Anda di halaman 1dari 20

„‟FILSAFAT PENDIDIKAN”

Tiga Landasan Ilmu Pengetahuan (Ontologis, Epistemologi,


Aksiologi)

OLEH:
Ni Putu Tika 24/2211031221

Dosen Pengampu
Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Universitas Hindu Negeri
I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tiga Landasan Ilmu
Pengetahuan (Ontologis, Epistemologi, Aksiologi)“ sebagai salah satu tugas dalam mengikuti
Pelajaran di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
Pembuatan makalah dimaksudkan untuk mengetahui penjelasan tentang “Tiga Landasan
Ilmu Pengetahuan (Ontologis, Epistemologi, Aksiologi)“ . Penulis telah berusaha menyajikan
materi pada makalah ini dengan baik, mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami dan
bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu ................................................................................................ 3
2.2 Pengertian Ontologi dan Aliran-Alirannya ................................................................... 5
2.3 Episttimologi dan Kebenaran Pengetahuan .................................................................. 6
2.4 Pengertian Aksiologi dan Nilainya ............................................................................. 10
2.5 Hubungan Antara Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi .......................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 17
3.2 Saran............................................................................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi
dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan
ilmu sosial. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah
seperti, apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai
ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi,
cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan
metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap
masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu,
epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori
nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang
tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang
lingkup dan pembahasannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,hanya
saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.Epistemologi
sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat
pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang
lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,bagaimana
wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan
aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan
pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Filsafat Ilmu?
2. Apa pengertian Ontologi dan aliran-aliranya?
3. Apa pengertian Episttimologi dan kebenaran pengetahuan?
4. Apa pengertian Aksiologi dan nilainya?
5. Apa Hubungan antara landsan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Filsafat Ilmu
2. Untuk mengetahui pengertian Ontologi dan aliran-aliranya
3. Untuk mengetahui pengertian Episttimologi dan kebenaran pengetahuan
4. Untuk mengetahui pengertian Aksiologi dan nilainya
5. Untuk mengetahui Hubungan antara landsan Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui pengertian Filsafat ilmu
2. Dapat mengetahui pengertian Ontologi dan aliran-aliranya
3. Dapat mengetahui pengertian Episttimologi dan kebenaran pengetahuan
4. Dapat mengetahui pengertian Aksiologi dan nilainya
5. Dapat mengetahui Hubungan antara landsan Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Filsafat ilmu memiliki cabang-cabang filsafat yang
berkaitan dengan dasar, metode, asumsi dan implikasi ilmu pengetahuan[1]
dari ilmu yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial.
Sering kali muncul pertanyaan sentral dari studi ini menyangkut apa yang
memenuhi syarat sebagai sains, keandalan teori-teori ilmiah dan tujuan akhir
sains. Keterkaitan filsafat ilmu sangat erat dan saling tumpang tindih dengan
metafisika, ontologi dan epistemologi.Filsafat ilmu berusaha menjelaskan
masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan
dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan,
bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam
melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi
dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model
ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.Filsafat
ilmu juga tidak terlepas dari landasan aksiologi dari ilmu. Landasan ini
memperdebatkan manfaat dan dampak ilmu bagi manusia dan lingkungan
hidup. Fokus dari landasan ini bukanlah kebenaran seperti halnya landasan
ontologis dan epiestmologis, melainkan kebaikan. Meskipun landasan ini
lebih merupakan urusan dari etika, namun dalam situasi konkret, filsafat ilmu
wajib mempertimbangkan nilai-nilai dan tanggung jawab sosial dari
pemilihan dan penggunaan kebenaran ilmiah oleh manusia.[2] Oleh
karenanya, aksiologi memerlukan tempat serius dalam filsafat ilmu.

Pengertian Filsafat Ilmu menurut Para Ahli


Ismaun (2001) merangkum beberapa pengertian filsafat ilmu menurut
beberapa ahli, pendapat-pendapat para ahli tersebut adalah:

3
 Robert Ackerman
Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis mengenai
pendapat-pendapat ilmiah, dewasa ini, melalui perbandingan terhadap
kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat tertentu,
tetapi filsafat ilmu juga jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu
dari praktek ilmiah secara aktual.
 Lewis White Beck
Beck berpendapat bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta upaya untuk mencoba
menemukan ilmu dan pentingnya upaya ilmiah ilmu secara
keseluruhan.
 Cornelius Benjamin
Flsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafat yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya: metode, konsep dan
praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
 Michael V. Berry
Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan
penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yaitu: metode ilmiah.
 Peter Caws
Caws mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah salah satu bagian
filsafat yang mencoba berupaya dan melakukan pencarian terhadap
ilmu.
 Psillos dan Curd (2008)
Psillos dan Curd berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang
berhubungan dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang
terdapat di dalam ilmu.
 Dalton dkk. (2007)

4
Filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi
pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian pengetahuan
ilmiah hingga ke hubungan antara ilmu dan perilaku manusia.
 Rudner (1966)
Sementara itu Rudner berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah salah
satu bagian dari epistemologi yang merupakan filsafat yang berfokus
pada kajian tentang karakteristik pengetahuan ilmiah.
 Hanurawan (2012)
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang filsafat, khususnya dalam
epistemologi, yang mempelajari hakikat pengetahuan ilmu.

2.2 Pengertian Ontologi dan aliran-aliranya


A. Pengertian Ontologi dalam bahasa inggris”ontology” berakar dari bahasa
Yunani “on” berarti ada, dan “ontos” berarti keberadaan.
Sedangkan “logos” berarti pemikiran (Lorenz Bagus:2000). Jadi, ontologi
adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya. Menurut
bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos=
ada, dan logos =ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani
atau konkret maupun rohani atau abstrak. Teori ontologi pertama
diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1939 M. untuk
memahami teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1679-1954) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika
umum yang dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala
sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi
kosmologi, psikologi, dan teologi.

5
Kosmologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang alam semesta.
Psikologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang jiwa manusia.
Teologi adalah cabang filsafat yang membicarakan Tuhan.
B. Aliran-aliran Ontologi
1. Dualisme aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam
hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat
ruhani, benda dan ruh, jasad, dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh,
dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam
hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali
dan abadi
2. Pluralisme paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan
mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
3. Agnotisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan manusia
mengetahui hakikat benda baik materi ataupun ruhani.

2.3 Episttimologi dan kebenaran pengetahuan


A. Pengertian Epistimologi
Secara etimologis istilah “epistemology” merupakan gabungan kata dalam
bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan,
sedangkan logos berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan
demikian, epistimologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran mendasar
dan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang
filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,
epistimologi juga disebut sebagai “teori pengetahuan”.
B. Kebenaran Pengetahuan
Seseorang yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indra akan
berbeda cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertumpu pada akal

6
atau rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan wahyu. Beberapa teori yang
menjelaskan tentang kebenaran adalah sebagai berikut:
1. Teori Koresponden menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar
itu adalah kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat
dengan fakta yang ada.
2. Teori Konsistensi menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas
hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau
realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri.
Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara
yang baru itu dengan putusan putusan itu sendiri. Dengan kata lain
bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu
dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya
terlebih dahulu.
3. Teori Prakmatis maksud teori ini adalah bahwa benar tidaknya sesuatu
ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada aspek
manfaat tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk
bertindak dalam kehidupannya.

Berdasarkan tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah


kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang
telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada aspek manfaat tidaknya
teori tersebut bagi kehidupan manusia.

C. Ruang Lingkup Epistemologi


Dengan memperhartikan definisi Epistemologi bisa dikatakan bahwa tema
dan pokok pengkajian Epistemologi iyalah ilmu, makrifat dan
pengetahuan . Dalam hal ini ada dua poin penting yaitu :
1. Cakupan pokok bahasan
Yakni apakah subyek Epistemologi adalah ilmu secara umum atau
ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushuli .ilmu itu sendiri

7
memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan
dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut.
 Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum
dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi,
keterampilan,kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî,
hushûlî,ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu manusia.
 Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.
Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini mencakup ilmu
hushûlî dan ilmu hudhûrî.
 Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana
berhubungan dengan ilmu logika (mantik).
 Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi
kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.
 Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan
kenyataan dan realitas eksternal.
 Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling
bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah
sejarah dan geografi.
 Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat
empirik.

Sudut pembahasan Yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan


makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan
makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi.Sudut-sudut
yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang
menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini
menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi
pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru
dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

8
penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika. Dan
ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia
terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang
pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam
tentang perbedaan-bedaan ilmu

D. Aliran-aliran Epistemologi
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh
pengetahuan.
 Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan
yaitu aliran:
1. Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa sumber
pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
2. Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahetahuan
manusia berasal dari pengalaman manusia itu sendiri , melalui dunia
luar yang di tangkap oleh panca indranya.
3. Kritisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau
pikiran manusia sendiri.
 Kedua golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia
inklusif di dalamnya aliran-aliran :
1. Realisme ,Yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia
adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran .dalam
pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya
2. Idealisme, Yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan
hanyalah kejadian dalam jiwa manusia ,sedangkan kenyataan yang di
ketahui manusia semuanya terletak dalam dirinya.

9
2.4 Pengertian Aksiologi dan Nilainya
A. Pengertian Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu:
axios yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu.
Aksiologi disebut juga dengan teori nilai dan membicarakan tentang
tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan
ilmu tersebut.
Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu
karena ilmu dalam kontek filsafat tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-
tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama,
bukan sebaliknya, justru menimbulkan bencana. Secara historis, istilah
yang lebih umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral (moral). Tetapi
sekarang ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih sering dipakai
dalam dialog filosofis. Jadi aksiologi bisa disebut sebagai the theory of
value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang
baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan.
B. Nilai dalam aksiologi
Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan
kefilsafatan.
Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung
kualitas-kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan nilai
instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat digunakan
untuk mengiris, jadi dapat menyimpulkan bahwa nilai Instrinsik ialah nilai
yang yang dikandung pisau itu sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan
Nilai Instrumental ialah mnilai sesuatu yang bermafaat atau dapat
dikatakan nilai guna.
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu: Etika : bagian filsafat nilai dan
penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua prilaku mempunyai

10
nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar suatu prilaku
dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, prilaku adalah beretika baik atau
beretika tidak baik. Estetika : bagian filsafat tentang nilai dan penilaian
yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan
jelek adalah pasangan dikhotomis, dalam arti bahwa yang
dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang
menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang
dan tidak nyaman pada pihak lainnya. Aksiologi memberikan manfaat
untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi tetap berjalan pada jalur
kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi ialah :
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan
kebenaran yang hakiki, maka prilaku keilmuan perlu dilakukan dengan
penuh kejujuran dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung.
2. Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang
tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia
yang bersifat dogmatic, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik.
3. Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf
hidup yang memperhatika kodrat dan martabat manusia serta
keseimbangan ,kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-
temuan universal.

2.5 Hubungan antara Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi dalam


Filsafat Ilmu
Istilah ilmu sudah sangat populer, tetapi seringkali banyak orang memberikan
gambaran yang tidak tepat mengenai hakikat ilmu. Terlebih lagi bila
pengertian ini dikaitkan dengan berbagai aspek dalam suatu kegiatan
keilmuan, misalnya matematika, logika, penelitian dan sebagainya. Apakah
bedanya ilmu pengetahuan [science] dengan pengetahuan [knowledge] ?
Apakah karakter ilmu ? apakah keguanaan ilmu ? Apakah perbedaan ilmu

11
alam dengan ilmu sosial ? apakah peranan logika ? Dimanakah letak
pentingnya penelitian ? apakah yang disebut metode penelitian? Apakah
fungsi bahasa ? Apakah hubungan etika dengan ilmu.
Manusia berfikir karena sedang menghadapi masalah, masalah inilah yang
menyebabkan manusia memusatkan perhatian dan tenggelam dalam berpikir
untuk dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut, dari masalah yang
paling sumir/ringan hingga masalah yang sangat "Sophisticated"/sangat
muskil. Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian
gerak pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan [knowledge]. Manusia dalam berpikir mempergunakan
lambang yang merupakan abstraksi dari obyek. Lambang-lambang yang
dimaksud adalah "Bahasa" dan "Matematika". Meskipun nampak banyaknya
serta aneka ragamnya buah pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya
manusia untuk memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga landasan pokok
yakni Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
A. Landasan Ontologi
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa yang ingin
diketahui oleh ilmu? atau dengan perkataan lain, apakah yang menjadi
bidang telaah ilmu? Suatu pertanyaan:
 Obyek apa yang ditelaah ilmu ?
 Bagaiman wujud yang hakiki dari obyek tersebut ?
 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia [sepert iberpikir, merasa dan mengindera] yang
membuahkan pengetahuan. [inilah yang mendasari Ontologi].
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran orang Barat sudah
menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Pada dasarnya
tidak ada pilihan bagi setiap orang pemilihan antara
“kenampakan”[appearance] dan “kenyataan”[reality]. Ontologi
menggambarkan istilah-istilah seperti: “yang ada”[being], ”kenyataan”

12
[reality], “eksistensi”[existence], ”perubahan” [change],
“tunggal”[one]dan“jamak”[many].
Ontologi merupakan ilmu hakikat, dan yang dimasalahkan oleh ontologi
adalah: ” Apakah sesungguhnya hakekat realitas yang ada ”rahasia alam”
di balik realita itu
Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau obyek ilmu. Penentuan obyek
ilmu diawali dari subyeknya. Yang dimaksud dengan subyek adalah
pelaku ilmu. Subyek dari ilmu adalah manusia; bagian manusia paling
berperan adalah daya pikirnya. Adapun yang menjadi dasar ontologi
adalah “Apakah yang ingin diketahui ilmu atau apakah yang menjadi
bidang telaah ilmu?”. Ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang
bersifat empiris, mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
pancaindera manusia atau yang dapat dialami langsung oleh manusia
dengan mempergunakan pancaindranya. Ruang lingkup kemampuan
pancaindra manusia dan peralatan yang di kembangkan sebagai pembantu
pancaindra tersebut membentuk apa yang di kenal dengan dunia empiris.
Dengan demikian obyek ilmu adalah dunia engalaman indrawi. Ilmu
membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Pengetahuan
keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi
yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu sebab kejadian alam
sesungguhnya sangat kompleks. Ilmu tidak bermaksud "memotret" atau
"mereproduksi" suatu kejadian tertentu dan mengabstaraksikannya
kedalam bahasa keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu
terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan
perkataan lain, proses keilmuan bertujuan untuk memeras hakikat empiris
tertentu, menjangkau lebih jauh dibalik kenyatan-kenyataan yang
diamatinya yaitu kemungkinan-kemungkinan yang dapat diperkirakan
melalui kenyataan-kenyataan iru. Disinilah manusia melakukan
transendensi terhadap realitas.

13
Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian
[asumsi] mengenai obyek-obyek empiris. Asumsi ini perlu, sebab
pernyataan asumstif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan
penelaahan kita. Ilmu memiliki tiga asumsi mengenai obyek empirisnya :
 Asumsi pertama : Asumsi ini menganggap bahwa obyek-obyek
tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain misalnya dalam hal
bentuk struktur, sifat dsb. Klasifikasi [taksonomi] merupakan
pendekatan keilmuan pertama terhadap obyek.
 Asumsi kedua : Asumsi ini menganggap bahwa suatu benda tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu(Tidak absolut tapi
relatif ). Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu
obyek dalam keadaan tertentu. Ilmu hanya menuntut adanya
kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak
berubah dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian
memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap
objek yang sedang diselidiki.
 Asumsi ketiga :Asumsi ini menganggap tiap gejala bukan merupakan
suatu kejadian yang bersifat kebetulan.Tiap gejala mempunyai pola
tertentu yang bersifat tetap dengan urutan/sekuensial kejadian yang
sama misalnya langit mendung mak turunlah hujan. Hubungan sebab
akibat dalam ilmu tidak bersifat mutlak, ilmu hanya mengemukakan
bahwa “X” mempunyai kemungkinan {peluang} yang besar
mengakibatkan terjadinya "Y". Determinisme dalam pengertian ilmu
mempunyai konotasi yang bersifat peluang [probabilistik]. Statistika
adalah teori peluang.

B. Landasan Epistemologi Epistemologi mempermasalahkan kemungkinan


mendasar mengenai pengetahuan[very possibility of knowledge] Dalam
perkembangannya epistemology menampakkan jarak yang asasi antara
rasionalisme dan empirisme, walaupun sebenarnya terdapat

14
kecenderungan beriringan. Landasanepistemology tercermin secara
operasional dalam metode ilmiah . Pada dasarnya metode ilmiah
merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuan
dengan berdasarkan:
1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil
disusun;
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka
tersebut dan melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud denga
menguji kebenaran pernyataan secara factual.Suatu pertanyaan:
Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu ? Bagaimana prosedurnya ?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan
yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?
Apakah kriterianya Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Inilah kajian Epistemologi
DASAR EPISTEMOLOGI ILMU
Epistemologi atau tiori pengetehuan, membahas secara mendalam segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita memperoleh pengetahuan
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan. Ilmu lebih bersifat kegiatan dinamis tidak statis.
Setiap kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu
terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan
mempergunakan metode keilmuan, adalah sah disebut keilmuan. Hakikat
keilmuan tidak berhubungan dengan "titel" atau "gelar akademik", profesi
atau kedudukan, hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang
dilakukan menurut persyaratan keilmuan.
C. Landasan Aksiologi Permasalahan aksiologi meliputi sifat nilai, tipe nilai,
kriteria nilai, status metafisika nilai. Pada adasarnya ilmu harus digunakan

15
untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dan kesejahteraannya
dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat. Untuk kepentingan
manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan di
pergunakan secara komunal dan universal
Suatu pertanyan :
 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu di pergunakan? Bagaiman
kaitan atanra cara pengunaan tersebut dengan kaidang moral
 Bagaima penentuan obyek yang telah berdasarkan pilihan - pilihan
moral
 Bagaiman kaitan atau hubungan anatara Teknik prosedural yang
merupakan oprasionalisasi metode ilmia dengan norma – norma
moral/ professional?.pertanyan-pertanyan di atas, merupakan bagian
dari makna pengkajian aksiologi terhadap hasil akhir pencapaian suatu
telah ilmu pengetahuan, dengan tujuan untuk memberikan hasil yang
terbaik bagi manfaat yang dapat memberikan kemaslahatan bagi umat
manusia.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu
taonta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.
Makaontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan, term
ontologipertama kali diperkenalkan oleh Rudolf.Menurut etimologi,
epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan
logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistemology adalah
teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar
pengetahuan,khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan
dan validitas atau sahberlakunya pengetahuan itu.Aksiologi membahas
tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari kataaxio dan logos, axios
artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal,teori, axiologi
artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan statusmetafisik
dari nilai.

3.2 Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk
mempelajarifilsafat dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan
cara kerjanya yangbersifat sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal,
yang mengupas, menganalisasesuatu secara mendalam, ternyata sangat
relevan dengan problematika hidup dankehidupan manusia serta mampu
menjadi perekat antara berbagai macam disiplin ilmuyang terpisah kaitannya
satu sama lain. Dengan demikian, menggunakan analisa filsafat,berbagai
macam disiplin ilmu yang berkembang sekarang ini, akan menemukan
kembalirelevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih
mampu lagimeningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.

17

Anda mungkin juga menyukai