Anda di halaman 1dari 18

PAPER

PENERAPAN GAYA HIDUP “GREEN LIVING” DALAM MENDUKUNG


PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
Dosen Pengampu: Karimal Arum Shafrani, S.P, M.P.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C

Ahmad Algori Rabbani 2010514110001


Assyifa Azmi 2010514320023
Holila Fitriana Siregar 2010514120007
Fatan Zufar Abdillah 2010514210031
Gannopem Sugandi 1910514210019
Muhammad Iqbal 1910514210022
Sepbryan Dwiantono 1910514210019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul
Penerapan Gaya Hidup “Green Living” dalam Mendukung Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup.
Adapun tujuan dari penulisan Paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan dengan dosen pengampu ibu
Karimal Arum Shafrani, S.P,M.P . Selain itu, Paper ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang meningkatkan Gaya hidup “Green Living” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Karimal Arum Shafrani,
S.P,M.P selaku dosen mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, Paper yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi
kesempurnaan paper ini.

Banjarbaru, 7 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………. ii

PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1.Latar Belakang………………………………………………….... 1
1.2.Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
1.3.Tujuan Penulisan………………………………………………….. 2
1.4. Manfaat Penulisan………………………………………………… 2

PEMBAHASAN………………………………………………………… 4
2.1.Definisi Gaya Hidup Ramah Lingkungan………………………… 4
2.2. Pengertian Ramah Lingkungan…………………………………… 4

PENUTUP……………………………………………………………….. 13
Kesimpulan……………………………………………………………….. 13
Saran………………………………………………………………………. 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 15
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini isu pemanasan global atau global warming telah


menjadi masalah yang sangat penting dalam kehidupan kita. Kerugian-
kerugian yang disebabkan oleh global warming sendiri sudah sangat
dirasakan oleh masyarakat di belahan dunia manapun. Keadaan Bumi
sudah sangat memprihatinkan, NASA menyebutkan bahwa perubahan
iklim mirip dengan flu dan pemanasan global adalah Bumi yang sedang
‘demam’. Dan gejala demam Bumi tak bisa dianggap sepele seperti glester
mencair, peningkatan level air laut, gelombang panas menyengat, badai
yang makin kuat, juga perubahan habitat hewan. Dan NASA
mengingatkan Bumi mirip dengan tubuh manusia. Tapi bedanya tak ada
aspirin yang untuk meredakan demamnya. Dengan banyaknya kerugian
yang ditimbulkan dari global warming maka masyarakat mulai sadar dan
mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
Perubahan yang terjadi di masyarakat yang mulai menerapkan gaya
hidup ramah lingkungan salah satunya tentu merubah kebutuhan dan
keinginan mereka sebagai konsumen. Mereka mulai memilah produk-
produk yang mereka gunakan, dan lebih memilih produk yang tidak
menjadi penyumbang kerusakan lingkungan. Tindakan tersebut juga
sebagai bentuk tanggung jawab sosial yang merupakan kewajiban
konsumen dalam menjaga kelestarian lingkungan. Munculnya green
consumer ini, juga telah mendesak industri untuk memiliki sensitivitas
yang tinggi terhadap lingkungan sehingga perusahaan diharapkan mampu
merancang dan memproduksi suatu produk atau jasa yang dapat diterima
sebagai produk hijau. Produk hijau yang dimaksud adalah produk organik
atau modifikasi genetik dari organisme yang keseluruhan produknya
mampu didaur ulang, tidak melalui tes pada hewan dan merupakan hasil
dari proses produksi bersih (Redjellyfish, 2003 dalam Karnowo, 2003).
Selain itu produk ramah lingkungan juga yang banyak diketahui secara
2

umum adalah produk yang terdapat unsur 3R yaitu Recycle (mendaur


ulang), Reduce (mengurangi) dan Reuse (menggunakan kembali).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah


ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu gaya hidup ramah lingkungan?
2. Bagaimana keadaan gaya hidup masyarakat terkini?
3. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap kualitas lingkungan?
4. Apakah masyarakat telah menerapkan gaya hidup ramah lingkungan?
5. Bagaimana cara agar masyarakat dapat menerapkan gaya hidup ramah
lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu gaya hidup ramah lingkungan
2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan gaya hidup masyarakat terkini
3. Untuk mengetahui apakah gaya hidup berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan
4. Untuk mengetahui apakah masyarakat telah menerapkan gaya hidup
ramah lingkungan
5. Untuk mengetahui bagaimana cara agar masyarakat dapat menerapkan
gaya hidup ramah lingkungan

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-


pihak yang memiliki kepentingan yang berhubungan dengan pokok-pokok
bahasan yang di angkat pada penelitian ini di antaranya:
1. Masyarakat: untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya gaya
hidup ramah lingkungan
3

2. Mahasiswa: untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang


gaya hidup ramah lingkungan
3. Dosen: untuk menjadi referensi literasi tentang gaya hidup ramah
lingkungan
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Gaya Hidup Ramah Lingkungan yaitu pola hidup bersih dan teratur
agartercipta lingkungan yang aman, nyaman, indah, dan segar. Begitu pula
pola pelestarian lingkungan pada saat ini sangat dibutuhkan dari seluruh
lapisan masyarakat, salah satu upaya pelestarian lingkungan agar tetap
terjaga kelestariannya adalah mampu menerapkan pola hidup sehat ramah
lingkungan.
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan, dan pelestarian lingkungan hidup merupakan rangkaian
upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup, guna terjaganya lingkungan yang berkualitas. Suatu
lingkungan hidup yang berkualitas tidak harus dapat memberikan pilihan
tentang kebutuhan dasar yang diinginkan oleh penduduk. Suatu cara untuk
melestarikan lingkungan adalah dengan menerapkan kesadaran terhadap
arti pentingnya lingkunga terlebih dahulu, serta mampu melaksanakan dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku ramah lingkungan adalah perilaku aktual seseorang yang
terefleksikan melalui pembelian produk ramah lingkungan dan aktivitas-
aktivitas untuk melindungi lingkungan (Fraj dan Martinez, 2006). Menurut
Keiser et al.,(1998) dimensi yang diukur dalam perilaku ramah lingkungan
adalah:1) Refleksi tindakan saat membeli, 2) Mendaur ulang, 3)
Mengeliminasi produk. Untuk mengukur perilaku ramah lingkungan
menggunakan skala likert (sangat setuju- sangat tidak setuju).

2.2 Pengetahuan Ramah Lingkungan

Pengetahuan dikenal sebagai karakteristik yang mempengaruhi


semua fase dalam proses pengambilan keputusan, secara spesifik
pengetahuan adalah konstruk yang relevan dan penting yang
mempengaruhi bagaimana konsumen mengumpulkan dan mengatur
informasi (Alba dan Hutchinson, 1987) seberapa banyak informasi
5

digunakan untuk pembuatan keputusan (Bruck,1985 dalam Laroche et al.,


2001) dan bagaimana konsumen mengevaluasi produk dan jasa (Murray
dan Schlcater, 1990 dalam Laroche et al., 2001). Menurut Xiao dan Hong
(2010) dalam Trikrisna dan Rahyuda (2014) bahwa pengetahuan ramah
lingkungan konsumen diukur dengan: 1) Pengetahuan tentang global
warming, 2) Pengetahuan tentang tumbuhan, 3) Pengetahuan tentang
produk perusak lingkungan. Pengukuran yang digunakan dengan skala
likert (sangat setuju- sangat tidak setuju).
Di era globalisasi yang terjadi sekarang ini membawa dampak
perubahan diberbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, budaya,
politik, teknologi, industri, ekonomi dan tentunya lingkungan.
Pertumbuhan penduduk yang kian pesat juga menjadi salah satu indikator
dalam perubahan diberbagai aspek tersebut. Banyaknya pelaku bisnis
mengakibatkan perubahan pada lingkungan karena mereka tidak
memikirkan isu lingkungan yang terjadi. Isu kerusakan lingkungan dapat
dikaitkan dengan penggunaan bahan produk yang tidak aman bagi
keberlangsungan alam dan makhluk hidup. Seiring berjalannya waktu,
kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan mulai meningkat karena
melihat kondisi lingkungan yang kian memburuk dan berakibat pada
terjadinya bencana lingkungan yang mengancam keberlangsungan
lingkungan. Hal ini menimbulkan perhatian bagi kelompok konsumen
yang merasa bertanggungjawab dan berkomitmen akan pentingnya
kelestarian lingkungan.
Kelompok konsumen ini dikenal dengan sebutan green consumer.
Terbentuknya green consumer, mendesak pelaku bisnis mulai
menyesuaikan perilaku dalam usaha mereka untuk menanggapi kepedulian
masyarakat. Industri tersebut harus dengan tanggap menerima isu
lingkungan yang terjadi yaitu dengan meminimalisir penggunaan bahan
yang dapat merusak lingkungan dan mengkondisikan lingkungan industri
sesuai dengan isu lingkungan.
Hal ini dapat dilihat dari produk yang dihasilkan oleh pelaku bisnis
tersebut yaitu produk yang dapat diterima sebagai produk ramah
6

lingkungan atau kerap disebut produk hijau. Sebuah produk dikatakan


sebagai produk hijau jika produk tersebut diproduksi menggunakan bahan
bebas racun dan sesuai dengan prosedur ramah lingkungan yang
disertifikasi oleh organisasi yang diakui (Kumar dan Ghodeswar, 2015).
Sehingga dengan banyaknya industri yang memproduksi suatu produk atau
jasa yang ramah lingkungan, akan membawa pola perilaku masyarakat
yang sadar akan lingkungan.
Sejalan dengan perkembangan, terdapat banyak industri yang
mencoba untuk melakukan usaha dibidang produk hijau karena melihat
begitu besarnya tanggapan baik masyarakat pada produk hijau
dibandingkan dengan produk-produk konvensional. Melihat tanggapan
masyarakat, banyak perusahaan yang menerapkan strategi bisnis yang
berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan yang dikenal dengan
“green marketing”. Menurut Peattie dan Crane (2005) green marketing
merupakan proses manajemen untuk mengenali, mengantisipasi dan
memenuhi kebutuhan konsumen dan masyarakat secara berkelanjutan dan
menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan mendistribusikan
mempromosikan dan merancang produk yang tidak akan merusak
lingkungan dengan cara apapun (Sarkar, 2005). Perilaku pembelian produk
hijau mengacu pada produk yang menggunakan bahan aman akan dampak
negatif pada lingkungan, dapat didaur ulang, dan menjaga kelestarian dan
keberlangsungan lingkungan.
Perilaku pembelian produk hijau biasanya ditujukan untuk
konsumen millenials karena pasar yang potensial bagi industri nasional
maupun internasional adalah konsumen millenials. Gaya hidup yang
dijalankan oleh konsumen memiliki perbedaan dimana konsumen wanita,
khususnya yang berusia muda lebih aktif dalam melakukan pembelian
produk ramah lingkungan daripada konsumen pria (Junaedi, 2003;
Mobrezi & Khoshtinat, 2016; Tümer, Dursun, Koçak, & Ahmet, 2015).
Hal ini menunjukkan gaya hidup konsumen pria lebih berfokus terhadap
aktivitas perlindungan lingkungan, sedangkan konsumen wanita lebih
7

cenderung menjalani gaya hidup ramah lingkungan dan sehat berupa


pembelian produk ramah lingkungan yang alami.
Konsumen pria lebih aktif dalam menjalankan gaya hidup ramah
lingkungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianut oleh konsumen
yakni kesadaran untuk hidup sederhana serta nilai religi. Kesadaran untuk
hidup sederhana menjadi salah satu faktor yang mendorong konsumen
untuk dapat menjalankan perilaku, khususnya perlindungan terhadap
lingkungan. Nilai religi yang dianut konsumen juga mendukung untuk
menjalankan aktivitas perlindungan lingkungan, dimana konsumen
menyadari bahwa perlindungan lingkungan merupakan suatu kewajiban
yang harus dijalankan sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa. Aktivitas
perlindungan terhadap lingkungan dapat dimunculkan melalui peningkatan
nilai-nilai yang dianut oleh konsumen seperti nilai religi serta
memunculkan kesadaran bagi konsumen melalui hidup sederhana.
Orientasi religi menampilkan motivasi konsumen untuk mengikuti
agamanya (Mas‟od & Chin, 2014). Kepercayaan konsumen terhadap
agamanya memiliki dampak terhadap gaya hidup konsumen yang berasal
dari norma dan nilai-nilai agama. Sehingga faktor lainnya berpengaruh
terhadap perilaku konsumsi ramah lingkungan dilakukan melalui
peningkatan nilai-nilai yang dianut oleh konsumen. Pada kata lain,
perilaku ramah lingkungan selalu direfleksikan sebagai perilaku beretika
serta berhubungan secara dekat dengan nilai dan moral yang muncul dari
kepercayaan individu yang biasanya berasal dari agamanya (Mas‟od &
Chin, 2014). Orang-orang menjalani gaya hidup berkelanjutan tidak hanya
karena mereka memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan memahami
peran mereka dalam lingkungan, tapi juga mereka mengharapkan manfaat
bagi diri mereka (Marchand & Walker, 2008 dalam Ritter et al., 2015).
Konsumen wanita cenderung menjalankan gaya hidup sehat yang mana
dapat membawa manfaat bagi diri mereka serta lingkungan. Produk ramah
lingkungan yang sesuai dengan gaya hidup konsumen diharapkan dapat
membawa manfaat bagi diri konsumen dalam bentuk keamanan dan
kesehatan, serta memberikan manfaat perlindungan bagi lingkungan.
8

Hal ini merupakan faktor yang mendorong konsumen untuk


menjalankan perilaku konsumsi ramah lingkungan. Dalam menumbuhkan
perilaku konsumsi ramah lingkungan dilakukan dengan memanfaatkan
kecenderungan gaya hidup sehat. Pada wanita misalnya dapat dimafaatkan
melalui kosmetik ramah lingkungan yang digunakan, aktivitas dan minat
yang dijalankan seperti berolahraga, dan mengonsumsi buah, serta air
putih. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan nilai-nilai
yang dianut konsumen, salah satunya berupa penolakan terhadap produk
yang melewati animal tested. Produk ramah lingkungan yang ditawarkan
oleh produsen pun sebisa mungkin memperhatikan kecenderungan
konsumen terhadap gaya hidup, nilai-nilai yang dianut, serta manfaat yang
diharapkan konsumen terhadap produk yakni keamanan dan kesehatan
serta dampak terhadap lingkungan. Produk ramah lingkungan juga
sebaiknya menawarkan peningkatan manfaat ekonomi, mengurangi efek
negatif, dan mengurangi dampak terhadap gaya hidup dan kesehatan
konsumen (Ottman, 2008 dalam Maniatis, 2015).
Secara sosiologis (dalam pengertian terbatas), gaya hidup (lifestyle)
mengacu kepada gaya hidup khas kelompok tertentu (Featherstone dalam
Hendariningrum, 2014). Dalam masyarakat modern gaya hidup
didefinisikan sebagai sikap, kekayaan, nilai-nilai serta posisi sosial
seseorang (Chaney dalam Hendariningrum, 2014). Gaya hidup yang bijak
dan ramah lingkungan dapat mengurangi kerusakan lingkungan bahkan
sekaligus menyelesaikan berbagai persoalan lain, seperti kesenjangan
sosial dan kriminalitas akibat ketidakmampuan mewujudkan gaya hidup
modern (Munandar, 2020).
Manusia yang hidup sebagai pelaku dalam memanfaatkan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup menanggung beban
tanggung jawab dalam merawat lingkungan. Kebijaksaan manusia dalam
pengelolaan atas lingkungan akan membawa dampak pada kehidupan
manusia di masa sekarang dan masa depan (Endah, 2011). Nasib
kehidupan manusia generasi mendatang akan bergantung kepada
9

bagaimana manusia sekarang dan masa lalu dalam memanfaatkan serta


mengelola lingkungan.
Peduli terhadap lingkungan dapat mulai dilakukan oleh setiap
individu dari hal kecil, seperti menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
Penerapan gaya hidup ramah lingkungan juga bisa menjadi pelopor atau
contoh bagi orang lain sehingga akan tercipta masyarakat atau komunitas
yang peduli lingkungan. Berikut beberapa gaya hidup yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Tidak Membuang Sampah Sembarangan.
Sebuah perilaku sederhana namun membawa manfaat yang
besar bagi lingkungan serta kehidupan manusia itu sendiri.
Meskipun sederhana dan terdengar mudah, tetapi tetap saja masih
banyak orang yang suka membuang sampah sembarangan. Baik itu
ke sungai, hutan ataupun selokan rumah tetangga.
Membuang sampah ke sungai dapat menyebabkan
terjadinya pendangkalan sungai atau penyempitan sungai yang
berujung pada banjir (Syahrin, 2020). Melempar ke pinggiran jalan
atau selokan rumah tetangga dapat merusak pemandangan
sekaligus mengundang amarah tetangga. Karena itu meski hal
tersebut merupakan hal yang kecil dan sederhana, namun dapat
membawa dampak buruk jika terus dilakukan.
Perilaku membuang sampah sembarangan perlu diubah
dengan membiasakan melakukan hal yang sebaliknya. Dengan
adanya pembiasaan, hal tersebut akan berubah dari kewajiban atau
tanggung jawab menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Kebiasaan
kecil ini akan membantu mengurangi kerusakan lingkungan serta
menjadikan lingkungan menjadi bersih dan asri. Selain itu, tidak
membuang sampah sembarangan dapat meningkatkan kualitas
lingkungan hidup, melindungi sumber daya alam dan mengurangi
volume sampah (Endah, 2011).
2. Penerapan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)
10

Penerapan 3R (reduce, reuse, recycle) dapat membantu


meminimalisir sampah serta mencegah timbulnya sampah untuk
mengurangi kerusakan lingkungan akibat sampah (Helmi, 2018).
Reduce atau pengurangan sampah ialah upaya untuk mengurangi
populasi sampah. Kegiatan yang terkait misalnya mengurangi
pemakaian kantong plastik saat berbelanja, atau menggunakan
produk rechargeable (dapat diisi ulang) daripada produk sekali
pakai.
Reuse yaitu pemakaian kembali barang atau bahan yang
masih bisa dipakai untuk mengurangi penumpukan sampah.
Kegiatan terkait misalnya menggunakan botol bekas sebagai botol
minum atau mengisi spidol bekas yang kosong untuk dipakai
kembali. Terakhir ada recycle, yaitu pendauran ulang barang atau
bahan yang sudah tidak dapat digunakan menjadi bahan atau
barang lain yang berguna. Kegiatan terkait misalnya memanfaatkan
barang sisa seperti kain, botol, atau ban untuk membuat kerajinan
tangan.
3. Hemat Air dan Energi
Meskipun air terlihat banyak dan berhamburan di lautan,
namun belum tentu air tersebut bisa digunakan oleh manusia dalam
konteks kebutuhan sehari-hari. Manusia membutuhkan air bersih
untuk melangsungkan kehidupannya, misalnya untuk keperluan
minum dan membersihkan tubuh. Menggunakan air bersih
seperlunya dilakukan dengan tujuan menjaga kestabilan sumber
daya air bersih tetap terjaga (Syahrin, 2020). Terjaganya kestabilan
sumber daya air bersih dapat membantu manusia dalam melewati
masa kekeringan.
Selain air, kita juga perlu untuk melakukan pengehematan
terhadap penggunaan energi. Hemat dalam penggunaan energi
berarti menggunakan energi dengan seperlunya saja, tidak
berlebihan. Hal ini karena banyak energi yang kita gunakan tidak
dapat diperbarui (Rohi, 2011). Manusia perlu menggunakan energi
11

dengan bijaksana agar sumber energi tidak terbarukan tidak cepat


habis.
Beberapa kebiasaan yang bisa dilakukan berhubungan dengan
hemat energi diantaranya seperti menghemat listrik dan tidak
menggunakan kendaraan bermotor untuk jarak yang dekat. Berjalan kaki
sebagai pengganti kendaraan bermotor untuk jarak yang dekat dapat
membantu mengurangi pencemaran udara hasil pembakaran kendaraan
bermotor, yang mana dapat mengurangi kenaikan suhu permukaan bumi
(pemanasan global).
Cara lain menerapkan gaya hidup hijau atau green lifestyle ada
beberapa tips yang diberikan oleh Ahmad Mubariq, yaitu:
1. Hemat energi listrik. Energi listrik menyumbang 10% emisi dari
kebutuhan rumah tangga. Buatlah desain rumah yang hemat energi
seperti memiliki cukup banyak jendela agar cahaya masuk ke
dalam rumah dan aliran udara mengalir dengan baik. Memulai
untuk menanam pohon di sekitar rumah, hal ini akan menurunkan
2-3 derajat suhu di sekitar rumah, dan menggunaan lampu hemat
energi.
2. Hemat bahan bakar minyak. Menggunakan alat transportasi umum
merupakan salah satu langkah tepat dalam upaya menghemat
BBM. Menggunakan sepeda bila bepergian jarak dekat dan
berperilaku mengemudi kendaraan yang hemat BBM (save driving
drill).
3. Menghemat air dengaan mengenali sumber air yang digunakan
sehari-hari, mengenali dampak perilaku dan selalu menggunakan
air secara tepat sesuai dengan kebutuhan.
4. Menghindari penggunaan plastik dan styrofoam dalam kehidupan
sehari-hari. Bisa dilaksanakan mulai dari diri sendiri seperti selalu
membawa tempat minum dari rumah, membawa tempat makan
dari rumah dan saat berbelanja membiasakan untuk membawa tas
dari rumah.
12

5. Menghemat pemakaian kertas. Selalu diingat bahwa kertas terbuat


dari kayu yang biasanya dari pohon kayu yang ada di hutan alam.
Pemakaian berlebihan kertas akan menyebabkan banyak pohon
yang ditebang sehingga hutan akan mengalami kerusakan.
Penggunaan kertas seminimal mungkin, gunakan selalu digital file,
menggunakan kertas di kedua sisi.
6. Hidup kembali ke alam (back to nature/organic). Selalu gunakan
bahan alami dalam konsumsi sehari-hari, kurangi bahan kimia
seperti obat-obatan dan dalam makanan, konsumsi makanan
organik sehingga bisa mengurangi polusi kimia pertanian dan
mengurangi akumulasi zat kimia dalam tubuh. Hindari 8P (
pewarna, perasa, pemanis, penyedap, pengemulsi, pemanis,
pelembut dan pengembang).
PENUTUP

Kesimpulan

1. Gaya Hidup Ramah Lingkungan yaitu pola hidup bersih dan teratur agar
tercipta lingkungan yang aman, nyaman, indah, dan segar. Begitu pula
pola pelestarian lingkungan pada saat ini sangat dibutuhkan dari seluruh
lapisan masyarakat, salah satu upaya pelestarian lingkungan agar tetap
terjaga kelestariannya adalah mampu menerapkan pola hidup sehat ramah
lingkungan.
2. Di era globalisasi yang terjadi sekarang ini membawa dampak perubahan
diberbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, budaya, politik,
teknologi, industri, ekonomi dan tentunya lingkungan. Pertumbuhan
penduduk yang kian pesat juga menjadi salah satu indikator dalam
perubahan diberbagai aspek tersebut. Hal ini menimbulkan perhatian bagi
kelompok konsumen yang merasa bertanggungjawab dan berkomitmen
akan pentingnya kelestarian lingkungan. Kelompok konsumen ini dikenal
dengan sebutan green consumer. Terbentuknya green consumer, mendesak
pelaku bisnis mulai menyesuaikan perilaku dalam usaha mereka untuk
menanggapi kepedulian masyarakat.
3. Peduli terhadap lingkungan dapat mulai dilakukan oleh setiap individu
dari hal kecil, seperti menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
Penerapan gaya hidup ramah lingkungan juga bisa menjadi pelopor atau
contoh bagi orang lain sehingga akan tercipta masyarakat atau komunitas
yang peduli lingkungan. Meskipun sederhana dan terdengar mudah, tetapi
tetap saja masih banyak orang yang suka membuang sampah
sembarangan. Baik itu ke sungai, hutan ataupun selokan rumah tetangga.
Membuang sampah ke sungai dapat menyebabkan terjadinya
pendangkalan sungai atau penyempitan sungai yang berujung pada banjir .
Hemat energi listrik. Energi listrik menyumbang 10% emisi dari
kebutuhan rumah tangga. Buatlah desain rumah yang hemat energi seperti
memiliki cukup banyak jendela agar cahaya masuk ke dalam rumah dan
aliran udara mengalir dengan baik.
14

Saran

Gaya hidup merupakan hal mendasar yang sangat unik dan berbeda pada
setiap individunya namun tidak semua gaya hidup bisa berdampak baik terhadap
lingkungan, oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang gaya hidup yang tidak merugikan
lingkungan serta tahu bagaimana cara mengelola gaya hidup yang ramah
lingkungan,
DAFTAR PUSTAKA

Endah, S. M. D. (2011). Menuju Gaya Hidup Ramah Lingkungan: Sebuah


Ilustrasi Tentang Sampah. Kasih Akan Tanah Air: Upaya Untuk Terus
Menjadi. 177-188.

Helmi, H., Nengsih, Y. K., & Suganda, V. A. (2018). Peningkatan kepedulian


lingkungan melalui pembinaan penerapan sistem 3R (reduce, reuse,
recycle). JPPM (Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan
Masyarakat), 5(1), 1-8.

Munandar, A., Maizida, K., & Jatmiko, R. (2020). Pendekatan Interdisiplin dalam
Pengembangan Kesadaran Gaya Hidup Bijak dan Ramah
Lingkungan. Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 3(1),
102-108.

Mutiani, M. (2017). IPS dan pendidikan lingkungan: urgensi pengembangan sikap


kesadaran lingkungan peserta didik. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science
Education Journal, 4(1), 45-53.

Rohi, D., & Luik, J. E. (2011). Kesadaran masyarakat surabaya untuk memiliki
gaya hidup ramah lingkungan “green living” melalui menghemat
penggunaan energi listrik. LPPM Universitas Kristen Petra, 1-17.

Syahrin, M. A., Syaharuddin, S., & Rahman, A. M. (2020). Environmental


Awareness of Kampung Hijau Society, Sungai Bilu Banjarmasin. The
Kalimantan Social Studies Journal, 1(2), 191-200.

Anda mungkin juga menyukai