Anda di halaman 1dari 13

AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pengampu : Hapiz M.Pd

Disusun oleh kelompok 5:

1.Elvi Novaria : NIM.PM.02.221.1025


2.Mahyu : NIM.PM.02.221 1057
3.Mira Indriani : NIM.PM.02.221.1063

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul “Aksiologi Ilmu
Pengetahuan“ terselesaikan dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu, bapak Hapiz M.Pd yang telah mengarahkan
dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik
bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.

Muara Bungo, 30 Maret 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Definisi Aksiologi Ilmu Pendidikan.................................................................3
B. Aliran Filsafat Aksiologi..................................................................................6
C. Tujuan Aksiologi Dalam Kehidupan................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................9
A. Kesimpulan ......................................................................................................9
B. Saran.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

iii
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Aksiologi merupakan salah satu bagian dari kajian filsafat ilmu yang
membahas tentang kegunaan atau manfaat dari ilmu pengetahuan. Kajian terhadap
ilmu pengetahuan telah menjadi bagian terpenting dari kehidupan sosial manusia.
Maju mundurnya suatu bangsa atau masyarakat tertentu sangat dipengaruhi oleh
sejauh mana bangsa atau masyarakat itu menguasi ilmu pengetahuan. Semakin
sempurna ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka semakin modern pula kehidupan
masyarakat yang bersangkutan, baik modernisasi ekonomi, politik, agama, ilmu
pengetahuan dan teknologi, maupun sosial budaya. Sebaliknya, rendahnya
semangat mempelajari ilmu pengetahuan telah menjadi penyebab rendahnya
kualitas masyarakat itu dan telah mendorong pula kehidupan mereka menjadi
masyarakat yang miskin dan marginal. Karena itulah Islam mendorong umatnya
untuk mencari ilmu pengetahuan secara sungguh-sungguh.1
Mengingat betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup
manusia, maka para filosuf terdahulu telah berupaya membangun pola pikir yang
logis dan sistematis berkenaan dengan kajian terhadap ilmu pengetahuan. Kajian
ini telah mendorong lahirnya filsafat ilmu, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan
yang membahas tentang ilmu itu sendiri. Menurut Prof Agus Sholahuddin, filsafat
ilmu membahas tentang ilmu pengetahuan dan perkembangannya dari masa ke
masa, baik bersifat teoritis, praktis, nilai maupun kebijaksanaan.1 Agaknya, atas
dasar inilah maka kemudian lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, tidak
terkecuali dalam bidang ilmu sosial dengan berbagai cabang ilmu yang
dimilikinya.
Secara umum para ahli filsafat sepakat mengelompokkan studi filsafat ilmu
pengetahuan itu menjadi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek Ontologi, Epistemologi
dan Aksiologi. Ontologi lebih memfokuskan pembahasannya di sekitar hakikat
dari suatu ilmu pengetahuan, epistemologi menekankan pentingnya cara atau

1
Juhari. Aksiologi Ilmu Pengetahuan. (Banda Aceh: Al-Idarah, Vol. 3, No. 1, 2019). Hal. 96.
2

metodologi ilmu pengetahuan dan aksiologi lebih banyak membahas tentang


aspek manfaat atau nilai guna dari ilmu itu sendiri.

B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan Aksiologi Ilmu Pendidikan?
2. Apa saja Aliran Filsafat Aksiologi?
3. Apa saja Tujuan Aksiologi Dalam Kehidupan?

C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui apa itu Aksiologi Ilmu Pendidikan.
2. Agar kita dapat mengetahui Aliran Filsafat Aksiologi.
3. Agar kita dapat mengetahui Tujuan Aksiologi Dalam Kehidupan.
11

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aksiologi Ilmu Pendidikan.


Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa
Yunani artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai’.2
Jujun. S Suriasumantri, aksiologi berarti teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Mengutip dari Bramei, aksiologi terbagi dalam 3 bagian penting, antara lain:
1. Tindakan moral yang melahirkan etika.
2. Ekspresi keindahan yang melahirkan estetika.
3. Kehidupan sosial politik yang melahirkan filsafat sosial politik.
Dalam encyclopedia of philosophy, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan ‘value’ dan valuation. Dalam hal ini nilai dianggap sebagai nilai memberi
nilai dan dinilai. Richard Laningan sebagaimana dikutip Efendi mengatakan
bahwa aksiologi yang merupakan kategori keempat dalam dilsadar merupakan
studi etika dan estetika. Hal ini berarti bahwa aksiologi berfokus pada kajian
terhadap nilai-nilai manusiawi serta bagaimana cara mengekspresikannya.
Adapun Jujun S. Suriasumantri, aksiologi lebih difokuskan kepada nilai
kegunaan ilmu. Ilmu dipandang akan berpautan dengan moral. Nilai sebuah ilmu
akan diwarnai sejauh mana ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap
ilmu yang dimiliki, apakah akan dipergunakan untuk suatu kebaikan atau akan
digunakannya sebagai sebuah kejahatan. Oleh karena itu, ilmu akan mengalami
kemajuan apabila ilmuwan mempunyai peradaban.3
Aksiologi sebagai cabang dari filsafat ialah pengetahuan yang menyelidiki
“nilai” hakiki dari sesuatu secara filosofis (kritis, rasional dan speklatif). Nilai
intrinsik, contohnya pisau dikatakan “baik” karena ia mengandung kualitas-
kualitas yang internal dari dalam dirinya, sedangkan nilai instrumentalnya ialah

2
Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. (Bogor: IPB Press, 2016). Hal. 106.
3
Ibid, hal 107.
11

pisau yang baik adalah pisau yang dapat digunakan untuk mengiris. Jadi, nilai
instrinsik ialah nilai yang yang dikandung pisau itu sendiri atau sesuatu itu
sendiri, sedangkan nilai instrumental ialah nilai sesuatu yang bermanfaat atau
dapat dikatakan nilai guna.
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu: etika atau bagian filsafat nilai dan
penilaian yang membicarakan baik buruk suatu prilaku. Semua prilaku
mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar suatu prilaku
dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, prilaku adalah beretika baik atau
beretika tidak baik. Secara garis besar, aksiologi dibagi menjadi dua bidang, yaitu
etika dan estetika.
1. Etika.
Etika pada hakikatnya adalah kajian tentang hakikat moral dan keputusan
(kegiatan menilai). Etika sebagai suatu prinsip (pandangan mendasar) bagi
perilaku manusia, kadang-kadang disebut sebagai moral. Kegiatan menilai pada
ilmu (sains) telah dibangun berdasarkan toleransi atau ketidakpastian. Terdapat
spesifikasi tentang toleransi yang dapat dicapai. Di dalam ilmu yang telah
berkembang selangkah demi selangkah, pertukaran informasi antar manusia selalu
menjadi sarana perdebatan tentang toleransi.4
Nilai itu objektif, jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Nilai objektif selalu muncul karena adanya pandangan filsafat tentang
objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan yang
berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas dan benar-
benar ada. Misalnya, kebenaran tidak bergantung pada pendapat seseorang,
melainkan pada objektivitas fakta, kebenaran tidak diperkuat atau diperlemah oleh
prosedurprosedur. Demikian juga dengan sesuatu yang bernilai indah.
Pandangan orang yang memiliki selera yang rendah tidak akan mengurangi
keindahan yang ada pada sesuatu yang bernilai indah tersebut. Nilai adalah nilai.
Manusia cuma pengamat. Pengertian etika dipakai dalam dua bentuk arti, yaitu:5

4
Ansharullah. Pengantar Filsafat. (Kalimantan Selatan: LPKU, 2019). Hal. 60.
5
Ibid, hal 67.
11

a. Etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian


terhadap perbuatan-perbuatan manusia, seperti “Saya pernah belajar
etika”, dan
b. Etika merupakan suatu predikat (istilah) yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusiamanusia yang lain, seperti
ungkapan “Ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur” atau “pembunuhan
merupakan suatu perbuatan yang tidak susila”.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal dari etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika itu mempelajari tingkah laku manusia yang ditinjau
dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif yaitu suatu
kondisi yang melibatkan norma-norma.
Etika membahas hal-hal yang prinsipil tentang masalahmasalah nilai yang
dihadapi oleh manusia. Apakah aku “akan” bahagia? Kenapa aku “harus”
bahagia? Apa itu “bahagia”? Apa itu “keadilan”? Apakah aku “bebas”
menentukan perbuatanku? Apakah perbuatan baikku akan “dibalas” nanti dengan
kebaikan untukku? Pengertian “Baik” itu sendiri apa? Mengapa “ada” kejahatan
dalam hidup ini? Masih banyak pertanyaan lain yang berkaitan dengan bidang
etika ini.
2. Estetika.
Estetika adalah mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika
merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan jelek. Cabang
estetika membantu mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik dari
suatu pengetahuan ilmiah agar ia apat dengan mudah dipahami oleh khalayak
luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan pembentukan mode-mode yang
estetis dari suatu pengetahuan dimana pengetahuan bisa disamakan dengan
kebahagiaan.
Dalam estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif.
Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan,
sedangkan estetika normatif itu mencari dasar pengalaman kita. Misalnya,
ditanyakan apakah keindahan itu akhirnya sesuatu yang objektif (terletak dalam
11

lukisan) atau justru subjektif (terletak dalam mata manusia sendiri). Filosof Hegel
dan Schopenhauer telah mencoba untuk menyusun suatu hirarki dari bentuk-
bentuk dalam estetika. Hegel membedakan suatu rangkaian seni yang dimulai
pada arsitektur dan berakhir pada puisi. Makin kecil unsur materi dalam suatu
bentuk seni, makin tinggi tempatnya di atas tanda hirarki. Adapun tokoh
Schopenhauer melihat suatu rangkaian yang mulai pada arsitektur dan memuncak
dalam musik. Musik mendapat tempat istimewa dalam estetika.

B. Aliran Filsafat Aksiologi.


Dalam filsafat aksiologi atau filsafat nilai terdapat juga sejumlah aliran, antara
lain:6
1. Hedonisme.
Hedonisme ialah aliran filsafat nilai yang mementingkan nilai kenikmatan. Dalam
filsafat Yunani klasik aliran ini dikembangkan oleh Epicurus (341-217 SM), dan
karena itu dinamakan juga aliran Epicurean. Yang dikejar oleh penganutnya ialah
kenikmatan (pleasure), yang dipandang hal itu sebagai suatu kebaikan. Jadi apa
saja yang dapat membawa kepada kenikmatan adalah kebaikan, sedangkan hal
yang membawa kepada ketidaknikmatan atau kesakitan adalah keburukan. Aliran
hedonisme kemudian terpecah menjadi beberapa jenis, yaitu egoistic hedonism
yang menekankan pada kenikmatan individu, universalistic hedonism yang
menekankan pada kenikmatan universal, dan psychological hedonism, yang
menganggap bahwa perbuatan seseorang adalah karena ada dorongan psikologis
untuk memperoleh kenikmatan, terutama kenikmatan fisik.
2. Utilitarianime.
Utilitarianime adalah aliran filsafat nilai yang mementingkan kegunaan. Menurut
paham ini sesuatu yang baik atau yang benar adalah yang berguna, sebaliknya
sesuatu yang tidak berguna berarti tidak baik atau tidak benar. Aliran ini
dikembangkan oleh filosof Inggeris Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart
Mill (1806-1873). Pada dasarnya aliran ini merupakan versi baru dari aliran

6
Soelaiman, Darwis A. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam. (Aceh: Bandar
Publishing, 2019), hal 106.
11

hedonism, dimana yang dimaksud dengan kegunaan ialah kebahagiaan. Bagi


Bentham prinsip kebahagiaan itu adalah kenikmatan bagi golongan terbanyak,
yaitu kebahagiaan terbesar bagi jumlah terbesar (the greatest happiness for the
greatestn number). Walaupun John Stuart Mill berusaha mengubah sifat
kuantitatif dari pada kenikmatan yang dimaksud Bentham menjadi lebih bersifat
kualitatif, namun tidak mengubah prinsip dasar dari aliran ini yaitu nilai kegunaan
dalam praktek (practical consequenses).7
3. Pragmatisme.
Pragmatisme. Filsafat pragmatisme sangat berpengaruh di Amerika Serikat dan
Inggeris. Menurut aliran ini sesuatu dikatakan benar apabila berguna atau
bermanfaat (utility) bagi kehidupan, tentu saja maksudnya adalah kehidupan di
dunia ini. Dan prinsip kegunaan atau manfaat dari aliran ini bukan hanya
menekankan pada kebahagiaan (utilitarianisme) atau pada kenikmatan
(hedonism), tetapi ditekankanpada akibat praktisnya (practical cvonsequences).
Pragmatisme dikenal juga dengan berbagai nama yaitu: instrumentalisme,
fungsionalisme, dan eksprimentalisme.

C. Tujuan Ilmu Dalam Kehidupan.


1. Dapat mengetahui berbagai pengetahun yang telah disusun secara
sistematis berdasar syarat-syarat dan metode untuk dapat menjadi ilmu
pengetahuan.
2. Dapat berfungsi secara fungsional dalam suatu sistem, artinya yang
terdiri dari bagian-bagian dan antar bagian saling berhubungan satu sama
lain.
3. Dapat membuat hipotesa yang akan diuji kebenarannya.
4. Dapat mengendalikan berbagai hal berdasarkan teori-teori dalam ilmu
pengetahuan.

7
Ibid, hal 107.
11

Menurut R.B.S Fudyartanto, Dosen Psikologi Universitas Gajah Mada


Yogyakarta, menyebutkan ada empat macam fungsi dan tujuan ilmu pengetahuan,
yaitu:8
1. Deskriptif: Menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek
atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
2. Pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan
hasil ilmu pengetahuan yang baru.
3. Prediksi: Meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi
sehingga manusia dapat mengambil tindakan yang perlu dalam usaha
menghadapinya.
4. Kontrol: Berusaha mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.

8
Octaviana, Dila Rukmi. Hakikat Manusia: Pengetahuan (Knowladge), Ilmu Pengetahuan (Sains),
Filsafat Dan Agama. (Yogyakarta: Jurnal Tawadhu Vol. 5 no. 2, 2021). Hal. 154.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah :
Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa
Yunani artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai’. Aksiologi terdiri dari
dua hal utama, yaitu: etika atau bagian filsafat nilai dan penilaian yang
membicarakan baik buruk suatu prilaku. Semua prilaku mempunyai nilai dan
tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar suatu prilaku dikatakan tidak etis dan
etis. Lebih tepat, prilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik.

B. Saran.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dengan membaca seluruh
materi pada makalah maka dapat kita ketahui ilmu pengetahuan sangat penting
bagi manusia, oleh karena itu diharapkan pada seluruh manusia dapat
menggunakan ilmu dengan baik serta menuntut ilmu dengan giat.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu
selaku penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan
makalah kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ansharullah. Pengantar Filsafat. Kalimantan Selatan: LPKU, 2019.


Juhari. Aksiologi Ilmu Pengetahuan. Banda Aceh: Al-Idarah, Vol. 3, No. 1, 2019.
Octaviana, Dila Rukmi. Hakikat Manusia: Pengetahuan (Knowladge), Ilmu
Pengetahuan (Sains), Filsafat Dan Agama. Yogyakarta: Jurnal
Tawadhu Vol. 5 no. 2, 2021.
Soelaiman, Darwis A. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam.
Aceh: Bandar Publishing, 2019.
Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press, 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai