Anda di halaman 1dari 149

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19

i
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19
ii
Buku Panduan Panum (Kepanitraan Umum)

Penyusun :
TIM DOSEN Prodi Pendidikan Profesi Ners FKK Unimerz

Editor :
Syaiful

Desain cover & Tata Letak:


Ikhsan
Syaiful

ISBN :

Penerbit:
PT. Isam Cahaya Indonesia
Jl. Keberkahan I Blok AD 1308 Perumnas Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Makassar -
Sulawesi Selatan
Telp. 082291496700 - 085242430145

www.isamcahaya.com
email: infoisamcahaya@gmail.com

Cetakan ke I Januari 2022

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk data dengan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
iii
KONTRIBUTOR

Ilcham Syarief Kasim,S.Kep.,Ns.,MSN.


Irwansyah,S.Kep.,MSN.
Ayu Lestari,S.Kp.,M.Kep.
Alfyan Rahim,S.Kep.,Ns.,MSN.
Indargairi,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Risna Damayanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Tut Handayani,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Kurniawan Amin,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Sri Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Siti Rahmani,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Ns.Juhelnita Bubun,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Nusdin,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Achmad Indra Awaluddin,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Syaiful,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Alfrida,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Savira Senggo Palayukan,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Herty Haerani,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Risnawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Sri Rahmah Haruna,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Rosnania, S.Kep., Ns. M.Kep

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
iv
Kata Pengantar

Tahap profesi merupakan bagian tak terpisahkan dari program pendidikan keperawatan
setelah menyelesaikan tahap akademik. Mahasiswa yang akan mengikuti tahap ini akan terbagi
dalam kelompok sebagai proses pembelajaran mereka untuk mencapai kompetensi dalam kerja
kelompok yang dinamis. Namun, dengan adanya pandemic covid-19 mengharuskan kita untuk
tetap mematuhi protokol kesehatan dalam setiap aktivitas. Sebelum dilaksanakan praktik profesi
maka akan dilaksanakan kepanitraan umum (panum) untuk mengasah Skill mahasiswa untuk siap
menjalani program praktik profesi
Buku panduan ini dibuat sebagai acuan kerja bagi mahasiswa yang akan menjalankan
Kepanitraan Umum (Panum) selama masa pandemic Covid-19. Buku ini berisi semua informasi
pelaksanaan praktik klinik tahap profesi selama masa pandemic Covid-19.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh tim yang telah menyusun buku ini. Tim
penyusun mengharapkan agar buku panduan ini dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya
oleh mahasiswa dalam rangka proses pembelajaran sebelum pelaksaan praktik profesi Ners
selama masa pandemic covid-19.

Makassar, Januari 2022

TIM Penyusun

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
v
SAMBUTAN

Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan


peningkatan peran dan fungsi segenap pihak yang terkait dengan kegiatan akademik, di antaranya
adalah perbaikan kurikulum melalui penerapan kurikulum berbasis KKNI. Untuk itu dengan
terbitnya Buku Kepanitraan Umum (Panum), Merupakan panduan mahasiswa, preseptor
klinik. semoga dapat dipakai sebagai acuan dan pedoman akademik di lingkungan Fakultas
keperawatan dan kebidanan khususnya di Program Studi Pendidikan Profesi Ners. Harapan kami,
buku pedoman ini dapat berguna dalam meningkatkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya
bidang Pendidikan dan mempersiapkan para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.

Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas


Megarezky Makassar

Ttd

Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Kes

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
vi
SAMBUTAN

Praktik Profesi merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program Profesi
Ners pada Program Studi Pendididkan Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Megarezky. Kepanitraan umum (panum) dilaksanakan sebagai prasyarat mengikuti
praktik profesi Ners.
Buku panduan ini di susun oleh TIM Dosen Prodi Pendidikan Profesi Ners pada umumnya
yang bertujuan untuk sebagai acuan dan pedoman yang di gunakan untuk mahasiswa, Preseptor di
lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Ners digunakan untuk persiapan praktik profesi ners.
Harapan kami, Buku Pedoman ini dapat berguna dalam meningkatkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, sehingga Kualitas praktik mahasiswa bisa lebih baik Lagi.

Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners

Ttd

Syaiful, S.Kep., Ns. M.Kep

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
vii
VISI, MISI DAN TUJUAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN

VISI

“Menjadi fakultas kesehatan komunitas yang unggul di bidang teknologi di tingkat nasional
pada tahun 2034”

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan, kebidanan dan gizi yang profesional dan


bermoral dalam pengembangan bidang IPTEK berbasis komunitas
2. Mengembangkan penelitian dalam ilmu keperawatan dan kebidanan berbasis komunitas
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang ilmu keperawatan dan
kebidanan yang kreatif dan inovatif
4. Menyelenggarakan tata kelola yang transparan dan akuntabel yang terintegrasi dengan
teknologi informasi, Mengembangkan kerjasama dengan berbagai instansi di tingkat Nasional

TUJUAN

1. Menhasilkan Lululusan Keperawatan, Kebidanan dan gizi yang unggul, bermoral, mandiri dan
berwawasan global dalam bidang komunitas yang berdaya saing d tingkat nasional maupun
internasional
2. Mengahsilkan karya ilmiah yang berbass komunitas dalam bidan keperawatan, kebidanan, dan
gizi yang berkualitas
3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang bermutu, berkualitas dan adanya
daerah binaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan
implementasi ilmu pengetahuan dan teknologidi bidang kesehatan
4. Menciptakan tata kelola Fakultas Keperawatan dan kebidanan yang kredibel, akuntabel,
transparan dan optimalisasi teknologi informasi

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
viii
VISI, MISI DAN TUJUAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

VISI
“Menjadi program studi yang menghasilkan
Lulusan yang unggul di bidang keperawatan komunitas
berbasis teknologi di tingkat nasional pada tahun 2034”

MISI
1. Melaksanakan Sistem Pendidikan dan Pengajaran Profesi Ners yang unggul di bidang
keperawatan komunitas (home care) berbasis Teknologi
2. Melaksanakan Penelitian Keperawatan di bidang keperawatan komunitas untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keperawatan
3. Melaksanakan pengabdian Masyarakat di bidang keperawatan komunitas dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
4. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan Mutu
penyelenggaraan Program studi

TUJUAN

5. Menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan menggunakan kurikulum yang


memiliki keunggulan di bidang keperawatan komunitas (home care) berbasis Teknologi.
6. Menghasilkan penelitian yang berkualitas di bidang ilmu keperawatan komunitas berbasis
teknologi
7. Menghasilkan pengabdian masyarakat di bidang ilmu keperawatan komunitas dalam
rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat
8. Meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan tri dharma
perguruan tinggi untuk peningkatan Mutu Penyelenggaraan Program Studi

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………..…………………………….ii
Kontributor ……….…………………………….iv
Kata Pengantar ……….….………………………….v
Sambutan ……….…………………………….vi
Visi, Misi, Tujuan ……………………………………viii
Bab 1 Pendahuluan …….……………………………….12
Prosedur Transfusi Darah ……………………………………..14
Pemeriksaan Fisik I ……………………………………..18
Penatalaksanaan Kala I – IV ……………………………………...25
Prosedur Fisioterapi Dada & Postural Drainase ………………………………………33
Interpretasi AGD ………………………………………37
Prosedur Pencegahan Infeksi Nosokomial ……………………………………….45
Prosedur Perawatan Payudara & Pijat Oksitosin ………………………………………..47
Pemeriksaan Fisik II ……………………………………….52
Penatalaksanaan Leopold ……………………………………….55
Role Play MPKP Manajemen ……………………………………….59
Prosedur Pemasangan NGT ……………………………………….61
Prosedur Pemasangan Infus ……………………………………….66
Prosedur Pemberian Obat ……………………………………….73
Prosedur Pemberian Oksigen ……………………………………….96
Perawatan Luka ………………………………………..99
Hecting ………………………………………..103
Prosedur Pemasangan Kateter ………………………………………..106
Penyusunan Strategi Pelaksanaan ………………………………………..108
Terapi Aktifitas Kelompok ……………………………………… 113
Terapi Bermain ………………………………………...118
Pengisian DDST …………………………………………120
Prosedur Suction …………………………………………122
Prosedur pemasangan EKG ………………………………………….130
Pengisian Partograf ………………………………………….134

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi


Covid-19
x
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi
Covid-19
xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, keamanan dan

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, sehingga derajat kesehatan

dapat dicapai secara optimal. Mengacu pada kurikulum pendidikan NERS, Praktik

klinik yang akan dilaksanakan bertujuan agar mahasiswa mampu melaksanakan

keterampilan klinik yang biasa dilakukan dan ditemukan di lahan praktik.

Kepanitraan umum ini merupakan bentuk belajar aktif dan merupakan praktik

yang memungkinkan mahasiswa memperoleh pengalaman dalam melaksanakan

praktik. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengkaji semua kemampuan

kognitif, komunikatif dan keterampilan motorik yang diperoleh selama di kelas

untuk diterapkan dalam rumah sakit.

Dengan adanya pademi Covid-19, buku panduan ini dibuat untuk memenuhi

target pembelajaran dalam jaringan (daring). Preseptor dan mahasiswa diharapkan

dapat menganalisis masalah keperawatan pada pasien, melakukan tindakan

keperawatan secara komprehensif, mengevaluasi kondisi klien, serta menerapkan

etika dan legal keperawatan secara tepat.

B. Profil Lulusan Pendidikan Profesi

Profil lulusan pendidikan ners telah dibuat berdasarkan hasil lokakarya yang
melibatkan stakeholder (masyarakat, rumah sakit, puskesmas, departemen kesehatan
dan organisasi/institusi pelayanan kesehatan lainnya. Termasuk organisasi profesi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terhadap tampilan ners profesional

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
yang diharapkan di masyarakat. Tugas, peran dan ruang lingkup pekerjaan menjadi
pokok bahasan dalam penyusunan profil.
Profil lulusan Sarjana Keperawatan/Ners:
1. Care Provider (pemberian asuhan keperawatan)*
2. Community leader (pemimpin dalam kegiatan komunitas profesi maupun sosial)
3. Educator (pendidik kesehatan bagi klien, keluarga)
4. Manager (pengelola asuhan keperawatan)
5. Researcher (peneliti pemula)
Keterangan : *) Sarjana Keperawatan tidak memiliki kewenangan untuk melakukan
asuhan keperawatan.
C. Kompetensi Lulusan Pendidikan Tahap Profesi

1. Kompetensi secara umum


Kompetensi lulusan pendidikan tahap profesi difokuskan pada kemampuan:
a. Berkomunikasi secara efektif dalam menjalin hubungan interpersonal
b. Melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dan
komunitas dengan menggunakan hasil penelitian, serta menerapkan aspek
etik dan legal dalam praktik keperawatan
c. Mengaplikasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen keperawatan
d. Menggunakan hasil penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PROSEDUR TRANSFUSI DARAH

1. Pengertian : Transfusi merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang


memerlukan darah dengan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set
transfusi
2. Tujuan :
a. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau
perdarahan)
b. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia berat
c. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia)
3. Indikasi :
a. Anemia pada pendarahan akut setelah didahului penggantian volume cairan
b. Anemia kronis, jika HB tidak bisa dinaikkan dengan cara lain
c. Gangguan trombolitik, karena difesiensi komponen darah
d. Plasma loss/ hipo albumin jika tidak dapay lagi diberikan plasma subtitle/larutan
albumin
4. Kontra Indikasi :
a. Whole blood: resiko kelebihan cairan yang meningkat seperti pada kondisi anemia
kronik dan gagal jantung
b. Packed Red cell: Terapi non transfusi seperti Anemia defesiensi besi
5. Lama Waktu : Berlangsung 4 jam atau lebih cepat

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
6. Prosedur

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3
1. Persiapan Alat
1. Standar infus
2. Transfusi set steril
3. Nomal salin (Nacl 0,9%)
4. Darah atau plasma
5. IV kateter sesuai ukuran (18)
6. Perban gulung dan bidai (pada anak)
7. Tourniquet
8. Kapas alcohol/ swab alcohol
9. Kasa steril
10. Gunting
11. Plester
12. Sarung tangan
13. Perlak/ pengalas
14. Bengkok
15. Tensimeter dan thermometer
2. Persiapan Pasien dan Orientasi
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur kepada klien.
3. Tanyakan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catat reaksi, jika ada minta klien untuk
melaporkan gejala berikut: menggigil, sakit kepala, gatal dan
kemerahan
4. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format
persetujuan/informed consent.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3 Fase Kerja
1. Observasi Tanda vital pasien
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Gunakan selang infus yang mempunyai filter. Selang juga
harus menggunakan tipe Y
4. Gantungkan wadah larutan Nacl 0,9% untuk diberikan
sebelum dan setelah pemberian transfusi darah
5. Identifikasi kebenaran produk darah dan klien:
a. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan
informasi pada kantong itu sendiri
b. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH
pada kantong itu sendiri
c. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter
d. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah
e. Periksa darah terhadap adanya bekuan/gumpalan darah
f. Tanyakan nama klien dan periksa/cocokkan dengan gelang
tangannya/gelang namanya.
6. Mulai mentransfusikan darah:
a. Utamakan/isi jalur IV dengan 0,9% normal saline
b. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada
filter
c. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama
transfuse dan tetap bersama klien. Jika ditemukan adanya
reaksi, hentikan transfuse, siram/suntik jalur IV dengan
Nacl 0,9% secara lambat dan beritahu dokter dan bank
darah
7. Monitor tanda-tanda vital klien setiap 5 menit di 15 menit
pertama transfusi dan setiap jam untuk yang berikutnya
mengikuti kebijakan rumah sakit
8. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal,
dyspnea, bintik-bintik merah di kulit
9. Atur infus sesuai instruksi (PRC diberikan biasanya 1,5-2 jam
sedangkan WBC diberikan sampai 3 jam)
10. Setelah darah ditransfusikan, bersihkan selang IV dengan Nacl
0,9%
11. Rapikan Pasien dan Alat
12. Lepaskan sarung tangan
13. Cuci tangan
4 Terminasi
1. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi efek samping
transfuse
2. Tanyakan kepada klien tentang kondisi/ perasaannya setelah
dilakukan transfusi darah

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
5 Dokumentasi
Catat Waktu pemberian, Dosis, Jenis Transfusi yang diberikan,
Reaksi transfusi atau komplikasi
KETERANGAN : Makassar, 20
1= Tidak dilakukan
2=Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator
3= Dilakukan dengan sempurna

(………………………………..)

Total Nilai

Nilai Akhir = ………………… X 100%


35

7. Reference

Ester, M., & Hidayat, A. A. A. (2019). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
EGC.
Kementrian Kesehatan (2015) Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Tra
nsfusi_Pelayanan_Darah_.pdf
Kiswari, R. (2014). Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.
Komis Transfusi RS Saiful Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (2015).
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TRANSFUSI-DARAH.pdf
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2005). Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar. EGC.
Sirait Robert Hotman. (2015). Bahan Kuliah Transfusi darah.
http://repository.uki.ac.id/2787/1/Transfusidarah20182.pdf

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PEMERIKSAAN FISIK KEPERAWATAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) TORAK DAN PARU

1. Pengertian :
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menenetukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara inpeksi,
palpasi, perkusi dan auslkultasi. pemeriksaan fisik paru merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan pengkajian fisik pada pasien yang
mengalami abnormalitas sistem pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
2. Tujuan :
a. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
b. Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernapasan.
c. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa,peradangan,taktil fremitus.
d. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
e. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
f. Menganalisis hasil pengkajian
3. Indikasi
Pada pasien dengan gangguan system respiratory
4. Kontraindikasi
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Pada pasien yang terdapat luka bakar atau fraktur pada area dada.
5. Lama waktu
Menyesuaikan
6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai 1 2 3
I. Persiapan dan Orientasi
1. Menyiapkan alat dan bahan:
a. Handscoon bersih
b. Stetoskop
c. Jam tangan
2. Mencuci tangan
3. Memakai handscoon bersih
4. Menjaga privasi klien
5. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
6. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepeda klien dan keluarga
II Fase Kerja
1. Inspeksi
a. Perhatikan bentuk dan kesitmetrisan dada , normalnya adalah 2:1
antara diameter transversum dengan anteroposterior . pada
keadaan abanormal kadang diameternya hampir sama (empisema)
. selain itu bisa juga ditemukan bentuk dada yang dada menonjol
kedepan ( vektus karinatum) dan bentuk dada cembung
kebelakang (vektus eskapatum )
b. Selanjutnya perhatikan pergerakan dada, apakah ada terdapat dada
yang melambat atau tidak . perhatikan pula otot-otot bantu
pernapasan saat pasien bernapas , apakah ada retraksi di
substernal, intraclavicula dan otot pernapasan lainnya serta upaya
bernapas.
c. Perhatikan pula pulsasi jantung yang biasanya terdapat pada sela
iga ke lima .

2. Palpasi
a. Lakukan palpasi secera general , perhatikan apakah ada Area
nyeri tekan, teraba tumor dan Ekspansi dada dengan meletakkan
telapak tangan kebagian dada secara bergantian dari atas
kebawah.
b. Setelah itu telapak tangan pemeriksa diletakkan pada dada atau
punggung klien. Minta klien menyebut 99 atau 77 untuk
mengetahui taktil fremitus. Catat jika ditemukan perbedaan taktil
fremitus.
c. Palpasi iktus cordis di ICS 5 midclavikula.
3. Perkusi
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
a. Lakukan perkusi paru anterior , Mulai dari atas klavikula ke
bawah pada setiap spasium interkostal
b. Bandingkan suara sisi kanan dan kiri normalnya adalah sonor.
Bisa pula didapatkan hipersonor apabila komponen udara lebih
banyak dari komponen padat (empisema), dan redup apabila
komponen udaranya lebih sedikit dibandingkan padatya
(peneumonia), dan perkusi suara pekak apabila tidak ada
komponen udara (efusi fleura).
c. Selanjutnya tentukan batas paru dan hati, lakukan perkusi dari
arah cranial ke caudal sepanjang garis mid clavicula (Pada laki-
laki biasanya melewati papilla mammae) di tiap sela iga hingga
terjadi perubahan dari suara sonor hingga redup , Tandai batas
paru dan hati dengan adanya suara resonan ( sela iga 6).
d. Seetelah itu tentukan batas paru dengan lambung dengan
berpatokan pada dari garis aksila anterior di tiap sela iga.
Perhatikan perubahan Suara dari sonor ke timpani , biasanya
pada sela iga 8 . Catat perubahan yang didadapatkan .
4. Auskultasi
a. Gunakan diafragma steteskop untuk auskultasi pada bagian dada
( lapang paru ) secara menyeluruh dan Minta klien bernapas
dengan normal .normalnya
b. Auskultasi dengan menggunakan stetoskop dari daerah trakea
(normal = bronchial), percabangan bronkus (normal=
bronkhovesikuler), dan kedua lapang paru (normal = vesikuler)

c. Identifkasi adanya suara abnormal seperti mengi (udem pulmo),


dan ronkhi (infeksi seperti ISPA dan PPOK)
d. Bandingkan paru kanan dan kiri dan catat hasilnya.
III Tahap Terminasi
1. Memberitahukan klien dan keluarga bahwa prosedur telah selesai
dan jelaskan secara ringkas hasil pemeriksaan.
2. Melepas handscoon dan mencuci tangan
3. Mendokumentasikan tindakan (Tanggal, waktu pemeriksaan, nama
klien, No RM, hasil pemeriksaan, tanda tangan)
Total Nilai

Keterangan :
1. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
3. Dilakukan dengan sempurna

(.....................................)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
NILAI AKHIR = x 100%
=

7. Referensi
Murwani, A. (2009). keterampilan dasar praktek klinik keperawatan. Fitramaya.
Priharjo, R. (1996). pengkajian fisik keperawatan.
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-
hepatologi/pemeriksaan-fisik-abdomen/teknik
https://youtu.be/Q7Vh4sZ8N84

PEMERIKSAAN FISIK KEPERAWATAN.


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PEMERIKSAAN ABDOMEN.

1. Pengertian
pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menenetukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara inpeksi,
palpasi, perkusi dan auslkultasi. Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur
diagnostik yang rutin dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait
sistem gastrointestinal seperti diare,gastritis massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen.
2. Tujuan
a. Menjelaskan riwayat kesehatan terkait dengan pengkajian perut
b. Menjelaskan ciri-ciri normal dan abnormal perut dan stukturnya
c. Mengidentifikasi persiapan yang di perlukan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
d. Mendemonstrasikan teknis inpeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi untuk
mengkaji abdomen
e. Menganalisis hasil pengkajian
3. Indikasi
Indikasi pemeriksaan fisik abdomen adalah berbagai keluhan dan penyakit yang
melibatkan organ dan struktur di abdomen seperti Gastrointestinal, Hepatologi,
Urologi, genital dan reproduksi serta trauma pada abdomen.
4. Kontraindikasi
Pada pasien dengan keluhan tertentu, seperti nyeri perut pada kolesistitis perlu
diinformasikan mengenai kemungkinan nyeri bertambah berat saat dilakukan
pemeriksaan abdomen.
5. Lama waktu
Menyesuaikan
6. prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai 1 2 3
I. Persiapan dan Orientasi
1. Menyiapkan alat dan bahan: handscoon bersih, stetoskop, jam tangan
2. Mencuci tangan
3. Memakai handscoon bersih
4. Menjaga privasi klien
5. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
6. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien dan keluarga
II Fase Kerja
1. Inspeksi
a. Klien posisi supinasi, diminta untuk membuka area abdomen
b. Inspeksi bentuk abdomen (scapoid= cekung, flat= datar, dan
cembung pada orang gemuk dan ibu hamil)
c. Perhatikan kesimetrisan abdomen
d. Inspeksi adanya perubahan warna, benjolan, dan striae
e. Perhatikan gerakan abdomen saat inspirasi dan ekspirasi
f. Amati keadaan kulit secara teliti mengenai pertumbuhan rambut
dan pigmentasi

2. Auskultasi
a. Siapkan stetoskop, hangatkan bagian diafragma stetoskop.
b. Tanyakan klien tentang waktu makan terakhir kali dan minta
klien mengosongkan kandung kemih.
c. Gunakan bagian diafragma stetoskop untuk mendengarkan bising
usus, dan bell untuk mendengarkan pembuluh darah
d. Letakkan diafragma stetoskop pada keempat kuadran abdomen,
suara peristaltik terdengar setiap 5-20 detik ( 5-30x/menit)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
e. Letaklkan bagian bell stetoskop di atas aorta abominal dan arteri
iliaka.
3. Perkusi
a. Lakukan perkusi pada keempat kuadran abdomen dan
normalnya akan terdengar suara timpani.
b. Apabila terdapat suara redup , biasanya ada pemdatan atau
massa. Dan suara pekak akan ditemukan pada bagian bawah
umbilical yang menandakan organ vesika urinaria.
c. Perhatikan reaksi klien dan catat bila klien merasa nyeri.
d. Jika terdapat pembesaran Hati pada hipokondrium kanan, maka
suara perkusi menjadi pekak. misalnya suara pekak 5 jari
dibawah dibagian bawah prosesus xifoideus
e. Kelainan berupa ascites dapat diperiksa melalui shifting
dullness, dengan cara lakukan perkusi pada puncak abdominal ke
area lateral. Jika ditemukan suara pekak ,segera miringkan pasien
lalu perkusi kembali dilokasi tersebut. Apabila suara pekak
berubah menjadi timpani maka shifting dullness (+).
4. Palpasi
a. Lakukan palpasi secara dalam pada area hepar, limpa, dan ginjal.
b. Pada pemeriksaan hepar :
1) Letakkan Tangan kiri dibagian bawah iga belakang ( searah
torakal 10-12) pasien sedikit miring, dan tangan kanan
bagian atas abdomen melakukan palpasi disekitaran
ambdominal sambil pasien disuruh untuk membuncitkan
perutnya
2) Untuk menentukan adanya pembesaran pada hati maka
letakkan telapak tangan dibawah proxesus xipoideus menuju
umbilical. Misalnyan jarak antara PX dan Umbilical adalah 6
jari , maka laporkan hepar membesar 6 jari dari PX.
3) Palpasi apakah teraba rata atau benjol, dan konsistensinya
apakah keras atau lunak serta identifikasi adanya nyeri.
c. Pada Pemeriksaan limpa :
1) berada pada hipokondirum kiri, Pembesaran limpa bisa
dideteksi dengan garis subnar, mulai dari subnar dititik 0
sampai 8 atau dari arkus kostarum ke umbilical hingga ke
sias dextra (S0- S8)
2) letakkan tangan kiri dibawah intercostal 11-12 (bagian
belakang), miringkan sedikit kearah pemeriksa,
selanjutnya menekan abdomen dengan tangan kanan dari
tulang sias kanan menuju arkus kostarum (S8-S0),
apabila tangan pemeriksa bisa masuk dibawah iga maka
tidak ada pembesaraan limpa, tetapi kalau tidak bisa
masuk maka ada indikasi pembesaran limpa .

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
3) selanjutnya tentukan di titik subnar berapa (misalnya di
titik S2), dan apabila teraba incisurarenalis, maka itu
adalah limpa yang membesar.
d. Pada pemeriksaan ginjal :
Dilakukan pemeriksaan ballottement , dengan cara tangan
kiri pemeriksa di letakkan pada bagian pinggang pasien dan
tangan kanan pada bagian abdomen menekan kebawah,
apabila teraba lentingan dari suatu benda maka ballotemen
(+) , nolmalnya tidak teraba baik ginjal kanan atau kiri.
e. Untuk memastikan adanya ascites, lakukan fluid wave.
Posisikan klien supinasi. Tangan dominan mendorong
abdomen di sisi samping, dan sisi sebelahnya tangan non
dominan merasakan adanya rambatan gelombang cairan.
Positif jika terdapat rambatan cairan.
III Tahap Terminasi
1. Memberitahu klien dan kleuarga bahwa prosedur telah selesai
dan jelaskan secara ringkas hasil pemeriksaan.
2. Melepas handscoon dan mencuci tangan
3. Mendokumentasikan tindakan (Tanggal, waktu pemeriksaan,
nama klien, No RM, hasil pemeriksaan, tanda tangan)
Total Nilai

Keterangan :
a. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
b. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
c. Dilakukan dengan sempurna

(.....................................)
NILAI AKHIR = x 100%
=

7. Referensi

Murwani, A. (2009). keterampilan dasar praktek klinik keperawatan. Fitramaya.


Priharjo, R. (1996). pengkajian fisik keperawatan.
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-hepatologi/pemeriksaan-
fisik-abdomen/teknik
https://youtu.be/X9Fk7xmJjM0

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL
PENATALAKSANAAN KALA I – IV

1. Pengertian :

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke
dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
2. Tujuan : menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui upaya yang terintergrasi dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal)
3. Prosedur
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3
1. Persiapan Alat
Partus Set
2. Heacting set
3. Kapas dan air DTT
4. Kasa steril
5. Depress
6. Penghisap lendir delle
7. Obat : oxytocin dan spout
8. Doek / alas bokong
9. Handuk dan kain pembungkus bayi
10. Larutan clorin 0,5% dalam Waskom
11. Air DTT dalam Waskom
12. Tempat sampah medis dan Non Medis
13. Tempat pakaian kotor
14. Pakaian Ibu dan Pembalut
15. Bengkok
16. Gelas Ukur dan tempat plasenta
17. Tensimeter dan stetoskop
18. Fetoskope
19. APD (Celemek, sepatu boot, masker, topi / nurse cap,
kacamata google)
2. Persiapan Pasien dan Orientasi
1. Identifikasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Inform consent

3. Fase Kerja
I. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum
dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 vulva dan sfingter ani membuka
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir untuk ditempatkan
ditempat datar dan kering 2 kain dan 1 handuk bersih dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak
60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 Unit dan lat suntik steril sekali
pakai didalam partus set
3. Pakai celemek
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering
5. Pakai Sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam lubang suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan
Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang dibasahi air DTT
 JIka introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja,bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi )
dalam wadah yang tersedia
 ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% )
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepas
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat
relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-16x/menit)
 Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Dokumentasi hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu
Proses
Bimbingan Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran,
bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
 Berikan asupan cairan per-oral (minum)
 Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesaictedSegera rujuk
jika
bayi belum atau tidak akan segera lahir selama 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
diperut ibu jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Pertolongan Kelahiran Bayi
 Lahirnya Kepala
19. setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain
menahan kepala bayi,untuk menahan posisi defleksi perlahan
atau bernafas cepat dan
dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara
spontan
 Lahirnya Bahu
22. setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara
biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
 Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah,gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari
lainnya)
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas
 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap
lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk lain yang kering, biarkan bayi
diatas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukkan
oksitosin 10 Unit
IM dari 1/3 paha atas bagian distal lateral
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kirakira
3 cm dari pusat bayi, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu)
dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul mati pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah Disediakan
32. Letakkan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
bayi
VIII.Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
35. letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi
atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke belakang
–atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi
prosedur diatas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambilpenolong menarik tali
pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas
mengikuti
poros arah jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem
hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat
a. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan Katerisasi (aseptic) Jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta
manual
38. Setelah plasenta muncul diintroitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
 Jika selaput ketuban robek. pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
39. Lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosokkan
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4
jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)

IX. Menilai perdarahan


40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan
pasrtikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantong plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum,
lakukan penjahitan bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif. segera lakukan penjahitan
X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit didada ibu
paling sedikit 1 jam
44. Setelah 1 jam, dilakukan penimbangan / pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K IM dipaha
kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa
disusukan
 Letakkan bayi pada dada ibu, bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
XI. Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan
pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan
asuhan sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
47. Ajarkan Ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan
nilai
kontraksi
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam
kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pasca persalinan

 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak


normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas
dengan
baik (40-60kali/menit) serta suhu tubuh (36,5-37,5°)
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan air DTT, bersihkan sisa cairan
ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu Ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan
klorin
0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Lengkapi Dokumentasi Partograf

4. Terminasi
1
2
5. Dokumentasi
Total Nilai

Keterangan :
a. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
b. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
c. Dilakukan dengan sempurna

(.....................................)
NILAI AKHIR = x 100%
=

PROSEDUR POSTURAL DRAINAGE / FISIOTERAPI DADA

A. Pengertian
Fisioterapi dada merupakan salah satu tindakan untuk membantu mengeluarkan dahak di paru
dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural,
tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
B. Tujuan
1. Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan
nafas.
2. Untuk mencegah terkumpulnya dahak dalam saluran nafas
3. Mempercepat pengeluaran dahak sehingga tidak terjadi atelektasis
4. Memudahkan pengeluaran dahak
C. Indikasi
Pofilaksis (antibiotik) untuk mencegah penumpukan secret yaitu pada pasien :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien dengan tirah baring lama
3) Pasien dengan produksi sputum meningkat
4) Pasien dengan batuk yang tidak
efektif Mobilisasi sekret yang tertahan
1) Pasien dengan atelectasis ( pengkerutan paru-paru/collaps ) yang disebabkan
oleh sekret
2) Pasien dengan absesparu ( penumpukan pus di paru )
3) Pasiendengan pneumonia
4) Pasien pre dan post operatif

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
5) Pasien neorologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
D. Kontraindikasi
1) Tenson pneumototraks (tekanan akibat adanya akumulasi udara)
2) Hemoptysis
3) Gangguan system kardivaskuler seperti hipertensi, infark miokard akud dan aritmia
4) Edema paru
5) Efusi pleura
6) Meningkatkan tekanan intracranial
E. Waktu pelaksanaan postural drainase
tindakan postural dilakukan sebelum tidur dan kira-kira 1jam sebelum makan siang dan makan
malam. Tindakan ini tidak boleh dilakukan setelah makan karena latihan dan batuk dapat
menyebabkan pasien muntah. Latihan tarus selesai 30-45 menit sebelum makan sehingga
pasien akan memiliki kesempatan untuk istirahat dan makan. Setiap sesi dilakukan setiap 20-
30 menit.

F. Prosedur tindakan

Aspek Yang Dilakukan Nilai


No 1 2 3
1 Fase Pre-Interaksi
 Verifikasi order
 Persiapan alat *:
1. Troli / Baki
2. Alat APD Henskun
3. Alat APD Masker.
4 .Tempat duduk / kursi, / tempat tidur
5. Handuk kecil/ selimut 1 buah
6. Tempat sputum (Kom tertutup ) berisi cairan desinfektan
7. Bengkok / nerbekken
8. Tissue 1 buah dengan tempatnya.
9. Stetoskop dan spygnomanometer
10. Jam tangan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
11. Perlak / pengalas plastic
12. Bantal 2- 3 buah
13. Botol untuk bahan pemeriksaan sputum, jika diperlukan ( bila ada
pemeriksaan sputum)
14. Gelas Berisi Air Hangat / air mineral
 Persiapan perawat / Lingkungan
1. Menyiapkan lingkungan
2. Menutup pintu, jendela dan memasang sekat / sampiran
3. Perawat mencuci tangan lalu gunakan sarung tangan / APD dan lain-
lain.
2 Fase Orientasi
 .Memberikan salam , memperkenalkan diri perawat , menyapa klien dengan
ramah
 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
atau keluarganya
 Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
3 Fase Kerja
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasang perlak / pengalas
 Pasang handuk/ selimut di atas dada lateral kemudian tangan kanan pasien di
keataskan memegang tempat tidur
 Ukur TTV
 Lakukan auskultasi pada daerah dada dan punggung kiri dan kanan untuk
menentukan letak penumpukan secret (ronchi)
 Pasien diposisikan sesuai dengan bagianmana ronchi yang terdengar
Posisi postural drainage:
• RUL (right upper lung = lobus kanan atas paru)
 Posisi : duduk bersandar kebelakang dengan sudut 30
Clapping : tangan diletakkan pada clavikula dan scapula kanan
• LUL (left upper lung = lobus kiri atas paru)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
 Posisi : duduk bersandar kebelakang bagian depan memeluk bantal dengan
sudut 30
Clapping : tangan diletakkan antara klavikula dan scapula kiri
• RUL Anterior (right upper lung anterior = segmen kanan atas anterior paru)
Posisi : tidur miring dengan telapak tangan kanan sedikit rotai menjauh dari
punggung kearah dada kiri sehingga klavikula kanan terangkat
Clapping : sebelah dada atas kanan di bawah klavikula antara iga ke 2 dan ke 4
kiri
• LLL Posterior basal (left lower lung posterior basal)
kedua paha diganjal dengan bantal.
 Posisi : seperti tengkurap kepala kebawah 30
Clapping : hanya pada iga kiri belakang ke 11 dan 12
• RLL Posterior basal (right left lung posterior basal)
kedua paha diganjal bantal Posisi : sedikit tengkurap turun kepala 30
Clapping : hanya pada iga kanan belakang ke 11 dan 12
• RLL Superior (right left lung)
Posisi : seperti tengkurap kedua tangan di bawah dada kedua paha di bawah
bantal
Clapping : disudut scapula kanan bagian bawah
 Perawat melakukan clapping dengan lembut di daerah dada lateral 1-2
menit
 Lakukan vibrasi pada saat akhirin spirasi dan awal ekspirasi
 Anjurkan klien untuk batuk efektif dengan cara menarik nafas 3 kali lalu
kemudian batukkan dan dahak ditampung di kom berisi cairan desinfektantan.
 Setelah selesai posisikan klien senyaman mungkin lalu anjurkan untuk minum
 Alat-alat dibereskan
 Cuci tangan
4 Fase Terminasi
 Evaluasi respon pasien
 Simpulkan hasil kegiatan
 Kontrak waktu kegiatan selanjutnya

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
5 Dokumentasi
 Dokumentasikan hasil kegiatan*
Keterangan :
1= Tidak Melakukan Tindakan Makassar, ……………………
2= Melakukan Tindakan TTD Evaluator,
3= Melakukan Tindakan dengan tepat
Total Nilai
NilaiAkhir = --------------------------X 100% (................................................)
5
= ………………………………

INTERPRETASI ANALISIS GAS DARAH (AGD)

A. PENDAHULUAN
Analisis gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan
untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat
digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Sel-sel darah merah
mengangkut oksigen dan karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke
seluruh tubuh. Saat darah melewati paru-paru, oksigen masuk ke dalam darah
sementara karbon dioksida terlepas dari sel darah dan keluar ke paru-paru. Dengan
demikian pemeriksaan analisa gas darah dapat menentukan seberapa baik paru-paru
dalam bekerja memindahkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon
dioksida dari darah. Ketidakseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat
pH darah dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu.
Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang tidak terkontrol,
pendarahan, keracunan zat kimia, overdosis obat, dan syok. Gas darah arteri
memungkinkan untuk pengukuran pH dan juga keseimbangan asam basa, oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya
dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada
konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor,
yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protein
d. Sistem dapar haemoglobin
2. Mekanisme pernafasan

3. Mekanisme ginjal
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Indikasi
Periksaan AGD akan memberikan hasil pengukuran yang tepat dari kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini dapat membantu dokter
menentukan seberapa baik paru-paru dan ginjal bekerja. Biasanya dokter
memerlukan tes analisa gas darah apabila menemukan gejala-gejala yang
menunjukkan bahwa seorang pasien mengalamai ketidakseimbangan oksigen,
karbon dioksida, atau pH darah. Gejala yang dimaksud meliputi:

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
a. Sesak napas

b. Sulit bernafas

c. Kebingungan

d. Mual

Perlu diingat bahwa ini merupakan gejala dari suatu penyakit yang
menyebabkannya seperti pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik,
“PPOK”. Di sisi lain, apabila dokter sudah mencurigai adanya penyakit,
maka pemeriksaan analisa gas darah juga akan diperlukan, seperti pada
kondisi-kondisi di bawah ini:

1. Penyakit paru-paru, misalnya asma, PPOK, pneumonia, dan lain-lain.

2. Penyakit ginjal, misalnya gagal ginjal.

3. Penyakit metabolik, misalnya diabetes melitus atau kencing manis

4. Cedera kepala atau leher yang mempengaruhi pernapasan

Dengan melakukan pemeriksaan ini, selain untuk menentukan penyakit,


dokter juga bisa memantau hasil perawatan yang sebelumnya diterapkan
kepada pasien. Untukk tujuan ini, pemeriksaan AGD sering dipesan
bersama dengan tes lain, seperti tes glukosa darah untuk memeriksa kadar
gula darah dan tes darah kreatinin untuk mengevaluasi fungsi ginjal.

2. Prosedur Pemeriksaan Analisis Gas Darah


Pada pemeriksaan ini diperlukan sedikit sampel darah yang diambil dari
pembuluh darah arteri yang ada di pergelangan tangan, lengan, atau pangkal
paha. Oleh sebab itu prosedur ini disebut juga dengan pemeriksaan analisa gas
darah arteri. Dokter atau petugas lab pertama-tama akan mensterilkan tempat
suntikan dengan cairan antiseptik. Setelah mereka menemukan arteri, mereka

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
akan memasukkan jarum ke dalam arteri dan mengambil darah. Mungkin
Anda akan sedikit merasakan sakit saat jarum suntik masuk ke dalam kulit,
tapi tentu ini tidak begitu menyakitkan. Setelah dirasa cukup, kemudian jarum
dicabut, dan luka tusukan ditutup dengan perban. Sampel darah kemudian
akan dianalisa oleh mesin portabel atau mesin yang ada di laboratorium.
Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari waktu pengambilan
untuk memastikan hasil tes yang akurat.
3. Langkah-langkah Untuk Menilai Gas Darah
a. Pertama-tama perhatikan pH, jika menurun klien mengalami asidemia,
dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika
meningkat klien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis
metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal
dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika
ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan
HCO3 mungkin ada gangguan campuran.
b. Perhatikan variable pernafasan, PaCO2 dan metabolic, HCO3 yang
berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan
primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran. Gangguan ini bias
diketahui dari PaCO2 normal, meningkat atau menurun dan HCO3
normal, meningkat atau menurun. Pada gangguan asam basa sederhana,
PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama dan
penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan
menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran.
c. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah
terjadi hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer,
jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer maka kompensasi
sedang berjalan.
d. Buat penafsiran tahap akhir sama ada ia gangguan asam basa
sederhana, gangguan asam basa campuran

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Rentang nilai normal

pH : 7, 35-7, 45

TCO2 : 23-27 mmol/L

PCO2 : 35-45 mmHg

BE : 0 ± 2 mEq/L

PO2 : 80-100 mmHg

saturasi O2 : 95 % atau lebih

HCO3 : 22-26 mEq/L

4. Interpretasi Hasil Analisis Gas Darah


a. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH
Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran
asam seperti asam laktat dan asam keto.
Nilai normal pH serum:

Nilai normal : 7.35 - 7.45

Nilai kritis : < 7.25 - 7.55


Implikasi Klinik:

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
1) Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan
asidemia peningkatan pembentukan asam

2) Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia


kehilangan asam

3) Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan


HCO3 diketahui juga untuk memperkirakan komponen
pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa
b. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida, (PaCO2).
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang
terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas
ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg

SI : 4.7 - 6.0 kPa


Implikasi Klinik:
1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/
nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg
perlu mendapatkan perhatiaan khusus.

2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau


penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu
mendapat perhatian khusus.

3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada


hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan
hiperventilasi.

4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan


PaCO2 sebesar 1.3 mmHg

c. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen, (PaO2).

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah
oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan
paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur): 75 - 100 mmHg

SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik:
1) Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi
kronik, PPOK, penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat
gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai
PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
2) Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran
O2 oleh alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik
hiperventilasi dan polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya
angkut oksigen.

d. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen, (SaO2).


Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi
total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik:
1) Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi
hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
2) Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan
jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion
bikarbonat

e. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida, (CO2).


Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion
bikarbonat, 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat.
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang
bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama
bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L

SI : 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang
bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang
bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik:
1) Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah,
emfisema, dan aldosteronisme

2) Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik
asidosis dan hiperventilasi

3) Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan


nitrofurantoin

REFERENSI

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
1. Jayanti Utami. 2011. Yudi Apriadi. 2015. Gambaran Nilai Analisa Gas Darah
(AGD)pada pasien cidera Kepala Berat di Ruang Triage Bedah IGD RSUP
Sanglah. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar
2. Shelly P. Dev, MD., Melinda D Hilmer, MD.,Mauricio Ferri, MD. 2011. Arterial
Puncture for Blood Gas Analysis. The New England Journal of Medicine.346:e7
3. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiologi,
5thedition. USA:McGraw Hill.2015;Ch.14

PROSEDUR PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL


12 Langkah Mencuci Tangan Yang Benar
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
1. Pengertian : Mencuci tangan dengan benar adalah salah satu tindakan
membersihkan kotoran dengan sabun atau antiseptik dengan
cara dibilas dengan air agar terhindar dari infeksi kuman dan
resiko penyakit
2. Tujuan : Membunuh kuman penyakit yang ada di tanga n
3. Indikasi : Sebelum melakukan dan sesudah melakukan Tindakan
Keperawatan secara langsung dan tidak langsung pada pasien
4. Kontra indikasi : Infeksi Nosokomial
5. Lama waktu : 20 – 30 mnt
6. Prosedur
No Aspek yang di nilai Nilai

1 2 3
1 Persiapan alat
1. Sabun antiseptik
2. Westafel dan air mengalir
3. Handuk bersih dan kering/
pengering
2 Persiapan diri
1. Lepas semua assesoris yang ada
pada tangan
2. Gulung lengan baju sampai
lengan siku
3 Pelaksanaan
1. Mengalirkan air
2. Basahi air dengan air
3. Tuang
sabun/antiseptik
secukupnya
4. Gosok telapak tangan dengan
mengikuti arah Gerakan
rotasi
5. Bersihkan sela-sela jari dengan
menggunakan telapak tangan
untuk membersihkan yang lain
6. Jalinkan jari jemari kedua
telapak tangan saling
berhadapan kemudian digosok
7. Gosok telapak tangan dengan
jari secara berlawanan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
8. Gosok kedua ibu jari
secara bergantian

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
9. Gosok bagian telapak tangan
10. Bilas dengan air mengalir
11. Keringkan tangan
menggunakan handuk
kering sekali
pakai/pengering
12. Matikan kran dengan
menggunakan siku
13. Pertahankan tangan tidak
menyentuh baju atau benda-
benda yang kotor
14. Tangan anda sudah bersih
4 Terminasi
1. Pastikan selalu mencuci tangan
dengan tahapan yang benar dan
lengkap
5 Dokumentasi
1. Persiapan alat
2. Persiapan perawat
3. pelaksanaan
Total Nilai

Keterangan : Makassar, 20
1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100%


5

Referensi :

 Alman. 2000. Fundamental & Advanced Nursing Skill. Canada: Delmar Thompson,
Learning Publisher.

 Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan, konsep dan aplikasi kebutuhan


dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

 Azis Alimun. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika

 Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.
EGC, Kedokteran.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
PERAWATAN PAYUDARA DAN PIJAT OKSITOSIN
1. Pengertian

Perawatan payudara dan pijat oksitosin merupakan upaya untuk menstimulasi


peningkatan produksi ASI (Ekawati, 2018).
2. Tujuan

Merangsang hormon prolaktin dan oksitosin sehingga produksi ASI bisa lancar
3. Indikasi

a. Memelihara kebersihan payudara


b. Melancarkan sirkulasi aliran darah
c. Mengenyalkan puting susu agar tidak mudah lecet
d. Memperlancar pengeluaran ASI
e. Menjaga bentuk buah dada agar tetap bagus
4. Kontra Indikasi

Adanya penyakit jantung, DM, tumor payudara, pre eklamsi dan eklamsi serta ibu yang
dirawat di ICU.
5. Lama Waktu

Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah persalinan.
Dilakukan 2x sehari.
6. Prosedur

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Sarung tangan
2. Minyak kelapa (VCO) / olive oil / baby oil
3. Air hangat dan air dingin dalam waskom kecil
4. Waslap / sapu tangan handuk 2 buah
5. Handuk bersih yang besar 2 buah
6. Kapas
7. Bra
8. Kursi 2 buah
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
2 Persiapan Pasien dan Orientasi
1. Ucapkan salam kemudian perkenalkan diri terlebih dahulu
2. Identifikasi pasien (bertanya nama, umur, alamat serta cek
gelang identitas pasien)
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarganya
4. Kontrak waktu
5. Berikan pasien dan keluarganya kesempatan untuk bertanya
sebelum memulai kegiatan
6. Jaga privasi pasien (tutup pintu/tirai)
7. Atur posisi pasien dalam keadaan duduk
3 Fase Kerja
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Gunakan sarung tangan
3. Meminta pasien melepaskan pakaian kemudian pasangkan
handuk dari bahu ke daerah ketiak dan handuk yang lainnya
simpan dipangkuan ibu.
4. Kompres puting dengan kapas yang telah diberi minyak
kelapa (VCO) / olive oil / baby oil selama 3 – 5 menit,
kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi lalu angkat
dengan cara memutar.
Perhatikan apakah puting kotor, jika kotor bersihkan
kembali menggunakan kapas yang telah diberi minyak
kelapa (VCO) / olive oil / baby oil.
5. Tuang minyak kelapa (VCO) / olive oil / baby oil pada
telapak tangan secukupnya.
6. Lakukan gerakan pengurutan 20 – 30 kali untuk tiap
payudara sebanyak 2 kali sehari (bila ibu sudah memahami
dapat dilakukan di rumah dan lakukan sebelum mandi).
7. Pengurutan 1 :
 Tempatkan kedua tangan pada bagian atas payudara

 Pengurutan dimulai ke arah atas kemudian ke samping


(telapak tangan kiri ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan
menuju ke sisi kanan)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19


6
6
 Arah gerakan terakhir adalah melintang kemudian lepas
perlahan – lahan.

8. Pengurutan 2 :
 Satu telapak tangan menopang payudara, sedang tangan
lainnya mengurut payudara dari pangkal menuju puting
susu.

9. Setelah selesai pengurutan, rangsang payudara dengan cara


kompres kedua payudara dengan air hangat, kemudian air
dingin dan air hangat (lakukan secara bergantian selama ±5
menit).

10. Bersihkan minyak kelapa (VCO) / olive oil / baby oil yang
menempel pada sekitar payudara dengan air hangat
kemudian keringkan dengan handuk bagian atas.
11. Stimulasi refleks oksitosin pada bagian punggung ibu
dengan memijat.
 Carilah tulang cervical vertebrae (yang menonjol pada
tengkuk / leher belakang)
 Dari titik tonjolan tadi turun ke bawah ±2 cm dan
kanan-kiri ± 2 cm, posisikan jari untuk memijatnya
(gunakan jempol atau punggung telunjuk kiri dan
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
kanan)
 Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar secara
perlahan-lahan lurus ke arah bawah hingga batas garis
bra.

12. Keringkan payudara dan punggung setelah tindakan


13. Gunakan BH khusus untuk menyusui dan menyokong

14. Beri tahu ibu bahwa tindakan telah selesai


15. Rapikan alat
16. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 6 langkah
4 Terminasi
1. Evaluasi hasil
- Perasaan pasien
- Pengetahuan keluarga dan pasien setelah diedukasi
- Berikan reinforcement positif atas kerjasamanya
- Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
- Akhiri kegiatan dengan baik dan mengucap salam
5 Dokumentasi
1. Nama, umur dan alamat
2. Diagnosa keperawatan
3. Tindakan yang dilakukan
4. Evaluasi DS / DO setelah tindakan
5. Tanggal, jam, dan tanda tangan perawat
Total Nilai

Keterangan:
1. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator
3. Dilakukan dengan sempurna

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100% (............................................................)
5
=

7. Referensi

Andriani, dkk. (2019). Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum.
Jurnal Pengabdian Mitra Masyarakat (JPMM) Vol. 1 No. 2 Oktober 2019. ISSN
: 2656-8241 e-ISSN : 2656-9000.
Ekawati. (2018). Efektivitas Kombinasi Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin
terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Nifas di Ruang Melati RSUD Dr.
Soegiri Lamongan. Sain Med Jurnal Kesehatan. Vol. 10, No. 1, Juni 2018.
ISSN 2085-3602.
Karjatin. (2016). Praktikum Keperawatan Maternitas. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Pusdik SDM Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Ratna, Waode. (2017). Efektivitas Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Terhadap
Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas Post SC di RSU Bahteramas Kendari Sulawesi
Tenggara Tahun 2017. Poiteknik Kesehatan Kendari.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK KEPERAWATAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. Pengertian
Pemeriksaan sistem muskoloskeletal merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan
fisik yang meliputi pemeriksaan tulang, persendian dan otot.
2. Tujuan
a. Memperoleh data dasar tentang fungsi otot, tulang dan persendian
b. Mengetahui mobilitas otot (range of motion) pasif dan aktif
c. Mengetahui tonus otot
d. Mengetahui kekuatan otot
e. Mengetahui adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal
3. Indikasi
a. Pasien yang diduga mengalami gangguan neuromuskuloskeletal
b. penurunan tingkat kesadaran
c. Kelemahan otot
d. Fase rehabilitasi fisik
e. Klien dengan tirah baring lama
4. Kontra Indikasi

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Pasien yang mengalami dislokasi sendi, fraktur yang tidak sembuh, pasca tindakan
bedah jika gerakan diketahui akan mengganggu penyembuhan dan osteoporosis berat
dimana gerakan dapat menyebabkan cedera.
5. Lama Waktu : 20 menit
6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Handscoon
2. Hammer
3. Meteran (pita ukur)
2 Persiapan Pasien dan Oientasi
1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoon bersih
3. Menjaga privasi klien
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarga
5. Menjelaskan tujuan pemeriksaan

3 Fase Kerja
5. Pemeriksaan kaki dan tulang belakang
- Berdiri di belakang pasien, minta pasien berdiri tegak
- Inspeksi bentuk kaki dan cara berjalan, catat adanya kelainan
- Inspeksi kurvatura tulang belakang, kesimetrisan bahu,
pinggul, dan tulang belakang.
- Inspeksi adanya kelainan berupa lordosis, kifosis, dan
skoliosis
6. Pemeriksaan otot
a. Massa Otot
- Inspeksi kontur massa otot. Catat jika terdapat kelaianan
berupa atrofi otot.
b. Kekuatan Otot
- Minta pasien melawan tahanan pemeriksa
- Mengukur kekuatan otot dengan skala Arbitrer:
0 = Tidak ada (Tidak ada kontraksi)
1 = Sangat lemah (Hanya ada sedikit kontraksi)
2 = Lemah (Gerakan dibatasi oleh gravitasi)
3 = Cukup kuat (Gerakan melawan gravitasi)
4 = Baik (Gerakan melawan gravitasi dengan sedikit
tahanan)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
5 = Normal (Gerakan melawan gravitasi degan tahanan
penuh)
- Bandingkan kekuatan proksimal dan distal (kelemahan
proksimal berkaitan dengan penyakit otot, kelemahan
distal berkaitan dengan penyakit neurologik).
- Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya.
2.3 Tonus Otot
- Otot yang diperiksa adalah otot-otot ekstremitas pada
posisi relaksasi.
- Pemeriksa memberikan gerak pasif pada otot tersebut.
- Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya
7. Range of Motion (ROM)
- Fleksi = gerakan menekuk persendian
- Ekstensi = gerakan meluruskan persendian
- Dorsofleksi = menggerakan sendi ke arah depan
- Plantarfleksi = menggerakkan sendi ke arah belakang
- Adduksi = gerakan ke arah garis tengah tubuh
- Abduksi = gerakan menjauhi garis tengah tubuh
- Elevasi = menggerakkan scapula ke atas
- Depresi = menggerakkan scapula ke bawah
- Inversi = menggerakkan sendi kaki ke arah dalam
- Eversi = menggerakkan sendi kaki ke arah luar
- Rotasi = memutar sendi ke dalam (rotasi internal), dan
keluar (rotasi eksternal)
- Pronasi = rotasi tangan ke arah bawah
- Supinasi = rotasi tangan ke arah atas
- Oposisi = menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama.
4 Terminasi
4. Mengucapkan salam kepada klien dan keluarga
5. Melepas handscoon dan mencuci tangan
5 Dokumentasi
Mendokumentasikan tindakan (Tanggal, waktu pemeriksaan, nama
klien, No RM, hasil pemeriksaan, tanda tangan)
Total Nilai

Keterangan : ovidBuku Panduan Kepanitraan Umum


1. Tidak dilakukan sama sekali (Panum) Masa Pandemi C

2. Dilakukan tapi tidak sempurna


3. Dilakukan dengan sempurna

6
Makassar, 20
Evaluator,

(……………………………..)

6
NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100%
5
=

7. Reference
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing; consept, process and
practice, (fourth edition) California: Addison - Wesley Publishing CO.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1996). Fundamentals of Nursing: Concept, Process &
Practice. (third edition). St. Louis: Mosby - Year Book
Perry, A.G. & Potter, P.A. (1994). Clinical Nursing Skills & techniques (third
edition). St. Louis: Mosby - Year Book.
Priharjo, R., (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19


7
PROSEDUR PALPASI MENURUT LEOPOLD

1. Pengertian : Pemeriksaan Palpasi atau Leopold adalah pemeriksaan dengan menggunakan indra peraba yaitu
tangan untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan tekstur dan mobilitas. Palpasi dibutuhkan
kelembutan dan sensitifitas untuk itu hendaknya menggunakan jari. Palpasi berguna untuk mengkaji posisi,
tekstur, konsistensi, bentuk massa dan pulsasi janin.

2. Tujuan :
a. Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat di fundus uteri.
b. Untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi lateral maternal
c. Untuk menentukan bagian janin yang terdapat dibagian bawah dan apakah presentasi terbawah sudah atau
belum terpegang oleh pintu atas panggul
d. Untuk menentukan seberapa besar masuknya presentasi terbawah janin ke rongga panggul

3. Indikasi :
a. Pasien yang positif hamil
b. Mendeteksi kondisi patologis kehamilan
c. Mendeteksi kemajuan kehamilan
d. Mempersiapkan persalinan

4. Kontraindikasi :
a. Pasien yang tidak hamil
b. Kehamilan masih < 20 minggu
c. Ibu hamil yang perdarahan tanpa sebab yang jelas
d. Ibu hamil dengan tanda persalinan premature
e. Ibu hamil dengan nyeri tekan panggul yang intens

5. Lama Waktu : 20 menit

6. Prosedur
Nilai
No. Aspek Yang Dinilai 1 2 3
A. Persiapan Alat
1. Ranjang Obstetrik
2. Selimut
3. Stetoskop monoaural/laenec atau dopler
4. Meteran

B. Persiapan Pasien dan Orientasi


1. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
2. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari
pemeriksaan ini
3. Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang
menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi
tidak akan membahayakan bayi yang ada di dalam
kandungan
4. Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan, mintalah
persetujuan lisan tentang pemeriksaan yang akan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
dilakukan

C. Fase Kerja :
1. Persiapkan ibu untuk berbaring
2. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak
jelas kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki
pada ranjang sehingga terjadi fleksi pada sendi paha dan lutut
untuk mengurangi ketegangan pada dinding perut
3. Tutup paha dan kaki ibu dengan selimut yang telah disediakan
4. Cuci tangan pemeriksa dengan 6 langkah menggunakan sabun,
bilas dengan air hangat kemudian keringkan kedua tangan
tersebut dengan handuk.
5. Pemeriksa berdiri di sisi kanan ibu dan melihat kearah kepala
ibu
6. Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksaan akan segera di
mulai

Leopold I :
Tujuan : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin
yang terdapat pada fundus uteri
1. Rahim dibawa ke tengah sampai mendapatkan tahanan di
fundus
2. Tentukan bagian-bagian janin yang berada di fundus uteri
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting.
Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting
Pada letak lintang, fundus uteri kosong
3. Tentukan tinggi fundus uteri
Sebutkan usia-usia kehamilan dengan hitungan minggu atau bulan
berdasarkan tinggi fundus uteri

Leopold II :
Tujuan : untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi
lateral maternal
1. Kedua tangan pindah ke samping
2. Tentukan dimana punggung anak, punggung anak terdapat
dipihak yang memberikan rintangan terbesar. Lalu carilah
bagian-bagian kecil yang biasanya terletak bertentangan
dengan pihak yang memberikan rintangan terbesar

3. Lalukan teknik mendengar denyut jantung janin


4. Lakukan teknik menghitung denyut jantung janin

Leopold III :
Tujuan : untuk menentukan bagian janin yang terdapat dibagian
bawah dan apakah presentasi terbawah sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul
1. Lakukan seperti melalukan leopold 1, tahan pada bagian
fundus
2. Dengan menggunakan satu tangan, tentukan bagian janin yang

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
berada di bawah
3. Selanjutnya dengan menggunakan antara ibu jari dan jari
lainnya, tentukan apakah bagian bawah masih dapat
digoyangkan atau tidak

Leopold IV :
Tujuan : untuk menentukan seberapa besar masuknya presentasi
terbawah janin ke rongga panggul
1. Pemeriksa mengubah sikap berdiri menjadi melihat kearah
kaki ibu
2. Lakukan seperti melalukan leopold 1 tetapi mengarah ke arah
shimpisis ibu
3. Dengan kedua tangan, tentukan seberapa besar masuknya
bagian terbawah janin
4. Jelaskan posisi Divergen
5. Jelaskan posisi Transversal
6. Jelaskan posisi Konvergen

D. Terminasi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi yang meliputi :
a. Usia Kehamilan
b. Presentasi dan posisi janin
c. Kondisi Janin
2. Cuci tangan pemeriksa dengan 6 langkah menggunakan sabun,
bilas dengan air bersih.

E. Dokumentasi
Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada lembar dokumentasi

TOTAL NILAI

Keterangan Check List :


1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Dilakukan tapitidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna

7. Referensi
a. Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta; Rapha Publishing.
b. Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta; Salemba Medika.
c. Deswani K. 2010. Panduan Praktik Klinik dan Laboratorium Keperawatan Maternitas. Jakarta; Salemba
Medika.

Makassar, .....................................................
Evaluator,

(................................................

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PROSEDUR TIMBANG TERIMA (OPERAN)

1 Pengertian Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (
laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien, yaitu:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
2 Tujuan 1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
3 Ruang Lingkup Ruang Perawatan saat pergantian Shift
4 Penanggung Jawab Perawat(PP/PA)
5 Lama Waktu 10-15 Menit
6 Prosedur 1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap
masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal
yang penting lainnya selama masa perawatan ( tanggung jawab )
3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya
dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
4. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
b. Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
5. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan. Perawat yang
melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak
terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,kecuali dalam kondisi
khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
6 Referensi 1. Azrul Azwar (1997). Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di
Indonesia. Makalah Seminar. UI. Jakarta
2. Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta
3. Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
4. Sri Werdati., (2018, Agustus). Pengantar Manajemen Keperawata
5. Sri Mugianti., Model Dan Bahan Ajar Cetak : Manajemen dan Kepemimpinan
Dalam Praktek Keperawatan
6. Diah Meisinta., (2018, Agustus). Sop Manajemen Keperawatan: Sop
Manajemen Keperawatan
7. Sitorus, R 2002 Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit :
penataan struktur & proses pemberian asuhan keperawaytan di ruang rawat ,
EGC Jakarta

PROSEDUR TIMBANG TERIMA (OPERAN)


No Aspek yang dinilai Bobot Nama Mahasiswa

1 Membuka operan dengan 5


salam
2 Menyampaikan identitas dan 10
diagnosis medis pasien
3 Menyampaikan masalah yang 15

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
muncul
4 Menginformasikan tindakan 20
keperawatan yang sudah dan
belum dilakukan
5 Menginformasikan intervensi 15
kolaborasi yang sudah dan
belum dilakukan
6 Menginformasikan 15
perkembangan /evaluasi
pasien
7 Memberikan kesempatan 15
pada perawat untuk
melakukan klarifikasi dan
diskusi tentang permasalahan
pasien
8 Menutup operan dengan 5
membaca doa dan salam
Jumlah Skore 100

Makassar, 20
Evaluator,

( ............................. )

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)

1. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan selang plastik yang lunak (yang disebut dengan selang
NGT, Naso Gastric Tube) dengan melewati hidung, dan terakhir dilambung. Tindakan ini
termasuk tindakan kolaboratif dengan tim dokter.
2. Tujuan
a. Memberikan cairan / Nutrisi
b. Dekompresi Lambung
c. Irigasi Lambung
d. Diagnostik
3. Indikasi
a. Pada klien yang tidak mampu memasukkan makanan, minuman dan obat via oral.
b. Pada klien yang mengalami keracunan obat atau makanan sehingga isi lambung dapat
dikeluarkan via selang NGT.
c. Mencegah muntah dan aspirasi pada klien dengan trauma
d. Pada klien yang mengalami perdarahan lambung
e. Klien dengan distensi abdomen karena gas, darah dan cairan.
f. Klien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung.
4. Kontra Indikasi
a. Perhatikan ukuran selang NGT berdasarkan usia klien. Untuk klien dewasa maka
selang NGT yang dapat dipakai adalah ukuran 14-18 Fr, sedangkan unutk klien bayi
dan anak-anak dengan ukukran 10-14 Fr (Manarboe Community Collage, 2009).
b. Klien dengan trauma kepala, injury tulang maksilaris, atau fraktur tengkorak bagian
anterior. Memasukkan NGT begitu saja (blind action) melalui hidung berpontensi
masuknya selang NGT melewati criboform plate, karena akan menimbulkan
penetrasikan intrakranial dan menimbulkan peningkatan TIK.
c. Klien dengan riwayat strikur eso fageal dan varises esofageal.
5. Lama Waktu
30 menit
6. Prosedu
r

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3
Persiapan Alat
1. Selang NGT (ukuran sesuai kebutuhan)
Dewasa : ukuran 14-18 Anak : ukuran 10-
14
2. Spuit NGT 60cc
3. Plester hipoalergik. Potong ± 10 cm.
4. Strip indicator PH
5. 1 gelas air dan sedotannya
1 6. Stetoskop
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Penlight
10. Spatel
11. Klem arteri
12. Jelly
13. HandScoen
14. Penutup ujung NGT
15. Piala ginjal / bengkok
Persiapan Pasien dan Orientasi
2 1. Jaga privasi klien.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Fase Kerja
1. Kaji rongga mulut dan hidung klien, bersihkan jika ada kotoran
2. Mencuci tangan
3. Berdiri pada sisi tempat tidur yang sama dengan sisi hidung klien yang
akan diinsersi selang
4. mengatur posisi klien high-fowler kecuali jika ada kontraindikasi.
Menempatkan bantal di belakang kepala dan bahu klien
3 5. Mengajarkan klien untuk menarik nafas dalam saat selang dimasukkan
dan menelan saat selang berada di mulut
6. Meletakkan handuk di atas dada klien, meletakkan tissue dalam
jangkauan klien
7. Letakkan bengkok di sisi klien
8. Siapkan plester dengan panjang 10 cm
9. Buka plastik pembungkus selang NGT
10. Pakai sarung tangan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3
11. Ukur panjang selang yang akan dimasukkan (dari hidung ke daun
telinga, lalu lanjutkan sampai ke processus xiphoideus). Tandai
panjang NGT yang sudah di ukur.
12. Beri jelly kurang lebih 10cm dari ujung selang NGT
13. Instruksikan klien untuk relkas dan bernafas normal. Masukkan selang
perlahan tetapi tegas melalui nasal. Jangan masukkan secara paksa,
jika terasa ada tahanan, keluarkan secara perlahan dan ulangi
pemasangan melalui lubang nasal lainnya
14. Masukkan selang sampai nasopharing (5cm), instruksikan klien untuk
memfleksikan leher dan menelan
15. Masukkan selang sampai batas yang telah ditandai
16. Melakukan langkah-langkah berikut untuk memastikan penempatan
selang :
a. Menginjeksi 30 ml udara ke dalam selang dan mengaspirasi isi
gastrointestinal dengan spuit
b. Mengukur pH isi gastrointestinal yang telah diaspirasi
c. Melakukan verifikasi penempatan selang dengan menggunakan X
ray jika diperlukan.
17. Melepaskan sarung tangan, Fiksasi selang NGT dengan plester.
18. Rawat ujung luar NGT sesuai dengan ndikasi pemasangan NGT
Terminasi
1. Menanyakan apakah klien merasa nyaman
4
2. Mengobservasi klien terhadap kemungkinan kesulitan bernafas atau
kemungkinan tersedak
Dokumentasi
1. Mencatat dan melaporkan tipe dan ukuran selang yang digunakan,
5
toleransi klien terhadap prosedur, Nilai PH dan konfirmasi posisi
tube melalui X-Ray
Total Nilai

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Keterangan :

0 = Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20


1 = Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
2 = Dilakukan dengan sempurna

Total Nilai (..........................................)


NILAI AKHIR =-----------------------------x 100 %
69

7. Referensi
a. Geraldin Rebeiro, Leanne Jack, Natashia Scully, Damian Wilson (2015), Keperawatan Dasar : Manual
Ketrampilan klinis, Edisi Pertama, Singapore: Elseiver Kozier, Berman, snider, Levett-Jones, Dwyer,
Hales, Harvey, Luxford, Moxham, Park,
b. Lynn, P., Taylor, C., & LeBon, M. (2011). Taylor's clinical nursing skills: A nursing process
approach. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

1. Pengertian :

Pemasangan infus adalah tindakan dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam tubuh
secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan secara cepat.

2. Tujuan :

A. Mencegah atau memperbaiki gangguan elektrolit dan cairan pada pasien yang mengalami sakit akut

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
B. Mencegah ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

C. Memberi akses akses intravena pada pemebrian terapi intermitten atau emergensi

3. Indikasi :

A. Menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, B.

Dehidrasi karena panas atau akibat suatu penyakit,

C. Kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.

4. Kontra Indikasi : -
5. Lama Waktu: 48-72 jam
6. Prosedur

No Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
1. Persiapan Alat

1. Cairan yang diperlukan, sesuaikan cairan dengan kebutuhan pasien.


2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran infus,
penjepit selang infus untuk mengatur kecepatan tetesan.
Jenis infus set berdasarkan penggunaannya :
a. Macro drip set
b. Micro drip set
c. Tranfusion Set
3. Kateter intravena (IV catheter)

4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%


5. Kassa steril, plester, kassa pembalut
6. Torniket
7. Gunting
8. Bengkok
9. Tiang infus
10. Perlak kecil
11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)
12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak
13. Masker
14. Tempat sampah medis

2. Persiapan Pasien dan Orientasi

1. Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.


2. Beritahukan pada penderita (atau orang tua penderita) mengenai tujuan dan
prosedur tindakan, minta informed consent dari pasien atau keluarganya.
3. Pasien diminta berbaring dengan posisi senyaman mungkin.
4. Mengidentifikasi vena yang akan menjadi lokasi pemasangan infus :

- Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak kidal,
tangan kanan bila pasien kidal).
- Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.

- Lakukan identifikasi vena yang akan ditusuk

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3. Fase Kerja
1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat penderita di tempat yang
mudah dijangkau
- Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang disiapkan sudah sesuai dengan
identitas atau kebutuhan pasien.
- Dilihat kembali keutuhan kemasan dan tanggal kadaluwarsa dari setiap alat, obat
dan cairan yang akan diberikan kepada pasien.
2. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus

3. Memasang infus set pada kantung infuse :

- Buka tutup botol cairan infus.

- Tusukkan pipa saluran udara, kemudian masukkan pipa saluran infus.

- Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka kran selang sehingga
tidak ada udara pada saluran infus, lalu dijepit dan jarum ditutup kembali.
Tabung tetesan diisi sampai ½ penuh.
- Gantungkan kantung infus beserta salurannya pada tiang infus.

4. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
5. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket

6. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat


suntikan.
7. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas,
membentuk sudut 30-40o terhadap permukaan kulit.
8. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir
keluar.
9. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-
kira 1 cm ke arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar
jarum tidak melukai dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh
0.5 – 1 cm untuk menstabilkannya.
10. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang
memfiksasi bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang
berwarna putih ke dalam vena
11. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter vena.

12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan
kantung infus atau kantung darah
13. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan

14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester

15. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.

16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan
plester
17. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai (spalk) supaya
jarum tidak mudah bergeser
18. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang ke dalam

sharp disposal (jarum tidak perlu ditutup kembali)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
4 Terminasi

1. Evaluasi hasil/ respon pasien

2. Mendokumentasikan hasilnya

3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

4. Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat

5. Mencuci tangan

5 Dokumentasi

1. Waktu pelakasanaan tindakan

2. Infus terpasang baik/tidak

3. Letak pemasangan infus

4. Ukuran iv chateter yang digunakan.Jenis cairan yang di berikan dan jumlah


tetesan dalam 1 menit

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Total Nilai

Keterangan

1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,

2. 2. Dilakukan tapi tidak sempurna

3. Dilakukan dengan sempurna

Makassar,........20
Evaluator

(………………………..)

PEMBERIAN OBAT ORAL

1. Pengertian
Cara pemberian obat melalui mulut. Obat-obatan oral tersedia dalam berbagai jenis yaitu pil, tablet,
bubuk, syrup dan kapsul. Selama pasien mampu menelan dan mempertahankan obat dalam perut,
pemberian obat peroral menjadi pilihan.
2. Tujuan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
a. Untuk memudahkan dalam pemberian obat

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat
segera diatasi
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
3. Indikasi

a. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.


b. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.
4. Kontra Indikasi

a. Kontraindikasi pemberian pada penderita gangguan fungsi cerna dan tidak mampu menelan
b. perlunya tindakan suction
c. kesadaran menurun
5. Lama Waktu
5-10 menit
6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Obat oral
2. Medication cup (mangkuk obat) atau sendok takar obat
3. Kartu obat
4. Minuman yang diinginkan klien
5. Sedotan yang dapat ditekuk, jika diperlukan
6. Mortal (penumbuk obat), jika diperlukan
7. Tissue
8. Baki obat
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
oral
3. Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan,
mual atau muntah, inflamasi usus atau penurunan
peristaltik, operasi gastrointestinal terakhir, penurunan
atau tidak terdengar bising usus, dan suksion lambung.
4. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran
tentang pengobatan
5. Kaji tanda-tanda vital pasien

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3 FASE KERJA
1. Cek order pengobatan dan periksa keakuratan serta
kelengkapan kartu obat, bentuk, atau pint-out dengan pesanan
tertulis dari dokter, perhatikan nama pasien, nama dan dosis
obat, cara dan waktu pemberian serta expire date. Laporkan
setiap ketidakjelasan pesanan
2. Verifikasi kembali kemampuan pasien dalam pemberian
obat secara oral.
3. Siapakan peralatan atau kumpulkan peralatan yang
disebutkan diatas.
4. Cuci tangan
5. Ambil obat yang diperlukan, perhatikan dengan seksama.
6. Hitung dosis secara akurat
7. Recek kembali obat dengan
order Obat Tablet/Kapsul
a. Untuk memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah
yang dibutuhkan kedalam tutup botol dan dipindahkan ke cangkir
obat. Jangan sentuh obat dengan tangan anda. Tablet atau
kapsul yang tersisa dapat dituang kembali ke dalam botol.
b. Untuk menyiapkan dosis unit tablet atau kapsul, letakkan
kapsul atau tablet yang telah dikemas ke dalam cangkir obat.
Jangan lepaskan pembukusnya.
c. Semua tablet atau kapsul yang akan diberikan pada pasien pada
saat yang bersamaan diletakkan dalam satu cangkir kecuali
yang pemberiannya membutuhkan pengkajian sebelumnya
seperti tekanan darah dan frekuensi nadi
d. Jika Pasien mempunyai kesulitan menelan, haluskan tablet
sampai didapat bentuk bubuk. Campur dalam makanan ringan
Obat Cair/Liquid
a. Kocok obat secara perlahan sebelum dituangkan.
b. Tuangkan obat dengan cara buka penutupnya dan letakkan
pada posisi terbalik.
c. Pegang botol dengan label di telapak tangan ketika menuangkan.
d. Pegang cangkir obat setinggi mata dan isi sampai batas
yang dinginkan
e. Usap bibir botol dengan tissue sebelum menutup
botol sehingga obat tidak lengket atau merusak
label.
f. Kembalikan obat kedalam almari atau lemari es

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
4 Terminasi
1. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap
keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
2. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar,
buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
3. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
5 Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
Total Nilai

Keterangan:
Makassar, 20
1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
2. Dilakukan tapi tidak sempurna

3. Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100% (...........................)


5
=

7. Reference

Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic
Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and
Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed.
Philadelphia : Mosby-Elsevier

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

1. Pengertian
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada membrane
pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum
2. Tujuan
c. Untuk mempertahankan hidrasi
d. Melindungi permukaan kulit
e. Mengurangi iritasi kulit
f. Mengatasi infeksi
g. Untuk mengobati gangguan pada mata
h. Untuk mengencerkan sekresi dan menfasilitasi drainase dari hidung
i. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Indikasi
a. Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringan

b. Pada pasien radang atau alergi mata.

c. Infeksi saluran napas,

d. Otitis media (radang rongga gendang telinga),

e. infeksi kulit.

4. Kontra Indikasi
a. Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.
b. Hipersensitivitas.
c. Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
d. Pada pasien ulkus
e. Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang
ditemurunkan)
5. Lama Waktu
10-30 Menit

6. Prosedur
A. Pada Kulit

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
9. Obat / agen topikal yang dipesankan misal krim, lotion, aerosol,
sprai atau bubuk.
10. Kartu atau formulir obat
11. Kasa kecil steril
12. Sarung tangan sekali pakai atau steril
13. Aplikator berujung kapas atau tong spatel
14. Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
15. Kasa balutan, penutup plastik, plester
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran
tentang pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien
3 FASE KERJA
Pemberian obat Topika Pada Kulit
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya
kerja dan tempat pemberian.
2. Cuci tangan
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Tutup tirai
5. Identifikasi klien secara tepat
6. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat
7. Inspeksi kondisi kulit.
8. Gunakan sarung tangan
9. Oleskan agen topical :
a. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
1) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di
telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok
lembut diantara kedua tangan
2) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
3) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak
setelah pemberian

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
b. Lotion mengandung suspensi
1) Kocok wadah dengan kuat
2) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau
bantalan kecil
3) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin
dan kering.
c. Bubuk (Powder)
1) Pastikan bahwa permukaan kulit kering
secara menyeluruh
2) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti
diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
3) Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
d. Spray aerosol
1) Kocok wadah dengan keras
2) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang
spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
3) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta
klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
4) Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang
sakit
10. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai
11. Buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang
sesuai
12. Cuci tangan
4 Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
5 Dokumentasi
6. Nama obat
7. Dosis yang diberikan
8. Waktu pemberian
9. Cara pemberian
10. Reaksi alergi
Total Nilai

B. Pada Mata
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
1 Persiapan Alat
f. Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube
g. Kartu atau formulir obat
h. Bola kapas atau tisu
i. Baskom cuci dengan air hangat
j. Penutup mata (bila diperlukan)
k. Sarung tangan
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran
tentang pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien
3 FASE KERJA
1. Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama
obat, dosis, waktu pemberian dan rute obat.
2. cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama
pasien langsung
4. Jelaskan prosedur pemberian obat
5. Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher
agak hiperekstensi (mendongak)
6. Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau
kantung dalam, basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang
telah mengering dan sulit di buang dengan memakai lap basah atau
bola kapas mata selama beberapa menit. Selalu membersihkan
dari bagian dalam ke luar kantus
7. Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di
atas tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
8. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan
tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang
orbita i. Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
9. Teteskan obat tetes mata, dengan cara :
1) Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang
penetes mata atau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di
atas sakus konjungtiva
2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus
konjungtiva.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3) Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan
jatuh ke pinggiran luar kelopa mata, ulangi prosedur ini.
4) Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk
menutup mata dengan perlahan.
5) Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik,
lindungi jari Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan
berikan tekanan lembut pada duktus nasolakrimalis pasien
selama 30 – 60 detik
10. Memasukkan salep mata, dengan cara :
1) Minta pasien untuk melihat ke langit langit
2) Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan
tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam
kelopak mata bawah pada konjungtiva
3) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada
konjungtiva dalam.

4) Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan


gerakan sirkular menggunakan bola kapas
11. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap
dengan perlahan dari bagian dalam ke luar
12. bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata
yang bersih di atas mata yang sakit sehingga seluruh mata
terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan
pada mata
13. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang
sudah dipakai
4 Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian,
dan mata yang menerima obat (kiri, kanan atau
keduanya).

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
5 Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
Total Nilai

C. Pada Hidung
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat
3. Bantal kecil (bila perlu)
4. Tisu wajah
5. Pipet
6. Spekulum hidung
7. Pinset anatomi dalam tempatnya
8. Korentang dalam tempatnya
9. Plester
10. Kain kasa / balutan
11. Kertas tisu
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Jelaskan prosedur yang dilakukakan
2. Atur posisi pasien dengan cara sebagai berikut (lihat gambar
dibawah ini) :
1) Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
2) Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi
tempat tidur
3) Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan
kepala tengadah ke belakang

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3 FASE KERJA
1. Periksa program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama
obat, konsentrasi larutan, jumlah tetesan, dan waktu pemberian
obat
2. Merujuk pada catatan medis untuk menentukan sinus mana
yang boleh diobati
3. Cuci tangan
4. Periksa identifikasi klien dengan membaca gelang identifikasi dan
menanyakan nama klien
5. Kenakan sarung tangan. Inspeksi kondisi hidung dan sinus.
Palpalasi adanya nyeri tekan pada sinus.
6. Jelaskan prosedur tentang pengaturan posisi dan sensasi yang
akan timbul, misalnya rasa terbakar atau tersengat pada mukosa
atau sensasi tersedak ketika obat menetes ke dalam tenggorok
7. Atur suplai dan obat di sisi tempat tidur
8. Memberi obat tetes hidung:
1) Bantu klien mengambil posisi terlentang
2) Atur posisi kepala yang tepat:
a) Faring posterior-tekuk kepala klien ke belakang
b) Sinus ethmoid atau sfenoid-tekuk kepala ke belakang
diatas pinggiran tempat tidur atau tempatkan bantal
di bawah bahu dan tekuk kepala ke belakang
c)Sinus frontal dan maksilaris-tekuk ke belakang di atas
pinggiran tempat tidur atau kepala ditengokkan ke
sisi yang akan diobati
d) Sangga kepala klien dengan tangan tidak dominan
3) Instruksikan klien untuk bernapas melalui mulut
4) Pegang alat tetes 1 cm di atas nares dan masukkan
jumlah tetesan yang diinstruksikan melalui garis tengah
tulang ethmoid.
5) Minta klien berbaring terlentang selama lima menit
6) Tawarkan tisu wajah untuk mengeringkan hidung yang
berair (ingusan), tetapi peringtakan klien untuk tidak
menghembuskan napas dari hidung selama beberapa menit
9. Memberi semprotan hidung.
1) Bantu klien berbaring terlentang
2) Atur posisi kepala yang tepat:
a) Tekuk kepala klien ke belakang
b) Sangga kepala klien dengan tangan tidak dominan
c) Untuk anak-anak, jaga kepala dalam posisi tegak
3) Pegang ujung wadah tepat dibawah nares
4) Instruksikan klien untuk menarik napas ketika semprotan
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
masuk ke dalam jalan saluran hidung
10. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah diabsorpsi
11. Lepas sarung tangan dan buang supali yang kotor dalam wadah
yang tepat. Cuci tangan
4 Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian,
dan hidung yang menerima obat (kiri, kanan atau keduanya).
4. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
5 Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
Total Nilai

D. Pada Rektum
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Kartu atau formulir obat, buku catatan pengobatan
2. Supositoria rektal

3. Jeli pelumas
4. Sarung tangan bersih sekali pakai
5. Tisu
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
1. Kaji program pengobatan dokter untuk mengetahui nama
obat, dosis dan rute obat.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau
menarik korden
5. Pastikan pencahayaan cukup

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3 FASE KERJA
1. Kenali pasien / identitas pasien atau tanyakan namanya langsung.
2. Bandingkan label obat dengan buku catatan pengobatan sekali lagi
3. Bantu pasien dalam posisi miring (Sims) dengan tungkai bagian
atas fleksi ke depan.

4. Jaga agar pasien tetap terselimuti dan hanya area anal saja
yang terlihat.
5. Ambil supositoria dari bungkusnya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dari tangan dominan Anda.
6. Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut dan
untuk melemaskan spingter ani.
7. Tarik bokong pasien dengan tangan non dominan Anda. Dengan jari
telunjuk yang tersarungi, masukkan perlahan supositoria melalui
anus, spingter anal internal dan mengenai dinding rektal atau sekitar
10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada anak-anak dan bayi.
8. Keluarkan jari Anda dan usap area anal pasien dengan tisu.
9. Minta pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama
5 menit.
10. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses
letakkan lempu pemanggil dalam jangkauan pasien sehingga
pasien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke
kamar mandi.
11. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar
dan buang dalam wadah yang telah disediakan
12. Cuci tangan Anda.
4 Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar,
buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
3. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
5 Dokumentasi
6. Nama obat
7. Dosis yang diberikan
8. Waktu pemberian
9. Cara pemberian
10. Reaksi alergi
Total Nilai

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Keterangan:
Makassar, 20
l. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
m. Dilakukan tapi tidak sempurna
n. Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100% (...........................)


5
=

6. Reference

Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic
Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and
Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed.
Philadelphia : Mosby-Elsevier

PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

1. Pengertian
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan
obat ke jaringan tubuh atau pembuluh darah melalui injeksi atau infus. Sediaan parenteral ini

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19


86
merupakan sediaan steril. Obat yang diberikan secara parenteral akan di absorbsi lebih banyak dan
bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical atau oral

2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain

b. Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)

c. Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)

d. Memberikan zat imunologi

3. Indikasi
j. bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar,
k. tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,
l. tidak alergi.
4. Kontra Indikasi
a. Luka
b. Berbulu
c. Alergi
d. infeksi kulit
5. Lama Waktu
5-30 Menit

6. Prosedur
Nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3
1 Persiapan Alat
1. Spuit (ukuran beragam sesuai dengan volume obat
yang diberikan)
2. Jarum (ukuran beragam sesuai dengan tipe jaringan dan ukuran
pasien;
3. Kasa dan / kapas alcohol
4. Sarung tangan bersih /steril
5. Perlak (bila perlu)
6. Ampul atau vial obat,
7. Torniquet
8. Formulir atau kartu obat

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
2 Persiapan Pasien Dan Orientasi
6. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis
dan rute pemberian.
7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
8. Jelaskan prosedur pada pasien.
9. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan
atau menarik korden
3 FASE KERJA
1. Siapkan medikasi dari ampul atau vial , Periksa label obat
dengan order 2 kali saat mempersiapkan
2. Periksa pita identitas pasien dan tanyakan nama pasien.
Kaji terhadap alergi.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien , kemudian
lanjutkan dengan cara yang tenang.
4. Kenakan sarung tangan.
5. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhkan pajanan.
6. Pilih tempat penyuntikan yang tepat, palpasi tempat
tersebut terhadap edema, massa, atau nyeri tekan. Hindari
area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet, atau
infeksi.
7. Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
bergantung pada tempat suntikan yang dpilih.
8. Minta pasien untuk merelaksasikan lengan , abdomen atau
tungkainya, tergantung tempat yang dipilih / tempat
dimana suntikan akan diberikan.
9. Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan antiseptic di
tengah tempat suntikan dan putar ke arah luar dengan arah
melingkar sekitar 5 cm k. Pegang kapas diantara jari ketiga dan
keempat dari tangan Anda yang tidak dominan.
10. Lepaskan tutup spuit dengan menariknya secara cap lurus.
11. Pegang spuit diantara ibujari dan telunjuk dari tangan Anda
yang dominan bayangkan seperti memegang pulpen.
12. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk mengangkat
/ meregangkan kulit
Injeksi Subkutan
Secara hati - hati dan mantap tusuk / suntikan jarum dengan 45'-90 derajat.
1) Untuk pasien ukuran sedang, dengan tangan nondominan Anda
regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan kuat atau
cubit kulit yang akan menjadikan tempat suntikan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
2) Untuk pasien obesitas, cubit kulit pada tempat suntikan
dan suntikan jarum di bawah lipatan kulit
3) Lepaskan kulit ( bila dicubit)
4) Raih ujung bawah barrel spuit dengan tangan non dominan
dan pindahkan tangan dominan ke plunger
5) Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, jika terdapat
darah dalam spuit maka segera cabut spuit untuk dibuang dan
diganti dengan spuit dan obat yang baru. bila tidak terdapat
darah, suntikkan obat secara perlahan dengan kecepatan 1
ml/10 detik.
6) Tunggu 10 detik, kemudian tarik spuit / jarum dengan mantap
sambil meletakkan kapas alkohol pada tempat penyuntikan
lalu tekan perlahan, jangan memijat lokasi penyuntikan.
Injeksi Intra Muskuler
1) Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
tergantung pada tempat penyuntikan yang dipilih.

2) Secara hati - hati dan mantap tusuk / suntikkan jarum secara


tegak lurus dengan sudut 90'.
3) Raih ujung bawah barrel spuit dengan tangan non dominan
dan pindahkan tangan dominan ke plunger
4) Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, jika terdapat
darah dalam spuit maka segera cabut spuit untuk dibuang dan
diganti dengan spuit dan obat yang baru. bila tidak terdapat
darah, suntikkan obat secara perlahan ke dalam jaringan
5) Cabut spuit / jarum dengan cepat sambil meletakkan kapas alkohol

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
pada tempat penyuntikkan lalu usap pada area injeksi dan lakukan
massage. bila tempat penusukan mengeluarkan darah, tekan
tempat penusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan
berhenti
Injeksi Intra Muskuler
1) Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan
area penyuntikan
2) Secara hati - hati tusuk / suntikan jarum dengan lubang menhadap
keatas, sudut 5 sampai 15' sampai terasa ada tahanan
3) Tusukkan spuit melalui epidermis sampai sekitar 3 mm
dibawah permukaan kulit. Anda akan melihat ujung spuit
melalui kulit
4) Raih pangkal jarum dengan ibu jari tangan kiri sebagai fiksasi,
lalu dorong cairan obat. akan timbul tonjolan dibawah
permukaan kulit (lihat gambar dibawah

5) Tarik spuit / jarum, sambil memberikan kapas alcohol diatas


lokasi injeksi
6) Tekan secara perlahan tanpa melakukan massage
Injeksi Intravena
1) Tentukan dan cari vena yang akan di tusuk (vena basilika
dan sefalika)

2) Memakai sarung tangan


3) Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas
alkohol dari arah atas ke bawah menggunakan tangan yang
tidak untuk menginjeksi
4) Lakukan pembendungan di bagian atas area penyuntikan
dan anjurkan klien mengepalkan tangan
5) Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus
sambil menunggu antiseptik kering dan keluarkan udara dari
spuit
6) Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu
jari dan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke
bawah
7) Regangkan kulit dengan tangan non dominan untuk menahan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
vena, kemudian secara pelan tusukkan jarum dengan lubang
menghadap ke atas kedalam vena dengan posisi jarum sejajar
dengan vena

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
8) Pegang pangkal jarum dengan tangan non dominan sebagai fiksasi
9) Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, bila terhisap
darah lepaskan tourniquet kepalan tangan klienkemudian
dorong obat pelan - pelan kedalam vena
10) Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit, bekas
tusukan ditekan dengan kapas alkohol
13. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (guna
mencegah cidera pada perawat) pada tempat pembuangan
secara benar

14. Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien, Membereskan alat


- alat
15. Mencuci tangan
4 Terminasi
4. Catat pemberian obat pada lembar obat atau catatan perawat.
5. Kembali untuk mengevaluasi respons pasien terhadap obat dalam
15 sampai 30 menit
6. Tetap bersama pasien dan amati reaksi alergi.
5 Dokumentasi
11. Nama obat
12. Dosis yang diberikan
13. Waktu pemberian
14. Cara pemberian
15. Reaksi alergi
Total Nilai

Keterangan:
Makassar, 20
7. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
8. Dilakukan tapi tidak sempurna
9. Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100% (...........................)


5

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19


9
9
=

8. Reference

Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic
Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and
Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the Nursing Process, 6 th Ed.
Philadelphia : Mosby-Elsevier

Prosedur pemberian Nonrebreathing Oxygen face Mask/Masker Oksigen


A. Pengertian
Nonrebreathing adalah alat yang digunakan pada tatalaksana pasien gawaat darurat dan untuk mengalir
oksigen kecepatan rendah pada pasien yang bisa bernafas spontan,
B. Tujuan
- Untuk mengatasi atau mencegah hipoksemia sehingga meningkatkan ketersediaan oksigen bagi jaringan
tubuh.
C. Indikasi
- Pasien yang mengalami kondisi medis akut yag masih sadar penuh,
- Bernapas spontan
- Memiliki tidal yang cukup
- Memerlukan terapi oksigen
- Konsentrasi tinggi
D. Kontraindikasi
- Tidak memiliki kontraindikasi absolut, namun ada beberapa kondisi medis yang
meningkatkan risiko toksisitas oksigen dan hiperoksemia atau penyalahgunaan terapi oksigen.

E. Prosedur pelaksanaan
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
No Tindakan Nilai
1 2 3
Persiapan alat dan bahan
1. Tabung oksigen dengan flow meter dan humidifier
2. Masker oksigen
3. Aquades
4. Gunting
5. Nierbekeng
6. Bola kapas pelembab/cotte budd/tissue
7. Sarung tanga
8. Masker
9. Alat tulis
10. Tirai/sampiran
Persiapan pasien
11. Periksa buku status klien tentang pemasangan oksigen sesuai
dengan tanggal dan waktu yyang diinstruksikan kecuali
kasus emergency langsung di berian oksigen sesuai
kebutuhan
12. Berikan ssalam dan panggil nama klien sesuai dengan
namanya
13. Identifikasi klien
14. Tanyakan keluhan klien saat ini
15. Perkenalkan nama perawata yang akan melakukan Tindakan
16. Jelaskan/beri tahu klien tentang prosedur dan tujuan yang
akkan dilakukan
17. Elaskan bahwa Tindakan kadang menimbulkan
ketidaknyamanan tetapi tidak akan membahayakan jika klien
kooperatif
18. Jika klien mengerti miinta persetujuan klien atau keluarga
(infomd consent) secara tertulis maupun lisan tentang
Tindakan prosedur yang akan dilakukan
19. Pastikan privacy klien terjaga
Tahap kerja
20. Cuci tangan
21. Pakai masker
22. Bawa semua peralatan disamping tempat tidur klien
23. Pasang sampiran/tutup tirai
24. Pakai sarung tangan
25. Memastikan volume air steril dalam humidifier sesuai

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
ketentuan
26. Sambungkan humidifier ke flow meter
27. Menghubungkan selang masker oksigen ke tabung pelembab
28. Membuka knop regulator pengaruh aliran oksigen sesuai
dengan kecepatan yyang dibutuhkan kemudian observasi
humidifier dengan menunjukan adanya gelembung
29. Periksa apakah oksigen keluar dari masker oksigen
30. Atur posisi semi fowler atau sesui dengan kenyamanan klien
31. Bersikan secret/kotoran lubang hidung
32. Pasang masker oksigen tepat menutupi mulut dan hidung
atau di atau diatas mulut dan hidung dengan strip logam
pada batang hidup klien kemudian Tarik pita elastis masker
oksigen untuk mengencangkan sesuai kenyamanan klien
33. Menetapkan kadar oksigen sesuai indikasi
34. Buang sampah/ bahan habis pakai di nierbekeng
35. Bereskan semua perlengkapan dan rapikan klien
36. Lepaskan sarung tangan
37. Cuci tangan setelah prosedur tindakan
Tahap evaluasi
38. Mengevaluasi keadaan klien setelah melakukan Tindakan
39. Mengobservasi TTV klien khususnya pernapasan
Tahap dokumentasi
40. Catat nama perawat yang melakukan Tindakan, waktu dan
tanggal serta prosedur yang dilakukan
41. Catat jenis oksigen dan jumlah literan (permenit) yang
diberikan
42. Catat respon klien selama prosedur Tindakan yang dilakukan

Keterangan :
1 : tidak dilakukan
2 : dilakukan tapi tidak sempurna Makassar…...........20
3 : dilakukan dengan sempurna

Total Nilai
NilaiAkhir = --------------------------X 100%
(……………………………….)
126

PERAWATAN LUKA

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
1. Pengertian : Perawatan luka adalah tindakan perawatan (3M) mencuci, membuang jaringan
mati serta membalut luka yang dilakukan berdasar hasil pengkajian luka dan
disesuaikan dengan kondisi luka saat itu.
2. Tujuan : a. Mengoptimalkan kenyamanan dan keamanan pasien
b. Meminimalkan penggantian balutan dengan tetap

mempertahankan konsep lembab

c. Mengurangi resiko komplikasi

3. Indikasi : a. Balutan Luka merembes/tembus


b. Balutan Luka sudah 3*24 Jam
c. Pasien Merasakan tidak Nyaman dengan balutan Luka
4. Lama Waktu : 20 – 45 Menit
5. Prosedur :
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3
1 Persiapan Alat :
Set Perawatan Luka : gunting jaringan, pinset anatomis, nierbekken, gunting
verban, sarung tangan, cairan pencuci, topical terapi (sesuai dengan kondisi
luka), perekat / elastic verban/ haft, status pasien, pen.

2 Persiapan Pasien dan Orientasi


1. Ucapkan salam, perkenalkan diri.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
3. Melakukan komunikasi terapeutik sebelum selama dan sesudah
dilakukan Perawatan.

3 Fase Kerja
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2. Cuci tangan dengan alkohol gel saat mengganti sarung tangan
3. Gunakan sarung tangan dan lakukan penggantian sarung tangan saat
mencuci, Mengkaji dan membalut luka ( sekurangya 2 kali )
4. Membuka balutan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya
perdarahan/Trauma pada luka.
5. Lakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun, bilasan dengan
cairan Non-toksik lalu keringkan
6. Bersihkan tepi luka dan kulit sekitar luka
7. Lakukan pengkajian luka dengan seksama sesuai prosedur dan format
8. Pengkajian luka
9. Bila terdapat jaringan nekrosis (berwarna kuning atau hitam), lakukan
Debridement ( dengan gunting atau bisturi )
10. Berikan topical terapi yang sesuai berdasarkan warna luka, banyaknya
eksudat dan ada tidaknya infeksi :

a. Warna dasar luka


JENIS
PINK MERAH KUNING HITAM
TOPIKAL
Salep Luka
Hydroactive gel
Hydrocolloid
pasta / powder
Kalsium alginate

b. Banyaknya Eksudate :

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
JENIS BANYAK SEDANG SEDIKIT
TIDAK
TOPIKAL ADA

Salep Luka
Transparant film
Hidrokoloid

KalsiumAlginate
Foam

c. Tanda Infeksi
JENIS KumanGram Kuman
TOPIKAL + Gram - Anaerob Jamur
Salep Luka
Silver
Anti Mikrobial

11. Balut luka secara occlusive / tertutup (moisture balance), pada


beberapa jenisTopical tidak memerlukan kasa lagi sebagai balutan
kedua missal : hydrocolloid Dan polyurethane foam
12. Berikan tambahan padding / gause bila eksudat sangat banyak /
plester/ elastic Verban ( sesuaikan dengan kondisi )
13. Tutup dengan perekat
4 Terminasi
1. Kaji pergerakan dan rasa nyaman pasien setelah dibalut.
2. Bersihkan dan rapikan alat
3. Berikan informasi kapan mengganti balutan.
4. Ajarkan tindakan emergensi yang diperlukan dalam merawat luka
sebelum waktu kontrol.

5 Dokumentasi
1. Foto Luka
2. Ukuran Luka
3. Balutan yang di gunakan
4. SOAP
Total Nilai

Keterangan: Makassar, 20
1. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100%


(……………………………)
5
=

6. Reference

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
a. Baranoski, S., &Ayello, E.A. (2012). Wound Care Essentia: Practice Principles. 3th Edition. New
York: Lippincott Williams and Wilkins
b. Bratzler, D.W., dan Hunt, D.R. (2006). The surgical infection prevention and surgical care
improvement projects: National initiatives to improve outcomes for patients having surgery. Clin
infect dis, 43(3): 322-330.
c. Bryant, R., and Nix., D. (2007). Acute and Chronic Wounds: Current Management Concepts. 3rd
ed.St. louis, MO: Elsevier Mosby.
d. Carville, K. (2007). Wound Care: Manual. 5th ed. Osborne Park: Silver Chain Fundation
e. Hess, C.T. (1999). Wound Care: Clinical Guide. Springhouse: USA

FORMAT PENGKAJIAN LUKA


NO. PENGKAJIAN LUKA HASIL
Panjang : CM
1 Mengukur luas luka, Panjang x Lebar x Kedalaman Lebar : CM
Kedalaman : CM
Periksa adanya goa / undermining Ada Goa :
2
Tidak Ada Goa :
Nekrotik (hitam) : %
Menilai persentase dasar luka Slough (Kuning) : %
3
Granulasi (Merah): %
Epitelisasi (Pink) : %
Tipis
Menilai tepi luka.
4 Tebal
Udema
Bau
5 Menilai adanya bau tidak sedap/odour
TidakBau
Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka, catat ada Normal
6 perubahan Kemerahan
…………………………….
Suhu, warna kulit, atau kondisi abnormal Suhu :
7
WarnaKulit :
Stage I
Inspeksi stadium luka ( grade 1,2,3 atau 4 ) Stage 2
8 Stage 3
Stage 4
Rubor ( PerubahanWarna)
Catat adanya tanda-tanda infeksi ( rubor, kalor, dolor, Dolor ( Nyeri)
9 fungsiolaesa ) Kalor (Demam)
Tumor (pembengkakan)
Fungsiolaesa (kehilanganFun
NyeriRingan g
Catat adanya nyeri tekan
10 NyeriSedang
NyeriBerat
Kering
Catat kondisi eksudat (darah, cairan, pus) sesuai
Moist/Lembab
11 konsistensi dan Jumlahnya.
Sedikit
Sedang

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Banyak

PROSEDUR TINDAKAN JAHIT LUKA (HECKTING)


1. Pengertian
Tindakan jahit luka adalah suatu tindakan untuk menyambungkan jaringan yang terputus yang disebabkan oleh
karena trauma.
2. Tujuan
a. Untuk mengoptimalkan pelayanan perawatan luka supaya tidak terjadi nya infeksi
b. Untuk memercepatkan proses penyembuhan dan menceghah terjadinya infeksi
c. Untuk membuat klien merasa lebih nyaman
d. Mendekatkan tepi luka dan menahannya dengan benang sampai jaringan yang putus tersebut terhubung kembal
3. Indikasi
Indikasi menjahit luka yaitu dilakukan pada pasien/klien yang sedang mengalami luka.
4. Kontraindikasi
Kontraindikasinya adalah pada luka yang sifatnya tidak terbuka
5. Lama Waktu
Lama waktu prosedur tindakan jahit luka (heckting) yaitu 60 menit
6. Prosedur
No Aspek Yang Dinilai Nilai

1 2 3

1 Persiapan Alat
1. Sarung tangan steri 2 buah
2. Duk steril
3. Set Alat Bedah Minor (Set instrument yang terdiri dari pinset
anatami dan cirurgi, klem arteri, nald voeder/nald heckting)
4. Benang jahit
5. Jarum jahit
6. Kassa steril
7. Cairan Nacl 0,9 %
8. Cairan antiseptic H202 10 %
9. Plester
10. Gunting plester
11. Kom steril
12. Nierbek
13. Celemek

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
14. Disposable syringe (spoit)
15. Obat anastesi (lidokain)
16. Tempat sampah medis
17. Trolly tempat alat-alat yang dibutuhkan

2 Persiapan pasien dan oreintasi :


1. Mengucapkan salam kepada pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Meminta persetujuan tindakan
4. Menjaga privasi pasien

3 Fase Kerja :
1. Mencuci tangan tehnik 6 Langkah dan keringkan
2. Memakai sarung tangan
3. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke pasien
4. Membersihkan luka dengan dengan cairan antseptik (Nacl 0,9%)
5. Apabila luka dalam dan kotor gunakan larutan H2O2 10%
6. Ganti handscoen dengan handscoen steril lainnya setelah
mencuci luka
7. Lakukan anastesi luka sebelum dilakukan heckting dengan
menggunakan obat lidocain
8. Pasang duk pada area luka
9. Gunakan jarum untuk menhecting luka dengan arah dari dalam
keluar
10. Jarum hecting di pegang degan arteri klem dan mulai
menghectig luka
11. Apabila luka dalam sampai jaringan otot maka jahit lapis demi
lapis
12. Benang hecting yag di gunakan di sesuaikan dengan luka pasien
13. Akhiri meghecting dengan mengikat berbentuk simpul
14. Sisakan benang untuk jahitan luar 0,65 cm dan untuk jahitan
dalam 1mm lalu potong
15. Desinfektan pada jahitan dengan menggunakan cairan desinfeksi
16. Tutup luka degan kasa steril
17. Pasang plester
18. Lepaskan handscoen dan bersihkan alat-alat
19. Cuci tangan

4 Terminasi :
1. Akhiri prsedur dengan komunikasi terapeutik
2. Evaluasi perasaan pasien

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3. Evaluasi hasil tindakan

5 Dokumentasi
1. Catat tindakan yang dilakukan
2. Jangan lupa menulis waktu, tanggal dan tahun
3. Tulis nama yang melakukan tindakan

Total Nilai

Keterangan :
1. Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2. Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator.
3. Dilakukan dengan sempurna
Total Nilai X 100 % (Nusdin, S.Kep.,Ns.,M.Kes)
Nilai Akhir =
5

Referensi : Maryanti dan Susanti (2010), Panduan Praktik Klinik Keperawatan Dasar, Yogyakarta : NH

PEMASANGAN KATETER
1. Pengertian :
Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan memasukan kateter kedalam
kandung kemih melalui uretra.
Pemasangan kateter ini seringkali digunakan pada pasien-pasien yang tidak mampu untuk membuang air
kecil sendiri dengan normal – semisal pada pasien-pasien dengan pembesaran prostat-, sehingga
memerlukan alat bantuan kateter.
Selain itu, kateter juga sering digunakan dalam berbagai prosedur medis, seperti:
1. Proses persalinan dan operasi caesar.
2. Perawatan intensif yang membutuhkan pemantauan keseimbangan cairan tubuh.
3. Proses pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau sesudah operasi.
4. Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih, misalnya karena adanya kanker kandung
kemih.
2. Tujuan :
Pemasangan kateter urine mempunyai berbagai tujuan, diantaranya ;
1. Menghilangkan distensi pada kandung kemih
2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
3. Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi
4. Mengetahui residual urine setelah miksi
5. Memasukan kontras kedalam buli – buli
6. Mendapatkan specimen urine steril

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
7. Therapeutic : memenuhi kebutuhan eliminasi urine
8. Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )
9. Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )

3. INDIKASI
Indikasi pemasangan kateter terbagi menjadi dua, yang pertama indikasi diagnostik untuk keperluan
penegakan diagnosa, dan indikasi terpi atau untuk pengobatan.
a. Indikasi Diagnostik Pemasangan Kateter :
1) Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
2) Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan dan menilai
perfusi renal (terutama pada pasien kritis)
3) Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
4) Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih (misalnya striktur
atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan kesulitan memasukkan kateter
b. Indikasi Terapi Pemasangan kateter :
Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:
1) Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan darah, gangguan
neurogenik)
2) Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat diperbaiki dengan obat atau
tindakan bedah
3) Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang juga dapat menyebabkan
iritasi pada kulit sekitar kemaluan
4) Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
5) Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenic
6) Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien terminal) pada kondisi
pasien yang memerlukan istirahat (bedrest) dalam waktu lama

4. Kontra Indkasi :

Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala trauma pada traktus urinarius bagian
bawah, misalnya terjadi robekan pada uretra. Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang
mengalami trauma pelvis atau straddle-type injury.

5. Lama Waktu : 20 – 45 Menit


6. Prosedur :

Keterangan: Makassar, 20
4. Tidak dilakukan sama sekali Evaluator,
5. Dilakukan tapi tidak sempurna
6. Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI X 100% (….........................)


5
=

7. Reference

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
PENYUSUNAN STRATEGI PELAKSANAAN

1. Pengertian

Strategi pelaksanaan (SP) merupakan instrumen panduan pelaksanaan intervensi keperawatan jiwa yang

digunakan sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau berkomunikasi secara terapeutik kepada klien

dengan gangguan jiwa atau masalah psikososial.

2. Tujuan

Sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau berkomunikasi secara terapeutik kepada klien dengan

gangguan jiwa atau masalah psikososial

3. Indikasi

Untuk pelasanaan komunikasi terapeutik pada klien dengan masalah psikososial atau gangguan jiwa

4. Lama waktu

Sesuai kontrak dengan pasien

FORMAT PENYUSUNAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KEPERAWATAN JIWA ( SP )

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

(menggambarkan kondisi atau keadaan fisik klien dan verbalisasi klien)

DS:

DO:

2. Diagnosis Keperawatan

(tuliskan diagnosis keperawatan klien)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3. Tujuan Khusus

(mengidentifikasi tujuan khusus dan intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan

diagnosis yang telah ditetapkan)

4. Tindakan keperawatan

(mengidentifikasi intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan diagnosis yang telah

ditetapkan)

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase orientasi

a. Salam Teraupetik

b. Evaluasi / Validasi

c. Kontrak (Topik, Tempat, Waktu)

2. Fase Kerja ( fase di mana seorang ners melakukan inti terapeutik dalam berkomunikasi dengan

topik atau tujuan sesuai dengan strategi pelasanaan (SP) yang telah ditetapkan berdasarkan

diagnosis keperawatan)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi (respon pasien terhadap tindakan keperawatan)

Subjektif:

Objektif:

b. Rencana Tindak Lanjut (yang perlu dilatih pasien sesuai hasil tindakan yangg dilakukan)

c. Kontrak Untuk Pertemuan Selanjutnya (topik, waktu, dan tempat)

Format Penilaian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

No Komponen 1 2 3

1 Pra Interaksi

a. Melakukan pengkajian secara akurat

b. Merumuskan diagnosis keperawatan secara tepat

sesuai hasil pengkajian

c. Menetapkan tindakan keperawatan yang tepat

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

dirumuskan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
2 Perkenalan/orientasi

a. Salam terapeutik

b. Evaluasi/validasi

c. Kontrak (topik, waktu, tempat)

d. Tujuan tindakan

3 Kerja

a. Melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai

tahapannya (generalis)

b. Melakukan ttindakan keperawatan sesuai dengan

konsep

c. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

konsep

d. Menunjukkan kemampuan menggunakan

therapeutic use of self saat melaksanakan tindakan

keperawatan

4 Terminasi

a. Evaluasi respon klien

b. Rencana tindak lanjut

c. Kontrak yang akan datang (topik, tempat, dan

waktu)

5 Dokumentasi Keperawatan

Keterangan: Makassar, 20

Evaluator

1. Tidak dilakukan sama sekali

2. Dilakukan tetapi tidak sempurna (........................................)

3. Dilakukan dengan sempurna

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang

mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan

sebagai target asuhan.

2. Tujuan

a. Terapeutik

Meningkatkan kemampuan pasien, memfasilitasi proses interaksi, membangkitkan motivasi untuk

kemajuan fungsi kognitif dan afektif, serta mempelajari cara baru dalam mengatasi masalah dan

melaukan sosialisasi.

b. Rehabilitatif

Meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan berempati, meningkatkan kemampuan

sosial, serta tanggung jawabnya dalam hubungan interpersonal.

3. Pengorganisasian Terapi Aktivitas Kelompok

a. Pemimpin kelompok (leader)

Tugas leader:

1) Menyusun rencana aktivitas kelompok (menyusun proposal)

2) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan

3) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat, dan

memberikan umpan balik

4) Sebagai role model

5) Memotivasi setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik

b. Pembantu pemimpin kelompok (co-leader)

Tugasnya adalah membantu pemimpin dalam mengorganisir anggota kelompok.

c. Fasilitator

Tugasnya adalah sebagai berikut:

1) Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memotivasi anggota

2) Memfokuskan kegiatan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3) Membantu mengorganisasi anggota kelompok

d. Observer

Tugas observer adalah sebagai berikut:

1) Mengobservasi semua respons pasien

2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku pasien

3) Memberikan umpan balik pada kelompok.

Jumlah anggota kelompok berkisar antara 7 sampai 10 orang. Sebelum memulai terapi aktivitas

kelompok perlu menyusun proposal sebagai pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok

4. Lama sesi

Lama sesi yang ideal adalah 45 sampai 60 menit

Format Proposal Terapi Aktivitas Kelompok

1. Format Sampul

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS

KELOMPOK TERAPI AKTIVITAS

KELOMPOK..........

Hari, Tanggal

11
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19

11
KELOMPOK....

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN

KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

20..

2. Format Isi

A. Pengertian (sesuaikan dengan jenis dan sesi TAK)

B. Tujuan (sesuaikan dengan jenis dan sesi TAK)

C. Karakteristik pasien

D. Masalah keperawatan

E. Kriteria evaluasi

1) Evaluasi struktur

2) Evaluasi proses

3) Evaluasi hasil

F. Pengorganisasian TAK

G. Proses TAK

H. Antisipasi Masalah

Format Penilaian TAK

No Komponen 1 2 3

1 Pra Interaksi

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
d. Melakukan pengkajian secara akurat

e. Merumuskan diagnosis keperawatan secara tepat

sesuai hasil pengkajian

f. Menetapkan terapi modalitas yang tepat sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang dirumuskan

2 Perkenalan/orientasi

e. Salam terapeutik

f. Evaluasi/validasi

g. Kontrak (topik, waktu, tempat)

h. Tujuan tindakan

3 Kerja

e. Melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai

tahapannya (generalis)

f. Melakukan terapi aktivitas kelompok sesuai

dengan konsep

g. Melakukan terapi aktivitas kelompok sesuai

dengan konsep

h. Menunjukkan kemampuan menggunakan

therapeutic use of self saat melaksanakan terapi

aktivitas kelompok

4 Terminasi

d. Evaluasi respon klien

e. Rencana tindak lanjut

f. Kontrak yang akan datang (topik, tempat, dan

waktu)

5 Dokumentasi Keperawatan

Keterangan: Makassar, 20

Evaluator

1. Tidak dilakukan sama sekali

2. Dilakukan tetapi tidak sempurna (.........................................)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
3. Dilakukan dengan sempurna

SOP TERAPI BERMAIN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Pengertian:
1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari (Wong: 1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa
mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock: 1978)
3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi konflik dari dalam dirinya yang
tidak disadari serta keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan (Roster: 1987)
Tujuan:
1. Meminimalisir tindakan perawat yang traumatis
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
Kebijakan:
Dilakukan di ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat jalan dan Tempat Penitipan Anak
Petugas:
Perawat
Persiapan pasien:
1. Memberitahukan tujuan bermain kepada pasien dan keluarga
2. Melakukan kontrak waktu
3. Tidak mengantuk
4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Pasien bisa dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
Peralatan:
1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis
2. Alat bermain sesuai dengan umur / jenis kelamin dan tujuan

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT 0 1 2


A ALAT
1 Rancangan program bermain yang lengkap dan 3
sistematis
2 Alat bermain sesuai dengan umur / jenis kelamin 2
dan tujuan
B TAHAP PRA INTERAKSI
1 Melakukan kontrak waktu 2
2 Mengecek kesiapan anak (tidak mengantuk, tidak 3
rewel, keadaan umum membaik / kondisi yang
memungkinkan)
3 Menyiapkan alat 2
4 Mencuci tangan 1
C TAHAP ORIENTASI
1 Memberikan salam kepada pasien dan menyapa 1
nama pasien
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3
3 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien 1

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
sebelum kegiatan dilakukan
D TAHAP KERJA
1 Memberi petunjuk pada anak cara bermain 3
2 Mempersilahkan anak untuk melakukan 2
permainan sendiri atau dibantu
3 Memotivasi keterlibatan klien pada keluarga 3
4 Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan 3
permainan
5 Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, 3
psikomotor anak saat bermain
6 Meminta anak menceritakan apa yang sedang 3
dilakukan / dibuatnya
7 Menanyakan perasaan anak setelah bermain 3
8 Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga 2
tentang permainan yang diberikan
E TAHAP TERMINASI
1 Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan 3
2 Berpamitan dengan pasien 1
3 Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat 2
semula
4 Mencuci tangan 1
5 Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta 3
keluarga, kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan dan kesimpulan hasil permainan
meliputi emosional, hubungan inter-personal,
psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga

SOP PEMERIKSAAN DDST

Pengertian : salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes
diagnostic atau tes IQ
Tujuan : untuk mengetahui perkembangan personal sosial, motoric halus, bahasa dan motoric kasar pada
anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.

Prosedur
Persiapan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Beritahu pasien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan alat – alat
1. Formular pencatatan DDST
2. Benang wol
3. Manik – manik dan botol
4. Boneka
5. Bola
6. Kertas dan pensil
7. Alat permainan sesuai usia
Pelaksanaan

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
1. Tentukan usia anak (<15 hari dibulatkan ke bawah, ≥15 hari dibulatkan ke atas)
2. Beri garis vertical pada form DDST sesuai usia anak (memotong semua kotak – kotak tugas
perkembangan pada semua sector)
3. Lakukan penilaian sector motoric kasar, bahasa, motoric halus dan personal sosial pada sebelah kiri garis
vertical secara bergantian (tidak harus bergantian)
4. Selanjutnya nilai juga tugas perkembangan setiap kotak yang terpotong garis vertical pada setiap sector
5. Beri tanda P (passed) didepan kotak tugas perkembangan bila anak mampu melaksanakan. Beri tanda F
(failed) bila anak tidak mampu dan R (refused) bila anak menolak.
6. Lakukan penilaian sesuai pemeriksaan
a. Abnormal
i. Jika ada ≥ 2 keterlambatan pada sector / lebih
ii. Jika satu sector ada > 2 keterlambatan 1> sector dengan 1 keterlambatan 1 sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan garis vertical
b. Meragukan
i. Jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
ii. Jika pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertical usia
c. Tidak dapat dites
i. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan
d. Normal semua
i. Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas
7. Bereskan alat – alat dan dokumentasikan hasil

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
MELAKUKAN PENGISAPAN OROFARING
(PROSEDUR SUCTION)

A. PENGERTIAN
Penghisapan lendir atau prosedur tindakan suction adalah suatu metode untuk mengeluarkan lendir atau sekret atau darah dari
jalan napas. Penghisapan ini biasanya dilakukan melalui mulut (Orofaring), nasofaring dan trakea.
B. TUJUAN
Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas dengan menjaga kelancaran dan membebaskan jalan napas dari lendir/sekret
dan cairan lain yang menyumbat/menumpuk.
C. KONTRAINDIKASI
Klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring (terutama sebagai akibat penghisapan lendir melalui trakea),
gangguan perdarahan, edema laring, varises esofagus, pembedahan trakea, pembedahan gaster dengan anastomosis dan infark
miokard.
D. PROSEDUR TINDAKAN
Dilakukan
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak
Fase Pra Interaksi
1 Periksa tanda dan gejala yang menandakan adanya sekret
saluran napas atas: napas berkumur, gelisah, menetesnya air liur,
dan lain-lain
2 Kumpulkan peralatan:
• Kateter pengisapan steril (selang suction) dengan ukuran yang
sesuai (diameter terkecil yang akan mengeluarkan sekeret
secara efektif) 12 – 18 Fr
• Unit pengisapan portable atau dinding beserta selang
penghubung
• Air steril/ NaCl 0,9 % dalam mangkuk/ kom
• Sarung tangan bersih
• Masker wajah
• Alat pembuka jalan napas atau gudel (Jika perlu)
• Duk atau pengalas
Fase Interaksi
3 • Mengucapkan salam terapeutik
• Melakukan evaluasi/validasi
• Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
• Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
• Menjaga privacy klien
Fase Kerja
4 Atur ranjang sesuai posisi yang nyaman. Turunkan jeruji pembatas
samping yang dekat dengan anda. Posisikan pasien dalam posisi
semifowler bila pasien sadar.
Pasien tidak sadar harus diposisikan miring menghadap anda
5 Letakkan duk atau alas tahan air pada dada pasien
6 Pakai masker atau pelindung wajah
7 Nyalakn mesin dan atur tekanan yang sesuai
a. Unit mesin pengisap dinding Dewasa
100 – 120 mmHg
Anak-anak-------95 – 110 mmHg
Bayi--------------50 – 95 mmHg
b. Unit mesin pengisap portable
Dewasa----------10 – 15 mmHg
Anak-anak-------5 – 10 mmHg
Bayi--------------2 – 5 mmHg

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
8 Cuci tangan/ Hand hygiene
9 Lakukan pengisapan orofaring
a. Pakai sarung tangan sekali pakai yang bersih
b. Sambungkan satu ujung selang penghubung ke mesin pengisap
dan ujung yang lainnya ke kateter pengisap dan ujung yang
lainnya ke kateter pengisap (selang suction), isi kom dengan
water steril
c. Isap sejumlah kecil air steril dari mangkuk
d. Lepas sungkup oksigen bila ada
e. Masukkan selang ke dalam mulut di sepanjang garis gusi
sampai ke faring. Gerakkan kateter di dalam rongga mulut
sampai semua sekret terisap. Dorong pasien untuk batuk
selama proses pengisapan (Catat: (jangan melakukan
penghisapan lendir lebih dari 10-15 detik)
f. Pasang kembali sungkup oksigen (jika terpasang)
g. Cuci/ bilas selang dengan air steril/ Cairan NaCl 0,9% dalam
kom sampai selang penghubung bersih dari secret.
Matikan mesin pengisap.
10 Periksa kembali status pernapasan pasien
11 Lepaskan duk dan letakkan di dalam kantung laundry. Lepas sarung
tangan dan buang pada tempat yang seharusnya.
12 Reposisikan pasien. Kembalikan keposisi yang semula, posisi
nyaman
13 Cuci dan bilas peralatan bekas pakai dengan air sabun hangat
dan keringkan dengan lap
14 Letatkkans elang pada area kering yang bersih
15 Cuci tangan
Fase Terminasi
16 • Mengevaluasi respons klien
• Merencanakan tindak lanjut
• Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat,
topik)
17 Dokumentasikan tindakan dan respon klien (Jenis cairan, warna,
jumlah dan konsistensi)
Sumber: Jacob. A., Rekha. R., Tarachnand. J.S. 2014. Clinical Nursing Procedures. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. Keterangan:

1 = Tidak dilakukan sama sekali NAMA MAHASISWA


2 = Dilakukan tapi tidak sempurna 3 =
Dilakukan dengan sempurnas : NIM

:
Nilai: Makassar,

(Evaluator...............................)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
SOP PEMASANGAN EKG

1. Pengertian
Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) adalah tindakan untuk merekam aktivitas listrik jantung dari Nodus
Sinoatrial yang dikonduksi dalam jantung yang mengakibatkan jantung berkontraksi sehingga dapat direkam
melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit
2. Tujuan
EKG berguna untuk mengetahui:
a. Kelainan-kelainan irama jantung
b. Gangguan otot jantung berupa iskemia dan infark miokard
c. Memperkirakan adanya pembesaran keempat ruang di jantung (hipertrofi atrium dan
ventrikel)
d. Efek obat-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia
e. Peradangan pada dinding jantung seperti miokarditis
f. Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
g. Penilaian fungsi pacu jantung
3. Indikasi
a. Adanya kelainan-kelainan irama jantung
b. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
c. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
d. Gangguan-gangguan elektrolit
e. Adanya perikarditis
f. Pembesaran jantung
4. Kontra Indikasi

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
a. Klien dengan efusi pleura
b. Klien dengan efusi pericardial
c. Klien dengan emfisema paru
5. Lama Waktu
10-15 menit

6. Prosedur
Check List
No. Prosedur Tindakan
1 2 3
Persiapan Alat
1 Mesin EKG
2 KertasEKG
3 Seperangkat elektroda
4 Jelly/ gel elektrokonduktif
5 Tissu
6 Handscone
7 pulpen
Persiapan Pasien
8 Memberikan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
9 Mendekatkan mesin EKG dengan tempat tidur pasien,
menyambungkan kabel mesin EKG ke sumber listrik,
menyalakan mesin EKG
10 Melakukan identifikasi pasien
11 Menutup tirai disekitar tempat tidur pasien
Tahap kerja perekaman EKG
12 Melakukan cuci tangan
13 Pasang handscone
14 Mengatur posisi pasien berbaring terlentang (posisi supine),
dengan kedua tangan pada sisi tubuh. Bagian kepala sedikit
ditinggikan untuk kenyamanan pasien. Meyampaiakan kepada
pasien untuk berbaring dengan tenang, tangan dan kaki tidak
tegang, memastikan bahwa ujung kaki tidak menyentuh bagian
pengaman tempat tidur.
15 Memastikan bagian tangan dan kaki terbuka, pilih daerah yang
rata dimana elektroda akan ditempatkan, hindari daerah tulang.
Jika dibutuhkan bersihkan kulit dari kelebihan minyak atau

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
substansi lain. Pada pasien dengan amputasi pada ekstremitas
maka pilih daerah ujung bagian yang diamputasi.
16 Pemasangan sadapan ekstremitas:
Sadapan RA ditempatkan pada lengan kanan
Sadapan RL pada kaki kanan
Sadapan LA pada tangan kiri
Sadapan LL pada kaki kiri
17 Pemasangan sadapan dada: Membuka pakaian pasien didaerah
dada. Mengoleskan gel pada lokasi penempelan sadapan dan
memposisikan semua elektroda dengan benar yaitu:
V1: Sisi kanan sternum (parasternal kanan), ruang interkosta
keempat.
V2: Sisi kiri sternum (parasternal kiri), ruang interkosta
keempat
V3: Diantara V2 dan V4
V4: Garis mid klavikula kiri, ruang interkosta kelima
V5: Garis aksilaris anterior kiri, sejajar V4
V6: Garis Mid-aksilaris kiri, sejajar V4
18 Memberitahukan pasien bahwa prosedur perekaman akan
dimulai dan mengintruksikan pasien untuk tetap berbaring
dengan tenang, bernafas dengan normal dan tidak bergerak atau
berbicara sampai proses perekaman selesai.
19 Melakukan perekaman EKG
Sebelum melakukan perekaman EKG memastikan kembali
bahwa sadapan ekstremitas dan dada sudah pada posisi yang
benar/tidak ada tang tertukar.
20 Setelah mesin selesai mengeluakan rekaman 12 sadapan pada
kertas EKG, lepaskan semua elektroda dari pasien, bersihkan
sisa gel yang menempel dengan kertas tissue. Bantu pasien
untuk merapikan kembali.
Tahap Terminasi
21 Mengevaluasi hasil tindakan
22 Berpamitan dengan pasien
23 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
24 Mencuci tangan
Dokumentasi
25 Memberi identitas pada hasil rekaman EKG pada sisi kiri atas,
dengan menulis nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam
medis, tanggal dan jam perekaman, nama dan paraf petugas
yang melakukan perekaman.

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan sama sekali Makassar, 20
2 = Dilakukan tapi tidak sempurna Evaluator,
3 = Dilakukan dengan sempurna

NILAI AKHIR = -------------------- x 100 % (..................................................)


75

7. Referensi

a. McCann, J.A.S. (2004). Nursing Procedures 4thEd. Philadelphia: Lippincott


b. Williams & Wilkins.Nuracman, Elly. (1999). Buku Saku Prosedur Keperawatan Bedah. Jakarta: EGC

SOP PENGISIAN PARTOGRAF


1. Pengertian
Alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala 1 persalinan dan memberikan informasi untuk membuat
keputusan klinik
2. Tujuan
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks dengan
periksa dalam
b. Medeteksi apakah proses persalinan berjalan normal
c. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan
3. Indikasi
Penggunaan partograf merupakan indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan
4. Kontra Indikasi
a. Persalinan premature
b. Hamil ganda
c. Gawat janin
d. CPD
e. Bekas SC
5. Lama Waktu
Sesuai dengan kondisi pasien

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
6. Prosedur
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3
1 Persiapan Alat
a. Lembar Partograf
b. Pulpen/Pensil
c. Penghapus
d. Penggaris
2 Persiapan Pasien dan Orientasi
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
b. Memberikan penjelasan kepada pasien prosedur tindakan
yang akan dilakukan
3 Fase Kerja
1. Siapkan alat dan bahan, pastikan lembar partograf masih
dalam keadaan kosong
2. Isi identitas atau data subyektif pada lembar partograf dengan
lengkap
3. Catat Pembukaan serviks
a. Catat pembukaan serviks setiap 4 jam dan beri tanda “X”
pada garis waktu atau pada garis waspada yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks
b. Sambung pencatatan pembukaan dengan garis lurus setiap
melakukan pencatatan
4. Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan)
a. Catat penurunan setiap 4 jam dan berikan tanda O pada
lembar partograf
b. Penulisan penurunan disesuaikan dengan pembukaan
serviks lalu sambung dengan garis lurus setiap melakukan
pencatatan
5. Tuliskan waktu pada kolom dibawah pembukaan serviks
a. Penulisan waktu disesuaikan dengan pembukaan serviks
atau sejajar dengan pembukaan serviks
b. Setiap kotak menyatakan satu jam dimulainya fase aktif
persalinan
6. Tuliskan penyusupan dan air ketuban sejajar atau sesuaikan
dengan kolom diatas pembukaan serviks
a. Penyusupan dan air ketuban ditulis setiap melakukan
pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam sekali
b. Beri tanda (0,1,2,3) untuk penyusupan dan tanda

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
(U,J,M,D,K) untuk air ketuban
7. Isi kotak kontraksi sesuai dengan angka yang mencerminkan
temuan dari hasil pemriksaan
a. Beri titik-titik pada kotak jika lama kontraksi <20 detik
b. Beri garis-garis pada kotak jika lama kontraksi 20-40 detik
c. Isi penuh kotak jika lama kontraksi > 40 detik
d. Tulis hasil pemeriksaan setiap 30 menit
8. Isi kotak oksitosin dan obat-obatan dan cairan infus (pengisian
dilakukan jika diberikan)
9. Catat nadi, tekanan darah dan tempertut ibu
a. Catat nadi ibu setiap 30 menit beri tanda (.) pada kolom
waktu yang sesuai
b. Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam dan beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai
c. Catat temperature tubuh setiap 2 jam pada kotak yang
sesuai
d. Sambung pencatatan nadi dengan garis lurus setiap
melakukan pencatatan
10. Catat produksi urine
a. Catat paing sedikit 2 jam atau setiap kali ibu berkemih
b. Jika memungkinkan lakukan pemeriksaan aseton dan
protein dalam urine.
11. Catat denyut jantung janin pada lembar partograf
a. Catat denyut jantung janin setiap 30 menit beri tanda (.)
lalu sambung dengan garis lurus setiap pencatatan
12. Isi Hasil tindakan pada kala I
13. Isi hasil tindakan pada kala II
14. Isi hasil tindakan pada kala III
15. Isi hasil tindakan bayi baru lahir

Makassar, 20
Evaluator,
Keterangan:
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Dilakukan tapi tidak sempurna
3. Dilakukan dengan sempurna ( )

NILAI AKHIR =--------------X 100 %


Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
45

=
7. Referensi
SOP Partograf.docx (dokumen.tips)
1524061453_SOP PARTOGRAF.pdf (unipasby.ac.id)

Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa


Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa
Pandemi Covid-19
Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum) Masa Pandemi Covid-19
123

Anda mungkin juga menyukai