Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKSIOLOGI DALAM ILMU FILSAFAT

Disusun untuk memenuhi tugas

“General Philosophy”

Dosen Pengampu : Muhammad Manar, S.Fil,I, M.Ag.

Disusun oleh kelompok 11 TBI 1-C :

1. Hani'an Mari'a (126203212105)

2. Nona Kinanti Rahayu (126203212118)

3. Dina Nur Amalia Putri (126203212135)

4. Enggar Larasati (126203212136)

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah General Philosophy/Filsafat Umum, ini dengan lancar. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang yakni
“Addinul-Islam”. Makalah ini berisikan kajian Aksiologi dalam Ilmu Filsafat yang di
tulis guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah General Philosophy, Program Studi
Bahasa Inggris Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Kemudian tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.

2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M. Pd.I, selaku Dekan FTIK UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.

3.Dr. H. Nursamsu M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tadris Bahasa Inggris Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

4. Muhammad Manar , S.Fil,I, selaku dosen pengampu mata kuliah General Philosphy
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

5. Serta seluruh pihak yang memberikan kontribusi dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran kami harapkan dari berbagai pihak demi memperbaiki tulisan kami
kedepannya. Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada penulis dan pembaca pada umumnya. Akhir kata, kami ucapkan
terimakasih.

Tulungagung, 20-09-2021
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aksiologi ........................................................................................ 3

2.2 Hakikat dan Nilai Aksiologi ....................................................................... 5

2.3 Fungsi Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan ................................................ 5

2.4 Kategori Dasar Aksiologi ............................................................................ 8

2.5 Macam Aksiologi ........................................................................................ 9

2.6 Contoh Aksiologi ........................................................................................ 9

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, dalam filsafat juga ada yang
mempelajari tentang Aksiologi yang sangat berguna untuk berfilsafat. Keingintahuan adalah
salah satu pemicu kita untuk berfilsafat, dan begitu juga dengan keragu-raguan, filsafat
merupakan pemikiran secara rasional.

Jika mempelajari Aksiologi maka kita telah mempelajari sebagian cara berfilsafat, dimana
berfilsafat itu sangat penting dan jika kita tidak berfilsafat kita tidak akan maju, itu dalam
artian berfilsafat adalah berfikir secara abstrak.

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori
tentang nilai dalam berbagai bentuk.

Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika. Pada bagian ini akan dibahas
beberapa hal terkait dengan aksiologi sebagai langkah awal dalam mempelajari persoalan ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Aksiologi?


2. Bagaimana hakikat dan nilai dari Aksiologi?
3. Apa fungsi Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan?
4. Apa saja kategori dasar Aksiologi?
5. Apa saja macam dari Aksiologi?
6. Apa saja contoh Aksiologi?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Aksiologi.


2. Untuk mengetahui hakikat dan Nilai Aksiologi.
3. Untuk mengetahui fungsi Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan.
4. Untuk mengetahui kategori dasar Aksiologi.
5. Untuk mengetahui macam-macam Aksiologi.
6. Untuk mengetahui contoh Aksiologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata Yunani : axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang
nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-
nilai khusunya etika1. Aksiologi atau filsafat nilai adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini
terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang
khusus, yaitu ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistemologi. Epistemology
bersangkutan dengan masalah kebenaran.

Etika bersangkutan dengan masalah kebaikan (dalam arti kesusilaan), dan estetika
bersangkutan dengan masalah keindahan2. Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan
ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan
manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak 3. Dalam teori Islam klasik, wilayah etis
soal baik dan buruk ada dua pilihan : the theistic-subjectivism atau rationalistic-objectivism.
Yang pertama menekankan pada pemahaman bahwa baik dan buruk hanya ditentukan oleh
Tuhan.

Sedangkan yang kedua lebih menekankan pada peran akal dalam menentukan baik-buruknya
sesuatu. Teori pertama menekankan pada Tuhan lewat kitab suci. Tetapi, dalam praktiknya,
sering kali apa yang diistilahkan dengan Tuhan tersebut jika tidak hati-hati dapat saja
direduksi menjadi subjektivitas masing-masing individu pengikut agama-agama. Peran
individu di sini juga dapat diganti oleh peran kelompok, yang kedua, juga demikian halnya.
Perbuatan baik dan buruk hanya tergantung dan diukur oleh kemampuan rasio individu

1 Abdulhak, I. (2008). Filsafat ilmu pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.


2 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. oleh Soejono Soemargono. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.),
hlm. 319
3 J alaludin, dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), hlm 129
3
masing-masing4.

4 Assegaf, Abd. Rachman. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai
Modern. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 30
4
2.2 Hakikat dan Nilai Aksiologi

Hakikat Aksiologi Ilmu dipandang dari sudut aksiologi adalah cara penggunaan atau
pemanfaatan pengetahuan ilmiah. Asas dalam keilmuan tersebut digunakan atau
dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Aksiologi ilmu adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar
dan salah, serta tentang cara dan tujuan.

Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai,
pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan 5. Nilai dalam aksiologi pada
umumnya terbagi menjadi dua yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik,
contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung kualitas-kualitas pengirisan didalam
dirinya, sedangkan nilai instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat
digunakan untuk mengiris6, jadi dapat disimpulkan bahwa nilai instrinsik adalah nilai yang
yang dikandung pisau itu sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan nilai instrumental adalah
nilai sesuatu yang bermanfaat atau dapat dikatakan sebagai nilai guna. Sementara nilai itu
sendiri adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan. menurut
Muhaimin arti dasar "nilai" diartikan sebagai asumsi- asumsi yang abstrak dan sering tidak
disadari tentang hal-hal yang benar dan penting. 7

2.3 Fungsi Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan

Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana
makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya.

5 Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1986), hlm.
327
6 Ibid, hal. 328
7 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 110
5
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-
nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak
tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang
akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada
ilmu dan teknologi, sains dan teknologi dikembangkan untuk memudahkan hidup manusia
agar lebih mudah dan nyaman. Peradaban manusia berkembang sejalan dengan
perkembangan sains dan teknologi karena itu kita tidak bisa dipungkiri peradaban manusia
berhutang budi pada sains dan teknologi. Berkat sain dan teknologi pemenuhan kebutuhan
manusia bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Perkembangan ini baik dibidang
kesehatan, pengangkutan, pemukiman, pendidikan dan komunikasi telah mempermudah
kehidupan manusia.

6
Sejak dalam tahap- tahap pertama ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang, disamping
lain ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan, dimana bukan lagi teknologi yang
berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun sebaliknya
manusialah yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Menghadapi
kenyataan ini ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagai mana adanya mulai
mempertanyakan hal yang bersifat seharusnya, untuk apa sebenarnya ilmu itu harus
digunakan? Dimana batasnya? Kearah mana ilmu akan berkembang?

Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Namun
apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan
berkah dan penyelamat baagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka
dan kesengsaraan? Memang mempelajari teknologi seperti bom atom, manusia bisa
memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan umat manusia, tetapi
dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa mausia pada penciptaan
bom atom yang menimbulkan malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu
pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai
dipertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan?

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak ini para ilmuan terbagi kedalam golongan pendapat yaitu golongan
pertama yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
itu secara ontologis maupun aksiologi. Sebaliknya golongan kedua bahwa netralisasi
terhadap nilai- nilai hanyalah terbatas pada metavisis keilmuan sedangkan dalam
penggunaanya ilmu berlandaskan pada moral.golongan kedua mendasarkan
pendapatnya pada beberapa hal yakni :

1. Ilmu secara factual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang telah
dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-
teknologi keilmuan.
7
2. Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuan telah
mengetahui apa yang mungkin terjadi apabila adanya penyalahgunaan.

3. Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada
kasus revolusi genetika dan tehnik perubahan sosial.8

Berhubungan dengan nilai guna ilmu, tidak bisa dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah
wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip
oleh Jujun S. Suriasumatri yaitu bahwa "Pengetahuan adalah Kekuasaan" apakah
kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang
kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa
mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan
alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat
netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik
dalam menggunakannya.9

2.4 Kategori Dasar Aksiologi

Dikutip dari Mukhtar, mengatakan ada dua kategori dasar aksiologi. Pertama,
objectivis, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan
objek yang dinilai. Kedua, subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana
dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan). Dari sinilah muncul empat
pendekatan etika, yaitu :

1. Teori Nilai Intuitif (The Intuitive Theory of Value)

Menurut teori ini, sangat sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk
mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Nilai ditemukan melalui intuisi,
karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai
eksis sebagai piranti objek atau menyatu dalam hubungan antar-objek, dan
validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia.

8 https://syafrudinmtop.blogspot.com/2015/03/makalah-aksiologi-filsafat-ilmu.html?m=1
9 Suriasumantri, Jujun S. Filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990)
8
2. Teori Nilai Rasional (The Rational Theory of Value)

Menurut teori ini, jangan percaya pada nilai yang bersifat objektif dan murni
independen dari manusia. Nilai ini ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia.
Fakta bahwa seseorang melakukan sesuatu yang benar ketika ia tahu dengan
nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalai
yang melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu Tuhan.

3. Teori Nilai Alamiah (The Naturalistic Theory of Value)

Menurut teori ini, nilai diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan dan
hasrat yang dialaminya. Nilai yaitu produk biososial, artefak manusia yang
diciptakan, dipakai, diuji oleh individu atau masyarakat untuk melayani tujuan
membimbing perilaku manusia. Pendekatan ini mencakup teori nilai instrumental
dimana keputusan nilai tidak absolut tetapi bersifat relatif.

4. Teori Nilai Emotif (The Emotive Theory of Value)

Menurut teori ini, konsep moral dan etika bukanlah keputusan yang faktual
melainkan hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari
suatu opini yang tidak bisa diverifikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi
bagian penting dari tindakan manusia.10

2. 5 Macam Aksiologi

Menurut Theodore Brameld, seorang tokoh filusuf klasik, aksiologi dibagi menjadi 3 bagian :

Pertama adalah moral, etika atau tindakan manusia. Peran utama aksiologi ini adalah memberi arah
pada manusia untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik.

Kedua adalah ekspresi keindahan. Disini aksiologi berperan sebagai pembimbing dalam diri manusia
untuk berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya.

Ketiga yaitu sosial politik. Pada tingkatan ini, aksiologi berperan sebagai sarana proses sosialisasi
manusia.

10 Latif, Mukhtar. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2014)
9
2.6 Contoh Aksiologi

Aksiologi merupakan suatu teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang telah diperoleh. Aksiologi sendiri dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang membahas
tentang hakikat manfaat atau kegunaan dari pengetahuan yang sudah ada.

Contoh Aksiologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu, Teori aksiologi memiliki ranah di
antaranya yaitu tentang etika dan estetika. Apabila kita sudah memahami dan mengetahui
tentang suatu ilmu pengetahuan kemudian dilanjutkan dengan kajian aksiologi, aksiologi ini
yang akan membahas tentang manfaat yang didapatkan dari ilmu pengetahuan tersebut yang
didapatkan. Apakah ilmu pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat atau malah
sebaliknya. Jadi jika dikaitkan dengan 2 contoh di atas yaitu meja dan kursi, bisa dikaitkan
apakah pengetahuan tentang meja dan kursi tersebut dapat memberikan manfaat di dalam
kehidupan sehari-hari kita.

Ada juga misalnya dengan kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu adalah rumah, kita bisa
dengan mudah untuk menentukan dimana kita akan tinggal, tempat seperti apa yang nyaman
dan kita bisa mengenali bahwa rumah itu adalah hal yang penting untuk kehidupan sehari-
hari

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan
moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu
dikembangkan. Ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu menjadi sebuah teknologi yang benar-benar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidaklah terlepas dari si ilmuwannya.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk
kemudahan bagi manusia. Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para
ilmuwan, apakah itu berupa teknologi, maupun teori-teori emansipasi masyarakat dan
sebagainya itu, masalah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat
dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab lain yang berkaitan dengan penerapan
teknologi di masyarakat yaitu menciptakan hal positif. Kadangkala teknologi
berdampak negatif, misalnya masyarakat menolak atau mengklaim suatu teknologi
bertentangan atau tidak sejalan dengan keinginan atau pandangan-pandangan yang telah
ada sebelumnya, seperti rekayasa genetik (kloning manusia) yang dapat bertentangan
dengan kodrat manusia atau ajaran agama. Maka ilmu pengetahuan haruslah terbuka
pada konteksnya, dan agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan
ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas alam, dan
memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar pada hakikat penciptaan
dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan “melulu” pada praxis, pada kemudah-
mudahan material duniawi saja. Dalam kenyataannya tidaklah mudah bagi ilmuwan
untuk memikul tanggung jawab sosial di bahunya. Tetapi seorang ilmuwan yang
dikaruniai kecerdasan intelektual dan memiliki nilai-nilai moral yang luhur akan dapat
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik demi kelangsungan kehidupan manusia di
dunia ini. Dikaruniai kecerdasan intelektual dan memiliki nilai-nilai moral yang luhur

11
akan dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik demi kelangsungan kehidupan
manusia di dunia ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Reding, Tom. 2021. "Peniadaan Bunyi Dalam Ucapan".


https://en.wikipedia.org/wiki/Elision, Diakses pada 26 September 2021 pukul 18.40
Ensicloapedia Britannica, Editor. 1998. " Spoonerism".
https://www.britannica.com/art/spoonerism, Diakses pada 26 September 2021 pukul
19.05
Bahar, Alvin. 2018. "Mengenal Spoonerisme, Kondisi Keseleo Lidah Seperti Isyana
Sarasvati". http://hai.grid.id/read/07918072/mengenal-spoonerisme-kondisi-keseleo-
lidah-seperti-isyana-sarasvat, Diakses pada 27 September 2021 pukul 19.23
Staff, Editorial. 2021. “Contoh Ontologi Epistemologi Dan Aksiologi Dalam
Kehidupan Sehari-hari, https://kobi-id.org/contoh-ontologi-epistemologi-aksiologi/,
Diakses pada 27 September 2021 pukul 19.50

13

Anda mungkin juga menyukai