i
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19
ii
Buku Panduan Panum (Kepanitraan Umum)
Penyusun :
TIM DOSEN Prodi Pendidikan Profesi Ners FKK Unimerz
Editor :
Syaiful
ISBN :
Penerbit:
PT. Isam Cahaya Indonesia
Jl. Keberkahan I Blok AD 1308 Perumnas Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Makassar -
Sulawesi Selatan
Telp. 082291496700 - 085242430145
www.isamcahaya.com
email: infoisamcahaya@gmail.com
Tahap profesi merupakan bagian tak terpisahkan dari program pendidikan keperawatan
setelah menyelesaikan tahap akademik. Mahasiswa yang akan mengikuti tahap ini akan terbagi
dalam kelompok sebagai proses pembelajaran mereka untuk mencapai kompetensi dalam kerja
kelompok yang dinamis. Namun, dengan adanya pandemic covid-19 mengharuskan kita untuk
tetap mematuhi protokol kesehatan dalam setiap aktivitas. Sebelum dilaksanakan praktik profesi
maka akan dilaksanakan kepanitraan umum (panum) untuk mengasah Skill mahasiswa untuk siap
menjalani program praktik profesi
Buku panduan ini dibuat sebagai acuan kerja bagi mahasiswa yang akan menjalankan
Kepanitraan Umum (Panum) selama masa pandemic Covid-19. Buku ini berisi semua informasi
pelaksanaan praktik klinik tahap profesi selama masa pandemic Covid-19.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh tim yang telah menyusun buku ini. Tim
penyusun mengharapkan agar buku panduan ini dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya
oleh mahasiswa dalam rangka proses pembelajaran sebelum pelaksaan praktik profesi Ners
selama masa pandemic covid-19.
TIM Penyusun
Ttd
Praktik Profesi merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program Profesi
Ners pada Program Studi Pendididkan Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Megarezky. Kepanitraan umum (panum) dilaksanakan sebagai prasyarat mengikuti
praktik profesi Ners.
Buku panduan ini di susun oleh TIM Dosen Prodi Pendidikan Profesi Ners pada umumnya
yang bertujuan untuk sebagai acuan dan pedoman yang di gunakan untuk mahasiswa, Preseptor di
lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Ners digunakan untuk persiapan praktik profesi ners.
Harapan kami, Buku Pedoman ini dapat berguna dalam meningkatkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, sehingga Kualitas praktik mahasiswa bisa lebih baik Lagi.
Ttd
VISI
“Menjadi fakultas kesehatan komunitas yang unggul di bidang teknologi di tingkat nasional
pada tahun 2034”
MISI
TUJUAN
1. Menhasilkan Lululusan Keperawatan, Kebidanan dan gizi yang unggul, bermoral, mandiri dan
berwawasan global dalam bidang komunitas yang berdaya saing d tingkat nasional maupun
internasional
2. Mengahsilkan karya ilmiah yang berbass komunitas dalam bidan keperawatan, kebidanan, dan
gizi yang berkualitas
3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang bermutu, berkualitas dan adanya
daerah binaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan
implementasi ilmu pengetahuan dan teknologidi bidang kesehatan
4. Menciptakan tata kelola Fakultas Keperawatan dan kebidanan yang kredibel, akuntabel,
transparan dan optimalisasi teknologi informasi
VISI
“Menjadi program studi yang menghasilkan
Lulusan yang unggul di bidang keperawatan komunitas
berbasis teknologi di tingkat nasional pada tahun 2034”
MISI
1. Melaksanakan Sistem Pendidikan dan Pengajaran Profesi Ners yang unggul di bidang
keperawatan komunitas (home care) berbasis Teknologi
2. Melaksanakan Penelitian Keperawatan di bidang keperawatan komunitas untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keperawatan
3. Melaksanakan pengabdian Masyarakat di bidang keperawatan komunitas dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
4. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan Mutu
penyelenggaraan Program studi
TUJUAN
A. Latar belakang
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, sehingga derajat kesehatan
dapat dicapai secara optimal. Mengacu pada kurikulum pendidikan NERS, Praktik
Kepanitraan umum ini merupakan bentuk belajar aktif dan merupakan praktik
Dengan adanya pademi Covid-19, buku panduan ini dibuat untuk memenuhi
Profil lulusan pendidikan ners telah dibuat berdasarkan hasil lokakarya yang
melibatkan stakeholder (masyarakat, rumah sakit, puskesmas, departemen kesehatan
dan organisasi/institusi pelayanan kesehatan lainnya. Termasuk organisasi profesi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terhadap tampilan ners profesional
(………………………………..)
Total Nilai
7. Reference
Ester, M., & Hidayat, A. A. A. (2019). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
EGC.
Kementrian Kesehatan (2015) Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Tra
nsfusi_Pelayanan_Darah_.pdf
Kiswari, R. (2014). Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.
Komis Transfusi RS Saiful Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (2015).
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TRANSFUSI-DARAH.pdf
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2005). Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar. EGC.
Sirait Robert Hotman. (2015). Bahan Kuliah Transfusi darah.
http://repository.uki.ac.id/2787/1/Transfusidarah20182.pdf
1. Pengertian :
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menenetukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara inpeksi,
palpasi, perkusi dan auslkultasi. pemeriksaan fisik paru merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan pengkajian fisik pada pasien yang
mengalami abnormalitas sistem pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
2. Tujuan :
a. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
b. Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernapasan.
c. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa,peradangan,taktil fremitus.
d. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
e. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
f. Menganalisis hasil pengkajian
3. Indikasi
Pada pasien dengan gangguan system respiratory
4. Kontraindikasi
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Pada pasien yang terdapat luka bakar atau fraktur pada area dada.
5. Lama waktu
Menyesuaikan
6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai 1 2 3
I. Persiapan dan Orientasi
1. Menyiapkan alat dan bahan:
a. Handscoon bersih
b. Stetoskop
c. Jam tangan
2. Mencuci tangan
3. Memakai handscoon bersih
4. Menjaga privasi klien
5. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
6. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepeda klien dan keluarga
II Fase Kerja
1. Inspeksi
a. Perhatikan bentuk dan kesitmetrisan dada , normalnya adalah 2:1
antara diameter transversum dengan anteroposterior . pada
keadaan abanormal kadang diameternya hampir sama (empisema)
. selain itu bisa juga ditemukan bentuk dada yang dada menonjol
kedepan ( vektus karinatum) dan bentuk dada cembung
kebelakang (vektus eskapatum )
b. Selanjutnya perhatikan pergerakan dada, apakah ada terdapat dada
yang melambat atau tidak . perhatikan pula otot-otot bantu
pernapasan saat pasien bernapas , apakah ada retraksi di
substernal, intraclavicula dan otot pernapasan lainnya serta upaya
bernapas.
c. Perhatikan pula pulsasi jantung yang biasanya terdapat pada sela
iga ke lima .
2. Palpasi
a. Lakukan palpasi secera general , perhatikan apakah ada Area
nyeri tekan, teraba tumor dan Ekspansi dada dengan meletakkan
telapak tangan kebagian dada secara bergantian dari atas
kebawah.
b. Setelah itu telapak tangan pemeriksa diletakkan pada dada atau
punggung klien. Minta klien menyebut 99 atau 77 untuk
mengetahui taktil fremitus. Catat jika ditemukan perbedaan taktil
fremitus.
c. Palpasi iktus cordis di ICS 5 midclavikula.
3. Perkusi
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
a. Lakukan perkusi paru anterior , Mulai dari atas klavikula ke
bawah pada setiap spasium interkostal
b. Bandingkan suara sisi kanan dan kiri normalnya adalah sonor.
Bisa pula didapatkan hipersonor apabila komponen udara lebih
banyak dari komponen padat (empisema), dan redup apabila
komponen udaranya lebih sedikit dibandingkan padatya
(peneumonia), dan perkusi suara pekak apabila tidak ada
komponen udara (efusi fleura).
c. Selanjutnya tentukan batas paru dan hati, lakukan perkusi dari
arah cranial ke caudal sepanjang garis mid clavicula (Pada laki-
laki biasanya melewati papilla mammae) di tiap sela iga hingga
terjadi perubahan dari suara sonor hingga redup , Tandai batas
paru dan hati dengan adanya suara resonan ( sela iga 6).
d. Seetelah itu tentukan batas paru dengan lambung dengan
berpatokan pada dari garis aksila anterior di tiap sela iga.
Perhatikan perubahan Suara dari sonor ke timpani , biasanya
pada sela iga 8 . Catat perubahan yang didadapatkan .
4. Auskultasi
a. Gunakan diafragma steteskop untuk auskultasi pada bagian dada
( lapang paru ) secara menyeluruh dan Minta klien bernapas
dengan normal .normalnya
b. Auskultasi dengan menggunakan stetoskop dari daerah trakea
(normal = bronchial), percabangan bronkus (normal=
bronkhovesikuler), dan kedua lapang paru (normal = vesikuler)
Keterangan :
1. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
3. Dilakukan dengan sempurna
(.....................................)
7. Referensi
Murwani, A. (2009). keterampilan dasar praktek klinik keperawatan. Fitramaya.
Priharjo, R. (1996). pengkajian fisik keperawatan.
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-
hepatologi/pemeriksaan-fisik-abdomen/teknik
https://youtu.be/Q7Vh4sZ8N84
1. Pengertian
pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menenetukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara inpeksi,
palpasi, perkusi dan auslkultasi. Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur
diagnostik yang rutin dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait
sistem gastrointestinal seperti diare,gastritis massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen.
2. Tujuan
a. Menjelaskan riwayat kesehatan terkait dengan pengkajian perut
b. Menjelaskan ciri-ciri normal dan abnormal perut dan stukturnya
c. Mengidentifikasi persiapan yang di perlukan
2. Auskultasi
a. Siapkan stetoskop, hangatkan bagian diafragma stetoskop.
b. Tanyakan klien tentang waktu makan terakhir kali dan minta
klien mengosongkan kandung kemih.
c. Gunakan bagian diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising
usus, dan bell untuk mendengarkan pembuluh darah
d. Letakkan diafragma stetoskop pada keempat kuadran abdomen,
suara peristaltik terdengar setiap 5-20 detik ( 5-30x/menit)
Keterangan :
a. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
b. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
c. Dilakukan dengan sempurna
(.....................................)
NILAI AKHIR = x 100%
=
7. Referensi
1. Pengertian :
3. Fase Kerja
I. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
4. Terminasi
1
2
5. Dokumentasi
Total Nilai
Keterangan :
a. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
b. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
c. Dilakukan dengan sempurna
(.....................................)
NILAI AKHIR = x 100%
=
A. Pengertian
Fisioterapi dada merupakan salah satu tindakan untuk membantu mengeluarkan dahak di paru
dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural,
tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
B. Tujuan
1. Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan
nafas.
2. Untuk mencegah terkumpulnya dahak dalam saluran nafas
3. Mempercepat pengeluaran dahak sehingga tidak terjadi atelektasis
4. Memudahkan pengeluaran dahak
C. Indikasi
Pofilaksis (antibiotik) untuk mencegah penumpukan secret yaitu pada pasien :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien dengan tirah baring lama
3) Pasien dengan produksi sputum meningkat
4) Pasien dengan batuk yang tidak
efektif Mobilisasi sekret yang tertahan
1) Pasien dengan atelectasis ( pengkerutan paru-paru/collaps ) yang disebabkan
oleh sekret
2) Pasien dengan absesparu ( penumpukan pus di paru )
3) Pasiendengan pneumonia
4) Pasien pre dan post operatif
F. Prosedur tindakan
A. PENDAHULUAN
Analisis gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan
untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat
digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Sel-sel darah merah
mengangkut oksigen dan karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke
seluruh tubuh. Saat darah melewati paru-paru, oksigen masuk ke dalam darah
sementara karbon dioksida terlepas dari sel darah dan keluar ke paru-paru. Dengan
demikian pemeriksaan analisa gas darah dapat menentukan seberapa baik paru-paru
dalam bekerja memindahkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon
dioksida dari darah. Ketidakseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat
pH darah dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu.
Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang tidak terkontrol,
pendarahan, keracunan zat kimia, overdosis obat, dan syok. Gas darah arteri
memungkinkan untuk pengukuran pH dan juga keseimbangan asam basa, oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
3. Mekanisme ginjal
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Indikasi
Periksaan AGD akan memberikan hasil pengukuran yang tepat dari kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini dapat membantu dokter
menentukan seberapa baik paru-paru dan ginjal bekerja. Biasanya dokter
memerlukan tes analisa gas darah apabila menemukan gejala-gejala yang
menunjukkan bahwa seorang pasien mengalamai ketidakseimbangan oksigen,
karbon dioksida, atau pH darah. Gejala yang dimaksud meliputi:
b. Sulit bernafas
c. Kebingungan
d. Mual
Perlu diingat bahwa ini merupakan gejala dari suatu penyakit yang
menyebabkannya seperti pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik,
“PPOK”. Di sisi lain, apabila dokter sudah mencurigai adanya penyakit,
maka pemeriksaan analisa gas darah juga akan diperlukan, seperti pada
kondisi-kondisi di bawah ini:
pH : 7, 35-7, 45
BE : 0 ± 2 mEq/L
SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik:
1) Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi
kronik, PPOK, penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat
gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai
PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
2) Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran
O2 oleh alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik
hiperventilasi dan polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya
angkut oksigen.
SI : 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang
bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang
bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik:
1) Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah,
emfisema, dan aldosteronisme
2) Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik
asidosis dan hiperventilasi
REFERENSI
1 2 3
1 Persiapan alat
1. Sabun antiseptik
2. Westafel dan air mengalir
3. Handuk bersih dan kering/
pengering
2 Persiapan diri
1. Lepas semua assesoris yang ada
pada tangan
2. Gulung lengan baju sampai
lengan siku
3 Pelaksanaan
1. Mengalirkan air
2. Basahi air dengan air
3. Tuang
sabun/antiseptik
secukupnya
4. Gosok telapak tangan dengan
mengikuti arah Gerakan
rotasi
5. Bersihkan sela-sela jari dengan
menggunakan telapak tangan
untuk membersihkan yang lain
6. Jalinkan jari jemari kedua
telapak tangan saling
berhadapan kemudian digosok
7. Gosok telapak tangan dengan
jari secara berlawanan
Keterangan : Makassar, 20
1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna
Referensi :
Alman. 2000. Fundamental & Advanced Nursing Skill. Canada: Delmar Thompson,
Learning Publisher.
Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.
EGC, Kedokteran.
Merangsang hormon prolaktin dan oksitosin sehingga produksi ASI bisa lancar
3. Indikasi
Adanya penyakit jantung, DM, tumor payudara, pre eklamsi dan eklamsi serta ibu yang
dirawat di ICU.
5. Lama Waktu
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah persalinan.
Dilakukan 2x sehari.
6. Prosedur
8. Pengurutan 2 :
Satu telapak tangan menopang payudara, sedang tangan
lainnya mengurut payudara dari pangkal menuju puting
susu.
10. Bersihkan minyak kelapa (VCO) / olive oil / baby oil yang
menempel pada sekitar payudara dengan air hangat
kemudian keringkan dengan handuk bagian atas.
11. Stimulasi refleks oksitosin pada bagian punggung ibu
dengan memijat.
Carilah tulang cervical vertebrae (yang menonjol pada
tengkuk / leher belakang)
Dari titik tonjolan tadi turun ke bawah ±2 cm dan
kanan-kiri ± 2 cm, posisikan jari untuk memijatnya
(gunakan jempol atau punggung telunjuk kiri dan
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
kanan)
Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar secara
perlahan-lahan lurus ke arah bawah hingga batas garis
bra.
Keterangan:
1. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator
3. Dilakukan dengan sempurna
7. Referensi
Andriani, dkk. (2019). Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum.
Jurnal Pengabdian Mitra Masyarakat (JPMM) Vol. 1 No. 2 Oktober 2019. ISSN
: 2656-8241 e-ISSN : 2656-9000.
Ekawati. (2018). Efektivitas Kombinasi Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin
terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Nifas di Ruang Melati RSUD Dr.
Soegiri Lamongan. Sain Med Jurnal Kesehatan. Vol. 10, No. 1, Juni 2018.
ISSN 2085-3602.
Karjatin. (2016). Praktikum Keperawatan Maternitas. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Pusdik SDM Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Ratna, Waode. (2017). Efektivitas Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Terhadap
Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas Post SC di RSU Bahteramas Kendari Sulawesi
Tenggara Tahun 2017. Poiteknik Kesehatan Kendari.
1. Pengertian
Pemeriksaan sistem muskoloskeletal merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan
fisik yang meliputi pemeriksaan tulang, persendian dan otot.
2. Tujuan
a. Memperoleh data dasar tentang fungsi otot, tulang dan persendian
b. Mengetahui mobilitas otot (range of motion) pasif dan aktif
c. Mengetahui tonus otot
d. Mengetahui kekuatan otot
e. Mengetahui adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal
3. Indikasi
a. Pasien yang diduga mengalami gangguan neuromuskuloskeletal
b. penurunan tingkat kesadaran
c. Kelemahan otot
d. Fase rehabilitasi fisik
e. Klien dengan tirah baring lama
4. Kontra Indikasi
3 Fase Kerja
5. Pemeriksaan kaki dan tulang belakang
- Berdiri di belakang pasien, minta pasien berdiri tegak
- Inspeksi bentuk kaki dan cara berjalan, catat adanya kelainan
- Inspeksi kurvatura tulang belakang, kesimetrisan bahu,
pinggul, dan tulang belakang.
- Inspeksi adanya kelainan berupa lordosis, kifosis, dan
skoliosis
6. Pemeriksaan otot
a. Massa Otot
- Inspeksi kontur massa otot. Catat jika terdapat kelaianan
berupa atrofi otot.
b. Kekuatan Otot
- Minta pasien melawan tahanan pemeriksa
- Mengukur kekuatan otot dengan skala Arbitrer:
0 = Tidak ada (Tidak ada kontraksi)
1 = Sangat lemah (Hanya ada sedikit kontraksi)
2 = Lemah (Gerakan dibatasi oleh gravitasi)
3 = Cukup kuat (Gerakan melawan gravitasi)
4 = Baik (Gerakan melawan gravitasi dengan sedikit
tahanan)
6
Makassar, 20
Evaluator,
(……………………………..)
6
NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100%
5
=
7. Reference
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing; consept, process and
practice, (fourth edition) California: Addison - Wesley Publishing CO.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1996). Fundamentals of Nursing: Concept, Process &
Practice. (third edition). St. Louis: Mosby - Year Book
Perry, A.G. & Potter, P.A. (1994). Clinical Nursing Skills & techniques (third
edition). St. Louis: Mosby - Year Book.
Priharjo, R., (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
1. Pengertian : Pemeriksaan Palpasi atau Leopold adalah pemeriksaan dengan menggunakan indra peraba yaitu
tangan untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan tekstur dan mobilitas. Palpasi dibutuhkan
kelembutan dan sensitifitas untuk itu hendaknya menggunakan jari. Palpasi berguna untuk mengkaji posisi,
tekstur, konsistensi, bentuk massa dan pulsasi janin.
2. Tujuan :
a. Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat di fundus uteri.
b. Untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi lateral maternal
c. Untuk menentukan bagian janin yang terdapat dibagian bawah dan apakah presentasi terbawah sudah atau
belum terpegang oleh pintu atas panggul
d. Untuk menentukan seberapa besar masuknya presentasi terbawah janin ke rongga panggul
3. Indikasi :
a. Pasien yang positif hamil
b. Mendeteksi kondisi patologis kehamilan
c. Mendeteksi kemajuan kehamilan
d. Mempersiapkan persalinan
4. Kontraindikasi :
a. Pasien yang tidak hamil
b. Kehamilan masih < 20 minggu
c. Ibu hamil yang perdarahan tanpa sebab yang jelas
d. Ibu hamil dengan tanda persalinan premature
e. Ibu hamil dengan nyeri tekan panggul yang intens
6. Prosedur
Nilai
No. Aspek Yang Dinilai 1 2 3
A. Persiapan Alat
1. Ranjang Obstetrik
2. Selimut
3. Stetoskop monoaural/laenec atau dopler
4. Meteran
C. Fase Kerja :
1. Persiapkan ibu untuk berbaring
2. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak
jelas kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki
pada ranjang sehingga terjadi fleksi pada sendi paha dan lutut
untuk mengurangi ketegangan pada dinding perut
3. Tutup paha dan kaki ibu dengan selimut yang telah disediakan
4. Cuci tangan pemeriksa dengan 6 langkah menggunakan sabun,
bilas dengan air hangat kemudian keringkan kedua tangan
tersebut dengan handuk.
5. Pemeriksa berdiri di sisi kanan ibu dan melihat kearah kepala
ibu
6. Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksaan akan segera di
mulai
Leopold I :
Tujuan : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin
yang terdapat pada fundus uteri
1. Rahim dibawa ke tengah sampai mendapatkan tahanan di
fundus
2. Tentukan bagian-bagian janin yang berada di fundus uteri
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting.
Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting
Pada letak lintang, fundus uteri kosong
3. Tentukan tinggi fundus uteri
Sebutkan usia-usia kehamilan dengan hitungan minggu atau bulan
berdasarkan tinggi fundus uteri
Leopold II :
Tujuan : untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi
lateral maternal
1. Kedua tangan pindah ke samping
2. Tentukan dimana punggung anak, punggung anak terdapat
dipihak yang memberikan rintangan terbesar. Lalu carilah
bagian-bagian kecil yang biasanya terletak bertentangan
dengan pihak yang memberikan rintangan terbesar
Leopold III :
Tujuan : untuk menentukan bagian janin yang terdapat dibagian
bawah dan apakah presentasi terbawah sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul
1. Lakukan seperti melalukan leopold 1, tahan pada bagian
fundus
2. Dengan menggunakan satu tangan, tentukan bagian janin yang
Leopold IV :
Tujuan : untuk menentukan seberapa besar masuknya presentasi
terbawah janin ke rongga panggul
1. Pemeriksa mengubah sikap berdiri menjadi melihat kearah
kaki ibu
2. Lakukan seperti melalukan leopold 1 tetapi mengarah ke arah
shimpisis ibu
3. Dengan kedua tangan, tentukan seberapa besar masuknya
bagian terbawah janin
4. Jelaskan posisi Divergen
5. Jelaskan posisi Transversal
6. Jelaskan posisi Konvergen
D. Terminasi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi yang meliputi :
a. Usia Kehamilan
b. Presentasi dan posisi janin
c. Kondisi Janin
2. Cuci tangan pemeriksa dengan 6 langkah menggunakan sabun,
bilas dengan air bersih.
E. Dokumentasi
Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada lembar dokumentasi
TOTAL NILAI
7. Referensi
a. Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta; Rapha Publishing.
b. Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta; Salemba Medika.
c. Deswani K. 2010. Panduan Praktik Klinik dan Laboratorium Keperawatan Maternitas. Jakarta; Salemba
Medika.
Makassar, .....................................................
Evaluator,
(................................................
1 Pengertian Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (
laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien, yaitu:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
2 Tujuan 1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
3 Ruang Lingkup Ruang Perawatan saat pergantian Shift
4 Penanggung Jawab Perawat(PP/PA)
5 Lama Waktu 10-15 Menit
6 Prosedur 1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap
masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal
yang penting lainnya selama masa perawatan ( tanggung jawab )
3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya
dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
4. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
b. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
Makassar, 20
Evaluator,
( ............................. )
1. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan selang plastik yang lunak (yang disebut dengan selang
NGT, Naso Gastric Tube) dengan melewati hidung, dan terakhir dilambung. Tindakan ini
termasuk tindakan kolaboratif dengan tim dokter.
2. Tujuan
a. Memberikan cairan / Nutrisi
b. Dekompresi Lambung
c. Irigasi Lambung
d. Diagnostik
3. Indikasi
a. Pada klien yang tidak mampu memasukkan makanan, minuman dan obat via oral.
b. Pada klien yang mengalami keracunan obat atau makanan sehingga isi lambung dapat
dikeluarkan via selang NGT.
c. Mencegah muntah dan aspirasi pada klien dengan trauma
d. Pada klien yang mengalami perdarahan lambung
e. Klien dengan distensi abdomen karena gas, darah dan cairan.
f. Klien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung.
4. Kontra Indikasi
a. Perhatikan ukuran selang NGT berdasarkan usia klien. Untuk klien dewasa maka
selang NGT yang dapat dipakai adalah ukuran 14-18 Fr, sedangkan unutk klien bayi
dan anak-anak dengan ukukran 10-14 Fr (Manarboe Community Collage, 2009).
b. Klien dengan trauma kepala, injury tulang maksilaris, atau fraktur tengkorak bagian
anterior. Memasukkan NGT begitu saja (blind action) melalui hidung berpontensi
masuknya selang NGT melewati criboform plate, karena akan menimbulkan
penetrasikan intrakranial dan menimbulkan peningkatan TIK.
c. Klien dengan riwayat strikur eso fageal dan varises esofageal.
5. Lama Waktu
30 menit
6. Prosedu
r
7. Referensi
a. Geraldin Rebeiro, Leanne Jack, Natashia Scully, Damian Wilson (2015), Keperawatan Dasar : Manual
Ketrampilan klinis, Edisi Pertama, Singapore: Elseiver Kozier, Berman, snider, Levett-Jones, Dwyer,
Hales, Harvey, Luxford, Moxham, Park,
b. Lynn, P., Taylor, C., & LeBon, M. (2011). Taylor's clinical nursing skills: A nursing process
approach. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
1. Pengertian :
Pemasangan infus adalah tindakan dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam tubuh
secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan secara cepat.
2. Tujuan :
A. Mencegah atau memperbaiki gangguan elektrolit dan cairan pada pasien yang mengalami sakit akut
C. Memberi akses akses intravena pada pemebrian terapi intermitten atau emergensi
3. Indikasi :
4. Kontra Indikasi : -
5. Lama Waktu: 48-72 jam
6. Prosedur
1 2 3
- Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak kidal,
tangan kanan bila pasien kidal).
- Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.
- Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka kran selang sehingga
tidak ada udara pada saluran infus, lalu dijepit dan jarum ditutup kembali.
Tabung tetesan diisi sampai ½ penuh.
- Gantungkan kantung infus beserta salurannya pada tiang infus.
4. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
5. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket
12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan
kantung infus atau kantung darah
13. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan
14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester
16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan
plester
17. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai (spalk) supaya
jarum tidak mudah bergeser
18. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang ke dalam
2. Mendokumentasikan hasilnya
5. Mencuci tangan
5 Dokumentasi
Keterangan
Makassar,........20
Evaluator
(………………………..)
1. Pengertian
Cara pemberian obat melalui mulut. Obat-obatan oral tersedia dalam berbagai jenis yaitu pil, tablet,
bubuk, syrup dan kapsul. Selama pasien mampu menelan dan mempertahankan obat dalam perut,
pemberian obat peroral menjadi pilihan.
2. Tujuan
a. Kontraindikasi pemberian pada penderita gangguan fungsi cerna dan tidak mampu menelan
b. perlunya tindakan suction
c. kesadaran menurun
5. Lama Waktu
5-10 menit
6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Obat oral
2. Medication cup (mangkuk obat) atau sendok takar obat
3. Kartu obat
4. Minuman yang diinginkan klien
5. Sedotan yang dapat ditekuk, jika diperlukan
6. Mortal (penumbuk obat), jika diperlukan
7. Tissue
8. Baki obat
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
oral
3. Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan,
mual atau muntah, inflamasi usus atau penurunan
peristaltik, operasi gastrointestinal terakhir, penurunan
atau tidak terdengar bising usus, dan suksion lambung.
4. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran
tentang pengobatan
5. Kaji tanda-tanda vital pasien
Keterangan:
Makassar, 20
1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
7. Reference
Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic
Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and
Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed.
Philadelphia : Mosby-Elsevier
1. Pengertian
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada membrane
pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum
2. Tujuan
c. Untuk mempertahankan hidrasi
d. Melindungi permukaan kulit
e. Mengurangi iritasi kulit
f. Mengatasi infeksi
g. Untuk mengobati gangguan pada mata
h. Untuk mengencerkan sekresi dan menfasilitasi drainase dari hidung
i. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Indikasi
a. Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringan
e. infeksi kulit.
4. Kontra Indikasi
a. Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.
b. Hipersensitivitas.
c. Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
d. Pada pasien ulkus
e. Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang
ditemurunkan)
5. Lama Waktu
10-30 Menit
6. Prosedur
A. Pada Kulit
B. Pada Mata
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
C. Pada Hidung
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat
3. Bantal kecil (bila perlu)
4. Tisu wajah
5. Pipet
6. Spekulum hidung
7. Pinset anatomi dalam tempatnya
8. Korentang dalam tempatnya
9. Plester
10. Kain kasa / balutan
11. Kertas tisu
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Jelaskan prosedur yang dilakukakan
2. Atur posisi pasien dengan cara sebagai berikut (lihat gambar
dibawah ini) :
1) Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
2) Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi
tempat tidur
3) Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan
kepala tengadah ke belakang
D. Pada Rektum
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Kartu atau formulir obat, buku catatan pengobatan
2. Supositoria rektal
3. Jeli pelumas
4. Sarung tangan bersih sekali pakai
5. Tisu
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Kaji program pengobatan dokter untuk mengetahui nama
obat, dosis dan rute obat.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau
menarik korden
5. Pastikan pencahayaan cukup
4. Jaga agar pasien tetap terselimuti dan hanya area anal saja
yang terlihat.
5. Ambil supositoria dari bungkusnya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dari tangan dominan Anda.
6. Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut dan
untuk melemaskan spingter ani.
7. Tarik bokong pasien dengan tangan non dominan Anda. Dengan jari
telunjuk yang tersarungi, masukkan perlahan supositoria melalui
anus, spingter anal internal dan mengenai dinding rektal atau sekitar
10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada anak-anak dan bayi.
8. Keluarkan jari Anda dan usap area anal pasien dengan tisu.
9. Minta pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama
5 menit.
10. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses
letakkan lempu pemanggil dalam jangkauan pasien sehingga
pasien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke
kamar mandi.
11. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar
dan buang dalam wadah yang telah disediakan
12. Cuci tangan Anda.
4 Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar,
buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
3. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
5 Dokumentasi
6. Nama obat
7. Dosis yang diberikan
8. Waktu pemberian
9. Cara pemberian
10. Reaksi alergi
Total Nilai
6. Reference
Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic
Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and
Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed.
Philadelphia : Mosby-Elsevier
1. Pengertian
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan
obat ke jaringan tubuh atau pembuluh darah melalui injeksi atau infus. Sediaan parenteral ini
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
3. Indikasi
j. bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar,
k. tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,
l. tidak alergi.
4. Kontra Indikasi
a. Luka
b. Berbulu
c. Alergi
d. infeksi kulit
5. Lama Waktu
5-30 Menit
6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Spuit (ukuran beragam sesuai dengan volume obat
yang diberikan)
2. Jarum (ukuran beragam sesuai dengan tipe jaringan dan ukuran
pasien;
3. Kasa dan / kapas alcohol
4. Sarung tangan bersih /steril
5. Perlak (bila perlu)
6. Ampul atau vial obat,
7. Torniquet
8. Formulir atau kartu obat
Keterangan:
Makassar, 20
7. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
8. Dilakukan tapi tidak sempurna
9. Dilakukan dengan sempurna
8. Reference
Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic
Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and
Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed.
Philadelphia : Mosby-Elsevier
E. Prosedur pelaksanaan
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
No Tindakan Nilai
1 2 3
Persiapan alat dan bahan
1. Tabung oksigen dengan flow meter dan humidifier
2. Masker oksigen
3. Aquades
4. Gunting
5. Nierbekeng
6. Bola kapas pelembab/cotte budd/tissue
7. Sarung tanga
8. Masker
9. Alat tulis
10. Tirai/sampiran
Persiapan pasien
11. Periksa buku status klien tentang pemasangan oksigen sesuai
dengan tanggal dan waktu yyang diinstruksikan kecuali
kasus emergency langsung di berian oksigen sesuai
kebutuhan
12. Berikan ssalam dan panggil nama klien sesuai dengan
namanya
13. Identifikasi klien
14. Tanyakan keluhan klien saat ini
15. Perkenalkan nama perawata yang akan melakukan Tindakan
16. Jelaskan/beri tahu klien tentang prosedur dan tujuan yang
akkan dilakukan
17. Elaskan bahwa Tindakan kadang menimbulkan
ketidaknyamanan tetapi tidak akan membahayakan jika klien
kooperatif
18. Jika klien mengerti miinta persetujuan klien atau keluarga
(infomd consent) secara tertulis maupun lisan tentang
Tindakan prosedur yang akan dilakukan
19. Pastikan privacy klien terjaga
Tahap kerja
20. Cuci tangan
21. Pakai masker
22. Bawa semua peralatan disamping tempat tidur klien
23. Pasang sampiran/tutup tirai
24. Pakai sarung tangan
25. Memastikan volume air steril dalam humidifier sesuai
Keterangan :
1 : tidak dilakukan
2 : dilakukan tapi tidak sempurna Makassar…...........20
3 : dilakukan dengan sempurna
Total Nilai
NilaiAkhir = --------------------------X 100%
(……………………………….)
126
PERAWATAN LUKA
3 Fase Kerja
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2. Cuci tangan dengan alkohol gel saat mengganti sarung tangan
3. Gunakan sarung tangan dan lakukan penggantian sarung tangan saat
mencuci, Mengkaji dan membalut luka ( sekurangya 2 kali )
4. Membuka balutan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya
perdarahan/Trauma pada luka.
5. Lakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun, bilasan dengan
cairan Non-toksik lalu keringkan
6. Bersihkan tepi luka dan kulit sekitar luka
7. Lakukan pengkajian luka dengan seksama sesuai prosedur dan format
8. Pengkajian luka
9. Bila terdapat jaringan nekrosis (berwarna kuning atau hitam), lakukan
Debridement ( dengan gunting atau bisturi )
10. Berikan topical terapi yang sesuai berdasarkan warna luka, banyaknya
eksudat dan ada tidaknya infeksi :
b. Banyaknya Eksudate :
Salep Luka
Transparant film
Hidrokoloid
KalsiumAlginate
Foam
c. Tanda Infeksi
JENIS KumanGram Kuman
TOPIKAL + Gram - Anaerob Jamur
Salep Luka
Silver
Anti Mikrobial
5 Dokumentasi
1. Foto Luka
2. Ukuran Luka
3. Balutan yang di gunakan
4. SOAP
Total Nilai
Keterangan: Makassar, 20
1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna
6. Reference
1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Sarung tangan steri 2 buah
2. Duk steril
3. Set Alat Bedah Minor (Set instrument yang terdiri dari pinset
anatami dan cirurgi, klem arteri, nald voeder/nald heckting)
4. Benang jahit
5. Jarum jahit
6. Kassa steril
7. Cairan Nacl 0,9 %
8. Cairan antiseptic H202 10 %
9. Plester
10. Gunting plester
11. Kom steril
12. Nierbek
13. Celemek
3 Fase Kerja :
1. Mencuci tangan tehnik 6 Langkah dan keringkan
2. Memakai sarung tangan
3. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke pasien
4. Membersihkan luka dengan dengan cairan antseptik (Nacl 0,9%)
5. Apabila luka dalam dan kotor gunakan larutan H2O2 10%
6. Ganti handscoen dengan handscoen steril lainnya setelah
mencuci luka
7. Lakukan anastesi luka sebelum dilakukan heckting dengan
menggunakan obat lidocain
8. Pasang duk pada area luka
9. Gunakan jarum untuk menhecting luka dengan arah dari dalam
keluar
10. Jarum hecting di pegang degan arteri klem dan mulai
menghectig luka
11. Apabila luka dalam sampai jaringan otot maka jahit lapis demi
lapis
12. Benang hecting yag di gunakan di sesuaikan dengan luka pasien
13. Akhiri meghecting dengan mengikat berbentuk simpul
14. Sisakan benang untuk jahitan luar 0,65 cm dan untuk jahitan
dalam 1mm lalu potong
15. Desinfektan pada jahitan dengan menggunakan cairan desinfeksi
16. Tutup luka degan kasa steril
17. Pasang plester
18. Lepaskan handscoen dan bersihkan alat-alat
19. Cuci tangan
4 Terminasi :
1. Akhiri prsedur dengan komunikasi terapeutik
2. Evaluasi perasaan pasien
5 Dokumentasi
1. Catat tindakan yang dilakukan
2. Jangan lupa menulis waktu, tanggal dan tahun
3. Tulis nama yang melakukan tindakan
Total Nilai
Keterangan :
1. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator.
3. Dilakukan dengan sempurna
Total Nilai X 100 % (Nusdin, S.Kep.,Ns.,M.Kes)
Nilai Akhir =
5
Referensi : Maryanti dan Susanti (2010), Panduan Praktik Klinik Keperawatan Dasar, Yogyakarta : NH
PEMASANGAN KATETER
1. Pengertian :
Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan memasukan kateter kedalam
kandung kemih melalui uretra.
Pemasangan kateter ini seringkali digunakan pada pasien-pasien yang tidak mampu untuk membuang air
kecil sendiri dengan normal – semisal pada pasien-pasien dengan pembesaran prostat-, sehingga
memerlukan alat bantuan kateter.
Selain itu, kateter juga sering digunakan dalam berbagai prosedur medis, seperti:
1. Proses persalinan dan operasi caesar.
2. Perawatan intensif yang membutuhkan pemantauan keseimbangan cairan tubuh.
3. Proses pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau sesudah operasi.
4. Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih, misalnya karena adanya kanker kandung
kemih.
2. Tujuan :
Pemasangan kateter urine mempunyai berbagai tujuan, diantaranya ;
1. Menghilangkan distensi pada kandung kemih
2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
3. Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi
4. Mengetahui residual urine setelah miksi
5. Memasukan kontras kedalam buli – buli
6. Mendapatkan specimen urine steril
3. INDIKASI
Indikasi pemasangan kateter terbagi menjadi dua, yang pertama indikasi diagnostik untuk keperluan
penegakan diagnosa, dan indikasi terpi atau untuk pengobatan.
a. Indikasi Diagnostik Pemasangan Kateter :
1) Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
2) Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan dan menilai
perfusi renal (terutama pada pasien kritis)
3) Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
4) Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih (misalnya striktur
atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan kesulitan memasukkan kateter
b. Indikasi Terapi Pemasangan kateter :
Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:
1) Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan darah, gangguan
neurogenik)
2) Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat diperbaiki dengan obat atau
tindakan bedah
3) Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang juga dapat menyebabkan
iritasi pada kulit sekitar kemaluan
4) Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
5) Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenic
6) Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien terminal) pada kondisi
pasien yang memerlukan istirahat (bedrest) dalam waktu lama
4. Kontra Indkasi :
Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala trauma pada traktus urinarius bagian
bawah, misalnya terjadi robekan pada uretra. Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang
mengalami trauma pelvis atau straddle-type injury.
Keterangan: Makassar, 20
4. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
5. Dilakukan tapi tidak sempurna
6. Dilakukan dengan sempurna
7. Reference
1. Pengertian
Strategi pelaksanaan (SP) merupakan instrumen panduan pelaksanaan intervensi keperawatan jiwa yang
digunakan sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau berkomunikasi secara terapeutik kepada klien
2. Tujuan
Sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau berkomunikasi secara terapeutik kepada klien dengan
3. Indikasi
Untuk pelasanaan komunikasi terapeutik pada klien dengan masalah psikososial atau gangguan jiwa
4. Lama waktu
KEPERAWATAN JIWA ( SP )
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
DS:
DO:
2. Diagnosis Keperawatan
(mengidentifikasi tujuan khusus dan intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
4. Tindakan keperawatan
(mengidentifikasi intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan diagnosis yang telah
ditetapkan)
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
b. Evaluasi / Validasi
2. Fase Kerja ( fase di mana seorang ners melakukan inti terapeutik dalam berkomunikasi dengan
topik atau tujuan sesuai dengan strategi pelasanaan (SP) yang telah ditetapkan berdasarkan
diagnosis keperawatan)
Subjektif:
Objektif:
b. Rencana Tindak Lanjut (yang perlu dilatih pasien sesuai hasil tindakan yangg dilakukan)
No Komponen 1 2 3
1 Pra Interaksi
dirumuskan
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
d. Tujuan tindakan
3 Kerja
tahapannya (generalis)
konsep
konsep
keperawatan
4 Terminasi
waktu)
5 Dokumentasi Keperawatan
Keterangan: Makassar, 20
Evaluator
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan
2. Tujuan
a. Terapeutik
kemajuan fungsi kognitif dan afektif, serta mempelajari cara baru dalam mengatasi masalah dan
melaukan sosialisasi.
b. Rehabilitatif
Tugas leader:
5) Memotivasi setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik
c. Fasilitator
1) Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memotivasi anggota
2) Memfokuskan kegiatan
d. Observer
2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku pasien
Jumlah anggota kelompok berkisar antara 7 sampai 10 orang. Sebelum memulai terapi aktivitas
kelompok perlu menyusun proposal sebagai pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
4. Lama sesi
1. Format Sampul
KELOMPOK..........
Hari, Tanggal
11
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19
11
KELOMPOK....
MAKASSAR
20..
2. Format Isi
C. Karakteristik pasien
D. Masalah keperawatan
E. Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
2) Evaluasi proses
3) Evaluasi hasil
F. Pengorganisasian TAK
G. Proses TAK
H. Antisipasi Masalah
No Komponen 1 2 3
1 Pra Interaksi
2 Perkenalan/orientasi
e. Salam terapeutik
f. Evaluasi/validasi
h. Tujuan tindakan
3 Kerja
tahapannya (generalis)
dengan konsep
dengan konsep
aktivitas kelompok
4 Terminasi
waktu)
5 Dokumentasi Keperawatan
Keterangan: Makassar, 20
Evaluator
Pengertian : salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes
diagnostic atau tes IQ
Tujuan : untuk mengetahui perkembangan personal sosial, motoric halus, bahasa dan motoric kasar pada
anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
Prosedur
Persiapan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Beritahu pasien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan alat – alat
1. Formular pencatatan DDST
2. Benang wol
3. Manik – manik dan botol
4. Boneka
5. Bola
6. Kertas dan pensil
7. Alat permainan sesuai usia
Pelaksanaan
A. PENGERTIAN
Penghisapan lendir atau prosedur tindakan suction adalah suatu metode untuk mengeluarkan lendir atau sekret atau darah dari
jalan napas. Penghisapan ini biasanya dilakukan melalui mulut (Orofaring), nasofaring dan trakea.
B. TUJUAN
Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas dengan menjaga kelancaran dan membebaskan jalan napas dari lendir/sekret
dan cairan lain yang menyumbat/menumpuk.
C. KONTRAINDIKASI
Klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring (terutama sebagai akibat penghisapan lendir melalui trakea),
gangguan perdarahan, edema laring, varises esofagus, pembedahan trakea, pembedahan gaster dengan anastomosis dan infark
miokard.
D. PROSEDUR TINDAKAN
Dilakukan
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak
Fase Pra Interaksi
1 Periksa tanda dan gejala yang menandakan adanya sekret
saluran napas atas: napas berkumur, gelisah, menetesnya air liur,
dan lain-lain
2 Kumpulkan peralatan:
• Kateter pengisapan steril (selang suction) dengan ukuran yang
sesuai (diameter terkecil yang akan mengeluarkan sekeret
secara efektif) 12 – 18 Fr
• Unit pengisapan portable atau dinding beserta selang
penghubung
• Air steril/ NaCl 0,9 % dalam mangkuk/ kom
• Sarung tangan bersih
• Masker wajah
• Alat pembuka jalan napas atau gudel (Jika perlu)
• Duk atau pengalas
Fase Interaksi
3 • Mengucapkan salam terapeutik
• Melakukan evaluasi/validasi
• Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
• Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
• Menjaga privacy klien
Fase Kerja
4 Atur ranjang sesuai posisi yang nyaman. Turunkan jeruji pembatas
samping yang dekat dengan anda. Posisikan pasien dalam posisi
semifowler bila pasien sadar.
Pasien tidak sadar harus diposisikan miring menghadap anda
5 Letakkan duk atau alas tahan air pada dada pasien
6 Pakai masker atau pelindung wajah
7 Nyalakn mesin dan atur tekanan yang sesuai
a. Unit mesin pengisap dinding Dewasa
100 – 120 mmHg
Anak-anak-------95 – 110 mmHg
Bayi--------------50 – 95 mmHg
b. Unit mesin pengisap portable
Dewasa----------10 – 15 mmHg
Anak-anak-------5 – 10 mmHg
Bayi--------------2 – 5 mmHg
:
Nilai: Makassar,
(Evaluator...............................)
1. Pengertian
Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) adalah tindakan untuk merekam aktivitas listrik jantung dari Nodus
Sinoatrial yang dikonduksi dalam jantung yang mengakibatkan jantung berkontraksi sehingga dapat direkam
melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit
2. Tujuan
EKG berguna untuk mengetahui:
a. Kelainan-kelainan irama jantung
b. Gangguan otot jantung berupa iskemia dan infark miokard
c. Memperkirakan adanya pembesaran keempat ruang di jantung (hipertrofi atrium dan
ventrikel)
d. Efek obat-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia
e. Peradangan pada dinding jantung seperti miokarditis
f. Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
g. Penilaian fungsi pacu jantung
3. Indikasi
a. Adanya kelainan-kelainan irama jantung
b. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
c. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
d. Gangguan-gangguan elektrolit
e. Adanya perikarditis
f. Pembesaran jantung
4. Kontra Indikasi
6. Prosedur
Check List
No. Prosedur Tindakan
1 2 3
Persiapan Alat
1 Mesin EKG
2 KertasEKG
3 Seperangkat elektroda
4 Jelly/ gel elektrokonduktif
5 Tissu
6 Handscone
7 pulpen
Persiapan Pasien
8 Memberikan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
9 Mendekatkan mesin EKG dengan tempat tidur pasien,
menyambungkan kabel mesin EKG ke sumber listrik,
menyalakan mesin EKG
10 Melakukan identifikasi pasien
11 Menutup tirai disekitar tempat tidur pasien
Tahap kerja perekaman EKG
12 Melakukan cuci tangan
13 Pasang handscone
14 Mengatur posisi pasien berbaring terlentang (posisi supine),
dengan kedua tangan pada sisi tubuh. Bagian kepala sedikit
ditinggikan untuk kenyamanan pasien. Meyampaiakan kepada
pasien untuk berbaring dengan tenang, tangan dan kaki tidak
tegang, memastikan bahwa ujung kaki tidak menyentuh bagian
pengaman tempat tidur.
15 Memastikan bagian tangan dan kaki terbuka, pilih daerah yang
rata dimana elektroda akan ditempatkan, hindari daerah tulang.
Jika dibutuhkan bersihkan kulit dari kelebihan minyak atau
7. Referensi
Makassar, 20
Evaluator,
Keterangan:
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna ( )
=
7. Referensi
SOP Partograf.docx (dokumen.tips)
1524061453_SOP PARTOGRAF.pdf (unipasby.ac.id)