Anda di halaman 1dari 78

HUBUNGAN PEMBELAJARAN DARING AKIBAT PANDEMI COVID-19 DENGAN

TINGKAT STRESS DAN RISIKO COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA

MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN FITKES UNJANI

PROPOSAL SKRIPSI

KUANTITATIF

Disusun Oleh :

Adam Sigit Septianto 213118143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
HUBUNGAN PEMBELAJARAN DARING AKIBAT PANDEMI COVID-19 DENGAN

TINGKAT STRESS DAN RISIKO COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA

MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN FITKES UNJANI

PROPOSAL SKRIPSI

KUANTITATIF

Disusun Oleh :

Adam Sigit Septianto 213118143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
PENGESAHAN

Laporan Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan pada Seminar Proposal

Pada tanggal : …. Juli 2022

Nama Mahasiswa : Adam Sigit Septianto

NPM : 213118143

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S-1)

Fakultas Ilmu dan Teknologi KesehatannUniversitas Jenderal Achmad Yani Cimahi

Pembimbing I Pembimbing II

Dewi Ummu K, S.Kep., Ners., M.Kep Dwi Hastuti, S.Kep., Ners., M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan judul “Hubungan Pembelajaran Daring

Akibat Pandemi Covid-19 dengan Tingkat Stress dan Risiko Computer Vision Syndrome

(CVS) Pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan FITKes UNJANI” laporan skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu

Keperawatan (S-1).

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada :

1. Prof. Hikmahanto Juwana, S.H.,LL.M.,Ph.D selaku Rektor Universitas Jenderal

Achmad Yani Cimahi.

2. Gunawan Irianto, dr., M.Kes (MARS)., selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

3. Achmad Setya Roswendi, S.Kp., M.P.H., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (S-1) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal

Achmad Yani Cimahi.,

4. Dewi Ummu K, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sampai proposal skripsi ini selesai

dengan baik.

5. Dwi Hastuti, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sampai proposal skripsi ini selesai

dengan baik.

6. Siti Dewi Rahmayanti, S.Kp., M.Kep., selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktunya untuk dapat menguji

ii
7. Dosen pengajar serta staff Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Fakultas Ilmu

Teknologi Dan Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

8. Ayahanda Wilogo, Ibunda Tarmini, dan Kakak Wikis Anto Yoga., S.Psi., selaku

orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a, kasih sayang,

motivasi, serta dukungan kepada peneliti selama mengikuti Pendidikan.

9. Teman-teman seperjuangan khususnya Angkatan 2018 dan umumnya angkatan

atas selaku kakak, angkatan bawah selaku adik yang berada di Program Studi Ilmu

Keperawatan (S-1) yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti selama

mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas

Jenderal Achmad Yani Cimahi.

10. Para pengurus HM KMJ Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes UNJANI, demisioner

serta alumni yang telah memberikan dukungan, do’a kepada penulis penelitian.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin ya Rabbal Alamiin.

Peneliti menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai keasalahan serta kekurangan.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian

adanya, semoga skripsi ini dapat dijadikan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan semoga

bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu keperawatan.

Cimahi, 10 Juli 2022

Adam Sigit Septianto


3

75
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
1. Tujuan Umum 7
2. Tujuan Khusus 7
D. Manfaat Penelitian 8
1. Manfaat Toritis 8
2. Manfaat Praktis 8
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A. Pandemi Covid-19 9
1. Pandemi Covid-19 9
a. Pengertian Pandemi Covid-19 9
b. Tanda dan Gejala Covid-19 10
c. Dampak Pandemi Covid-19…………………………………………………………13
B. Stress 11
1. Pengertian Stress 11
2. Jenis – Jenis Stress 16
3. Gejala Stress 18
4. Faktor Penyebab Stress 20
5. Pencegahan Stress 22
6. Dampak Stress 23
C. Computer Vision Syndrome (CVS) 23
1. Pengertian Computer Vision Syndrome (CVS) 23
2. Etiologi Computer Vision Syndrome (CVS) 24
3. Faktor Risiko CVS 25
4. Gejala Computer Vision Syndrome 28
5. Bahaya Computer Vision Syndrome 30
6. Pencegahan Computer Vision Syndrome……..……………………………………..30

v
D. Pembelajaran Jarak Daring 31
1. Definisi Pembelajaran Daring 31
2. Manfaat Pembelajaran Daring 31
3. Kekurangan Pembelajaran Daring 32
E. Kerangka Teori...............................................................................................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35
A. Metode Penelitian 35
1. Paradigma Penelitian 35
2. Rancangan Penelitian 36
3. Variabel Penelitian 37
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian 39
1. Populasi 41
2. Sampel 41
C. Pengumpulan Data 41
1. Teknik pengumpulan data 41
2. Instrumen Penelitian 43
3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian 44
D. Prosedur Penelitian 45
1. Tahap Persiapan 45
2. Tahap Pelaksanaan 47
3. Tahap Akhir 47
E. Pengolahan dan Analisa Data 48
1. Teknik Pengolahan Data 48
2. Analisa Data 59
F. Etika Penelitian 52
G. Lokasi dan Waktu Penelitian 53
1. Lokasi Penelitian 53
2. Waktu Penelitian 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 57
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir tahun 2019, hampir seluruh dunia digemparkan dengan wabah

Coronavirus Disease 2019 atau sering dikenal dengan COVID-19 yang ditularkan

oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus). Virus

COVID-19 ini merupakan penyakit menular yang sangat mempengaruhi semua aspek

kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Selama masa pandemi Covid-19

seluruh masyarakat baik yang bekerja maupun yang sedang menempuh pendidikan

diharuskan tidak keluar rumah dan tetap berdiam diri dirumah dalam upaya

pencegahan penyebaran virus Covid-19. Kebijakan tersebut salah satunya berdampak

terhadap bidang pendidikan yang menyebabkan adanya perubahan pola pembelajaran

pada seluruh siswa/mahasiswa di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pola

pembelajaran tersebut berubah sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia No.4 Tahun 2020 mengenai kebijakan

pendidikan pada masa pandemi COVID-19, Proses belajar dari Rumah dilaksanakan

dengan ketentuan belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh

dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa

terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas

maupun keluiusan (Kemendikbud RI, 2020).

Kebijakan Pendidikan pada masa pandemi COVID-19 menyarankan

perubahan kegiatan belajar untuk dilakukan dirumah agar memberi pengalaman baru

yang bermakna bagi siswa dalam belajar. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

dari rumah disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilaksanakan dengan sistem

dalam jaringan (daring) menggunakan media elektronik handphone atau komputer


melalui beberapa aplikasi pembelajaran daring (Kemendikbud RI, 2020). Saat

melaksanakan PJJ siswa-siswi diharuskan menggunakan media elektronik handphone

atau komputer dalam menyelesaikan tugas juga penunjang pembelajaran lainnya

setiap hari. (Putri, 2019).

Sistem pembelajaran daring menyebabkan siswa atau mahasiswa yang sedang

menempuh pendidikan merasa stress akibat terbebani tugas yang banyak dan kurang

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh

salah satu mahasiswa Fakultas psikologi Unika Soegejipranata Semarang terhadap

mahasiswa-mahasiswa fakultas psikologi Inuka Soegejiprinata tentang pembelajaran

daring menemukan komentar positif dan negatif. Komentar positif yang didapatkan

20% dari partisipan menyatakan dengan pembelajaran daring bisa santai dan rebahan,

jadi aktif bertanya, tidak malu, dan hemat transport. Komentar Negatif yang

didapatkan 80% dari pasrtisipan menyatakan tugas lebih banyak dari pada kuliah off

line, penjelasan materi masih kurang, tidak bisa diskusi, prosedurnya repot, kaget

tidak terbiasa dengan daring dan beberapa masalah teknis lainya (Sanjaya F.R, 2020).

Berdasarkan penelitian (Fauziyyah et al., (2021) sebesar 55,1% rasa stres

dialami oleh mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan daring juga ditambah dengan

angka kecemasan selama perkuliahan daring sebesar 40%. Penyebab stres di kalangan

mahasiswa selama pandemi Covid-19 dikarenakan oleh beban tugas kuliah yang

semakin banyak, proses perkuliahan daring yang monoton, tidak dapat melaksanakan

praktek laboratorium dikarenakan keterdiaan alat yang kurang memadai di rumah,

signal internet yang tidak stabil, keterbatasan kuota internet yang dimiliki, tidak dapat

melaksanakan kegiatan seperti biasanya dan kurangnya kesempatan bertemu dengan

teman untuk bersosialisasi. Akbibat dari proses pembelajaran daring selain

menimbulkan masalah psikologis yaitu stress juga menimbulkan masalah kesehatan

2
lainnya yaitu gangguan penglihatan seperti yang disebutkan oleh World Health

Organization (WHO) setidaknya terdapat 2,2 miliar orang memiliki gangguan

penglihatan, dan hampir setengahnya gangguan penglihatan yang dapat dicegah

(World Health Organization, 2014).

Kejadian kelelahan mata (presbiopi) dan miopia (rabun jauh) di seluruh dunia

berkisar antara 75% hingga 90%. Dari dokter mata di India menunjukkan bahwa

ketegangan mata dapat mencapai setinggi 97,8 dari penggunaan laptop atau

handphone secara terus-menerus. Pemantauan layar secara terus menerus juga dapat

menyebabkan penglihatan kabur, sakit kepala, dan masalah kesehatan mata yang

lainnya (WHO, 2020). Penyebab terbanyak yang mengalami gangguan indera

penglihatan di dunia yaitu gangguan repraksi tidak terkoreksi sebesar 48,99%, katarak

sebesar 21,81% serta faktor degeneratif karena usia lanjut sebesar 4,1%. Lebih dari

75% masalah gangguan penglihatan dapat dicegah. Data Indonesia jumlah prevalensi

severe low vision atau kerusakan fungsi penglihatan untuk usia produktif (15 – 54

tahun) memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 yaitu sebesar 1,49% dengan

prevalensi kebutaan 0,5%, Jumlah penderita kerusakan fungsi penglihatan terbanyak

ada di 3 Provinsi Pulau Jawa yaitu Provinsi Jawa Timur sebesar 352.829 penduduk,

Provinsi Jawa Tengah sebesar 329.428 penduduk dan Jawa Barat sebesar 328.933

penduduk, sedangkan jumlah yang tersedikit ada di Provinsi Maluku Utara, Sulawesi

Barat dan Papua Barat (Kemenkes RI, 2018).

Salah satu permasalahan indera penglihatan yang terjadi akibat penggunaan

handphone/ computer berlebih adalah Computer Vision Syndrome (CVS). Penyebab

utama dari terjadinya CVS ialah mata lelah (Kemenkes, 2018) Mata Lelah disebabkan

oleh ketegangan otot mata, dimana mata dipaksakan melihat benda berukuran kecil,

dengan jarak dekat dalam waktu yang lama. Ketegangan mata merupakan keluhan

3
mata yang paling umum di antara pengguna komputer yang bekerja selama lebih dari

6 jam sehari. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi kelelahan mata

diantaranya mengistirahatkan mata sejenak, melakukan trik senam mata, menjaga

jarak ideal dari layar, menggunakan monitor LCD dan menggunakan layar anti silau

dan menyesuaikan tingkat kecerahan sesuai dengan tempat kerja untuk mengurangi

keluhan okuler ini ke tingkat yang signifikan (Dianti, 2020).

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Amerika

Serikat mengatakan bahwa kurang lebih 90% orang yang menghabiskan 3 jam atau

lebih sehari pada komputer dapat menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS)

(Anggrainy et al., 2020). Beberapa penelitian menerangkan bahwa orang yang bekerja

lebih dari 2-3 jam sehari menggunakan komputer berisiko mengalami CVS lebih

tinggi (Rathore, 2017). American Optometric Association (AOA) telah

mendefinisikan bahwa CVS merupakan masalah mata yang berkaitan dengan

pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang selagi atau berhubungan dengan

penggunaan gawai. Tanda-tanda gejala yang muncul pada penderita CVS dibagi

menjadi empat kategori, yaitu: 1) Gejala astenopia (mata lelah, mata tegang, mata

terasa sakit, mata kering, dan nyeri kepala), 2) Gejala yang berkaitan dengan

permukaan okuler (mata berair, mata teriritasi, dan akibat penggunaan lensa kontak),

3) Gejala visual (penglihatan kabur, penglihatan ganda, presbiopia, dan kesulitan

untuk memfokuskan penglihatan), dan 4) Gejala ekstraokuler (nyeri bahu, nyeri

leher, dan nyeri punggung). Anggapan seseorang terhadap sindrom CVS yang

menganggap bukan permasalahan serius dan tidak menganggu mengkibatkan

kurangnya kepedulian masyarakat dalam memeriksakan kesehatan mata untuk

mendapatkan penanganan yang tepat. Kurangnya penanganan terhadap pengidap

sindrom CVS dapat menghambat aktivitas sehari-hari, menurunkan produktivitas

4
kerja seseorang, meningkatkan taraf kesalahan pada bekerja, dan menurunkan

kepuasan kerja. Dampak tersebut sangat merugikan dan menyebabkan penurunan

kualitas hidup seseorang(Al-Manjoumi et al., 2021).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Smita Agarwal, dkk dalam

penelitiannya yang berjudul “Evaluation of the Factors which Contribute to the

Ocular Complaints in Computer Users” menyatakan bahwa di antara 150 subjek yang

mempelajari keluhan mata dilaporkan adalah kelelahan mata (53%), terjadi

ketegangan mata (53,8%), gatal (47,6%) dan terbakar (66,7%) pada subjek yang

memakai komputer selama lebih dari 6 jam(Agarwal et al., 2013). Hasil penelitian

Adrian et. all, (2021) tentang “Hubungan Belajar Online di Masa Pandemi Covid-19

dengan Tingkat Stress Mahasiswa S1 Keparawatan STIKes Baiturrahim Jambi” hasil

penelitian didapatkan dari 57 responden sebanyak 25 (43,9 %) belajar online kurang

baik dan sebanyak 32 (56,1%) belajar onlinebaik. Dari 75 responden sebanyak 32

(56,1%) tingkat stres ringan, sebanyak 16 (28,1%) tingkat stres sedang dan 9

(15,8%) tingkat stres berat.

Pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan observasi dan wawancara

kepada 8 orang mahasiwa Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes Unjani yang berada di

wilayah Cimahi yang berusia 19-20 tahun, terdapat 5 mahasiswa yang menyatakan

terdapat beban lebih selama pembelajaran daring yang membuat stress karena

kurangnya interaksi sosial, tugas yang sangat banyak, mata terasa lelah dan perih jika

terlalu lama menatap layar gawai sehingga menyebabkan kurang efektif dalam

menerima materi yang di berikan oleh dosen. Terdapat 5 mahasiswa yang menyatakan

merasa nyeri badan, nyeri leher yang disebabkan terlalu lama duduk selama

pembelajaran daring. Terdapat 3 mahasiswa menyatakan merasa pusing jika terlalu

lama menatap terus-menerus layar laptop atau handphone.

5
Pengalaman perawat dalam merawat pasien COVID-19 telah dilaporkan

beresiko mengalami berbagai masalah mental di kemudian hari setelah pandemi

(WHO, 2020; Xiang et al., 2020; Noer et al., 2021). Stategi yang dapat dilakukan

untuk perawat meningkatkan perasaan aman, menurunkan kecemasan dan stres serta

menjaga kualitas pelayanan yang baik bagi pasien dengan upaya manajemen stres

yang baik, sehingga masalah psikologis selama pandemi dapat diatasi atau

diminimalisir. Oleh karena itu, perawat perlu meningkatkan strategi koping dalam

merespons masalah psikologis untuk melindungi kesehatan mental dalam memerangi

epidemik terutama pada saat merawat pasien covid19 (Marwiati, Komsiyah, &

Indarti, 2021).

Terdapat berbagai teknik alternatif yang dilakukan untuk menangani gejala

dari CVS, antara lain mengistirahatkan mata setelah 20 menit bekerja didepan

komputer, mengalihkan pandangan pada objek lain sejauh 6 meter selama 20 detik,

memasang panapis antiglare komputer agar tidak terpapar pencahayaan silau radiasi

layar monitor, serta dianjurkan agar lebih sering berkedip. Demikian halnya menurut

penelitian membuktikan untuk menghindari mata lelah dapat menerapkan metode

senam mata. Selain itu, akupresur merupakan salah satu solusinya. Akupresur

merupakan teknik pengobatan yang lebih aman serta praktis untuk dilakukan. Bahkan

oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sendiri akupresur dikembangkan

sebagai bagian dari jenis keterampilan pelayanan kesehatan tradisional alternatif

komplementer. Berdasarkan dari uraian permasalahan pada latar belakang dan fakta

yang telah dijabarkan sebelumnya diperlukan terapi alternatif yang berguna untuk

menguatkan otot bantu penglihatan, melancarkan aliran darah mata, serta memberikan

kenyamanan akomodasi visualisasi yang bisa didapatkan dari teknik akupresur mata.

6
Sehingga penelitian ini mengidentifikasi efektivitas dari intervensi akupresur mata

terhadap gejala Computer Vision Syndrome (CVS).

Berdasarkan fenomena dan permasalahan diatas maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan pembelajaran daring akibat pandemi

covid-19 dengan tingkat stress dan resiko computer vision syndrome (cvs) pada

mahasiswa ilmu keperawatan fitkes unjani.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti membuat

rumusan masalah yaitu "apakah ada hubungan pembelajaran daring akibat pandemi

covid-19 dengan tingkat stress dan risiko computer vision syndrome (CVS) pada

mahasiswa ilmu keperawatan fitkes unjani"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pembelajaran daring akibat pandemi covid-19 dengan

tingkat stress dan risiko computer vision syndrome (cvs) pada mahasiswa ilmu

keperawatan fitkes unjani

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi metode pembelajaran mata kuliah mahasiswa Ilmu

Keperawatan (S-1) FITKes UNJANI

b. Mengetahui gejala risiko Computer Vision Sindrom (CVS) yang dialami

mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes UNJANI

c. Mengetahui tingkat stress yang dialami mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1)

FITKes UNJANI

7
d. Mengetahui hubungan metode pemebelajaran daring selama pandemi

Covid-19 dengan tingkat stress dan risiko computer vision syndrome (cvs)

pada mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes UNJANI

8
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian dapat menyediakan dan menjadi bahan kajian konseptual teoritik

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan

pengetahuan

2. Manfaat Praktis

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari, khususnya di

bidang ilmu Kesehatan khususnya keperawatan

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

Perguruan Tinggi Negeri ataupun Swasta dalam pelayanan Pendidikan yang

lebih efektif apabila terjadi pandemi kembali

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Megembangkan minat dan kemampuan peneliti dalam bidang penelitian lebih

mendalam.

8
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pandemi Covid-19

1. Pandemi Covid-19

a. Pengertian Pandemi Covid-19


Pandemi berdasarkan KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit

serempak ada dimana-mana yang mencakup wilayah geografi yang sangat

luas. Wabah penyakit yang masuk dalam kategori pandemi merupakan

penyakit menular dan mempunyai garis infeksi berkelanjutan. Maka dari itu,

jika masalah tersebut terjadi dibeberapa negara lain. selain negara asal, akan

permanen digolongkan menjadi pandemi.

Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) merupakan penyakit yang

ditimbulkan oleh jenis coronavirus baru yaitu sars-Cov-2, yang dilaporkan

pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Pandemi

Covid-19 bisa diartikan menjadi wabah yang menyebar secara luas dan

serempak di selruh dunia yang disebabkan oleh jenis Corona Virus yang

menyerang imun tubuh manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO), kasus klaster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di kota

Wuhan telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran wabah

ini terus meningkat hingga akhirnya diketahui penyebab kluster pneumonia

ini adalah virus corona baru. Pandemi ini terus berkembang hingga ada

laporan kematian dan masalah baru di luar China. Pada 30 Januari 2020, WHO

mengumumkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International

Concern (PHEIC). Pada 12 Februari 2020, WHO secara resmi menamakan


11

penyakit coronavirus baru ini pada manusia sebagai penyakit corona virus

(Covid-19).
Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung relatif cepat dan

sudah terjadi penyebaran ke luar daerah Wuhan dan negara lain. Sampai

dengan 16 Februari 2020, secara dunia dilaporkan 51.857 kasus. konfmasi

pada 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian negara dan

jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfrmasi dengan 1.666

kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus pada cruise ship

Pelabuhan Jepang), Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam

(16 kasus), Singapura (72 kasus), Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1

kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia (15 kasus), Malaysia

(22 kasus), Filipina (3 kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7

kasus), Jerman (16 kasus), Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2

kasus), United Kingdom (9 kasus), Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus),

Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus), UEA (8 kasus), dan Mesir (1 Kasus).

Pandemi Covid-19 bisa diartikan menjadi wabah yang menyebar secara luas

dan serempak disebabkan oleh jenis Corona Virus yang menyerang tubuh

manusia.

b. Tanda dan Gejala Covid-19

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020) beberapa tanda dan gejala

terinfeksi virus Covid-19 yaitu:

1) Demam 38°C

2) Batuk kering

3) Sesak napas

Menurut WHO (2022) Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum

adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang

dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung

11
tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan

indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan

atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul

secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki

gejala ringan.

Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa

perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19

menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia)

dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi,

gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan

lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi

COVID-19 dan mengalami sakit yang serius. Orang dari segala usia yang

mengalami demam dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak

napas, nyeri/tekanan dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau

bergerak harus segera mencari pertolongan medis. Jika memungkinkan,

disarankan untuk

menghubungi penyedia layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan terlebih

dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat.

Menurut (Kemenkes RI, 2018) (04 Febuari 2022) Konfirmasi melalui

website resmi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan,

Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan

Pengendalian COVID-19 terdapat 5 derajat gejala COVID-19, antara lain;

1) Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.

10
2) Gejala Ringan yaitu Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia

virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan

saturasi oksigen >95%.

11
3) Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk,

sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi

oksigen 93% .

4) Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk,

sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas >30

x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen <93% .

5) Kritis yaitu Pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau

kegagalan multiorgan.

Gejala umum yang muncul seperti demam, batuk, kelelahan, kehilangan

nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang. Gejala tidak spesifik

lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual

dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia).

Gejala awal infeksi virus Corona atau Covid-19 diantaranya yaitu:

1) Menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit

tenggorokan, dan sakit kepala

2) Gejala tersebut bisa menghilang dan sembuh atau makin memberat

3) Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi,

batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada

4) Gejala tersebut muncul ketika tubuh beraksi melawan virus Corona

5) Gejala Covid-19 ini muncul dalam waktu dua hari sampai dua minggu

6) Gejala umum lain nya bisa muncul seperti kehilangan nafsu makan,

kelelahan, produksi dahak, nyeri otot dan sendi

7) Gejala seperti mual, muntah dan diare juga telahbdiamati dalam

berbagai persentase.

12
Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan jantung

berdebar. Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa juga dapat

terjadi. Kehilangan indra penciuman merupakan gejala yang muncul pada 30%

kasus yang dikonfirmasi di Korea Selatan (Dwi Archika, 2020).

c. Dampak Pandemi Covid-19

Karena adanya virus ini, aktivitas masyarakat diberbagai negara jadi

terganggu sehingga membuat masyarakat didunia harus tetap diam dirumah

untuk memutus mata rantai virus corona agar tidak semakin menyebar. Lalu

perekonomian di berbagai dunia juga semakin menurun karena adanya virus

ini. Asian devalopment bank (ADB) memprediksi pertumbuhan ekonomi

nasional hanya sebesar 2,5% pada tahun 2020 atau terpangkas setengahnya

setelah tahun 2019 tumbuh 5.0%. hal ini disebabkan pleh pandemi virus

corona yang mejangkiti berbagai wilayah nusantara (Siahaan, 2019)

Penyebaran Virus Corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia

ekonomi yang mulai lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia

pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyaknya negara termasuk

indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat

pemerintah dan lembaga terkait harus mengahdirkan alternatif proses

pendidikan bagi pesrta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa

melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan (Safitri & Zulfa,

2020) Keadaan ini akan masih berlangsung lama mengingat bahwa sampai

saat ini semua pihak masih mencari vaksin yang dapat mengantisipasi

penyebaran virus ini. Namun tentunya dunia pendidikan dan juga sektor-sektor

kehidupan masyarakat lain perlu mendapat perhatian semaksimal mungkin

13
agar tetap dapat berjalan di dalam kondisi seperti ini. Beberapa hal dapat

dilakukan antara lain melihat dan mengantipasi situasi ke

12
depan agar dapat mempersiapkan diri memperbaiki sistem pembelajaran yang

lebih maju dan modern. Tujuan penelitian ini adalah memahami dampak dari

pengaruh covid-19 khususnya terhadap bidang pendidikan berdasarkan hasil-

hasil penelitian berkaitan dengan hal tersebut. Harapannya bahwa dapat

disajikan informasi yang memadai dalam mendukuung pengambilan

keputusan berkaitan dengan kebijakan di bidang pendidikan pasca pandemi

covid-19

B. Stress

1. Pengertian Stress

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu,

2017). Menurut Charles D. Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutan-

tuntutan eksternal yang mengenai seseorang misalnya objek dalam lingkungan

atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga bias

diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang

berasal dari luar diri seseorang (Donsu, 2017).

Menurut Sarafino dan Timothy (2012) mengatakan bahwa stres sebagai

keadaan yang dimana seseorang merasa tidak cocok dengan situasi secara fisik

maupun psikologi dan sumbernya berasal dari biologi serta sistem sosial. Stres

juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang muncul akibat

ketidakmampuannya seorang yang mengalami stres dalam menghadapi stresor

baik yang nyata maupun yang tidak nyata, antara keadaan dan sumber daya

biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada orang tersebut.

Lukaningsih dan Bandiyah (2011) bahwa stres merupakan sebuah istilah untuk

menjelaskan suatu tuntutan untuk beradaptasi dari seseorang atau reaksi

13
seseorang terhadap tuntutan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

stres

14
merupakan kondisi seseorang yang muncul akibat ketidakmampuan dalam

mengatasi permasalah yang sedang dihadapi, sehingga dapat mempengaruhi

fungsi biologis, psikologi, serta sosial pada orang tersebut. Berdasarkan data yang

didapatkan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI)

meneliti mengenai perkembangan psikologis masyarakat saat pandemi COVID-

19 menunjukkan 64,3 % dari 1.522 responden mengalami kecemasan atau stress

yang merupakan dampak dari adanya pandemi ini (Harini, 2021).

Menurut Kemenkes RI (2020) dalam (Rahmi, 2013). Stres merupakan reaksi

seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) jika ada perubahan

dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres

merupakan bagian alami dan penting dari kehidupan, tetapi jika berat dan

berlangsung lama dapat Mengganggu kesehatan kita. Remaja bereaksi terhadap

stres dengan cara yang berbeda-beda. Meskipun stres dapat membantu menjadi

lebih waspada dan antisipasi ketika dibutuhkan, namun dapat juga mengakibatkan

gangguan emosional dan fisik.

Menurut (WHO, 2020), stress yang muncul selama masa pandemi Covid-19

bisa berupa rasa takut dan cemas mengenai kesehatan diri dan kesehatan orang

terdekatnya, pola tidur/pola makan berubah, sulit berkonsentrasi, hingga

mengkonsumsi minuman beralkohol dan menggunakan obat-obatan/ narkotika.

Stress merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap individu, karena

stress dapat mempengaruhi setiap orang, namun stress memiliki sisi baik dan sisi

buruk. Dapat didefinisikan bahwa stress merupakan suatu keadaan dimana

individu tidak dapat menyesuaikan diri antara kemampuan diri dan tuntutan yang

diterima oleh individu sehingga menimbulkan kecemasan- kecemasan negatif

didalam diri.

15
Manajemen stress merupakan upaya yang dilakukan individu untuk

menanggulangi stress sehingga mampu mempelajari apakah stress itu dan

bagaimana mengidentifikasi stress dalam kehidupan individu itu sendiri (Basuki,

2019).

Berdasarkan data yang didapatkan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran

Jiwa Indonesia (PDSKJI) meneliti mengenai perkembangan psikologis

masyarakat saat pandemi COVID-19 menunjukkan 64,3 % dari 1.522 responden

mengalami perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan

patologis apabila terus berlanjut(Harini, 2021).

2. Jenis-jenis Stress

Menurut (Doli Tine Donsu, 2017) secar umum stress dibagi menjadi dua yaitu:

1) Stress Akut

Stress yang dikenal pula dengan flight or flight response. Stress akut

merupakan respon tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau

ketakutan. respon stress akut yang segera dan intensif di beberapa keadaan

yang dapat menyebabkan gemetaran.

2) Stress kronis merupakan stress yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi,

dan efeknya lebih Panjang.

Stress dibagi menjadi tiga yaitu (Konsep Manajemen Stress / Priyoto | OPAC

Perpustakaan Nasional RI., n.d.):

1) Stress Ringan

Stres ringan merupakan stresor yang biasa dihadapi setiap orang,

seperti terlalu banyak tidur, akibat kemacetan, kritikan dari atasan dan

lain-lain. Situasi stres ringan hanya berlangsung beberapa menit atau jam.

16
Ciri-ciri stres ringan adalah peningkatan semangat, penglihatan

tajam, energi meningkat, tetapi cadangan energi berkurang, kemampuan

menyelesaikan pelajaran meningkat, sering lelah tanpa sebab, terkadang

ada gangguan sistem seperti pencernaan, otak, perasaan gelisah. Stres

ringan bermanfaat karena dapat membuat seseorang berpikir dan

berusaha lebih kuat menghadapi tantangan hidup.

2) Stress Sedang

Stres sedang berlangsung lebih lama dibandingkan dengan stres

ringan. Alasan penybab stres sedang adalah situasi yang belum

terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran

kerabat dalam jangka panjang. Ciri-ciri stres sedang adalah nyeri perut,

tegang otot, perasaan tegang, gangguan pola tidur.

3) Stress Berat

Stres berat adalah suatu keadaan yang dirasakan seseorang dalam

waktu yang lama dan dapat berlangsung selama beberapa minggu atau

sampai beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan secara terus

menerus, kesulitan finansial yang berlangsung lama karena tidak ada

perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal, mempunyai

penyakit kronis, dan termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia

lanjut.

Ciri-ciri stres berat adalah kesulitan dalam beraktivitas, gangguan

hubungan sosial, kesulitan tidur, berpikiran negatif, penurunan konsentrasi,

mudah kelelahan, ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan sederhana,

dan perasaan cemas.

17
3. Gejala Stress

Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala emosional dan

fisik (Mufadhal, dkk (2017:146) Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.

1) Gejala Emosional

Mahasiswa yang mengalami stres akademik secara emosional ditandai

dengan: gelisah atau cemas, sedih atau depresi karena tuntutan akademik,

dan merasa harga dirinya menurun atau merasa tidak mampu untuk

melaksanakan tuntutan dari pendidikan atau akademik.

2) Gejala Fisik

Mahasiswa yang mengalami stres akademik secara fisik ditandai dengan:

sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, susah tidur, sakit punggung, diare,

lelah atau kehilangan energi untuk belajar.

Menurut (Nurlaeliyah, 2021) gejala stres terdiri atas fisik, emosi, dan ditambah

dengan perilaku.

1) Gejala fisik meliputi, sakit kepala, jantung berdebar-debar, perubahan pola

makan, lemah atau lemas, sering buang air kecil, dan sulit menelan.

2) Gejala emosi antara lain: depresi, cepat marah, murung, cemas, khawatir,

mudah menangis, gelisah terhadap hal-hal yang kecil, panik, dan

berperilaku implusif.

3) Gejala perilaku seperti: dahi berkerut, tindakan agresif, kecenderungan

menyendiri, ceroboh, menyalahkan orang lain, melamun, gelak tawa gelisah

bernada tinggi, berjalan mondar- mandir, dan perilaku sosial yang berubah.

Menurut (Dylan Trotsek, 2017) terdapat dua aspek dalam stres, yaitu:

18
1) Gejala Fisik

Gejala fisik yang ditimbulkan akibat stres dapat berupa jantung berdebar,

nafas sangat cepat, dan memburu atau terengah-engah, mulut kering, lutut

gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat,

berkeringat banyak, merasa gerah, panas, otot tegang.

2) Gejala Psikis

Cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah paham,

agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.

Menurut FKep UNAIR (2021) Gejala yang timbul akan berbeda beda

tergantung individu masing-masing. Gejala atau tanda stres dapat dibedakan

menjadi:

1) Gejala emosi, misalnya mudah gusar, frustasi, suasana hati yang mudah

berubah atau moody, sulit untuk menenangkan pikiran, rendah diri, serta

merasa kesepian, tidak berguna, bingung, dan hilang kendali, hingga

tampak bingung, menghindari orang lain, dan depresi.

2) Gejala fisik, seperti lemas, pusing, migrain, sakit kepala tegang, gangguan

pencernaan (mual dan diare atau sembelit), nyeri otot, jantung berdebar,

sering batuk pilek, gangguan tidur, hasrat seksual menurun, tubuh gemetar,

telinga berdengung, kaki tangan terasa dingin dan berkeringat, atau mulut

kering dan sulit menelan. Stres pada wanita juga dapat menimbulkan

keluhan atau gangguan menstruasi.

3) Gejala kognitif, contohnya sering lupa, sulit memusatkan perhatian,

pesimis, memiliki pandangan yang negatif, dan membuat keputusan yang

tidak baik.

19
4) Gejala perilaku, misalnya tidak mau makan, menghindari tanggung jawab,

serta menunjukkan sikap gugup seperti menggigit kuku atau berjalan bolak-

balik, merokok, hingga mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

4. Faktor Penyebab Stress

(Dylan Trotsek, 2017), faktor yang menyebabkan stress adalah:

1) Kondisi Psikologis

a) Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan

modern.

b) Berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri,

seperti kegagalan mencapai sesuatu yang sangat di idam-idamkan.

c) Berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan, atau

pasangan hidup yang sangat dicintai.

d) Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang

sangat menentukan, seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia,

intelegensi, dan lain-lain.

e) Berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyangkut kode

moral etika yang dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan. Kondisi

Biologis, berbagai penyakit infeksi, trauma fisik dengan kerusakan

organ biologis, mal nutrisi, kelelahan fisik, serta kekacauan fungsi

biologis yang berkelanjutan.

2) Kondisi Sosio-Kultural

a) Persaingan yang keras dan tidak sehat.

b) Diskriminasi dan segala macam keterkaitan akan membawa pengaruh

yang menghambat perkembangan individu dan kelompok

20
c) Perubahan sosial yang cepat apabila tidak diimbangi dengan

penyesuaian etika dan moral konvensional yang memadai akan terasa

ancaman.

19
Menurut Kartika ((Purnama et al., 2019), menyebutkan faktor – faktor yang

menyebabkan stress pada mahasiswa selama pandemi Covid-19 anatara lain

yaitu :

a) Banyaknya tugas perkuliahan yang dianggap berlebihan dengan

tuntutan waktu pengumpulan yang tergolong cepat membuat kesehatan

mental mahasiswa terganggu.

b) Lingkungan belajar yang berbeda saat melakukan pembelajaran jarak

jauh. Beberapa mahasiswa yang menjalani pembelajaran jarak jauh di

tempat kost dan asrama merasa tidak kondusif untuk dipakai sebagai

tempat belajar karena keterbatasan ruang. Berbeda dengan mahasiswa

yang berada di rumah, masalah yang dihadapi adalah kebisingan karena

lingkungan rumah yang berisik hingga mengganggu konsentrasi dalam

belajar.

c) Keterbatasan pemahan terkait materi yang didapat oleh mahasiswa juga

sangat berpengaruh sehingga menyebabkan stress karena tuntutan pada

kemampuan mahasiswa untuk mengerjakan tugas pembelajaran.

d) Metode belajar tanpa tatap muka dan tanpa interaksi langsung membuat

mahasiswa menjadi stress karena tidak dapat bertemu dengan orang –

orang yang disayangi termasuk teman perkuliahan.

e) Kelancaran jaringan internet sangat mempengaruhi kinerja mahasiswa

dalam mengikuti pembelajaran daring. Sulitnya akses internet membuat

tugas kuliah menumpuk sehingga menimbulkan stress berlebihan pada

mahasiswa. Kejenuhan belajar akibat adanya tuntutan untuk

mengerjakan tugas yang sama setiap harinya juga dapat menimbulkan

stress.

22
f) Sulitnya mengkoordinir pekerjaan kelompok juga menjadi

permasalahan yang menyebabkan stress pada beberapa mahasiswa.

g) Tidak ada ketetapan jadwal yang jelas juga membuat mahasiswa

menjadi cemas dan akhirnya menjadi stress.

h) Tidak bisa melakukan hobi seperti biasa karena padatnya perkuliahan

online dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan.

i) Pekerjaan rumah yang menumpuk karena merasa tidak memiliki waktu

luang untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

5. Pencegahan Stress

Menurut Kemenkes RI (2019), diantaranya:

1) Jagalah kesehatan dengan cara olahraga/ aktivitas fisik teratur, tidur

cukup, makan bergizi seimbang, terapkan perilaku hidup bersih dan

sehat

2) Melakukan kegiatan sesuaikan dengan minat dan kemampuan

3) Berpikir positif

4) Tenangkan pikiran dan kembangkan hobi

5) Bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya

6) Meningkatkan ibadah sesuai dengan Agama masing-masing

(Jannah, 2021) menjabarkan usaha dalam upaya mengatasi stress, yakni

sebagai berikut:

1) Prinsip Homeostatis

Dalam prinsip ini organisme selalu berusaha mempertahankan keadaan

seimbang pada dirinya. Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak

seimbang maka akan ada usaha mengembalikan nya pada keadaan

seimbang. Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab

21
keberadaan prinsip pada dasar nya untuk mempertahankan hidup

organisme.

6. Dampak Stress
Stres pada tingkatan yang ringan bisa berdampak positif bagi individu. Hal
ini dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi
tantangan. Sedangkan stres pada tingkatan yang tinggi dapat mengakibatkan
depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan respon imun (Donsu, 2017)
dampak stres dibedakan dalam tiga kategori, yaitu :
a. Dampak Fisiologi
Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu
system tertentu seperti otot tertentu mengencang/melemah, kerusakan
jantung, mag dan diare.
b. Gangguan Sistem Reproduksi
Bagi Wanita terganggunya siklus menstruasi, kegagalan ovulasi pada
wanita, impoten pada pria, kurang produksi sperma pada pria,
Kehilangan gairah seks.
c. Dampak Psikologi
Keletihan emosi, jenuh, pencapaian pribadi menurun, sehingga
berakibat menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses.
d. Dampak Prilaku
Prestasi belajar menurun, sering terjadi prilaku diluar norma
masyarakat, berdampak negatif pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat serta
cepat.

7. Alat Ukur Tingkat Stress (Kessler Psychological Distress Scale)


Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem skoring yang akan
diisi oleh responden dalam suatu penelitian, yaitu Kessler Psychological
Distress Scale (KPDS) terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada
responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah
mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami
stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres,
4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres dan 5 untuk

28
jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stress
dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres ringan
c. Skor 25-29 : stres sedang
d. Skor ≥ 30 : stres berat
C. Computer Vision Syndrome (CVS)
1. Pengertian Computer Vision Syndrome (CVS)
American Optometric Association (AOA) mendefinisikan Computer Vision
Syndrome menjadi masalah mata beragam yang berkaitan dengan pekerjaan jarak
dekat yang dialami seseorang selagi atau berhubungan dengan penggunaan
komputer. Seseorang yang menggunakan komputer > 2 jam sehari memiliki risiko
besar untuk menderita CVS (Erratum, 2017). Ketidaknyamanan akan semakin
meningkat seiring dengan lamanya waktu penggunaan komputer. Mata lelah, mata
tegang, mata terasa berat, pegal, mata kering dan mata perih, mata merasakan
sensasi terbakar atau panas, mata kabur atau blur dan nyeri kepala merupakan
tanda-tanda CVS (Bali et al., 2014).
CVS adalah sekelompok masalah pada penglihatan yang dikaitkan dengan
penggunaan komputer, tablet, e-reader, dan ponsel yang berkepanjangan, CVS
atau yang dikenal dengan istilah visual fatigue (VF) atau Digital Eye Strain
(DES) merupakansuatu masalah kesehatan pada mata yang paling sering
terjadi selama kurang lebih 20 tahun terakhir American Optometric Association
(2020).

Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan kumpulan gejala yang

muncul akibat penggunaan laptop atau komputer. Durasi penggunaan laptop

menjadi salah satu faktor resiko yang dapat menimbulkan CVS (Kumar, 2020).

Berdasarkan survei dari Property & Consumer Good Industry at MarkPlus,

terhadap 124 responden dengan 58,1% berasal dari Jabodetabek,sebanyak 31,4%

masyarakat mengalami kenaikan penggunaan panggilan video (videocall)

selama masa pandemi. Video conference daring naik 33,5%, sama halnya online

25
video atau movie streaming mengalami kenaikan dari 76,6% menjadi 85,5%

(Salsabila, 2020). Kondisi seperti ini dapat memicu masalah pada mata yang

meningkatkan risiko mengalami CVS.

2. Etiologi Computer Vision Syndrome (CVS)

CVS ditimbulkan oleh penurunan frekuensi berkedip saat memakai komputer

dalam waktu yang relatif lama. Studi menunjukan bahwa penurunan frekuensi

berkedip (6-8 kali/menit) mengakibatkan keluhan mata kering (Anshel 2008,

Rathore et al 2010 dalam Raymond 2012). Menurut Chakrabati, penyebab CVS

adalah kombinasi masalah visual individu, kondisi tempat kerja yang buruk dan

kebiasaan kerja yang tidak benar (Meena Chakrabarti, 2007).

3. Faktor Risiko CVS

Faktor umum yang paling berpengaruh terhadap kejadian CVS adalah

penggunaan komputer pada jarak yang dekat dan durasi kerja yang lama. Terdapat

lima komponen yang terlibat ketika interaksi mata dengan komputer terjadi, yaitu

layar komputer sebagai objek visual; ruang sekitar komputer sebagai lingkungan

visual; mata sebagai organ visual; pengguna computer sebagai pengguna visual;

dan tugas yang dikerjakan dengan komputer sebagai tugas visual (Al-Manjoumi et

al., 2021).

Peneliti lain membagi faktor risiko CVS menjadi tiga, yaitu faktor individual,

faktor lingkungan, dan faktor komputer. Berikut adalah masing-masing faktor

risiko yang berhubungan dengan kejadian CVS tersebut (KY & Redd, 2008).

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Computer

Vision Syndrome ini (Castillo Estepa & Iguti, 2013) :

1) Faktor Lingkungan

28
Cornea yang merupakan bagian anterior dari mata, sangat sensitif

dengan suasana sekitar, seperti pada perkantoran,adanya gangguan

ventilasi, udara yang kering dapat mempengaruhi terjadinya kejadian

CVS. Pada umumnya pencahayaan ruangan pada lingkungan kerja yang

menggunakan VDT (Visual Display Terminal) atau sering juga disebut

dengan monitor sering menggunakan penerangan yang tinggi.

Penerangan yang tinggi dapat menyilaukan mata, sehingga terjadi

penurunan fokus pada mata.

25
2) Faktor Berkedip

Kebanyakan orang berkedip sebanyak 10 –15 kali dalam satu menit.

Studi menunjukan bahwa terjadi penurunan frekuensi berkedip pada

individual yang menggunakan komputer. Penurunan frekuensi ini

disebabkan karena konsentrasi pada hal yang dilakukan pada komputer.

Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban juga mempengaruhi

lamanya berkedip. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah

cenderung menyebabkan penurunan frekuensi berkedip. Penurunan

frekuensi berkedip mengakibatkan terjadinya penurunan produksi air

mata. Penurunan produksi air mata dapat memicu gejala CVS.

3) Jenis Kelamin

Prevalensi Dry Eye Disease atau keluhan mata kering dua kali lebih

sering dialami perempuan (4,8%) dibandingkan laki–laki (2,2%).

Penipisan tear film pada wanita terjadi lebih cepat dibandingkan pada

pria. Menurut Versura et al. (2005) dalam Aryanti (2011) melaporkan

bahwa prevalensi terjanya Sindroma Mata Kering (SMK) lebih tinggi

dijumpai pada wanita, terutama wanita yang menopause. Mata kering

merupakan salah satu gejala CVS.

4) Usia

Produksi air mata mengalami penurunan dengan meningkatnya

usia. Studi yang dilakukan oleh Bhanderi etal (2008). Menunjukan

hubungan yang signifikan antara pengaruh usia dengan meningkatnya

kejadian CVS. Dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa individual

yang berusia diatas dari 45 tahun dua kali lebih berisiko menderita

CVS dibandingkan individual yang berumur 15 sampai 25 tahun

26
5) Lamanya Penggunaan Komputer

Semakin lama durasi paparan komputer setiap hari berbanding lurus

dengan banyaknya gejala yang dialami responden pengguna komputer

(Akinbinu dan Mashalla, 2013). Bekerja di depan komputer yang tidak

berhenti selama lebih dari 4 jam dikaitkan dengan gejala mata tegang

(Wang et al., 2021). Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa bekerja

secara terus-menerus selama 4 jam di depan komputer tanpa diselingi

istirahat berasosiasi secara signifikan dengan kejadian asthenopia (Bali

et al., 2007). Penelitian oleh Reddy et al., (2013) menyimpulkan bahwa

responden dengan penggunaan komputer selama >2 jam mengeluhkan

gejala lebih banyak dibandingkan dengan responden yang bekerja di

depan computer selama ≤2 jam. Hasil penelitian lainnya menunjukkan

durasi paparan 6 jam di depan layar komputer mengakibatkan lebih

banyak keluhan terkait CVS(Agarwal et al., 2013).

6) Faktor Istirahat

Setelah Pemakaian Komputer Usaha untuk mengurangi keluhan

CVS dapat dengan melakukan istirahat di antara waktu penggunaan

komputer. Istirahat yang dilakukan minimal lima menit setiap jam

menunjukkan penurunan keluhan baik pada mata maupun pada

muskuloskeletal tanpa pengaruh yang berarti pada hasil pekerjaan

(Shrivastava dan Bobhate, 2012).

27
7) Riwayat Penyakit

Beberapa penyakit dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi air

mata, seperti diabetes melitus, hipertensi, Sjogren’s syndrome,

obstruksi pada kelenjar mata, arthritis, dan cedera nervus trigeminus

atau fasialis yang menyebabkan hiposekresi air mata. Kelainan lain

dapat pula meningkatkan evaporasi air mata, seperti pada disfungsi

kelenjar Meibom, konjungtivitis alergi, defisiensi vitamin A, dan

penyakit tiroid. Kedua hal tersebut memperberat keluhan mata kering

pada pekerja komputer (Sánchez-Valerio et al., 2020).

4. Gejala Computer Vision Syndrome

Gejala Klinis CVS memberikan gejala klinis berupa ketegangan mata,

sakit kepala, penglihatan kabur, mata kering dan nyeri pada leher serta bahu

(AOA, 2016). Dalam (Azkadina, 2012) gejala ComputerVision Syndrome

terbagi dalam 4 kategori:

1) Astenopia

Astenopia atau dikenal sebagai mata tegang atau mata lelah merupakan

gangguan pada mata yang disebabkan oleh penglihatan dekat dalam

waktu yang lama. Astenopia sering dikaitkan sebagai gejala yang sering

muncul pada penglihatan dekat. Penyebab dari astenopia adalah

kelelahan pada otot siliaris dan otot ekstraokuler akibat dari akomodasi

dalam jangka lama dalam penglihatan dekat. Penyebab lain dari

astenopia adalah kekeringan pada mata yang disebabkan oleh

terpaparnya cornea saat melihat lurus dan penurunanfrekuensi berkedip

akibat fokus kerja. Gejala astenopia terdiri dari mata lelah, mata terasa

berat, mata kering, mata merah, dan nyeri kepala.

28
2) Gangguan visual/tajam penglihatan, dengan gejala buram, penglihatan

dobel, kesulitan melihat jarak dekat

3) Gangguan di luar mata / ekstraokuler, dengan gejala nyeri leher,

punggung dan bahu

4) Kelainan yang berhubungan dengan permukaan okular, dengan gejala

mata kering, mata berair, rasa perih/iritasi

Cara mengatasi CVS dapat dilakukan dengan intervensi non-farmakologis

atau farmakologis. Intervensi non-farmakologis atau dapat disebut dengan

intervensi kebiasaan sehari-hari dengan tidak menggunakan obat-

obatan.Beberapa kebiasaan yang harus dilakukan untuk menangani

sindrom ini adalah menjaga posisi mata 20 -28 inci dari komputer,

mengurangi cahaya yang berasal dari komputer menggunakan teknologi

layar antiglare, mengatur posisi duduk dan mengetik yang tepat, melakukan

istirahat mata selama 15-20 menit setelah menatap layar selama 2 jam, serta

sering mengedipkan mata agar mata tetap lembab (AOA, 2020).

Sekumpulan gejala pada mata dan leher yang disebabkan oleh penggunaan

komputer/layar monitor yang berlebihan. Gejala yang dialami oleh penderita

CVS (P2PTM Kemenkes RI, 2019):

1) Mata menjadi buram

2) Nyeri kepala

3) Iritasi mata

4) Penglihatan menjadi ganda

5) Mata merah & kering

29
5. Bahaya Computer Vision Syndrome

Bahaya dari Computer Vision Syndrome (CVS). Occupational Safety

and Health Administration (OSH) bahwa CVS merupakah suatu keluhan pada

mata atau adanya keluhan pada penglihatan yang kompleks ketika sedang

menggunakan komputer. Menurut Asosiasi Optometrik Amerika, CVS

berkaitan langsung dengan fungsi penglihatan yang berkaitan dengan

pekerjaan jarak dekat ketika menggunakan komputer (Nopriadi et al., 2019)

6. Pencegahan Computer vision Syndrome

Sindrom penglihatan komputer bisa dicegah dengan beberapa tindakan

yaitu (Azkadina et al., 2012):

a. Pemeriksaan mata rutin

b. Mengatur lingkungan saat menggunakan komputer

c. Frekuensi istirahat

d. Menghindari mata kering

e. Mengetahui gejala dari CVS

Beberapa penelitian telah mengemukakan durasi pajanan dengan VDT

merupakan faktor predisposisi penting terjadinya CVS, Logaraj dkk,

mengemukakan durasi lebih dari 6-7 jam meningkatkan prevalensi terjadinya

CVS. Reddy dkk, mengemukanan penelitian terkini pada mahasiswa diduga

keluhan CVS meningkat setelah 2 jam penggunaan komputer. Kim dkk,

mengemukakan penggunaan berlebihan lebih dari 2 jam pada telepon genggam

mengakibatkan keluhan CVS.

30
D. Pembelajaran Jarak Daring

1. Definisi Pembelajaran Daring

Adanya pandemi Covid-19 memberikan wajah baru pada dunia

pendidikan di Indonesia. Pada masa ini, Pembelajaran dalam jaringan (daring)

menjadi marak dikenal dan diimplementasikan. Pandemi Covid19 menjadi

momentum peralihan sistem pembelajaran, dari pembelajaran secara

konvensional menjadi pembelajaran daring. Selain pembelajaran daring,

banyak juga istilah pengganti yang umumnya dikenal dengan elearning,

pembelajaran virtual, pembelajaran dengan mediasi komputer, pembelajaran

berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran jarak jauh ini

mengandalkan penggunaan teknologi sebagai sarana transfer ilmu atau virtual

learning (Kemendikbud RI, 2020).

Pembelajaran daring merupakan sebuah inovasi pendidikan yang

melibatkan unsur teknologi informasi dalam pembelajaran. Menurut Mustofa

et al (2019) bahwa Pembelajaran daring merupakan sistem pendidikan jarak

jauh dengan sekumpulan metoda pengajaran dimana terdapat aktivitas

pengajaran

yang dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. pembelajaran daring

diselenggarakan melalui jejaring internet dan web 2.0 (Alessandro, 2018),

artinya bahwa penggunaan pembelajaran daring melibatkan unsur teknologi

sebagai sarana dan jaringan internet sebagai sistem. Pembelajaran daring telah

banyak dilakukan dalam konteks perguruan tinggi, terbukti dari beberapa

penelitian yang menjelaskan hal tersebut (Crews & Parker, 2017; Mather &

Sarkans, 2018).

31
Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara

online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial.

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa

melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala

bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga

dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem

pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti

Google Classroom, Google Meet, Youtube dan Zoom (Kemendikbud RI,

2020)

2. Manfaat Pembelajaran Daring

Pemberlakuan sistem pembelajaran daring tentunya atas pertimbangan

yang sangat matang dan dengan tujuan serta manfaat yang jelas. Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menerbitkan Surat

Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa

Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) yang di dalamnya terdapat putusan

mengenai ketentuan proses belajar yang dilaksanakan dari rumah. Tidak dapat

dipungkiri, kehadiran teknologi memberikan banyak manfaat dan pengaruh

positif, khususnya dalam dunia pendidikan. Dengan memanfaatkan kehadiran

teknologi pula, proses pendidikan masih bisa dilaksanakan pada saat pandemi

seperti ini.

3. Kekurangan Pembelajaran Daring

Menurut (Kemendikbud RI, 2020)Pembelajaran daring memberikan

banyak manfaat pada proses pembelajaran. Namun disamping itu semua, terdapat

kendala dan tantangan yang dihadapi baik oleh guru/dosen, siswa, mahasiswa

ataupun orangtua selama pelaksanaan pembelajaran daring tersebut. Hasil Analisis

32
Survey Cepat Pembelajaran dari Rumah pada Masa Pencegahan Covid-19,

menerangkan bahwa masih cukup banyak instansi pendidikan yang tidak

menerapkan belajar dari rumah karena belum memadai jaringan internet atau

perangkat pendukung lainnya. Internet sebagai permasalahan bagi kebanyakan

orang. Internet menjadi faktor pendukung utama dalam melakukan pembelajaran

daring. Tidak ada internet maka tidak ada pula pembelajaran daring.

Ketidakstabilan koneksi internet akan sangat mengganggu pembelajaran apalagi

jika sedang dilakukan pembelajaran daring.

Pembelajaran via online atau daring memiliki dampak yang berbeda-

beda, tergantung dari segi mana yang dilihat. Dari segi psikologis, salah satunya

ialah stress. Selain itu, dampak pembelajaran daring bagi kesehatan yang sering

terjadi yaitu duduk di depan laptop terlalu lama mengakibatkan sakit pada

punggung kemudian ada juga yang mengeluhkan mata lelah dan mata kering.

Mahasiswa mengeluh miopia (rabun jauh) dan sakit kepala berdasarkan

penggunaan laptop secara terus-menerus. Pemantauan dan masalah kesehatan

mata yang lainnya. Persepsi visual pada orang yang menderita stress berlebih

tidak adanya efek pada bagian retina atau akomodasi mata, yang bisa

mengakibatkan kelelahan syaraf pada mata.(Dianti, 2020).

33
E. Kerangka Teori

Kegiatan Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19

Luring Daring Hybrid

Melalui aplikasi
 Zoom meeting
 Whats app group
 Youtube
 Goole meeting

Dampak pembelajaran daring

Tingkat Stress CVS

 Normal
 Ringan
 Sedang
Faktor predisposisi risiko
 Berat Gejala risiko CVS CVS
 Mata tegang  Lingkungan
 Mata lelah  Individu
 Mata kering  Jenis Kelamin
 Sakit kepala  Intensitas berkedip
 Usia
 Frekuensi penggunaan
 Istrahat

Tabel Gambar 1. Kerangka Teori

34
35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

CVS adalah sekumpulan masalah pada mata dan penglihatan terkait dengan

kegiatan yang menekankan pada penglihatan dekat selama menggunakan laptop

(Kurmasela, Paradigma CVS, 2015). CVS dapat juga diartikan sebagai kumpulan

gangguan fisik yang menyerang pengguna laptop (Kurmasela, Teori CVS, 2013).

CVS adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan satu atau lebih gejala pada

mata akibat dari penggunaan laptop yang lama (Reddy et al, 2013). CVS ditandai

dengan gejala visual yang dihasilkan dari interaksi dengan layar laptop atau

lingkungan (Mashalla, 2014).

(Anggraini, 2013) semakin lama masa kerja seseorang semakin besar risiko

mengalami CVS. Keluhan tersebut dapat menyebabkan menurunnya jam kerja dan

mengu-rangi kenyamanan bekerja sehingga berdampak pada produktivitas kerja.

Penurunan produktivitas kerja akibat CVS diperkirakan sebesar 40%. Kerangka

konsep penelitian adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membetuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel(Nursalam,

2015). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti membuat kerangka konsep penelitian

sebagai berikut.
Variable Independen Variable Dependen Variable Perancu

Terjadinya tingkat Stress


 Stress Ringan
 Stress Sedang
 Stress Berat
Pembelajaran Daring
Akibat Pandemi Covid- Risiko CVS aktifitas non
19 Terjadinya Risiko CVS pembelajaran dengan
saat pembelajaran daring penggunaan gawai
 Mata tegang  Netflix
 Mata lelah  Whats app
 Mata kering  Youtube
 Sakit kepala  Game

Pengendalian variable perancu dengan rasionalnya semua responden dianggap

sama, tidak sedang melakukan kegiatan secara bersamaan antara sedang

pembelajaran dan non pembelajaran jadi tidak memungkinkan dengan observasi

secara langsung kegiatan yang dilakukan responden.

Gambar 3. Kerangka Konsep

2. Rancangan Penelitian

Observasional Analitik atau Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan ini terjadi. Kemudian

melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko

dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2018). Adapun rancangan pendekatan penelitian

yang digunakan yaitu menggunakan desain Cross Sectional. Desain penelitian

Cross Sectional merupakan suatu bentuk studi observasional (non-eksperimental)

yang paling sering dilakukan. Pada desain Cross Sectional sering mencari

hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek)

dengan melakukan pengukuran sesaat (Sastroasmoro & Ismael, 2011)sehingga

36
akan diperoleh gambaran hubungan pembelajaran daring akibat pandemic covid-19

dengan tingkat stress dan risiko Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa

program studi ilmu keperawatan FITKes Unjani.

3. Variabel Penelitian

Dalam peneltian ini terdapat dua 2 variabel yaitu, variabel bebas dan variable terikat.:

1. Variabel Bebas (Variable Independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,

2018). Variabel independen dalam penelitian ini adalah “pembelajaran daring

akibat pandemic covid-19”

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah “tingkat stress dan risiko Computer Vision

Syndrome (CVS) pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan FITKes

Unjani.”

3. Variabel Perancu (Confounding Variable)

Variabel perancu adalah jenis variabel yang memiliki hubungan dengan

variabel bebas atau variable terikat (Ade Triyadi Syumarti, 2021), dalam

penelitian ini adalah adanya penyebab lain yang menyebabkan risiko CVS

yaitu Netflix, Whats app, Youtube, Game

37
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variable Definisi Konseptual Definisi Operasonal Alat Ukur Hasil Skala
Ukur
Variable Pembelajaran via online Suatu metode Absensi Respond Ordinal
Independen atau daring memiliki pembelajran yang dan RPS en telah
pembelajaran dampak yang berbeda- dilaaksanakan melalui menyeles
daring akibat beda, tergantung dari Zoom meeting, Whats aikan
pandemic segi mana yang dilihat. App group, Youtube, seluruh
covid-19 Dari segi psikologis, Google Meeting, atau mata ajar
salah satunya ialah media lainnya dengan non
stress. Selain itu, rentan satu semester praktiku
dampak pembelajaran kebelakang pada mata m satu
daring bagi kesehatan ajar non praktikum semester
yang sering terjadi yaitu kebelaka
duduk di depan laptop ng
terlalu lama
mengakibatkan sakit
pada punggung
kemudian ada juga yang
mengeluhkan mata
lelah dan mata kering.
Mahasiswa mengeluh
miopia (rabun jauh) dan
sakit kepala
berdasarkan
penggunaan laptop
secara terus-menerus.
(Dianti, 2020).
merupakan
pembelajaran yang
dilakukan tanpa
melakukan tatap muka,
tetapi melalui platform
yang telah tersedia.
Segala bentuk materi
pelajaran
didistribusikan secara
online, komunikasi juga
dilakukan secara online,
dan tes juga
dilaksanakan secara
online. Sistem
pembelajaran melalui
daring ini dibantu
dengan beberapa
aplikasi, seperti Google
Classroom, Google
Meet, Youtube dan
Zoom(Kemendikbud
RI, 2020)

38
Variable Stres akademik Pengukuran tingkat Kessler Dengan Ordinal
Dependen adalah keadaan siswa stress pada Psycholo Skor <20
Tingkat stres yang tidak dapat Mahasiswa Ilmu gical Tidak
menghadapi tuntutan Keperawatan FITKes Distress Stress
akademik dan Unjani yang memiliki Scale
mempersepsi tuntutan- tingkatan stress tinggi Skor 20-
tuntutan akademik yang akibat pembelajaran 24 Stress
diterima sebagai daring dengan Ringan
gangguan. Stres menggunakan metode
akademik biasanya Kessler Psychological Skor 25-
disebabkan oleh Distress Scale 29 Stress
academik stresor, yang Sedang
artinya stres akibat
kejenuhan belajar yang Skor >30
bersumber dari proses Stress
pembelajaran atau hal Berat
yang berhubungan
dengan kegiatan belajar
seperti tekanan untuk
naik kelas, lamanya
belajar, mencontek,
banyak tugas,
rendahnya prestasi yang
diperoleh, keputusan
menentukan jurusan
dan karir serta
kecemasan saat
mengahadapi ujian
(Barseli, 2017).

39
Variable Menurut (Latupono et Pengukuran penilaian Kuesione Dengan Ordinal
Dependen al., 2021). Media Resiko CVS pada r Skor <15
Risiko elektronik seperti tablet, Mahasiswa Ilmu Ordinal Tidak
Computer komputer, smart phone Keperawatan FITKes computer berisiko
Vision sangat bermanfaat bagi Unjani yang memiliki -vision CVS
Syndrome kehidupan manusia di Risiko CVS akibat symptom
(CVS) zaman modern ini. pembelajaran daring scale Skor 16-
Penggunaan media selama pandemi (CVSS17) 24 risiko
elektronik jika Covid-19 yang diukur (González CVS
penggunaannya tidak selama satu semester -Pérez et Sedang
normal dapat kebelakang al., 2014)
menimbulkan dampak Skor >25
negatif yaitu: Risiko
1)menganggu CVS
Kesehatan. Berat
2)menganggu (Gonzále
perkembangan siswa. z-Pérez
3)mempengaruhi et al.,
perilaku siswa. 2014)
Sekumpulan gejala
pada mata dan leher
yang disebabkan oleh
penggunaan komputer
/layar monitor yang
berlebihan. Gejala yang
dialami oleh penderita
CVS (P2PTM
Kemenkes RI, 2019):
1)Mata menjadi buram
2)Nyeri kepala
3)Iritasi mata
4)Penglihatan menjadi
ganda
5) Mata merah & kering
B.

40
C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian

ini adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes Unjani Tingkat 1 yang

berjumlah 160 orang.

f. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa/i Tingkat I yang menggunakan kacamata dan yang tidak

menggunakan kacamata

2) Menganggap semua responden sama mengenai seluruh kehadiran

pembelajaran daring

3) mempunyai gawai

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2018). Sampel pada penelitian ini dipilih secara random tidak

dilihat dari kelas mana dan hanya terfokus pada tingkat 1 dengan menggunakan

metode menggunakan metode total sampling, dan yang menjadi responden adalah

Mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) tingkat 1 FITKes Unjani.

D. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2015). Pada rancangan penelitian ini dilakukan langkah-langkah

pengumpulan data diantaranya:

41
a. Langkah proses pengumpulan data diawali dengan proses perizinan pada

yaitu kepada Ka. Prodi Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes Unjani dan

kepada ketua kelas Tingkat 1 dari setiap kelas.

b. Setelah itu peneliti melakukan persamaan persepsi mengenai penelitian

dan proses pengumpulan data

c. Setelah disetujui oleh ketua kelas masing-masing, peneliti meminta izin

untuk bergabung pada group angkatan tingkat 1 dengan meminta bantuan

kemudian peneliti berkoordinasi melalui whatsapp dengan ketua kelas

mengenai hal yang sudah di sepakati sebelumnya bahwa untuk mahasiswa

tingkat 1 Ilmu Keperawatan FITKes UNJANI akan diadakan suatu

penelitian dengan mengisi kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan

d. Penelitian dilakukan pada tanggal 9-10 Mei 2022, Setelah di

koordinasikan selanjutnya peneliti melakukan informed consent terhadap

mahasiswa, meminta izin untuk dijadikan responden penelitian. Informed

consent yaitu memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian serta

meminta kesediaannya dengan menandatangani lembar persetujuan secara

online sebagai tanda bahwa responden bersedia menjadi sampel

penelitian. Setelah itu peneliti memberikan lembar informed consent

beserta kuesioner secara online kepada responden.

e. Setelah responden paham dan menyetujui informed consent yang

diberikan peneliti. Selanjutnya peneliti memulai untuk melakukan

pengumpulan data dibantu oleh ketua kelas untuk mengcross-check bahwa

seluruh mahasiswa tingkat 1 sudah mengisi kuesioner dengan waktu

pengerjaan yang sudah di tentukan, Peneliti memberikan kesempatan

42
bertanya kepada responden melalui group dan apabila terdapat pertanyaan

yang kurang dimengerti.

41
f. Peneliti atau ketua kelas yang membantu menjawab pertanyaan yang

kurang di menegerti oleh responden melalui whatsapp group agar

pertanyaan dapat dijawab semua

g. Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh responden dan

ketua kelas atas segala bentuk bantuan.

h. Kuesioner yang telah diisi dan data pengukuran selanjutnya dicek

kelengkapannya oleh peneliti dan dilakukan pengolahan dan analisis hasil.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam penelitian untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati(Riyanto, 2010a).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

bertujuan untuk mengukur tingkat stress dan risiko cvs selama pembelajaran

daring, Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018).

a. Pada penelitian ini instrumen untuk penelitian dengan variable

independent “pembelajaran daring selama pandemi Covid-19” dengan

media pembelajaran disini menggunakan absensi dan RPS selama satu

semester kebelakang

b. Variable dependen “tingkat stress” menggunakan instrumen dengan media

kuesioner Kessler Psychological Distress Scale untuk mengukur tingkat

stress mahasiswa selama pembelajaran daring dengan standar(Sampasa-

Kanyinga et al., 2018)

44
c. Variable dependen “Risiko Computer Vision Syndrome (CVS)”

menggunakan instrumen dengan media kuesioner computer-vision

symptom scale (CVSS17) dengan standar(González-Pérez et al., 2014)

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian

Menurut (Riyanto, 2010) mengemukakan bahwa ada dua hal yang harus

dipenuhi pada sebuah kuesioner, yakni valid dan reliabel. Sebelum digunakan

untuk pengumpulan data penelitian, kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas. Suatu pertanyaan kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Sedangkan pertanyaan kuesioner dikatakan reliabel bila jawaban

seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Skor CVSS17 rata-rata 31,31, median 31,0, minimum 17,0, maksimum 50,0

dan standar deviasinya 7,65. Interval kepercayaan 95% untuk rata-rata populasi

adalah 30,78 hingga 31.84. Statistik ringkasan PCM disediakan dalam Lampiran

S1. Dua faktor utama yang dijelaskan oleh analisis faktor CVSS17 dinamai sesuai

dengan kami makalah sebelumnya, ESF dan ISF.

Kami menggunakan tanggapan dari 600 subjek yang menjawab setiap item

untuk menganalisis perbedaan skor CVSS17, ESF dan ISF menurut jenis kelamin

dan kelompok usia (non-presbiopia wanita, pria non-presbiop, wanita presbiop,

dan pria presbiop) dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji perbandingan

berganda Dunn, karena uji K-S menunjukkan distribusi normal baik untuk skor

CVSS17 maupun untuk skor faktor utama. Tes Kruskal-Wallis menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang dianalisis untuk

CVSS17 (H: 37,01, p<0,001), ESF (H: 34,08, p<0,001) dan ISF (H: 33,51,

43
p<0,001). Menurut nilai median wanita presbiopia menunjukkan nilai signifikan

yang lebih tinggi

44
untuk skor CVSS17, ESF dan ISF. Tidak ditemukan perbedaan yang lebih

signifikan.

Uji reliabilitas skala Kessler Psychological Distress Scale (K10) stress

mendapatkan nilai 0.917 dalam skala ini ditemukan bahwa corrected Item-Total

Correlation yang memiliki kisaran dari 0.374-0.836. Nilai skala stress

menunjukan bahwa skala tersebut valid dan reliabel dengan jumlah aitem valid

sebanyak 10 butir. Reliabilitas skala stress yang asli adalah 0.888

Pada penelitian ini tidak menggunakan uji validitas dikarenakan alternatif

jawaban sesuai dengan keadaan responden dan menggunakan kuesioner yang

telah baku.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dimaksud supaya penelitian ini dapat dilakukan

secara sistematis dan terencana, penelitian akan dilakukan pada mahasiswa

program studi Ilmu Keperawatan FITKes Unjani, adapun langkah-langkah

penelitian ini sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan

a. Menentukan fenomena penelitian

Menentukan topik penelitian hubungan pembelajaran daring akibat pandemi

covid-19 dengan tingkat stress dan risiko cvs pada mahasiswa Ilmu

Keperawatan FITKes Unjani. Penentuan topik penelitian dilakukan pada

tanggal 23-29 April 2022

45
b. Menentukan permasalahan yang terjadi

Permasalahan yang peneliti ambil yaitu terkait pembelajaran daring selama

pandemic covid-19 dengan tingkat stress dan risiko cvs pada mahasiswa Ilmu

Keperawatan FITKes Unjani. Permasalahan yang telah diamati peneliti

fenomena tersebut dilapangan maka ditentukanlah permasalahn tersebut

menjadi topik permasalahan penelitian.

c. Menentukan judul penelitian

Judul penelitian yang peneliti ambil yaitu hubungan pembelajaran daring

selama pandemic covid-19 dengan tingkat stres dan risiko cvs pada mahasiswa

Ilmu Keperawatan FITKes Unjani.

d. Menentukan tempat penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kampus FITKes Unjani.

e. Membuat surat permohonan izin studi pendahuluan

Surat perizinan studi pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani

Cimahi, kepada Dekan FITKes Unjani dengan nomor surat izin pendahuluan

nomor Surat Izin Pendahuluan B/2182/FITKes-Unjani/VI/2022.

f. Melakukan studi pendahuluan

Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menguatkan data

penelitian yang berdasarkan permasalahan yang diperoleh dari latar belakang

permasalahan dari fenomena yang terjadi studi pendahuluhan dilakukan di

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani

Cimahi.

46
g. Melakukan studi kepustakaan

Pada tahap ini peneliti melakukan studi kepustakaan yang berkaitan dengan

pendemi covid-19, tanda gejala, konsep tingkat stress, jenis stress, gejala stress,

faktor penyebab, pencegahan stres, dampak stress, konsep risiko cvs, etiologi,

faktor risiko cvs, gejala cvs, pencegahan cvs, bahaya cvs, konsep pembelajaran

daring, manfaat pembelajaran daring dan kekurangan pembelajaran daring.

Peneliti pencari teori yang terkait dengan penelitian yang diambil di

perpustaaan, internet, jurnal, dan buku.

h. Menyusun proposal dan melakukan bimbingan proposal penelitian sesuai

dengan sistematika yang sudah ditentukan

i. Melaksanakan seminar proposal

Setelah melakukan bimbingan penelitian dan melakukan perbaikan isi proposal

penelitian berdasarkan saran dari pembimbing. Maka peneliti melaksanakan

seminar proposal untuk mendapatkan persetujuan penelitian mengenai

fenomena permasalahan yang telah di ambil. Peneliti melakukan seminar

proposal yang telah disepakati dengan penguji.

2. Tahap Pelaksanaan

Melakukan seminar proposal

3. Tahap Akhir

a. Melakukan perbaikan seminar proposal.

b. Penyajian penelitian

47
F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut (Riyanto, 2010) menjelaskan pengolahan data merupakan kegiatan

yang dilakukan setelah data terkumpul dimana data yang masih mentah (raw data)

akan diolah sedemikian rupa menjadi informasi yang dapat digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian.

a. Editing

Hasil kuisioner atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan pada

lembar kuesioner yang diserahkan peneliti pada responden. Selanjutnya,

peneliti memeriksa kembali untuk memastikan kelengkapan jawaban. Setelah

memastikan bahwa semua pernyataan diisi lengkap.

b. Coding

Merupakan kegiatan untuk merubah data berbentuk huruf menjadi bentuk

angka untuk mempermudah saat analisis data dan saat entry data. dalam

penelitian ini coding diberikan berdasarkan masing – masing variabel.

1) Tingkat Stress

1=Skor <19 Tidak Stress

2=Skor 20-24 Stress Ringan

3=Skor 25-29 Stress Sedang

4=Skor >30 Stress Berat

2) Risiko CVS

1=Skor <15 Tidak berisiko CVS

2=Skor 16-24 risiko CVS Sedang

3=Skor >25 risiko CVS Berat

48
c. Processing/Entry Data

Merupakan kegiatan dimana peneliti memasukan data dari kuesioner yang telah

dicoding dan berbentuk angka kedalam program komputer, dengan

menggunakan software statistik SPSS.

d. Clearing

Merupakan kegiatan dimana peneliti mengecek kembali data yang sudah di

entry apakah ada kesalahan atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian telah

dilakukan pembersian data dengan memeriksa kembali kode serta mengoreksi

seluruh data sehingga tidak terjadi kesalahan.

2. Analisa Data

Setelah data dikumpulkan dan diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisa data.

(Notoatmodjo, 2018) mengemukakan tujuan analisis data antara lain: memperoleh

gambaran dan hasil penelitian yang telah dirumuskan dan memperoleh kesimpulan

secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu

yang bersangkutan. Data yang telah diolah dalam penelitian ini, selanjutnya dianalisis

secara univariat dan bivariat

a. Analisis Univariat adalah prosedur data dengan menggambarkan dan meringkas

data secara ilmiah dalam bentuk tabel yang dikenal dengan distribusi frekuensi

kemudian dihitung proporsi atau presentasinya dan disajikan dalam bentuk tabel

(Sugiono P.D, 2017).

Analisis dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk meringkas dan

menyajikan data, karena data hanya menggunakan distribusi frekuensi. Data

yang terkumpul dihitung untuk melihat presentase jumlah data yang ada. Data

presentase yang sudah ada digunakan untuk mengetahui jawaban lewat sebuah

diagram atau tabel.

49
Perhitungan presentase dengan menggunakan rumus :

P =ƒ/n × 100

Keterangan :

P = persentasi responden

ƒ = jumlah responden yang termasuk dalam kriteria

n = jumlah keseluruhan responden

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mngungkapkan hubungan dua variabel yaitu

variabel bebas yang diduga saling berhubungan (Notoatmodjo, 2018). Menurut (M.

Sopiyudin Dahlan, 2010) analisis dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya :

1. Analisa proporsi atau presentase dengan membandingkan distribusi silang

antara dua variabel yang bersangkutan.

2. Analisa data hasil uji statistik dengan uji hipotesis pearson Chi Square (x3)

dengan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%) untuk variabel 2x3

Rumus yang digunakan untuk menghitung x3 Pearson Chi Square menurut

(Riyanto, 2017) :

x^2= ∑((f_o- f_e)²)/f_e

Keterangan :

x² = nilai Chi-kuadrat

f_o = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

f_e = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

∑ = jumlah pertanyaan

Uji kemaknaan dari hasil perhitungan statistik dua variabel yaitu variabel terikat

dan bebas terikat dengan menggunakan taraf signifikan alpha = 0,05 dan Confident

interval (CI) 95%. (riyanto, 2012) menjelaskan jika p value ≤ a (0,05), maka H0

50
ditolak, artinya ada hubungan antara variabel independent dan dependen. Dan bila

p value ˃ (0,05), maka H0 gagal ditolak atau H0 diterima, artinya tidak ada

hubungan.

c. Analisis kerataan hubungan antara dua variabel tersebut dengan melihat Ratio odds

(OR) dianalisis untuk menilai berapa sering terjadi pajanan pada kasus

dibandingkan pada kontrol (Sastroasmoro & Ismael, 2014)

Tabel 3.2 Perhitungan Ratio Odds

Faktor resiko Kasus Kontrol Jumlah

Faktor resiko (+) A b a+b

Faktor resiko (-) C d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sumber : (Sastroasmoro S, 2014)

Keterangan :

Sel a : Kasus yang mengalami pajanan

Sel b : Kontrol yang mengalami pajanan

Sel c : Kasus yang tidak mengalami pajanan

Sel d : Kontrol yang tidak mengalamin pajanan

Faktor resiko pada kelompok kasus : a/((a+c)) : c/((a+c)) = a/c

Faktor resiko pada kelompok kontrol : b/((b+d)) : d/((b+d)) = b/d

RO/OR : a/c : b/d = ad/bc

Interpretasi (Sastroasmoro S, 2014)

a. Bila OR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor resiko tidak ada pengaruh

dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bukan sebagai faktor terjadinya efek

(penyakit/masalah kesehatan)

51
b. Bila OR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti

variabel tersebut sebagai faktor resiko terjadinya efek (penyakit/masalah kesehatan)

c. Bila OR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti

faktor yang kita teliti merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek.

G. Etika Penelitian

Etika bagi masyarakat yaitu dapat membantu manusia dalam melihat atau menilai

secara kritis mortalitas yang dianut oleh masyarakat. Prinsip – prinsip etika dalam

penelitian menunjukan etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian dari proposal

penlitian sampai dengan publikasi hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018).

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human diginity)

(Notoadmojo, 2012)

Pada penelitian ini peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

dengan memberikan informasi mengenai tujuan peneliti melakukan penelitian.

Peneliti memberikak kebebasan pada subjek untuk memberikan informasi atau

tidak berpartisipasi. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan

martabat subjek penelitian, peneliti memberikan formulir persetujuan subjek

penelitian (inform consent) yang mencakup:

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

c. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

d. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang

diberikan responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (Respect for privacy

and confidential).

52
Dalam penelitian ini peneliti tidak menampilkan informasi mengenai

identitas dan kerahasian subjek. Peneliti menggunakan kode sebagai pengganti

51
identitas responden, nama responden hanya diisi dengan inisial, dan peneliti

hanya menggunakan data untuk keperluan penelitian

3. Keadilan dan keterbukaan (Respect for justice and inclusive)

Peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada pihak yang bersangkutan

dengan penelitian ini. Semua subjek dalam penelitian ini memperoleh

perlakuan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing harm

and benefit)

Beneficence merupakan prinsip yang mendasar, yang berarti tidak

membahayakan dan bermanfaat bagi subjek penelitian. Prinsip ini mngandung

banyak dimensi yaitu bebas dari bahaya, yaitu peneliti berusaha untuk

melindungi subjek penelitian agar terhindar dari bahaya atau keidaknyamanan

fisik dan mental; bebas dari eksploitasi, yaitu keterlibatan peserta atau subjek

penelitian tidak merugikan mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang

mereka tidak siapkan; dan manfaat dari peneliti dan penilai menelaah

keseimbangan antara manfaat dan resiko.

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FITKes Unjani Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan

(S-1) FITKes Unjani

55
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, S., Goel, D., & Sharma, A. (2013). Evaluation of the factors which contribute to
the ocular complaints in computer users. Journal of Clinical and Diagnostic
Research, 7(2). https://doi.org/10.7860/JCDR/2013/5150.2760
Al-Manjoumi, A. M., Bokhari, Y. A., Alsubaie Abdullah S. and Lasker, A. Y., Alshanbari,
A. A., & Almari, R. O. (2021). Risk Factors of Computer Vision Syndrome among
College Students and Employees in Jeddah. ANNALS OF MEDICAL AND HEALTH
SCIENCES RESEARCH, 11(6).
Andrews, G., & Slade, T. (2001). Interpreting scores on the Kessler Psychological Distress
Scale (K10). Australian and New Zealand Journal of Public Health, 25(6).
https://doi.org/10.1111/j.1467-842X.2001.tb00310.x
Anggrainy, P., Lubis, R. R., & Ashar, T. (2020). The effect of trick intervention 20-20-20
on computer vision syndrome incidence in computer workers. Oftalmologicheskii
Zhurnal, 1. https://doi.org/10.31288/oftalmolzh202012227
Azkadina, A. (2012). Hubungan Antara Faktor Risiko Individual dan Computer Vision
Syndrome. Media Medika Muda.
Azkadina, A., Julianti, H., & Pramono, D. (2012). Hubungan Antara Faktor Risiko
Individual Dan Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 1(1).
Bali, J., Neeraj, N., & Bali, R. (2014). Computer vision syndrome: A review. Journal of
Clinical Ophthalmology and Research, 2(1), 61. https://doi.org/10.4103/2320-
3897.122661
Castillo Estepa, A. P., & Iguti, A. M. (2013). Síndrome de la visión del computador:
diagnósticos asociados y sus causas Computer Vision Syndrome: Associated
Diagnoses and Causes. Cien. Tecnol. Salud. Vis. Ocul, 11(2).
Chakrabarti, M. (2007). What is Computer Vision Syndrome? Kerala Journal of
Opthalmology, 19(3).
Dianti, T. N. (2020). Dampak Pembelajaran Daring Bagi Kesehatan Mata Pada Masa
Pandemi Covid 19. Universitas Airlangga.
Donsu. (2017). Psikologi keperawatan : aspek-aspek psikologi, konsep dasar psikologi,
teori perilaku manusia/ Dr. Jenita Doli Tine Donsu, SKM., MSI. In 1.
Dylan Trotsek. (2017). Aspek stres Lukaningsih. Journal of Chemical Information and
Modeling, 110(9).
Erratum: Clinical practice guidelines for prevention, diagnosis and management of early
and delayed-onset ocular injuries due to mustard gas exposure (Journal of Ophthalmic
and Vision Research (2017) 12 (65-80)). (2017). In Journal of Ophthalmic and Vision
Research (Vol. 12, Issue 2). https://doi.org/10.4103/2008-322X.205383

58
Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besrahttps://www.mendeley.com/?
utm_source=web_importer&utm_campaign=mendeley_logol. (2021). Dampak
Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama
Pandemi COVID-19 | Fauziyah | Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika
Kesehatan. BIKFOKES.
González-Pérez, M., Susi, R., Antona, B., Barrio, A., & González, E. (2014). The
Computer-Vision Symptom Scale (CVSS17): Development and initial validation.
Investigative Ophthalmology and Visual Science, 55(7).
https://doi.org/10.1167/iovs.13-13818
Harini, V. R. P. (2021). Gambaran Tingkat Stres pada Anak Usia Remaja Selama
Menjalani Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19 di Kelurahan Patrang
Kecamatan Patrang. In Digital Repository Universitas Jember (Issue September
2019).
Kemendikbud RI. (2020). Keputusan Bersama Kemendikbud No 23425. Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan, 021.
Kemenkes, R. (2018). Infodatin Situasi Gangguan Penglihatan. Kementrian Kesehatan RI
Pusat Data Dan Informasi.
Kemenkes RI. (2018). Data Informasi Kesehatan Indonesia 2018. Profil Kesehatan
Indonesia, 53(9).
Kumar, S. B. (2020). A Study to Evaluate the Knowledge Regarding Computer Vision
Syndrome among Medical Students. Biomedical and Pharmacology Journal, 13(1).
https://doi.org/10.13005/BPJ/1907
KY, L., & Redd, S. C. (2008). Understanding and Preventing Computer Vision Syndrome.
Malaysian Family Physician, 3(3).
Nopriadi, N., Pratiwi, Y., Leonita, E., & Tresnanengsih, E. (2019). Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Computer Vision Syndrome pada Karyawan Bank.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2).
https://doi.org/10.30597/mkmi.v15i2.5753
Notoatmodjo. (2018). Notoatmodjo, 2018. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952.
Nurlaeliyah. (2021). Dampak Psikologis Mahasiswa Pada proses Pembelajaran Daring
Selama Pandemi. Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 1(2).
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan Edisi 4. In Salemba Medika.
Purnama, K. W., Wahyuni, I., & Ekawati. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Stres Kerja pada Pegawai Negeri Sipil Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7.
Putri, A. H. (2019). Media Pembelajaran pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Artikel
Review Media Video Pembelajaran Pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), May.

56
Rahmi, N. (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Tingkat II
Prodi D-III Kebidanan Banda Aceh Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes NAD TA.
2011/2012. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah, 2(1).
Rathore, I. (2017). Computer Vision Syndrome-An Emerging Occupational Hazard.
Research Journal of Science and Technology, 9(2). https://doi.org/10.5958/2349-
2988.2017.00053.5
Riyanto. (2010a). Agus Riyanto, (2010). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha.
Medika Yogyakarta. Agus Riyanto.
Riyanto. (2010b). Agus Riyanto, (2010). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha.
Medika Yogyakarta. Agus Riyanto.
Sampasa-Kanyinga, H., Zamorski, M. A., & Colman, I. (2018). The psychometric
properties of the 10-item kessler psychological distress scale (K10) in canadian
military personnel. PLoS ONE, 13(4). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0196562
Sánchez-Valerio, M. D. R., Mohamed-Noriega, K., Zamora-Ginez, I., Duarte, B. G. B., &
Vallejo-Ruiz, V. (2020). Dry eye disease association with computer exposure time
among subjects with computer vision syndrome. Clinical Ophthalmology, 14.
https://doi.org/10.2147/OPTH.S252889
Sastroasmoro S, I. S. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 5, 2014. In
Dasar-dasar Metodologi Penelitian.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 4,
2011. In Dasar-dasar Metodologi Penelitian (Vol. 4).
Sembiring, D. M. (2020). Menghadapi Stress Di Masa Pandemi Covid-19. Osf.Io, 1(1).
Sugiono P.D. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan
kuwantitatif,kuwalitatif,R&D). In Alfabbeta Pres.
Wang, L., Wei, X., & Deng, Y. (2021). Computer Vision Syndrome During SARS-CoV-2
Outbreak in University Students: A Comparison Between Online Courses and
Classroom Lectures. Frontiers in Public Health, 9.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2021.696036
WHO. (2020). WHO Coronavirus Disease. In WHO.int.
World Health Organization. (2014). Media centre Visual impairment and blindness.
Http://Www.Who.Int/Mediacentre/Factsheets/Fs282/En/#, October.
 

58
LAMPIRAN KUESIONER

Soal Kuesioner Risiko CVS (González-Pérez et al., 2014)


a) Skor <15 Tidak berisiko CVS
b)Skor 16-24 risiko CVS Sedang
c) Skor >25 risiko CVS Berat
A = Bernilai 1
B = Bernilai 5
C = Bernilai 4
D = Bernilai 3
E = Bernilai 2
1. Apakah tulisan yang Anda lihat pada layar computer/HP menjadi kabur saat bekerja
menghadap ke layar komputer?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
2. Apakah mata Anda merasa lelah ketika bekerja menghadap ke layar computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
3. Apakah anda merasakan rasa nyeri leher ketika bekerja menghadap ke layar
computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
4. Apakah mata Anda terasa berat selama Anda bekerja menghadap ke layar
computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam

57
5. Apakah Anda banyak mengedipkan mata ketika bekerja menghadap ke layar
computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
6. Apakah Anda merasakan sensasi panas atau terbakar pada mata Anda ?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
7. Apakah Anda merasakan rasa sakit dibagian pinggang selama bekerja menghadap ke
layar computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
8. Apakah Anda merasa mata Anda tidak fokus saat membaca atau menulis pada layar
computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
9. Apakah anda merasakan rasa pegal-pegal pada badan setelah beberapa jam menghadap
ke layar computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
10. Apakah mata Anda pernah merasa pedih?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam

60
Soal Kuesioner Tingkat stress (Kessler Psychological Distress Scale K10) (Andrews & Slade,
2001)
a) Skor <19 Tidak Stress
b) Skor 20-24 Stress Ringan
c) Skor 25-29 Stress Sedang
d) Skor >30 Stress Berat
Opsi
A = Bernilai 1
B = Bernilai 2
C = Bernilai 3
D = Bernilai 4
E = Bernilai 5
1. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa lelah tanpa alasan yang jelas?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
2. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa gugup?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
3. Selama 30 hari terakhir, tentang seberapa sering anda merasa sangat gugup sehingga
tidak ada yang bisa menenangkan diri anda?
B. Tidak ada
C. Sedikit
D. Kadang-kadang
E. Hampir setiap hari
F. Setiap hari
4. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa putus asa?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari

61
5. Selama 30 hari terakhir, kira-kira seberapa sering anda merasa gelisah?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
6. Selama 30 hari terakhir, kira-kira seberapa sering anda merasa tertekan?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
7. Selama 30 hari terakhir, kira-kira seberapa sering anda merasa bahwa segala sesuatu
usaha selalu sia-sia?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
8. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa sangat sedih sehingga tidak ada
yang bisa menghibur Anda?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
9. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa ingin menyendiri?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
10. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa tidak berharga?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari

62

Anda mungkin juga menyukai