PROPOSAL SKRIPSI
KUANTITATIF
Disusun Oleh :
CIMAHI
2022
HUBUNGAN PEMBELAJARAN DARING AKIBAT PANDEMI COVID-19 DENGAN
PROPOSAL SKRIPSI
KUANTITATIF
Disusun Oleh :
CIMAHI
2022
PENGESAHAN
Laporan Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan pada Seminar Proposal
NPM : 213118143
Pembimbing I Pembimbing II
Dewi Ummu K, S.Kep., Ners., M.Kep Dwi Hastuti, S.Kep., Ners., M.Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu
Akibat Pandemi Covid-19 dengan Tingkat Stress dan Risiko Computer Vision Syndrome (CVS)
Pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan FITKes UNJANI” laporan skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1).
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
2. Gunawan Irianto, dr., M.Kes (MARS)., selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi
3. Achmad Setya Roswendi, S.Kp., M.P.H., selaku Ketua Program Studi Ilmu
4. Dewi Ummu K, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sampai proposal skripsi ini selesai
dengan baik.
5. Dwi Hastuti, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sampai proposal skripsi ini selesai
dengan baik.
6. Siti Dewi Rahmayanti, S.Kp., M.Kep., selaku dosen penguji yang telah meluangkan
ii
7. Dosen pengajar serta staff Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Fakultas Ilmu
8. Ayahanda Wilogo, Ibunda Tarmini, dan Kakak Wikis Anto Yoga., S.Psi., selaku
orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a, kasih sayang, motivasi,
selaku kakak, angkatan bawah selaku adik yang berada di Program Studi Ilmu
Keperawatan (S-1) yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti selama
10. Para pengurus HM KMJ Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes UNJANI, demisioner serta
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala melimpahkan rahmat serta
Peneliti menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai keasalahan serta kekurangan.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian
adanya, semoga skripsi ini dapat dijadikan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan semoga
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, hampir seluruh dunia digemparkan dengan wabah
Coronavirus Disease 2019 atau sering dikenal dengan COVID-19 yang ditularkan oleh
kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Selama masa pandemi Covid-19
seluruh masyarakat baik yang bekerja maupun yang sedang menempuh pendidikan
diharuskan tidak keluar rumah dan tetap berdiam diri dirumah dalam upaya pencegahan
tersebut berubah sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No.4 Tahun 2020 mengenai kebijakan pendidikan pada masa
pandemi COVID-19, Proses belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan belajar
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan
seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun keluiusan (Kemendikbud RI,
2020).
kegiatan belajar untuk dilakukan dirumah agar memberi pengalaman baru yang
bermakna bagi siswa dalam belajar. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dari
rumah disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilaksanakan dengan sistem
atau komputer dalam menyelesaikan tugas juga penunjang pembelajaran lainnya setiap
menempuh pendidikan merasa stress akibat terbebani tugas yang banyak dan kurang
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh
daring menemukan komentar positif dan negatif. Komentar positif yang didapatkan
20% dari partisipan menyatakan dengan pembelajaran daring bisa santai dan rebahan,
jadi aktif bertanya, tidak malu, dan hemat transport. Komentar Negatif yang didapatkan
80% dari pasrtisipan menyatakan tugas lebih banyak dari pada kuliah off line,
penjelasan materi masih kurang, tidak bisa diskusi, prosedurnya repot, kaget tidak
terbiasa dengan daring dan beberapa masalah teknis lainya (Sanjaya F.R, 2020).
dialami oleh mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan daring juga ditambah dengan
angka kecemasan selama perkuliahan daring sebesar 40%. Penyebab stres di kalangan
mahasiswa selama pandemi Covid-19 dikarenakan oleh beban tugas kuliah yang
semakin banyak, proses perkuliahan daring yang monoton, tidak dapat melaksanakan
signal internet yang tidak stabil, keterbatasan kuota internet yang dimiliki, tidak dapat
2
lainnya yaitu gangguan penglihatan seperti yang disebutkan oleh World Health
penglihatan, dan hampir setengahnya gangguan penglihatan yang dapat dicegah (World
Kejadian kelelahan mata (presbiopi) dan miopia (rabun jauh) di seluruh dunia
berkisar antara 75% hingga 90%. Dari dokter mata di India menunjukkan bahwa
ketegangan mata dapat mencapai setinggi 97,8 dari penggunaan laptop atau handphone
secara terus-menerus. Pemantauan layar secara terus menerus juga dapat menyebabkan
penglihatan kabur, sakit kepala, dan masalah kesehatan mata yang lainnya (WHO,
yaitu gangguan repraksi tidak terkoreksi sebesar 48,99%, katarak sebesar 21,81% serta
faktor degeneratif karena usia lanjut sebesar 4,1%. Lebih dari 75% masalah gangguan
penglihatan dapat dicegah. Data Indonesia jumlah prevalensi severe low vision atau
kerusakan fungsi penglihatan untuk usia produktif (15 – 54 tahun) memiliki ketajaman
penglihatan kurang dari 6/18 yaitu sebesar 1,49% dengan prevalensi kebutaan 0,5%,
Jumlah penderita kerusakan fungsi penglihatan terbanyak ada di 3 Provinsi Pulau Jawa
yaitu Provinsi Jawa Timur sebesar 352.829 penduduk, Provinsi Jawa Tengah sebesar
329.428 penduduk dan Jawa Barat sebesar 328.933 penduduk, sedangkan jumlah yang
tersedikit ada di Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Barat dan Papua Barat (Kemenkes
RI, 2018).
utama dari terjadinya CVS ialah mata lelah (Kemenkes, 2018) Mata Lelah disebabkan
oleh ketegangan otot mata, dimana mata dipaksakan melihat benda berukuran kecil,
dengan jarak dekat dalam waktu yang lama. Ketegangan mata merupakan keluhan mata
3
yang paling umum di antara pengguna komputer yang bekerja selama lebih dari 6 jam
sehari.. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi kelelahan mata diantaranya
mengistirahatkan mata sejenak, melakukan trik senam mata, menjaga jarak ideal dari
layar, menggunakan monitor LCD dan menggunakan layar anti silau dan menyesuaikan
tingkat kecerahan sesuai dengan tempat kerja untuk mengurangi keluhan okuler ini ke
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Amerika Serikat
mengatakan bahwa kurang lebih 90% orang yang menghabiskan 3 jam atau lebih sehari
al., 2020). Beberapa penelitian menerangkan bahwa orang yang bekerja lebih dari 2-3
jam sehari menggunakan komputer berisiko mengalami CVS lebih tinggi (Rathore,
merupakan masalah mata yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami
seseorang selagi atau berhubungan dengan penggunaan gawai. Tanda-tanda gejala yang
muncul pada penderita CVS dibagi menjadi empat kategori, yaitu: 1) Gejala astenopia
(mata lelah, mata tegang, mata terasa sakit, mata kering, dan nyeri kepala), 2) Gejala
yang berkaitan dengan permukaan okuler (mata berair, mata teriritasi, dan akibat
(nyeri bahu, nyeri leher, dan nyeri punggung). Anggapan seseorang terhadap sindrom
4
kerja. Dampak tersebut sangat merugikan dan menyebabkan penurunan kualitas hidup
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Smita Agarwal, dkk dalam
penelitiannya yang berjudul “Evaluation of the Factors which Contribute to the Ocular
mempelajari keluhan mata dilaporkan adalah kelelahan mata (53%), terjadi ketegangan
mata (53,8%), gatal (47,6%) dan terbakar (66,7%) pada subjek yang memakai komputer
selama lebih dari 6 jam(Agarwal et al., 2013). Hasil penelitian Adrian et. all, (2021)
tentang “Hubungan Belajar Online di Masa Pandemi Covid-19 dengan Tingkat Stress
dari 57 responden sebanyak 25 (43,9 %) belajar online kurang baik dan sebanyak 32
ringan, sebanyak 16 (28,1%) tingkat stres sedang dan 9 (15,8%) tingkat stres
berat.
Pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan observasi dan wawancara
kepada 8 orang mahasiwa Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes Unjani yang berada di
wilayah Cimahi yang berusia 19-20 tahun, terdapat 5 mahasiswa yang menyatakan
terdapat beban lebih selama pembelajaran daring yang membuat stress karena
kurangnya interaksi sosial, tugas yang sangat banyak, mata terasa lelah dan perih jika
terlalu lama menatap layar gawai sehingga menyebabkan kurang efektif dalam
menerima materi yang di berikan oleh dosen. Terdapat 5 mahasiswa yang menyatakan
merasa nyeri badan, nyeri leher yang disebabkan terlalu lama duduk selama
5
Pengalaman perawat dalam merawat pasien COVID-19 telah dilaporkan
beresiko mengalami berbagai masalah mental di kemudian hari setelah pandemi (WHO,
2020; Xiang et al., 2020; Noer et al., 2021). Stategi yang dapat dilakukan untuk perawat
meningkatkan perasaan aman, menurunkan kecemasan dan stres serta menjaga kualitas
pelayanan yang baik bagi pasien dengan upaya manajemen stres yang baik, sehingga
masalah psikologis selama pandemi dapat diatasi atau diminimalisir. Oleh karena itu,
untuk melindungi kesehatan mental dalam memerangi epidemik terutama pada saat
Terdapat berbagai teknik alternatif yang dilakukan untuk menangani gejala dari
CVS, antara lain mengistirahatkan mata setelah 20 menit bekerja didepan komputer,
mengalihkan pandangan pada objek lain sejauh 6 meter selama 20 detik, memasang
panapis antiglare komputer agar tidak terpapar pencahayaan silau radiasi layar monitor,
serta dianjurkan agar lebih sering berkedip. Demikian halnya menurut penelitian
membuktikan untuk menghindari mata lelah dapat menerapkan metode senam mata.
Selain itu, akupresur merupakan salah satu solusinya. Akupresur merupakan teknik
pengobatan yang lebih aman serta praktis untuk dilakukan. Bahkan oleh Kementerian
Berdasarkan dari uraian permasalahan pada latar belakang dan fakta yang telah
otot bantu penglihatan, melancarkan aliran darah mata, serta memberikan kenyamanan
akomodasi visualisasi yang bisa didapatkan dari teknik akupresur mata. Sehingga
6
Berdasarkan fenomena dan permasalahan diatas maka dari itu peneliti tertarik
covid-19 dengan tingkat stress dan resiko computer vision syndrome (cvs) pada
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti membuat
rumusan masalah yaitu "apakah ada hubungan pembelajaran daring akibat pandemi
covid-19 dengan tingkat stress dan risiko computer vision syndrome (CVS) pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tingkat stress dan risiko computer vision syndrome (cvs) pada mahasiswa ilmu
2. Tujuan Khusus
FITKes UNJANI
19 dengan tingkat stress dan risiko computer vision syndrome (cvs) pada
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pengetahuan
2. Manfaat Praktis
mendalam.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pandemi Covid-19
1. Pandemi Covid-19
serempak ada dimana-mana yang mencakup wilayah geografi yang sangat luas.
menular dan mempunyai garis infeksi berkelanjutan. Maka dari itu, jika masalah
tersebut terjadi dibeberapa negara lain. selain negara asal, akan permanen
Covid-19 bisa diartikan menjadi wabah yang menyebar secara luas dan
serempak di selruh dunia yang disebabkan oleh jenis Corona Virus yang
kasus klaster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di kota Wuhan telah
virus corona baru. Pandemi ini terus berkembang hingga ada laporan kematian
dan masalah baru di luar China. Pada 30 Januari 2020, WHO mengumumkan
terjadi penyebaran ke luar daerah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16
Februari 2020, secara dunia dilaporkan 51.857 kasus. konfmasi pada 25 negara
dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian negara dan jumlah kasus sebagai
berikut: China 51.174 kasus konfrmasi dengan 1.666 kematian, Jepang (53
kasus, 1 Kematian dan 355 kasus pada cruise ship Pelabuhan Jepang), Thailand
(34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam (16 kasus), Singapura (72 kasus),
Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (12
kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7 kasus), Jerman (16 kasus), Perancis
(12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2 kasus), United Kingdom (9 kasus), Belgia
kasus), dan Mesir (1 Kasus). Pandemi Covid-19 bisa diartikan menjadi wabah
yang menyebar secara luas dan serempak disebabkan oleh jenis Corona Virus
1) Demam 38°C
2) Batuk kering
3) Sesak napas
demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan
mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung
10
indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan
atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul
secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala
ringan.
Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa
menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia)
dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi,
lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi
COVID-19 dan mengalami sakit yang serius. Orang dari segala usia yang
2) Gejala Ringan yaitu Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia
virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan
11
3) Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk,
oksigen 93% .
sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas >30
5) Kritis yaitu Pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau
kegagalan multiorgan.
nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang. Gejala tidak spesifik
lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan
5) Gejala Covid-19 ini muncul dalam waktu dua hari sampai dua minggu
6) Gejala umum lain nya bisa muncul seperti kehilangan nafsu makan,
berbagai persentase.
12
Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan jantung
berdebar. Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa juga dapat
terjadi. Kehilangan indra penciuman merupakan gejala yang muncul pada 30%
untuk memutus mata rantai virus corona agar tidak semakin menyebar. Lalu
perekonomian di berbagai dunia juga semakin menurun karena adanya virus ini.
hanya sebesar 2,5% pada tahun 2020 atau terpangkas setengahnya setelah tahun
2019 tumbuh 5.0%. hal ini disebabkan pleh pandemi virus corona yang
Corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai
lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan
(Safitri & Zulfa, 2020) Keadaan ini akan masih berlangsung lama mengingat
bahwa sampai saat ini semua pihak masih mencari vaksin yang dapat
semaksimal mungkin agar tetap dapat berjalan di dalam kondisi seperti ini.
Beberapa hal dapat dilakukan antara lain melihat dan mengantipasi situasi ke
13
depan agar dapat mempersiapkan diri memperbaiki sistem pembelajaran yang
lebih maju dan modern. Tujuan penelitian ini adalah memahami dampak dari
B. Stress
1. Pengertian Stress
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut
mengenai seseorang misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang
secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan,
ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
keadaan yang dimana seseorang merasa tidak cocok dengan situasi secara fisik
maupun psikologi dan sumbernya berasal dari biologi serta sistem sosial. Stres juga
dapat dikatakan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang muncul akibat
yang nyata maupun yang tidak nyata, antara keadaan dan sumber daya biologis,
Lukaningsih dan Bandiyah (2011) bahwa stres merupakan sebuah istilah untuk
menjelaskan suatu tuntutan untuk beradaptasi dari seseorang atau reaksi seseorang
14
merupakan kondisi seseorang yang muncul akibat ketidakmampuan dalam
biologis, psikologi, serta sosial pada orang tersebut. Berdasarkan data yang
menunjukkan 64,3 % dari 1.522 responden mengalami kecemasan atau stress yang
seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) jika ada perubahan
bagian alami dan penting dari kehidupan, tetapi jika berat dan berlangsung lama
dapat Mengganggu kesehatan kita. Remaja bereaksi terhadap stres dengan cara
yang berbeda-beda. Meskipun stres dapat membantu menjadi lebih waspada dan
Menurut (WHO, 2020), stress yang muncul selama masa pandemi Covid-19
bisa berupa rasa takut dan cemas mengenai kesehatan diri dan kesehatan orang
Stress merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap individu, karena
stress dapat mempengaruhi setiap orang, namun stress memiliki sisi baik dan sisi
buruk. Dapat didefinisikan bahwa stress merupakan suatu keadaan dimana individu
tidak dapat menyesuaikan diri antara kemampuan diri dan tuntutan yang diterima
15
Manajemen stress merupakan upaya yang dilakukan individu untuk
2019).
2. Jenis-jenis Stress
Menurut (Doli Tine Donsu, 2017) secar umum stress dibagi menjadi dua yaitu:
1) Stress Akut
Stress yang dikenal pula dengan flight or flight response. Stress akut
ketakutan. respon stress akut yang segera dan intensif di beberapa keadaan
2) Stress kronis merupakan stress yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan
Gejalanya stress dibagi menjadi tiga yaitu (Konsep Manajemen Stress / Priyoto |
1) Stress Ringan
seperti terlalu banyak tidur, akibat kemacetan, kritikan dari atasan dan lain-
lain. Situasi stres ringan hanya berlangsung beberapa menit atau jam.
16
Ciri-ciri stres ringan adalah peningkatan semangat, penglihatan tajam,
2) Stress Sedang
Alasan penybab stres sedang adalah situasi yang belum terselesaikan dengan
rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran kerabat dalam jangka
panjang. Ciri-ciri stres sedang adalah nyeri perut, tegang otot, perasaan
3) Stress Berat
Stres berat adalah suatu keadaan yang dirasakan seseorang dalam waktu
yang lama dan dapat berlangsung selama beberapa minggu atau sampai
kronis, dan termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia lanjut.
17
3. Gejala Stress
1) Gejala Emosional
dengan: gelisah atau cemas, sedih atau depresi karena tuntutan akademik, dan
2) Gejala Fisik
sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, susah tidur, sakit punggung, diare,
Menurut (Nurlaeliyah, 2021) gejala stres terdiri atas fisik, emosi, dan ditambah
dengan perilaku.
makan, lemah atau lemas, sering buang air kecil, dan sulit menelan.
2) Gejala emosi antara lain: depresi, cepat marah, murung, cemas, khawatir,
mudah menangis, gelisah terhadap hal-hal yang kecil, panik, dan berperilaku
implusif.
bernada tinggi, berjalan mondar- mandir, dan perilaku sosial yang berubah.
Menurut (Dylan Trotsek, 2017) terdapat dua aspek dalam stres, yaitu:
18
1) Gejala Fisik
Gejala fisik yang ditimbulkan akibat stres dapat berupa jantung berdebar,
nafas sangat cepat, dan memburu atau terengah-engah, mulut kering, lutut
gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat,
2) Gejala Psikis
Cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah paham,
Menurut FKep UNAIR (2021) Gejala yang timbul akan berbeda beda tergantung
1) Gejala emosi, misalnya mudah gusar, frustasi, suasana hati yang mudah
berubah atau moody, sulit untuk menenangkan pikiran, rendah diri, serta
merasa kesepian, tidak berguna, bingung, dan hilang kendali, hingga tampak
2) Gejala fisik, seperti lemas, pusing, migrain, sakit kepala tegang, gangguan
pencernaan (mual dan diare atau sembelit), nyeri otot, jantung berdebar,
sering batuk pilek, gangguan tidur, hasrat seksual menurun, tubuh gemetar,
telinga berdengung, kaki tangan terasa dingin dan berkeringat, atau mulut
kering dan sulit menelan. Stres pada wanita juga dapat menimbulkan keluhan
memiliki pandangan yang negatif, dan membuat keputusan yang tidak baik.
serta menunjukkan sikap gugup seperti menggigit kuku atau berjalan bolak-
19
4. Faktor Penyebab Stress
1) Kondisi Psikologis
modern.
2) Kondisi Sosio-Kultural
ancaman.
20
Menurut Kartika ((Purnama et al., 2019)2020), menyebutkan faktor – faktor
lain yaitu :
mahasiswa terganggu.
tempat kost dan asrama merasa tidak kondusif untuk dipakai sebagai
belajar.
d) Metode belajar tanpa tatap muka dan tanpa interaksi langsung membuat
21
f) Sulitnya mengkoordinir pekerjaan kelompok juga menjadi permasalahan
g) Tidak ada ketetapan jadwal yang jelas juga membuat mahasiswa menjadi
5. Pencegahan Stress
cukup, makan bergizi seimbang, terapkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Berpikir positif
(Jannah, 2021) menjabarkan usaha dalam upaya mengatasi stress, yakni sebagai
berikut:
1) Prinsip Homeostatis
seimbang pada dirinya. Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak
22
keberadaan prinsip pada dasar nya untuk mempertahankan hidup
organisme.
6. Dampak Stress
Stres pada tingkatan yang ringan bisa berdampak positif bagi individu. Hal
ini dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi
tantangan. Sedangkan stres pada tingkatan yang tinggi dapat mengakibatkan
depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan respon imun (Jenita DT Donsu,
2017).
Menurut Priyono (2014) dampak stres dibedakan dalam tiga kategori, yaitu :
a. Dampak Fisiologi
Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu
system tertentu seperti otot tertentu mengencang/melemah, kerusakan
jantung, mag dan diare.
b. Gangguan Sistem Reproduksi
Bagi Wanita terganggunya siklus menstruasi, kegagalan ovulasi pada
wanita, impoten pada pria, kurang produksi sperma pada pria,
Kehilangan gairah seks.
c. Dampak Psikologi
Keletihan emosi, jenuh, pencapaian pribadi menurun, sehingga
berakibat menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses.
d. Dampak Prilaku
Prestasi belajar menurun, sering terjadi prilaku diluar norma
masyarakat, berdampak negatif pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat serta cepat.
C. Computer Vision Syndrome (CVS)
Syndrome menjadi masalah mata beragam yang berkaitan dengan pekerjaan jarak
komputer. Seseorang yang menggunakan komputer > 2 jam sehari memiliki risiko
23
meningkat seiring dengan lamanya waktu penggunaan komputer. Mata lelah, mata
tegang, mata terasa berat, pegal, mata kering dan mata perih, mata merasakan sensasi
terbakar atau panas, mata kabur atau blur dan nyeri kepala merupakan tanda-tanda
atau yang dikenal dengan istilah visual fatigue (VF) atau Digital Eye Strain (DES)
merupakansuatu masalah kesehatan pada mata yang paling sering terjadi selama
akibat penggunaan laptop atau komputer. Durasi penggunaan laptop menjadi salah
satu faktor resiko yang dapat menimbulkan CVS (Kumar, 2020). Berdasarkan survei
dari Property & Consumer Good Industry at MarkPlus, terhadap 124 responden
conference daring naik 33,5%, sama halnya online video atau movie streaming
mengalami kenaikan dari 76,6% menjadi 85,5% (Salsabila, 2020). Kondisi seperti
ini dapat memicu masalah pada mata yang meningkatkan risiko mengalami CVS.
dalam waktu yang relatif lama. Studi menunjukan bahwa penurunan frekuensi
adalah kombinasi masalah visual individu, kondisi tempat kerja yang buruk dan
24
3. Faktor Risiko CVS
penggunaan komputer pada jarak yang dekat dan durasi kerja yang lama. Terdapat
lima komponen yang terlibat ketika interaksi mata dengan komputer terjadi, yaitu
layar komputer sebagai objek visual; ruang sekitar komputer sebagai lingkungan
visual; mata sebagai organ visual; pengguna computer sebagai pengguna visual; dan
tugas yang dikerjakan dengan komputer sebagai tugas visual (Al-Manjoumi et al.,
2021).
Peneliti lain membagi faktor risiko CVS menjadi tiga, yaitu faktor individual,
faktor lingkungan, dan faktor komputer. Berikut adalah masing-masing faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian CVS tersebut (KY & Redd, 2008).
1) Faktor Lingkungan
25
2) Faktor Berkedip
3) Jenis Kelamin
Prevalensi Dry Eye Disease atau keluhan mata kering dua kali lebih
Penipisan tear film pada wanita terjadi lebih cepat dibandingkan pada
4) Usia
berusia diatas dari 45 tahun dua kali lebih berisiko menderita CVS
26
5) Lamanya Penggunaan Komputer
berhenti selama lebih dari 4 jam dikaitkan dengan gejala mata tegang
6) Faktor Istirahat
2012).
27
7) Riwayat Penyakit
pada kelenjar mata, arthritis, dan cedera nervus trigeminus atau fasialis
Gejala Klinis CVS memberikan gejala klinis berupa ketegangan mata, sakit
kepala, penglihatan kabur, mata kering dan nyeri pada leher serta bahu (AOA,
dalam 4 kategori:
1) Astenopia
Astenopia atau dikenal sebagai mata tegang atau mata lelah merupakan
gangguan pada mata yang disebabkan oleh penglihatan dekat dalam waktu
yang lama. Astenopia sering dikaitkan sebagai gejala yang sering muncul
otot siliaris dan otot ekstraokuler akibat dari akomodasi dalam jangka
astenopia terdiri dari mata lelah, mata terasa berat, mata kering, mata
28
2) Gangguan visual/tajam penglihatan, dengan gejala buram, penglihatan
dan bahu
ini adalah menjaga posisi mata 20 -28 inci dari komputer, mengurangi cahaya
posisi duduk dan mengetik yang tepat, melakukan istirahat mata selama 15-20
menit setelah menatap layar selama 2 jam, serta sering mengedipkan mata agar
Sekumpulan gejala pada mata dan leher yang disebabkan oleh penggunaan
2) Nyeri kepala
3) Iritasi mata
29
5. Bahaya Computer Vision Syndrome
Health Administration (OSH) bahwa CVS merupakah suatu keluhan pada mata
c. Frekuensi istirahat
30
D. Pembelajaran Jarak Daring
dan pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran jarak jauh ini mengandalkan
sebagai sarana dan jaringan internet sebagai sistem. Pembelajaran daring telah
penelitian yang menjelaskan hal tersebut (Crews & Parker, 2017; Mather &
Sarkans, 2018).
31
Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara
tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala bentuk materi
online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem pembelajaran melalui
daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google
yang sangat matang dan dengan tujuan serta manfaat yang jelas. Menteri
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat
ketentuan proses belajar yang dilaksanakan dari rumah. Tidak dapat dipungkiri,
banyak manfaat pada proses pembelajaran. Namun disamping itu semua, terdapat
kendala dan tantangan yang dihadapi baik oleh guru/dosen, siswa, mahasiswa
32
menerapkan belajar dari rumah karena belum memadai jaringan internet atau
daring. Tidak ada internet maka tidak ada pula pembelajaran daring.
tergantung dari segi mana yang dilihat. Dari segi psikologis, salah satunya ialah
stress. Selain itu, dampak pembelajaran daring bagi kesehatan yang sering terjadi
yaitu duduk di depan laptop terlalu lama mengakibatkan sakit pada punggung
kemudian ada juga yang mengeluhkan mata lelah dan mata kering. Mahasiswa
mengeluh miopia (rabun jauh) dan sakit kepala berdasarkan penggunaan laptop
Persepsi visual pada orang yang menderita stress berlebih tidak adanya efek pada
bagian retina atau akomodasi mata, yang bisa mengakibatkan kelelahan syaraf pada
mata.(Dianti, 2020).
33
E. Kerangka Teori
Melalui aplikasi
Zoom meeting
Whats app group
Youtube
Goole meeting
Normal
Ringan
Sedang
Berat Faktor predisposisi risiko
Gejala risiko CVS
CVS
Mata tegang
Lingkungan
Mata lelah
Individu
Mata kering
Jenis Kelamin
Sakit kepala
Intensitas berkedip
Usia
Frekuensi penggunaan
Istrahat
34
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
CVS adalah sekumpulan masalah pada mata dan penglihatan terkait dengan
(Kurmasela, Paradigma CVS, 2015). CVS dapat juga diartikan sebagai kumpulan
gangguan fisik yang menyerang pengguna laptop (Kurmasela, Teori CVS, 2013).
CVS adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan satu atau lebih gejala pada
mata akibat dari penggunaan laptop yang lama (Reddy et al, 2013). CVS ditandai
dengan gejala visual yang dihasilkan dari interaksi dengan layar laptop atau
(Anggraini, 2013) semakin lama masa kerja seseorang semakin besar risiko
mengalami CVS. Keluhan tersebut dapat menyebabkan menurunnya jam kerja dan
konsep penelitian adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
sebagai berikut.
Variable Independen Variable Dependen Variable Perancu
2. Rancangan Penelitian
Observasional Analitik atau Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko
yang digunakan yaitu menggunakan desain Cross Sectional. Desain penelitian Cross
paling sering dilakukan. Pada desain Cross Sectional sering mencari hubungan
antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan
36
diperoleh gambaran hubungan pembelajaran daring akibat pandemic covid-19
dengan tingkat stress dan risiko Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa
3. Variabel Penelitian
Dalam peneltian ini terdapat dua 2 variabel yaitu, variabel bebas dan variable terikat.:
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
penelitian ini adalah “tingkat stress dan risiko Computer Vision Syndrome (CVS)
variabel bebas atau variable terikat (Ade Triyadi Syumarti, 2021), dalam
penelitian ini adalah adanya penyebab lain yang menyebabkan risiko CVS
37
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
38
Variable Stres akademik adalah Pengukuran tingkat Kessler Dengan Ordinal
Dependen keadaan siswa yang stress pada Mahasiswa Psycholo Skor <19
Tingkat stres tidak dapat Ilmu Keperawatan gical Tidak
menghadapi tuntutan FITKes Unjani yang Distress Stress
akademik dan memiliki tingkatan Scale
mempersepsi tuntutan- stress tinggi akibat Skor 20-
tuntutan akademik yang pembelajaran daring 24 Stress
diterima sebagai dengan menggunakan Ringan
gangguan. Stres metode Kessler
akademik biasanya Psychological Skor 25-
disebabkan oleh Distress Scale 29 Stress
academik stresor, yang Sedang
artinya stres akibat
kejenuhan belajar yang Skor >30
bersumber dari proses Stress
pembelajaran atau hal Berat
yang berhubungan
dengan kegiatan belajar
seperti tekanan untuk
naik kelas, lamanya
belajar, mencontek,
banyak tugas,
rendahnya prestasi yang
diperoleh, keputusan
menentukan jurusan dan
karir serta kecemasan
saat mengahadapi ujian
(Barseli, 2017).
39
Variable Menurut (Latupono et Pengukuran penilaian Kuesioner Dengan Ordinal
Dependen al., 2021). Media Resiko CVS pada Ordinal Skor <15
Risiko elektronik seperti tablet, Mahasiswa Ilmu computer- Tidak
Computer komputer, smart phone Keperawatan FITKes vision berisiko
Vision sangat bermanfaat bagi Unjani yang memiliki symptom CVS
Syndrome kehidupan manusia di Risiko CVS akibat scale
(CVS) zaman modern ini. pembelajaran daring (CVSS17) Skor 16-
Penggunaan media selama pandemi (González 24 risiko
elektronik jika Covid-19 yang diukur -Pérez et CVS
penggunaannya tidak selama satu semester al., 2014) Sedang
normal dapat kebelakang
menimbulkan dampak Skor >25
negatif yaitu: Risiko
1)menganggu CVS
Kesehatan. Berat
2)menganggu (Gonzále
perkembangan siswa. z-Pérez
3)mempengaruhi et al.,
perilaku siswa. 2014)
Sekumpulan gejala pada
mata dan leher yang
disebabkan oleh
penggunaan komputer
/layar monitor yang
berlebihan. Gejala yang
dialami oleh penderita
CVS (P2PTM
Kemenkes RI, 2019):
1)Mata menjadi buram
2)Nyeri kepala
3)Iritasi mata
4)Penglihatan menjadi
ganda
5) Mata merah & kering
40
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
ini adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes Unjani Tingkat 1 yang
f. Kriteria Inklusi
menggunakan kacamata
pembelajaran daring
3) mempunyai gawai
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2018). Sampel pada penelitian ini dipilih secara random tidak
dilihat dari kelas mana dan hanya terfokus pada tingkat 1 dengan menggunakan
metode menggunakan metode total sampling, dan yang menjadi responden adalah
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
41
a. Langkah proses pengumpulan data diawali dengan proses perizinan pada
yaitu kepada Ka. Prodi Ilmu Keperawatan (S-1) FITKes Unjani dan kepada
42
f. Peneliti atau ketua kelas yang membantu menjawab pertanyaan yang
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam penelitian untuk
bertujuan untuk mengukur tingkat stress dan risiko cvs selama pembelajaran daring,
kebelakang
43
c. Variable dependen “Risiko Computer Vision Syndrome (CVS)”
Menurut (Riyanto, 2010) mengemukakan bahwa ada dua hal yang harus
dipenuhi pada sebuah kuesioner, yakni valid dan reliabel. Sebelum digunakan untuk
pengumpulan data penelitian, kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Skor CVSS17 rata-rata 31,31, median 31,0, minimum 17,0, maksimum 50,0 dan
standar deviasinya 7,65. Interval kepercayaan 95% untuk rata-rata populasi adalah
30,78 hingga 31.84. Statistik ringkasan PCM disediakan dalam Lampiran S1. Dua
faktor utama yang dijelaskan oleh analisis faktor CVSS17 dinamai sesuai dengan
Kami menggunakan tanggapan dari 600 subjek yang menjawab setiap item
untuk menganalisis perbedaan skor CVSS17, ESF dan ISF menurut jenis kelamin
dan kelompok usia (non-presbiopia wanita, pria non-presbiop, wanita presbiop, dan
berganda Dunn, karena uji K-S menunjukkan distribusi normal baik untuk skor
CVSS17 maupun untuk skor faktor utama. Tes Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang dianalisis untuk CVSS17 (H:
37,01, p<0,001), ESF (H: 34,08, p<0,001) dan ISF (H: 33,51, p<0,001). Menurut
nilai median wanita presbiopia menunjukkan nilai signifikan yang lebih tinggi
44
untuk skor CVSS17, ESF dan ISF. Tidak ditemukan perbedaan yang lebih
signifikan.
mendapatkan nilai 0.917 dalam skala ini ditemukan bahwa corrected Item-Total
Correlation yang memiliki kisaran dari 0.374-0.836. Nilai skala stress menunjukan
bahwa skala tersebut valid dan reliabel dengan jumlah aitem valid sebanyak 10
jawaban sesuai dengan keadaan responden dan menggunakan kuesioner yang telah
baku.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dimaksud supaya penelitian ini dapat dilakukan secara
sistematis dan terencana, penelitian akan dilakukan pada mahasiswa program studi
berikut :
1. Tahapan Persiapan
covid-19 dengan tingkat stress dan risiko cvs pada mahasiswa Ilmu
45
b. Menentukan permasalahan yang terjadi
pandemic covid-19 dengan tingkat stress dan risiko cvs pada mahasiswa Ilmu
Judul penelitian yang peneliti ambil yaitu hubungan pembelajaran daring selama
pandemic covid-19 dengan tingkat stres dan risiko cvs pada mahasiswa Ilmu
Cimahi, kepada Dekan FITKes Unjani dengan nomor surat izin pendahuluan
Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menguatkan data
Cimahi.
46
g. Melakukan studi kepustakaan
Pada tahap ini peneliti melakukan studi kepustakaan yang berkaitan dengan
pendemi covid-19, tanda gejala, konsep tingkat stress, jenis stress, gejala stress,
faktor penyebab, pencegahan stres, dampak stress, konsep risiko cvs, etiologi,
faktor risiko cvs, gejala cvs, pencegahan cvs, bahaya cvs, konsep pembelajaran
Peneliti pencari teori yang terkait dengan penelitian yang diambil di perpustaaan,
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Akhir
b. Penyajian penelitian
47
E. Pengolahan dan Analisa Data
yang dilakukan setelah data terkumpul dimana data yang masih mentah (raw data) akan
diolah sedemikian rupa menjadi informasi yang dapat digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian.
a. Editing
b. Coding
Merupakan kegiatan untuk merubah data berbentuk huruf menjadi bentuk angka
untuk mempermudah saat analisis data dan saat entry data. dalam penelitian ini
1) Tingkat Stress
2) Risiko CVS
48
c. Processing/Entry Data
Merupakan kegiatan dimana peneliti memasukan data dari kuesioner yang telah
d. Clearing
Merupakan kegiatan dimana peneliti mengecek kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan
pembersian data dengan memeriksa kembali kode serta mengoreksi seluruh data
2. Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dan diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisa data.
gambaran dan hasil penelitian yang telah dirumuskan dan memperoleh kesimpulan
secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu
yang bersangkutan. Data yang telah diolah dalam penelitian ini, selanjutnya dianalisis
data secara ilmiah dalam bentuk tabel yang dikenal dengan distribusi frekuensi
kemudian dihitung proporsi atau presentasinya dan disajikan dalam bentuk tabel
menyajikan data, karena data hanya menggunakan distribusi frekuensi. Data yang
terkumpul dihitung untuk melihat presentase jumlah data yang ada. Data
presentase yang sudah ada digunakan untuk mengetahui jawaban lewat sebuah
49
Perhitungan presentase dengan menggunakan rumus :
P =ƒ/n × 100
Keterangan :
P = persentasi responden
b. Analisa Bivariat
variabel bebas yang diduga saling berhubungan (Notoatmodjo, 2018). Menurut (M.
2. Analisa data hasil uji statistik dengan uji hipotesis pearson Chi Square (x3)
dengan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%) untuk variabel 2x3
Rumus yang digunakan untuk menghitung x3 Pearson Chi Square menurut (Riyanto,
2017) :
Keterangan :
x² = nilai Chi-kuadrat
∑ = jumlah pertanyaan
Uji kemaknaan dari hasil perhitungan statistik dua variabel yaitu variabel terikat dan
bebas terikat dengan menggunakan taraf signifikan alpha = 0,05 dan Confident
interval (CI) 95%. (riyanto, 2012) menjelaskan jika p value ≤ a (0,05), maka H0
50
ditolak, artinya ada hubungan antara variabel independent dan dependen. Dan bila p
value ˃ (0,05), maka H0 gagal ditolak atau H0 diterima, artinya tidak ada hubungan.
c. Analisis kerataan hubungan antara dua variabel tersebut dengan melihat Ratio odds
(OR) dianalisis untuk menilai berapa sering terjadi pajanan pada kasus dibandingkan
Keterangan :
a. Bila OR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor resiko tidak ada pengaruh
dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bukan sebagai faktor terjadinya efek
(penyakit/masalah kesehatan)
b. Bila OR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti
51
c. Bila OR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti faktor
F. Etika Penelitian
Etika bagi masyarakat yaitu dapat membantu manusia dalam melihat atau menilai
secara kritis mortalitas yang dianut oleh masyarakat. Prinsip – prinsip etika dalam
penelitian menunjukan etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian dari proposal
(Notoadmojo, 2012)
diberikan responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (Respect for privacy and
confidential).
52
identitas responden, nama responden hanya diisi dengan inisial, dan peneliti
dengan penelitian ini. Semua subjek dalam penelitian ini memperoleh perlakuan
and benefit)
banyak dimensi yaitu bebas dari bahaya, yaitu peneliti berusaha untuk
fisik dan mental; bebas dari eksploitasi, yaitu keterlibatan peserta atau subjek
penelitian tidak merugikan mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang
mereka tidak siapkan; dan manfaat dari peneliti dan penilai menelaah
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di FITKes Unjani Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-
1) FITKes Unjani
53
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, S., Goel, D., & Sharma, A. (2013). Evaluation of the factors which contribute to the
ocular complaints in computer users. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 7(2).
https://doi.org/10.7860/JCDR/2013/5150.2760
Al-Manjoumi, A. M., Bokhari, Y. A., Alsubaie Abdullah S. and Lasker, A. Y., Alshanbari, A.
A., & Almari, R. O. (2021). Risk Factors of Computer Vision Syndrome among College
Students and Employees in Jeddah. ANNALS OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES
RESEARCH, 11(6).
Andrews, G., & Slade, T. (2001). Interpreting scores on the Kessler Psychological Distress
Scale (K10). Australian and New Zealand Journal of Public Health, 25(6).
https://doi.org/10.1111/j.1467-842X.2001.tb00310.x
Anggrainy, P., Lubis, R. R., & Ashar, T. (2020). The effect of trick intervention 20-20-20 on
computer vision syndrome incidence in computer workers. Oftalmologicheskii Zhurnal,
1. https://doi.org/10.31288/oftalmolzh202012227
Azkadina, A. (2012). Hubungan Antara Faktor Risiko Individual dan Computer Vision
Syndrome. Media Medika Muda.
Azkadina, A., Julianti, H., & Pramono, D. (2012). Hubungan Antara Faktor Risiko Individual
Dan Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 1(1).
Bali, J., Neeraj, N., & Bali, R. (2014). Computer vision syndrome: A review. Journal of
Clinical Ophthalmology and Research, 2(1), 61. https://doi.org/10.4103/2320-
3897.122661
Castillo Estepa, A. P., & Iguti, A. M. (2013). Síndrome de la visión del computador:
diagnósticos asociados y sus causas Computer Vision Syndrome: Associated Diagnoses
and Causes. Cien. Tecnol. Salud. Vis. Ocul, 11(2).
Dianti, T. N. (2020). Dampak Pembelajaran Daring Bagi Kesehatan Mata Pada Masa Pandemi
Covid 19. Universitas Airlangga.
Donsu. (2017). Psikologi keperawatan : aspek-aspek psikologi, konsep dasar psikologi, teori
perilaku manusia/ Dr. Jenita Doli Tine Donsu, SKM., MSI. In 1.
Dylan Trotsek. (2017). Aspek stres Lukaningsih. Journal of Chemical Information and
Modeling, 110(9).
Erratum: Clinical practice guidelines for prevention, diagnosis and management of early and
delayed-onset ocular injuries due to mustard gas exposure (Journal of Ophthalmic and
Vision Research (2017) 12 (65-80)). (2017). In Journal of Ophthalmic and Vision
Research (Vol. 12, Issue 2). https://doi.org/10.4103/2008-322X.205383
Fauziyyah, R., Awinda, R. C., &
Besrahttps://www.mendeley.com/?utm_source=web_importer&utm_campaign=mendele
y_logol. (2021). Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan
54
Mahasiswa selama Pandemi COVID-19 | Fauziyah | Jurnal Biostatistik, Kependudukan,
dan Informatika Kesehatan. BIKFOKES.
González-Pérez, M., Susi, R., Antona, B., Barrio, A., & González, E. (2014). The Computer-
Vision Symptom Scale (CVSS17): Development and initial validation. Investigative
Ophthalmology and Visual Science, 55(7). https://doi.org/10.1167/iovs.13-13818
Harini, V. R. P. (2021). Gambaran Tingkat Stres pada Anak Usia Remaja Selama Menjalani
Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19 di Kelurahan Patrang Kecamatan
Patrang. In Digital Repository Universitas Jember (Issue September 2019).
Kemendikbud RI. (2020). Keputusan Bersama Kemendikbud No 23425. Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan, 021.
Kemenkes, R. (2018). Infodatin Situasi Gangguan Penglihatan. Kementrian Kesehatan RI
Pusat Data Dan Informasi.
Kemenkes RI. (2018). Data Informasi Kesehatan Indonesia 2018. Profil Kesehatan Indonesia,
53(9).
Kumar, S. B. (2020). A Study to Evaluate the Knowledge Regarding Computer Vision
Syndrome among Medical Students. Biomedical and Pharmacology Journal, 13(1).
https://doi.org/10.13005/BPJ/1907
KY, L., & Redd, S. C. (2008). Understanding and Preventing Computer Vision Syndrome.
Malaysian Family Physician, 3(3).
Notoatmodjo. (2018). Notoatmodjo, 2018. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952.
Nurlaeliyah. (2021). Dampak Psikologis Mahasiswa Pada proses Pembelajaran Daring Selama
Pandemi. Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 1(2).
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan Edisi 4. In Salemba Medika.
Purnama, K. W., Wahyuni, I., & Ekawati. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Stres Kerja pada Pegawai Negeri Sipil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7.
Putri, A. H. (2019). Media Pembelajaran pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Artikel Review
Media Video Pembelajaran Pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), May.
Rahmi, N. (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Tingkat II
Prodi D-III Kebidanan Banda Aceh Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes NAD TA.
2011/2012. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah, 2(1).
Rathore, I. (2017). Computer Vision Syndrome-An Emerging Occupational Hazard. Research
Journal of Science and Technology, 9(2). https://doi.org/10.5958/2349-
2988.2017.00053.5
Riyanto. (2010a). Agus Riyanto, (2010). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha.
Medika Yogyakarta. Agus Riyanto.
55
Riyanto. (2010b). Agus Riyanto, (2010). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha.
Medika Yogyakarta. Agus Riyanto.
Sampasa-Kanyinga, H., Zamorski, M. A., & Colman, I. (2018). The psychometric properties
of the 10-item kessler psychological distress scale (K10) in canadian military personnel.
PLoS ONE, 13(4). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0196562
Sánchez-Valerio, M. D. R., Mohamed-Noriega, K., Zamora-Ginez, I., Duarte, B. G. B., &
Vallejo-Ruiz, V. (2020). Dry eye disease association with computer exposure time among
subjects with computer vision syndrome. Clinical Ophthalmology, 14.
https://doi.org/10.2147/OPTH.S252889
Sastroasmoro S, I. S. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 5, 2014. In Dasar-
dasar Metodologi Penelitian.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 4, 2011.
In Dasar-dasar Metodologi Penelitian (Vol. 4).
Sugiono P.D. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan
kuwantitatif,kuwalitatif,R&D). In Alfabbeta Pres.
Wang, L., Wei, X., & Deng, Y. (2021). Computer Vision Syndrome During SARS-CoV-2
Outbreak in University Students: A Comparison Between Online Courses and Classroom
Lectures. Frontiers in Public Health, 9. https://doi.org/10.3389/fpubh.2021.696036
WHO. (2020). WHO Coronavirus Disease. In WHO.int.
World Health Organization. (2014). Media centre Visual impairment and blindness.
Http://Www.Who.Int/Mediacentre/Factsheets/Fs282/En/#, October.
56
LAMPIRAN KUESIONER
57
5. Apakah Anda banyak mengedipkan mata ketika bekerja menghadap ke layar
computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
6. Apakah Anda merasakan sensasi panas atau terbakar pada mata Anda ?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
7. Apakah Anda merasakan rasa sakit dibagian pinggang selama bekerja menghadap ke
layar computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
8. Apakah Anda merasa mata Anda tidak fokus saat membaca atau menulis pada layar
computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
9. Apakah anda merasakan rasa pegal-pegal pada badan setelah beberapa jam menghadap
ke layar computer/HP?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
10. Apakah mata Anda pernah merasa pedih?
A. Tidak, sama sekali tidak pernah.
B. Ya, setiap >5 jam
C. Ya, setiap 4 jam
D. Ya, setiap 3 jam
E. Ya, setiap 1 jam
58
Soal Kuesioner Tingkat stress (Kessler Psychological Distress Scale K10) (Andrews & Slade,
2001)
a) Skor <19 Tidak Stress
b) Skor 20-24 Stress Ringan
c) Skor 25-29 Stress Sedang
d) Skor >30 Stress Berat
Opsi
A = Bernilai 1
B = Bernilai 2
C = Bernilai 3
D = Bernilai 4
E = Bernilai 5
1. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa lelah tanpa alasan yang jelas?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
2. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa gugup?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
3. Selama 30 hari terakhir, tentang seberapa sering anda merasa sangat gugup sehingga
tidak ada yang bisa menenangkan diri anda?
B. Tidak ada
C. Sedikit
D. Kadang-kadang
E. Hampir setiap hari
F. Setiap hari
4. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa putus asa?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
59
5. Selama 30 hari terakhir, kira-kira seberapa sering anda merasa gelisah?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
6. Selama 30 hari terakhir, kira-kira seberapa sering anda merasa tertekan?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
7. Selama 30 hari terakhir, kira-kira seberapa sering anda merasa bahwa segala sesuatu
usaha selalu sia-sia?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
8. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa sangat sedih sehingga tidak ada
yang bisa menghibur Anda?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
9. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa ingin menyendiri?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
10. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa tidak berharga?
A. Tidak ada
B. Sedikit
C. Kadang-kadang
D. Hampir setiap hari
E. Setiap hari
60