Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


Mata Kuliah : Konsep Dasar Ilmu Ekonomi dan Geografi

Dosen Pengampu :
Dra. Sri Dadi, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Aisyah Aldini Utami A1G020091


Msy. Isye Aulia Rahmawati A1G020060
Nur Aisyah Fitri A1G020030
Rizki Sepriansa A1G020139
Vivi Ayudia Sari A1G020097
Winda Malika A1G020051

Semester/Kelas : 4/D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Makalah Pengelolaan Lingkungan Hidup ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu
Dra. Sri Dadi, M.Pd. pada mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Ekonomi dan Geografi. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Sri Dadi, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Ekonomi dan Geografi. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Maret 2022

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
2.1 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
3.1 Tujuan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
A. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................................................................... 6
B. Kelestarian, Keseimbangan Lingkungan ........................................................ 7
C. Pandangan Holistik ....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya dalam kehidupannya manusia bergantung pada keadaan lingkungan
disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam. Sumber daya alam yang utama bagi
manusia adalah udara, air, dan tanah. Udara sangat diperlukan oleh manusia untuk
bernafas, air sangat diperlukan oleh manusia untuk keperluan hidup dan sebagai
komponen terbesar dari tubuh manusia, dan tanah merupakan tempat manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan. Air, udara, dan tanah sangat dibutuhkan dengan jumlah
yang banyak dan dengan kualitas yang baik, dan semua itu dapat didapat jika lingkungan
dalam kondisi yang baik. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan
lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Namun sayangnya di masa sekarang ini lingkungan tempat hidup telah mengalami
kerusakan. Mengapa lingkungan sekitar kita mengalami kerusakan? karena lingkungan
hidup sekitar kita tidak dipelihara dengan baik sehingga lingkungan tereemar dan rusak,
maka manusia tidak mampu menghindar dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Pada
akhirnya kehidupan umat manusia menjadi terancam. Ketika lingkungan telah
mengalami kerusakan, manusia baru menyadari pentingnya pelestarian lingkungan. Kita
sadar bahwa apa yang dilakukan pada masa lalu adalah suatu kekeliruan yang besar.
Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kerusakan lingkungan, salah satunya
yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti degradasi yang terjadi
di berbagai daerah Peningkatan kesadaran dan wujud kepedulian lingkungan pada
masyarakat dewasa ini terus berkembang hingga sekarang. Manusia semakin menyadari
pentingnya pelestarian bagi kelangsungan hidupnya, baik untuk masa sekarang maupun
untuk generasi yang akan datang.
Manusia memang terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Tetapi, tidak berarti harus merusak dan mencemari lingkungan sehingga mengancam
kelestarian kehidupan dan mengurangi hak generasi yang akan datang. Oleh karena itu,
yang harus kita lakukan pelestarian lingkungan Artinya tetap membangun untuk
meningkatkan kesejahteraan tanpa mengurangi hak generasi yang akan datang. Oleh
karena itu, penulis ingin menulis makalah yang membahas mengenai upaya pengelolaan
lingkungan hidup.

4
2.1 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
b. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk Kelestarian dan Keseimbangan Lingkungan ?
c. Bagaimana Pandangan Holistik terhadap Lingkungan ?
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Untuk mengetahui Bagaimana upaya yang dilakukan untuk Kelestarian dan
Keseimbangan Lingkungan.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Pandangan Holistik terhadap Lingkungan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat
terpenuhi dengan sebaik - baiknya, karena persepsi tentang kebutuhan dasar, terutama
untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, tidak sama untuk semua golongan
masyarakat dan berubah- ubah dari waktu ke waktu ,pengelolaan lingkungan haruslah
bersifat lentur Dengan kelenturan itu kita berusaha untuk tidak menutup pilihan golongan
masyarakat tertentu untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya atau menutup secara dini
pilihan kita untuk kemudian hari.
Manusia mempunyai daya adaptasi yang besar, baik secara hayati maupun kultural.
Misalnya, manusia dapat menyesuaikan diri pada penggunaan air yang tcrcemar. la
membentuk daya tahan terhadap penyakit dalam tubuhnya dan karena kebiasaan
menekan rasa jijiknya terhadap air yang kotor, air bersih tidak lagi dirasakan sebagai
kebutuhan dasar oleh kelompok manusia tersebut. Adaptasi demikian itu, walaupun
mempunyai nilai dalam mempertahankan kelangsungan hidup, haruslah dianggap
sebagai maladaptasi atau penyesuaian diri yang tidak sehat. Maladaptasi tidak dapat
diterima dalam pengelolaan lingkungan. Sebab hidup dengan air yang tercemar itu
haruslah dianggap tidak manusiawi. kelenturan dalam pengelolaan lingkungan haruslah
tidak memberikan akomodasi pada maladaotasi .
Untuk mendapatkan mutu lingkungan yang baik, usaha kita ialah memperbesar
manfaat lingkungan atau dan memperkecil risiko lingkungan Ini bukanlalı usaha yang
mudah.
Pengelolaan lingkungan sebenarnya bukanlah suatų hal yang baru. Şejak manusia
ada ia telah mulai melakukan pengelolaan lingkungan. Manusia pemburu harus mencari
dan mengejar hewan buruannya. Hasilhya tidak dapat dipastikan, kadang-kadang banyak
dan kadang-kadang sedikit. Jenis hewan yang tertangkap pun tidak dapat dipastikan.
Untuk dapat lebih memastikan atau memperbesar kementakan hasilnya, baik dalam
jumlah maupun dalam jenis hewan yang dapat ditangkapnya, manusia menjinakkan dan
memelihara hewan tertentu sebagai ternak. la membuat dan memelihara padang
perumputan. Ia menjaga pula ternaknyar terhadap serangan hewan buas. Dengan
perkembangan peternakan itu manfaat lingkungan dapat diperbesar dan risiko
6
lingkungan diperkecil, sehingga kemungkinan terpenuhinya kebutuhan dasarnya dapat
lebih terjamin. Hal yang serupa kita dapatkan dalam pertanian, perikanan dan
perhutanan. Domestikasi, yaitu penjinakan dan pemeliharaan, tumbuhan dan hewan liar
merupakan usaha pengelolaan lingkungan yang dimulai sangat awal dalam kebudayaan
manusia.

B. Kelestarian, Keseimbangan Lingkungan


Keseimbangan lingkungan, sering pula disebut keseimbangan ekologi. Juga
dianjurkan agar melestarikan keserasian lingkungan. Dalam kamus W.J.S.
Poerwadarminta (PN Balai Pustaka, Jakarta, 1976) : lestari = tetap selama-lamanya,
kekal tidak berubah sebagal sediakala; melestarikan = menjadikan (membiarkan) tetap
tak berubah dan serasi = cocok, sesuai, kena benar. Berdasarkan arti dalam kamus ini
melestarikan keserasian dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tak
berubah atau kekal keserasian dan keseimbangan lingkungan.
Keserasian adalah suatu hal yang relatif dan subyektif. Apa yang dianggap serasi
oleh seseorang atau segolongan orang tidaklah selalu serasi bagi orang atau golongan
orang lain. Juga apa yang dianggap serasi pada suatu waktu dianggap tidak serasi di
waktu lain. Masing-masing orang atau golongan orang dạn waktu mempunyai selera
yang menentukan apa yang serasi atau tidak serasi. Misalnya, kita kenal taman gaya
Prancis, Inggris atau pun Jawa yang masing- masing mempunyai kekhasan tertentu.
Alun-alun merupakan khas taman gaya Jawa dengan pohon beringin di sekelilingnya dan
dua pohon beringin "kurung" di tengah. Pohon beringin itu dicukur diberi bentuk yang
teratur. Sifatnya sangat formal. Taman gaya Prancis sifatnya juga formal, sedangkan
taman gaya Inggris sifatnya lebih informal. Orang Jawa tradisional menganggap taman
gaya Inggris sebagai tidak serasi.
Waktu mempunyai pengaruh yang besar terhadap rasa keserasian. Karena itu mode
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kini tak ada kota yang membuat taman seperti alun-
alun. Gaya itu telah dianggap tidak serasi lagi dengan lingkungan kota yang modern.
Dulu wanita Bali berpakaian tanpa kutang. Hal itu dianggap biasa dan serasi dengan nilai
kebudayaan yang hidup pada waktu itu. Sekarang tidak lagi ada wanita yang tak
berkutang, kecuali orang tua dan di desa yang sangat terpencil. Seorang wanita yang
berjalan-jalan di kota tanpa kutang dianggap tidak lagi serasi, bahkan tidak susila,
Demikian pula mode rok mini. Dalam permulaan 1970-an wanita tua-muda memakai rok
mini. Mode itu dianggap serasi. Tetapi mode itu kemudian hilang. Jangankan wanita tua,
7
gadis muda pun tidak dianggap serasi memakai rok mini itu. Namun dalam tahun 1987/
1988 mode itu muncul kembali: rok mini itu dianggap baik lagi.
Jadi jelaslah keserasian bukanlah suatu hal yang kekal, melainkan berubah-ubah
menurut umur orang atau golong an, tempat dan waktu. Karena itu melestarikan
keserasian bertentangan dengan hakekat hidup yang menginginkan perubahan.
Melestarikan keserasian akan berarti meniadakan kebutuhan dasar untuk dapat memilih.
Karena itu akan berarti menurunkan mutu lingkungan dan dengan itu mutu hidup.
Pembangunan pada hakekatnya adalah pengubahan lingkungan, yaitu mengurangi
risiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan. Sejak berabad tahun yang
lalu nenek moyang kita teläh mengubah hutan menjadi daerah pemukiman dan pertanian.
Pengubahan hutan menjadi sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan untuk
produksi bahan makanan dalam kondisi curah hujan yang tinggi dan juga untuk
mengurangi risiko erosi di daerah yang banyak bergunung. Hìngga sekarang pencetakan
sawah masih berjalan terus. Dengan pengubahan hutan atau tataguna lahan lain menjadi
sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Di daerah Danau Lindu di Sulawesi terdapat penyakit hati yang disebabkan oleh
sejenis cacing. Penyakit itu disebut schistosomiasis. Salah satu fase pertumbuhan cacing
itu terjadi dalam tubuh sejenis siput. Larva cacing itu kemudian keluar dåri siput dan
berenang dalam air. Apabila ada manusia, larva itu menembus kulit dan masuk ke dalam
tubuh manusia untuk meneruskan perkembangannya. Perkembangan dalam tubuh
manusia itu menyebabkan penyakit hati. Telur cacing keluar dengan tinja manusia.
Setelah menetas akan mencari siput dan hidup dalam tubuh siput untuk masa tertentu.
Demikianlah terdapat keseimbangan lingkungan antara manusia, cacing dan siput.
Penyakit itų dapat ditanggulangi dengan mengobati penderita, yaitu dengan membunuh
cacing yang ada dalam tubuh penderita. Cara yang lebih baik ialah dengan memberantas
siput, sehingga cacing tidak dapat lagi berkembang karena daur hidupnya terputus.
Dengan pemberantasan siput itu terjadilah suatu keseimbangan baru tanpa adanya cacing
dan siput. Dalam keseimbangan baru ini manusia bebas dari penyakit hati. Dengan
demikian mutu lingkungan dalam keseimbangan baru itu telah meringkat.
Hal yang serupa kita dapatkan pada penyakit malaria yang disebabkan oleh suatu
parasit. Parasit ini disebarkan oleh nyamuk malaria. Waktu nyamuk menggigit manusia
ia mengeluarkan ludah. Apabila nyamuk mengandung parasit malaria, bersama dengan
ludah nyamuk itu masuklah parasit malaria ke dalam tubuh manusia. Dalam tubuh mandi
daerah Danau Lindu di Sulawesi terdapat penyakit hati yang disebabkan oleh sejenis
8
cacing. Penyakit itu disebut schistosomiasis. Salah satu fase pertumbuhan cacing itu
terjadi dalam tubuh sejenis siput. Larva cacing itu kemudian keluar dåri siput dan
berenang dalam air. Apabila ada manusia, larva itu menembus kulit dan masuk ke dalam
tubuh manusia untuk meneruskan perkembangannya. Perkembangan dalam tubuh
manusia itu menyebabkan penyakit hati. Telur cacing keluar dengan tinja manusia.
Setelah menetas akan mencari siput dan hidup dalam tubuh siput untuk masa tertentu.
Demikianlah terdapat keseimbangan lingkungan antara manusia, cacing dan siput.
Penyakit itų dapat ditanggulangi dengan mengobati penderita, yaitu dengan membunuh
cacing yang ada dalam tubuh penderita. Cara yang lebih baik ialah dengan memberantas
siput, sehingga cacing tidak dapat lagi berkembang karena daur hidupnya terputus.
Dengan pemberantasan siput itu terjadilah suatu keseimbangan baru tanpa adanya cacing
dan siput. Dalam tubuh manusia parasit itu berkembang biak dan menyebabkan penyakit
malaria. Apabila penderita malaria itu digigit oleh nyamuk malaria, parasit itu akan
terhisap juga oleh nyamuk. Nyamuk ini akan menularkan penyakit itu pada orang lain,
waktu ia menggigit orang tersebut. Dalam lingkungan itu terdapat pula keseimbangan
antara manusia, nyamuk malaria dan parasit manusia. Penanggulangannya juga
dilakukan dengan mengubah keseimbangan itu, yaitu mematikan parasit dalam tubuh
manusia dan memberantas nyamuk malaria. Apabila berhasil, akan terjadilah
keseimbangan baru tanpa nyamuk malaria dan parasit malaria dalam lingkungan.
Contoh lain ialah pemberantasan penyakit pes dan cacar yang menunjukkan usaha
untuk mendapatkan suatu keseimbangan lingkungan yang baru pada tingkat kualitas
lingkungan yang lebih tinggi.
Pemukiman kembali para peladang yang berpindah pindah dengan membuat
perkampungan bagi mereka dan tanah pertanian yang menetap, merupakan pula
pengubahan suatu keseimbangan lama ke keseimbangan lingkungan baru. Demikian pula
transmigrasi adalah usaha membuat suatu keseimbangan baru.
Dalam usaha untuk mengubah keseimbangan lingkungan yang ada pada mutu
lingkungan yang rendah ke keseimbangan lingkungan baru pada tingkat mutu
lingkungan yang tinggi diusahakan agar lingkungan tetap, dapat mendukung mutu hidup
yang lebih tinggi itu. Dengan demikian jelaslah yang kita lestarikan bukanlah keserasian
dan keseimbangan lingkungan, melainkan kita ingin melestarikan daya dukung
lingküngan yang dapát menopang sečara terlanjutkan pertumbühan dan perkembangan
yang kita usahakan dalam pembangunan. Walaupun lingkungan berubah, kita usahakan
agar tetap ada kondisi yang mạmpu untuk menopang secara terus-menerus pertumbuhan
9
dan perkembangan, schingga kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin
pada tingkat mutu hidup yang makin baik.
1. Lingkup Kewenangan Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya berupa pemberian otonomi
kepada daerah dalam membangun daerahnya. Esensi otonomi daerah itu sendiri
adalah kemandirian, olehnya daerah mandiri mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam rumah tangga daerah termasuk mengelola kekayaan alam yang
ada pada daerah tersebut dengan bijak. Dari implementasi kebijakan otonomi daerah
ini juga diharapkan mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat sehingga
terciptanya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Pemerintah suatu negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab pelaksanaan
prinsip-prinsip hak asasi manusia. Maka dalam rangka pemenuhan hak-hak
lingkungan hidup tersebut, negara memiliki kewajiban bertindak untuk melaksanakan
atau memenuhi suatu hak tertentu dan mengharuskan negara mencapai sasaran tanpa
keluar dari prinsip-prinsip hak asasi manusia itu sendiri.
2. Lingkup Masyarakat
Peran masyarakat dalam menangani dan mencegah adanya kerusakan atau
pencemaran lingkungan hidup sangatlah penting dan dibutuhkan. Sasaran
pembangunan berkelanjutan adalah masyarakat sendiri, dimana masyarakat sebagai
insan-insan yang sering menjadi pelaku perusakan lingkungan harus diupayakan
menjadi insan yang peduli dan mencintai lingkungan hidupnya. Setelah disepakatinya
landasan institusi global dan nasional pengelolaan lingkungan hidup secara resmi
pada Rapat Koordinasi Nasional I Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan 1994, maka peran aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup yang baik dan sehat menjadi semakin penting.
Dalam hal ini peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dilakukan dengan berbagai cara, yakni:
 Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
 Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
 Mengembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
 Mengembangkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.

10
 Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
melestarikan lingkungan hidup.

C. PANDANGAN HOLISTIK
Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya menjadi bagian penting
kebudayaan manusia yang mengandung nilai-nilai tertentu. Dengan demikian
pengelolaan lingkungan merupakan pula bagian kebudayaan manusia. Keserasian
merupakan unsur pokok dalam kebudayaan kita Kita diajar untuk hidup serasi dengan
alam sekitar kita, dengan sesama manusia dan dengan Tuhan YME. Ajaran ini kita
dapatkan juga dalam kehidupan bernegara kita, yaitu di dalam GBHN. Pandangan hidup
ini mencerminkan pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa
manusia adalah bagian dari lingkungan tempat hidupnya. Dalam pandangan ini sistem
sosial manusia bersama dengan sistem biogeofisik membentuk satu kesatuan yang dapat
disebut ekosistem sosiobiogeofisik. Dengan demikian manusia merupakan bagian dari
ekosistem tempat hidupnya dan bukannya hidup di luarnya. Karena manusia merupakan
bagian tak terpisahkan ekosistemnya, keselamatan dan kesejahteraannya tergantung dari
keutuhan ekosistem tempat hidupnya Jika terjadi kerusakan pada ekosistemnya, manusia
akan menderita juga. Karena itu walaupun sistem biogeofisik merupakan sumberdaya
bagi manusia, namun pemanfaatan sistem biogeofisik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dilakukannya dengan hati- hati agar tidak terjadi kerusakan pada ekosistem.
Pandangan hidupnya bersifat ekosentris.
Berdasarkan pandangan hidup yang holistis di atas orang Jawa mempunyai ajaran
tradisional memayu ayuning bawana yang secara harfiah berarti membuat bumi cantik.
Ajaran ini didasarkan pada pengamatan bahwa manusia dan lingkungan hidupnya
merupakan satu kesatuan. Ajaran ini sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh suku Jawa
saja, melainkan suku- suku bangsa lainnya pun memilikinya dengan formulasi yang
berbeda-beda. Akan tetapi walaupun ada ajaran itu, dalam praktek ajaran itu tidaklah
selalu diterapkan. Namun di dalam masyarakat tradisional yang kontrol sosialnya masih
kuat si pelanggar akan terkena sangsi sosial.
Bahaya yang sedang kita hadapi ialah bahwa kita merasa sebagai species yang
paling kuat dan segalanya dapat dibereskan dengan teknologi. Penggunaan teknologi
memacu pertumbuhan ekonomi. Di negara maju pertumbuhan ekonomi menjadi umpan
balik untuk penelitian dan pengembangan teknologi sehingga ekonomi dan teknologi
saling memacu perkembangannya. Di negara kita pertumbuhan ekonomi barų sekedar
11
memacu untuk mencari teknologi yang makin canggih yang tersedia di pasar, tetapi tidak
atau sédikit saja memacu penelitian dan pengembangan teknologi. Dengan teknologi
yang makin canggih sistem biogeofisik.makin dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya
semaksimum mungkin untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang setinggi- tingginya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pula tumbuhnya pola hidup yang
konsumtif. Kekayaan materi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, misalnya
mobil sebagai alat transpor, melainkan menjadi simbol status sosial, sukses dan
modernitas. Makin banyak kekayaan materi yang dimiliki seseorang, makin tinggi
kedudukan status sosialnya serta makin sukses dan makin modern ia dianggapnya.
Karena itu makin banyak kekayaan materi, makin baik. Kekayaan materi itu tak pernah
cukup sehingga selalu harus ditambah.
Pola hidup yang konsumtif didukung pula oleh ajaran tradisional bahwa orang harus
hidup sesuai dengan kedudukan dan pangkatnya. Tidaklah pantas bagi seseorang yang
mempunyai kedudukan tinggi untuk hidup dalam rumah yang kecil dan tidak mempunyai
mobil. Tidak pantaslah baginya untuk naik bus ke kantor, apalagi berjalan kaki atau naik
sepeda ke kantor. Agar orang lain dapat melihat bahwa ia hidup dengan cara yang pantas,
kekayaan materi itu haruslah dipamerkan. Pamer kekayaan itu diperlukan üntuk
mendapatkan simbol status.
Dengan makin tinggi tingkat konsumsi manusia, makin banyak sumberdaya yang
diperlukan untuk menopang pola hidup itu. Makin tinggi tingkat konsumsi manusia,
makin banyak pula limbah yang terbentuk. Limbah itu terbentuk pada waktu
mengekstraksi sumberdaya dari alam, mengolahnya menjadi bahan baku industri,
mentranspornya ke pabrik, mengolahnya menjadi produk, mengemas dan membuang
kemasannya mengoperasikan/mengkonsumsi produk dan akhirnya pada waktu produk itu
dibuang pada akhir masa gunanya. Di Indonesia baik usahawan sebagai produsen
maupun masyarakat sebagai konsumen tidak atau sedikit usahanya untuk mengurangi
limbah karena késádaran lingkungan, kesadaran hukum dan komitmen untuk melindungi
lingkungan masih rendah. Fungsi kontrol sosial masyarakat tidak jalan. Yang protes
hanyalah anggota masyarakat yang langsung terkena pencemaran. Karena masalah yang
sama, pejabat yang mempunyai tugas mengawasi masih banyak yang mau diajak
berkolusi sehingga pengawasan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pandangan hidup kita berpindah dari ekosentris menjadi antroposentris, yaitu sebuah
pandangan hidup yang menganggap alam diciptakan untuk kepentingan manusia.
Pandangan hidup itu bersifat eksploitatif, yaitu sistem biogeofisik adalah sumberdaya
12
yang dapat dieksploitasi semaksimal mungkin untuk mendukung pola hidup konsumtif.
Akibatnya terjadilah deplesi sumberdaya dan rusaknya fungsi ekologi lingkungan hidup
kita. Contohnya ialah penyusutan luas hutan dan kerusakan hutan yang mengakibatkan
rusaknya fungsi ekologi hutan sehingga terjadilah erosi tanah, pendangkalan sungai,
waduk, saluran irigasi dan pelabuhan, banjir, dan erosi genetik.
Yang mencemaskan ialah bahwa penyusutan luas dan rusaknya hutan nampaknya
tidak menimbulkan kerisauan yang mendalam di kalangan masyarakat luas dan terus
berjalan, walaupun ada protes dari kalangan tertentu, khususnya Lembaga Swadaya
Masyarakat. Penebangan hutan nampaknya berkaitan dengan budaya Jawa yang
mengajarkan hutan sebagai tempat hidupnya perampok, hewan buas, setan dan jin. Hutan
adalah tempat yang berbahaya dan angker. Deskripsi dalam pewayangan tentang hutan
ialah jalma mara, jalma mati (orang datang, orang mati). Hutan digunakan sebagai
simbol halangan bagi kesatria dalam perjalanannya mencari kebenaran. Karena itu dalam
budaya Jawa orang takut pada hutan sehingga babad alas (menebang hutan) dianggap
baik. Yang dapat melakukan babad alas adalah orang yang sakti saja sehingga babad alas
membawa kebanggaan. Hutan yang telah ditebang dan diubah menjadi tempat
pemukiman, sawah dan ladang menjadi reja (ramai dan bagus).
Babad alas digunakan juga sebagai kiasan bagi perbuatan pionir yang baik.
Misalnya, memelopori mendirikan sebuah. universitas disebut juga babad alas. Memang
di dalam pewayangan ada gunungan yang menggumparkan-sebuah bukit dengar hutan,
rumah dan hewan buas. Ada yang menginterpretasikan gunungan sebagai ekosistem
yang serasi. Manusia dan hewan hid up dengan damai dalam hutan. Namun ilustrasi itu
sebenarnya adalah hal yang khusus, yaitu pada waktu seorang raja atau begawan bertapa
di hutan. Persepsi umumnya ialah hutan merupakan tempat yang berbahaya. Menipisnya
lapisan ozon di stratosfer yang melindungi kita dari penyinaran sinar ultraviolet
bergelombang pendek dan terjadinya pemanasan global adalah contoh lain rusaknya
fungsi ekologi lingkungan hidup kita.
Proses kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan membuat lingkungan
bumi makin tidak nyaman bagi manusia, bahkan jika terus berjalan akan dapat
membuatnya tidak sesuai lagi untuk kehidupan kita. Untuk meengatasi masalah di atas
perlulah dikembangkan sumberdaya manusia (SDM) pengelolà lingkungan yang handal.
Syarat utama untuk kehandalan itu ialah bahwa SDM itu sadar lingkungan yang
berpandangan holistis, sadar hukum dan mempunyai komitmen terhadap lingkungan.
Tanpa ini, penguasäah teknologi pengelolaan lingkunganyang paling cánggih pun tidak
13
akan banyak gunanya. Bahkan dengan berkembangnya teknologi, kemampuan manusia
untuk mempengaruhi lingkungannya makin besar sehingga dengan makin
berkembangnya teknologi, kesadaran lingkungan haruslah makin tinggi.
Karena lingkungan berkaitan erat dengan kebudayaan, pengembangan SDM itu tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan. Dengan lain perkataan untuk pengembangan
sumberdaya yang handal itu lingkungan harus dibudayakan. Budaya antroposentris harus
diubah menjadi budaya ekosentris. Masyarakat merupakan pengelola lingkungan
sehingga kita masing-masing adalah pengelola lingkungan. Hal ini tidaklah banyak yang
menyadarinya. Jika kita dapat menyadarkan masyarakat bahwa masyarakat mempunyäi
kewajiban untuk mengelola lingkungannya dengan baik, seperti tertera dalam undang-
undang No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, kita akan mencapai kemajuan yang besar dalam pengelolaan
lingkungan. Karena itu prioritas pengembangan SDM seyogyanya diberikan pada
masyarakat umum. Kecuali jumlahnya yang besar pengembangan masyarakat menjadi
pengelola lingkungan juga merupakan hal yang strategis.
Masyarakat adalah pemasok SDM untuk guru serta pengelola lingkungan
professional di kalangan pemerintah, industri dan biro-biro konsultan. Karena itu apabila
sikap ramah terhadap lingkungan hidup dapat membudaya dalam masyarakat, budaya ini
akan terbawa ke kalangan pendidikan, pemerintah, industri dan biro-biro konsultan.
Dengan demikian kebijakan lingkungan yang digariskan oleh pemerintah juga akan
dijiwai oleh kebudayaan lingkungan tersebut. Apabila kita berhasil membuat masyarakat
berkebudayaan ramah terhadap lingkungan dan mempunyai komitmenr yang tinggi,
kontrol sosial yang kuat akan dapat berkembang. Dengan adanya kontrol sosial yang
kuat budaya malu untuk tidak ramah terhadap lingkungan akan berkembang pula.
Dengan demikian pejabat tidak mudah untuk diajak berkolusi. Para usahawan pun tidak
mudah untuk mengajak para pejabat untuk berkolusi. Dengan demikian kunci
keberhasilan adalah membudayakan sikap hidup yang ramah lingkungan.
Budaya itu haruslah dikembangkan sejak kecil dengan mendidik anak-anak untuk
bersikap ramah terhadap lingkungan. Walaupun ini nampaknya sulit, tetapi beberapa
hasil nyata telah dicapai. Misalnya, banyak anak kini tahu untuk tidak membuang
sampah di sembarang tempat, melainkan membuangnya di tempat sampah. Beberapa
contoh lain yang dapat diajarkan ialah, antara lain, mengambil makanan secukupnya saja
dan tidak berlebihan agar tidak terbuang; mengajak anak untuk berjalan kaki untuk
bepergian dalam jarak pendek sehingga mengurangi konsumsi bensin dan pencemaran;
14
menanam dan memelihara tanaman; mendaurulangkan sampah dengan membuat
kompos. Mengajar anak- anak untuk mengenal unsur lingkungan, seperti tumbuhan dan
hewan di pekarangan, angin, hujan dan petir serta bercerita atau membacakan buku yang
bermuatan budaya lingkungan pada waktu anak akan tidur adalah usaha lain untuk
membudayakan lingkungan. Hal kecil-kecil demikian, tetapi praktis dan dapat dilakukan
oleh anak-anak membuat lingkungan menjadi riil dan bukannya abstrak. Pengertian itu
akan menumbuhkan sikap ekosentris. Walaupun masing- masing sifatnya kecil, tetapi
jika jumlahnya banyak akan menjelma menjadi "sedikit-sedikit menjadi bukit".

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat
terpenuhi dengan sebaik - baiknya, karena persepsi tentang kebutuhan dasar, terutama
untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, tidak sama untuk semua golongan
masyarakat dan berubah- ubah dari waktu ke waktu ,pengelolaan lingkungan haruslah
bersifat lentur Dengan kelenturan itu kita berusaha untuk tidak menutup pilihan golongan
masyarakat tertentu untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya atau menutup secara dini
pilihan kita untuk kemudian hari.
Melestarikan keserasian dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tak
berubah atau kekal keserasian dan keseimbangan lingkungan. Interaksi antara manusia
dengan lingkungan hidupnya menjadi bagian penting kebudayaan manusia yang
mengandung nilai-nilai tertentu. Dengan demikian pengelolaan lingkungan merupakan
pula bagian kebudayaan manusia. Keserasian merupakan unsur pokok dalam kebudayaan
kita Kita diajar untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan sesama manusia dan
dengan Tuhan YME. Ajaran ini kita dapatkan juga dalam kehidupan bernegara kita, yaitu
di dalam GBHN

B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi bentuk maupun dari segi isi. Kami menyarankan pembaca agar ikut peduli
mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang “ Pengelolaan Lingkungan
Hidup”. Makalah ini dapat membantu pembaca dalam meningkatkan pengetahuan
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga dapat di terapkan dalam proses
pembelajaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Syamsul Arifin, Aspek Hukum Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup, Medan,
Medan Area University Press, 2014

Daud Silalalhi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,
Edisi Revisi, Bandung: Alumni, 2006.

Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan,Cet 6, Jakarta: LP3ES, 2013.

RTm, Sutamihardja, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, 2008.

Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan


Lingkungan Hidup, Cet. 2, Bandung: Refika Utama, 2009.

Silalahi, Daud, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,
Edisi Revisi (Kedua), Cet. Pertama, Alumni, Bandung, 1996

Salim, Emil, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, PT. Mutiara Sumber Widya, Jakarta,
1995

Machmud, Syahrul, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2007

17

Anda mungkin juga menyukai