Anda di halaman 1dari 40

BUKU PANDUAN

PRAKTIK EARLY EXPOSURE DARING


KEPERAWATAN KELUARGA

Nama : ………………………..

NIM : ……..............................

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
TAHUN 2021

1
BUKU PANDUAN
PRAKTIK EARLY EXPOSURE DARING KEPERAWATAN
KELUARGA
EDISI KHUSUS MASA PANDEMI COVID-19

Penulis dan Editor :


Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep.,M.Kep.

Tim Pembimbing Keperawatan Keluarga :

Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep.,M.Kep.


Ns. Sarwito Rachmad Barmawi, MNS
Ns. Samudra Prihatin Hendra Basuki, S.Kep., M.Ed

Edisi ke-4
@ 2021 Departemen Keperawatan Komunitas & Keluarga
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Buku panduan ini dipakai untuk kalangan sendiri


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya dari isi buku tanpa
seijin tertulis dari Penulis dan Bagian Keperawatan Komunitas Keluarga PSIK
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT yang berkenan melimpahkan Rahmat dan
Hidayah_Nya. Buku Panduan Praktik Early Exposure Daring Keperawatan Keluarga
adalah buku pedoman khusus yang digunakan bagi mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Semester VI didalam melaksanakan praktik keperawatan keluarga pada
masa Pandemi Covid-19.
Buku panduan ini terdiri dari tiga Bab, Bab I Dasar Kegiatan terdiri dari latar
belakang, kebijakan dan standar yang menjadi acuan, capaian pembelajaran
lulusan/prodi, capaian pembelajaran mata kuliah, kompetensi ketrampilan, tujuan dan
sasaran, strategi dan metode serta tata tertib praktik. Bab II Penjelasan Dokumentasi
meliputi penjelasan isian proses keperawatan, penerapan SDKI, SLKI dan SIKI,
penyusunan Satuan Acara Pendidikan Kesehatan. Bab III Sistem Penilaian terdiri dari
indikator, instrumen untuk mengukur efektivitas, komponen dan standar penilaian.
Terima kasih penulis haturkan kepada pimpinan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, rekan sejawat terutama tim Departemen
Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga, serta seluruh staf dan karyawan
yang telah memberikan saran dan bantuannya. Buku panduan Praktik ini diharapkan
bermanfaat sebagai salah satu sumber bahan ajar praktik keperawatan keluarga pada
masa Pandemi Covid-19 yang menuntut diberlakukannya Safe Home dan Study From
Home, mudah-mudahan hasil akhir praktik tidak jauh dari kondisi yang sebenarnya
pada tataran praktik klinik keperawatan secara langsung.

Penulis,

Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep., M.Kep.


NIK :. 2160076

3
DAFTAR ISI

KATALOG BUKU ……………………………………………………………. 1


KATA PENGANTAR .………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. 3
BAB I DASAR KEGIATAN
A. Latar Belakang ……………………………………………… 4
B. Kebijakan dan Standar yang menjadi acuan ………………… 5
C. Capaian pembelajaran Lulusan/Prodi ……………………….. 6
D. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ………………………… 7
E. Kompetensi Ketrampilan ……………………………………. 8
F. Tujuan dan Sasaran …………………………………………. 8
G. Strategi dan Metode …………………………………………. 9
H. Tata Tertib ….……………………………………………….. 10
BAB II PENJELASAN DOKUMENTASI
A. Penjelasan Isian Proses Keperawatan ……………………….. 12
B. Penerapan SDKI, SLKI dan SIKI …………………………… 24
C. Penyusunan Satuan Acara Pendidikan Kesehatan ………….. 28
BAB III SISTEM PENILAIAN
A. Indikator ……………………………………………………. 33
B. Instrumen untuk mengukur efektivitasnya ………………… 33
C. Komponen dan Standar Penilaian …………………………. 33
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 35
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Format Penilaian Kinerja harian individu (Log Book) …………………… 36
2. Format Penilaian SOCA (Student Oral Case Analisis) …………………… 37
3. Format Penilaian Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga ………………. 38
4. Format Penilaian DOPS Video dan Foto …………………………………. 39

4
BAB I. DASAR KEGIATAN

A. Latar Belakang
Tujuan dan rasional strategi dalam pencapaian standar perguruan tinggi terkait
pendidikan yang mencakup kurikulum, pembelajaran integrasi kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat dalam pembelajaran dan suasana akademik yang
didasarkan atas analisis internal dan eksternal. Kurikulum merupakan pondasi awal
dalam proses belajar dan mengajar baik itu dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
juga tindak lanjutnya. Program studi harus memiliki kurikulum inti dan juga
kebijakannya. Kegiatan pembelajaran pada fase akademik program studi Diploma (D3,
D4) sarjana (S 1) terdiri dari kegiatan kuliah, tutorial, praktikum laboratorium dan
praktik klinik yang dilaksanakan di puskesmas, masyarakat, keluarga dan Rumah Sakit.
Perencanaan praktik pada setiap prodi sudah direncanakan dalam sebuah rapat
koordinasi dan dituangkan dalam kalender akademik, aktivitas lainnya adalah
pemesanan kuota praktik mahasiswa dilahan praktik. Pada akhirnya mahasiswa akan
dipraktikan dilahan sesuai dengan kebijakan akademik dan wahana praktik.
Saat ini dunia sedang mengalami pandemi suatu penyakit yaitu COVID-19, tidak
hanya Indonesia , negara-negara di benua Asia, Amerika, Afrika, Australia dan
Eropa. Setiap negara mengeluarkan kebijakan terkait pandemi ini berupa, lock down
dan kewaspadaan maksimal dalam pencegahan COVID-19 mengingat prevalensinya
yang semakin meningkat setiap harinya. Presiden melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan kebijakan terkait Penetapan Status
Keadaan tertentu Darurat Bencana Wabah penyakit Akibat virus Corona/Covid-19 di
Indonesia.
Pemerintah lewat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
memperpanjang masa darurat bencana wabah penyakit akibat virus Corona di
Indonesia. Masa darurat ditetapkan hingga dalam batas waktu bertahap sesuai dengan
perkembangan kasus penyebaran Covid-19, perpanjangan Status Keadaan Tertentu
sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU berlaku terhitung sejak tanggal 29
Februari 2020 sampai dengan batas waktu tertentu.
Hal ini menjadi dasar menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan
kebijakan berupa surat Edaran menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang
Pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus

5
disease (COVID-19) salah satu kebijakan tersebut yaitu menggunakan metode
pembelajaran PJJ.
Menyikapi pandemi ini dan edaran terkit rektor UMP juga mengeluarkan surat
edaran Surat Edaran Rektor No. A.17.VIII/533-S.Ed/UMP/III/2020 tentang
kebijakan kewaspadaan optimal pencegahan penularan COVID 19. Melalui wakil
Rektor bidang Akademik dan kerja sama kebijakan pembelajaran di UMP mengalami
perubahan yaitu menjadi PJJ berdasarkan Surat Edaran Wakil Rektor bidang Akademik
dan kerja sama No. A.17.II/534-S.Ed/UMP/III/2020 tentang Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) atau E-Learning di lingkungan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan
kebijakan ini akan terus berubah sesuai dengan perkembangan kasus penyebaran
Covid-19. Pada level Fakultas, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan mengeluarkan surat
penarikan mahasiwa praktik No. C9.II/86-S.Ph/FIKES/III/2020 mengingat risiko ,
bahaya dan status darurat Pandemi Covid-19. Pihak wahana Praktik juga menegaskan
selama pandemi tidak mempraktikan mahasiswa. Hal tersebut diatas merupakan uraian
latar belakang kebijakan aktivitas pengganti Praktik klinik yang diharapkan tetap
sesuai dengan capaian kompetensi mata kuliah praktik.

B. Kebijakan dan Standar yang menjadi acuan


1. Surat Edaran menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.4 tahun 2020
tentang Pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran
Corona Virus disease (COVID -19) tanggal 24 Maret 2020.
2. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A Tahun
2020 tentang Penetapan Status Keadaan tertentu Darurat Bencana Wabah
penyakit Akibat virus Corona di Indonesia tanggal 28 Februari 2020.
3. Surat Edaran Rektor No. A.17.VIII/533-S.Ed/UMP/III/2020 tanggal 14 Maret
2020 tentang kewaspadaan dan pencegahan infeksi covid-19.
4. Surat Edaran WR 1 No. A.17.II/534-S.Ed/UMP/III/2020 tentang Pembelajran
Jarak Jauh (PJJ) atau E-Learning di lingkungan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
5. Surat Edaran Rektor No. A.17.VIII/594-S.Ed/UMP/III/2020 tanggal 21 Maret
2020 tentang kebijakan Work From Home (WFH) bagi Dosen dan Karyawan.

6
6. Surat Edaran Rektor No. A.17.VIII/598-S.Ed/UMP/III/2020 tanggal 21 Maret
2020 tentang kebijakan Work From Home Full (WFHF) dilingkungan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

C. Capaian Pembelajaran Lulusan/Prodi


1. Sikap
S11 Mampu bertanggung gugat terhadap praktik profesional meliputi
kemampuan menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan
profesional sesuai dengan lingkup praktik di bawah tanggungjawabnya, dan
hukum/peraturan perundangan;
S12 Mampu melaksanakan praktik keperawatan keluarga dengan prinsip etis
dan peka budaya sesuai dengan kode etik perawat indonesia
S14 Mampu menginternalisasikan nilai – nilai Al Islam dan
Kemuhammadiyahan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga

2. Penguasaan Pengetahuan
P4 Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan
asuhan/ praktek keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau
berkelompok, pada bidang keilmuan keperawatan keluarga
P5 Menguasai konsep dan teknik penegakkan diagnosis asuhan keperawatan
keluarga
P7 Menguasai konsep, prinsip, dan teknik pendidikan kesehatan sebagai bagian
dari upaya pencegahan penularan penyakit pada level primer,
sekunder dan tertier;

3. Ketrampilan Umum
KU Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan
6 kode etik profesinya;

4. Ketrampilan Khusus
KK1 Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga yang lengkap dan
berkesinambungan yang menjamin keselamatan klien (patient safety)
sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah atau belum tersedia;
KK4 Mampu memberikan (administering) obat oral, topical, nasal, parenteral,
dan supositoria sesuai standar pemberian obat dan kewenangan yang
didelegasikan;
KK5 Mampu menegakkan diagnosis keperawatan keluarga dengan kedalaman
dan keluasan terbatas berdasarkan analisis data, informasi, dan hasil
kajian dari berbagai sumber untuk menetapkan prioritas asuhan

7
keperawatan;
KK6 Menetapkan prioritas asuhan keperawatan keluarga
KK7 Mampu menyusun dan mengimplementasikan perencanaan asuhan
keperawatan keluarga sesuai standar asuhan keperawatan dan kode etik
perawat, yang peka budaya, menghargai keragaman etnik, agama dan
faktor lain dari klien individu, keluarga dan masyarakat
KK 9 Mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan
keperawatan keluarga secara reguler dengan/atau tanpa tim kesehatan
lain;
KK10 Mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan
memberikan informasi yang akurat kepada klien dan/atau keluarga
/pendamping/penasehat untuk mendapatkan persetujuan keperawatan
yang menjadi tanggung jawabnya;

D. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Keperawatan Keluarga, mahasiswa
mampu:
1. Menjelaskan konsep keluarga dan konsep terkait
2. Menjelaskan konsep model keperawatan keluarga
3. Menjelaskan ruang lingkup, trend dan issues keperawatan keluarga
4. Menjelaskan tentang proses keperawatan keluarga
5. Menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan keluarga dan melakukan
simulasi asuhan keperawatan keluarga dengan memperhatikan aspek legal dan
etis
6. Menyusun pengkajian pada kasus keperawatan keluarga
7. Merumuskan masalah keperawatan keluarga dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia/SDKI
8. Merumuskan skoring prioritas diagnosis keperawatan keluarga
9. Merumuskan perencanaan keperawatan keluarga dengan SLKI dan SIKI
10. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga antara lain terapi
modalitas pada keluarga, pendidikan kesehatan pada keluarga, merawat anggota
keluarga yang sakit, pemberdayaan keluarga)
11. Merumuskan evaluasi keperawatan keluarga
12. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada keluarga sesuai
kebutuhan tumbuh kembang keluarga dengan memperhatikan aspek legal dan etis
13. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada keluarga dengan
masalah kesehatan yang lazim di Indonesia

8
14. Melakukan pendokumentasian pengelolaan asuhan keperawatan keluarga

E. Kompetensi Ketrampilan
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga Structural Fungsional
model dari Friedman
2. Mampu menyusun diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan SDKI
3. Mampu melakukan skoring prioritas diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan
Baylon dan Maglaya.
4. Mampu menyusun perencanaan berdasarkan SLKI dan SIKI
5. Mampu melakukan tindakan keperawatan keluarga berdasarkan bukti/Evidance
Base Practice (EBP)
6. Mampu melakukan praktik dengan prinsip asuhan pada tiap tahap perkembangan
keluarga (pasangan baru, menanti kelahiran, usia pra sekolah, sekolah, remaja,
dewasa muda, paruh baya, lansia)
7. Mampu melakukan praktik keperawatan keluarga dengan prinsip asuhan tiap
masalah kesehatan (rematik, hipertensi, asam urat, DM, Stroke)
8. Mampu melakukan skrining keluarga sehat dengan instrument PIS-PK (Program
Indonesia Sehat-Pendampingan Keluarga)

F. Tujuan dan Sasaran


Tujuan praktek klinik keperawatan keluarga adalah agar mahasiswa mampu
mempraktekkan teori dan konsep yang telah dipelajari di kelas dan telah di uji coba di
laboratorium kedalam praktik yang nyata di lapangan. Mampu memberikan asuhan
keperawatan keluarga yang lengkap dan berkesinambungan yang menjamin
keselamatan klien (patient safety) sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan
perencanaan keperawatan yang telah atau belum tersedia. Mampu menegakkan
diagnosis keperawatan keluarga dengan kedalaman dan keluasan terbatas berdasarkan
analisis data, informasi, dan hasil kajian dari berbagai sumber untuk menetapkan
prioritas asuhan keperawatan. Mampu menyusun dan mengimplementasikan
perencanaan asuhan keperawatan keluarga sesuai standar asuhan keperawatan dan
kode etik perawat, yang peka budaya, menghargai keragaman etnik, agama dan faktor
lain dari klien individu, keluarga dan masyarakat. Serta mampu melakukan
komunikasi terapeutik dengan klien dan memberikan informasi yang akurat

9
kepada klien dan /atau keluarga/pendamping/penasehat untuk mendapatkan
persetujuan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya. Adapun sasaran kegiatan
praktik keperawatan keluarga ini adalah mahasiswa S1 semester VI tahap akademik
yang perlu pendampingan dan bimbingan baik dari pembimbing akademik maupun
pembimbing klinik atau lapangan khususnya dari Puskesmas di wilayah kerjanya.

G. Strategi dan Metode Bimbingan


Dari target capaian pembelajaran diatas dibuatlah modifikasi praktik berupa
penetapan lokasi mahasiswa praktik yang dilakukan pada keluarga masing-masing
mahasiswa dengan prinsip Safe Home, Student From Home dan selalu dirumah saja,
terkecuali bagi mahasiswa yang tidak pulang mudik maka keluarga kelolaan
diambilkan dari keluarga ibu kost atau yang paling terdekat dari rumah tinggal.
Prinsip keamanan dan keselamatan tetap diutamakan dalam menghadapi Pandemi
Covid-19 walaupun bekerja dengan keluarga masing-masing seperti penggunaan
APD, masker dan selalu cuci tangan. Tugas yang ditetapkan adalah :
1. Mahasiswa memberikan Asuhan Keperawatan pada satu keluarga kelolaan yaitu
keluarga orangtuanya masing-masing atau keluarga sendiri, melalui tahapan
proses keperawatan, dengan berfokus pada kasus Pandemi Covid-19 dan
permasalahan lain dari kesehatan keluarga.
2. Pengkajian dilakukan menggunakan Structural Fungsional Model dari Friedman.
3. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan minimal 2 diagnosis menggunakan
SDKI dan untuk selanjutnya melakukan skoring prioritas berdasar konsep Baylon
dan Maglaya.
4. Perencanaan dilakukan menggunakan SLKI dan SIKI
5. Tindakan keperawatan yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan atau terapi
modalitas keperawatan berdasarkan bukti/EBP dengan melampirkan artikel
jurnal.
6. Evaluasi meliputi pencapaian Tujuan Umum dan Tujuan Khusus yang terukur
dan jelas.
7. Dokumentasi kegiatan sebagai laporan akhir praktik keperawatan keluarga
meliputi :
a) Asuhan keperawatan lengkap (pengkajian sampai evaluasi) dalam file pdf

10
b) Tindakan keperawatan berupa pendidikan kesehatan atau terapi modalitas
direkam dalam bentuk video dan foto, dibuat daftar hadir, dilengkapi
SAP+leaflet dan artikel jurnal.
c) Kinerja harian individu dalam bentuk log book
Semua dokumen laporan akhir dan harian diupload ke On Class dan juga
diserahkan dalam bentuk folder kelas masing-masing berupa kumpulan file individu
menggunakan aplikasi link google drive, jika ada hal-hal yang tidak dikehendaki
seperti sulitnya akses internet dan lainnya akan diberikan alternatif solusi dengan
menggunakan aplikasi lain seperti : Grup WA, Email, Google Form, Zoom Meeting,
Jitsi.Meet dan sebagainya.
Kegiatan praktik keperawatan keluarga Early Exposure dalam masa Pandemi
Covid19 dilaksanakan selama 1 minggu atau 6 hari kerja dan dirumah saja. Metode
bimbingan dilaksanakan dengan pre dan post conference, diskusi kasus, dan tutorial
serta mini seminar, dilakukan menggunakan media pembelajaran online dengan
fasilitas :
1. Grup Whatsapp,
2. Email
3. Video conference/meeting seperti Zoom, google meet atau Jitsi.meet
4. Google classroom
5. On Class
6. Google Form
7. Media online dengan fitur lengkap sehingga proses bimbingan tetap bisa berjalan
meskipun tidak bertatap muka secara langsung dengan mahasiswa.

H. Tata Tertib
Tata Tertib Praktek
1. Wajib mentaati protokol keselamatan dari pemerintah selama masa Covid-19,
yaitu: menjaga jarak minimal 1,5 m, menggunakan masker, menjalankan PHBS
dengan cuci tangan pada air mengalir menggunakan sabun atau larutan Hand
Sanitaizer, tetap dirumah saja (Safe Home dan Study From Home) dan keluar
rumah hanya jika sangat diperlukan, memaksimalkan gawai yang dimiliki pada
proses bimbingan atau diskusi kelompok, melaporkan kepada pembimbing
tentang kondisi kesehatan setiap harinya.

11
2. Mahasiswa melaksanakan praktik Keperawatan Keluarga sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan yaitu 1 minggu atau selama 6 hari kerja.
3. Mahasiswa wajib menjalankan kegiatan praktik early exposure dengan aktif,
dibuktikan dengan intensitas bimbingan dan juga kehadiran saat online meeting.
4. Mahasiswa wajib menjalankan praktik dengan penuh rasa tanggung jawab.
5. Mahasiswa dilarang membuat data palsu atau kegiatan fiktif, jika ini terjadi dan
jika koordinator mendapatkan laporannya, maka mahasiswa harus mengulang
MK ini di semester berikutnya.
6. Mahasiswa dilarang membuat kerumunan, atau kegiatan mengumpulkan orang,
atau berkumpul sendiri dalam kelompok.
Sanksi-sanksi
Bagi mahasiswa yang tidak menjalankan tata tertib akan dikenakan sanksi sebagai
berikut
1. Bagi yang tidak tertib aturan keselamatan, nilainya akan dikurangi sebanyak 50%
2. Bagi yang mengumpulkan laporan di luar batas waktu yang telah ditetapkan, nilai
yang diperoleh dikurangi sebanyak 5 % setiap harinya.
3. Bagi yang membuat data palsu atau kegiatan fiktif, jika ini terjadi dan jika
koordinator mendapatkan laporannya, maka mahasiswa harus mengulang MK ini
di semester berikutnya.
4. Bagi yang membuat kerumunan diluar keluarga kelolaan, nilainya akan dikurangi
sebanyak 50%
5. Bila ada perubahan tata tertib maupun sanksi, akan diberitahukan kemudian.

12
BAB II. PENJELASAN DOKUMENTASI

A. Penjelasan Isian Proses Keperawatan


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga.
Tahap proses keperawatan keluarga meliputi :
1. Pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga menggunakan model
structural-fungsional dari Friedman
Yang termasuk pengkajian keluarga adalah :
a. Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural
b. Data Lingkungan
c. Strutur dan fungsi keluarga
d. Stress dan strategi koping yag digunakan keluarga
e. Perkembangan keluarga
Yang termasuk dalam pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga
adalah:
a. Fisik
b. Mental
c. Emosi
d. Spriritual
e. Sosial
Analisa Data
2. Perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan rujukan dari Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI)
3. Penyusunan rencana keperawatan
Rencana disusun untuk menentukan prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi
sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan, berdasarkan
rujukan dari Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang telah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi
sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah.

13
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang telah
dilakukan

PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari
tahap pengkajian menggunakan metode :
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dsb
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
A. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Usia
3. Alamat dan telepon
4. Pekerjaan kepala keluarga
5. Pendidikan kepala keluarga
6. Komposisi keluarga dan genogram
7. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
8. Latar belakang Budaya dan Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. Kalau ada
perbedaan dalam keluarga bagaimana keluarga beradaptasi terhadap
perbedaan tersebut, apakah berhasil atau tidak dan kesulitan-kesulitan yang
masih dirasakan sampai saat ini sehubungan dengan proses adaptasi
tersebut.
9. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama dan kepercayaan

14
yang sama, kalau tidak bagaimana proses adaptasi dilakukan dan
bagaimana hasilnya.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
Tingkat status sosial ekonomi adekuat bila keluarga telah dapat memenuhi
kebutuhan primer maupun sekunder dan keluarga mempunyai tabungan,
marginal bila keluarga tidak mempunyai tabungan dan dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari , miskin bila keluarga tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari secara maksimal, sangat miskin bila keluarga harus
dibantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktifitas rekreasi.
Seberapa sering rekreasi dilakukan dan apa kegiatan yang dilakukan baik
oleh keluarga secara keseluruhan maupun oleh anggota keluarga.
Eksplorasi perasaan keluarga setelah berekreasi, apakah keluarga
puas/tidak. Rekreasi dibutuhkan untuk memperkokoh dan
mempertahankan ikatan keluarga, memperbaiki perasaan masing-masing
anggota keluarga, curah pendapat/sharing, menurunkan ketegangan dan
untuk bersenang-senang.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan berdasarkan anak tertua hidup
dari keluarga inti dan usia orangtua. Contoh : keluarga Bapak R
mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 18 tahun dan anak kedua
berumur 13 tahun, maka keluarga Bapak R berada pada tahapan
perkembangan keluarga dengan usia remaja.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

15
terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi),
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. Sangat penting
ketika mengidentifikasi karakteristik rumah adalah mendasarkan pada
indikator rumah sehat menurut Departemen Kesehatan RI.
Diagnosa : Gangguan penatalaksanaan rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga yang meliputi urban, sub
urban, pedesaan hunian, industry, agraris, bagaimana keamanan jalan yang
digunakan. Karakteritik komunitas setempat meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan, pekerjaan masyarakat umumnya, tingkat
kepadatan penduduk, stabil/tidak, pelayanan kesehatan/pelayanan sosial
yang ada dan tingkat kejahatan yang terjadi.
3. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat. Tinggal didaerah yang sekarang sudah berapa lama dan
apakah sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga
dengan masyarakat. Kepuasan dalam keterlibatan dengan perkumpulan

16
atau pelayanan yang ada. Bagaimana persepsi keluarga terhadap
masyarakat sekitarnya.
Diagnosa : Isolasi sosial ; menarik diri.
5. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota _ keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat. Dapat digambarkan dengan
menggunakan genogram dan ekomap.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara/pola berkomunikasi antar anggota keluarga.
Pola komunikasi fungsional bila komunikasi dilakukan secara efektif,
proses komunikasi berlangsung dua arah dan saling memuaskan kedua
belah pihak. Komunikasi disfungsional bila komunikasi tidak focus pada
satu ide pembicaraan sehingga pesan tidak jelas, bila bertahan pada
pendapat masing-masing dan tidak dapat menerima pendapat orang lain
sehingga pembicaraan menjadi buntu/tudak berkembang, serta bila ada
pesan-pesan penting yang ditutupi padahal penting untuk dibicarakan.
Diagnosa : Gangguan komunikasi verbal.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk mengubah perilaku. Bagaimana proses pengambilan keputusan :
consensus bila perbedaan masih dapat disatukan, proses pengambilan
keputusan yang paling sehat; akomodasi bila perbedaan tidak dapat
disatukan (tawar menawar, kompromi, paksaan); de facto bila keputusan
diserahkan kepada yang melaksanakan, contoh KB. Bagaimana hasil
keputusan : siapa yang membuat keputusan akhir, memuaskan/tidak, bila
tidak apa yang dilakukan. Kesimpulannya bagaimana kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
Diagnosa : Konflik keputusan
3. Struktur peran

17
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal (suami-istri, ayah-ibu, anak-sanak saudara, dsb) maupun informal
(pengharmonis, pendamai, penghalang dominator, penyalah keras hati,
sahabat, penghibur, perawat keluarga, penghubung keluarga, dsb) dan
bagaimana pelaksanaannya. Apakah ada yang mempengaruhi
pelaksanaannya. Bagaimana peran lain dilaksanakan, contoh : ibu berperan
sebagai ayah karena ayah telah meninggal.
Diagnosa : berduka yang diantisipasi, berduka disfungsional, isolasi
sosial, perubahan proses keluarga, perubahan parenting, perubahan
penampilan peran, ganguan penatalaksanaan rumah, gangguan citra
tubuh.
4. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan. Bagaimana nilai dan norma menjadi suatu
keyakinan dan diinterpretasikan dalam bentuk perilaku. Apakah perilaku
ini dapat diterima oleh masyarakat dan apakah dapat diterima oleh
masyarakat.
Diagnosa : Konflik nilai.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai. Bagaimana anggota keluarga mempersepsikan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan psikososial (membentuk sifat-sifat
kemanusiaan, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan
menjalin hubungan yang akrab, menumbuhkan konsep diri yang positif).
Diagnosa : Gangguan proses keluarga, gangguan parenting,
berkabung yang disfungsional, koping keluarga tidak adekuat.
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku. Sosialisasi dilakukan mulai dari lahir sampai meninggal

18
karena sosialisasi merupakan proses belajar yang menghasilkan perubahan
perilaku sebagai respon terhadap situasi (tumbuh kembang keluarga dan
tumbuh kembang anak) yang terpola secara sosial.
Diagnosa : perubahan proses keluarga, kurang pengetahuan, konflik
peran, gangguan parenting.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu : keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan tarhadap anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
1). Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah
2). Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
3). Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
4). Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
5). Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
6). Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
7). Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

19
8). Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah.
c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah ;
1). Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan
yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/
penyakit.
2). Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan.
3). Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang
diperlukan memadai.
4). Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap
perawatan yang diperlukan
5). Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri
dalam keluarga
6). Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit
7). Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya
perawatan dan pencegahan.
d. Untuk mengetahui kemampuan didalam memelihara lingkungan
rumah yang memenuhi syarat kesehatan (dari segi fisik, psikis, sosial,
dan ekonomis), yang perlu dikaji adalah;
1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang
dimiliki
2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat pemeliharaan
lingkungan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya higiene dan sanitasi
4) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit
5) Sejauh mana sikap/pandangan keluarga terhadap higiene dan
sanitasi
6) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ;
1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan

20
2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
3) Sejauh mana tingkaat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan
fasilitas kesehatan
4) Apakah keluarga mempunyai pengallaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
d. Pola hubungan seksual
Diagnosa : perubahan pola seksualitas, disfungsi seksual
5. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/ stressor baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.

21
Diagnosa : Koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif ;
melemah, koping keluarga tidak efektif ; ketidakmampuan.
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.
H. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
I. Analisa Data

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian dengan pendekatan SDKI.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA


Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
No Kriteria Skala Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 1
Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
Resiko 2
Potensial/Sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat, harus segera 2
ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Cara menghitung Skor tiap kriteria :

22
Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
Kriteria 1
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada masalah aktual/tidak/kurang
sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan
dirasakan oleh keluarga.
Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya
faktor-faktor sebagai berikut :
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah
 Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
 Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
 Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat
dan dukungan masyarakat
Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
 Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
 Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
 Adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu meni1ai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut.
Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan
keluarga.

PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

23
menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan, dengan menggunakan pendekatan SLKI dan SIKI.

PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan
mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
a. Memberikan informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara :
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara ;
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara :
a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Didasarkan kepada tindakan berupa pendidikan kesehatan dan terapi modalitas
keperawatan berdasarkan bukti/Evidance Base Praktice yang inovatif, dibuktikan

24
dengan melampirkan artikel jurnalnya.

EVALUASI
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu
kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan
SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Misal : Keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
0 : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait
dengan diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir.

B. Penerapan SDKI, SLKI dan SIKI


SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis. Standar ini merupakan
salah satu komitmen profesi keperawatan dalam memberikan perlindungan kepada
masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh anggota
profesi perawat. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ini dalam penyusunannya
telah disesuaikan dan dikembangkan dari Standar Praktik Keperawatan Indonesia
yang dikeluarkan oleh PPNI tahun 2009.
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial, bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

25
Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien sakit
maupun sehat. Respon-respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan
dan proses kehidupan yang dialami klien.Masalah kesehatan mengacu kepada respon
klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada
respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari
fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis
keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan.
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan
diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit
atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakkan diagnosis ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan
pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas diagnosis aktual dan diagnosis risiko. Diagnosis
positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi
yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan diagnosis promosi
kesehatan. Diagnosis negatif terdiri atas diagnosis aktual dan risiko. Diagnosis aktual
menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya
yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan
minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien. Diagnosis risiko menggambarkan
respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat
menyebabkan klien berisiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan
tanda/gejala mayor dan minor pada klien , namun klien memiliki faktor risiko
mengalami masalah kesehatan. Diagnosis positif disebut dengan diagnosis promosi
kesehatan yang menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah (problem)
atau label diagnosis dan indikator diagnostik. Masalah (Problem) merupakan label
diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau
penjelas dan fokus diagnostik. Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan
bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.
Indikator Diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor risiko.
Penyebab (Etiologi) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu : a). Fisiologis, biologis atau
psikologis, b). Efek terapi/tindakan, c). Situasional (lingkungan atau personal), dan d).

26
Maturasional.Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data obyektif
yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostik, sedangkan gejala merupakan data subyektif yang diperoleh dari hasil
anamnesis. Tanda/gejala dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : mayor :
tanda/gejala ditemukan sekitar 80%-100% untuk validasi diagnosis, minor :
tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung
penegakan diagnosis. Faktor Risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.
Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan
tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, hanya
memiliki faktor risiko. Sedangkan pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki
tanda/gejala yang menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih
optimal.
Proses penegakan diagnosis keperawatan merupakan suatu proses yang sistematis
yang terdiri atas tiga tahap, yaitu analisis data, identifikasi masalah dan perumusan
diagnosis. Pada perawat yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan secara
simultan, namun pada perawat yang belum memiliki pengalaman yang memadai
maka perlu melakukan latihan dan pembiasaan untuk melakukan proses penegakan
diagnosis secara sistematis.
Analisis data dilakukan dengan tahapan : Bandingkan data dengan nilai normal
yaitu data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai
normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna (significant cues). Kelompokkan
data yaitu tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan berdasarkan pola
kebutuhan dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan, eliminasi,
aktivitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas, nyeri/kenyamanan, integritas
ego, pertumbuhan/perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan/pembelajaran,
interaksi sosial, dan keamanan/proteksi. Proses pengelompokkan data dapat dilakukan
baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif dengan memilah data sehingga
membentuk sebuah pola, sedangkan secara deduktif dengan menggunakan kategori
pola kemudian mengelompokkan data sesuai kategorinya.
Identifikasi masalah yaitu setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama
mengidentifikasi masalah aktual, risiko dan/atau promosi kesehatan. Pernyataan
masalah kesehatan merujuk ke tabel diagnosis keperawatan.
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis

27
keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis yaitu penulisan tiga bagian
(Three Part), metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan tanda/gejala.
Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis aktual. Penulisan dua bagian
(Two Part), metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis
promosi kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia ini dalam penyusunannya telah disesuaikan dan
dikembangkan dari Standar Praktik Keperawatan Indonesia yang dikeluarkan oleh
PPNI tahun 2009
Luaran (Outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi
dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien, keluarga atau
komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan
menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan
(Germini et al, 2010 ; ICPN, 2015).
Luaran keperawatan dapat juga diartikan sebagai akhir intervensi keperawatan
yang terdiri atas indikator-indikator atau kriteria-kriteria hasil pemulihan masalah.
Luaran keperawatan merupakan perubahan kondisi yang spesifik dan terukur yang
perawat harapkan sebagai respons terhadap asuhan keperawatan. Luaran keperawatan
dapat membantu perawat memfokuskan atau mengarahkan asuhan keperawatan
karena merupakan respons fisiologis, psikologis, sosial, perkembangan, atau spiritual
yang menunjukkan perbaikan masalah kesehatan pasien.
Luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu luaran negatif dan luaran
positif. Luaran negatif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak sehat,
sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan. Sedangkan luaran positif
menunjukkan kondisi perilaku atau persepsi yang sehat sehingga penetapan luaran
keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan
untuk meningkatkan atau memperbaiki.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) terdiri dari Standar III
Perencanaan dimana perawat membuat rencana tindakan keperawatan atau intervensi
untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien dan Standar
IV Pelaksanaan Tindakan (Implementasi) dimana perawat mengimplementasikan

28
tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan, sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia menggunakan sistem klasifikasi yang
sama dengan klasifikasi SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi
International Classification of Nursing Practice (ICPN) yang dikembangkan oleh
International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991. pengklasifikasian intervensi
keperawatan dilakukan berdasarkan analisis kesetaraan (similarity analysis) dan
penilaian klinis (clinical judgement). intyervensi keperawatan yang bersifat
multikategori atau dapat diklasifikasikan kedalam lebih dari satu kategori, maka
diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang paling dominan pada salah satu
kategori/subkategori. Pada proses pengklasifikasian dihindari terjadinya rujukan
silang (cross-referencing), sehingga setiap satu intervensi keperawatan hanya
diklasifikasikan ke dalam satu kategori/subkategori. Setiap intervensi keperawatan
pada standar ini terdiri atas tiga komponen yaitu label, definisi dan tindakan.

C. Penyusunan Satuan Acara Pendidikan Kesehatan

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (Contoh)


GIZI KURANG

Topik : Kurang Gizi


Sub Topik : Pengertian, tanda dan gejala nkurang gizi, penyebab, langkah
perawatan dan pengobatan, komponen makanan yang dibutuhkan,
tindakan pencegahan kurang gizi.
Sasaran : Ibu yang mempunyai anak usia balita di kelurahan Karangklesem
Rt.01/Rw.05 Kecamatan Purwokerto Selatan.
Tempat : Balai Kelurahan Karangklesem
Hari/tanggal : Kamis, 25 Juni 2009
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Endah Nurkhayah

I. Analisa Data
A. Latar Belakang
Hasil penelitian diberbagai tempat dan di banyak negara menunjukkan bahwa
penyakit gangguan gizi yang paling banyak ditemukan adalah gangguan gizi
akibat malnutrisi energi dan protein (MEP). Ada dua bentuk MEP yaitu
marasmus dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya

29
disebabkan oleh kekurangan protein. Akan tetapi pada marasmus disamping
kekurangan protein terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada
kwashiorkor yang kurang hanya prtein, sementara kalori cukup. Marasmus
terjadi pada anak usia yang sangat muda yaitu pada bulan pertama setelah lahir,
sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.

B. Kebutuhan Peserta Didik


Ibu yang mempunyai anak usia balita di rt 01/Rw.05 keluarhan Karangklesem,
kecamatan Purwokerto Selatan, membutuhkan penguluhan tentang kurang gizi
dikarenakan banyak anak usia balita ditempat tersebut yang mengalami
pertumbuhan badan tidak sesuai dengan anak-anak seusianya.

C. Karakteristik Peserta Didik


1. Tingkat pengetahuan dasar : mayoritas ibu-ibu di Rt 01/Rw.05 kelurahan
Karangklesem menempuh pendidikan terakhir SMP.
2. Ekonomi : warga di Rt.01/Rw.05 kelurahan Karangklesem mayoritas
bekerja sebagai buruh (tukang kayu, tukang batu, kuli bangunan) yang
berpenghasilan sekitar Rp.30,000/hari. Selain untuk makan juga harus
mengeluarkan biaya untuk sekolah anak-anaknya dan untuk kebutuhan
rumah tangga lainnya. Minimnya penghasilan tersebut memungkinkan
kurangnya anggaran untuk pembelian makanan bergizi dan empat sehat
lima sempurna.
3. Sosial : interaksi dengan lingkungan sosialnya baik.
4. Kepercayaan : warga di rt.01/Rw.05 keluarahan Karangklesem mayoritas
beragama islam jadi untuk komponen makanan bergizi yang dicontohkan
penyuluh adalah makanan yang tidak dilarang oleh agama / halal.
5. Budaya : warga di Rt.01/Rw.05 keluarahan Karangklesem menganut
budaya Jawa, yang biasanya punya semboyan ” makan tidak makan yang
penting kumpul”, hal tersebut memicu keadaan masyarakat khususnya
balita yang menjadi kurang gizi karena makan seadanya.

II. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan mengenai kurang gizi, ibu-ibu dikelurahan
Karangklesem Rt.01/Rw.05 mampu merawat balitanya yang kurang gizi serta dapat
mencegah terjadinya kurang gizi.

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan mengenai kurang gizi selama 1 X 30 menit ibu-ibu
dikelurahan Karangklesem Rt.01/Rw.05 mampu :
a. Menjelaskan pengertian tentag kurang gizi dengan benar
b. Menyebutkan tiga macam tanda kurang gizi (marasmus dan kwashiorkor)
dengan benar
c. Menyebutkan penyebab kurang gizi dengan benar
d. Menyebutkan langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk mengatasi
masalah kurang gizi dengan benar
e. Menyebutkan kembali makanan yang diperlukan untuk mengatasi kurang gizi
dengan benar (disertai demonstrasi menu makanan 4 sehat 5 sempurna)
f. Menjelaskan beberapa tindakan pencegahan masalah kurang gizi dengan benar

IV. Materi (terlampir)

30
a. Pengertian tentang kurang gizi
b. Tanda-tanda kurang gizi (marasmus dan kwashiorkor)
c. Beberapa penyebab masalah kurang gizi
d. Langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk mengatasi masalah kurang
gizi
e. Komponen makanan yang diperlukan untuk mengatasi kurang gizi
f. Tindakan pencegahan masalah kurang gizi

V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi

VI. Media dan Alat Pengajaran


a. Media lembar balik, leaflet, gambar, foto
b. Alat piring, kotak makanan
c. Bahan menu makanan 4 sehat 5 sempurna (nasi putih, daging ayam, tahu,
tempe, telur, susu, jeruk, dan sayuran hijau

VII. Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1 Pembukaan  Memberikan salam  Menjawab salam
5 menit  Perkenalan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan TIU dann TIK memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2 Inti  Menanyakan (review) kepada  Menjawab
15 menit ibu-ibu tentang definisi kurang gizi pertanyaan
menurut pengetahuan ibu-ibu penyuluh
 Menjelaskan materi tentang :  Mendengarkan dan
a. Pengertian tentang kurang gizi memperhatikan
b. Tanda-tanda kurang gizi  Bertanya pada
c. Beberapa penyebab masalah penyuluh bila masih
kurang gizi ada yang belum
d. Langkah-langkah pengobatan jelas
dan perawatan untuk mengatasi  Ikut berpartisipasi
masalah kurang gizi aktif dalam
e. Komponen makanan yang menyiapkan
diperlukan untuk mengatasi makanan 4 sehat 5
kurang gizi (disertai demonstrasi sempurna
menyiapkan makanan 4 sehat 5
sempurna)
f. Tindakan pencegahan kurang
gizi
g. Memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk menanyakan
materi yang belum jelas
h. Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan
3 Evaluasi  Meminta beberapa ibu-ibu untuk  Menyebutkan dan

31
8 menit menjawab pertanyaan penyuluh menjelaskan
 Memberikan reward jika jawaban
benar dan membetulkan jika masih
ada kekurangan
4 Penutup  Mengucapkan salam penutup  Memperhatikan
2 menit  Menjawab salam

VIII. Evaluasi
Jenis post test dalam bentuk pertanyaan lisan yaitu :
a. Jelaskan pengertian kurang gizi
b. Sebutkan tiga macam tanda kurang gizi (marasmus dan kwashiorkor)
c. Sebutkan penyebab kurang gizi
d. Apa saja makanan yang diperlukan untuk mengatasi kurang gizi ?
demonstrasikan variasi makanan 4 sehat 5 sempurna !
e. Jelaskan langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk mengatasi kurang
gizi
f. Jelaskan 3 dari 5 tindakan pencegahan masalah kurang gizi
IX. Referensi
Madi, Kus (2008). Kurang gizi di Indonesia. Diambil pada tanggal 19 Juni 2009.
http://www.google.com
Smith, Tony (2001). Kurang gizi pada anak. Harian Pelita. Pp.9
_________.(2007). Diit gizi kurang dan lebih. Diambil pada tanggal 18 Juni 2009.
http://www.google.com.
_________.(2004). Rencana aksi nasional pencegahan dan penanggulangan gizi
buruk 2005 – 2009. Diambil pada tanggal 22 Juni 2009.
http://www.gizi.net/busung-lapar/RAN-OK.doc.
Lampiran materi : KURANG GIZI
Pengertian
Kurang gizi adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan energi dan
protein (marasmus) serta kekurangan protein saja (kwashiorkor). Baik marasmus
maupun kwashiorkor keduanya disebabakan oleh kekurangan protein. Akan tetapi
pada marasmus disamping kekuarangan protein terjadi juga kekurangan energi.
Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup.
Istilah marasmus berasal dari bahasa Yunani yang sejak lama digunakan sebagai
istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat
bedannya sangat kurang dari berat badan seharusnya.
Tanda dan gejala kurang gizi
Tanda dan gejala utama penderita marasmus adalah sebagai berikut :
1. Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat
jelas. Berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan seharusnya menurut
umur.
2. muka anak tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang
yang telah berusia lanjut. Oleh karena tubuh anak sangat kurus, maka kepala
anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan dengan badannya.
3. kekuarangan zat gizi yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin a, dan zat
besi serta sering juga anak menderita diare.
Ada empat tanda dan gejala yang selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor
yaitu sebagai berikut :
1. Adanya penumpukan cairan pada kaki, tumit dan bagian tubuh

32
2. Pertumbuhan badan tidak mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai
dengan umurnya
3. Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan
tidak ada selera makan
4. Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih
tampak adanya sedikit lapisan lemak dibawah kulit
Penyebab Kurang Gizi
Ada beberapa penyebab kurang gizi, diantaranya yaitu :
1. Jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat
2. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi tubuh
3. Lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena
sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi
4. Kurangnya pengetahuan orangtua terutama ibu mengenai gizi
5. Kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit
6. Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan
Langkah pengobatan dan perawatan
Pada penderita kurang gizi yang parah sebaiknya dibawa kepusat pelayanan
kesehatan untuk mencapai keadaan gizi yang optimal.
Pemberian makan pada penderita marasmus dan kwashiorkor :
1. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan berat badan dan umur serta
keadaan penderita
2. Tinggi kalori untuk penambah energi
3. Tinggi protein, vitamin dan mineral
4. Banyak cairan diatur untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Makanan mudah dicerna
6. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penderita
Pengobatan marasmus cenderung lebih kompleks karena masing-masing
penyakit yang menyertai harus diobati satu persatu. Penderita sebaiknya dirawat di
rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan
pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi penderita terus
diperbaiki hingga sembuh.
Komponen makanan yang dibutuhkan
1. Karbohidrat : beras, jagung, kentang, gandum, ubi-ubian
2. Lemak : daging ayam, daging sapi
3. Protein : tahu, tempe, telur, ikan
4. Vitamin : sayuran dan buah-buahan
5. Mineral : susu, kuning telur, keju
6. Air
Pencegahan
1. Meningkatkan kasih sayang dan perhatian orangtua terhadap anak-anaknya
2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya makanan
bergizi yang baik bagi tubuh
3. Memodifikasi lingkungan rumah dan sekitar yang bersih dan sehat
4. Pemberian ASI selama 2 tahun bagi bayi
5. Memberikan makanan bergizi seimbang sebagai menu sehari-hari bagi keluarga
6. Pemerintah ataupun para wiraswasta menciptakan lapangan pekerjaan baru
untuk perbaikan taraf hidup masyarakat.

33
BAB III. SISTEM PENILAIAN

A. Indikator :
1. Merujuk pada CPL, CPMK dan Kompetensi skill intinya
2. Membuat laporan portofolio atau dokumentasi yang berisi :
a. Asuhan keperawatan keluarga lengkap (pengkajian dan analisis data,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)
b. Lampiran kelengkapan Askep meliputi : SAP+Leaflet, foto kegiatan,
daftar hadir, dan artikel jurnal
c. Kinerja harian individu
3. Membuat DOPS (Directly Observed Procedural Skill)
Laporan hasil tindakan keperawatan berupa pendidikan kesehatan atau terapi
modalitas dibuktikan dengan unggahan video yang akan dinilai dengan metode
DOPS.
4. Membuat laporan kasus yang dipresentasikan

B. Instrumen untuk mengukur efektivitasnya


Metode evaluasi pelaksanaan praktik Early Exposure dilakukan dengan menilai
Porthofolio atau dokumen askep beserta lampirannya, DOPS dan SOCA/Student
Oral Case Analysis. Evaluasi pelaksanaan praktik dilakukan dikampus jika situasi
dan kondisi memungkinkan, tetapi jika belum bisa dilakukan dikampus akan
dilakukan evaluasi dengan menggunakan metode conference online.

C. Komponen dan Standar Penilaian


Komponen sebagai penilaian akhir dari praktik keperawatan keluarga adalah
sebagai berikut :
No Komponen Penilaian Bobot Nilai Rerata Hasil
(a) (b) (a) X (b)
1. Kinerja harian individu (log book) 15%
2. SOCA (Student Oral Case Analisis) 35%
3. Laporan Askep Keluarga 30%
4. DOPS Video 20%
Jumlah Nilai (Hasil 1+2+3+4) 100%

34
Standar pembakuan skor nilai menggunakan rentang nilai 0 – 100 mengacu pada
sistem PAP (Penilaian Acuan Patokan) yang berlaku sebagai berikut :

Grade Bobot Nilai Keterangan


Summa Cum
A 4,00 86-100 Lulus
Laude
A- 3,67 81-<86 Magna Cum Laude Lulus
B+ 3,33 76-<81 Cum Laude Lulus
B 3,00 71-<76 Sangat Baik Lulus
B- 2,67 66-<71 Baik Lulus
C+ 2,33 61-<66 Cukup Mengulang ujian
C 2,00 56-<61 Kurang Mengulang ujian
Mengulang ujian
D 1,67 51-<56 Sangat kurang
dengan penugasan
Mengulang
E 0 0-<51 Gagal
seluruhnya

35
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell W.(2015). NANDA international. Nursing Diagnoses, Definitions and


Classification 2015-2017. Ed 10th

Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM (2013). Nursing Interventions


Classification (NIC). Ed.6th Elsevier Mosby.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2013). Family nursing:
Research,theory & practice. New Jersey: Prentice Hall.

Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo & Hanson (2010). Family health care nursing:Theory,
practice & Research. Philadelphia: FA Davis Company.

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E(2013). Nursing Outcomes


Classification (NOC). Ed.5th Elsevier Mosby.

Neufeld & Harrison (2010). Nursing and family care giving: social support andnon
support. New York: Springer publishing company.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Wright & Leahey (2009). Nurses and families: A guide to family assessmentand
intervention. 5th ed. Philadelphia: FA. Davis Company .

36
Lampiran 1

FORMAT PENILAIAN KINERJA HARIAN INDIVIDU (LOG BOOK)

Nama Mahasiswa : ….…………………………………………………………..


NIM : ….…………………………………………………………..
Tempat Praktik : ….…………………………………………………………..

No Kinerja Bobot Skor Nilai


1 2 3 4
1 Interpersonal : 10
a. Komunikasi dengan pembimbing 5
b. Komunikasi dengan sumber yang ada di 5
masyarakat
2 Knowledge : 30
a. Pengetahuan dalam mengkaji. 5
b. Kemampuan analisa masalah. 10
c. Kemampuan mengkaitkan rencana 5
intervensi dengan masalah.
d. Kemampuan analisa terhadap 5
tindakan.
e. Menggunakan konsep dan teori. 5
3 Keaktifan : 35
a. Keaktifan mengikuti bimbingan 10
b. Keaktifan dalam kinerja harian tertulis 15
pada logbook
c. Keaktifan dalam mengikuti konferen 10
4 Etika dan Legal : 25
a. Kemampuan menjaga hubungan baik
dengan klien/ kelompok. 7
b. Kejujuran dalam pendokumentasian
perasat (persiapan, pelaksanaan,
evaluasi). 8
c. Pendokumentasian tindakan dengan
bertanggungjawab dan bertanggung-
gugat. 10
Jumlah 100

Catatan : Purwokerto, ………………


…………………………………………… Tanda tangan Pembimbing
……………………………………………
…………………………………

Nilai = Bobot X Skor ………………………………


4

37
Lampiran 2

FORMAT PENILAIAN STUDENT ORAL CASE ANALISIS (SOCA)

Nama Mahasiswa : ….…………………………………………………………..


NIM : ….…………………………………………………………..
Dx. Kep. Utama : ….…………………………………………………………..

No Point Penilaian Bobot Skor Nilai


1 2 3 4
1 Review kasus secara umum 15
Kemampuan mahasiswa dalam menyusun peta konsep
dan menjelaskan hubungan diagnose dengan kondisi lain
seperti etiologi, faktor resiko dan faktor predisposisi dan
pemeriksaan penunjang
2 Patofisiologi dan Pathway 15
Kemampuan mahasiswa menjelaskan mekanisme
terjadinya suatu ganguan pada pasien dengan tanda
gejala,hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
3 Diagnosis keperawatan 20
Kemampuan mahasiswa dalam membuat diagnosa
keperawatan dan memprioritaskan yang didukung
dengan data lengkap dan membuat pathway diagnosis
keperawatan berdasarkan kondisi pasien
4 Intervensi keperawatan 15
Manajemen dan penatalaksanaan kemampuan
mahasiswa dalam menjelaskan berbagai jenis intervensi
keperawatan.
5 Evaluasi 15
Kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi dari semua
implementasi yang telah dilakukan termasuk prognosis
pasien
6 Presentasi Kasus 10
Penyajian mernarik dan memahami kasus yang
dipresentasikan
7 Evaluasi diri 10
Mampu menjelaskan kelebihan-kelebihan dan
kekurangan yang telah dilakukan
Jumlah 100

Keterangan penilaian :
Purwokerto, …………………………….
Tidak mampu (1) Kurang Mampu (2)
Cukup mampu (3) Mampu (4)
Tanda tangan Pembimbing

Nilai = Bobot X Skor ………………………………


4

38
Lampiran 3

FORMAT PENILAIAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : ….………………………………………………………….


NIM : ….………………………………………………………….
Tempat Praktik : ….………………………………………………………….

Skor Nilai
No Aspek yang dinilai Bobot
1 2 3 4
1. Pengkajian
 Mengumpulkan data secara spesifik
 Menuliskan jenis data secara lengkap
20
 Melengkapi data penulisan
 Mengumpulkan data penunjang
 Menuliskan masalah keperawatan/analisa data
2. Diagnosa keperawatan
 Rumusan diagnosa benar sesuai dengan panduan SDKI 15
 Diagnosa keperawatan sesuai kondisi klien
3. Perencanaan
 Menganalisa data
 Mempriotasikan masalah
 Merumuskan masalah keperawatan
25
 Menuliskan kriteria evaluasi/outcame (SLKI)
 Menguraikan tindakan untuk penyelesaian masalah
keperawatan pasien bersifat operasional (SIKI)
 Pendokumentasian rencana asuhan keperawatan
4. Implementasi
 Menggunakan komunikasi terapeutik
 Melibatkan klien, keluarga, petugas dalam intervensi
 Menggunakan alat secara efisien/sesuai kebutuhan
 Memperhatikan kualitas alat (steril/bersih)
25
 Langkah – langkah tindakan sesuai dengan prinsip, efektif
& efisiensi
 Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
 Pendokumentasian tindakan keperawatan
 Melampirkan artikel jurnal EBP
5. Evaluasi
 Menuliskan evaluasi formatif (SOAP)
15
 Menuliskan evaluasi sumatif
 Mencatat di indeks/pendokumentasian
Jumlah 100

Keterangan : Purwokerto, …………………


Nilai 1 : Apabila hanya 25% komponen penilaian tercapai Tanda Tangan Pembimbing
Nilai 2 : Apabila hanya 50% komponen penilaian tercapai
Nilai 3 : Apabila hanya 75% komponen penilaian tercapai
Nilai 4 : Apabila 100% komponen penilaian tercapai
………………………......…..

Nilai = Bobot X Skor


4

39
Lampiran 4

FORMAT PENILAIAN
DOPS (DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL) DARI VIDEO

Nama Mahasiswa : ….…………………………………………………


Hari/Tanggal : ….…………………………………………………
Tempat Praktik : ….…………………………………………………

No Aspek Yang dinilai Bobot Skor Nilai


1 2 3 4
1. Persiapan 15
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memberitahu pasien/mengulang
kontrak
2. Fase Orientasi 15
a. Menjelaskan tujuan
b. Menjelaskan prosedur tindakan
c. Mencuci tangan
3. Fase Kerja 40
a. Menjaga privacy
b. Melibatkan pasien/keluarga
c. Komunikasi terapeutik
d. Penggunaan alat efisien
e. Penerapan prinsip kerja bersih/steril
f. Tindakan sistematik
g. Waktu efektif
4. Fase Terminasi 20
a. Merapikan pasien
b. Cuci tangan
c. Melakukan evaluasi
d. Menjelaskan rencana tindak lanjut
5. Performance mahasiswa : attitude, 10
sistematik dan komunikasi
Jumlah 100

Keterangan : Purwokerto, …………………..


Nilai 1 : Apabila hanya 25% komponen penilaian tercapai
Nilai 2 : Apabila hanya 50% komponen penilaian tercapai Pembimbing
Nilai 3 : Apabila hanya 75% komponen penilaian tercapai
Nilai 4 : Apabila 100% komponen penilaian tercapai

….………………………………
Nilai = Bobot X Skor
4

40

Anda mungkin juga menyukai