingkungan harus ditingkatkan. Masalah terbesar yang
muncul adalah hubungan antara pencari nafkah dengan keturunannya yang dapat
menimbulkan masalah dalam keberlanjutan sumber daya. Ketika orang hidup di lingkungan
yang rusak, orang juga akan ikut rusak.
Keberhasilan dan kelestarian lingkungan sangat mempengaruhi tingkat kepedulian
dan perhatian masyarakat. Karena lingkungan adalah tanggung jawab manusia untuk
pemeliharaan dan perkembangannya. Alam memiliki banyak potensi dan sumber daya
untuk dinikmati semua orang. Namun ketika alam habis, ia memiliki keterbatasan dan harus
dilindungi. Kebersihan lingkungan juga di bawah kendali manusia. Menciptakan lingkungan
yang bersih dan asri dilandasi oleh kesadaran masyarakat yang tinggi bahwa lingkungan
memiliki kontribusi penting bagi masyarakat. Ketika bencana terjadi, tuhan tidak
memberikannya begitu saja, itu semacam peringatan karena manusia telah melewati batas
dengan menghabiskan sumber daya yang ada dan tidak memperbaikinya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran lingkungan masyarakat, yaitu:
1. Faktor ketidaktahuan
Ketidaktahuan masyarakat tentang lingkungan telah dijelaskan di atas, bahwa
ketidaktahuan sama dengan ketidaksadaran. Karena ketidaktahuan mempengaruhi
tingkat kesadaran masyarakat. Manusia berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan,
sehingga lingkungan juga mempengaruhi mereka.

2. Faktor Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana masyarakat tidak dapat melakukan segala
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan minimum. Kemiskinan merupakan salah satu
masalah yang paling berpengaruh dalam munculnya masalah sosial. Masyarakat
berpenghasilan rendah bingung dengan kebutuhan keluarganya, jadi bagaimana
mereka bisa berpikir untuk menjaga lingkungan. Di saat kelaparan dan kebutuhan
mendesak, orang hanya bisa memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan,
sementara lingkungan tidak bisa dipahami.

3. Faktor Kemanusiaan
Kemanusiaan adalah fitrah manusia sebagai pengatur alam. Sifat manusia ingin
menguasai lingkungan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini karena
manusia tidak berpedoman pada agama, tetapi agama telah mengatur sikap manusia
terhadap alam. Jadi agama harus mampu mengubah orang yang merusak lingkungan
menjadi orang yang peduli lingkungan.

4. Faktor Gaya Hidup


Dampak teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak yang cepat bagi
manusia sebagai individu yang hidup di lingkungannya. Gaya yang mempengaruhi
perilaku manusia untuk merusak lingkungan adalah gaya hidup yang mengganggu
lingkungan sebagai bagian dari menikmati hidup. Dalam masyarakat dikenal dengan
gaya hedonistik, yaitu gaya hidup yang selalu ingin hidup nyaman. Gaya hidup lain
yang merusak lingkungan antara lain gaya hidup materialistis, konsumerisme, dan
individualisme.
Penyelamatan lingkungan menuntut manusia yang bermoral tinggi dan memiliki
sikap cinta lingkungan, nilai spiritual yang tinggi dan sikap yang mencintai ajaran agamanya.
Oleh karena itu, menciptakan manusia yang sadar lingkungan tidak cukup hanya untuk
memberikan pengetahuan lingkungan, tetapi juga untuk memperdalam keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan pencipta langit dan bumi. Karena jika manusia menjaga
lingkungan, sebenarnya mereka telah menjaga kelangsungan hidup manusia di alam itu. Jadi
orang yang beriman adalah orang yang paling peduli menjaga dan melestarikan lingkungan.

Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap


perlindungan lingkungan masih lemah. Masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan
kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar, meskipun merupakan komunitas keagamaan
yang melakukan kegiatan keagamaan sehari-hari, namun kesadaran akan pelestarian
lingkungan mungkin masih lemah.

Namun, sebagian besar kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat tidak


berkorelasi dengan kesadaran menjaga lingkungan setempat. Berdasarkan pantauan
beberapa bangunan lainnya masih termasuk dalam kategori kurang bersih. Sampah
berserakan di depan rumah, bahkan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya masih kurang. Sampah dibuang sembarangan dan ditumpuk di pinggir jalan
tanpa ada petugas kebersihan.

Belum lagi kondisi lingkungan yang sangat buruk, yaitu keadaan toilet umum yang
sangat kotor dan tampak tidak layak pakai. Bahkan, dalam wawancara dengan pejabat
PNPM Mandir Elli Zalianana, dikatakan bahwa toilet dan kamar kecil adalah fasilitas umum
yang baru dibangun tahun ini dengan bantuan BKPG (Bantuan Keuangan Pemakmue
Gampong) PNPM Mandir. Namun karena tidak adanya kesadaran di antara warga akan sikap
saling menjaga, maka kerusakan dan kotoran seperti itu akan terjadi.

Hal tersebut karena kesadaran lingkungan mesti diajarkan dalam materi keagamaan
dan kegiatan keagamaan yang dipraktikkan di masyarakat. Tengku Imum meunasah, desa
Meunasah Lhee, berdasarkan observasi dan wawancaranya, ia menyatakan bahwa fungsi
keagamaan seperti pengajian dan sholat berjamaah selalu berjalan dengan baik di desa ini.
Setelah sholat maghrib saya terkadang memberikan ceramah singkat. Dalam kuliah saya,
saya hanya menjelaskan bagaimana cara beribadah yang benar, menyucikan diri dan
bersedekah. Dan ada banyak orang tua di desa ini yang terus bertanya tentang taharahi.
Hanya tentang ibadah fiqh dan aqidah tanpa ada pembahasan tentang lingkungan. Jadi bisa
dikatakan bahwa manusia yang paham tentang fiqh dan aqidah belum tentu paham dan
kurangnya kesadaran mereka tentang menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya.
Kesimpulan

Dari uraian dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya
agama dan lingkungan hidup satu tidak terpisahkan. Karena di dalam konsep Islam,
lingkungan hidup diperkenalkan oleh al-Quran dengan beragam macam. Di antaranya
adalah al-bi’ah (menempati wilayah, ruang kehidupan dan lingkungan) yaitu lingkungan
sebagai ruang kehidupan khususnya bagi spesies manusia. Islam menempatkan ekosistem
hutan sebagai wilayah bebas (al-mubahat) dengan status bumi mati (al-mawat) dalam
hutan-hutan liar, serta berstatus bumi pinggiran (marafiq al-balad) dalam hutan yang secara
geografis berada di sekitar wilayah pemukiman. Bahkan menurut Yusuf al-Qardhawi,
terdapat beberapa teori dalam agama Islam yang dapat dikaitkan dengan pemeliharaan
lingkungan hidup diantaranya yaitu teori al-istishlah (kemaslahatan), Pendekatan lima
tujuan dasar Islam (maqashid al-syari’ah) dan Sunnah dari Rasullullah Saw.

Adapun faktor pada kegiatan keagamaan di masyarakat tidak memberikan kontribusi


terhadap kesadaran menjaga lingkungan hidup karena tidak adanya materi-materi
keagamaan yang disampaikan para tokoh agama yang terkait dengan pentingnya menjaga
lingkungan hidup sekitar. Begitu juga kegiatan dan kurikulum pendidikan yang ada di
masyarakat tidak menjadikan tema lingkungan hidup sebagai salah satu bahasan penting
dan terkait erat dengan agama Islam yang dianut oleh masyarakat.

Hal ini juga dikarenakan oleh kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan oleh
masyarakat tidak pernah mengandung materi kajian lingkungan hidup alam untuk
masyarakat. Akibatnya pemahaman yang berkembang di kalangan masyarakat selama ini
kurang terhadap agama dan lingkungan dipandang sebagai dua hal yang terpisahkan dan
tidak saling memberikan kontribusi yang memadai. Agama hanya dianggap sebagai kajian
fiqih, ibadah, haji, tajhiz mayat, nikah, mawaris dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan
dianggap sebagai kajian ilmiah alamiah dan merupakan pekerjaan dunia.

Ada beberapa kesimpulan dan rekomendasi untuk peningkatan kesadaran


lingkungan dimasyarakat, diantaranya:

1. Perlu disosialisasikan kepada masyarakat muslim bahwa lingkungan hidup juga


merupakan tema penting yang dibahas dalam Islam. Dalam konsep Islam, lingkungan
hidup diperkenalkan oleh Alquran dengan beragam macam. Di antaranya adalah al-
bi’ah (menempati wilayah, ruang kehidupan dan lingkungan) yaitu lingkungan
sebagai ruang kehidupan khususnya bagi spesies manusia. Islam menempatkan
ekosistem hutan sebagai wilayah bebas (al-mubahat) dengan status bumi mati (al-
mawat) dalam hutan-hutan liar, serta berstatus bumi pinggiran (marafiq al-balad)
dalam hutan yang secara geografis berada di sekitar wilayah pemukiman. Perlu
dilakukan rekonstruksi komunikasi dakwah Islamiyah terhadap masyarakat terkait
dengan menjaga lingkungan hidup sekitar.

2. Perlu menggalakkan program peduli lingkungan seperti gotong royong


membersihkan lingkungan masyarakat. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang lingkungan dalam hal penggunaan pupuk, bahan-bahan pestisida lainnya
dalam persawahan secara baik dan benar sehingga tidak berdampak negatif dalam
waktu jangka panjang.

3. Perlu revitalisasi pendidikan hidayah dengan memasukkan tema lingkungan hidup


dalam kurikulum hidayah, ceramah-ceramah Teungku Dayah dan Teungku Khatib,
sehingga Agama (Teungku Dayah, Teungku Khatib, Imum Meunasah) dapat berperan
dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan.
Selanjutnya diharapkan peran Agama melalui ulama-ulama yang memiliki citra
keagamaan untuk memberikan ceramah tentang lingkungan dalam setiap pidatonya
dapat menjadi inspirasi bagai masyarakat bahwa lingkungan juga merupakan kajian
dari agama dan merupakan hal yang terintergrasi dan tidak terpisahkan.

4. Perlu dilakukan penyadaran kesadaran menjaga kelestarian lingkungan dalam


keluarga. Sejak kecil anak-anak perlu ditanamkan pengetahuan menjaga lingkungan
hidup dari hal kecil seperti mengajarkan dan mengajak anak-anak untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan mengajak menanam pohon dilingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Moehammad Soerjani. Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan


(Jakarta: UI, 1987), 239.

Sajogyo. Ekologi Pedesaan Sebuah Bunga Rampai ( Jakarta: Rajawali, 1999 ), 87.

Nadjamuddin Ramly. Membangun Lingkungan Hidup yang Harmoni dan Berperadaban


(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), 87.

Mattulada. Lingkungan Hidup Manusia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 9.

Atmakusumah. Mengangkat Masalah Lingkungan Ke Media Massa (Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia, 1996), 21.

Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan: Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan (Surabaya:


Erlangga Press, 2005), 2.

Tresna Sastrawijaya. Pencemaran Lingkungan (Jakarta: Rineka Cipta 2000), 7.

Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, 8.

Falahuddin Mahrus. Fiqh Lingkungan (Jakarta: Conservation International Indonesia, 2006),


46.

Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan: Perspektif al-Qur’an) (Jakarta: Paramadina,


2001), 47.

Fachruddin, Konservasi Alam Dalam Islam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),

Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir ( Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2007), 607.

Fachruddin, Konservasi Alam Dalam Islam, 29.

http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/fiqih-lingkungan/ diakses
pada tanggal 2 Maret 2013.

Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, 570.

http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/fiqih-lingkungan/ diakses
tanggal 25 Mei 2014.

Yusuf Qardhawi. As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1998), 177.
Yusuf Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban ( Jakarta: Gema
Insani Press, 1998), 261.

Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, 20.

Fachruddin M. Mangunjaya. Hidup Harmonis dengan Alam (Jakarta : Obor Indonesia, 2006),
83.

Wawancara dengan Teungku Abu Bakar (60 tahun) Teungku Imum desa Meunasah Lhee,
Tanggal 24 Januari 2013.

Anda mungkin juga menyukai