Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI Candida albicans PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TERHADAP GEJALA KANDIDIASIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III (D III) Teknologi Laboratorium Medik
Jurusan Analis Kesehatan
Tahun Akademik 2020/2021

Oleh:

Faizah Wirdha Wardha


NIM : P07134018059

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III TLM
MATARAM
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III (D III) Teknologi Laboratorium Medis
Jurusan Analis Kesehatan Mataram

Tahun Akademik 2020/2021

Oleh :

Faizah Wirdha Wardha


NIM : P07134018059

Mataram, Januari 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Agrijanti, S.Pd, M.Ked Lalu Srigede, S.Si, M.Si


NIP.197201121991032001 NIP.197112311991031005

i
PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Tim Penguji proposal KTI Politeknik Kesehatan


Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan dan Diterima untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III (D III)
Teknologi Laboratorium Medis
Jurusan Analis Kesehatan
Tahun Akademik 2020/2021

Mengesahkan :
Ketua Jurusan Analis Kesehatan

Zainal Fikri, SKM, M.Sc


NIP.197512311994021001

Tim Penguji

1. Agrijanti, S.Pd, M.Ked ( )


Ketua penguji

2. H. Rohmi, S.Si, M.Si ( )


Penguji I

3. Lalu Srigede, S.Si, M.Si ( )


Penguji II

Tanggal lulus :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Diploma III Analis Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan mataram.

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Identifikasi Candida

Albicans Pada Penderita Diabetes Mellitus Terhadap Gejala

Kandidiasis” ini semoga dapat dimanfaatkan sebagai informasi kepada

pembacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal Karya Tulis

Ilmiah ini telah banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Zainal Fikri, SKM.,M.Sc selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

3. Agrijanti, S.Pd, M.Ked selaku Ketua Program Studi D-III Analis

Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, sekaligus sebagai

pembimbing I yang meluangkan waktunya untuk membantu penulis

dalam penyusunan proposal karya tulis ini

4. Lalu Srigede, S.Si,, M.Si selaku pembimbing II yang sangat

membantu dalam penulisan dan penyusunan karya tulis ini.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………vii
DAFTAR SINGKATAN..........................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
1. Tujuan Umum.................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BABII TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6

A. Kerangka Teoritis.................................................................. 6
1. Candida Albicans…………………………………………. 6
2. Kandidiasis...................................................................... 6
3. Medium............................................................................ 9
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur..........10
5. Diabetes Mellitus.............................................................14
B. Kerangka Konsep.................................................................19

BABIII METODE PENELITIAN............................................................20

A. Jenis Penelitian.....................................................................20
B. Tempat Dan Waktu Penelitian..............................................20
C. Rancangan Penelitian.......................................................... 20
D. Populasi Dan Sampel...........................................................20

iv
E. Cara Pengambilan Sampel...................................................20
F. VariabelPenelitian.................................................................21
G. Tehnik Pengolahan Dan Analisis Data.................................21
H. Alur Penelitian………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................25

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Konsep………………………………………………….20


Tabel 3.1 Data hasil pertumbuhan Candida albican……………………….23
Tabel 3. 2 Alur Penelitian…………………………………………………….29

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Koloni Candida albican pada media SDA……………………..8

vii
DAFTAR SINGKATAN

o
c : Derajat Celcius
µ : Mikroliter
% : Persen
± : Kurang Lebih
mg/dl : Miligran Per Desiliter
no : Nomor
SDA : Sabaroud Glukosa Agar
DM : Diabetes Melitus

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi

terutama di negara-negara tropis. Penyakit yang disebabkan oleh

jamur disebut mikosis. Mikosis yang mempunyai insiden paling tinggi

adalah dermatofitosis dan kandidiasis (Pangalinan, 2011).sehingga

menyebabkan gangguan seperti infeksi jamur, yang terjadi jika

terdapat faktor yang menyuburkan pertumbuhannya atau ada yang

memudahkan terjadi invasi jaringan. Kandidiasis adalah salah satu

infeksi jamur dengan faktor-faktor penyebab yang dibagi menjadi

dua, yaitu faktor predisposisi endogen dan eksogen, salah satunya

adalah kehamilan (Mansjoer, 2000).

Candida albicans merupakan penyebab utama infeksi jamur

invasif dan merupakan masalah kesehatan umum yang terjadi di

masyarakat. Sel jamur Candida berbentuk bulat, lojong atau bulat

lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ hingga 2-5,5µ x 2-28µ. Koloni nya

pada medium padat sedikit timbul dari permukaan medium, dengan

permukaan halus, licin atau berlipat lipat, berwarna putih kekuningan

dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni

dpat di lihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke

dalam medium. Pada medium cair jamur biasa nya tubuh pada dasar

tabung (putri, 2016)


2

Dalam biakan atau jaringan, spesies candida albicans tumbuh

sebagai sel-sel ragi bertunas dan oval (berukuran 3-6 µm). Mereka

juga membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas tumbuh tetapi gagal

melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang

terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel-sel. Candida

albicans bersifat dimorfik; selain ragiragi dan pseudohifa, ia juga bisa

menghasilkan hifa sejati. Dalam media agar atau dalam 24 jam pada

suhu 37ºC atau pada suhu ruangan, spesies Candida albicans

menghasilkan koloni halus,berwarna krem dengan aroma ragi

Pseudohifa jelas sebagai pertumbuhan yang terbenam di bawah

permukaan agar (Widorima,2005).

Candida albicans adalah jamur dimorfik yang tumbuh pada suhu

37ºC. Habitat normalnya adalah membran mukosa manusia dan

hewan berdarah panas, dimana jamur tumbuh sebagai ragi (yeast)

dan menyebabkan sedikit kelainan atau tanpa kerusakan apapun.

Pada 50% manusia, jamur ini dapat ditemukan pada mukosa mulut,

usus, vagina, dan kadang-kadang dapat diisolasi dari permukaan kulit

(Soedarto,2015).

Pada keadaan tertentu jika terdapat faktor predisposisi, Candida

albicans yang mula-mula hidup komensal dan tidak berbahaya dapat

berubah menimbulkan kerusakan. Sel ragi kemudian dengan cepat

membentuk hifa yang menembus membrana mukosa, menyebabkan

iritasi dan kerusakkan pada jaringan (Soedarto,2015).


3

Kandidiasis merupakan penyakit yang disebabkan karena jamur

Candida sp, jamur ini memiliki sifat akut dan sub akut, berupa lesi

merah atau lesi putih pada rongga mulut. Kandidiasis oral biasanya

disebabkan oleh jamur Candida albicans yang menyerang kuku,

bronki dan alat kelamin. Penyakit ini juga dapat menyerang laki-laki

maupun perempuan dalam segala usia. Tetapi paling banyak

menyerang perempuan dengan persentase 70% dibanding laki-laki

(Getas dkk, 2014).Gejala Candidiasis bervariasi tergantung pada

daerah tubuh yang terinfeksi. Candidiasis yang berkembang dimulut

atau tenggorokan disebut ”thrush” atau Candidiasis orofaringeal.

Candidiasis di vagina sering disebut sebagai “infeksi jamur”.

Candidiasisinvasif terjadi ketika spesies Candida memasuki aliran

darah dan menyebar keseluruh tubuh (Sundayani, 2014).

Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak akibat dari ketidak seimbangan antara

ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin. Gangguan tersebut

dapat berupa defisiensi insulin absolut, gangguan pengeluaran insulin,

produksi insulin yang tidak aktif dankerusakan insulin bekerja

(Sudoyo, 2006).

Pada penderita Diabetes mellitus, sel-sel dalam tubuh berhenti

berespon terhadap insulin atau pankreas berhenti memproduksi

insulin, hal ini mengakibatkan hiperglikemia sehingga dalam waktu

tertentu dapat menyebabkan komplikasi metabolik akut., selain itu

dalam jangka panjang hiperglikemia menyebabkan komplikasi


4

makrovaskuler, komplikasi mikro vaskuler dan komplikasi neuropati

(Smeltzer, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian

“identifikasi jamur C albicans pada penderita diabetes mellitus

terhadap gejala kandidiasis”,

B. Rumusan Masalah

Apakah penderita diabetes mellitus terhadap gejala kandidiasis

di temukan candida albicans?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui candida albicans pada penderita diabetes

mellitus terhadap gejala kandidiasis

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi candida albicans pada penderita diabetes

mellitus terhadap gejala kandidiasis

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis penelitian yaitu untuk menambah pengetahuan

khususnya dibidang mikologi, serta ada atau tidaknya Candida

albicans pada penderita diabetes mellitus terhadap gejala

kandidiasis

2. Manfaat praktis penelitian yaitu :

a) Manfaat penelitian bagi masyarakat yaitu untuk memberikan

informasi kepada masyarakat khususnya penderita diabetes

mellitus terhadap gejala kandidiasis.


5

b) Manfaat bagi peneliti yaitu dapat menambah ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi

masyarakat mengenai kemungkinan terdapatnya Candida

albicans pada penderita diabetes mellitus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. C. albicans

1) Toksonomi

Taksonomi Candida albicans yang diakui secara

internasional adalah penemuan Van Arx, 1970 dan

Muller/Loeffer, 1971 yaitu:

Divisio : Fungi

Subdivisio : Eumycotina

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Torulosidales

Famili : Torulopsidaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida sp.

(Amalia,S.P. 2009)

2) Morfologi dan Identifikasi

Candida albicans secara mikroskopis berbentuk oval 25

x 3-6 mikron. biasa di jumpai di clamydospora yang tidak

ditemui di spesies candida yang lain dan merupakan pembeda

pada spesies tersebut, hanya candida albicans yang mampu

menghasilkan clamydospora yaitu spora yang berbentuk hifa

(jawetz., 2010)

6
7

3) Pertumbuhan dan Reproduksi Candida Albicans

Candida albicans dikembangbiakkan secara invitro

pada media SDA (Sabaroud Glukosa Agar) atau PDA

(Potatos Dexstrose Agar) selama 2-4 hari pada suhu 37ºC

atau suhu ruang. Besar koloni jamur ini tergantung pada umur

biakan. Bagian tepi koloni Candida albicans berupa hifa semu

sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam media,

pada media cair biasanya tumbuh pada dasar tabung

(Dumilah, 1992). Pada media Cornmeal Agar dapat

membentuk clamydospora dan lebih mudah dibedakan melalui

bentuk pseudomyceliumnya atau bentuk filamen. Pada

pseudomycelium terdapat kumpulan blastospora yang bisa

terdapat pada bagian terminal atau intercalary (Lodder,1970)

Jamur Candida albicans. umumnya mudah tumbuh

dalam suhu kamar (25-30oC) dan suhu 37oC pada agar

Sabouraud glukosa dengan atau tanpa antibiotik untuk

menekan pertumbuhan bakteri, biasanya digunakan

kloramfenikol. (Ramali dan Werdani, 2001). Jamur C.albicans

mempunyai dua bentuk yaitu Bentuk hifa ditemukan pada

penyakit, karenanya bentuk ini dianggap patogen, sedangkan

bentuk ragi merupakan bentuk istirahat yaitu sebagai saprofit

(Ramali dan Werdani, 2001).


8

Gambar 1. Koloni Candida albicans

Pada Media SDA

Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut

yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang-

kadang oleh spesies Candida yang lain, yang dapat

menyerang berbagai jaringan tubuh (Siregar,2005).

Gambaran klinik dari kandidiasis berdasarkan bagian

yang terinfeksi adalah:

1) Kandidiasis Oral

Di sebut “oral trush” memberi gambaran klinis

berupa stomatitis akut. Pada selaput lender mulut tanpa

bercak putih kekuningan yang timbul dari dasar selaput

lender yang merah di sebut membrane palsu. Penderita

selalu mengeluh sakit, bila waktu tersentuh makan.

Kandidiasis oral banyak di derita oleh bayi baru lahir.


9

2) Kandidiasis Vagitis dan Vulvoganitis

Vagitis karena candida selalu disertai oleh

vulvovaginitis. Hal ini disebabkan terjadi kontak langsung

dari sekret-sekret vagina yang mengalami infeksi

sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi. Pada

mukosa vagina terlihat ada bercak putih kekuningan,

meninggi dari permukaan. Bercak- bercak ini terdiri dari

gumpalan jamur candida albicans, jaringan nefrotik, dan

sel-sel epitel dari liang vagina yang menyebabkan

keluarnya secret vagina yang mulai encer kemudian

menjadi kental dan pada keadaan yang menahun

tampak seperti butir-butir tepung halus. Labia minora dan

mayora membengkak dengan ulkus-ulkus kecil berwarna

merah dan disertai dengan daerah yang erosi. Kelainan

ini dapat menjalar sampai ke kulit sekitarnya hingga

seluruh kulit lipat paha dan peritneum menjadi merah,

bengkak. Penderita selalu merasa gatal, panas, dan

sakit pada waktu buang air kecil.

3) Kandidiasis balantis dan balanoptisis

Sering terjadi pada pria yang tidak dikhitan. Blanitis

tampak berupa bercak-bercak eriterma dan erosi pada

glan penis dan sering disertai dengan pustulasi, kelainan

ini dapat meluas sampai skrotum, peritneum dan kulit

dilipat paha, yang terlihat daerah-daerah eritematosa


10

dan lesi-lesi satelit disertai rasa gatal dan rasa sakit atau

panas.

4) Kandidiasis Mukokutan Kronis

Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan

penderita yang mengalami berbagai macam defisiensi.

Kelainan-kelainan yang timbul berupa bercak-bercak

merah pada daerah-daerah mukokutan, erosi dan timbul

rasa panas dan gatal. Penyakit ini merupakan infeksi

persiten oleh candida albicans,yang mengenai

mukokutan yang resisten terhadap semua pengobatan

topical karena penyakit ini sering disertai dengan infeksi

bakteri lain dank arena adanya gangguan imunologik

yang bersifat herediter.

5) Kandidasis Kutis

Lesi-lesi timbul pada tempat predileksi yaitu daerah-

daerah lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipat

paha, jari-jari tangan dan kuku, sekitar pusat, dan lipat

paha. Kelainan yang tampak berupa kemerahan kulit

yang berbatas tegas, erosi dan berisik, lesi-lesi sedikit

berupa vesikel-vesikel dan pustule milier, yang bila

pecah akan meninggalkan daerah erosi dan selanjutnya

dapat berkembang menyerupai lesi primernya. Kelainan

pada sela-sela jari sering ditemukan pada orang yang

banyak berhubungan dengan air seperti tukang cuci


11

atau petani di sawah. Kandidiasis pada laki dan sela-sela

jari ini sering dikenal sebagai kutu air. Kulit disela-sela

jari menjadi lunak, terjadi maserasi dan dapat

mengelupas menyerupai kepala susu.

6) Kandidiasis Perianal

Infeksi candida albicans pada kulit sekitar anus, yang

banyak ditemukan pada bayi-bayi, dikenal sebagai

kandidiasis popok. Hal ini sering disebabkan oleh popok

yang basah yang tidak segera diganti sehingga

menyebabkan iritasi kulit dan karena adanya lubang-

lubang alamiah (anus) yang banyak mengandung

candida albicans maka candida albicans dapat tumbuh

dengan subur dan terjadilah kandidasis perianal. Kulit di

sekitar anus, lipat paha, kemaluan, perineum dan lipatan

pantat menjadi merah, erosi, dan bersisik halus putih.

Namun pada pertumbuhan berlebih dari organisme ini

dapat menyebabkan gejala. Gejala Candidiasis

bervariasi tergantung pada daerah tubuh yang terinfeksi.

Candidiasis yang berkembang dimulut atau tenggorokan

disebut ”thrush” atau Candidiasis orofaringeal.

Candidiasis di vagina sering disebut sebagai “infeksi

jamur”. Candidiasis invasif terjadi ketika spesies Candida

memasuki aliran darah dan menyebar keseluruh tubuh

(Sundayani, 2014).
12

Hampir 75% dari semua wanita dewasa telah memiliki

setidaknya satu “infeksi jamur” dalam hidup mereka.

Pada kesempatan langkah, laki-laki juga bisa

mendapatkan Candidiasis genital. VVC terjadi lebih

sering dan lebih parah pada orang dengan sistem

kekebalan yang lemah. Kondisi lain yang dapat

menempatkan seorang wanita pada risiko Candidiasis

genital meliputi, kehamilan, Diabetes, Penggunaan

jangka panjang antibiotik spektrum luas, Penggunaan

obat kotikosteroid (Sundayani, 2014).

2. Media

Media atau medium adalah suatu bahan yang terdiri atas

campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan

mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan

mikroorganisme lainnya. Media berfungsi untuk mengisolasi,

menumbuhkan mikroorganisme, memperbanyak jumlah, menguji

sifat-sifat fisiologi, dan menghitung jumlah mikroba. Dalam proses

pembuatan media harus disterilisasi dan menerapkan metode

aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Safitri dan

Novel, 2010).

Media merupakan nutrient yang dibutuhkan mikroorganisme

untuk pertumbuhan secara invitro (Harti, 2005).

a) Kultur, merupakan mikroorganisme yang tumbuh dan

berkembang dalam media.


13

b) Inoculum, merupakan mikroorganisme awal yang

ditumbuhkan dalam media kultur dan biasanya biakan murni.

c) Isolate, merupakan mikroorganisme hasil isolasi dari sampel

atau biakan campuram.

3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a) Substrat

Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi

fungi. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah

fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat

mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut

menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya,

apabila substratnya nasi, atau singkong, atau kentang, maka

fungi tersebut harus mampu mengekskresikan enzim α-

amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa. Senyawa

glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi. Apabila

substratnya daging, maka fungi tersebut harus

mengeluarkan enzim yang proteolitik untuk dapat menyerap

senyawa asam-asam amino hasil uraian protein. Contoh

yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi,

maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar

senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap ke dalam

tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim

sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat

memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.


14

b) Kelembaban

Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi.

Umumnya fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor

memerlukan lingkungan dengankelembapan nisbi 90%,

sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium, dan

banyak hyphomycetes lainnya dapat hidup pada

kelembapan nisbi yanglebih rendah, yaitu 80%. Fungi yang

tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan 70%,

misalnya Wallemia sebi, A.glaucus, banyak strain A.tamarii

dan A.flavus.

c) Suhu

Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk

pertumbuhan,fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi

psikorofil, mesofil, dan termofil. Fungi psikorofil adalah fungi

yang dengan kemampuan untuk tumbuh padaatau dibawah

0oC dan suhu maksimum 20oC. Hanya sebagian kecil

spesiesfungi yang psikofril. Fungi mesofil adalah fungi yang

tumbuh pada suhu 10- 35oC, suhu optimal 20-35oC. Fungi

dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22- 25 oC). Sebagian

besar fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi

yanghidup pada suhu minimum 20 oC, suhu optimum 40oC

dan suhu maksimum 50- 60oC. Contohnya A.fumigatus yang

hidup pada suhu 12-55oC. Mengetahui kisaran suhu

pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama


15

bilaisolat-isolat tertentu akan digunakan di industri. Misalnya,

fungi yang termofil atau termotoleran (C.tropicalis,

Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei),dapat memberikan

produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan

suhukarena metabolisme funginya, sehingga industri tidak

memerlukan penambahan alat pendingin.

d) Derajat keasaman lingkungan

pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi,

karena enzim- enzim tertentu hanya akan mengurai suatu

substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu.

Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7.0. Jenis-jenis

khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah,

yaitu pH 4.5-5.5. Mengetahui sifat tersebut adalah sangat

penting untuk industri agar fungi yangditumbuhkan

menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada produksi

asam sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam,

produksi antibiotik, dan juga untuk mencegah pembusukan

bahan pangan.

e) Bahan Kimia

Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah

pertumbuhan fungi. Senyawa formalin disemprotkan pada

tekstil yang akan disimpan untuk waktutertentu sebelum

dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan

kapangyang bersifat selulolitik, seperti Chaetomium


16

globosum, A.niger, dan Cladosporium cladosporoides yang

dapat merapuhkan tekstil, atau meninggalkan noda-noda

hitam akibat sporulasi yang terjadi, sehingga menurunkan

kualitas bahan tersebut. Selama pertumbuhan, fungi

menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan dan

dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut

merupakan suatu pengaman pada dirinya terhadap

serangan oleh mikroorganisme lain termasuk terhadap

sesama mikroorganisme. Manusia memanfaatkan senyawa-

senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk

mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh

mikroorganisme (Gandjar, 2006).

4. Diabetes Melitus

a) Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah kondisi ketika tubuh

tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah (glukosa),

yang normalnya pada gula darah puasa 80-130 mg/dL, kadar

gula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2

jam PP 120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan

makanan oleh tubuh, yang kemudian menjadi sumber energi.

Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus, kadar glukosa

ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan (Pudiastuti,

2013) diabetes mellitus juga merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang


17

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit

kronik yang dapat membebani masyarakat baik dari sisi

ekonomi maupun kualitas hidup hampir di seluruh dunia.

Penderita Diabetes Mellitus memiliki kerentanan

terhadap terjadinya infeksi baik infeksi bakteri, infeksi jamur,

maupun infeksi virus. Infeksi jamur adalah salah satu komplikasi

terhadap penyakit diabetes yang sering ditemukan. Adanya

kadar gula dalam darah yang cukup meningkat dapat menjadi

suatu kondisi yang menguntungkan untuk berkembang biaknya

jamur dan dapat menimbulkan infeksi jamur pada tubuh.

Kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah dan berkurangnya

kemampuan pada sel darah putih untuk menangani terjadinya

infeksi yang menyebabkan sulit dalam penyembuhan dan akan

dapat bertambah parah. Kandidiasis atau infeksi jamur dan

Diabetes Mellitus merupakan dua hal yang berhubungan.

Diabetes dapat menyebabkan kandidiasis atau infeksi jamur dan

infeksi kandidiasis dapat memperparah keadaan Diabetes

Mellitus (Sundayani dan Agrijanti, 2014).

Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel yang

pada akhirnya gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk

oleh sel. Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel

mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat dan

menyebabkan hiperglikemi. Pengobatan yang tidak teratur


18

serta ketidak patuhan dalam diri mengakibatkan glukosa

dalam darah tidak dapat menjadi energi sehingga

menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa darah.

(Ginting, 2014)

b) Faktor Peningkatan Diabetes Melitus

Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di

beberapa negara berkembangakibat peningkatan

kemakmuran di Negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh

banyakfaktor antara lain peningkatan pendapatanper kapital

dan perubahan gaya hidupterutama di kota besar

(Misnadiarly, 2006,.51).

Secara epidemiolgik diabetes seringkali tidak

terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes

adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga

morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak

terdeteksi ini. Faktor resiko yang berubah secara

epidemiologic diperkirakan adalah bertambahnya usia,lebih

banyak dan lebih lamanya obesitas,distribusi lemak tubuh,

kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua

factor ini berinteraksi dengan beberapa factor genetik yang

berhubungan dengan terjadinya Diabetes Mellitus (Sudoyo,

dkk, 2006,1915).
19

c) Etiologi Diabetes Mellitus

1) Faktor Keturunan

Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah.

Bila ada anggota keluarga anda yang terkena diabetes,

maka anda juga dapat beresiko menjadi penderita

diabetes (Tandra, 2013)

2) Faktor Nutrisi

Nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya

Diabetes Mellitus. Gaya hidup yang kebarat-baratan dan

hidup santai serta 9 panjangnya angka harapan hidup

merupakan faktor yang meningkatkan prevelensi

Diabetes Mellitus (Pudiastuti, 2013).

3) Tanda dan Gejala Ketidakstabilan diabetes mellitus

Pada penderita Diabetes Mellitus yang mengalami

hiperglikemia dapat disertai dengan gejala sebagai

berikut :

a. Mudah lelah dan lesu

b. Mulut terasa kering

c. Mengalami rasa haus berlebih

d. Urin yang dihasilkan jumlahnya meningkat

e. Serta kadar glukosa dalam darah / urin relatif

tinggi. (PPNI, 2016)


20

B. Kerangka konsep:

Factor pengaruh
pertumbuhan jamur: Diabetes Imunitas
1. Factor internal:
Gula darah
a. Gen
b. Hormone
2. Factor eksternal:
a. Lingkungan
b. Suhu
Kandidiasis
c. Nutrisi
d. Udara
e. pH

Oral Kulit Organ dalam

- Langsung
- Kultur

keterangan:

= tidak diteliti

= diteliti
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

Gambaran identifikasi jamur candida albicans pada penderita

diabetes mellitus dengan gejala kandidiasis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2021

bertempat di Puskesmas pejeruk rembige Kota Mataram.

C. Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini

yaitu menggunakan Rancangan Observasional Analitik dengan sifat

penelitian berupa retrospektif dengan identifikasi jamur candida

albicans pada penderita diabetes mellitus terhadap gejala

kandidiasis.

D. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM dengan gejala

kandidiasis di Puskesmas Pejeruk Rembige sedangkan Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang diambil.

E. Tehnik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple

random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak bahwa

setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk diseleksi.

21
22

F. Variabel penelitian

Adapun variable pada penelitian ini yaitu variabel bebas adalah

penderita diabetes mellitus dengan gejala kandidiasis, sedangkan

variabel terikat adalah identifikasi candida albicans.

G. Teknik Pengolahan dan analisis data

Data yang diperoleh dari Puskesmas Pejeruk Rembige

selanjutnya dianalisa secara deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi

jamur candida albican pada penderita diabetes mellitus dengan

gejala kandidiasis yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1 Data hasil pertumbuhan Candida albican

No Nomor sampel Positif/Negatif

1
2
3
4

H. Prosedur Penelitian

1. Alat Penelitian

a) Neraca digital

b) Beaker glass

c) Cawan petri

d) Pipet tetes

e) Hot plate

f) Incubator

g) Ose bulat
23

h) Objek glass

i) Cover glass

j) Autoclave

k) Batang pengaduk

l) Gelas ukur

m) Lampu spiritus

n) Mikroskop

o) Kertas Koran

2. Bahan penelitian

a) Media SDA (Sabroud Dekstrosa Agar)

b) Urine

c) Aquadest

3. Tahapan Cara kerja

a) Pembuatan media SDA (Sabroud Dekstrosa Agar)

1) Menyiapkan alat dan bahan.

2) Menimbang media SDA (Sabroud Dekstrosa Agar)

menggunakan beaker glass sebanyak 13 gram pada

neraca digital.

3) Melarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml.

4) Memanaskan diatas hot plate hingga mendidih dengan

mengaduk menggunakan batang pengaduk.


24

5) Menuangkan media pada cawan petri kemudian ditutup.

6) Mensterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu

121oc selama 15 menit.

7) Membiarkan media membeku kemudian dibungkus

menggunakan kertas dengan cara dibalik.

8) Memasukkan ke dalam lemari pendingin.

b) Tahap Pelaksanaan

Pada penelitian ini menggunakan metode teknik cawan

gores. Cara pengerjaan metode Teknik cawan gores yaitu:

1) Penanaman Media SDA

a. Siapkan Alat Dan Bahan yang dibutuhkan serta

Media SDA

b. Sampel urine di goreskan di media SDA

c. Lalu di isolate selama 2-3 hari sampai jamur tumbuh.

d. Lalu jamur di identifikasi menggunakan mikroskop

2) Uji spesies C. Albican

a. Secara Makroskopis

Pengamatan makroskopis dilihat pada

pertumbuhan biakkan di medium SDA dengan

mengamati bau, warna, dan permukaan koloni.

Candida albicans memiliki ciri – ciri seperti

berbau asam, mempunyai koloni seperti ragi,


25

berwarna putih kekuningan, dan permukaan

koloninya basah dan cembung.

b. Secara Mikroskopis ( Pewarnaan Gram )

Fiksasi objek glass diatas lampu spiritus,

kemudian diambil koloni jamur dengan ose, buat

preparat, biarkan kering, kemudian warnai dengan

Gram A selama 1 menit, Gram B selama 1 menit,

Gram C selama ± 30 detik sampai warna luntur,

Gram D selama 30 detik, kemudian cuci dengan air

mengalir, lalu keringkan dan diamati dibawah

mikroskop pada perbesaran 10 x dan 100 x (Sintia,

2016).

3) Penamaman Jamur C. albican menggunakan Uji Germ

Tube

Uji Germ Tube dilakukan dengan cara mengambil

koloni Candida albicans pada media SDA yang diambil

dengan ose bulat dimasukkan kedalam tabung reaksi

yang berisi 0,5 ml serum yang kemudian diinkubasi

selama 1-2 jam di dalam inkubator. Kemudian diambil 1

tetes koloni dan diteteskan pada objek glass kemudian di

amati pada mikroskop dengan perbesaran lensa objektif

10x dan 40x.

I. Alur penelitian
26

Pasien penderita Diabetes Melitus

Persiapan Sampel

Pengambilan Sampel
Penderita Diabetes

Ditanam pada media


SDA

Uji spesies Candida Albicans

Identifikasi
Morfologi
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Putri; Saputra Alanindra. 2016. “Analisis Keterampilan Proses


Sains (KPS) Dasar Mahasiswa Calon Guru Biologi Pada Mata
Kuliah Anatomi Tumbuhan (Studi Kasus Mahasiswa Prodi
Pendidikan Biologi FKIP UMS Tahun Ajaran 2015/2016)”. Prosiding
seminar nasional pendidikan sains (SNPS). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Akpan A, Morgan R. Oral Candidiasis. Postgrad MedJ 2002; 78: 455-59.


Al- Najjar Z.R. 2010. Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi.
Jakarta: Zaman. hal: 376.
Amalia,S.P., Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kandidiasis Vagina
Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal, skripsis sarjana, Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009.
Field A, Longman L. Tyldsley’s Oral Medicine oxford fifth edition. Oxford
Gandjar, Indrawati & Wellyzar Sjamsuridzal. 2006. Mikologi Dasar dan
Terapan.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Getas, I Wayan, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Glukosa dan Waktu
Inkubasi pada media SDA (Sabaroud Dextrose Agar) terhadap
Pertumbuhan jamur candida albicans.
Jawetz, M. A. (2010). Mikrobiologi Kedokteran (25 ed.). (G. F. Brooks, K.
C. Carroll, J. S. Butel, S. A. Morse, T. A. Mietzner, Penyunt., A. W.
Nugroho, D. Ramadhani, H. Santasa, N. Yasdelita, & K. W. Nimala,
Penerj.) New York: Mc Graw Hill.
Kustyawati, M. E. (2009). Kajian Peran Yeast Dalam Pembuatan Tempe.
Universitas Lampung, 29.
Kwoseh C. K, et al.2012. “Cassava starch-agar blend as alternative gelling
agent for mycological culture media”. Bots. J. Agric. Appl. Sci. Vol. 8
No. 1 2012 (diakses tanggal 3 november 2015).
Lai, C.C., Wang, C.Y., Liu, W.L., Huang,Y.T. & Hsueh, P.R. 2012. Time to
positivity of blood cultures ofdifferent Candida species causing
fungaemia. J Med Microbiol, 61:701–704.

Lewis M. A. O. & Lamey P-J. (1998).Tinjauan Klinis Penyakit Mulut.


Jakarta: Widya Medikauniversity press. 2003
Lodder, J. 1970.The Yeast: A Taxonomic Study Second Revised and
Enlarged Edition. Amsterdam. The Netherland. Northolland
Publishing Co. 1076 p.
Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius

27
28

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Penerbit


Populer Obor, Jakarta.
Mukokutan. Jakarta: Balai Besar Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp. 55-65
Mutiawati, vivi keumala. (2016). pemeriksaan mikrobiologi pada candida
albican. Jurnal kedokteran syiah kuala, 16(1), 53-63.
Powers, AC. Diabetes Mellitus. Dalam : Brauwald, Fauci, Kasper, Hauser,
Longo, Jameson, editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine.
Edisi ke 16. Newyork : McGraw-Hill; 2005. 2152-2180.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI


Pudiastuti, D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ramaiah, Savitri. 2008. Diabetes: Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan
Mendetksinya Sejak Dini. PT. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta: 2008

Ramali, L.M. & Werdani. 2001. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia: Dermatomikosis Superfisialis: Kandidiasis Kutan
dan

Siregar,C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran


ECG, Jakarta, 20, 37-42.
Sudoyo, W. A., Setiyohadi, B., Alwi, I., dkk.(2006). Buku ajar ilmu penyakit
dalam, jilid III edisi 4. Jakarta:Penerbit FKUI.

Suryani N, Pramono, Septiana H. Diet dan olahraga sebagai upaya


pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015.
Jurkessia. 2016;6(8):1–10.

Tandra H. Life Healthy with Diabetes Mengapa dan Bagaimana.


Yogyakarta: CV Andi Offset; 2013.

Anda mungkin juga menyukai