Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
“PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN,
MOBILISASI DINI PASCA SINDROM KORONER AKUT DAN
PENCEGAHAN PNEUMONIA AKIBAT VENTILASI MEKANIK ”

KOORDINATOR MATA KULIAH :


NS. FAKRUL ARDIANSYAH, S.KEP, M.KEP, SP.KEP.MB

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 9

ANGGA WAHYU 221133006


KANSA RENEZA 221133041
RICSKY ALAN PRAMANDA 221133072
SHANTI ARMIATY 221133081
SISILIA NOVIANTI DEWI 2022160195

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN,


MOBILISASI DINI PASCA SINDROM KORONER AKUT DAN
PENCEGAHAN PNEUMONIA AKIBAT VENTILASI MEKANIK

Telah di persiapkan dan disusun oleh :


KELOMPOK 9

ANGGA WAHYU
KANSA RENEZA
RICSKY ALAN PRAMANDA
SHANTI ARMIATY
SISILIA NOVIANTI DEWI

Telah Disetujui,
Pontianak, ..... September 2022

Dosen Penanggung Jawab

Ns. Fakrul Ardiansyah, S.Kep, M.Kep, Sp,Kep, MB

i
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Mandiri, Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanwata’ala karena


berkat, rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN,
MOBILISASI DINI PASCA SINDROM KORONER AKUT DAN
PENCEGAHAN PNEUMONIA AKIBAT VENTILASI MEKANIK”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:

1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Pontianak.
2. Ibu Ners. Halina Rahayu, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
3. Bapak Ns. Fakrul Ardiansyah, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku
Koordinator mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
4. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat.
5. Teman sekelompok yang tersayang .
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.

Semoga telaah jurnal ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, 16 September 2022

Kelompok 9
iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i

VISI DAN MISI................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Pendidikan Kesehatan Pencegahan Luka Tekan (Pressure Ulcer).........................3

B. Pendidikan Kesehatan Mobilisasi dini pasca Sindrom Koroner Akut.....................6

C. Pendidikan Kesehatan Pencegahan Pneumonia Akibat ventilasi Mekanik............8

BAB III PENUTUP........................................................................................................11

A. KESIMPULAN....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian luka tekan hampir seluruhnya terdapat di area perawatan.
Di area perawatan akut dari 0,4% - 38%, perawatan jangka panjang dari 2,2%
- 39,4 %, dan perawatan di rumah 0% - 17%. Kejadian luka tekan di seluruh
dunia di Intensive care unit (ICU) berkisar 1% - 56%. Selanjutnya, Laporan
mutu RSUD Poso Tahun 2017 menunjukkan rata-rata angka kejadian luka
tekan periode Januari – Desember 2017 sebesar 41 kasus (37,2%) pada pasien
yang imobilisasi (Rekam Medis RSUD Poso, 2017). Proses pemulihan pasien
akan terganggu dengan adanya luka tekan, selain itu bisa muncul komplikasi
nyeri dan infeksi yang dapat menambah Panjang masa pemulihan pasien.
Menurut Rahman et al (2014) luka tekan merupakan penanda buruknya
prognosis secara keseluruhan dan menjadi salah satu factor yang berkontribusi
terhadap mortalitas pasien terutama pada pasien dengan immobilisasi.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit
jantung koroner menjadi salah satu masalah kesehatan dalam system
kardiovaskular yang jumlahnya meningkat cepat dengan angka kematian 6,7
juta kasus (WHO, 2017). Perhitungan WHO (World Health Organization)
yang memperkirakan pada tahun 2020 mendatang, penyakit kardiovaskuler
akan menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami
peningkatan khususnya di negara-negara berkembang, salah satu diantaranya
berada di Asia Tenggara. Angka kematian yang disebabkan oleh PJK
mencapai 1,8 juta kasus pada tahun 2014, yang artinya PJK menjadi penyakit
yang mematikan di kawasan Asia Tenggara salah satu negaranya adalah
Indonesia (WHO, 2017).
Prevalensi VAP sebelumnya dan studi kohort prospektif telah
menunjukan bahwa VAP dikaitkan dengan angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi berkepanjangan di ICU serta yang tinggal dirumah sakit, didunia
angka Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 3, Oktober 2019/ page 113-
1
120 114 Siti Saodah / Knowledge of Guideline VAP Bundle Improves Nurse
Compliance Levels in Preventing Associated Pneumonia (VAP) Ventilation in
the Intensive Care Unit kejadian VAP pada tahun 2012 22,8 % yang
mendapatkan ventilasi mekanik (Kyngas, 2013). Angka kejadian VAP
dilaporkan terjadi 9-27 % dari semua pasien yang terintubasi (Mohamed,
2014). Tingkat keseluruhan insiden VAP adalah 13,6 per 1000 ventilator
sesuai dengan International Nosocomial Infection Control Consortium
(INICC) dan angka kejadian tersebut perlu dilakukan intervensi keperawatan
dan medis (INICC, 2009).
Edukasi pasien merupakan intervensi keperawatan yang
meningkatkan empower pasien. Tidak cukup jika perawat hanya menyediakan
informasi saja, tetapi lebih dari itu, informasi tersebut dapat meningkatkan
pengetahuan pasien serta keluarga tentang materi yang berkaitan dengan
penyakit dan membantu mereka untuk lebih aktif dalam perawatan diri.
Intervensi edukasi banyak didasarkan pada kebutuhan belajar pasien dan
metode pemberia informasi yang digunakan, yang penekananya adalah
keefektifan pasien terlibat dalam proses edukasi. (Johansson, 2004)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis
merumuskan masalah makalah mengenai “Pendidikan Kesehatan Pencegahan
Luka Tekan pressure ulcer , Mobilisasi Dini Pasca Sindrom Koroner Akut
Dan Pencegahan Pneumonia Akibat Ventilasi Mekanik”

C. Tujuan
1. Mengetahuai Pendidikan Kesehatan Pencegahan Luka Tekan pressure
ulcer
2. Mengetahui Pendidikan Kesehatan Mobilisasi Dini Pasca Sindrom
Koroner Akut
3. Menegtahui Pendidikan Kesehatan Pencegahan Pneumonia Akibat
Ventilasi Mekanik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kesehatan Pencegahan Luka Tekan (Pressure Ulcer)


1. Definisi Luka Tekan (Pressure Ulcer)
Luka tekan merupakan cedera yang diakibatkan tekanan, gesekan,
maupun kombinasi tekanan dan regangan pada area tulang yang menonjol
(bony prominence) (Handayani, Irawaty, & Panjaitan, 2011). Luka tekan
menjadi masalah yang sangat serius terutama pada pasien dengan
keterbatasan aktifitas atau immobilisasi, kondisi tersebut secara langsung
dapat menurunkan angka ksembuhan dan meningkatkan terjadinya
komplikasi serta menurunkan kualitas hidup pasien (Alimansur & Santoso,
2021).
Ulkus luka tekan disebabkan oleh tekanan yang melebihi tekanan
penutupan kapiler dan menghasilkan iskemia dan jaringan mati. Ketika
pasien berada di tempat tidur dan tidak bergerak, sumber tekanan eksternal
dapat berupa permukaan tempat tidur, bedcover ketat atau tekanan dan
gesekan yang dihasilkan ketika kaki menjadi gelisah (Bangova, 2013).
Kejadian luka tekan hampir seluruhnya terdapat di area perawatan.
Di area perawatan akut dari 0,4% - 38%, perawatan jangka panjang dari
2,2% - 39,4 %, dan perawatan di rumah 0% - 17%. Kejadian luka tekan di
seluruh dunia di Intensive care unit (ICU) berkisar 1% - 56%. Selanjutnya,
Laporan mutu RSUD Poso Tahun 2017 menunjukkan rata-rata angka
kejadian luka tekan periode Januari – Desember 2017 sebesar 41 kasus
(37,2%) pada pasien yang imobilisasi (Rekam Medis RSUD Poso, 2017).

2. Pencegahan Luka Tekan (Pressure Ulcer)


Menurut Wasliyah (2018) kejadian luka tekan dapat dicegah
dengan perbaikan nutrisi, mengkaji factor risiko luka tekan, dukungan
permukaan, perubahan posisi dan edukasi pencegahan (Wasliyah, 2018).
Menurut Potter & Perry (2006) data dasar pengkajian yang terus-menerus
3
memberi informasi penting tentang integritas kulit klien dan peningkatan
risiko terjadi dekubitus. Pengkajian awal pada pasien sangat membantu
perawat dalam mengidentifikasi apakah pasien tersebut berisiko
mengalami luka tekan, sehingga bila klien teridentifikasi berisiko maka
intervensi yang tepat diberikan untuk mempertahankan integritas kulit.
Dukungan nutrisi dapat meliputi asupan karbohidrat sebagai
sumber energi, protein, mitamin dan mineral serta asuhan cairan yang
adekuat. Pengkajian factor risiko dapat dilakukan dengan cara mengkaji
permukaan kulit terutama kulit diatas tonjolan tulang dengan
menggunakan metode head to toe. Perubahan posisi yang baik dalam
mencegahn luka tekan yaitu yang dilakukan setiap 2 jam sekali secara
terus menerus.
Dukungan permukaan yaitu dengan pemberian alas tempat tidur
yang sesuai seperti matras decubitus atau menggunakan bahan yang
mampu menyerap keringat, tidak ada lipatan alat tempat tidur dan perlu
untuk mengganti jika sudah lembab. Edukasi juga merupakan bagian dari
factor pendukung dalam mencegah luka tekan, dengan memberikan
pengetahuan pada keluarga tentang pencegahan luka tekan dapat
membantu keluarga dalam merawat pasien (Sumah, 2020).
Menurut Vander Cammen (1991) yang dikutip oleh Pranarka
(1999) menyatakan bahwa pada dekubitus Stadium I, kulit yang tertekan
dan kemerahan harus dibersihkan menggunakan air hangat dan sabun, lalu
diberi lotion dan dipijat 2-3 x/ hari untuk memperlancar sirkulasi sehingga
iskemia jaringan dapat dihindari (Maryam 2010:). Penggunaan matras
udara atau air sangat penting. Bila kasur dan tempat tidur digunakan
dengan tepat, maka alat-alat tersebut akan membantu mengurangi
dekubitus pada klien yang berisiko.
Menurut Maryam (2010) pertahankan kepala tempat tidur pada
posisi 30o atau di bawah 30o untuk mencegah pasien merosot yang dapat
mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan, posisi kepala tempat tidur
setinggi 30o sangat membantu dalam menurunkan peluang terjadinya
4
dekubitus. Posisi tersebut mencegah pasien merosot dari tempat tidur
sehingga menghindari pergesekan antara kulit pasien dengan tempat tidur.
Salah satu cara yang dapat diajarkan pada keluarga dalam
pencegahan luka tekan adalah perawatan kulit, yang terdiri dari:
a. Merawat kulit agar tetap terjaga kelembapannya, bersih dan tidak
kering, car aini dapat dilakukan dengan menggunkan sabun pembersih
dengan PH yang seimbang,
b. Melindungi kulit dari paparan kelembaban yang berlebihan yaitu
dengan memberikan topical terapi yang tepat seperti Virgin Cocunut
Oil (VCO) (Wasliyah, 2018).

3. Penkes pencegahan Luka Tekan (Pressure Ulcer)


Menurut Notoatmodjo (1993), pendidikan kesehatan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Salah
satunya dengan melakukan bed side teaching dimana hanya membutuhkan
waktu sekitar 10-15 menit sambil perawat melakukan tugas
keperawatannya seperti saat membantu mobilisasi, memberi makan atau
saat memandikan klien. Dengan menggunakan berbagai media yang
menarik dan jelas tentunta akan membantu klien dan keluarganya dan
meningkatkan pengetahuan guna melakukan perawatan diri (Maryam,
2010).
Kegiatan penkes dilakukan dengan memberikan penyuluhan
tentang pengertian luka tekan, penyebab luka tekan, pencegahan luka
tekan dan perawatan luka tekan. Melakukan demonstrasi tentang prosedur
perawatan kulit dan pencegahan luka tekan yang benar. Demonstrasi
dilakukan disertai dengan penjelasan prosedur perawatan kulit dan
pencegahan decubitus seperti:
a. Hindari menggosok kulit dan bagian yang luka/cedera terlalu keras
saat mandi.
b. Menggunakan topical terapi yang dapat melembabkan dan melindungi
kulit seperti VCO.

5
c. Mempertahan permukaan kulit tetap bersih dan kering Gunakan alas
tempat tidur yang dapat menyerap menyerap kelembapan.
d. Gunakan alas pada bokong saat posisi miring dan pada area yang
bersentuhan dengan ranjang (umumnya area bokong, tulang ekor,
tumit, dan betis).
e. Hindari menyeret pasien saat merubah posisi (misalnya dari tempat
tidur ke kursi roda) karena hal ini dapat menimbulkan luka pada
permukaan kulit, mengubah posisi setiap 1-2 jam untuk mengurangi
tekanan atau gesekan pada satu bagian saja.
f. Tetap kontrol ke dokter secara berkala untuk perawatan lebih lanjut.

B. Pendidikan Kesehatan Mobilisasi dini pasca Sindrom Koroner Akut


a. Definisi Sindrom Koroner Akut
Sindrom koroner akut atau Acute Coronary Syndrome merupakan
terminologi yang digunakan untuk menggambarkan terjadinya
infark/iskemik miokard yang terjadi secara akut. Keadaan ini biasanya
disebabkan karena penurunan aliran darah koroner secara mendadak.
Infark miokard akut non elevasi segmen ST (IMANEST) merupakan salah
satu manifestasi dari sindroma koroner akut (Amsterdam et al., 2014).
Penyebabterjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak
aretoma pembuluh darah koroner yang robek ataupecah. Pada kasus ini,
hal tersebut dapat menimbulkan oklusi subtotal pada pembuluh darah
koroner yang menyebabkan penurunan suplai oksigen ke miokardium
(PERKI, 2015). Pada kasusini, hal tersebut dapat menimbulkan oklusi
subtotal pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan
penurunan suplai oksigen ke miokardium jika hal tersebut dibiarkan
terus terjadi lebih dari 20 menit dapat menimbulkan infark
miokard yang menyebabkan munculnya morbiditas maupun
mortalitas.
Menurut American Heart Association tahun 2018 penyakit jantung
koroner terdiri dari Unstabel Angina Pectoris (UAP), ST Elevation

6
Myocardial Infarct (STEMI), dan Non ST Elevation Myocardial Infarct
(NSTEMI). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu kelainan
pembuluh darah koroner yang disebabkan adanya sumbatan atau plak
akibat adanya aterosklerosis. Morfologi aterosklerosis terdiri atas lesi-lesi
fokal pada arteri-arteri otot dan jaringan elastis berukuran sedang dan
besar seperti aorta, arteri poplitea dan femoralis, arteri karotis, dan arteri
pada ginjal. Penyakit aterosklerosis yang mempengaruhi arteri koronaria
merupakan penyebab terpenting dari morbiditas dan mortalitas (Lewis,
Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera, 2011).

b. Penkes Mobilisasi dini Pasca Sindrom Koroner Akut


Mobilisasi dini sebagai upaya rehabilitasi jantung dilakukan
sebagai tindakan perawat dalam melaksanakan peran rehabillitatif.
Mobilisasi dini pada pasien paska infark akan berdampak pada
peningkatan suplai oksigen ke otak. Rehabilitasi jantung merupakan
program pemulihan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien, dimana
perawatan komprehensif secara terus menerus yang bertujuan untuk
mencegah efek fisiologis dan psikologis dari penyakit jantung, dapat
menurunkan resiko infark miokardium, mencegah terjadinya kematian
mendadak, dapat mengurangi morbiditas, dan diharapkan bisa
meningkatkan status psikososial penderita jantung setelah serangan.
Tindakan tirah baring/ imobilisasi diberikan hingga kondisi pasien
mulai stabil. Kriteria stabil yaitu apabila tidak ada episode baru atau
berulang nyeri dada selama 8 jam, tidak ada peningkatan kadar kreatinin
kinase dan/atau troponin, tidak ada tanda-tanda baru gagal jantung
dekompensata, serta tidak ada perubahan elektrokardiogram signifikan
dengan ritme abnormal dalam 8 jam terakhir (Roveny, 2017). Pemantauan
hemodinamik pada pasien Infark diperlukan sebagai dasar seorang perawat
dalam mendeteksi dan mengidentifikasi jika ada gangguan fisiologis
secara lebih awal, serta mengevaluasi terapi pengobatan yang dusah
diberikan.

7
Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
metode seperti ceramah, diskusi kelompok, dan seminar yang
dikombinasikan dengan penggunaan media seperti slide powe point,
leaflet, video atau booklet (Nurmala et al., 2018; Induniasih & Ratna,
2015). Materi edukasi penyakit jantung coroner yaitu:
a. Gaya hidup sehat pasca serangan penyakit jantung coroner
b. Pencegahan Serangan berulangan jantung coroner
c. Pentingnya olah raga, istirahat dan rekreasi
d. Managemen stress, mengatasi perasaan cemas, takut, self esteem,
pikiran negative.
e. Pentingnya mempertahankan hubungan baik degan keluarga,
lingkungan, semangat hidup, kemandirian, dukungan social dan
aktivitas seksual.
f. Peningkatan pemberdayaan diri (self esteem, sel efficacy, confidence
responsibility, autonomy)
Program rehabilitative yang komprehensif diperlukan untuk
mengembalikan kemampuan fisik paska serangan serta mencegah
terjadinya serangan ulang. Program rehabilitasi tersebut meliputi
perubahan gaya hidup yang antara lain meliputi pengaturan pola makan,
manajemen stress, latihan fisik. Pada dasarnya,program rehabilitasi pada
penderita gangguan jantung bertujuan untuk :
a. Mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh,
b. Memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam mencegah
perburukan dan
c. Membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti
sebelum mengalami gangguan jantung (Jolliffe et al., 2001).

C. Pendidikan Kesehatan Pencegahan Pneumonia Akibat ventilasi Mekanik


1. Definisi Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah salah satu HAIs
yang sering ditemukan di rumah sakit dan merupakan infeksi pneumonia
8
yang terjadi setelah 48 jam pemakaian ventilasi mekanik baik pipa
endotracheal maupun tracheostomy (Kemenkes RI, 2017). Menurut Ban
(2011) yang dikutip Susmiarti, dkk. (2015) VAP merupakan penyebab
umum kedua pada kasus HAIs di Amerika Serikat dan bertanggung jawab
atas 25% kasus infeksi yang terjadi di Intensive Care Unit (ICU).
Pasien kritis dengan intubasi dan menggunakan ventilator dalam
jangka waktu lama di ICU beresiko terjadi infeksi nosokomial yang
disebut Ventilator Associated Pneumonia (VAP) (Susanti, 2015).
Pemasangan ventilator bertujuan untuk mempertahankan ventilasi alveolar
secara optimal untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien, membantu
otot bantu pernapasan, dan mengeliminasi atau mempertahankan
karbondioksida (Purnawan, 2014).

2. Penkes dan Pencegahan Ventilator Associated Pneumonia (VAP)


Hellyer, dkk. (2016) dalam The Intensive Care Society
Recommended Bundle of Interventions for the Prevention of Ventilator-
Associated Pneumonia menyatakan bahwa terdapat 4 bundle yang
direkomendasikan untuk mencegah dan mengendalikan VAP yaitu :
a. Elevasi tempat tidur 30⁰ sampai dengan 45⁰.
b. Penghentian sedasi harian dan penilaian kesiapan ekstubasi.
c. Penggunaan drainase sekresi subglotis.
d. Menghindari perubahan ventilator yang terjadwal (Hellyer dkk., 2016)
Institute for Healthcare Improvement (IHI) menyatakan bahwa
terdapat 5 bundle yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
VAP, yaitu:
a. Mengangkat kepala tempat tidur (meminimalkan mikro aspirasi),
penghentian sedasi harian dan penilaian kesiapan untuk ekstubasi
(mengurangi lama tinggal).
b. Profilaksis ulkus peptikum (meminimalkan komplikasi dan lama
tinggal).

9
c. Profilaksis thrombo-emboli vena (meminimalkan komplikasi dan lama
tinggal)
d. Perawatan mulut dengan klorheksidin (Critical Care Network in North
West London).
Di Indonesia, pelaksanaan bundles untuk pencegahan dan
pengendalian VAP tercantum dalam Permenkes RI Nomer 27, Tahun 2017
tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi. Bundles
mencakup :
a. Membersihkan tangan setiap akan melakukan kegiatan terhadap pasien
yaitu dengan menggunakan lima momen kebersihan tangan,
b. Memposisikan tempat tidur antara 30o-45o bila tidak ada kontra
indikasi misalnya trauma kepala ataupun cedera tulang belakang.
c. Menjaga kebersihan mulut atau oral hygiene setiap 2-4 jam dengan
menggunakan bahan dasar antiseptik clorhexidine 0,02% .
d. Dilakukan gosok gigi setiap 12 jam untuk mencegah timbulnya flaque,
e. manajemen sekresi oroparingeal dan tracheal.
f. Melakukan pengkajian sedasi dan ekstubasi setiap hari.
g. Memberikan profilaksis peptic ulcer disease, dan memberikan
profilaksis Deep Vein Trombosis (DVT).

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit.
Upaya pencegahan dekubitus meliputi mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan
kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, penggunaan alat/ sarana dan
penataan lingkungan perawatan serta pendidikan kesehatan.
Penggunaan ventilator mekanik pada pasien kritis dapat menimbulkan
infeksi jaringan parenkim paru atau VAP yang merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di ICU serta meningkatkan biaya di rumah sakit.
Pencegahan kejadian VAP di rumah sakit menggunakan intervensi
multimodal, yang mana salah satunya berupa penerapan bundle pencegahan
VAP, dapat dengan efektif menurunkan kejadian VAP di rumah sakit.
Keluarga merupakan orang terdekat pasien yang diharapkan memiliki
pengetahuan tentang upaya pencegahan. Pengetahuan yang baik tentang
pencegahan dapat membantu memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami immobilisasi dan dapat meningkatkan pemulihan
serta meningkatkan kualitas hidup pasien (Sulidah & Susilowati, 2017)

11
DAFTAR PUSTAKA

Dwiana, W. G., Peristiowati, Y., & Ambarika, R. (2020). Pemberian Pendidikan


Kesehatan Dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Prehospital
Delay Time Sindrom Koroner Akut Pada Kelompok Resiko Tinggi
Kelurahan Tosaren. Journal of Health Science Community, 1(1).
Prabowo, R. K. (2019). Penerapan rehabilitasi jantung fase 1 pada pasien
sindroma koroner akut (ska) di rumah sakit jantung dan pembuluh darah
harapan kita jakarta. JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA, 7(2), 81-
92.
Ramadhan, H. N. (2019). Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) di Ruang ICU. The Journal of Hospital
Accreditation, 1(1).
Santosa, H. S. (2021). PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP HEART
RATE PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PASKA
INFARK. Media Husada Journal Of Nursing Science, 2(3), 81-88.
Saodah, S. (2019). Knowledge of Guideline VAP Bundle Improves Nurse
Compliance Levels in Preventing Associated Pneumonia (VAP) Ventilation
in the Intensive Care Unit. Media Keperawatan Indonesia, 2(3), 113.
Suharto, D. N., & Manggasa, D. D. (2021). Upaya Pencegahan Luka Tekan pada
Keluarga dengan Anggota Keluarga Mengalami Immobilisasi: Prevention
of Pressure Ulcer in Family and Patients With Immobilization. Madago
Community Empowerment for Health Journal, 1(1), 14-20.
Sunarti, S. D. (2019). UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PRESSURE
ULCER DI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR. BMJ, 6(2), 193-
200.
Widodo, W., Rosa, E. M., & Kurniasari, N. (2017). Pengaruh Tindakan
Keperawatan Reduksi Luka Tekan Terhadap Penurunan Risiko Luka
Tekan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 13(2).
Yuniandita, N., & Hudiyawati, D. (2020). Prosedur Pencegahan Terjadinya entilator
Associated neumonia (VAP) di Ruang Intensive Care Unit (ICU): A
Literature Review. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 13(1), 62-74.

12

Anda mungkin juga menyukai