Anda di halaman 1dari 25

i

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN (1331)

TENTANG ETIKA LINGKUNGAN

OLEH KELOMPOK 3

AYU ASMARA WARUWU (1813031021)

IDAWATI (1813031015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2019
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dari kelompok 3 dapat
menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Etika
Lingkungan", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
memaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.

Disusun oleh

Kelompok 3
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………….............................................................................. ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................……... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan .......................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Etika Lingkungan ……………………………………………….. 4

2.3 Teori Etika Lingkungan …………………………………………………….. 6

2.4 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan …………………………………………... 10

2.5 Dasar Etika Dalam Mewujudkan Kesadaran Masyarakat ………………….. 13

2.6 Undang-Undang Tentang Etika Lingkungan Hidup ……………………… 15

2.8 Penerapan Etika Lingkungan Hidup ………………………………………... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan…………………………..………………………………………. 20

3.2 Saran ………………………………………..…………………................. 21

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu


berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya
alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat
manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia
sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia.Untuk menjaga keseimbangan, air
sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang
baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi pernafasan
manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya
dalam kondisi yang baik.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”.Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia
berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada
norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan
norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam
hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari
tanpa merasa bersalaha, akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber
daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula
penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat
sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Etika Lingkungan?
2. Apa saja jenis-jenis Etika Lingkungan?
3. Apa saja teori Etika Lingkungan?
4. Apa prinsip-prinsip Etika Lingkungan?
5. Apa dasar etika dalam mewujudkan kesadaran masyarakat?
6. Apa undang-undang yang mengatur tentang etika lingkungan hidup?
7. Bagaimana penerapan etika lingkungan dalam kehidupan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu agar memudahkan pembaca
dalam mengetahui apa saja unsur-unsur yang berkaitan tentang etika lingkungan.
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika


berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Sedangkan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup
lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Jadi, etika lingkungan
merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika
lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Manusia merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dengan lingkungan.


Sebagai makhluk hidup yang membutuhkan lingkungan, manusia memiliki kewajiban
untuk menghormati, menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam
lingkungan. Perilaku positif manusia dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari
sedangkan perilaku negatifnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Etika dapat dipandang sebagai kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang bagaimana manusia
harus hidup yang baik sebagai manusia, perintah dan larangan tentang baik buruknya
perilaku manusia untuk mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu,
yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-
prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku.

dapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika


lingkungan sebagai berikut:
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan
sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain
dirinya sendiri.
4

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk


menjaga terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk
bahan energy.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk
makhluk hidup yang lain.

2.2 Jenis-Jenis Etika Lingkungan

Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam


serta hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Etika lingkungan (etika
ekologi) adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami
lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua
unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Prinsip etika ekologi adalah: semua
bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut
penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi etika pelestarian dan etika


pemeliharaan.  Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan
pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan
semua mahluk. Etika ekologi dapat dibedakan menjadi etika ekologi mendalam dan
etika ekologi dangkal.

Etika Ekologi Dangkal

Etika ekologi dangkal merupakan pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan


fungsi lingkungan sebagai sarana penyelenggaraan kepentingan manusia dan bersifat
antroposentris. Etika ekologi dangkal biasa diterapkan pada filsafat rasionalisme dan
humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik. Dalam hal ini, alam hanya dipandang
sebagai alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
5

Poin-poin penekanan dalam etika dangkal adalah sebagai berikut.

 Manusia terpisah dari alam.


 Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung
jawab manusia.
 Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
 Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
 Norma utama adalah untung rugi.
 Mengutamakan rencana jangka pendek.
 Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di
negara miskin.
 Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Etika Ekologi Mendalam

Dalam hal ini, alam dipandang memiliki fungsi kehidupan, patut dihargai dan 
diperlakukan dengan cara yang baik (etika lingkungan ekstensionisme atau
preservasi). Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh
ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan
bersama, kepentingan manusia dan kepentingan alam itu sendiri.

Berikut adalah poin-poin yang ditekankan dalam etika ekologi dalam.

 Manusia adalah bagian dari alam


 Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh
manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang
 Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan
sewenang-wenang
 Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk
 Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai
 Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati
 Menghargai dan memelihara tata alam
 Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem
 Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif
yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
6

Berikut adalah jenis-jenis etika ekologi mendalam.

1. Etika Neo-Utilitarisme. Etika ini merupakan pengembangan etika utilitarisme


Jeremy Bentham yang dipelopori Pete Singer yang menekankan kebaikan untuk
semua sehingga kebaikan etika lingkungan ditujukan untuk seluruh mahluk.
2. Etika Zoosentrisme. Etika ini menekankan perjuangan hak-hak binatang
(pembebasan binatang) dengan tokoh  Charles Brich. Menurut etika ini, binatang
memiliki hak menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan
harus dicegah dari penderitaan dan menjadikan rasa senang/penderitaan binatang
sebagai salah satu standar moral.
3. Etika Biosentrisme. Etika ini  menekankan kehidupan sebagai standar moral
dengan salah satu tokohnya adalah Kenneth Goodpaster. Hal yang dijadikan
tujuan bukanlah rasa senang atau menderita tetapi kemampuan atau kepentingan
untuk hidup. Dengan menjadikan kepentingan untuk hidup sebagai standar moral,
maka yang dihargai secara moral bukan hanya manusia dan hewan, melainkan
seluruh makhluk hidup yang ada.
4. Etika Ekosentrisme. Etika ekosentrisme menekankan keterkaitan seluruh
organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu mamiliki
keterkaitan satu sama lain secara mutual dan memandang bumi sebagai suatu
pabrik terintegrasi berisi organsime yang saling membutuhkan, saling menopang
dan saling memerlukan. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara
seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua
spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur  yang
ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya,
John B.Cobb, etika ekosentrisme mengusahakan keseimbangan antara
kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.

2.3 Teori Etika Lingkungan

Sikap dan perilaku seseorang terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh


bagaimana pandangannya terhadap sesuatu itu, Kalau sesuatu hal dipandang sebagai
berguna dan penting, maka sikap dan perilaku terhadap sesuatu itu lebih banyak
bersifat menghargai. Sebaliknya jika sesuatu hal dipandang dan dipahami
sebagai sesuatu yangn tidak berguna dan tidak penting, maka sikap Etika Lingkungan
7

dan perilaku yang muncul lebih banyak bersifat mengabaikan, bahkan


merusak.
Manusia memiliki pandangan tertentu pada alam, dimana pendangan itu telah
menjadi landasan bagi tindakan dan perilaku manusia terhadap alam. Dari beberapa
pandangan etika yang telah berkembang tentang alam disini akan dibahas tiga teori
utama, yang dikenal dengan Shallow environmental Ethics, Intermediate
Environmental ethics, dan Deep Environmental ethics. Ketiga teori ini dikenal juga
sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.

3.3.1 Antroposentrisme
Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah suatu pandangan yang menempatkan
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Pandangan ini berisi pemikiran
bahwa segala kebijakan yang diambil mengenai lingkungan hidup harus dinilai
berdasarkan manusia dan kepentingannya. Jadi, pusat pemikirannya adalah
manusia. Kebijakan terhadap alam harus diarahkan untuk mengabdi kepada
kepentingan manusia. Pandangan moral lingkungan yang antroposentrisme disebut
juga sebagai human centered ethic, karena mengandaikan kedudukan dan peran morl
lingkungan hidup yang terpusat pada manusia. Maka tidak heran kalau fokus
perhatian dalam pandangan ini terletak pada peningkatan kesejahteraan dan
kebahagian manusia di dalam alam semesta. Alam dilihat hanya sebagai
obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Dengan demikian alam dilihat sebagai alat bagi pencapaian
tujuan manusia. Tinjauan kritis atas teori antroposentrisme:
 Antroposentrisme didasarkan pada pandangan filsafat yang mengklaim
bahwa hal yang bernuansa moral hanya berlaku pada manusia. Manusia di
agungkan sebagai yang mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting
dalam kehidupan ini, jauh melebihi semua mahluk lain. Ajaran yang
telah menempatkan manusia sebagai pusat suatu sistem alam semesta ini
telah membuat arogan terhadap alam, dengan menjadikan sebagai objek
untuk dieksploitasi.
8

 Antroposentrisme sangat bersifat instrumentalis, dimana pola hubungan


manusia dengan alam hanya terbatas pada relasi instrumental semata.
Alam dilihat sebagai alat pemenuhan dan kepentingan manusia. Teori
ini dianggap sebgai sebuah etika lingkungan yang dangkal dan sempit
(shallow environmental ethics).
 Antroposentrisme sangat bersifat teologis karena pertimbangan yang
diambil untuk peduli terhadap alam didasarkan pada akibat dari tindakan itu
bagi kepentingan manusia. Konservasi alam misalnya, hanya dianggap
penting sejauh hal itu mempunyai dampak menguntungkan bagi
kepentingan manusia.
 Teori antroposentrisme telah dituduh sebagai salah satu penyebab bagi
terjadinya krisis lingkungan hidup. Pandangan inilah yang menyebabkan
manusia berani melakukan tindakan eksploitatif terhadap alam, dengan
menguras kekayaan alam demi kepentingannya. Kepedulian lingkungan
hanya muncul sejauh terkait dengan kepentingan manusia, dan itupun
lebih banyak berkaitan dengan kepentingan jangka pendek saja.

3.3.2 Biosentrisme

Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih


menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya
adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah
tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan
kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup
yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja
yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul Taylor,
karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan
dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan
bereproduksi.
9

Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan alam


sebagai yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan
manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak antroposentrisme yang
menyatakan bahwa manusialah yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri.
Teori biosentrisme berpandangan bahwa mahluk hidup bukan hanya manusia
saja. Ada banyak hal dan jenis mahluk hidup yang memiliki kehidupan. Hanya saja,
hal yang rumit dari biosentrisme, atau yang disebut juga life-centered ethic, terletak
pada cara manusia menanggapi pertanyaan: ”Apakah hidup itu?”. Pandangan
biosentrisme mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan, entah pada manusia
atau pada mahluk hidupnya. Karena yang menjadi pusat perhatian dan ingin dibela
dalam teori ini adalah kehidupan, maka secara moral berlaku prisip bahwa setiap
kehidupan dimuka bumi ini mempunyai nilai moral yang sama, sehingga
harus dilindungi dan diselamatkan. Oleh karena itu, kehidupan setiap mahluk hidup
pantas diperhitungkan secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral,
bahkan lepas dari pertimbangan untung rugi bagi kepentingan manusia

3.2.3 Ekosentrisme

Etika Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan


keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap
individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet
bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu
keseluruhan organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling
memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian
dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara
seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua
spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur- unsur yang ada
di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John
B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.
10

Ekosentrisme dapat dikatakan sebagai lanjutan dari teori etika


lingkungann biosentrisme. Kalau biosentrisme hanya memusatkan perhatian
pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan perhatian pada seluruh
komunitas biologis, baik yang hidup maupun tidak. Pandangan ini didasarkan pada
pemahaman bahwa secara ekologis, baik mahluk hidup maupun benda-benda
antibiotik lainnya saling terkait satu sama lainnya. Jadi ekosentrisme, selain sejalan
dengan biosentrisme di mana keduanya sama-sama menentang pandangan
antroposentrisme juga mencakup komunitas ekologis seluruhnya. Jadi
ekosentrisme, menuntut tanggungjawab moral yang sama untuk semua realitas
biologis.

2.4 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan

Untuk pelaksanaannya, berikut terdapat beberapa prinsip yang dapat menjadi


pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.

1. Sikap hormat terhadap alam


Dengan mendasarkan diri pada teori bahwa komunitas ekologis adalah komunitas
moral, setiap anggota komuitas (manusia atau bukan) mempunyai kewajiban moral
untuk saling menghormati. Secara khusus, sebagai pelaku moral manusia
mempunyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan, baik pada
manusia atau mahluk lain dalam komuniatas ekologis seluruhnya. Hormat terhadap
alam adalah suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta
seluruhnya. Seperti hal, setiap anggota komunitas social mempunyia kewajiban
moral untuk menghormati kehidupan bersama, demikian pula setiap anggota
komunitas ekologis harus saling menghargai dan menghormati setiap
kehidupan serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga bagian dari komunitas.

2. Prinsip tanggung jawab


Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam adalah tanggung jawab
moral terhadap alam, karena secara entologis manusia adalah bagian dari
integral alam. Setiap bagian dan benda dialam dicitakan Tuhan dengan tujuannya
11

masing-masing, terlepas apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak.
Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula
untuk menjaganya. Tanggung jawab itu bukan saja bersifat individual melainkan juga
kolektif. Prinsi tanggung jawab moral ini menuntut manusia untuk mengambil
prakarsa, usaha, kebijakan, dan usaha bersamauntuk menjaga alam semesta dan
isinya. Itu berarti kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggung jawab
bersama seluruh umat manusia.
3. Prinsip solidaritas kosmis
Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian
integral alam semesta, bahkan manusia mempunyai kedudukan yang sederajat dengan
alam dan semua mahluk hidup lain dialam ini. Kenyataan ini membangkitkan
dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan
semua mahluk hidup lain. Prinsip solider kosmis ini lalu mendorong manusia untuk
menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehiupan dialam ini.
Karena alam dan seluruh kehidupan didalamnya mempunyai nilai yang sama bagi
kehidupan manusia. solidaritas kosmis juga mencegah manusia untuk tidak merusak
dan mencemari alam dan seluruh kehidupan didalamnya, sama seperti manusia tidak
merusak rumah tangganya sendiri.
4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
Prinsip kasih sayang dan kepedulian adalah prinsip moral satu arah, menuju yang
lain, tanpa mengharapkan balasan. Ia tidak didasarkan pada pertimbangan
kepentingan pribadi, tetapi semata-mata untuk kepentingan alam. Yang menarik ,
semakin mencintai dan peduli terhadap alam, manusia semakin berkembang
menjadi manusia yang matang, sebagai pribadi dengan identitas yang kuat. Karena
alam memang menghidupkan, tidak hanya dalam pengertian fisik, melainkan juga
dalam pengertian mental dan spritual.
5. Prinsip “No Harm”
Prinsip “No Harm”, artinya karena manusia mempunyai kewajiban moral dan
tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan merugikan alam
secara tidak perlu. Dengan mendasari diri pada biosentrisme dan eksosentrisme,
12

manusia berkewajiban moral untuk melindungi kehidupan dialam semesta ini.


Kewajiban, sikap solider dan kepedulian ini bisa mengambil bentuk minimal berupa
tidak melakukan yang merugikan atau mengancam eksistensi mahluk hidup lain
dialam semesta ini.
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Pada prinsip ini, ditekankan adalah nilai, kualitas, standar material. Yang
ditekankan buak rakus dan tamak mengumpulkan harta dan memiliki
sebanyak-banyaknya. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang baik
Prinsip keadilan berbeda dengan keenam prinsip sebelumnya, prinsip keadilan tidak
berbicara tentang perilaku manusia terhadap alam semestanya, prinsip ini lebih
berbicara tentang bagaimana manusia berperilaku satu terhadap yang lain dalal kaitan
dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus diatur agar berdampak
positif terhadap kelestarian lingkungan hidup. Dalam hal ini, prinsip keadilan
terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota
masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian alam. Dengan demikian, prinsip keadilan ini telah masuk dalam politik
ekologi, dimana pemerintah dituntut untuk membuka peluang dan akses yang sama
bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menetukan kebijkan
khususnya dibidang lngkungan dan pemanfaatan alam ini bagi kepentingan vital
manusia. termasuk didalamnya bahwa semua kelompok dan anggota masyarakat
harus secara proporsional menanggung beban yang disebabkan oleh rusaknya alam
semesta yang ada.
7. Prinsip demokrasi
Prinsip demokrsi ini sangat relevan dalam bidang lingkungan, terutama
dalam kaitan pengambilan kebijakan dibidang lingkungan yang menetukan baik-
buruk, rusak-tidaknya, tercemar tidaknya lingkungan hidup. Ini menjadi rinsip
moral politik yang menjadi garansi yang pro lingkungan hidup. Sebaliknya ada
kekawatiran kehidupan politik yang tidak demokratis, dan system politik yang
tidak menjamin adqanya demokrsi akan membahayakan bagi perlindungan
lingkungan hidup.
13

Prinsip demokrasi mencakup beberapa prinsip moral lainnya :


 Demokrasi menjamin adanya keaneka ragaman dan pluralitas, baik pluralitas
kehidupan, pluralitas aspirasi, kelompok politik dan nilai.
 Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilaiyang dianut oleh setiap orang.
 Demokrasi menjami setiap orang dan kelompok masyarakat ikut berpartisipasi
dalam menentukan kebijakan publik dan memperoleh peluang yang sama
Demokrasi menjamin hak setiap orang untuk memperoleh informasi yang
akurat tentang setiap kebijakan publik
 Demorasi menuntut adanya akuntabilitas public

8. Prinsip integritas moral


Prinsip ini terutama dimaksudkan untuk pejabat publik, dimana pejabat publik
dituntut agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang
teguh prinsip- prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik

2.5 Dasar Etika Dalam Mewujudkan Kesadaran Masyarakat

Dasar-dasar pemikiran/pendekatan etika lingkungan, yaitu:


1. Dasar pendekatan ekologis
Mengenalkan suatu pemahaman adanya keterkaitan yang luas atas kehidupan
yang luas atas kehidupan dimana tindakan manusia pada masa lalu, sekarang dan
yang akan datang yang akan memberi dampak yang tak dapat diperkirakan. Kita tidak
bisa melakukan hanya satu hal atas alam, kita tidak juga bisa sepenuhnya memahami
bagaimana alam bekerja, pun kita tidak akan pernah bisa mengelak bahwa apa yang
kita lakukan pasti memberi dampak pada organisme lain, sekarang atau akan datang.
2. Dasar pendekatan humanisme
Setara dengan pendekatan ekologis, dasar pendekatan ini menekankan pada
pentingnya tanggung jawab kita untuk hak dan kesejahteraan manusia lain atas
sumber daya alam.
14

3.  Dasar pendekatan teologis


Merupakan dasar dari kedua pendekatan sebelumnya, bersumber pada agama
yang nilai-nilai luhur dan mula ajarannya menunjukkan bagaiman alam sebenarnya
diciptakan dan bagaimana kedudukan dan fungsi manusia serta interaksi yang
selayaknya terjalin antara alam dan manusia.
Kesadaran-kesadaran lingkungan selayaknya ada bagi kepentingan
keberlanjutan bumi dan sumber daya alam, yaitu:
 Manusia bukanlah sumber utama dari segala nilai
 Keberadaan alam dan segala sumber dayanya bukanlah untuk manusia
semata, tetapi untuk seluruh spesies organisme yang ada didalamnya.
 Tujuan kehidupan manusia dibumi bukan hanya memproduksi dan
mengonsumsi, tetapi sekaligus mengkonservasi dan memperbarui sumber
daya.
  Meningkatkan kualitas hidup, sebagaiman dasar ketiga diatas, harus pula
menjadi tujuan kehidupan.
 Sumber daya alam itu sangat terbatas dan harus dihargai sertadiperbaharui.
 Hubungan antara manusia dengan alam sebaiknya kesetaraan antara manusia
dan alam, sebuah hubungan dengan organisme hidup dalam kerja sama
ekologik.
  Kita harus memelihara stabilitas ekologik dengan mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman biologis dan budaya.
 Fungsi utama negara adalah mencanangkan dan pengawasan pemberdayaan
sumber daya alam, melindungi individu dan kelompok masyarakat dari
eksploitasi dan perusakan lingkungan.
 Manusia hendaknya saling berbagi dan mengasihi, tidak individualis dan
mendominasi.
  Setiap manusia di pelanet bumi adalah unik dan memilii hak berbagai atas
sumber daya alam.
15

 Tidak satu pun individu manusia, pihak industri atau negara berhak untuk
meningkatkan haknya atau sumber daya alam.

2.6 Undang-Undang Tentang Etika Lingkungan Hidup


Undang-undang tentang lingkungan hidup terdapat pada “Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.” Pada bab X dibahas tentang hak, kewajiban, dan larangan
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Bagian pertama membahas tentang hak dan bagian kedua membahas tentang
kewajiban yaitu:
 Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

 Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan  hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup. 
Bagian ketiga menjelaskan tentang larangan yaitu:
 Pasal 69
Setiap orang dilarang:
a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.
b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
16

c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup.
f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup.
g. Melepaskan produk rekayasa genetic ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan.
h. Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.
i.   Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
j. Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.

Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada
bagian pertama dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua
dibahas tentang sanksi administratif yaitu:
 Pasal 76
1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. Teguran tertulis.
b. Paksaan pemerintah.
c. Pembekuan izin lingkungan.
d. Pencabutan izin lingkungan.
 Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara
17

sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di


bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
 Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab
pemulihan dan pidana.
 Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d
dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan
paksaan pemerintah.
 Pasal 80
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b
berupa:
a. Penghentian sementara kegiatan produksi.
b. Pemindahan sarana produksi.
c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi.
d. Pembongkaran.
e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran.
f. Penghentian sementara seluruh kegiatan.
g. Tindakan yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan
tindakan pemulihkan fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran
apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup.
b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran atau perusakannya.
c. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.
18

 Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.
 Pasal 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat menunjuk
pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya atas
beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
 Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

 2.7 Penerapan Etika Lingkungan Hidup


Sikap ramah terhadap lingkungan hidup harus bisa menjadi sesatu
kebiasaan yangdilakukan oleh setiap manusia dalam menjalankan kehidupan baik
dalam lingkungankeluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam membudayakan sikap tersebut antara lain :
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah salah satu tempat yang sangat efektif
menanamkan nilai-nilai etika lingkungan. Hal itu dapat dilakukan
dengan:
a. Menanam pohon dan memelihara bunga di pekarangan rumah. Setiap
orangtua memberi tanggung jawab kepada anak-anak secara
rutin untuk merawatnya dengan menyiram dan memberi pupuk.
19

b. Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Secara


bergantian,setiap anggota keluarga mempunyai kebiasaan untuk
menjaga kebersihan dan merasa malu jika membuang sapah sembarang
tempat.
c. Memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga untuk
menyapu rumah dan pekarangan rumah secara rutin.
2. Lingkungan Sekolah
Kesadaran mengenai etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan
sekolahdengan memberikan pelajaran mengenai lingkungan hidup dan etika
lingkungan,melalui kegiatan ekstrakulikuler sebagai wujud kegiatan yang
konkret denganmengarahkan pada pembentukan sikap yang berwawasan
lingkungan seperti:
a. Pembahasan atau diskusi mengenai isu lingkungan hidup
b. Pengelolaan sampah
c. Penanaman Pohon
d. Penyuluhan kepada siswa
e. Kegiatan piket dan jumat bersih
3. Lingkungan Masyarakat
Pada lingkungan masyarakat , kebiasaan yang berdasarkan pada etika
lingkungan dapat ditetapkan melalui :
a. Membuangan sampah secara berkala ke tempat pembuangan sampah
b. Kesiadaan untuk memisahkan antara sampah organic dan sampah
nonorganic
c. Melakukan kegiatan gotong royong atau kerja bakti secara berkala
dilingkungan tempat tinggal.
d. Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan yang masih
diperbaharui.
20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpilan
1. Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika
berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan.
2. Ada beberapa jenis-jenis etika lingkungan, yaitu:
a. Etika Ekologi Dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang
menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan
manusia, yang bersifat antroposentris.
b. Etika Ekologi Dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang
melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan
kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan
makna yang sama.
3. Ada tiga teori etika lingkungan yaitu:
a. Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah suatu pandangan yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
b. Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan
sebagai standar moral.
c. Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan
4. Ada sembilan prinsip – prinsip etika lingkungan yaitu:
a. Sikap hormat terhadap alam
b. Prinsip tanggung jawab
c. Prinsip solidaritas kosmis
d. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
e. Prinsip “No Harm”
f. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
g. Prinsip keadilan
h. Prinsip demokrasi
i. Prinsip integritas moral
21

5. Dasar etika, dalam mewujudkan kesadaran masyarakat meliputi dasar


pendekatan ekologis, dasar pendekatan humanisme, dan dasar pendekatan
teologis.
6. Undang-undang tentang lingkungan hidup terdapat pada “Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.”Pada bab X dibahas tentang hak, kewajiban,
dan larangan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
7.  Penerapan etika lingkungan hidup bisa meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
22

DAFTAR PUSTAKA

Satmaidi, Edra. (2015). Konsep Deep Ecology Dalam Pengaturan Hukum


Lingkungan. Jurnal Penelitian Hukum Supremasi Hukum. Vol. 24, No. 2, Agustus
2015

Ginting,Suka, Teori Etika Lingkungan Antroposentrisme Dan Ekosentrisme, Fakultas


Ilmu Budaya Universitas Udayana

Republik Indonesia.2009. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan


dan pengelolaan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai