Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“filsafat”

DOSEN PEMBIMBING :
Kamarudin Zaelani,M.Ag

DISUSUN OLEH
Nama : Arni Nazira
Nim : 170107011
Class : 3 A

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM


TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa
ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat
menyelesaikan makalah FILSAFAT yang inshaAllah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat
banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat
penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Mataram, 21 Desember 2018


COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tjuan .......................................................................................... 1
BAB II
A. Kedudukan dan Ruang Lingkup Kajian Filsafat .................. 2
B. Kritisme ...................................................................................... 6
C. Eksistensialisme ......................................................................... 9
D. Idealisme Plato ........................................................................ 12
E. Pragmatisme ............................................................................ 13
BAB III
A. Kesimpulan .............................................................................. 15
B. Saran ......................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendengar istilah ilmu. Namun
banyak orang yang belum memahami dengan sesungguhnya bagaimana filsafat
ilmu tersebut. Banyak orang yang beranggapan bahwa berfilsafat adalah
merenung, namun jika ditelaah apakah orang yang merenung berarti berfilsafat.
Padahal berfilsafat adalah kegiatan berfikir lebih luas mendalam dan objektif
sehingga permasalahan yang ada cepat terselesaikan secara cepat dan tepat.
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan
objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidika, seperti
tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek
formalnya adalah ,metode untuk memahami objek material tersebut. Seperti
pendekatan deduktif dan induktif. Filsafat sebagai peroses berpikir yang
sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan kedudukan dan ruang lingkup kajian Filsafat!
2. Bagaimana pemikiran kritisme?
3. Bagaimana pemikiran Eksistensialisme?
4. Jelaskan Idealisme Plato!
5. Bagaimana pemikiran Pragmatisme?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan dan ruang Lingkup Filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami Kritisme.
3. Untuk mengetahui dan memahami Eksistensialisme’
4. Untuk mengetahui dan memahami Idealisme Plato.
5. Untuk mengetahui dan memahami Pragmatisme.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan dan Ruang Lingkup Kajian Filsafat
1. Kedudukan Filsafat dalam ilmu pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang
melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang
telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya,
Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan menyelidiki
masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu menggunakan metode
observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati. Sementara
filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal,
atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha
manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan.
Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan melepaskan
diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu pitu sama sekali tidak
membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif mana
yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat,
antara lain :
a. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem
b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari
ilmu pengetahuan itu.
c. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
d. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari
semua ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan
dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah
ditentukan oleh filsafat.
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu
pengetahuan.
2. Ruang Lingkup Kajian Filsafat, metafisika, antologi, epistemologi, dan
axiologi.
a. Metafisika
Metafisika adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai
seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada. Ilmu metafisika mempelajari
tentang :
1) Mengenai sifat manusia yang dikaitkan secara kontekstual dan
individual dengan alam sekitarnya.
2) Objek sifat dan kenyataan yang ada untuk sebuah tujuan, sebab
akibat dan peraturan yang ada di alam semesta.
3) Permasalahan perilaku kehidupan manusia dan sifat kebebasan
berpikir dan hidup di alam semesta.
b. Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau
ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
keberadaan. Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga
disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan
yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab
akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya. Dengan demikian,
metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang adaFungsi dan
manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu antara lain:
Pertama : berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu.
Kedua: Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia
yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya
mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada
akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek
telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah
berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah. Jika
terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak mampu mengintegrasikan
pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
Ketiga: Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi
permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang
menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan
terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau disiplin biologi. Kemungkinan lain adalah justru
terbukanya bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh ilmu apa
pun. Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan batas-batas
kajian ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat
diketahui manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad ke abad.
c. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya
suatu pengetahuan..
Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) dan logos
(ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistemologi adalah teori
atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan
validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu.
Aliran-aliran Epistemologi
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh
pengetahuan.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan
yaitu aliran:
a) Rasionalisme
b) Empirisme
c) Kritisme (transendentalisme)
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia
inklusif di dalamnya aliran-aliran:
a) Realisme
b) Idealisme
d. Aksiologi
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari
kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan
logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan
mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai..
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu:
Etika : bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku
orang. Semua prilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian.
Jadi, tidak benar suatu prilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat,
prilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik.
Estetika : bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang
karya manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan
dikhotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan secara esensial
adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan
nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak
lainnya.
3. Cabang-cabang filsafat khusus
a. Filsafat Seni
Merupakan bagian dari estetika yang khusus membahas karya seni.
b. Filsafat Kebudayaan
Merupakan rangkaian usaha filosofis dalam menjelaskan fenomena-
fenomena budaya
c. Filsafat Pendidikan
Merupakan ilmu filafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan
pendidikan, yang meliputi tujuan, latar belakang, cara, dan hakikat
pendidikan
d. Filsafat Sejarah
Merupakan ilmu filsafat yang memberi jawaban atas sebab dan alasan
segala peristiwa sejarah
e. Filsafat Bahasa
Merupakan ilmu filsafat yang menyelidiki kebenaran dan kedudukan
bahasa sebagai kegiatan manusia
f. Filsafat Hukum
Merupakan ilmu filsafat yang berbicara tentang kebenaran hukum
g. Filsafat Budi
Merupakan ilmu filsafat yang mempelajari sifat dasar budi, peristiwa budi,
fungsi budi, kesadaran dan hubungannya dengan tubuh fisik.
h. Filsafat politik
Merupakan ilmu filafat yang mempelajari tema-tema politik, kebebasan,
keadilan, hak milik, hak hukum pemerintahan dan penegakan hukum.
i. Filsafat Agama
Merupakan ilmu filsafat yang membuat agama menjadi objek
penelitiannya.
j. Filsafat Kehidupan Sosial
Merupakan ilmu filsafat yang mempelajari persoalan sosal
kemasyarakatan secara kritis, radikal dan kompherensif.
k. Filsafat nilai
Merupakan ilmu filsafat yang mengkaji tentang sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang di
nilai.
B. Kritisme (Filsafat berbasis Kritis)
1. Immanuel Kant pendiri Kritisme
Immanuel Kant lahir di Jerman, tepatnya di wilayah Konigsberg pada 22
April 1724 – 12 Februari 1804 M. Kant dikenal sebagai salah seorang
filsuf eksistensialsis Jerman yang berpengaruh dan produktif menulis
banyak buku. Filsuf ini hidup pada saat pencerahan sedang mekar-
mekarnya di Jerman. Kant tidak memiliki pengalaman yang penuh gejolak
dan tantangan. Sepanjang hidupnya tinggal dengan bersahaja di kota
koenigsberg di Prusia Timur. Di kota ini pula dia dilahirkan dalam sebuah
keluarga yang sangat dipengaruhi oleh pietisme. Kant diasuh denga nilai-
nilai kerajinan, kejujuran dan kesalehan yang ketat. Di usia tuanya Kant
teringat penuh rasa terima kasih kepada ibunya yang mendidiknya untuk
jujur dan menghindari segala bentuk dusta. Suasana pengasuhan pitistis ini
besar pengaruhnya dalam pemikiran Kant yang sangat menjunjung tinggi
kewajiban. Sewaktu studi di universitas kota Koenigsberg, Kant
mempelajari hamper semua mata kuliah waktu itu, dan dia mendapat
pengaruh rasionalisme Wolff melalui dosennya yang sangat dikaguminya.
Dengan hak istimewa untuk meminjam buku-buku dosennya ini, Kant
dapat mempelajari fisika Newton dan system-sistem metafisis dan logika
yang dicapai sampai saat itu. Karena kekurangan uang, dia jua bekerja
sebagai Privatdozent (dosen lepas) untuk beberapa keluarga kaya, masa
kerjanya berlangsung dari tahun 1755-1770 M. dan dikenal sebagai
“periode pra-kritis” yang sangat dipengaruhi oleh Leibniz dan Wolff. Di
tahun 1770 M. Kant dikukuhkan sebagai professor. Periode saat Kant
mengembangkan sistemnya sendiri, dalam kritik der reinem vernunft
(kritik atas rasio murni), disebut “periode kritis”, dan ini berlangsung
setelah tahun 70-an. Pada tanggal 12 Februari 1804, Kant meninggal dunia
dalam usia delapan puluh tahun.
2. Sintesa Rasionalisme dan Empirisme
Aliran rasionalisme yang bertolak dari akal (rasio). Para filsuf
aliran ini berpendapat bahwa wujud hakiki adalah wujud yang kita
rasionalisasikan. sedangkan pengetahuan persepsi (inderawi) tidak
mencapai derajat pengetahuan yang meyakinkan.
Aliran empirisme yang bertolak dari persepsi dan pengalaman
inderawi, baik mereka yang memperluas kawasan pengetahuan manusia
sehingga menjadikan pengalaman inderawi dan keaktifan jiwa sebagai
sumbernya.
Kedua aliran itu berbeda dalam titik tolak pijakan. Porsi perbedaan antara
kedua aliran ini semakin menajam pada abad ke-17 dan 18 M. kemudian
datanglah kritisisme yang diusung oleh Immanuel Kant yang
menggabungkan kedua aliran itu dan menggariskan satu filsafat uang
menengahi akal dan pengalaman inderawi. Filsafat ini tidak murni rasional
dan juga tidak murni empiric, namun menggabungkan antara unsur-unsur
dari kedua aliran. Akan tetapi mengapa filsafat ini dinamakn dengan
filsafat kritisisme?
Kritik adalah salah satu cara untuk memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikirandari keyakinan sebagai
pemikiran-pemikiran yang mantap tak berubah. Belakangan, Immanuel
Kant lebih dikenal sebagai tokoh kritisisme. Filsafat kritis yang
ditampilkannya bertujuan untuk menjembatani pertentangan antara kaum
rasionalisme dengan kaum empirisisme. Menurut Kant, pengetahuan yang
mutlak sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan
datang melalui indera.
Pengalaman tidak lain adalah lapangan yang menghasilkan pengetahuan.
Pengalaman mengatakan kepada kita apa-nya, bukan apa ia sesungguhnya.
Jadi, pengalaman tidak menunjukan hakikat objek yang dialami. Oleh
karena itu, pengalaman tidak dapat menghasilkan kebenaran umum.
Memang pengalaman tidak bermaksud memberikan kebenaran umum akal
kitalah yang biasanya ingin memperoleh kebenaran umum itu. Dari sini
kita mengetahui bahwa pengetahuan berdasarkan pengalaman selalu
bersifat subyektif; subyektifitas itu muncul dari berbagai sumber, dari
objek itu dan dari subyek. kebenranan umum harus bebas dari
pengalaman, harus jelas dan pasti dengan sendirinya. Kebenaran pasti itu,
kita proleh melalui struktur jiwa kita yang inheren.
3. Teori pengetahuan dan Sistem Etika Immanuel Kant
Immanuel Kant, berpendapat bahwa manusia tersusun dari dua karakter,
yakni inderawi dan rasional. Dengan karakter lahirnya, manusia di alam
semesta sama dengan benda lain. Oleh karena itu, dalam fenomena
empiriknya ia terikat oleh kecendrungan alamiah yang diwarisinya, serta
terikat oleh pengaruh-pengaruh material yang melingkupinya.
Sebagaimana semua benda, ia pun tunduk pada hukum-hukum alam dan
tidak bisa lepas dari ikatannya.Namun dengan karakter rasionalnya,
manusia tidak tunduk pada hukum-hukum alam, karena ia berafiliasi
kepada alam lain, yaitu alam hakikat yang disebutnya “alam segala sesuatu
pada zatnya”, bukan seperti yang tampak pada alam nyata-inderawi.
Kant membedakan antara dua karakter dalam diri manusia. Ia menjelaskan
bahwa manusia adalah makhluk etis, bukan dalam kapasitasnya sebagai
makhluk alami, seperti benda-benda lain, namun dalam kapasitasnya
sebagai makhluk berakal yang bebas dari ikatan-ikatan inderawi.
Jadi, manusia adalah makhluk merdeka dan kemerdekaan ini adalah status
paling tinggi dan menjadi sifat karakter intele-ktualnya. Oleh karena itu,
manusia dapat menilai apa yang dili-hatnya, benar atau salah, baik atau
buruk, kemudian memilih apa yang dikerjakannya berdasarkan penilaian
ini... Kant mampu membuat kaidah-kaidah ini dalam model perintah
mut-lak yang mengambil formulasi berikut:
“Berbuatlah sesuai dengan kaidah, dimana pada saat yang sama, anda bisa
menjadikannya sebagai undang-undang umum.”
Artinya, ketika kita berbuat sesuai dengan kemanusiaan kita, maka
perbuatan kita mesti menjadi kaidah umum yang diterap-kan pada setiap
manusia dan di setiap masa serta di semua kon-disi, tanpa melihat
pertimbangan-pertimbangan individual dan sosial apapun.
Tujuan dari hukum ini adalah penghormatan terhadap dimensi
kemanusiaan sebagai tujuan yang ingin direalisasikan dalam setiap
perilaku etis yang muncul dari manusia manapun.
C. Ekistensialisme (Filsafat berbasis Kemerdekaan)
1. Ekistensialisme: Satre dan pemikirannya (cara mengada yang ada)
Filsuf eksistesialis Jean Paul Sartre lahir di paris tanggal 21 juni
1905. Karir filsafatnya baru mendapatkan perhatian yang besar dari publik
Intelektual setelah ia menulis dan menerbitkan L’etre et le neant. Essai
d’ontologie phenomenologique (1943). Dengan buku ini sartre menjadi
filsuf ternama dan diidolakan sebagai salah seorang pemimpin gerakan
filosofis yang disebut eksistensialisme. Manusia adalah individu yang
bebas untuk menentukan pilihan hidup yang dianggap terbaik bagi
dirinya. Jean Paul Sartre adalah filsuf eksistensialis yang menyatakan
bahwa eksistensi mendahului esensi. Konsekuensi dari filsafat ini adalah
pandangannya bahwa kehadiran manusia di dunia ini pertama-tama tanpa
tujuan khusus. Tujuan hidup itu muncul dari pengalaman manusia
menjalani sesuatu dalam hidupnya. Secara umum, filsafat Sartre
mengajarkan bahwa tidak pernah ada yang memaksa manusia. Manusia
selalu dihadapkan pada pilihan dalam setiap aspek kehidupannya. Bahkan
ketika manusia ditodong senjata, pilihan selalu ada bagi manusia untuk
menentang atau menuruti, dan menerima konsekuensi terhadap pilihan itu.
Meskipun konsekuensinya adalah kematian, kebebasan manusia untuk
memilih masih tetap ada. Sartre sadar bahwa filsafatnya yang sangat
radikal ini memiliki konsekuensi yang berat. Manusia bertanggung jawab
penuh terhadap apa yang dilakukannya. Dalam filsafat eksistensialisme
Sartre, manusia tidak dapat memaafkan kesalahan atau mengalihkan
tanggung jawab pada Tuhan. Jika seseorang yang beraliran eksistensialis
Sartre malakukan hal itu, berarti dirinya hanya menipu dirinya sendiri atau
kepercayaan terhadap filsafatnya masih lemah.

Filsafat Sartre ini memiliki tiga konsekuensi. Pertama, sangat


menderita. Akibat dari kesadaran bahwa semua konsekuensi merupakan
tanggung jawab manusia itu sendiri. Apabila jika tindakan kita berakibat
tidak baik, bukan hanya kita yang sebagai pelaku tetapi juga bagi orang
lain. Kedua, terasing sendiri. Para eksistensialis Sartre dengan sangat
menyesal harus mengatakan bahwa Tuhan tidak ada. Akibatnya, mereka di
tinggal sendiri tanpa panduan hidup dan moral. Mereka harus melakukan
segalanya sendiri di dunia ini sendiri. Ketiga, putus asa. Eksistensialisme
Sartre menyadarkan pada insting bahwa apa pun yang terjadi adalah yang
terbaik dan tanpa harapan kemurahan dari luar dirinya. Sandarannya
hanyalah pada hasil kerja akibat keputusan yang diambil.

2. Kebebasan: basis ontologis eksistensi manusia


Berdasarkan kedudukannya yang sedemikian rupa itu, maka
ontologi acapkali dimengerti sebagai “kekhususan dari konseptualisasi”.
Sehingga, ontologi merupakan cabang dari filsafat yang mengemban tugas
melahirkan seperangkat konsep tentang definisi-definisi berkenaan dengan
suatu hal (Gruber, 1992). Dengan konseptualisasi berarti, pengalaman dan
kenyataan diabstraksikan sedemikian rupa ke dalam kategori ilmu
pengetahuan. Setiap pengalaman dan kenyataan lalu menjadi bermakna,
sebab kemudian tersusun menjadi klasifikasi, relasi dan fungsi
sebagaimana lazimnya dikenal dalam ilmu pengetahuan. Berpikir
ontologis, dengan demikian berarti, berpikir ke arah lahirnya teori-teori
baru melalui keterlibatan aktif subyek yang berpikir ontologis. Itulah
mengapa, berpikir secara ontologis merupakan dimensi yang sangat
penting dalam konteks memajukan secara lebih lanjut ilmu pengetahuan di
tengah kancah kehidupan masyarakat.
3. Tokoh tokoh eksistensi
a. Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikirannya adalah ekistensi manusia bukanlah sesuatau yang
statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari
kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan
hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberaniandari manusia untuk
mewujudkan apa yang ia cita- citakan atau apa yang ia anggap
kemungkinan.
b. Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang berekistensi adalah manusia yang
mempunyai keinginan untuk berkuasa.(will to power) , dan untuk
berkuasa manusia harus menjadi manusia suoer (uberemensh), yang
mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini
hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita
orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.

c. Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada
dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang
menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi
pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.
Ada dua fokus pemikiran jasper, yaitu ekistensi dan transendensi.
d. Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan
yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusiaselalu dikaitkan
dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia
baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia. Karena itu
benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada
setiap tindakan dan tujuan mereka.
e. Jean Paul Sartre
Menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan
mempunyai kebebasan untuk menentukan dan mengatur dirinya. Konsep
manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan
sadar dan bebas bagi diri sendiri.
D. Idealisme Plato (Forma, Becoming, Kebaikan Universal)
1. Riwayat Hidup Plato
Plato lahir sekitar 427 SM – meninggal sekitar 347 SM. Plato berasal dari
Yunani. selain seorang filsuf Plato juga seorang matematikawan, dan
pendiri dari akademi platonic di Athena, yaitu sekolah tinggi di dunia
barat. Ia adalah murid Socrates. Minat utamanya adalah retorika, seni,
literature, epistemology, keadilan, kebajikan politik, pendidikan, keluarga
dan militarisme. Di pengaruhi oleh Socrates, Homer, Hesiod,
Aristophanes, Aesop, Protagoras, Parmenides, phytagoras.
2. Ontologi / metafisika Plato: Realitas, Forma, Idea-Exemplar
Ontologi ialah salah satu dari kajian filsafat yang paling kuno dan bearsal
dari yunani. Studi tersebut membahas tentang keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret (nyata).
a. Realitas, kita bisa melihat dari asal katanya yaitu real yang berarti
nyata. Sudah jelas bahwa realitas berarti sesuatu yang nyata.
b. Forma, merupakan esensi yang merubah materi ke materi yang
lainnya. Contohnya dari kardus, bisa membuat berbagai macam hiasan
atau perabot. Seperti rak buku, rak sepatu.
c. Idea-exemplar, Idea adalah dunia yang melampaui manusia. Di dunia
idea semuanya sangat sempurna. Plato tidak memandang ide itu sebagai
subyektif seperti halnya pemikiran modern seperti sekarng ini, tetapi dia
memandang ide sebagai objektif, yaitu ide tidak hanya berasal dari
pemikiran teatpi bisa dihasilkan dari entitas.
3. Manusia menurut Plato : in process of becoming
Menurut Plato manusia itu terdiri atas roh dan badan. pada
mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum
manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Proses dalam menjadi tidak jauh
dari ilmu pengetahuan itu sendiri, dari tidak tahu menjadi tahu. Itulah
proses dari manusia itu sendiri.
4. Ajaran Nilai Plato: Kebaikan Universal
Kebaikan universal adalah segala sesuatu yang baik itu adalah satu,
yaitu kebaiakn yang menyeluruh atau umum untuk semua orang.
E. Pragmatisme (Filsafat berbasis Kegunaan: J Dewey)
1. Pragmatisme : John Dewey dan pemikirannya
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengajarkan bahwa segala
sesuatu itu dikatakan benar apabila dengan melihat akibat atau hasilnya
yang bermanfaat dalam kehidupan prastik. Tetapi dalam kehidupan kita
segala sesuatu itu belum tentu dikatakan benar walaupun dilihat secara
jelas. Saya tidak setuju teori pragmatisme ini dikatakan sebagai teori
kegunaan karena belum tentu segala sesuatu itu memiliki nilai guna.
2. Teori kebenaran Pragmatik: Keberdayaan dan Kebekerjaan
Teori ini memandang bahwa kebenaran suatu penyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis atau nyata dengan kata lain suatu pernyataan adalah benar jika
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
3. Pragmatisme dan Konsep Hidup
Aliran ini memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, tergantung
pada berfaedah atau tidaknya ucapan tersebut. Kelemahan dari aliran ini
ialah tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran
absolut (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti
secara ilmiah dan percaya bahwa dunia ini mampu dibikin manusia. Dari
sini kita bisa lihat bahwa pragmatismes secara tidak langsun mengkingkari
sesuatu yang tresendental.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan cikal bakal atau induk dari pengetahuan, juga
merupakan metode berpikir. Karena itu filsafat sangat penting untuk
dipelajari. Inti dari filsafat ialah berpikir, yakni berpikir kritis, rasional,
analitis, sistematis, dan radikal, maka banyak hal yang dijumpai dan
dihadapi manusia yang perlu ditanyakan, diragukan, kemudian dipikirkan.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal,
atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya
usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Dalam filsafat terdapat beberapa paham yaitu: Kritisme,
rasionalisme, positivisme, eksistensialisme, dan pragmatisme. Dari kelima
paham tersebut mempunyai ajaran yang berbeda, dan mempunyai
kelebihan serta kelemahan yang berbeda.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah
diatas. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan, karena masih banyak
kesalahan dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai