Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBARUI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ekonomi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam”

Dosen Pengampu:
Larasati Widoningtyas, M. Pd.

Disusun oleh Kelompok 1:


1. Aina Izzati Zuhria 126402211006
2. Muh. Ahsinil Umam 126402211033
3. Achmad Nasrulloh 126402212126
4. Adhimas Priyoga 126402212172
5. Nur Azizah 126402213208

KELAS VI-D
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia
serta taufik hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Pengelolaan Sumber Daya
Alam yang Dapat Diperbarui” ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni agama Islam.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang dibimbing oleh Ibu
Larasati Widoningtyas, M. Pd. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN SATU
Tulungagung.
2. Dr. Chusnul Chotimah, M.Ag. selaku Dekan FEBI
3. Dr. Muhamad Aqim Adlan, S.Ag, S.Pd, M.EI. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
4. Dr. Binti Nur Asiyah, M.Si. selaku Koorprodi Ekonomi Syariah
5. Larasati Widoningtyas, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas dan pengarahan kepada kami
6. Semua teman-teman ES-5A

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi
acuan untuk masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 17 Maret 2024

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i

BAB 1 ...................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3

A. Model Penggunaan Optimal SDA yang Dapat Diperbarui ....................................... 3

B. Masalah Pemilikan Bersama ..................................................................................... 3

C. Kepadatan sebagai Kasus Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum......................... 4

D. Pencemaran sebagai Kasus dari Masalah Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum 6

BAB III.................................................................................................................................... 9

PENUTUP ............................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan................................................................................................................ 9

B. Saran .......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 10


BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan. Di era modern ini, manusia telah semakin bergantung pada
sumber daya alam yang dapat diperbarui, seperti energi terbarukan, air bersih, dan
hasil hutan. Namun, peningkatan aktivitas eksploitasi sumber daya alam yang tidak
terkendali menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius, termasuk perubahan
iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan kerusakan ekosistem. Oleh karena itu,
pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui perlu menjadi fokus utama
dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan memastikan ketersediaan
sumber daya untuk generasi mendatang.
Pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui juga terkait
erat dengan kebutuhan akan energi bersih dan berkelanjutan. Dengan semakin
meningkatnya populasi dan perkembangan industri, permintaan akan energi terus
bertambah. Sumber daya alam konvensional seperti minyak bumi dan batu bara
semakin terbatas dan memiliki dampak lingkungan yang besar. Oleh karena itu,
peningkatan pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga surya,
angin, dan biomassa menjadi sangat penting. Pengelolaan sumber daya alam yang
dapat diperbarui akan memainkan peran kunci dalam memenuhi kebutuhan energi
global sambil meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Selain itu, pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui juga memiliki
dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Banyak masyarakat bergantung pada
sumber daya alam untuk kehidupan dan mata pencaharian mereka. Oleh karena itu,
pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan akan membantu memastikan
kesejahteraan masyarakat lokal, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan
kemandirian energi dalam skala lokal maupun global. Dengan memahami pentingnya
pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui secara komprehensif, kita dapat
memandangnya sebagai investasi dalam masa depan yang berkelanjutan bagi planet
kita dan generasi yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

1
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Model Penggunaan Optimal SDA yang Dapat
Diperbarui?
2. Apa saja Masalah Pemilikan Bersama?
3. Bagaimana Kepadatan sebagai Kasus Pengelolaan Sumber Daya
Milik Umum?
4. Bagaimana Pencemaran sebagai Kasus dari Masalah Pengelolaan
Sumber Daya Milik Umum?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui Model Penggunaan Optimal SDA yang Dapat
Diperbarui?
2. Untuk mengetahui Masalah Pemilikan Bersama
3. Untuk mengetahui Kepadatan sebagai Kasus Pengelolaan Sumber
Daya Milik Umum
4. Untuk mengetahui Pencemaran sebagai Kasus dari Masalah
Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Penggunaan Optimal Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui


Pengelolaan sumberdaya alam yang pulih pada umumnya didasarkan pada
konsep hasil maksimum yang mantap. Ini merupakan tujuan pengelolaan sumberdaya
alam yang paling sederhana yang memperhitungkan fakta bahwa persediaan
sumberdaya biologis jangan dimanfaatkan terlalu berat, sebab bila demikian akan
menyebabkan hilangnya produktivitas sumberdaya alam tersebut.
Bagi pemilik perorangan terhadap sumberdaya alam pulih akan berusaha
mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan menyamakan harga barang
sumberdaya alam itu dengan biaya pengambilannya ditambah dengan besarnya
royalty seperti halnya dalam sumberdaya alam tak pulih. Biaya pengambilan
sumberdaya alam itu sendiri merupakan fungsi dari banyaknya produksi barang
sumberdaya alam dan besarnya persediaan atau populasi sumberdaya alam. Dalam hal
sumberdaya alam pulih, persediaan sumberdaya alam itu dapat berkembang secara
alamiah sehingga hal ini akan menambah royalty dan dapat dianggap sebagai deviden
karena menyimpan satu satuan sumberdaya alam sebagai persediaan. Pola
perkembangan pengambilan sumberdaya alam itu tetap mendekati keadaan yang
mantap (steady state) dengan catatan tidak ada perubahan dalam persediaan dan
royalty.
B. Masalah Pemilikan Bersama
Pengelolaan sumberdaya alam yang pulih dapat dinyatakan bahwa produsen
selalu berusaha mengambil barang sumberdaya alam untuk memaksimumkan
keuntungan mereka yaitu menyamakan harga dengan biaya pengambilan ditambah
royalty. Biaya pengambilan barang sumberdaya alam juga dipengaruhi oleh
banyaknya produksi barang sumberdaya alam dan besarnya persediaan atau populasi
sumberdaya alam tersebut. Besarnya persediaan atau populasi berkembang secara
alamiah sehingga untuk sumberdaya alam jenis ini akan tercipta baik keuntungan
kapital maupun deviden karena menunda pengambilan barang sumberdaya.
Dibawah pemilikan pribadi, pengambilan sumberdaya alam akan optimum
apabila biaya marjinal sama dengan penerimaan marjinal. Pada berbagai jumlah
persediaan akan diperoleh tingkat pengambilan optimum tertentu sehingga akan
3
diperoleh lokasi penangkapan. Perusahaan tidak akan menunda pengambilan
sumberdaya alam umum1.
C. Kepadatan sebagai Kasus Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum
Kesesakan/kepadatan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kemacetan
lalu lintas pada jam-jam pulang kantor sampai dengan kesesakan wiasatawan di taman-
taman rekreasi. Dalam bidang sumber daya alarm, kesesakan merupakan hal yang sangat
penting untuk diper- hatikan terutama dalam kaitannya dengan rekreasi di luar rumah.
Kesesakan (congestion) dapat dipandang sebagai saling tergang- gunya setiap
individu yang sama-sama menggunakan fasilitas publik. Fasilitas publik yang digunakan
biasanya disediakan oleh pemerintah baik pusat daerah, walaupun tidak selalu demikian.
Contoh yang paling umum adalah jalan raya, pelabuhan, lapangan udara, pantal, taman,
hutan wisata dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kapasitas dari
fasilitas publik itu tidak dapat ditambah begitu saja dalam jangka pendek sebagai respon
terhadap perubahan permintaan. Saling mengganggu di antara pengguna fasilitas dapat
dalam bentuk fisik seperti halnya kendaraan-kendaraan di jalan raya dan pintu "tol",
kapal-kapal di pelabuhan dan sebagainya di mana masing- masing mempunyai fungsi
produksi yang saling bergantung satu sama lain, maupun berupa menurunnya
kenikmatan/kesenangan karena ada- nya orang yang lalu lalang apabila kita sedang
duduk-duduk di taman rekreasi karena terlalu banyak orang yang datang ke taman wisata
pada waktu menjelang hari Natal, tahun baru ataupun hari-hari libur lainnya. Dampak
negatif yang timbul terutama adalah berkurangnya kesediaan untuk membayar bagi jasa
rekreasi tersebut.
Jadi biaya bagi suatu kesesakan dilukiskan sebagai suatu penurunan dalam
kesediaan untuk membayar (willingnes to pay) bagi penggunaan fasilitas publik apabila
dampak negatif itu mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen.2
Dengan meningkatnya angka kelahiran maka pertambahan pendudukpun
melonjak tinggi.Sehingga kepadatan populasi meningkat. Hal ini akan mempengaruhi
daya dukung lingkungan. Daya dukung yang terbatas menyebabakan akan terjadinya
kelangkaan. Dampak dari kepadatan pendudukterhadap lingkungan adalah sebagai
berikut
1. Berkurangnya Ketersediaan Lahan

1
Almasdi Syahza, Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Alam, Riau, UR Press Pekanbaru, 2017. Hal 78-79
2
M. Suparmako, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendakatan Teoritis),
(Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2008), hlm. 131

4
Peningkatan populasi manusia atau meningkatnya jumlah penduduk
menyebabkan tingkat kepadatan semakin tinggi. Pada sisi lain, luas tanah atau
lahan tidak bertambah. Kepadatan penduduk dapat mengakibatkan tanah
pertanian semakin berkurang karena digunakan untuk pemukiman penduduk.
2. Kebutuhan Udara Bersih
Setiap makluk hidup membutuhkan oksigen untuk pernapasan. Demikian pula
manusia sebagai makluk hidup juga membutuhkan oksigen untuk kehidupanya.
Manusia memperoleh oksigen yang dibutuhkan melalui udara bersih. Udara
bersih berati udara yang tidak tercemar,sehingga huyakitas udara terjaga dengan
baik. Dengan udara yang bersih akan diperoleh pernapasan yang sehat.
3. Kerusakan Lingkungan
Setiap tahun, hutan dibuka untuk kepentingan hidup manusia seperi untuk
dijadikan lahan pertanian atau pemukiman. Para ahli lingkungan memperkirakan
lebih dari 70% hutan di dunia yang alami telah ditebang atau rusak parah.
Menigkatnya jumlah penduduk akan diiringi pula dengan meningkatnya
penggunaan sumber alam hayati. Adanya pembukaan hutan secara liar untuk
dijadikan tanah pertaniaan atau untuk mencari hasil hutan sebagai mata
pencaharian penduduk akan merusak ekosistem hutan.
4. Kebutuhan Air Bersih.
Air merupakan kebutuhan mutlak makhluk hidup. Akan tetapi, air yang
dibutuhkan manusia sebagai mkhluk hidup adalah air bersih. Air bersih
digunakan untuk kebutuhan penduduk atau rumah tangga sehari-hari. Bersih
merupakan air yang memenuhi syarat kualitas yang meliputi syarat fisika kimia,
dan biologi. Syarat kimia yaitu air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang
membahayakan kesehatan manusia. Syarat fisika yaitu air tetap jernih (tidak
berubah warna), tidak ada rasa, dan tidak berbau. Syarat biologi yaitu air tidak
mengandung mikrooganisme atau kuman-kuman penyakit.
5. Kekurangan Makanan
Manusia sebagai mahkluk hidup membutuhan makanan. Dengan bertambahnya
jumlah populasi atau penduduk, maka jumlah kebutuhan makanan yang
diperlukan juga semakin banyak. Bila hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi pangan, maka dapat terjadi kekurangan makanan Akan tetapi, biasanya
laju pertambahan penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan
makanan. Ketidakseimbangan antara bertambahnya penduduk dengan
5
bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia.
Akibatnya, penduduk dapat kekurangan gizi atau pangan. Kekurangan gizi
menyebabkan daya tahan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit rendah,
sehingga mudah terjangkit penyakit.
Adapun solusi yang bisa ditempuh untuk menangani permasalahan lingkungan yang
bersumber dari kepadatan penduduk diantaranya adalah:
1) Menggalakan program keluarga kecil bahagia sejahtera yang tidak bertentangan
dengan kehidupan beragama, dan kondisi social budaya masyarakat.
2) arti pentingnya program keluarga kecil bahagia sejahtera secara jelas dan
transparan.
3) Meningkatkan kualitas pendidikan manusia Indonesia
4) Menciptakan lapangan pekerjaan
5) Membuat peraturan perundangan pengelolaan sumberdaya alam yang berpihak
pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
6) Mensosialisasikan peraturan perundangan itu kepasa seluruh lapisan masyarakat
7) Melaksanakan peraturan perundangan itu secara konsekuen
8) Menerapkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
9) Menselaraskan pembangunan ekonomi dan lingkungan
10) Merencanakan tata ruang yang lebih optimal dan tidak memihak.3
D. Pencemaran sebagai Kasus Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum
Lingkungan, udara dan air yang luas (lautan, danau) serta peman- dangan
merupakan sumber daya alam milik umum yang sering dipakai sebagai tempat
membuang limbah. Biasanya semua pihak boleh mem- buang asap pabrik maupun bau
busuk ke udara, air limbah dibuang ke sungai atau danau dan lautan, serta rusaknya
pemandangan karena munculnya bangunan-bangunan pencakar langit. Namun
penggunaan lingkungan ini telah dibatasi dengan aturan-aturan yang resmi dari
Pemerintah, hanya saja peraturan perundang-undangan itu sering masih terlalu sempit.
Dengan ratusan orang atau perusahaan yang menim- bulkan pencemaran, bagaimana
menentukan pencemaran tertentu oleh orang atau perusahaan tertentu? Demikian pula
apabila terjadi konflik antar-penyebab pencemaran, mana yang akan dimenangkan?
Dalam hal kesesakan, konflik terjadi antar para pemakai fasilitas Informasi
mengenai dampak keputusan mereka merupakan umpan balik bagi para pemakai fasilitas

3
Muannif, Studi Analisis tentang Kepadatan Penduduk sebagai Sumber Kerusakan Lingkungan Hidup, Jurnal
Indra Tech. Vol. 2 No. 1, 2021, hlm. 31

6
itu melalui pasar. Umpan balik ini cenderung membatasi penggunaan yang berlebihan
sampai pada suatu titik di mana tidak ada manfaat lagi bagi masyarakat. Dalam hal
pencemaran, akan timbul suatu kerugian sosial neto dari penggunaan sumber daya alam
tersebut.
Ada dua cara di mana jasa lingkungan dapat masuk ke sistem pasar dengan lebih
efektif, yaitu dengan membatasi kebebasan menda- patkan jasa lingkungan melalui
pungutan atau bayaran tertentu, dan dengan memberikan nilai pada lingkungan,
kemudian memasukkan nilai tersebut ke dalam harga barang dan jasa akhir. Sekali lagi
pendekatan ini disebut sebagai pendekatan atas dasar mekanisme pasar (market- based
yang dilawankan terhadap pendekatan atas dasar peraturan (regulatory command and
control). Pendekatan atas dasar peraturan ini biasanya menggunakan "baku mutu
lingkungan" atau "baku mutu kualitas udara" ataupun "baku mutu kualitas air" misalnya.
Baku mutu ini didukung peraturan perundang-undangan, tanpa mekanisme pasar.
Para ekonom sudah lama menyatakan bahwa pendekatan meka- nisme pasar jauh
lebih efisien daripada sistem pengawasan dan ko- mando, namun kenyataannya banyak
negara yang masih menganut sistem pengawasan dan komando tersebut. Sistem
pengawasan dan komando memiliki kelemahan di antaranya akan memerlukan biaya
yang mahal untuk mengumpulkan informasi dari para produsen.
Sebagai kesimpulan pengelolaan sumber alam yang pulih dapat dinyatakan
bahwa produsen selalu berusaha mengambil barang sumber daya alam untuk
memaksimumkan keuntungan/manfaat yaitu menyamakan harga dengan biaya
pengambilan ditambah royalty. Biaya pengambilar barang sumber daya alam juga
dipengaruhi oleh banyak- nya produksi barang sumber daya alam dan besarnya cadangan
atau populasi sumber daya alam tersebut. Besarnya cadangan atau populasi berkembang
secara alami, sehingga untuk sumber daya alam jenis ini akan tercipta baik keuntungan
kapital (capital gain) maupun dividen karena menunda pengambilan barang sumber daya
tersebut.
Di bawah pemilikan pribadi, pengambilan sumber daya alam akan optimum bila
biaya marginal (MC) sama dengan penerimaan marginal (MR). Pada berbagai jumlah
cadangan (populasi) akan diperoleh tingkat pengambilan optimum tertentu, sehingga
akan dapat diperoleh lokasi penangkapan (catch location). Lokasi penangkapan untuk
sumber daya alam milik umum terletak lebih ke kiri daripada untuk sumber daya alam
milik pribadi, sehingga di bawah pemilikan umum sumber daya alam pulih ini akan
cenderung diambil secara berlebihan. Hal ini benar karena orang atau perusahaan tidak
7
memperhatikan biaya alternatif dalam menunda pengambilan barang sumber daya alam
milik umum.4

4
M. Suparmako, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendakatan Teoritis),
(Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2008). hlm. 133

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan sumberdaya alam yang pulih pada umumnya didasarkan pada
konsep hasil maksimum yang mantap. Ini merupakan tujuan pengelolaan sumberdaya
alam yang paling sederhana yang memperhitungkan fakta bahwa persediaan
sumberdaya biologis jangan dimanfaatkan terlalu berat, sebab bila demikian akan
menyebabkan hilangnya produktivitas sumberdaya alam tersebut.
Pengelolaan sumberdaya alam yang pulih dapat dinyatakan bahwa produsen
selalu berusaha mengambil barang sumberdaya alam untuk memaksimumkan
keuntungan mereka yaitu menyamakan harga dengan biaya pengambilan ditambah
royalty.
Biaya bagi suatu kesesakan dilukiskan sebagai suatu penurunan dalam
kesediaan untuk membayar (willingnes to pay) bagi penggunaan fasilitas publik
apabila dampak negatif itu mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Dengan
meningkatnya angka kelahiran maka pertambahan pendudukpun melonjak
tinggi.Sehingga kepadatan populasi meningkat. Hal ini akan mempengaruhi daya
dukung lingkungan. Daya dukung yang terbatas menyebabakan akan terjadinya
kelangkaan.
Lingkungan, udara dan air yang luas (lautan, danau) serta pemandangan
merupakan sumber daya alam milik umum yang sering dipakai sebagai tempat
membuang limbah. Biasanya semua pihak boleh membuang asap pabrik maupun bau
busuk ke udara, air limbah dibuang ke sungai atau danau dan lautan, serta rusaknya
pemandangan karena munculnya bangunan-bangunan pencakar langit. Namun
penggunaan lingkungan ini telah dibatasi dengan aturan-aturan yang resmi dari
Pemerintah, hanya saja peraturan perundang-undangan itu sering masih terlalu sempit.
B. Saran
Demikian makalah ini kami selesaikan sebagai salah satu tugas perkuliahan
semester 6. Namun dari kelompok 01 sebagai penyusun, menyadari terdapat
kekurangan maupun kekhilafan dalam menyelesaikan makalah ini. Maka, kami sangat
mengharapkan dari para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang baik guna
peningkatan kualitas dalam penulisan makalah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Syahza Almasdi. SE., MP. 2017. Ekonomi Sumberdaya Manusia Dan Alam.
(Pekanbaru: Badan Penerbit Universitas Riau UR Press).
Muannif, Studi Analisis tentang Kepadatan Penduduk sebagai Sumber Kerusakan
Lingkungan Hidup, Jurnal Indra Tech. Vol. 2 No. 1, 2021
Suparmako, M. (2008). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendakatan
Teoritis). Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

10
Studi Kasus
Cuma 20% RT di Indonesia yang Punya Akses Air Bersih

Akses air bersih di tanah air masih belum merata dan dibutuhkan peningkatan
infrastruktur lebih lanjut. Pasalnya, baru 20% masyarakat Indonesia yang mampu
mendapatkan akses air bersih. Menurut data Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh
Indonesia (PERPAMSI), pada 2023 hanya sebanyak 19,47% rumah tangga yang memiliki
akses terhadap air pipa. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan yang besar pada
pendanaan akses air bersih di seluruh Indonesia.
Adapun salah satu dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2024 menargetkan akses untuk air yang layak pakai sebesar 100%, air yang aman
untuk dipakai sebesar 15%, dan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air pipa sebesar
30%. Sementara itu, salah satu target Sustainable Development Goals (SDG) tahun 2030
adalah akses untuk air yang aman untuk dipakai sebesar 100%.
Kendalanya, masih ada kesenjangan dalam pendanaan akses air sehingga ada
infrastrukturnya masih berjalan lebih lama dibandingkan jumlah penduduk. Apalagi
dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk pembangunan akses air bersih ini.
Misalnya saja, untuk menyediakan tambahan program 10 juta sambungan rumah,
dibutuhkan investasi sekitar Rp 123 triliun. Adapun SR merupakan pemasangan atau instalasi
pipa air untuk distribusi kepada masyarakat desa.
Namun, alokasi dari pemerintah hanya sebesar 70% dari total pendanaan program
tersebut. Hal hgabini dipaparan oleh Presiden Direktur Danareksa Yadi Jaya Ruchandi dalam
Workshop terkait "Designing Global Water Fund Establishment", Senin, (5/2/2024).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa kesenjangan pendanaan untuk target RPJMN
2024 dan SDGs 2030 terkait air sebesar 10%. Menurut PERPAMSI, dibutuhkan Rp300
triliun guna mengisi jarak antara kesenjangan pendanaan tersebut pada tahun 2030
mendatang."Jadi jelaslah ada kesenjangan pendanaan dalam industri air. Tetapi, yang butuh
didiskusikan tidak hanya cukup tentang pendanaan alternatif, yang mana kami sediakan untuk
industri air Indonesia. Tapi juga dibutuhkan iklim investasi yang cocok," ujar Yadi.

Pandangan Kelompok
Air bersih merupakan sumber daya terpenting bagi kesejahteraan manusia, khususnya juga
terhadap masyarakat Indonesia. Melihat dari kasus terebut, presentase air bersih masih belum
bisa merata di seluruh wilayah Indonesia. Maka, sebaiknya pemerintah lebih melihat dan
11
memerhatikan lagi terhadap anggaran yang digunakan untuk produksi air bersih. Harus ada
alokasi-alokasi tertentu yang dikhususkan untuk pemerataan air bersih. Karena air bersih
merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi. Dengan adanya air bersih
yang cukup, maka masalah-masalah dasar seperti kesehatan dapat teratasi dan mencegah
adanya gangguan terhadap kesehatan. Disisi lain, pemerintah juga tidak hanya
memperhatikan infrastruktur perhubungan saja, akan tetapi juga memerhatikan infrastruktur
kesehatan dan kesejahteraan seperti akses air bersih.

12

Anda mungkin juga menyukai