Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT: ANTARA ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Yunarsil Ali, M.A

Kamal Fiqry Musa LC, MA

Disusun Oleh

Sifa Alfyyah Asathin (11200480000085)

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena atas ridho dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Filsafat:
Antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi” dengan tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam
dan Ilmu Pengetahuan dalam program studi Ilmu Hukum, fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen yakni Prof. Dr. H. Yunarsil Ali,
M.A dan Kamal Fiqry Musa LC, MA yang senantiasa membimbing penulis sampai saat ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan-kekurangan lain didalamnya. Dengan begitu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Hal tersebut tentu sangat bermanfaat
sebagai suatu pembelajaran dan motivasi penulis agar dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan kemashlahatan dan menambah wawasan bagi
semua pihak lainnya.

Sukabumi, 25 Maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang .........................................................................................................1

B. Rumusan
Masalah ....................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Epistemologi ..............................................................................................2

B. Definisi Ontologi .....................................................................................................3

C. Definisi Aksiologi
....................................................................................................4

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................................6

B. Kritik Dan Saran ......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya, pendidikan adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Pendidikan, sebagai salah satu hal yang melekat dengan kehidupan
manusia dimana dengan itulah manusia dapat menentukan sikap dan perilakunya. Dengan
pendidikan pula manusia dapat mengembangkan budaya dan mewariskannya ke generasi
berikutnya. Persoalan persoalan yang terjadi dalam hidup manusia juga dapat diselesaikan
dengan pendidikan. Akan tetapi, tidak semua persoalan dapat diselesaikan dengan ilmu
pengetahuan. Serangkaian persoalan yang tidak dapat dipecahkan tersebut dapat dianalisis
secara sistematis, integral, menyeluruh, dan mendasar melalui kajian filsafat.

Filsafat merupakan sebuah bidang kajian ilmu yang membahas teori-teori abstrak
tentang seluruh kahidupan dan pemikiran manusia, dibahas secara kritis dengan penjabaran
konsep mendasar. Kajian filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan dan dapat dikatakan
bahwa filsafat adalah induk dari disiplin semua ilmu. Secara garis besar, sistematika filsafat
memiliki 3 bahasan pokok yaitu epistemologi, ontologi dan aksiologi. Epistemologi sebagai
teori pengetahuan membahas tentang bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan. Ontologi
membahas terkait hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan. Sedangkan aksiologi
membahas tentang guna pengetahuan itu sendiri. Pada dasarnya, ketiga cabang tersebut
memiliki bahasan yang serupa yakni terkait dengan hakikat namun berbeda dalam segi
tujuan. Sehingga, mempelajarinya merupakan hal yang sangat penting dalam memahami
filsafat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Epistemologi ?


2. Apa pengertian Ontologi ?
3. Apa pengertian Aksiologi ?

C. Tujuan Pembahasan

1
1. Mengetahui pengertian Epistemologi
2. Mengetahui pengertian Ontologi
3. Mengetahui pengertian Aksiologi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Epistemologi

Epistemologi sebagai salah satu ruang lingkup filsafat merupakan nama lain dari
logika material atau logika mayor yang membahas suatu hal berdasarkan dari isi pikiran
manusia, yaitu pengetahuan. Pembahasan tersebut dapat meliputi berbagai ruang lingkup
seperti sumber-sumber, watak dan kebenaran manusia. Secara bahasa, kata epistemologi
berasal dari bahasa Yunani yakni “epistem” artinya pengetahuan dan “logos” yang berarti
teori. Beberapa tokoh di seluruh dunia juga turut memberikan definisnya terkait dengan apa
itu epistemologi. Menurut Jujun S. Sumantri, ia mengatakan bahwa epistemologi adalah suatu
cara berpikir manusia dalam menentukan dan memperoleh ilmu dengan menggunakan
berbagai kemampuan seperti kemampuan rasio, indera dan intuisi. Dengan demikian, secara
umum epistemologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber pengetahuan, asal
mula metode, struktur, dan sah atau tidaknya validitas dari pengetahuan tersebut.

Secara garis besar, landasan dari cakupan epistemologi ini adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, apa saja yang bisa disebut
dengan kebenaran ilmiah, kebaikan moral, keindahan seni dan bagaimana caranya
memperoleh ketiga hal tersebut. Sederhannya, kajian epistemologi berbicara akan sumber
pengetahuan dan sistematika pengetahuan itu sendiri. Di samping itu, epistemologi juga hadir
dalam membahas terkait hakikat ketepatan susunan berpikir yang masih digunakan untuk
masalah masalah yang berkorelasi dengan maksud menemukan kebenaran. Dengan begitu,
tak heran bahwa antara epistemologi dengan ilmu filsafat memiliki hubungan yang cukup erat
dan sangatlah relevan antar keduanya.

Dalam kajian epistemologi Islam, ilmu pengetahuan berasal dari lima sumber pokok
diantaranya yaitu indra, akal, intuisi, ilham dan wahyu. Secara substantif, baik antara intuisi
maupun ilham, keduanya merupakan sebuah “wahyu” yang diberikan oleh kekuatan spiritual.
Wahyu sendiri merupakan sumber pengetahua secara normatif-doktriner yang diberikan
Tuhan melalui seorang utusan. Selanjutnya terdapat sumber lain selain daripada wahyu yaitu

2
rasio dan indra. Ketiga hal tersebut nantinya akan memunculkan tiga ranah kebenaran ilmu
pengetahuan. Kebenaran yang dihasilkan mencakup kebenaran secara absolut, kebenaran
rsionalisme serta kebenaran epirisme yang semuanya memiliki peran penting dalam
memberikan implikasi tersendiri bagi bidang keilmuan.

B. Definisi Ontologi

Kata ontology berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yakni
Ontos,bearti berada (being), dan Logos, yang artinya ilmu pengetahuan atau pikiran (Logic).
Jadi, ontologi merupakan suatu cabang ilmu filsafat sebagai teori ilmu pengetahuan yang
membahas tentang kebenaran. Sedangkan, menurut istilah ontologi didefiniskan sebagai
suatu bidang ilmu yang mempelajari sesuatu yang telah ada, baik itu secara jasmani maupun
rohani. Pernyataan tersebut juga didukung oleh seorang ilmuwan bernama Clauberg yang
menyebut ontologi sebagai “Ilmu Pertama” yaitu suatu studi tentang yang ada sejauh ada.
Maksudnya, ilmu ini dianggap sebagai suatu studi yang berlaku bagi semua entitas, termasuk
Allah Swt dan segala ciptaan-Nya serta mendasari teologi juga fisika. Hal inilah yang
menyebabkan ontologi seringkali didefinisikan dengan istilah metafisika, proto-filsafat,
ataupun filsafat pertama.

Ontologi merupakan salah satu cabang kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Term ontologi ini pada mulanya diperkenalkan oleh seorang tokoh bernama
Rudolff. Pada tahun 1636 M, Goclenius untuk memenuhi teorinya terakit hakikat yang ada
dan bersifat metafisika. Dalam perkembangannya, Cristian Wolff membagi metafisika
tersebut menjadi dua macam, yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum inilah
yang dikenal dengan istilah ontologi. Pada dasarnya, istilah ontologi ini memang bersinonim
dengan metafisika, yakni suatu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata dan asli dari
suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut. Adapun para tokoh
Yunani yang memiliki pandangan bersifat ontologi diantaranya yaitu Thales, Plato, dan
Aristoteles.

Objek dari kajian ontologi yang disebut dengan “ada”, artinya mencakup pada alam,
manusia atau individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa), universal serta mutlaknya
Tuhan Yang Maha Esa. Konsep dari keberadaan tersebut bukan hanya keberadaan pada
segala sesuatu yang ada tetapi juga keberadaan yang mungkin ada. Persoalan tentang kajian
ontologi ini menjadi pembahasan yang cukup penting dalam ilmu filsafat yang membahas

3
tentang realitas. Realitas adalah sebuah kenyataan yang selanjutnya akan menuju pada suatu
hal yang dapat dikatakan sebagai kebenaran. Selain itu, metafisika juga mempersoalkan
terkait dengan hakikat, dimana persoalan hakikat tersebut tidak dapat dijangkau oleh panca
indera, sebab ia tidak terbentuk, tidak berupa, berwaktu ataupun bertempat. Dengan
mempelajari hakikat tersebut, maka akan mudahlah manusia untuk memperoleh pengetahuan
dan mengetahui tentang apa sebenarnya hakikat itu.

C. Definisi Aksiologi

Aksiologi merupakan salah satu ruang lingkup dari kajian filsafat yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan suatu ilmu pengetahuan. Kata Aksiologi
secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “aksios”, artinya nilai dan “logos”yang
berarti teori. Dengan kata lain, studi aksiologi ini dapat dikatakan sebagai suatu ilmu tentang
teori nilai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, yang membahas tentang nilai-nilai khususnya etika.

Beberapa ahli di dunia juga turut memberikan pendapatnya terkait definisi aksiologi
tersebut. Wibosono menyatakan bahwa aksiologi adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai
tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai suatu dasar normatif penelitian, penggalian dan
penerapan ilmu. Nilai tersebut menurut seorang ahli yang bernama John Sinclair, merujuk
pada pemikiran atau sistem seperti politik, sosial maupun agama. Sedangkan, yang dimaksud
dengan kata nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga dan diidamkan oleh setiap
manusia. Berbeda lagi dengan yang dikatakan Hans Jonas seorang filsuf Jerman-Amerika, ia
menyatakan bahwa nilai sebagai “The address of a yes” artinya sesuatu yang ditujukan
dengan kata iya (disetujui).

Aksiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sesungguhnya daripada pengetahuan. Kajian aksiologi sendiri mencakup pada nilai nilai
parameter yang disebut dengan kebenaran atau kenyataan. Selain itu, ia juga menunjukkan
kaidah kaidah apa yang harus diperhatikan dalam melakukan ilmu praktis. Istilah mengatakan
bahwa ilmu tidaklah bebas nilai. Maksudnya terdapat proses atau tahapan tertentu yang harus
disesuaikan dengan nilai nilai budaya dan moral, sehingga nilai tersebut dapat memiliki
kegunaan yang benar benar dirasakan masyarakat dalam hal ini yaitu kesejahteraan bersama.
Dengan kata lain, pendekatan dalam bidang studi aksiologi ilmu haruslah digunakan sebaik
mungkin untuk kemaslahatan manusia yang dilihat dari berbagai aspek.

4
Aksiologi pendidikan memilihi hubungan yang erat dengan masalah ilmu dan
pengetahuan. Artinya adalah memikirkan segala macam hakikat pengetahuan atau hakikat
kebenaran terhadap segala sesuatu yang bersifat fisikal maupun metafisikal, baik yang
bersifat umum maupun khsusus. Kajian pada bidang aksiologi pendidikan tersebut
mengarahkan manusia pada dasar dasar pengetahuan dalam suatu bentuk penalaran, logika,
sumber pengetahuan, dan kriteria kebenaran. Nilai dan impilikasi yang diberikan di dalam
pendidikan adalah pendidikan itu sendirilah yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai
di dalam kehidupan manuisa dan membimbingnya kepada kepribadian anak. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa aksiologi pendidikan secara esensial yaitu terwujudnya
anak didik yang memahami ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut dalam kehehidupannya.

Bidang aksiologi memiliki dua cabang filsafat yang membahas terkait dengan aspek
kualitas hiduo manusia, diantaranya yaitu:

1. Etika

Etika sosial atau yang biasa dikenal dengan filsafat moral adalah cabang filsafat yang
melibatkan sistematisasi, mempertahankan, dan merekomendasikan konsep perilaku yang
benar dan salah. Kajian dalam etika disini membahas secara kritis dan sistematis tentang
masalah moral, khususnya pada perilaku, norma dan istiadat manusia. Filsafat moral berusaha
menyelesaikan suatu pertanyaan tentang moralitas manusia dengan mendefinisikan berbagai
konsep seperti baik dan jahat, benar dan salah, kebajikan dan keburukan, serta keadilan dan
kejahatan.

2. Estetika

Estetika adalah suatu bidang studi manusia yang berhubungan dengan sifat
keindahan, rasa dan filsafat seni. Sederhananya estetika mempersoalkan terkait dengan nilai
suatu keindahan. Keindahan tersebut menyatakan dalam diri segala sesuatu terdapat unsur
unsur yang tertib dan harmonis bersatu dengan utuh dan menyeluruh. Kajian dari estetika
yaitu menguji nilai-nilai subjektif dan sensori-emosional, atau dikenal dengan istilah
penilaian sentiment dan rasa.

Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu itu sendiri, baik ilmu umum ataupun
ilmu agama, tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya memang sangatlah penting dan tentunya
memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seluruh umat manusia. Dengan ilmu, manusia

5
dapat melakukan segala sesuatu bahkan mengubah dunia sekalipun. Seorang ahli bernama
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S.Suriasumantri menyatakan bahwa
pengetahuan adalah kekuasaan. Pengetahuan tersebut dipegang sepenuhnya oleh manusia itu
sendiri, diman hal tersebut dapat memberikan kekuasaan, keberuntungan dan kebahagiaan
yang sangat besar tetapi tidak menutup kemungkinan manusia dapat hancur karenanya.
Kedua hal itu bergantung pada manusia sendiri, bagaimana ia menggunakan ilmu
pengetahuannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat adalah suatu bidang studi yang membahas tentang seluruh fenomena
kehidupan yang terjadi di dunia dan pemikiran manusia yang dikaji secara kritis dan
dijabarkan dengan konsep yang menyeluruh dan mendasar. Filsafat dikatakan sebagai induk
dari segala ilmu pengetahuan, karena segala sesuatu yang tidak dapat dipecahkan dengan
ilmu pengetahuan, dapat menggunakan filsafat sebagai gantinya. Selain itu, dengan filsafat
pula kemudian memunculkan berbagai cabang disiplin ilmu lainnya.

Cabang ilmu tersebut diantaranya yaitu epistemologi, ontologi, dan aksiologi.


Ontologi sendiri beararti ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu, dengan kata lain
artinya ilmu yang mempelajari tentang sesautu yang ada. Epistemologi adalah suatu
pengetahuan sistematis yang mengkaji terkait terjadinya suatu pengetahuan, sumber, asal
mula, metode dan cara memperoleh suatu pengetahuan serta terkait juga dengan validitas dan
kebenaran akan pengetahuan tersebut. Sedangkan yang dikatakan dengan aksiologi
merupakan studi yang mempertanyakan dan membahas tentang bagaimana manusia
menggunakan ilmu.

Ketiga cabang tersebut merupakan ruang lingkup kajian dari filsafat dan memiliki
bahasan serupa terkait hakikat, yang membedakan hanyalah tujuan dari masing-masing
cabang tersebut. Meski demikian, mereka memiliki posisi yang penting dalam memahami
filsafat secara dalam dan memberikan manfaat serta kemaslahatan bagi kehidupan manusia.

6
B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwasannya makalah diatas masih jauh dari kata sempurna dan
terdapat banyak kesalahaan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi menjadikan makalah ini lebih baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bahrum. 2013. Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Sulesana, 08(2), 1-11

Burhanuddin, Afid. 2014. Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Dalam Pengetahuan


Filsafat.https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/28/
ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-dalam-pengetahuan-filsafat/amp/ (diakses tanggal 26
Maret 2021)

Mahfud. 2018. Mengenal Ontologi, Epistemologi, Aksiologi Dalam Pendidikan Islam.


Cendekia, 04(1), 1-15

Mubin, Fatkhul. 2020. Filsafat Modern: Aspek Ontologis, Epistemologis, dan


Aksiologis. Makalah.

Saleh, Hairus. 2019. Pengertian Epistemologi Menurut Para Ahli.


https://sabdakhairuss.blogspot.com/2019/05/pengertian-epistemologi.html?m=1 (diakses
tanggal 25 Maret 2021)

Sosiologi, Dosen. 2020. Pengertian Aksiologi, Aspek, Fungsi, dan Contohnya.


https://dosensosiologi.com/pengertian-aksiologi/ (diakses tanggal 27 Maret 2021)

Suminar, Tri. 2019. Tinjauan Filsafat (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi


Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik. UNNES, 13(02), 1-16

Anda mungkin juga menyukai