BANDA ACEH
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan paper dengan judul
“Tata karma dengan Alam” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Etika dan Etiket. Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kesehatan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Laili Suhairi, S. Pd, M. Si, selaku
dosen mata kuliah Etika dan Etiket yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat kami jadikan referensi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari paper yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna baik
dalam isi atau sistematikanya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan paper ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
I. PENDAHULUAN
Menurut Rilley Dunlap, seorang pakar lingkungan hidup dan sosiolog dari
Universitas Oklahoma, perilaku manusialah yang mendorong dan menjadi penyebab
semua kerusakan yang ada di atas muka bumi. Perilaku tersebut berawal dari cara
berpikir jangka pendek, memandang bahwa sumber daya bumi itu tidak tak terbatas.
Dalam paradigma ekologi baru atau New Ecological Paradigm (Dunlap, Van
Lierre, Mertig dan Jones; 2000) menolak keberadaan alam semata hanya untuk
melayani kebutuhan manusia. Untuk itu diperlukan suatu konsep, sebuah paradigma
baru dan nilai etik, yang mengatur hubungan manusia dengan alam. Dia menyebut aksi
pro lingkungan hidup harus menjadi pegangan (conduct) perilaku manusia terhadap
alam. Ekologi baru dengan demikian mencakup berbagai pengakuan dan kesadaran
akan terbatasnya kapasitas bumi, penolakan dominasi manusia terhadap alam, menjaga
keseimbangan alam, kesadaran resiko terhadap bencana dan kesadaran bahwa manusia
tidak dapat sepenuhnya mengendalikan alam.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada paper ini ialah mengenai apa saja tata krama dengan alam
dan hal lain seputar hal tersebut.
1.4 Manfaat
Paper ini dibentuk dengan harapan agar dapat menambah wawasan atau
pengetahuan seputar nilai dan standar sebuah keluarga bagi penulis maupun pembaca.
2
II. PEMBAHASAN
Kata alam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "nature", yang berasal
dari kata Latin natura, atau "kualitas esensial, disposisi bawaan", dan pada zaman
dahulu, secara harfiah berarti "kelahiran". Natura adalah terjemahan Latin dari kata
Yunani physis (φύσις), yang awalnya terkait dengan karakteristik bawaan yang
dimiliki tanaman, hewan, dan berbagai fitur lain di dunia.
Dalam berbagai penggunaan kata tersebut pada saat ini, "alam" sering mengacu
kepada geologi dan kehidupan liar. Kata alam mungkin mengacu secara umum ke
berbagai jenis tanaman hidup dan hewan, dan dalam beberapa kasus ke proses yang
berhubungan dengan benda mati – mengenai keberadaan jenis-jenis tertentu suatu
benda dan bagaimana mereka berubah dengan sendirinya, seperti cuaca dan geologi di
bumi, dan materi serta energi dari mana semua hal-hal tersebut tersusun darinya. Kata
ini sering diartikan sebagai "lingkungan alam" atau hewan liar, batu, hutan, pantai, dan
secara umum hal-hal yang belum diubah secara substansial oleh campur tangan
manusia, atau yang bertahan meskipun ada intervensi manusia.
Lingkungan alam terdiri dari unsur biotik dan abiotik yang terbentuk melalui
proses alami. Unsur biotik adalah unsur yang hidup sedangkan unsur abiotik adalah
unsur yang tidak hidup. Contoh unsur biotik dalam lingkungan alam adalah hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme. Sedangkan contoh unsur abiotik dalam lingkungan
alam adalah air, tanah, udara, angin, dan sinar Matahari.
3
bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut
penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.
Dalam hal ini, alam dipandang memiliki fungsi kehidupan, patut dihargai
dan diperlakukan dengan cara yang baik (etika lingkungan ekstensionisme atau
preservasi). Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh
ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan
bersama, kepentingan manusia dan kepentingan alam itu sendiri.
4
B. Etika Ekologi Dangkal
5
2- Biosentrisme
Teori lingkungan ini memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Tidak hanya manusia
yang mempunyai nilai, alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas
dari kepentingan manusia. Biosentrisme menolak argumen antroposentrisme,
karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela oleh teori ini adalah
kehidupan, secara moral berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka
bumi ini mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan
diselamatkan.
Konsekuensinya alam semesta adalah sebuah komunitas moral baik
pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya. Manusia maupun bukan
manusia sama-sama memiliki nilai moral, dan kehidupan makhluk hidup
apapun pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan dan
tindakan moral, bahkan lepas dari perhitungan untung-rugi bagi kepentingan
manusia.
3- Ekosentrisme
Teori ini secara ekologis memandang makhluk hidup (biotik) dan
makhluk tak hidup(abiotik) lainnya saling terkait satu sama lainnya. Etika
diperluas untuk mencakup komunitas ekologis seluruhnya, baik yang hidup
maupun tidak. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
makhluk hidup. Deep Ecology (DE) menuntut suatu etika baru yang tidak
berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam
kaitannya dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup.
4- Zoosentrisme
Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan
perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika
pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut
etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena
mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga
bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan
sebagai salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of
6
Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia
secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.
5- Hak Asasi Alam
Makhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun
makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan
berkembang. Makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai
hak, meskipun mereka tidak dapat bertindak yang berlandaskan kewajiban.
Mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini. Maka mereka juga
mempunyai hak untuk hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip nilai
intrinsic yang menyatakan bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas
bumi bernilai. Dengan demikian, pembabatan hutan secara tidak proporsional
dan penggunaan binatang sebagai obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.
7
mencegah serta memulihkan kerusakan alam, serta saling mengingatkan,
melarang dan menghukum siapa saja yang merusak alam.
3- Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan
dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong
manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan semua kehidupan di alam ini.
Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral untuk mengharmonisasikan
manusia dengan ekosistemnya dan untuk mengontrol perilaku manusia dalam
batas-batas keseimbangan kosmis. Solidaritas ini juga mendorong manusia
untuk mengutuk dan menentang setiap tindakan yang menyakitkan binatang
tertentu atau bahkan memusnahkan spesies tertentu.
4- Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)
Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi,
tetapi semata-mata demi kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap
alam, maka manusia menjadi makin matang dengan identitas yang kuat.
5- Prinsip ”No Harm”
Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan
tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi
makhluk hidup lain di alam semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan
tanggung jawab moral dapat dinyatakan dengan merawat, melindungi,
menjaga, dan melestarikan alam, juga tidak melakukan tindakan seperti
membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.
6- Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Prinsip ini menekankan nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan
menekankan pada sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup secara layak
sebagai manusia yang selaras dengan alam.
7- Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua
kelompok dan anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan
pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam. Dalam
prinsip ini kita perlu memerhatikan kepentingan masyarakat secara lebih
8
khusus, karena dalam segi pemanfaatan sumber daya alam dibandingkan
dengan masyarakat modern akan kalah dari segi permodalan, teknologi,
informasi dan sebagainya, sehingga kepentingan masyarakat sangat rentan dan
terancam.
8- Prinsip Demokrasi
Prinsip ini berkaitan erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman
dan pluralitas. Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan,
keanekaragaman dan pluralitas. Prinsip ini sangat relevan dengan
pengambilan kebijakan di bidang lingkungan, dan memberikan garansi bagi
kebijakan yang pro lingkungan hidup. Dalam prinsip ini tercakup beberapa
prinsip moral lainnya, yaitu:
a) Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas yang
memungkinkan nilai lingkungan hidup mendapat tempat untuk
diperjuangkan sebagai agenda politik dan ekonomi yang sama pentingnya
dengan agenda lain.
b) Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok
masyarakat dalam bingkai kepentingan bersama.
c) Demokrasi menjamin setiap orang dan kelompok masyarakat,
berpartisipasi dalam menentukan kebijakan public dan memperoleh
manfaatnya.
d) Demokrasi menjamin sifat transparansi.
e) Adanya akuntabilitas public.
9- Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini terutama untuk pejabat public agar mempunyai sikap dan
perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral
yang mengamankan kepentingan public, untuk menjamin kepentingan di
bidang lingkungan. Sedangkan para penganut deep ecology menganut delapan
prinsip, diantaranya yaitu :
a) kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi ataupun bukan
di bumi mempunyai nilai intrinsic
9
b) kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidup menyumbangkan
kepada terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri
c) manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman ini,
kecuali untuk memenuhi kebutuhan vitalnya
d) keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocokkan
dengan dikuranginya secara substansial jumlah penduduk
e) campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia ini terlalu besar
f) kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-struktur dasar
di bidang ekonomis, teknologis, dan ideologis
g) perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan dan bukan
berpegang pada standar hidup yang semakin tinggi
h) mereka yang menyetujui butir-butir sebelumnya berkewajiban secara
langsung dan tidak langsung untuk berusaha mengadakan perubahan-
perubahan yang perlu.
10
3- Memperlakukan binatang secara manusiawi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membudayakan sikap menjaga atau
ramah terhadap lingkungan alam antara lain :
• Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah salah satu tempat yang sangat efektif
menanamkan nilai-nilai etika lingkungan. Hal itu dapat dilakukan dengan :
1- Menanam pohon dan memelihara bunga di pekarangan rumah. Setiap
orangtua memberi tanggung jawab kepada anak-anak secara rutin
untukmerawatnya denganmenyiram dan memberi pupuk,
2- Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Secara bergantian,
setiap anggota keluarga mempunyai kebiasaan untuk menjaga kebersihan
dan merasa malu jika membuang sapah sembarangan,
3- Memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga untuk menyapu
rumah dan pekarangan rumah secara rutin.
• Lingkungan Sekolah
Kesadaran mengenai etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan
sekolah dengan memberikan pelajaran mengenai lingkungan hidup dan etika
lingkungan,melalui kegiatan ekstrakulikuler sebagai wujud kegiatan yang konkret
dengan mengarahkan pada pembentukan sikap yang berwawasan lingkungan seperti:
11
1- Pembahasan atau diskusi mengenai isu lingkungan hidup,
2- Pengelolaan sampah,
3- Penanaman pohon,
4- Penyuluhan kepada siswa,
5- Kegiatan piket dan jumat bersih.
• Lingkungan Masyarakat
Pada lingkungan masyarakat, kebiasaan yang berdasarkan pada etika
lingkungan dapatditetapkan melalui :
1- Membuang sampah secara berkala ke tempat pembuangan sampah,
2- Kesadaran untuk memisahkan antara sampah organik dan sampah
nonorganik,
3- Melakukan kegiatan gotong - royong atau kerja bakti secara berkala
dilingkungan tempat tinggal,
4- Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan yang masih bisa
di perbaharui.
12
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini yaitu :
3.2 Saran
Guna menjamin kelangsungan hidup baik manusia maupun makhluk hidup
lainnya, kita harus merubah sikap dalam memandang dan memperlakukan alam
dengan baik dan bukan sebagai sumber kekayaan yang siap dieksploitasi, kapan dan
dimana saja.
13
DAFTAR PUSTAKA
Utami, Silmi Nurul. Apa yang Dimaksud dengan Lingkungan Alam?. 2021. <
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/13/204736769/apa-yang-
dimaksud-dengan-lingkungan-alam> [Diakses, Februari 2021].
14
Keraf, A.Sonny. Etika Lingkungan Hidup. 2010 <
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=gW6qG0DQ2_cC&oi=fnd
&pg=PA1&dq=etika+terhadap+alam&ots=rRVaQJI5-
M&sig=rVf8tLmODqpk2HVjG42FMeqZatA&redir_esc=y#v=onepage&q=et
ika%20terhadap%20alam&f=false> [Diakses, Februari 2021].
15