Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PENGANTAR BISNIS
“ETIKA BIDANG LINGKUNGAN”

Disusun Oleh :
Ahmad Zacky Indra G. (2009116024)
Alda Novianty (2009116018)
Fahreza Ramadani (2009116010)
Faradhiba Virgina (2009116048)
Ghalda Mellyka (2009116029)
Hani Purwanti (2009116032)
Jufri Naldi (2009116027)
Maulidya Cahya D. (2009116035)
Said Nabil Hasan A. (2009116006)
Sharfina Erma Nurgianti (2009116036)

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat,
ridho, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pengantar bisnis
etika lingkungan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Arwin Sanjaya, S.Pd., M.AB pada mata
kuliah Pengantar Bisnis. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai etika-etika lingkungan dan juga CSR perusahaan dengan cara
studi kasus terhadap beberapa perusahaan. Kami mengucapkan terima kasih kepada
bapak Arwin Sanjaya, S.Pd., M.AB selaku dosen mata kuliah Pengantar Bisnis yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari, laporan yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Samarinda, 13 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................3
1.2 Tujuan.........................................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Pengertian.................................................................................................................5
2.2 Jenis-Jenis Etika.......................................................................................................7
2.3 Teori Etika Lingkungan........................................................................................10
2.4 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan.....................................................................11
2.5 Pasal – Pasal Etika Lingkungan dan Aturan CSR..............................................16
2.6 Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk.....................................................24
2.7 Studi Kasus pada PT.Tekstil Sejahtera Alam......................................................35
2.8 Studi Kasus pada PT. Lapindo Brantas..............................................................38
BAB III.....................................................................................................................................48
PENUTUP.........................................................................................................................48
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................48
3.2 Saran.......................................................................................................................49

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu
berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya
alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat
manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai
komponen terbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat
dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.Selain
itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan
yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam unsur tanpa peduli pada peran etika.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia
berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-
norma kehidupan atau mengganti norma- norma yang seharusnya dengan norma-norma
ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam tanpa
menggunakan hati. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah.
Akibatnya terjadi penurunan secara unsur kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya
sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam.
Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Etika Lingkungan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Etika Lingkungan.
3. Untuk mengetahui teori tentang Etika Lingkungan.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari Etika Lingkungan.
5. Untuk mengetahui pasal-pasal yang ada pada Etika Lingkungan serta Aturan
CSR.
6. Studi kasus pada perusahaan yang menerapkan CSR dan juga Etika Lingkungan.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai Lingkungan adalah sebagai berikut :


1. Pengertian etika lingkungan?
2. Jenis-jenis etika lingkungan?
3. Teori etika lingkungan?
4. Prinsip-prinsip etika lingkungan?
5. Pasal-pasal etika lingkungan dan Aturan CSR?
6. Studi kasus etika lingkungan pada PT Unilever Indonesia Tbk.
7. Studi kasus etika lingkungan pada PT Tekstil Sejahtera Alam.
8. Studi kasus etika lingkungan pada PT Lapindo Brantas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etikadan Lingkungan. Etika berasal
dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori
mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan.
Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya
suattindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan
adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan
moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar
setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga
keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan
moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya, etika lingkungan diperlukan agar
setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga
keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan
sebagai berikut:
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehingga
perlumenyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga
terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energi.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk
hidup yang lain.
Di samping itu, Etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia
terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta,
yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara
manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.
2.2 Jenis-Jenis Etika

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya


dibedakan dan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain
itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan
pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan
semua makhluk.

a. Etika Ekologi Dangkal


Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang
menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang
bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada
filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang
kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli
lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
Secara umum, Etika ekologi dangkal ini menekankan hal-hal
berikut ini :

1. Manusia terpisah dari alam.


2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan
tanggung jawab manusia.
3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
5. Norma utama adalah untung rugi.
6. Mengutamakan rencana jangka pendek.
7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk
khususnya di negara miskin.
8. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi

b. Etika Ekologi Dalam


Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang
melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang
saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama.
Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan
memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan
karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah
bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan
komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah
komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

1. Manusia adalah bagian dari alam.


2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh
manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang.
3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan
sewenang- wenang.
4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk.
5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
7. Menghargai dan memelihara tata alam.
8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.
9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif
yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
Demikian pembagian etika lingkungan, Keduanya memiliki beberapa
perbedaan- perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika
lingkungan ini memberi jawab langsung atas pertanyaan mengapa terjadi
kerusakan lingkungan. Namun paling tidak dengan adanya gambaran etika
lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-norma mana yang dipakai oleh
manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini. Dengan demikian etika
lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa norma yang
ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

2.3 Teori Etika Lingkungan

1. Etika Neo-Utilitarisme. Etika ini merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy


Bentham yang dipelopori Pete Singer yang menekankan kebaikan untuk semua sehingga
kebaikan etika lingkungan ditujukan untuk seluruh mahluk.
2. Etika Zoosentrisme. Etika ini menekankan perjuangan hak-hak binatang (pembebasan
binatang) dengan tokoh  Charles Brich. Menurut etika ini, binatang memiliki hak menikmati
kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan dan
menjadikan rasa senang/penderitaan binatang sebagai salah satu standar moral.
3. Etika Biosentrisme. Etika ini  menekankan kehidupan sebagai standar moral dengan
salah satu tokohnya adalah Kenneth Goodpaster. Hal yang dijadikan tujuan bukanlah rasa
senang atau menderita tetapi kemampuan atau kepentingan untuk hidup. Dengan menjadikan
kepentingan untuk hidup sebagai standar moral, maka yang dihargai secara moral bukan
hanya manusia dan hewan, melainkan seluruh makhluk hidup yang ada.
4. Etika Ekosentrisme. Etika ekosentrisme menekankan keterkaitan seluruh organisme dan
anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu mamiliki keterkaitan satu sama lain secara
mutual dan memandang bumi sebagai suatu pabrik terintegrasi berisi organsime yang saling
membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Kematian dan kehidupan haruslah
diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara
semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur  yang ada
di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb,
etika ekosentrisme mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan
kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.

5.  Hak Asasi Alam.  Makhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun
makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan berkembang.Makhluk
hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai hak, meskipun mereka tidak dapat
bertindak yang berlandaskan kewajiban. Mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini.
Maka mereka juga mempunyai hak untuk hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip
nilai intrinsik yang menyatakan bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas bumi
bernilai. Dengan demikian, pembabatan hutan secara tidak proporsional dan penggunaan
binatang sebagai obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.

2.4 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)


Pada dasarnya semua teori etika lingkungan mengakui bahwa alam semesta perlu
untuk dihormati. Secara khusus sebagai pelaku moral, manusia mem-punyai kewajiban
moral untuk menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun makhluk lain dalam
komunitas ekologis seluruhnya. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar
bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.
2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)
Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya
masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak.
Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta bertanggungjawab pula untuk
menjaganya.Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individual tetapi juga kolektif.
Kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggungjawab bersama seluruh umat
manusia. Semua orang harus bisa bekerjasama bahu membahu untuk menjaga dan meles-
tarikan alam dan mencegah serta memulihkan kerusakan alam, serta saling
mengingatkan, melarang dan menghukum siapa saja yang merusak alam.
3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan dengan alam
dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong manusia untuk
menyelamatkan lingkungan dan semua kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi
sebagai pengendali moral untuk mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya dan
untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis. Solidaritas
ini juga mendorong manusia untuk mengutuk dan menentang setiap tindakan yang
menyakitkan binatang tertentu atau bahakn memusnakan spesies tertentu.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)
Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-
mata demi kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap alam, maka manusia
menjadi semakin matang dengan identitas yang kuat.
5. Prinsip ”No Harm”
Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan tidak
melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di
alam semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan tanggung jawab moral dapat dinyatakan
dengan merawat, melindungi, menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan
tindakan seperti membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan menekankan
pada sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup secara layak sebagai manusia, yang
selaras dengan alam.

7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan pengelplaan dan pelestarian
serta pemanfaatan sumber daya alam.Dalam prinsip ini kita perlu memerhatikan
kepentingan masyarakatadat secara lebih khusus, karena dalam segi pemanfaatan sumber
daya alam dibandingkan dengan masyarakat modern akan kalah dari segi permodalan,
teknologi, informasi dan sebagainya, sehingga kepentingan masyarakat sangat rentan dan
terancam.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas.
Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan
pluraritas. Prinsip ini sangat relevan dengan pengam-bilan kebijakan di bidang
lingkungan, dan memberikan garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan hidup.
Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu:
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas yangmemungkinkan
nilai lingkungan hidup mendapat tempat untuk diperjuangkan sebagai agenda
politik dan ekonomi yang sama pentingnya dengan agenda lain.
b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok masyarakat
dalam bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dankelompok masyarakat, berpartisipasi dalam
menentukan kebijakan publik dan memperoleh manfaatnya.
d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.
e. Adanya akuntabilitas publik.
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, agar mempunyai sikap dan perilaku moral
yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan
kepentingan publik, untuk menjamin kepentingan di bidang lingkungan.
Sedangkan para penganut deep ecology menganut delapan prinsip,
diantaranya yaitu :
1) Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi ataupun bukan di
bumi mempunyai nilai intrinsic
2) Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidupmenyumbangkan kepada
terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri.
3) Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman ini, kecuali
untuk memenuhi kebutuhan vitalnya.
4) Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocok-kan
dengan dikuranginya secara substansial jumlah penduduk.
5) Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia kini terlalu besar
6) Kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-struktur dasar di
bidang ekonomis, teknologis, dan ideologis.
7) Perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan dan bukan
berpegang pada standar hidup yang semakin tinggi.
8) Mereka yang menyetujui butir-butir sebelumnya berkewajiban secara langsung
dan tidak langsung untuk berusaha mengadakan perubahan-perubahan yang
perlu.

Prinsip-prinsip etika lingkungan perlu diupayakan dan diimplementasikan dalam


kehidupan manusia karena krisis, persoalan ekologi dan bencana alam yang terjadi pada
dasamya diakibatkan oleh pemahaman yang salah. Yaitu bahwa alam adalah objek yang
boleh diberlakukan dan dieksploitasi sekehendak kita.Pola pembangunan yang
berlangsung saat ini perlu diubah dan diimplementasikan secara jelas. Aspek
pembangunan tidak semata- mata hanya pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun
juga perlu memberikan bobot yang setara pada aspek-aspek sosial, budaya dan
lingkungan. Kerusakan yang terjadi pada masa sekarang, tidak hanya dirasakan oleh kita
sekarang ini, namun juga akan dirasakan pula oleh generasi yang akan datang.
Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan membumi yang selalu
selaras dengan keseimbangan alam. Pembangunan membumi dapat dikatakan identik
dengan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.Dari beberapa
pembahasan di atas, bahwa kita di tuntut untuk menjaga lingkungan. Dalam menjaga
lingkungan, manusia harus memiliki ”etika”. Etika lingkungan ini adalah sikap kita
dalam menjaga kelestarian alam ini agar alam ini tidak rusak, baik ekosistem maupun
habitatnya. Perlu kita sadari bahwa kita ini juga nagian dari alam ini. Maka kita harus
menjaga lingkungan ini dengan baik dengan norma-norma etika lingkungan.

2.5 Pasal – Pasal Etika Lingkungan dan Aturan CSR


- Pada bab X dibahas tentang hak, kewajiban, dan larangan tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
1) Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

2) Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
(a) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu,
(b) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup, dan
(c) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.

3) Pasal 69
Setiap orang dilarang:
(a) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup,
(b) Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(c) Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(d) Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(e) Membuang limbah ke media lingkungan hidup,
(f) Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup,
(g) Melepaskan produk rekayasa genetic ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan,
(h) Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar,
(i) Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal,
(j) Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.

- Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada bagian pertama
dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua dibahas tentang sanksi
administratif yaitu:

1) Pasal 76
- Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
- Sanksi administratif terdiri atas:
a) Teguran tertulis,
b) Paksaan pemerintah,
c) Pembekuan izin lingkungan, dan
d) Pencabutan izin lingkungan.

2) Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja
tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

3) Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana.

4) Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan
apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan
pemerintah.

5) Pasal 80
I. Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b
berupa:
a) Penghentian sementara kegiatan produksi,
b) Pemindahan sarana produksi,
c) Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi,
d) Pembongkaran,
e) Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran,
f) Penghentian sementara seluruh kegiatan, dan g) Tindakan yang
bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan pemulihkan
fungsi lingkungan hidup.

II. Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran


apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a) Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup,
b) Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran atau perusakannya, dan
c) Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.

6) Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan
pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.

7) Pasal 82
I. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya.
II. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota berwenang atau dapat menunjuk pihak
ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
8) Pasal 83.
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

- Aturan Hukum CSR


Dasar Hukum dan Regulasi dari CSR
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM)
• Pasal 15 (b) UUPM menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
• Pasal 16 (d) menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab
terhadap kelestarian lingkungan hidup.
• Pasal 16 (e) UUPM menyatakan bahwa setiap penanam modal
bertanggungjawab untuk menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kesejahteraan pekerja.
• Selanjutnya Pasal 17 UUPM menentukan bahwa penanam modal yang
mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan
dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT)


UU No 40 tahun 2007 Pasal 74 ayat (1), (2), (3), dan (4), bunyi pasal tersebut
sebagai berikut :
1) Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan segala
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan;
2) Tanggung jawab social dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran;
3) Perseroan Terbatas tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 1
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab social dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989


tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha konomi Lemah dan Koperasi melalui Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
Dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba BUMN sebesar 1%-5% (dari
laba setelah pajak). Nama program saat itu lebih dikenal dengan Program Pegelkop
(Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi).
Pada Tahun 1994, nama program Pegelkop diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan
Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentangPedoman Pembinaan Usaha Kecil dan
Koperasi melalui pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan


Usaha Kecil.
Penjelasan Pasal 16, lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal untuk
pembinaan dan pengembangan usaha kecil antara lain meliputi sekema modal awal,
modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja usaha kecil,
kredit kemitraan, modal ventura, dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), anjak piutang dan kredit lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari PP No. 32 Tahun1998 ini dikeluarkanlah Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No.Kep-216/M-
PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan BUMN.

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN


Pasal 2, … salah satu tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan
bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat.
Pasal 88 ayat (1). …BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk
keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.
Sebagai tindak lanjut UU No. 19 Tahun 2003 ini dikeluarkanlah Keputusan Menteri
BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni2003 tentang Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pasal 21, … Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil
dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi
lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah
penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba
bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk
Program Bina Lingkungan.

7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin


Undang-undang ini tidak membahas secara khusus peran dan fungsi perusahaan dalam
menangani fakir miskin, melainkan terdapat klausul dalam pasal 36 ayat 1 “Sumber
pendanaan dalam penanganan fakir miskin, meliputi: c. dana yang disisihkan dari
perusahaan perseroan. Diperjelas dalam ayat 2 Dana yang disisihkan dari perusahaan
perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf digunakan sebesar-besarnya
untuk penanganan fakir miskin.
Pasal 41 tentang “Peran Serta Masyarakat”, dalam ayat 3 dijelaskan bahwa“Pelaku
usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j berperan serta dalam menyediakan
dana pengembangan masyarakat sebagai pewujudan dari tanggung jawab sosial
terhadap penanganan fakir miskin.
8. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Forum tanggungjawab
dunia usaha dalam penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Kementrian Sosial memandang penting dibentuknya forum CSR pada level Provinsi,
sebagai sarana kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha. Rekomendasi
Permensos adalah dibentuknya Forum CSR di tingkat provinsi beserta pengisian
struktur kepengurusan yang dikukuhkan oleh Gubernur.

2.6 Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk


Menurut Poerwanto (2010:21) corporate social responsibility adalah jiwa perusahaan
untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis yang mencakup citra perusahaan, promosi,
meningkatkan penjualan, membangun percaya diri, loyalitas karyawan, serta keuntungan.
Dalam konteks lingkungan eksternal, tanggung jawab sosial berperan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat seperti kesempatan kerja dan stabilitas sosial- ekonomi-budaya.
Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia bisnis di
Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR). CSR mengandung makna bahwa, seperti halnya individu perusahaan
memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung integritas, dan tidak
korup. CSR menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis
dan berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Unilever adalah perusahaan multinasional yang didirikan pada tahun 1930 sebagai hasil
penggabungan dari produsen margarin asal Belanda, Margarine Unie dan produsen sabun
asal Inggris. Saat ini berkantor pusat di Rotterdam, Belanda dan London, Inggris. Unilever
memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan juga perawatan tubuh. Unilever adalah
produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia berdasarkan pada besarnya
pendapatan pada tahun 2012. Unilever juga merupakan produsen olesan makanan (seperti
margarin) terbesar di dunia. Unilever adalah salah satu perusahaan paling tua di dunia yang
masih beroperasi, dan saat ini menjual produknya ke lebih dari 190 negara.
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang berbasis di Indonesia yang
utamanya bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi barang konsumen yang laku
keras. Unilever Indonesia pertama kali didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama
“Lever’s Zeepfabrieken N.V.” yang bertempat di daerah Angke, Jakarta Utara berdasarkan
akta No. 23 dari Mr. A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Unilever Indonesia kini telah
tumbuh hingga kini menjadi salah satu perseroan terdepan untuk kategori Fast Moving
Consumer Goods di Indonesia.
Kegiatan bisnis utama Perusahaan terbagi ke dalam dua segmen operasi: Kebutuhan Rumah
Tangga dan Perawatan Tubuh yang meliputi produk kosmetik, dan juga produk-produk
pembersih rumah tangga dan tubuh seperti deterjen, sabun, sampo, obat gigi, deodoran, dan
Makanan dan Minuman, yang meliputi produk-produk makanan dan minuman, seperti es
krim, kantong teh, kecap, minuman sari buah, bumbu-bumbu masak dan margarin. Sebagian
dari merek utama untuk produk kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh adalah Rinso,
Lifebuoy, Clear, Pepsodent, Rexona dan Pond's dan selainnya; merek utama untuk produk
makanan dan minuman adalah Wall's, SariWangi, Bango, Buavita, Royco dan Blue Band,
dan selainnya.
Pada PT Unilever Indonesia Tbk terdapat tahun-tahun bersejarah yaitu :
- 1933 – Unilever Indonesia pertama kali berdiri dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V
di daerah Angke, Jakarta Utara
- 1936 – Margarin Blue Band dan sabun mandi Lux mulai dipasarkan di Indonesia
- 1982 – Unilever Indonesia menjadi perseroan terbuka dan melepas saham ke publik
dengan mendaftarkan 15% saham di Bursa Efek Indonesia
- 1990 – Membuka pabrik Personal Care di Rungkut, Surabaya dan memasuki bisnis teh
dengan mengakuisisi SariWangi
- 1992 – Pabrik es krim Wall’s dibuka di Cikarang. Conello dan Paddle Pop muncul di
pasar
- 2001 – Memulai bisnis kecap dengan mengakuisisi Bango
- 2004 – Merek Knorr diakuisisi dari Unilever Overseas Holding Ltd dan
menggabungkannya dengan Unilever Indonesia. Memindahkan pabrik produk perawatan
rambut dari Rungkut ke Cikarang
- 2008 – Membangun pabrik perawatan kulit (skin care) terbesar se-Asia di Cikarang.
Memasuki bisnis minuman sari buah dengan mengakuisisi brand Buavita dan Gogo. SAP
diimplementasikan di seluruh Unilever Indonesia
- 2013 – Memperingati 80 tahun perjalanan Unilever Indonesia, dengan meluncurkan
“Project Sunlight” untuk menginspirasi masyarakat agar bergabung dalam menciptakan
masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang
- 2014 – Meluncurkan program ‘Bitobe untuk Indonesia’, sebagai wujud komitmen jangka
panjang Lifebuoy untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat
- 2015 – Membuka pabrik ke-9 dari Unilever Indonesia seluas 6 hektar di Cikarang, yang
memiliki kapasitas produksi sebanyak 7 juta unit bumbu masak dan kecap setiap
tahunnya
- 2016 – Memindahkan kantor pusat ke gedung baru seluas 3 hektar di BSD City
Tangerang. Kantor baru ini ditempati oleh 1.200 karyawan dan diresmikan pada tahun
2017
- 2018 – Meluncurkan kategori baru yaitu kategori saus sambal dengan mempersembahkan
saus sambal Jawara dan meluncurkan brand perawatan tubuh baru Korea Glow
Berdasarkan Global Alliance for Incinerator Alternatives dan juga Greenpeace,
Unilever menjadi salah satu perusahaan penggunaan plastik sekali pakai dan limbah yang
agak berlebihan sehingga menjadi faktor utama mencemari lingkungan.
Untuk jawaban dari masalah utama mengenai Unilever menjadi salah satu perusahaan
penggunaan plastik sekali pakai dan limbah yang agak berlebihan, Unilever menjawab
banyak tim dari Unilever berinovasi dan menguji coba produk-produk dan berinisiatif
menemukan solusi-solusi untuk isu kemasan plastik.
1) Selanjutnya, salah satu produk dari Unilever yaitu Sustainable Living Plan Molto
Ultra Sekali Bilas memberikan beberapa dampak positif bagi lingkungan yaitu :
Mengurangi penggunaan air akibat kebiasaan membilas cucian sebanyak tiga kali
yang tidak perlu dilakukan lagi karena adanya Molto Ultra sekali bilas, Menggunakan
kembali air bilasan tersebut untuk mengepel lantai dan mencuci mobil, dan
Penggunaan air secara efektif dan efisien untuk mencegah kekurangan persediaan air
di masa yang mendatang.
2) Menurut Relawan Karyawan Unilever Indonedia, karyawan dilibatkan dalam
kegiatan pendidikan dengan memasukkan pesan – pesan keberlanjutan :

- penanaman pohon,
- pendidikan gizi terhadap anak – anak sekolah dasar dalam kaitannya dengan Hari
Pangan Sedunia,
- acara penggalangan dana Walk the World dan
- edukasi mengenai pemakaian biopi di halaman depan dan pekarangan – pekarangan
rumah warga untuk meningkatkan resapan air.
3) Pengelolaan dan Pendaur Ulangan Limbah “Creating a Better Future Every Day”
yaitu:
- Mendaur ulang kemasan
- Injeksi bahan bakar
- Memperkecil ukuran kemasan dan mengurangi lapisan pada kemasan sachet
(shampoo)
- Mengurangi ketebalan kemasan (es krim)
- Mengurangi berat kaleng/kemasan (produk perawatan rambut dan kulit)
4) LITTERBUG DAN TRASHION (Trash and Fashion) Melalui program TRASHION,
mereka telah mengumpulkan 300.000 kg sampah dan program tersebut dapat
mendorong wanita Indonesia untuk menjadi pengusaha sampah/limbah. Program
Bank Sampah/limbah (Waste Bank) dioperasikan di 10 kota besar dan secara intensif
di Jakarta dan Surabaya. Sistem ini memampukan masyarakat untuk mengumpulkan
sampah non organik dan menjualnya, sehingga mereka dapat memiliki deposit di
Bank Sampah/limbah (Waste Bank). Hingga sekarang Unilever Indonesia sudah
membantu 390 Bank Sampah/limbah.
5) Partnership Untuk GHG, program masyarkat pengelolaan limbah dan air, mereka
bekerja sama dengan pemerintah local dan Indonesian Women Association (PKK)
sebagai partner mereka dalam memastikan keberlangsungan konservasi air dan
perilaku ramah lingkungan di masyarakat. Unilever Indonesia juga bekerja sama
dengan 3 media besar Indonesia– Kompas Daily, MetroTV, Female Radio – dan
perusaah negara seperti Perusahaan Minyak dan Gas, PT Pertamina,. Kegiatan
partnership tersebut telah berkembang menjadi besar dan juga merangkul perusahaan
lain seperti National Panasonic, Aqua Danone, yang mana partnership ini disebut
Green Initiative Forum (GIF).
6) Mengurangi Emisi Greenhouse Gas (GHG) Sejak tahun 2008, PT UNILEVER telah
secara aktif mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat
melalui kamanya lingkungan dan gerakan untuk mengurangi pemanasan global.
7) Melalui program sukarelawan Unilever, mereka mengundang semua staf untuk
berpatisipasi dalam tindakan sederhana namun memberikan dampak yang cukup
nyata untuk mengurangi emisi melalui kegiatan menanam pohon, yang mana telah
tertanam 15.000 pohon. Juga pada tahun 2010 mereka bekerja sama dengan Radio
Hijau dan mengadopsi area hutan khusus di Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat, di
mana mereka menanam 5.000 pohom. Program menanam pohon ini akan terus
berlanjut ke depannya. Secara keseluruhan ada 500.000 pohon yang berhasil ditanam
melalui program sukarelawan Unilever.

Pada laporan ini, kami menganalisis pengungkapan CSR oleh PT Unilever


Indonesia Tbk, dengan tujuan untuk melihat apakah perusahaan telah memanfaatkan
official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan, dari sisi tata
kelola perusahaan, lingkungan, dan sosial. Substansi keberadaan CSR adalah
memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama
antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-
program pengembangan masyarakat sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang
semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya kesenjangan antara kaya
dan miskin; posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya; semakin
mengemukanya arti kesinambungan; semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi
dari publik, bahkan bersifat anti-perusahaan; tren ke arah transparansi; harapan bagi
terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.
1. Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis
Unilever meliputi:
a. Kode Etik Terhadap Konsumen:
“Unilever berkomitmen untuk menyediakan produk dan jasa yang
senantiasa memberikan nilai dalam harga dan kualitas, yang aman
digunakan sesuai peruntukannya. Produk dan jasa akan diberi label,
diiklankan dan dikomunikasikan secara akurat dan benar.”
b. Kode Etik Terhadap Pelanggan:

“Unilever berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling


menguntungkan dengan para pelanggan kami. Di dalam urusan bisnis,
kami mengharapkan para mitra menjunjung prinsip yang sesuai dengan
prinsip kami.”

c. Kode Etik Terhadap Pemasok:


“Unilever berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling
menguntungkan dengan para pemasok kami. Dalam urusan bisnis, kami
mengharapkan para mitra kami menjunjung prinsip bisnis yang sejalan
dengan prinsip bisnis kami.”
d. Kode Etik Terhadap Karyawan:

“Unilever berkomitmen terhadap keanekaragaman dalam lingkungan kerja


yang didasari saling percaya dan menghormati, yang membuat setiap
orang merasa bertanggung jawab bagi kinerja dan reputasi perusahaan.
Kami akan merekrut, mempekerjakan dan mempromosikan karyawan
hanya berdasarkan landasan kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kami berkomitmen untuk
menyediakan sarana kerja yang aman dan sehat untuk semua karyawan.
Kami tidak akan mempergunakan tenaga kerja yang dipaksa, diwajibkan,
ataupun dibawah umur. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan
para karyawan dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan
dan kemampuan masing-masing karyawan. Kami menghormati martabat
setiap karyawan dan hak mereka untuk berasosiasi secara bebas. Kami
akan menjaga komunikasi yang baik dengan para karyawan melalui
pemberian informasi dan konsultasi.”
e. Kode Etik Terhadap Lingkungan:

“Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak


lingkungan secara berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang
berupa mengembangkan bisnis yang berkesinambungan.” .

2. Kebijakan Lingkungan

Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi


Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan
sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah
cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus
menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan
Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO
14001.
a. Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak
2003, pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk
mengurangi konsumsi energi. Program ini telah mengurangi jumlah
penggunaan energi pabrik sebanyak 37% selama kurun waktu 2003-2005.
b. Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
yang telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang
penyimpan khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan
pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia dan
internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang
sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang
baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak berbahaya Unilever
bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia
(AIDUPI).
c. Pada tahun 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar
ke gas alam yang mengandung relatif lebih sedikit sulfur. Penggantian ini
mengurangi emisi SOx Unilever secara signifikan. Namun, pada dua tahun
terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa
kembali memakai solar sambil mencari alternatif bahan bakar rendah
sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas alam,
sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.

3. Kebijakan Sosial

Unilever mengatakan bahwa mereka bekerja sesuai standar Kode Etik


Prinsip Bisnis. Mereka juga mengatakan pelaksanaan kegiatannya sesuai
Undang-Undang Tenaga Kerja Indonesia (UU 13 Tahun 2003) dan mengelola
bisnis sedemikian rupa, sehingga martabat manusia dan hak pekerja terjaga.
Sekitar 90% karyawan Unilever adalah anggota serikat pekerja. Pada tahun
2003 dan 2004, manajemen Unilever mengadakan pelatihan “Labour
Management Cooperation” bersama-sama International Labour Organization
(ILO). Dalam rangka memastikan kesehatan dan vitalitas para karyawan,
Unilever mengadakan pemeriksaan kesehatan setiap karyawan secara berkala.
Pada tahun 2005, mereka telah mengembangkan program sukarela yang
menawarkan berbagai pendidikan dan bantuan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan yang diidentifikasi dalam pemeriksaan kesehatan. Sejalan dengan
misi sosial brand, Unilever aktif bekerja sama dengan berbagai organisasi
kesehatan dan lingkungan internasional. Unilever bekerja erat dengan BPOM
ketika mereka mengembangkan standar pengawasan paska pemasaran atau
Post Marketing Surveillance (PMS) bekerja sama dengan Badan Kosmetika
ASEAN. Standar ini akan diterapkan pada 2008, yang akan menyelaraskan
distribusi produk kesehatan, kebersihan dan obat-obatan di negara-negara
ASEAN. Unilever berupaya mengembangkan karyawan dengan
meningkatkan kemampuan intelektual dan ketrampilan karyawan serta
mendekati secara emosional dan spiritual untuk merangkul hati para
karyawannya. Permasalahan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan pun
dimasukkan ke dalam bagian pabrik pada Perjanjian Kerja antara Unilever dan
serikat karyawan. Pada tahun 2006, Unilever membentuk inisiatif dengan
fokus khusus pada keselamatan di perjalanan, termasuk bagi para pengendara
sepeda motor. Para karyawan seharusnya tidak hanya memiliki tempat kerja
yang aman, melainkan juga dapat sampai ke tempat kerja dengan aman. Bagi
para staf penjualan, program ini mencakup cara berkendara yang benar dan
penyediaan perlengkapan keselamatan seperti helm bagi para karyawan.
Pada awalnya terdapat kontroversi bahwa Unilever merupakan
perusahaan penyumbang limbah plastik yang berlebihan, namun dari Pihak
Unilever sendiri mengatakan bahwa mereka berusaha berinovatif mengurangi
dampak negative dari limbah serta penggunaan plastik mereka. Lalu dari hasil
pengamatan terhadap official website Unilever menunjukkan bahwa Unilever
telah mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan
program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan,
kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial. Sehingga PT Unilever Indonesia
Tbk tidak sepenuhnya melanggar Etika Lingkungan dan menerapkan aturan
CSR yang seharusnya berlaku.
Dengan memberlakukan bisnis yang ramah lingkungan dan
memedulikan etika lingkungan sesuai dengan CSR, perusahaan tersebut dapat
memiliki ketahanan bisnis meskipun di tengah situasi ekonomi yang tidak
stabil. Perusahaan tetap dapat menunjukan kinerja yang semakin baik dari
hasil laporan keuangan di mana kinerja keungan dapat menjadi semakin baik.
Pelaksanaan eko bisnis telah menciptakan Brand Awareness yang membuat
konsumen sadar akan kehadiran berbagai brand dari suatu perusahaan.
Melihat dampak yang baik akibat pelaksanaan eko bisnis di tengah
perekonomian yang tidak menentu beserta isu – isu lingkungan hidup yang
semakin tinggi, alangkah baiknya apabila suatu perusahaan menerapkan
konsep ramah lingkungan dalam menjalankan bisnisnya.
2.7 Studi Kasus pada PT.Tekstil Sejahtera Alam
PT. Tekstil Sejahtera Alam adalah sebuah perusahaan Tekstil yang telah berdiri selama
12 tahun. Berkedudukan di Tanggerang, Indonesia. Aktivitas perusahaan selama 10 tahun
yang lalu tidak begitu menunjukkan peningkatan profit yang luar biasa. Artinya produksi
perusahaan selama itu dianggap mampu memberi pendapatan profit namun belum
menunjukkan tingkat perolehan pendapatan yang bisa dipakai untuk membiayai ekspansi
perusahaan. Contohnya ketika perusahaan membutuhkan mesin baru dan mobil operasional
maka pihak manajemen memutuskan untuk meminjam ke perbankan dan menyelesaikan
pembayaran dengan mengkalkulasi penjualan dan penerimaan profit yang akan diterima.

Dalam 2 (dua) tahun terakhir pihak emilik perusahaan (owners) sudah menempatkan
manajer baru yang dianggap lebih gesit dan penuh terobosan. salah satu hasil terobosan
bisnis adalah perusahaan memiliki kontrak bisnis dengan 20 Sekolah Dasar untuk memasok
pakaian olah raga.
Beberapa warga yang tinggal di kawasan dekat PT.Tekstil Sejahtera Alam sering
mengeluhkan tentang tingkat pencemaran air sungai yang selama ini dipakai untuk
membuang limbah pabrik. termasuk mereka yang selama ini tergantung pada air sungai
untuk dipakai sebagai kebutuhan sehari- hari tidak bisa dipakai lagi. Juga mereka yang
dulunya memelihara ikan air tawar yang sumber air dari sungai juga tidak bisa dilakukan
lagi. Sehingga otomatis kerugian warga akibat aktivitas pabrik dirasa sekali. Apalagi jika
PT. Tekstil Sejahtera Alam melakukan peningkatan produksi. Dan PT. Tekstil Sejahtera
Alam sampai sejauh ini belum memiliki alat yang paling efektif untuk memfilter atau
menetralisir pembuangan limba pabrik secara modern.
Pertama, bagi pihak manajemen PT. Tekstil Sejahtera Alam harus bisa menyediakan alat
penetralisir limbah pabrik yang berteknologi modern dan bersifat ramah lingkungan. Kedua,
pihak manajemen PT. Tekstil Sejahtera Alam harus melakukan pendataan terhadap berbagai
bentuk kerusakan yang telah ditimbulkan selama ini dan itu berakibat kerugian finansial ke
masyarakat sekitar. Selanjutnya hasil pendataan tersebut dijadikan sebagai rujukan untuk
mengganti kerugian secara finansial. Dengan kata lain pihak manajemen PT. Tekstil
Sejahtera Alam harus bisa mengalokasikan sejumlah dana demi membagun citra positif di
mata masyarakat. Ketiga, menyangkut dengan perubahan konsep manajemen yang telah
diterapkan selama ini, yaitu jika dianggap salah maka harus secepatnya untuk dilakukan
perubahan. Perubahan itu dibuat dalam rangka keinginan menempatkan perusahaan sebagai
perusahaan yang bernilai bonafid di mata konsumen dan masyarakat. Adapun bentuk
pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan itu adalah sudah jelas yaitu perusahaan
dalam melaksanakan operasi pabrik tidak mengindahkan nilai- nilai etika bisnis yaitu
menyebabkan terjadinya pencemaran sungai atau perusakan lingkngan, dan lebih jauh telah
menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Dan juga, perusahaan sebaiknya tempat pengolahan
limbah pabrik harus dibuat dan perusahaan harus menyediakan anggaran khusus untuk
penanganan persoalan limbah pabrik baik untuk yang bersifat jangka pendek maupun yang
jangka panjang.
Hubungan dengan etika lingkungan nya adalah beberapa warga yang tinggal di
kawasan dekat dengan lokasi PT. Tekstil Sejahtera Alam sering mengeluhkan kondisi
tersebut, termasuk mereka yang selama ini tergantung pada air sungai untuk dipakai sebagai
kebutuhan sehari- hari tidak bisa dipakai lagi. Juga mereka yang dulunya memelihara ikan
air tawar yang sumber air dari sungai juga tidak bisa dilakukan lagi. Sehingga otomatis
kerugian warga akibat aktivitas pabrik dirasa sekali. Apalagi jika PT. Tekstil Sejahtera Alam
melakukan peningkatan produksi. Dan PT. Tekstil Sejahtera Alam sampai sejauh ini belum
memiliki alat yang paling efektif untuk memfilter atau menetralisir pembuangan limbah
pabrik secara modern.
Karna bentuk pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan itu adalah sudah jelas
yaitu perusahaan dalam melaksanakan operasi pabrik tidak mengindahkan nilai- nilai etika
bisnis yaitu menyebabkan terjadinya pencemaran sungai atau perusakan lingkngan, dan
lebih jauh telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Jadi yang harus dilakukan oleh perusahaan sebaiknya tempat pengolahan limbah pabrik
harus dibuat dan perusahaan harus menyediakan anggaran khusus untuk penanganan
persoalan limbah pabrik baik untuk yang bersifat jangka pendek maupun yang jangka
panjang.

2.8 Studi Kasus pada PT. Lapindo Brantas


PT.Lapindo Brantas merupakan perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS),
dalam hal ini berarti PT.Lapindo Brantas bekerja sama dengan Pemerintah Republik
Indonesia melalui Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Pasal 1 serta
pasal 6 dimana PT.Lapindo Brantas memiliki izin untuk mengelola suatu blok atau wilayah
kerja,melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi minyak dan gas bumi. berdasarkan hasil
informasi yang dipublikasikan oleh pihak SKK Migas, PT.Lapindo Brantas dalam pembagian
Wilayah kerja mendapatkan BRANTAS BLOCK, ONS & OFF. EAST JAVA atau BLOK
Brantas,Sidoarjo,Jawa Timur.
Bakrie Group yang mengendalikan aspek hulu unit Migas Energi Mega Persada
membentuk PT Lapindo Brantas pada tahun 1996 dengan membeli saham Huffington
Corporations yang dimiliki oleh Amerika, serta perusahaan pengapalan Blok Brantas di Jawa
Timur, Indonesia. Kepemilikan PT Lapindo Brantas kemudian dibagi antara Santos (18%)
dan Medco (32%). Blok Brantas seluas 15.000 km2 diberikan oleh Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (dulunya disebut Pertamina) pada tahun 1990.
Setelah dua kali penyerahan wajib, wilayah KK milik Lapindo Brantas menjadi seluas 3.050
km2. Kontrak Pembagian Produksi Brantas telah mengebor (8) sumur eksplorasi dari tahun
1993 hingga 2001, yang berujung kepada ditemukannya ladang gas Wunut 30 km di selatan
Surabaya. Ladang Wunut mulai diusahakan pada bulan Januari 1999. Saat ini, ada berbagai
ladang prospek yang menjanjikan yang telah ditemukan.
pada pertengahan 1990 lapindo brantas membeli kontrak dari HUFFCO Indonesia
atau Huffington Company Indonesia yang notabene menandatangani Kontraktor Kontrak
Kerja Sama yang ditujuk oleh BPMIGAS dan PT Lapindo Brantas melanjutkan kegiatan
pengeboran yang sebelumnya dilakukan oleh Huffington Company Indonesia. lalu pada
tahun 2006 kegiatan pengeboran ini pun dihentikan karena terjadi semburan lumpur
panas, selanjutnya pada tahun 2016, Kepala Bidang ESDM Dinas Koperasi, Perdagangan,
Perindustrian, dan ESDM Sidoarjo, Agus Darsono, mengatakan cadangan gas yang ada di
wilayah Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai 8 triliun standar kaki
kubik. Persiapan pengeboran sudah dilakukan PT. Lapindo Brantas Inc dengan melakukan
pengurukan tanah, namun kegiatan tersebut dihentikan serta Belum diketahui pasti
apakah penghentian itu disebabkan pemerintah menyetop rencana pengeboran, yang pasti
warga menolak jika akan ada pengeboran ulang yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas
didaerah mereka. kontak yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas dengan Pemerintah akan
berahkir pada tahun 2020,oleh karena itu pada tahun 2018 para operator eksisting di Blok
ini pun mengajukan izin perpanjangan kontrak kepada pemerintah mengikuti skema gross
split atau bagi hasil kotor. Permintaan itu disetujui dan kontrak diperpanjang sampai 20
tahun ke depan hingga 2040.
Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi
suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi area persawahan, pemukiman
penduduk dan kawasan industri. Hal ini wajar mengingat volume lumpur diperkirakan
sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690 truk
peti kemas berukuran besar). Akibatnya,

semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun
bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur:

1. Genangan hingga setinggi 6 meter pada pemukiman


2. Total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa.
3. Rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit
4. Areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha
5. Lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan
merumahkan lebih dari 1.873 orang
6. Tidak berfungsinya sarana pendidikan
7. Kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi
8. Rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)
9. Terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula terhadap
aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini
merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur

Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial banjir


lumpur tidak bisa dipandang remeh. Setelah 28 lebih dari 100 hari tidak menunjukkan
perbaikan kondisi, baik menyangkut kepedulian pemerintah, terganggunya
pendidikan dan sumber penghasilan, ketidakpastian penyelesaian, dan tekanan psikis
yang bertubi-tubi, krisis sosial mulai mengemuka. Perpecahan warga mulai muncul
menyangkut biaya ganti rugi, teori konspirasi penyuapan oleh Lapindo,6 rebutan truk
pembawa tanah urugan hingga penolakan menyangkut lokasi pembuangan lumpur
setelah skenario penanganan teknis kebocoran 1 (menggunakan snubbing unit) dan 2
(pembuatan relief well) mengalami kegagalan. Akhirnya, yang muncul adalah konflik
horisontal.

hingga saat ini, masih banyak warga terdampak lumpur lapindo yang
mempertanyakan nasib ganti rugi yang mereka terima, pada april 2019, pihak dari
PT.Lapindo Brantas sudah menyatakan tidak mampu lagi untuk membayar sisa ganti
rugi bagi warga terdampak lumpur lapindo. urusan ganti rugi ini belum juga tuntas
hingga saat ini,sebelumnya PT. Lapindo Brantas yang saham atau aset kepemilikan
terbesarnya dimiliki oleh Bakrie Group itu sebenarnya telah sepakat membayar ganti
rugi sebesar 3,8 Triliun berdasarkan peta area sebaran lumpur yang ada. pada awal
tahun 2019,lapindo telah mengeluarkan 3,03 Triliun serta sisa sebesar 827 Miliar
yang dibayarkan menggunakan dana talangan dari pemerintah.
selain itu,warga banyak menderita karena uang ganti rugi yang dibayarkan hanya
untuk keperluan materi saja bukan memperhitungkan kerugian non-materi yang
diderita oleh para korban. sampai pada awal tahun 2020, masih banyak tunggakan
yang dimiliki Lapindo yang harus dibayarkan,yaitu sebanyak 121 berkas termasuk
berkas korban yang masuk pada peta area terdampak.
dalam sebuah studi terbaru berisi para peneliti dalam serta luar negeri yang
dipimpin oleh Adriano Mazzini dari Centre for Earth Evolution and
Dynamics(CEED) telah memantau serta menganalisis Lumpur Sidoarjo (LUSI)
menunjukan bahwa fenomena geologi ini dipicu oleh tekanan fluida tinggi yang
terjadi pada bebatuan sendimen dan suhu tinggi akibat interaksi dengan gunung api
magmatik di sekitarnya. gas yang dikeluarkan oleh Lumpur Lapindo/Sidoarjo ini
mengandung banyak Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4) yang notabene
merupakan penyumbang gas rumah kaca,gas ini keluar dari pusat kawah lalu
menyebar di area seluar 7,5 Km persegi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa estimasi
terbaru dari emisi metana geologi global per tahun, berdasarkan radiokarbon di inti es
era pra-industri (berkisar antara 100.000 hingga 5.400.000 ton CH4 per tahun), emisi
ini dianggap konsisten secara proporsional dengan tingkat fluks metana (yang disebut
"faktor emisi") yang biasanya dilepaskan oleh manifestasi gas alam terestrial lain
yang serupa (misalnya, gunung lumpur, sistem rembesan metana besar). Jika semua
lokasi semacam ini ini digabungkan secara global, estimasi global secara keseluruhan
akan menghasilkan total output sekitar 40-50 juta gas metana ton per tahun.
jika diruntut dari kejadian diatas serta bukti yang diberikan oleh warga terdampak
terutama terhadap kesanggupan membayar ganti rugi, dapat dilihat bahwa pemerintah
sebagai pihak penyelenggara serta PT. Lapindo Brantas sebagai eksekutor tambang
setengah mati dalam membayar ganti rugi kepada warga terdampak baik secara
materi maupun non-materi. padahal jika ditelisik lagi mereka lah yang melakukan hal
tersebut mereka yang menambang, mengambil, serta mengeksploitasi wilayah dengan
dalih
pengambilan sumber daya alam demi mewujudkan bangsa yang maju serta demi
kepentingan masyarakat, tapi seperti kata pepatah "ada udang dibalik batu" hal hal
tersebut wajib dipertanyakan sebab pada implementasinya, merekalah yang
memegang kepentingan kepentingan bukan ditangan rakyat tetapi ditangan para
pemilik tambang tersebut, banyak yang menjadi korban atas keganasan orang orang
yang haus entah apa itu namanya.
kepentingan rakyat terkesan hanya dijadikan sebagai dalih dalam mem perah wilayah
tertentu. pada kasus lumpur lapindo ini, jelas bahwa pihak terkait telah bersalah serta
melanggar prinsip prinsip dalam etika lingkungan, dalam pasal 67 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 pun telah diacuhkan dan terbukti hingga saat ini kasus lumpur
lapindo masih terus bergulir dan masih menjadi perhatian internasional terutama
tentang lingkungan, Dalam Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 pun PT
Lapindo Brantas melanggar dikarenakan tidak menjalankan tanggung jawab sosial
dan lingkungan dengan baik sehingga harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
etika lingkungan yang cocok disandingkan dalam kasus ini serta kasus pencemaran
lingkungan lainnya ialah Antroposentrisme, ego manusia telah merusak segalanya
merasa lebih superior dari makhluk lain dan menganggap merekalah yang menjadi
pusat dari segala aktifitas, karena pemikiran yang seperti inilah yang mengakibatkan
banyak bukan hanya manusia tetapi makhluk lainnya menderita.
Perusahaan Lapindo Brantas telah melakukan usaha penanggulangan terhadap
lumpur panas di sidoarjo dengan mengeluarkan dana tidak kurang 140 juta dolar
Amerika. Berdasarkan laporan, PT Lapindo Brantas telah berusaha membangun
jaringan dam dan pelindung untuk menampung semburan lumpur panas dari tempat
pengeboran gas yang dilakukannya. Namun, pada tanggal 26 September 2006 dam
yang dibuat untuk melokalisasi lumpur panas telah jebol membanjiri lebih banyak
desa-desa sekitarnya. Namun yang tidak bisa dibantah adalah, penyelesaian ganti rugi
sampai saat inipun belum diselesaikan dengan baik.
Bantuan sosial ditujukan untuk mengurangi dampak sosial pada kondisi darurat, baik
yang terjadi karena dampak semburan maupun penurunan tanah, serta melaksanakan
tindakan berjaga-jaga sebagai bentuk kesiapsiagaan apabila terjadi bencana.
Kesiapsiagaan ini perlu terus dikembangkan dengan mengingat bahwa hingga kini
sumber bencana masih belum berhenti.
1. Melaksanakan pengawasan pemberian bantuan social
Pemberian bantuan sosial dilaksanakan oleh PT Minarak Lapindo Jaya. Besaran
bantuan sosial yang diberikan kepada warga desa terdampak adalah (1) jaminan
hidup perjiwa sebesar RP. 300.000.00 selama 9 bulan (2) uang evakuasi per
kepala keluarga sebesar RP.500.000.00 dan (3) uang kontrak per kepala keluarga
sebesar RP.5.000.000.00 untuk 2 tahun.

2. Melaksanakan pemantauan pelaksanaan evakuasi warga korban luapan lumpur


Menurut data Timnas pelaksanaan evakuasi korban lumpur ke Pasar Porong Baru
dilaksanakan dalam tiga tahap. Pengungsi tahap pertama, periode bulan Juni s/d
Oktrober 2006 yang berasal dari Kelurahan Siring, Jatirejo, Desa Kedungbendo,
dan Renokenongo berjumlah 3080KK/11.456 jiwa. Pengungsi tahap kedua,
periode November 2006 s/d April 2007 berasal dari Desa Kedungbendo
(Perumtas I, Perum Citra Pesona), Ketapangkeres, Kalitengah, dan Glagaharum,
berjumlah 4.350 KK/16.525. Dari sebanyak 210 KK/1758 jiwa merupakan
penduduk musiman. Setelah mendapatkan bantuan sosial yang berupa uang
kontrak rumah, jaminan hidup dan biaya pindah, kecuali penduduk musiman tidak
diberikan jaminan hidup, mereka bersedia meninggalkan Pasar Porong Baru.
Namun pengungsi tahap ketiga, periode April s/d 8 Juni 2008 yang berasal dari
Desa Renokenongo, berjumlah 867 KK/2924 Jiwa tidak bersedia menerima
bantuan sosial, mereka memilih untuk tetap tinggal di Pasar Porong Baru, serta
menolak skema penanganan masalah sosial kemasyarakatan yang dituangkan
dalam Perpres No. 14 tahun 2007.

3. Bantuan Sosial Berdasarkan Perpres 48/2008


Bantuan sosial yang diamanahkan oleh Perpres 48 / 2008 adalah bantuan sosial
untuk warga di 3 Desa yaitu Desa Besuki, Desa Kedungcangkring, dan Desa
Pejarakan. Bantuan sosial untuk warga didesa di atas diberikan karena adanya
rencana pemerintah untuk memanfaatkan desa tersebut sebagai kolam penampung
lumpur sebelum dialirkan ke sungai Kali Porong. Sesuai dengan jadwal waktu
yang ditetapkan, proses pencairan dana bantuan sosial telah dapat diselesaikan
pada tanggal 28 September 2007 sehingga bantuan sosial yang berupa bantuan
kontrak rumah dan biaya pindah telah diberikan kepada 1.666 Kepala Keluarga di
tiga desa yaitu Kedungcangkring 151 KK, Besuki 1.066 KK, dan Pejarakan 449
KK dengan dana bantuan yang berjumlah Rp. 4.998.000.000,-. Sedangkan
bantuan sosial yang berupa jaminan hidup diberikan kepada semua warga desa
yang namanya tervantum dalam Kartu Keluarga sebanyak 6.094 Jiwa, dengan
nilai uang sebesar RP. 1.828.200.000.

4. Bantuan Air Bersih


Bantuan air bersih diberikan kepada warga di 12 desa/kelurahan yang sumber
airnya tercemar, yaitu Siring, Jatirejo, Renokenongo, Kedungbendo, Ketapang,
Kalitengah, Gemplosari, Glagaharum, Besuki, Kedungcangkring, Pejarakan, dan
Mindi. Pelaksanaan pekerjaan dimulai tanggal 14 April 2008. Bantuan air bersih
ditujukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dengan jatah tiap jiwa 20
liter/hari.
5. Bantuan Pemberdayaan
Pada tahun 2007 Bantuan Pemberdayaan diberikan berupa peralatan parutan
kelapa kepada sebanyak 50 orang, yang berada di Besuki, Mindi, Pejarakan,
Kedungcangkring, Gempolsari, dan Glagaharum. Lebih lanjut lagi, Di dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(selanjutnya kita sebut dengan UU 23/1997), tertulis "Pembangunan tidak lagi
menempatkan sumber daya alam sebagai modal, tetapi sebagai suatu kesatuan
ekosistem yang didalamnya berisi manusia, lingkungan alam dan/atau buatan
yang membentuk kesatuan fungsional, saling terkait dan saling tergantung dalam
keteraturan yang bersifat spesifik berbeda dari satu tipe ekosistem ke tipe
ekosistem lain". Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik,
terpadu, holistik, dan berdimensi ruang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Insiden LUSI yang telah
meluluhlantakkan infrastruktur yang ada telah memaksa 13.000 orang untuk
mengungsi dari delapan desa, menenggelamkan 4 desa dan 25 pabrikm,
memusnahkan sawah, tambak ikan dan udang, menimbulkan dampak dan
kerugian ekonomi bagi masyarakat, kerusakan lingkungan fisik dan manusia,
belum ditangani secara hukum dengan baik dan sistem CSR yang dilakukan PT
Lapindo kurang berjalan secara efektif dan tepat guna serta terkesan PT Lapindo
setengah-setengah menyelesaikan kewajibannya oleh sebab itu perlu adanya
intervensi dari pemerintah pusat dari sisi penanganan social.
6. Program Bina Lingkungan
Lapindo Brantas hidup dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat di
daerah operasinya. Melalui membangun hubungan yang saling menguntungkan
dengan masyarakat, Lapindo Brantas berharap untuk memberikan masyarakat
dengan kualitas hidup yang lebih baik.
Empat program Tanggung Jawab Sosial (CSR) utama PT. Lapindo Brantas :
 Pemberdayaan Ekonomi: Dengan berbagai kegiatan termasuk memberikan
lokakarya di bordi, pembuatan sepatu, membuat teka-teki dan kerajinan
lainnya, serta memberikan bantuan untuk pengembangan Kopreasi Unit
Desa(KUD).
 Peningkatan Infrastruktur: Peningkatan infrastruktur pedesaan jalan,
rekonstruksi limbah desa dan fasilitas drainase, dan perbaikan sistem
penerangan jalan desa.
 Pendidikan dan Kesehatan: Termasuk renovasi sekolah
 menyediakan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, penyuluhan kesehatan,
kesadaran dan pencegahan demam berdarah, donor darah, dan khitanan
massal(memenuhi persyaratan agama).
 Umum dan Fasilitas Sosial Dukungan: Rekonstruksi sumur air dan
renovasi balai desa; agama dan fasilitas olahraga.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga.
2. Manusia adalah bagian dari lingkungan yang tidak bisa dipisahkan, maka diperlukan
menjaga, menyanyangi, dan melestarikan lingkungan.Karena lingkungan ini
diciptakan tidak hanya untuk manusia saja, tetapi seluruh komponen alam di dunia
ini.
3. Etika lingkungan disebut juga etika ekologi. Etika ekologi dibedakan menjadi etika
ekologi dangkal dan etika ekologi dalam.
4. Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan
bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, sedangkan etika
ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan.
5. Teori lingkungan diantaranya adalah: Neo-Utilitarisme, Biosentrisme, Ekosentrisme,
Zoosentrisme, dan hak asasi alam.
6. Prinsip-prinsip lingkungan adalah: sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab,
solidaritas, kasih saying dan kepedulian, tidak merugikan alam secara tidak perlu,
hidup sederhana dan selaras dengan alam, keadilan, demokrasi, dan integritas moral.
7. Dasar etika, dalam mewujudkan kesadaran masyarakat meliputi dasar pendekatan
ekologis, dasar pendekatan humanisme, dan dasar pendekatan teologis.
8. Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman
resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata
kelola perusahaan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial. Sehingga, PT
Unilever Indonesia Tbk tidak sepenuhnya melanggar Etika Lingkungan dan juga
menerapkan aturan CSR yang seharusnya berlaku.
9. Bentuk pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan PT. Tekstil Sejahtera
Alam yaitu perusahaan dalam melaksanakan operasi pabrik tidak mengindahkan
nilai- nilai etika bisnis yaitu menyebabkan terjadinya pencemaran sungai atau
perusakan lingkngan, dan lebih jauh telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Sehingga PT. Tekstil Sejahtera Alam tidak sepenuhnya menerapkan Etika
Lingkungan dan juga tidak menerapkan aturan CSR yang berlaku.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, kami akan terus memperbaiki laporan dengan mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan laporan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Ade., dan Harmoni, Ati. (2008). Pengungkapan Corporate Social Resposibility
(CSR) pada Official Website Perusahaan Studi pada PT. Unilever Indonesia Tbk.
Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008), 476-
481.
Bangazul.com (2018, 7 Januari). Dasar Hukum CSR. Diakses pada 12 April 2021, dari
https://bangazul.com/dasar-hukum-csr/.

Hukumonline.com (2013, 3 November). Aturan-aturan Hukum Corporate Social


Responsibility. Diakses pada 12 April 2021 dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-
corporate-social-responsibility/.

Internasional.kompas.com (2019, 03 Maret). Monster Plastik, Bentuk Protes Greenpeace


kepada Unilever dan Nestlé. Diakses pada 8 April 2021, dari
https://internasional.kompas.com/read/2019/03/27/14170361/monster-plastik-bentuk-protes-
greenpeace-kepada-unilever-dan-nestl?page=all.

Ptppi.co.id. (2020). Produk Unilever. Diakses pada 8 April 2021, dari


https://www.ptppi.co.id/produk/produk-unilever/.

Slideshare.net (2015, 08 Februari ). Analisa Etika Lingkungan pada PT Unilever. Diakses


pada 9 April 2021, dari https://www.slideshare.net/ezechielecarl/analysunilever.

Unilever.co.id. (2021). Hadirnya Unilever di Indonesia. Diakses pada 8 April 2021, dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-history/.

Unilever.co.id. (2021). Tentang Unilever Indonesia. Diakses pada 8 April 2021, dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/introduction-to-unilever-indonesia/.

Unilever.co.id. (2021). Tindakan Nyata Dalam Mencapai Visi Misi Kami. Diakses pada 8
April 2021, dari https://www.unilever.co.id/planet-and-society/our-vision-in-action.html.

Yusiana, dkk.. (2015). Pengaruh Green Marketing dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Unilever. Ecodemica, 3, 540-541.
Wikipedia.com (2021). Etika Lingkungan. Diakses pada 7 April 2021, dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etika_lingkungan#:~:text=Undang-Undang%20Tentang
%20Etika%20Lingkungan%20Hidup,-Undang-undang%20tentang&text=Pasal
%2067.%20Setiap%20orang%20berkewajiban,dan%2Fatau%20kerusakan%20lingkungan
%20hidup.

Anda mungkin juga menyukai