PENGANTAR BISNIS
“ETIKA BIDANG LINGKUNGAN”
Disusun Oleh :
Ahmad Zacky Indra G. (2009116024)
Alda Novianty (2009116018)
Fahreza Ramadani (2009116010)
Faradhiba Virgina (2009116048)
Ghalda Mellyka (2009116029)
Hani Purwanti (2009116032)
Jufri Naldi (2009116027)
Maulidya Cahya D. (2009116035)
Said Nabil Hasan A. (2009116006)
Sharfina Erma Nurgianti (2009116036)
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................3
1.2 Tujuan.........................................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Pengertian.................................................................................................................5
2.2 Jenis-Jenis Etika.......................................................................................................7
2.3 Teori Etika Lingkungan........................................................................................10
2.4 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan.....................................................................11
2.5 Pasal – Pasal Etika Lingkungan dan Aturan CSR..............................................16
2.6 Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk.....................................................24
2.7 Studi Kasus pada PT.Tekstil Sejahtera Alam......................................................35
2.8 Studi Kasus pada PT. Lapindo Brantas..............................................................38
BAB III.....................................................................................................................................48
PENUTUP.........................................................................................................................48
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................48
3.2 Saran.......................................................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etikadan Lingkungan. Etika berasal
dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori
mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan.
Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya
suattindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan
adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan
moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar
setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga
keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan
moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya, etika lingkungan diperlukan agar
setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga
keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan
sebagai berikut:
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehingga
perlumenyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga
terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energi.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk
hidup yang lain.
Di samping itu, Etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia
terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta,
yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara
manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.
2.2 Jenis-Jenis Etika
5. Hak Asasi Alam. Makhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun
makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan berkembang.Makhluk
hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai hak, meskipun mereka tidak dapat
bertindak yang berlandaskan kewajiban. Mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini.
Maka mereka juga mempunyai hak untuk hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip
nilai intrinsik yang menyatakan bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas bumi
bernilai. Dengan demikian, pembabatan hutan secara tidak proporsional dan penggunaan
binatang sebagai obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.
7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan pengelplaan dan pelestarian
serta pemanfaatan sumber daya alam.Dalam prinsip ini kita perlu memerhatikan
kepentingan masyarakatadat secara lebih khusus, karena dalam segi pemanfaatan sumber
daya alam dibandingkan dengan masyarakat modern akan kalah dari segi permodalan,
teknologi, informasi dan sebagainya, sehingga kepentingan masyarakat sangat rentan dan
terancam.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas.
Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan
pluraritas. Prinsip ini sangat relevan dengan pengam-bilan kebijakan di bidang
lingkungan, dan memberikan garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan hidup.
Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu:
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas yangmemungkinkan
nilai lingkungan hidup mendapat tempat untuk diperjuangkan sebagai agenda
politik dan ekonomi yang sama pentingnya dengan agenda lain.
b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok masyarakat
dalam bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dankelompok masyarakat, berpartisipasi dalam
menentukan kebijakan publik dan memperoleh manfaatnya.
d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.
e. Adanya akuntabilitas publik.
9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, agar mempunyai sikap dan perilaku moral
yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan
kepentingan publik, untuk menjamin kepentingan di bidang lingkungan.
Sedangkan para penganut deep ecology menganut delapan prinsip,
diantaranya yaitu :
1) Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi ataupun bukan di
bumi mempunyai nilai intrinsic
2) Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidupmenyumbangkan kepada
terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri.
3) Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman ini, kecuali
untuk memenuhi kebutuhan vitalnya.
4) Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocok-kan
dengan dikuranginya secara substansial jumlah penduduk.
5) Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia kini terlalu besar
6) Kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-struktur dasar di
bidang ekonomis, teknologis, dan ideologis.
7) Perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan dan bukan
berpegang pada standar hidup yang semakin tinggi.
8) Mereka yang menyetujui butir-butir sebelumnya berkewajiban secara langsung
dan tidak langsung untuk berusaha mengadakan perubahan-perubahan yang
perlu.
2) Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
(a) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu,
(b) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup, dan
(c) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
3) Pasal 69
Setiap orang dilarang:
(a) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup,
(b) Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(c) Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(d) Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(e) Membuang limbah ke media lingkungan hidup,
(f) Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup,
(g) Melepaskan produk rekayasa genetic ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan,
(h) Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar,
(i) Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal,
(j) Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
- Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada bagian pertama
dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua dibahas tentang sanksi
administratif yaitu:
1) Pasal 76
- Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
- Sanksi administratif terdiri atas:
a) Teguran tertulis,
b) Paksaan pemerintah,
c) Pembekuan izin lingkungan, dan
d) Pencabutan izin lingkungan.
2) Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja
tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3) Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana.
4) Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan
apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan
pemerintah.
5) Pasal 80
I. Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b
berupa:
a) Penghentian sementara kegiatan produksi,
b) Pemindahan sarana produksi,
c) Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi,
d) Pembongkaran,
e) Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran,
f) Penghentian sementara seluruh kegiatan, dan g) Tindakan yang
bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan pemulihkan
fungsi lingkungan hidup.
6) Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan
pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.
7) Pasal 82
I. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya.
II. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota berwenang atau dapat menunjuk pihak
ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
8) Pasal 83.
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pasal 21, … Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil
dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi
lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah
penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba
bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk
Program Bina Lingkungan.
- penanaman pohon,
- pendidikan gizi terhadap anak – anak sekolah dasar dalam kaitannya dengan Hari
Pangan Sedunia,
- acara penggalangan dana Walk the World dan
- edukasi mengenai pemakaian biopi di halaman depan dan pekarangan – pekarangan
rumah warga untuk meningkatkan resapan air.
3) Pengelolaan dan Pendaur Ulangan Limbah “Creating a Better Future Every Day”
yaitu:
- Mendaur ulang kemasan
- Injeksi bahan bakar
- Memperkecil ukuran kemasan dan mengurangi lapisan pada kemasan sachet
(shampoo)
- Mengurangi ketebalan kemasan (es krim)
- Mengurangi berat kaleng/kemasan (produk perawatan rambut dan kulit)
4) LITTERBUG DAN TRASHION (Trash and Fashion) Melalui program TRASHION,
mereka telah mengumpulkan 300.000 kg sampah dan program tersebut dapat
mendorong wanita Indonesia untuk menjadi pengusaha sampah/limbah. Program
Bank Sampah/limbah (Waste Bank) dioperasikan di 10 kota besar dan secara intensif
di Jakarta dan Surabaya. Sistem ini memampukan masyarakat untuk mengumpulkan
sampah non organik dan menjualnya, sehingga mereka dapat memiliki deposit di
Bank Sampah/limbah (Waste Bank). Hingga sekarang Unilever Indonesia sudah
membantu 390 Bank Sampah/limbah.
5) Partnership Untuk GHG, program masyarkat pengelolaan limbah dan air, mereka
bekerja sama dengan pemerintah local dan Indonesian Women Association (PKK)
sebagai partner mereka dalam memastikan keberlangsungan konservasi air dan
perilaku ramah lingkungan di masyarakat. Unilever Indonesia juga bekerja sama
dengan 3 media besar Indonesia– Kompas Daily, MetroTV, Female Radio – dan
perusaah negara seperti Perusahaan Minyak dan Gas, PT Pertamina,. Kegiatan
partnership tersebut telah berkembang menjadi besar dan juga merangkul perusahaan
lain seperti National Panasonic, Aqua Danone, yang mana partnership ini disebut
Green Initiative Forum (GIF).
6) Mengurangi Emisi Greenhouse Gas (GHG) Sejak tahun 2008, PT UNILEVER telah
secara aktif mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat
melalui kamanya lingkungan dan gerakan untuk mengurangi pemanasan global.
7) Melalui program sukarelawan Unilever, mereka mengundang semua staf untuk
berpatisipasi dalam tindakan sederhana namun memberikan dampak yang cukup
nyata untuk mengurangi emisi melalui kegiatan menanam pohon, yang mana telah
tertanam 15.000 pohon. Juga pada tahun 2010 mereka bekerja sama dengan Radio
Hijau dan mengadopsi area hutan khusus di Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat, di
mana mereka menanam 5.000 pohom. Program menanam pohon ini akan terus
berlanjut ke depannya. Secara keseluruhan ada 500.000 pohon yang berhasil ditanam
melalui program sukarelawan Unilever.
2. Kebijakan Lingkungan
3. Kebijakan Sosial
Dalam 2 (dua) tahun terakhir pihak emilik perusahaan (owners) sudah menempatkan
manajer baru yang dianggap lebih gesit dan penuh terobosan. salah satu hasil terobosan
bisnis adalah perusahaan memiliki kontrak bisnis dengan 20 Sekolah Dasar untuk memasok
pakaian olah raga.
Beberapa warga yang tinggal di kawasan dekat PT.Tekstil Sejahtera Alam sering
mengeluhkan tentang tingkat pencemaran air sungai yang selama ini dipakai untuk
membuang limbah pabrik. termasuk mereka yang selama ini tergantung pada air sungai
untuk dipakai sebagai kebutuhan sehari- hari tidak bisa dipakai lagi. Juga mereka yang
dulunya memelihara ikan air tawar yang sumber air dari sungai juga tidak bisa dilakukan
lagi. Sehingga otomatis kerugian warga akibat aktivitas pabrik dirasa sekali. Apalagi jika
PT. Tekstil Sejahtera Alam melakukan peningkatan produksi. Dan PT. Tekstil Sejahtera
Alam sampai sejauh ini belum memiliki alat yang paling efektif untuk memfilter atau
menetralisir pembuangan limba pabrik secara modern.
Pertama, bagi pihak manajemen PT. Tekstil Sejahtera Alam harus bisa menyediakan alat
penetralisir limbah pabrik yang berteknologi modern dan bersifat ramah lingkungan. Kedua,
pihak manajemen PT. Tekstil Sejahtera Alam harus melakukan pendataan terhadap berbagai
bentuk kerusakan yang telah ditimbulkan selama ini dan itu berakibat kerugian finansial ke
masyarakat sekitar. Selanjutnya hasil pendataan tersebut dijadikan sebagai rujukan untuk
mengganti kerugian secara finansial. Dengan kata lain pihak manajemen PT. Tekstil
Sejahtera Alam harus bisa mengalokasikan sejumlah dana demi membagun citra positif di
mata masyarakat. Ketiga, menyangkut dengan perubahan konsep manajemen yang telah
diterapkan selama ini, yaitu jika dianggap salah maka harus secepatnya untuk dilakukan
perubahan. Perubahan itu dibuat dalam rangka keinginan menempatkan perusahaan sebagai
perusahaan yang bernilai bonafid di mata konsumen dan masyarakat. Adapun bentuk
pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan itu adalah sudah jelas yaitu perusahaan
dalam melaksanakan operasi pabrik tidak mengindahkan nilai- nilai etika bisnis yaitu
menyebabkan terjadinya pencemaran sungai atau perusakan lingkngan, dan lebih jauh telah
menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Dan juga, perusahaan sebaiknya tempat pengolahan
limbah pabrik harus dibuat dan perusahaan harus menyediakan anggaran khusus untuk
penanganan persoalan limbah pabrik baik untuk yang bersifat jangka pendek maupun yang
jangka panjang.
Hubungan dengan etika lingkungan nya adalah beberapa warga yang tinggal di
kawasan dekat dengan lokasi PT. Tekstil Sejahtera Alam sering mengeluhkan kondisi
tersebut, termasuk mereka yang selama ini tergantung pada air sungai untuk dipakai sebagai
kebutuhan sehari- hari tidak bisa dipakai lagi. Juga mereka yang dulunya memelihara ikan
air tawar yang sumber air dari sungai juga tidak bisa dilakukan lagi. Sehingga otomatis
kerugian warga akibat aktivitas pabrik dirasa sekali. Apalagi jika PT. Tekstil Sejahtera Alam
melakukan peningkatan produksi. Dan PT. Tekstil Sejahtera Alam sampai sejauh ini belum
memiliki alat yang paling efektif untuk memfilter atau menetralisir pembuangan limbah
pabrik secara modern.
Karna bentuk pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan itu adalah sudah jelas
yaitu perusahaan dalam melaksanakan operasi pabrik tidak mengindahkan nilai- nilai etika
bisnis yaitu menyebabkan terjadinya pencemaran sungai atau perusakan lingkngan, dan
lebih jauh telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Jadi yang harus dilakukan oleh perusahaan sebaiknya tempat pengolahan limbah pabrik
harus dibuat dan perusahaan harus menyediakan anggaran khusus untuk penanganan
persoalan limbah pabrik baik untuk yang bersifat jangka pendek maupun yang jangka
panjang.
semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun
bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur:
hingga saat ini, masih banyak warga terdampak lumpur lapindo yang
mempertanyakan nasib ganti rugi yang mereka terima, pada april 2019, pihak dari
PT.Lapindo Brantas sudah menyatakan tidak mampu lagi untuk membayar sisa ganti
rugi bagi warga terdampak lumpur lapindo. urusan ganti rugi ini belum juga tuntas
hingga saat ini,sebelumnya PT. Lapindo Brantas yang saham atau aset kepemilikan
terbesarnya dimiliki oleh Bakrie Group itu sebenarnya telah sepakat membayar ganti
rugi sebesar 3,8 Triliun berdasarkan peta area sebaran lumpur yang ada. pada awal
tahun 2019,lapindo telah mengeluarkan 3,03 Triliun serta sisa sebesar 827 Miliar
yang dibayarkan menggunakan dana talangan dari pemerintah.
selain itu,warga banyak menderita karena uang ganti rugi yang dibayarkan hanya
untuk keperluan materi saja bukan memperhitungkan kerugian non-materi yang
diderita oleh para korban. sampai pada awal tahun 2020, masih banyak tunggakan
yang dimiliki Lapindo yang harus dibayarkan,yaitu sebanyak 121 berkas termasuk
berkas korban yang masuk pada peta area terdampak.
dalam sebuah studi terbaru berisi para peneliti dalam serta luar negeri yang
dipimpin oleh Adriano Mazzini dari Centre for Earth Evolution and
Dynamics(CEED) telah memantau serta menganalisis Lumpur Sidoarjo (LUSI)
menunjukan bahwa fenomena geologi ini dipicu oleh tekanan fluida tinggi yang
terjadi pada bebatuan sendimen dan suhu tinggi akibat interaksi dengan gunung api
magmatik di sekitarnya. gas yang dikeluarkan oleh Lumpur Lapindo/Sidoarjo ini
mengandung banyak Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4) yang notabene
merupakan penyumbang gas rumah kaca,gas ini keluar dari pusat kawah lalu
menyebar di area seluar 7,5 Km persegi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa estimasi
terbaru dari emisi metana geologi global per tahun, berdasarkan radiokarbon di inti es
era pra-industri (berkisar antara 100.000 hingga 5.400.000 ton CH4 per tahun), emisi
ini dianggap konsisten secara proporsional dengan tingkat fluks metana (yang disebut
"faktor emisi") yang biasanya dilepaskan oleh manifestasi gas alam terestrial lain
yang serupa (misalnya, gunung lumpur, sistem rembesan metana besar). Jika semua
lokasi semacam ini ini digabungkan secara global, estimasi global secara keseluruhan
akan menghasilkan total output sekitar 40-50 juta gas metana ton per tahun.
jika diruntut dari kejadian diatas serta bukti yang diberikan oleh warga terdampak
terutama terhadap kesanggupan membayar ganti rugi, dapat dilihat bahwa pemerintah
sebagai pihak penyelenggara serta PT. Lapindo Brantas sebagai eksekutor tambang
setengah mati dalam membayar ganti rugi kepada warga terdampak baik secara
materi maupun non-materi. padahal jika ditelisik lagi mereka lah yang melakukan hal
tersebut mereka yang menambang, mengambil, serta mengeksploitasi wilayah dengan
dalih
pengambilan sumber daya alam demi mewujudkan bangsa yang maju serta demi
kepentingan masyarakat, tapi seperti kata pepatah "ada udang dibalik batu" hal hal
tersebut wajib dipertanyakan sebab pada implementasinya, merekalah yang
memegang kepentingan kepentingan bukan ditangan rakyat tetapi ditangan para
pemilik tambang tersebut, banyak yang menjadi korban atas keganasan orang orang
yang haus entah apa itu namanya.
kepentingan rakyat terkesan hanya dijadikan sebagai dalih dalam mem perah wilayah
tertentu. pada kasus lumpur lapindo ini, jelas bahwa pihak terkait telah bersalah serta
melanggar prinsip prinsip dalam etika lingkungan, dalam pasal 67 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 pun telah diacuhkan dan terbukti hingga saat ini kasus lumpur
lapindo masih terus bergulir dan masih menjadi perhatian internasional terutama
tentang lingkungan, Dalam Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 pun PT
Lapindo Brantas melanggar dikarenakan tidak menjalankan tanggung jawab sosial
dan lingkungan dengan baik sehingga harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
etika lingkungan yang cocok disandingkan dalam kasus ini serta kasus pencemaran
lingkungan lainnya ialah Antroposentrisme, ego manusia telah merusak segalanya
merasa lebih superior dari makhluk lain dan menganggap merekalah yang menjadi
pusat dari segala aktifitas, karena pemikiran yang seperti inilah yang mengakibatkan
banyak bukan hanya manusia tetapi makhluk lainnya menderita.
Perusahaan Lapindo Brantas telah melakukan usaha penanggulangan terhadap
lumpur panas di sidoarjo dengan mengeluarkan dana tidak kurang 140 juta dolar
Amerika. Berdasarkan laporan, PT Lapindo Brantas telah berusaha membangun
jaringan dam dan pelindung untuk menampung semburan lumpur panas dari tempat
pengeboran gas yang dilakukannya. Namun, pada tanggal 26 September 2006 dam
yang dibuat untuk melokalisasi lumpur panas telah jebol membanjiri lebih banyak
desa-desa sekitarnya. Namun yang tidak bisa dibantah adalah, penyelesaian ganti rugi
sampai saat inipun belum diselesaikan dengan baik.
Bantuan sosial ditujukan untuk mengurangi dampak sosial pada kondisi darurat, baik
yang terjadi karena dampak semburan maupun penurunan tanah, serta melaksanakan
tindakan berjaga-jaga sebagai bentuk kesiapsiagaan apabila terjadi bencana.
Kesiapsiagaan ini perlu terus dikembangkan dengan mengingat bahwa hingga kini
sumber bencana masih belum berhenti.
1. Melaksanakan pengawasan pemberian bantuan social
Pemberian bantuan sosial dilaksanakan oleh PT Minarak Lapindo Jaya. Besaran
bantuan sosial yang diberikan kepada warga desa terdampak adalah (1) jaminan
hidup perjiwa sebesar RP. 300.000.00 selama 9 bulan (2) uang evakuasi per
kepala keluarga sebesar RP.500.000.00 dan (3) uang kontrak per kepala keluarga
sebesar RP.5.000.000.00 untuk 2 tahun.
3.1 Kesimpulan
1. Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga.
2. Manusia adalah bagian dari lingkungan yang tidak bisa dipisahkan, maka diperlukan
menjaga, menyanyangi, dan melestarikan lingkungan.Karena lingkungan ini
diciptakan tidak hanya untuk manusia saja, tetapi seluruh komponen alam di dunia
ini.
3. Etika lingkungan disebut juga etika ekologi. Etika ekologi dibedakan menjadi etika
ekologi dangkal dan etika ekologi dalam.
4. Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan
bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, sedangkan etika
ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan.
5. Teori lingkungan diantaranya adalah: Neo-Utilitarisme, Biosentrisme, Ekosentrisme,
Zoosentrisme, dan hak asasi alam.
6. Prinsip-prinsip lingkungan adalah: sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab,
solidaritas, kasih saying dan kepedulian, tidak merugikan alam secara tidak perlu,
hidup sederhana dan selaras dengan alam, keadilan, demokrasi, dan integritas moral.
7. Dasar etika, dalam mewujudkan kesadaran masyarakat meliputi dasar pendekatan
ekologis, dasar pendekatan humanisme, dan dasar pendekatan teologis.
8. Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman
resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata
kelola perusahaan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial. Sehingga, PT
Unilever Indonesia Tbk tidak sepenuhnya melanggar Etika Lingkungan dan juga
menerapkan aturan CSR yang seharusnya berlaku.
9. Bentuk pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan PT. Tekstil Sejahtera
Alam yaitu perusahaan dalam melaksanakan operasi pabrik tidak mengindahkan
nilai- nilai etika bisnis yaitu menyebabkan terjadinya pencemaran sungai atau
perusakan lingkngan, dan lebih jauh telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Sehingga PT. Tekstil Sejahtera Alam tidak sepenuhnya menerapkan Etika
Lingkungan dan juga tidak menerapkan aturan CSR yang berlaku.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, kami akan terus memperbaiki laporan dengan mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan laporan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Ade., dan Harmoni, Ati. (2008). Pengungkapan Corporate Social Resposibility
(CSR) pada Official Website Perusahaan Studi pada PT. Unilever Indonesia Tbk.
Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008), 476-
481.
Bangazul.com (2018, 7 Januari). Dasar Hukum CSR. Diakses pada 12 April 2021, dari
https://bangazul.com/dasar-hukum-csr/.
Unilever.co.id. (2021). Hadirnya Unilever di Indonesia. Diakses pada 8 April 2021, dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-history/.
Unilever.co.id. (2021). Tentang Unilever Indonesia. Diakses pada 8 April 2021, dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/introduction-to-unilever-indonesia/.
Unilever.co.id. (2021). Tindakan Nyata Dalam Mencapai Visi Misi Kami. Diakses pada 8
April 2021, dari https://www.unilever.co.id/planet-and-society/our-vision-in-action.html.
Yusiana, dkk.. (2015). Pengaruh Green Marketing dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Unilever. Ecodemica, 3, 540-541.
Wikipedia.com (2021). Etika Lingkungan. Diakses pada 7 April 2021, dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etika_lingkungan#:~:text=Undang-Undang%20Tentang
%20Etika%20Lingkungan%20Hidup,-Undang-undang%20tentang&text=Pasal
%2067.%20Setiap%20orang%20berkewajiban,dan%2Fatau%20kerusakan%20lingkungan
%20hidup.