Anda di halaman 1dari 77

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI


DI SMAN 13 PADANG

KARYA TULIS ILMIAH


(KTI)
Diajukan untuk Memenuhi
Sebagai Salah Satu Syaratdalam Menyelesaikan
Pendididkan Diploma IIIKebidanan

oleh :
ANNISA CHANIA AULIA
2010070130003

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal: Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada


Remaja Putri Di SMAN 13 Padang

Nama : Annisa Chania Aulia

NPM : 2010070130003

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini telah diperiksa, disetujui untuk


dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi D
III Kebidanan Universitas Baiturrahmah.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pembimbing

(Hendri Devita, SKM, M.Biomed) (HendriDevita,SKM,M.Biomed)

ii
KATA PENGANTAR

Pujisyukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan


Rahmat dan Karunia serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan KaryaTulis IlmiahdenganJudul “Hubungan status gizi dengan
kejadian anemia
pada remaja putri di SMA N 13 Padang ”.
Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun dalam rangka pencapaian untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar ahli madya kebidanan dan merupakan
salah satu tugas pribadi yang harus di penuhi oleh setiap Mahasiswa D III
Kebidanan
Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah Padang pada Semester VI.
Dalam pembuatann Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh sebab
itu penulis
mengucapkan banyak terimakasihkepada Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. Amri Bakhtiar, M.DESS.Apt Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Baiturrahmah.

2. Oktavia Puspita Sari, Dipl. Rad, S.Si, M.Kes Wakil Dekan I


Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah.

3. Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes Wakil Dekan III Fakultas


Vokasi Universitas Baiturrahmah.

4. Hendri Devita, SKM, M.Biomed selaku Ketua Program Studi


DIII Kebidanan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, memberi petunjuk, nasehat, bimbingan dan arahan selama
penyusunan proposal ini.

5. Teristimewah buat Umi dan Abi tercinta yang telah banyak


memberi dukungandan semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak


kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan penulis oleh karena itu
penulis mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang sifatnya membangun
dari semua
pihak demikesempurnaan laporan ini.
iii
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya dibidang kebidanan.

iii
Padang, Juni 2023

(Annisa Chania Aulia)

iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................... HYPERLINK \l "_bookmark2" 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Status Gizi Remaja............................... HYPERLINK \l "_bookmark6" 7
2.1.1 Pola Makan Remaja..............................................................8
2.2 Anemia............................................................................................. 11
2.2.1 Pengertian Anemia............................................................... 11
2.2.2 Tanda dan Gejala Anemia .................................................. 11
2.2.3 Penyebab Anemia................................................................ 13
2.2.4 Faktor-faktor Terjadinya Anemia ....................................... 15
2.2.5 Faktor Resiko Anemia ........................................................ 18
2.2.6. Gejala dan Dampak Anemia................................................21
2.2.7 Pencegahan Anemia...............................................................22
2.3 Remaja ...........................................................................................23
2.3.1 Pengertian Remaja .................................................................23
2.3.2 Karakteristik Remaja..............................................................24
2.4 Kerangka Konsep..............................................................................27
2.5 Definisi Operasional.........................................................................27
2.6 Hipotesis............................................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain Penelitian .............. HYPERLINK \l "_bookmark22" 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................30
3.3 Populasi dan Sampel .....................................................................30
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.............................................33
3.5 Teknik Pengelolahan Data ............................................................34

DAFTAR PUSTAKA............................................. HYPERLINK \l "_bookmark27" 38


LAMPIRAN…………………………………………………………………...41

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Jadwal Penelitian

2. Surat Pemohonan Menjadi Responden

3. Inform Consent

4. Master Tabel

5. Lembar Konsultasi

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia menurut World Health Organization (WHO) 2017,

menyatakan bahwa sebagian besar orang yang tinggal di daerah tropis

mengalami anemia sebanyak 1,62 miliar atau sebesar 24,g% dari jumlah

populasi. Angka anemia remaja putri sudah mengkhawatirkan, di Asia sudah

mencapai 191 juta orang dan Indonesia merupakanurutanke-8 dari 11 negara

di Asia setelah Sri Lanka dengan penderita anemia sebanyak 75 juta

orang pada usia 10- 19 tahun (Cahyati,2020). Salah satu masalah gizi

yang sering terjadi pada usia remaja yaitu anemia gizi besi atau yang

lebih dikenal dengan istilah anemia

(Nurjanah,2017).

Menurut data hasil dari Riskesdas (2018), Prevalensi anemia padaremaja

di Indonesia sebesar 25,7% .Data survey kesehatan rumah tangga (SKRT)

tahun 2018 menyatakan bahwa prevelensi anemia pada balita sebesar 40,5%,

remaja putri usia 10- 18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun

sebesar 39,5%.Wanita mempunyai resiko terkena anemia paling tinggi

terutama pada

remaja putri.

Penelitianyang dilakukan oleh Henry Manampiring (2018) Survei

diempat Provinsi (Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, dan Lampung)

ditemukan bahwa

anak usia sekolah termasuk remaja yang menderita anemia sebanyak 45,31%.
1
Di Provinsi Sumatera Barat, prevalensi anemia berada di atas rata-

rata dengan prevalensinasional 14,8% menurut acuan SK Menkes yaitu 29,8%

pada perempuan dan 27,6% pada laki-laki. Provinsi Sumatera Barat

merupakan provinsi nomor empat tertinggi penderita anemia setelah

Maluku, Sulawesi

Tenggara dan Gorontalo.

Dampak anemia pada remaja diantaranya yaitu menurun konsentrasi,

prestasi belajar, kebugaran tubuh, produktifitas, menurunnya perkembangan

motorik, mental, menurunnya kesehatan pada reproduksi. pada remaja

putri antara lain melahirkan bayi yang prematur dan bayi BBLR karena

status gizi rcmaja putri atau pranikah merniliki peran yang besar terhadap

kesehatan dan keselamatan baik pada saat kehamilan maupun kelahiran

ketika remaja putri menjadi ibu.dampak langsung pada remaja putri yang

terkena anemia adalah mata berkunang-kunang dansering mengeluhpusing,

kulit, lidah, bibir, kelopak mata dan telapak tangan terlihat pucat, terlihat

letih, lemah, lesu, Ielah, dan lunglai dan dapat menimbulkan dampak

jangka panjang pada generasi yang akandatang karena perempuan akan

mengalamikehamilandan memilikianak, remaja yang mengalami anemia

dapat lebih parah pada saat kehamilan karena dimasa tersebut

membutukanzat besiyang lebih dan jika tidak ditangani akan

berdampak negatif pada janin dan sang ibu (Apriyanti, 2019).

Penelitianyang dilakukan Rizka Oktaviana (2021), terdapat 12

santriwati yang mempunyaipola makan kurangyang mengalami anemia.

Santriwati yang mengalami anemia disebabkan karena pola makan yang

tidak teratur, alergi protein hewanisepertitelur atau daging bahakanikan,

2
tidak sukamengonsumsi

sayur, kebiasaan mengonsumsitehsebelumatausesudahmakan, dankebiasaan

2
mengonsumsi makanan atau camilan yang kurang sehat. Hal ini

dibuktikan berdasarkan hasil wawancara terhadap santriwati yaitu

sebanyak 81,97% santriwati mempunyai pola makan 2 kali dalam sehari;

6,56% santriwati mempunyai alergi terhadap telur; 4,92% santriwati

alergi terhadap daging kambing/sapi; 1,64% alergiterhadap daging ayam;

9,84% santriwatitidak suka mengonsumsi sayur; 49,18% santriwatitidak

pernah mengonsumsi buah; serta

11,48% santriwatimasih mengonsumsiteh sebelum atau sesudahmakan.

Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu

meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Absorpsi besi yang efektif

danefisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor, seperti vitamin C.

Sifat yang dimiliki vitamin C adalah sebagai promotor terhadap absorpsi besi

dengan cara mereduksibesi ferri menjadi ferro Vitamin Amemiliki

perandalam hematopoiesis dimana defisiensi vitamin A menyebabkan

mobilisasi besi terganggu dan simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan

untuk eritropoesis

(Subagio, 2018).

SMA N 13 Padang berada di Tanjung Aur,Kelurahan Balai

Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Studi

pendahuluan dilakukan padaremaja putridi SMAN 13 Padang tentang

apakahsiswi tersebut mengetahui tentang anemia. Setelah dievaluasi,

Berdasarkan survey awal pada tanggal 20 januari 2023 di SMAN 13 Padang

didapatkan 7 dari 10 orang siswi masih minimnya status gizi pada remaja

dan pada pemeriksaan conjungtiva 6

dari 10 siswi tersebut conjungtivaterlihat pucat.

3
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang "Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian

Anemia Pada

Remaja Putridi SMAN 13 kota Padang ".

1.2 Rumusan Masalah

BerdasarkanIatarbelakang diatas maka apakahadahubungan status gizi

dengan kejadian anemia padaremaja putridiSMA N 13 Padang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia padaremaja

putridi SMAN 13 Padang.

I .3.2. Tujuan khusus

a.Diketahui distribusi frekuensi status gizipada remaja putri di SMA N 13

Padang.

b.Diketahui distribusi frekuensitentang kejadian anemia pada remaja putri

di SMAN 13 Padang.

c.Diketahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia di SMA N 13

Padang

4
1.4 Manfaat Penelitian

I .4.1 Bagi Peneliti

Untuk menambahwawasan pengetahuandan keterampilan

mahasiswa dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengelola,

menganalisis dan

menginfomasikandata daripenelitianyang dilakukan.

I .4.2 Bagitenagakesehatan

Memberikan informasi tentang tinggi rendahnya prevalensi status gizi

dikalangan remaja putri yang berkaitandengan kejadian anemia.

I .4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dokumen

dan bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai

hubungan

status gizi dengan kejadian anemia padaremaja putri .

I .4.4 Bagi Pihak Sekolah

Diharapkan kepada pihak sekolah untuk menyediakan makanan

dikanitn bagi siswa/siswi dengan menu gizi seimbang yaitu komposisi

energi dan zat makro (karbohidrat, lemak, protein) untuk

memenuhi kebutuhan siswa/siswi dan perlu diadakannya seminar atau

penyuluhan

mengenai anemia yang dapat diikuti oleh seluruh siswa/siswi.

5
I .4.5 Bagi responden / Siswi

Disarankan untuk menambah frekuensi makan menjadi 3 kali

sehari dan meningkatkan jenis kelompok pangan yang dikonsumsi agar

sesuai dengan kebutuhan sehingga tingkat kecukupan energi dan zat

mikro

menjadi adekuat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalampenelitian ini adalahuntuk mengetahui Hubungan

Status Gizi Dengan Kejadian Anemia pada remja putri di SMA N 13

Padang. Penelitian iniakandilaksanakandiSMAN 13 Padang dari bulan

Januari – April 2023. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh siswi kelas

x dan xi remaja putri di SMA N 13 Padang. Jumlah seluruh populasi 524

siswi, sedangkan sampel sebanyak 52 siswi. Jenis penelitian ini adalah

analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian analisa data

dilakukan dengan menggunakan univariat dan bivariat, karena banyak

kejadian remaja anemia maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Status

Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMAN 13 Padang.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Status Gizi Remaja

Status Gizi adalah suatu keadaan dari tubuh sebagai akibat

dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dapat

dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, atau lebih

(Almaitser, 2014). Pengukurang status gizi salah satunya

menggunakan (Indeks Massa Tubuh) LMT-Dimana INIT atau Body

Mass Index (BMI) merupakanalat ukur sederhana yang

digunakanuntukmemantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitandengan kekuranagandan kelebihan BB.

Rumus: IMT= BB (kg) / TB (m)2

Batas ambang 1MT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal

20,1 — 25,0) dan perempuan (normal 18,7 — 23,8) (Hasdianah, 2014).

Sedangkan batasan status gizi pada penduduk dewasa berdasarkan nilai

1MT menurut Riskesdas (2018) sebagai berikut:

1) Kurus : < 18,5 kg/m2

2) Normal : 18,5 - 23 kg/m2

3) Berat badan lebih : 23 - 27 kg/m2

4) Obesitas : > 27 kh/m2

7
2.1.1 Pola makan remaja

Pola makan merupakan berbagai informasi yang

memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan

makanan yang dimakan tiapoleh satu orang dan merupakan ciri

khas untuk suatu kelompok masyarakattertentu. Pola makan

adalah bagaimana cara suatu makanan diperoleh, jenis makanan

yang dikonsumsi, atau frekuensi makan dari seseorang. Pola

makan sering kali tidak teratur, jarang makanpagi maupun

makan siang, akibatnya remaja putrisering lemas dantidak

semangat dalamproses belajar. Hal ini dikarenakan

padausiaremaja sering berpola makanyang salah atau pembatasan

makanan tinggi Fe, pengetahuan ibu sebagai penyedia makanan

di rumah tangga, pengetahuan remaja putri, pengaruh

lingkungan, serta status gizi remaja tersebut (Suryani, 2015).

Normalnya anak yang berusia 13- 19 tahun mengonsumsi

zat besisebesar 19-26 mg/hari.Hal initerjadikarena anak-anak

tersebut kurang beragam mengonsumsi makanan sehari-hari,

terutama sumber protein danzat besi yang berasal dari

makanan hewani, kacang-kacangan, sayur- sayuran dan buah-

buahan.Anak-anak tersebut lebih banyak mengonsumsimakanan

ringandan mie instan

yang rendah zat besi, sehingga AKG dari zat besi dibawah angka

normal (Lestari, 2017).

Pilar Gizi Seimbang:

1. Mengonsumsimakanan dengan beranekaragam.

8
2. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

8
3. Menjagaberat badan ideal.

4. Melakukan pola hidup aktif dan berolahraga

Remaja membutuhkanzat gizi makroseperti karbohidrat,

serat, lemak, dan protein serta zat gizi mikro baik vitamin

maupun mineral dalam memenuhi kebutuhan energi untuk

melakukan

aktivitas fisik sehari-hari.

Pemerintah Indonesia memiliki program “Isi Piringku” yang

menggantikankonsepmakanan empat sehat lima sempurna yang

selamainisudah diketahuiolehmasyarakat. Isipiringkumemiliki

tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait

gizi

seimbang. Berikut merupakankonsep “Isi Piringku” .

a) 1/6 piring makan berupa buah beraneka jenis dan warna.

b) 1/6 piring berupa lauk pauk protein baik

hewani (telur/ayam/ikan/daging) maupunnabati

(tempe/tahu/kacang-

kacangan).

c) 1/3 piring berupa makanan pokok yang terdiri

dari karbohidrat kompleks (biji -bijian/beras), artinya

membatasi karbohidrat simpleks (gula, tepung-tepungan

dan produk

turunandaritepung).

d) 1/3 piring makan berupa aneka jenis sayur-sayuran.

Remaja sangat penting untuk paham konsep “Isi Piringku”


9
karena masalahgizipadaremaja, khususnya anemia, cukup tinggi

terjadi di kalangan remaja perempuan dengan salah satu

penyebabnya adalah kurangnya asupan sumber zat besi.

9
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri diperlukan untuk

membentuk haemoglobin yang mengalami peningkatan dan

mencegah anemia yang disebabkan karena kehilangan zat besi

selama menstruasi. Selain kebutuhan zat gizi, asam folat juga

dibutuhkan oleh remaja untuk pembentukan sel dan sistem saraf

termasuk sel darah merah. Asam folat berperan penting pada

pembentukanDNA. Kekuranganasam folat dapat mengakibatkan

anemia karena terjadinya gangguan pada pembentukan DNA

yang mengakibatkan gangguan pembelahan sel darah merah

sehinggajumlahseldarahmerah menjadi kurang. Konsumsi asam

folat pada orang dewasa disarankan sebanyak 1000 gr/hari.

Perilaku menjaga pola makan dengan anjuran “Isi Piringku”

merupakan salah satu langkah mewujudkan Gizi Seimbang.

Memenuhi kebutuhan gizi harian sebaiknya dapat dilakukan

dengan membiasakan sarapan sejak bangun pagi hingga jam 9

untuk lebih fokus dan produktif dalam beraktivitas (Direktorat

P2PTM, 2019).

Contoh Pola Makanan Untuk Remaja :

. Sarapan: Satu mangkuk sereal gandum


yang diberi susu dan pisang.
. Makan Siang: Roti lapis isi daging, keju,
dan tomat.
. Makanan Selingan: 3 Potong roti panggang
ditambah ¼ mangkuk selai buah dan 40
gram buah-buahankering.
. Makan Malam: Sepiring nasi, ayampanggang,
dan tumis sayuran.

10
2.2 Anemia

2.2.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah hemoglobin

dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin ini dibuat di

dalam sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi baik

karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit

hemoglobin maupun karenajumlah sel darah yang tidak cukup

(Profil Kesehatan DIY,

2017).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin

dan eritrositlebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin

normal adalah 14- 18gr% dan eritrosit 4,5-5,5

jt/mm.Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12- 16

gr% denganeritrosit 3,5-

4,5 jt/mm3 (Aryani, 2010).

Menurut Proverawati (2011) anemia adalah suatu

kondisi medis dimanajumlahseldarahmerah atau hemoglobin

kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya

berbeda pada laki- laki dan perempuan. untuk pria, anemia

biasanya didefinisikan sebagaikadar hemoglobin kurang dari

13,5 gram/100 ml dan pada

wanita hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml.

2.2.2 Tanda dan Gejala Anemia

Penderita anemia dapat terganggu kegiatan sehari-harinya.


11
Adapun gejala yang sering timbul antara lain lemah, letih, lelah

dan

lesu.

11
Kadang kala anemia tidak menimbulkan gejala yang jelas seperti mudah

lelah bilaberolahraga, sulit konsentrasi dan mudah lupa. Pada umumnya,

seseorangmencurigaiakan adanya anemia bila keadaan sudah makin parah,

sehinggagejalanya tampak lebih jelas seperti kulit pucat, jantung

berdebar- debar, pusing, mudah kehabisan nafas ketika naik tangga,

atau olahraga (karena jantung harus bekerja lebih keras untuk

memompa oksigen ke

seleuruhtubuh) (Aryani, 2010).

Tanda-tanda anemia menurut Proverawati (2011) adalah

sebagai berikut:

I ) Anemia ringan

Karena jumlah sel darah merah yang rendah meyebabkan

berkurangya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh,

anemia bisa membuat buruk hampir semua kondisi medis

lainnya yang mendasari.jika anemia ringan, biasanya tidak

menimbulkan

gejala apapun.

Jika anemia secara perlahan terus menerus ( kronis), tubuh

dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dan hal

ini mungkin tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi

lebih

berat.

Ciri-cirinya adalah:

a) Kelelahan

b) Penurunan energi

12
c) Kelemahan

d) Sesak nafas ringan

12
e) Palpitasi (rasa jantung tidak teratur)

f) Tampak pucat

2) Anemia berat

Tanda yang mungkinmenunjukananernia berat, yaitu:

a. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan


tinja lengket, serta berbau busuk, berwarna merah marun,

atau tampakberadarah jika anemia

kehilangandarahmelaluisaluran
pencernaan

b. Tekanandarah rendah
c. Frekuensi penapasancepat

d. Pucat atau kulit dingin

e. Pusing ataukepalaterasa dingin

f. Nyeridada

g. Tidakbisa berkonsentrasi

h. Pingsan

2.2.3 Penyebab Anemia

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensibesi,

defisiensi asam folat, vitamin BI 2 dan protein. Secara

langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas

sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara

akut atau

menahun. Ada 3penyebab anemia, yaitu:


13
I) Defisiensizat gizi

Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang

merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting

untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel

darah merah/eritrosit. Zat gizi Iain yang berperan penting

dalam pembuatan hemoglobin antara Iain asam folat dan

vitamin B12. Padapenderita penyakit infeksi kronis

sepertiTBC,HIV/AIDS, dan keganasanseringkali disertai anemia.

karena kekuranganasupanzat

giziatau akibat dari infeksi itu sendiri.

II) Perdarahan (Loss ofblood volume)

Perdarahandapat disebabkan Oleh kecacingandan trauma atau

luka yang mengakibatkan kadar Hb menurun atau

perdarahan

karena menstruasi yang lama dan berlebihan.

III) Hemolitik

Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai

karenaterjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukanzat

besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.

Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik

yang menyebabkan anemia karena seldarahmerah/eritrosit cepat

pecah,

sehingga mengakibatkanakumulasizat besidalam tubuh.

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi

karena kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya


14
asupan makanan sumber zat besi khususnya sumber pangan

hewani atau

disebut dengan besi heme sehingga secara umum masyarakat

14
Indonesia rentan terhadap risiko menderita Anemia Gizi Besi

(AGB) (Kemenkes, 2016).

2.2.4 Faktor- faktorterjadi anemia pada remaja putri

I) Menstruasi

Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi

siklus menstruasi yang tidak normal. Kehilangan banyak

darah saat menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia

(Merryana

danBambang, 2013).

Hampir semua wanita pernah mengalami pendarahan

berlebihan saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus

mengalami hal ini setiap datang bulan. Tiap wanita

mernpunyai siklus menstruasi yang berlainan normalnya dalam

satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7

hari dan total kehilangan darah antara 60 sampai 250

mm.Menstruasi dikatakan tidak normal saat wanita mengalami

menstruasi dengan jangka waktu panjang. Pada umumnya

wanita hanya mengalami mensuuasisatukalidalam sebulan,

tetapipadabeberapa kasus, ada yang mengalami hingga dua kali

menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang dikatakan

menstruasitidak normal yang menyebabkan

anemia (Merryana dan Bambang, 2013).

15
II)Status Gizi

Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh

sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang

ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom

mikrositlk, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin

menurun, akan berperan penting mengikat besi total (TIBC)

meninggidancadangan besidalam sumsum tulang dan tempat lain

sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2003

dalam

Rumpiati,Ella & Mustafidah, 2010).

Fase remaja yang ditandai dengan kematangan

fisiologis sepertipembesaranjaringan sampai organ tubuh

membuat remaja memerlukan kebutuhannutrisi yang spesial

(Pramitya &VaIentina,

2013).

Status gizi berkorelasi positif dengan konsentrasi

hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang

maka semakin rendah kadar Hb didalam darah. Penelitian

Permaesih (2013), menyatakan ada hubungan antara Indeks

Massa Tubuh dengan anemia, remaja putridengan Indeks

Massa Tubuh kurus merniliki resiko 1,4 kali menderita

dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT normal.

Berdasarkan penelitian di Meksiko diketahui bahwa defisiensi

besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada wanita dan anak-anak

obesitas. Hal ini dikarenakan adanya peningkatakan


16
produksi hepcidin yang dapat menghambat

penyerapan zat besi (Capeda etal.,2011), sementara di India

16
menujukkan prevalensi anemia banyak terjadi pada remaja putri

kekurangan berat badan sebesar 34,21 %. Hal inidikarenakan

kurangnya informasi mengenai diet yang tepat dan kebiasaan

remaja putri melewatkan waktu makan demi tubuh yang ideal

(Shamim etal., 2014)

Asupan energi pada remaja sangat mempengaruhi

pertumbuhaan tubuh, jika asupan tidak kuat dapat menyebabkan

seluruh fungsional remaja ikut menderita. Antara lain,

derajat metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas, tampilan

fisik,dan kematangan seksual. Usiaremaja merupakanusia

dimanaterdapat perubahan- perubahan hormonal

dimanaperubahan struktur fisik

dan psikologis mengalami perubahan drastis.

Masalah gizi yang utama yang dialami oleh para remaja

diantaranya yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat

badan/obesitas dan kekuranganzat gizi. Hal ini berkaitan

dengan meningkatnyakonsumsimakanan olahanyang nilai

gizinyakurang, namun

memilikibanyakkalorisebagaifaktorpemicuobesitas pada usia

remaja. Konsumsi jenis-jenis junk food merupakan penyebab

para remaja rentan sekalikekurangan zat gizi (lstiany & Rusilanti,

2013).

Kebiasaan makansaat remaja dapat

mempengaruhikesehatan pada masa kehidupan berikutnya

(setelah dewasa dan berusia lanjut). Kekurangan zat gizi


17
dapat menyebabkan mereka

mengalami anemia yangmenyebabkan keletihan, sulit konsentrasi

17
sehingga remaja pada usia bekerja menjadi kurang produktif.

Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi tetutama

para wanita,karena setiap bulanya mcngalami haid yang

berdampak kurangnya asupan zat besi dałam darah sebagai

pemicu anemia (Istiany & Rusilanti,2013).Salah satu carauntuk

menentukan status

gizi dengan membandingkan Berat Badandan Tinggi Badan.

Untuk Perempuan :

a. Kurus : < 18,5 kg/m2


IMT = Berat Badan (kg)
b. Normal : 18,5 - 23 kg/m2
Tinggi badan (m)2

c. Kegemukan 23 - 27kg/m2

d. Obesitas:>27kg/m

(Depkes RI 2018)

2.2.5 Faktor Resiko Untuk Anemia

Remaja perempuan beresiko lebih tinggi mengalami anemia

dibandingkan remaja laki-luki karena perempuan mengalami

menstruasi setiap bulan sehingga banyak kehilangan zat besi.

Anemia gizi besi pada remaja perempuan menjadi berbahaya

apabilatidak ditangani dengan baik,terutamauntuk

persiapanhamil dan melahirkan. Remaja perempuan dengan

anemia beresiko melahirkan bayi BBLR (<2500 gram),

melahirkanbayi prematur, infeksi neonatus dan kematian pada

ibu dan bayi saat proses

18
persalinan. Anemia pada remaja perempuan yang sedang hamil

18
juga meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit jantung pada

bayinya (Hardiyansyah. 2016).

Faktorresiko anemia terdiridarilama menstruasi, konsumsi

zat besiyang rendah, kebiasaan minum teh, siklus menstruasitidak

normal. status gizi kurang, kurangnya keterpaparan informasi

(pengetahuan), tidak mendapatkan asupan Fe dari tablet tambah

darah (Setyaningsih, 2017).

Menurut Gibney (2011) berikut ini merupakan resiko untuk

terjadinya anemia, yaitu:

1) Simpananzat besi yang buruk

Simpananzat besidalam tubuhorang-orang Asiamemiliki

jumlah yang tidak besar, terbukti dari rendahnya kadar

hemosiderin dalam sumsum tulang dan rendahnya simpanan zat

besi didalam hati. jika bayidilahirkandengansimpananzat besi yang

buruk, maka defisiensi ini akan semakin parah pada bayi yang

hanya mendapat ASI saja

dalam periodewaktu yang lama.

2) Ketidakcukupangizi

Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi, khususnya

di Negara berkembang, adalahkonsumsigiziyangtidak memadai.

Banyak orang bergantung hanya pada makanan nabati yang

memiliki absorpsi zatbesi yang buruk dan terdapat beberapa zat

besi yang buruk danterdapat beberapazat dalammakanan

tersebut

yang mempengaruhi absorpsi besi.


19
3) Peningkatan kebutuhan

Terdapat peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan.

Pertumbuhan yang cepat selama masa bayi dan kanak-kanak

meningkat pula kebutuhan zat besi. Kebutuhan zat besi juga

mengalami peningkatan kebutuhan yang cukup besar selama

pubertas, pada remaja putri, awal menstruasi memberikan

beban

ganda.

4) Malabsorpsi dan peningkatankchilangan

Episode diare yang berulang akibat kebiasaanyang tidak higienis

dapat mengakibatkan malabsorpsi. Insiden diare yang cukup tinggi,

terjadi terutama pada kebanyakan Negara berkembang. lnfesti cacing

khususnya cacing tambang dan askaris menyebabkan kehilangan zat

besi dan malabsorpsi zat besi. Di daerah endemik malaria, serangan

malaria yang berulang dapatmenimbulkan anemia karena detisiensizat

besi. Padawanita, perdarahan pascapartum akibat perawatan obstetrik

yang buruk kehamilan yang berkali-kali dengan jarak antar

kehamilan yang pendek dan penggunaan IUD untuk keluarga

berencana merupakan faktor

kontributor yang penting.

5) Hernaglobinopati

Pembentukan hemoglobin yang abnormal, seperti

pada thalassemiadan anemia sel sabit merupakan faktor non gizi

yang

penting.

20
6) Obat dan faktor Iainnya

Idiosinkrasi Obat (respon yang tidak biasa terhadap

Obat), leukemia, terapi radiasi, Obat anti kanker, dan anti

kolvusan merupakan beberapa faktor resiko. Diantara orang-

orang dewasa, anemia karena defisiensi zat besi berkaitan

dengan keadaan inflamasi yang kronis seperti artritis,

kehilangan darah melalui saluran pencernaan akibat pemakaian

Obat, seperti aspirin, jangka

waktu yang lama, dan tumor.

2.2.6 Gejala dan Dampak Anemia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) dalam

Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada

Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) menuliskan bahwa

gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah

Lesu, Letih, Lernah, Lelah dan Lalaiataudisebut dengan 5 L yang

disertai sakit kepala dan pusing, berkunang-kunang, mudah

mengantuk, cepat Lelah serta sulit berkonsentrasi. Secara

klinis, penderita anemia ditandai dengan pucat pada bagian

wajah seperti kelopak

mata, bibir, kulit, kuku dantelapak tangan.

Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada

Remaja Putri (Rematri) dan Wanita Usia Subur

(WUS), diantaranya adalah menurunkan daya tahan tubuh

sehingga penderita anemia mudah terkena penyakit infeksi,


21
menurunnya

kebugaran dan ketangkasan berpikir karenakurangnya oksigen ke

21
sel otot dan sel otak serta menurunnya prestasi belajar dan

produktivitaskerja.

Dampak anemia pada Rematri dan WUS akan terbawa

hingga menjadi ibu hamil, yang dapat mengakibatkan:

1) Meningkatnya risiko Pertumbuhan Janin Terhambat

(PJT),prematur, Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR), dan gangguan tumbuhkembang anak diantaranya

stunting dan
gangguan neurokognitif

2) Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat

mengancamkeselamatan ibu dan bayinya

3) Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan

berlanjutmenderita anemia pada bayidanusia dini.

4) Meningkatkan risiko kesakitan dan kematian neonatal


dan bayi.

2.1.2 Pencegahan Anemia

Diet pada semua orang harus mencakup zat besi yang

cukup. Dagingmerah, hati, dan kuning telurmerupakan sumber

pentingzat besi. Tepung,roti, dan beberapa sereal yang diperkaya

dengan besi baik untuk pencegahan. Jika tidak mendapatkan

cukup zat besi dalam diet, maka dapat dilakukan

suplementasi zat besi

(Proverawati, 2011).

22
Upaya-upayauntuk mencegah antara Iain sebagai berikut:

1. Makan makanan yang banyak mengandung zat besidaribahan

hewani(daging ayam, hau, ikan, telur) dan dari bahan

nabati (sayuran Yang berwarna hijau tua, kacang-

kacangan dan

tempe)

2. Banyak makan makanan yang mengandung vitamin C

yang berrnanfaat untuk meningkatkan penyerapanzat besi,

misalnya

jambu,jeruk, tomat dannanas

3 . Minum satu tablet penambahdarah setiap minggul


setiapharisaat haid

4. Bila merasa adanyatanda dangejala anemia segerakonsultasi

ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan

pengobatan.(Aryani, 2011 ).

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO (2018), remaja adalah penduduk dalam rentan

usia 10- 19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RINomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10- 18 tahun dan menurut badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (BKKBN) tentang usia remaja adalah

10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2012).Perbedaan

definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan

23
universal mengenai

batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu

23
diasosiasikandengan masa transisi darianak-anak menuju dewasa.

Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa

yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting

dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual,

remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial

dan ekonomi, membangun identitas, akuisi kemampuan (skill)

untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bemegosiasi

(abstract reasoning

WHO, 2015).

2.3.2 Karakteristik Remaja

Menurut WHO (2018) yang dikatakan usia remaja

adalah antara I0 - 19 tahun.Tetapiberdasarkan

penggolonganumur, masa

remajatcrbagi atas:

I) Masa rernaja awal (10- 13 tahun)

II) Masaremaja tengah (14- 16 tahun)

III) Masaremaja akhir (17- 19 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan remaja meliputi karakteristik

fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 2011). Pieter

(2013) memaparkan bahwakarakteristik masa remaja dari aspek

psikologis

dan sosialterdiriatas:

a. Disebut sebagaimasa peralihan

24
Masa remaja disebut sebagai masa peralihan dikarenakan

terdapat peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa.

24
Selama periode peralihan, remaja akan mengalami berbagai

perubahan baik secara fisik, psikologis, atau sosial.

Bentuk peralihan yang paling menonjol adalah perubahan

perilaku. penerimaan terhadap nilai-nilai sosial, atau sifat-

sifatyang sesuai dengan keinginannya. Kondisi ini terkadang

membuat remaja

menjadidepresiatau stres bilatidak dapat memenuhinya.

b.Disebut sebagaimasa mencari identitas diri

Remaja disebut sebagaimasa mencari identitas diri

karenakini remajamerasa sudah tidak puas lagi dengan

kehidupan bersama

dengan orang tuanya atauteman-teman sebayanya.

c.Disebut sebagaimasa yang menakutkandan fase unrealistic

Masa remaja dikatakan masa yang menakutkan, karena

ada masyarakat yang negatif tentang remaja sehingga

memberikan dampak buruk pada perkembangannya. Sernentara

remaja disebut sebagai fase unrealistic dikarenakan remaja

banyak dan selalu melihat kehidupan ini menurut

pandangan dan penilaian pribadinya, bukan menurut

faktautamadalampemilihancita-cita.

d.Disebut sebagaifasegelisahdan meningginya emosi

Saat mendekati usiakematangan, remaja selalumerasagelisah

untuk meninggalkan stereotip dari tahun-tahun sebelumnya,

sementara untuk melakukan tindakan layaknya orang

dewasa belum cukup. Untuk mengatasirasa kegelisahannya


25
remąja selalu memusatkan perilakunya menurut standar status

orang dewasa,

sepertimerokok, minum-minumankeras, narkoba, danseks bebas.

25
e.Disebut sebagaifase yang banyak masalah

Disebut sebagai masa yang banyak masalah

dikarenakan remaja sering mengalami kesulitan untuk

mengatasi masalah-

masalahnya.

Mulugeta (2015) menuliskanbahwa karakteristik remaja

dari aspekfisik meliputi perubahan bentuk tubuh selarna masa

pubertas dan mimpi basah pada remaja laki-laki atau

menstruasi pada remaja perempuan sebagai tanda kematangan

reproduksi. Remaja mengalami periode yang disebut dengan

growth spurt atau pertumbuhan yang cepat, ini merupakan

periode dimana terjadi hampir 45% pertumbuhan tulang

tercapai 15% sampai 25% pertumbuhandari tinggi dewasa

danakumulasipeningkatan massa tulanghingga 37%.

Pertumbuhandan perkembangan fisik yang luar biasa ini, secara

signifikanmeningkatkan kebutuhannutrisi makro dan mikro

remaja.MasaIah kekurangan gizi yang paling sering

dialamiremajaputri adalah defisiensibesi.

Remaja putri di negara berkembang rentan terhadap

kekurangan zat besi karena selama masa pubertas terjadi

peningkatan yang tinggi terhadap kebutuhan zat besi pada

mioglobin otot dan hemoglobin dalam darah akibat pertumbuhan

jaringan lunak, peningktan volume darah dan massa sel darah

merah yang cepat. Peningkatan terhadapkebutuhanzat besi secara

signifikan jugadipengaruhi oleh faktor asupandietrendah


26
besidan

bioavailabilitas besi yang buruk selain dari pengaruh kondisitubuh

26
akibat terjadinya infeksi yang tinggi, investasi cacing, onset

menstruasi serta pernikahan dini dan kehamilan remaja

sehingga

mengakibatkanterjadinyakondisi anemia defisiensibesi.

2.4 Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan variabel

bebas (independent) yaitu: status gizi remaja putri dan variabel

terikat

(dependent) yaitu: kejadian anemia.


STATUS GIZI
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
PADA
REMAJA
KEJADIAN
ANEMIA

: Variabel yang diteliti

: Arah Hubungan

2.5 Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Caraukur Hasilukur Skala


Operasional IMT ukur
Berat Badan
Tinggi badan

27
Status Status gizi • Timbangan Mengukur 1)Kurus : < Ordinal
Gizi adalah nilai berat badan berat badan 18,5 kg/m2
status gizi • Microtoise dengan
yang sesuai timbangan

27
IMT pada berat badan 2)Normal :
remaja dan tinggi 18,5-23
putridi badan kg/m2
SMAN dengan
13 microtoise 3)Berat
Padang padaremaja badan lebih
putri : 23-27
kg/m2

4)Obesitas :
> 27 kg/m2

(Bab II,hal.7)
Anemia Anemia Hb digital Menghitung HB normal Ordinal
merupakan kadar Hb padawanita
suatu padaremaja 12- 16 gr%
keadaan putridi
tidak SMAN 13 (Bab
normal Padang II,hal. 11)
tubuh
yang
ditandai
dengan
penurunan
kadar
hemoglobin
eritrosit
dan
hemotrokit
dibawah
normal

2.6 Hipotesis

Sugiyono (2017) menuliskan bahwa, dalam

penelitian hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara

terhadap rumusan

masalah penelitian.Rumusan masalah tersebut bisa berupa

pernyataan tentang hubungandua variabelatau lebih,

Hipotesis dalampenelitian mi adalah:

Ho : Tidak adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia

padaremaja putridi SMAN 13 kota Padang.


28
Ha : Adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja

putridi SMAN 13 kota Padang.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis danDesain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik

dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel

independen dan dependen status gizi dengan kejadian

anemia yang diukur

dalamwaktu yang bersamaan.

3.2 Tempat danWaktuPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 13 Padang,dimulai

dari bulan Januari - April 2023.

3.3 Populasidan Sampel

3.3.1 Populasi dan Sampel

a.Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di

dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi (Arikunto,

2013).Populasidalampenelitian ini adalah siswi SMA N 13

Padang kelas x dan xi Jadi total populasi

dalampenelitian inisebanyak 524 Siswi.

b.Sampel

Sampeladalahbagian dari populasi yang akan di amati dan

30
diukur oleh penelitian. Menurut Arikunto (2013) apabila

30
jumlah subjeknya kurang dari 100,maka sebaiknya

diambil semuanya,selanjutnya jika subjeknya besar

maka dapat diambil 10- 15% atau 20-25%.Maka dari itu

saya mengambil

10% dariseluruh populasi,yaitu sebanyak 57 siswi.

n : 10% x N
Keterangan :

n : Jumalah sampel yang diambil

N : Jumlah populasi

n : 10% x 576

: 57 siswi

Metode pengembalian sampel menggunakan teknik

proportional random sampling. Jadi jumlah sampel dalam

penelitian ini berjumlah 57 siswi.

Jumlahsampelkelas = j umlah k elas X jumlahsiswi kelas x,xi


j umlahp opulasi

Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel masing-masing kelas

yaitu :

KELAS
JUMLAH ORANG
KELAS X (12 KELAS)

X.E.1 2 Orang

X.E.2 2 Orang

X.E.3 2 Orang

X.E.4 2 Orang

X.E.5 2 Orang

X.E.6 2 Orang

31
X.E.7 2 Orang

X.E.8 2 Orang

X.E.9 2 Orang

X.E.10 2 Orang

X.E.11 2 Orang

X.E.12 2 Orang

KELAS XI (8 KELAS)

XI.MIPA.1 3 Orang

XI.MIPA.2 3 Orang

XI.MIPA.3 3 Orang

XI.MIPA.4 3 Orang

XI.MIPA.5 3 Orang

XI.IPS.1 4 Orang

XI.IPS.2 4 Orang

XI.IPS.3 5 Orang

3.4 Jenis dan teknik pengumpulan data

3.4.1 Jenis data

a.Data primer

Merupakan data yang diambildarisumber secaralangsung


oleh peneliti atau mewakilinya dimana penelitian dilakukan.
Data primer pada penelitian ini adalah data dikumpulkan
dengan mendatangi responden ke SMA N 13 Padang tahun
2023.Data
primer inidiperoleh dari pertanyaan yang ada dalamtabel.

a.Data sekunder
Merupakan data yang didapat dari dinas pendidikan dan
langsung daritata usaha SMAN 13 Padang.
32
3.4.2 Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini, alat yang digunakan
untuk pengumpulan data yaitu timbangan badan, microtoise,
dan Hb digital yang dilakukan langsung kepada
responden untuk
mengetahui status gizi remaja putri.

3.5 Pengolahan data


3.5.1 Pengolahan data
Menurut Setiawandan Saryono (2011), sebelum dianalisis,
data diolah terlebih dahulu dengantahapan sebagai berikut :

a.Pemeriksaan Data (Editing)


Peneliti memeriksa kembali daftar pertanyaan dan
kelengkapan jawaban yang telah diisi oleh responden yang
bertujuan untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang
ada didaftar pertanyaan, sehingga jika terdapat
pertanyaanyang belum terjawab peneliti dapat
menanyakan kembali pada
responden.
b.Pengolahandata (coding)
Untuk mengetahui pengetahuan responden digunakan
maksimal setiap pernyataan positif yang dijawab benar
diberi skor I dan pernyataan yang dijawab salah nilai O,
sedangkan menjawab pernyataan negatif dengan jawaban
benar C dan jika salah l .Setelah semua di edit atau di
sunting selanjutnya dilakukan pengkodeaan pada variabel
tingkat pengetahuan jika
jawaban kurang diberikan kode 1 , jika pengetahuan cukup
diberikode 2 dan pengetahuan baik diberikode 3 .
c.Memasukkan Data (Entry)
Tahap ini dilakukan dengan cara memasukkan data

33
berdasarkanvariabel yang ditelitikedalam computer.

33
d.Mentabulasi Data (tabulating)
Memproses data agar dapat dianalisis. pemprosesan ini
dapat dilakukandengan cara memindahkandata dari kuesioner.

e.Pembersihan (cleaning)
Setelah data diolah lalu dicek atau diperiksa kembali
guna memastikan tidak ada lagi kesalahan yang terjadi
pada data
tersebut.

3.6 Teknik Analisa Data


a. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakananalisayang
menggambarkan setiap variabel(variabel independen dan
variabel dependen) dengan
menggunakandistribusifrekuensidan proporsi,sehingga
tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel
yang
diteliti (Notoadmodjo ,2010) yaitu:
1. Status gizi remaja putri
2. Kejadian anemia padaremaja putri
Data sebelum disajikan dalam bentuk tabel dianalisa secara
manual kemudian di deskripsikan dengan menggunakan skala
yang ditetapkan presentase untuk pertanyaan yang dinilai
keseluruhandihitung dengan rumus :

P = f / N x 100%

Keterangan :
P : Nilai Presentasi Responden
f :Jumlahoperatif jawabanyang benar
N : Jumlah responden

34
b.Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan variable independen dengan variable
dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-
Square.kesimpulan hasilanalisidiambildariberdasarkan
l. Ada hubunganyang bermaknajika nilai p < 0,05
2.Tidak ada hubunganyang bermaknajika nilai p 0,05
Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan rumus
Chi Square yaitu :

Keterangan :
X = Chi-Square
O = Nilai yang diobservasi
E = Nilai yang diharapkan
E = Jumlah table
Untuk melihat hasil kemaknaan penelitian perhitungan
statistik digunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga bila nilai
p < 0,05 maka hasil statistik dinilai bermakna, jika p > 0,05
maka
hasil perhitungan statistik tidak bermakna.

Hasil perhitungan bila p value lebih kecil dari nilai


signifikan (a < 0,05) makaHO ditolak, danapablia p value
lebih besar dari nilai signifikan (a > 0,05) maka HO
diterima
(Sugiyono, 2016).

35
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

SMAN 13 Padang terletak di Kota Padang tepatnya di Balai

Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang Sumatera Barat dengan letak

sebelah barat SDN 39 Tj.aur,sebelahutara KampusUIN Sungai Bagek,sebelah

timur Perumahan Sparco Banda Kundua, dan sebelah selatan MAN 3 Padang

dan.SMAN 13 Padang memiliki siswa/siswi sebanyak 1.220 orang dengan

jumlah siswa sebanyak 583

orang dan siswi sebanyak 637 orang.Denganjumlah Guru sebanyak 65 orang.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Orang Tua dan Pendapatan :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Siswi Di SMAN
13 Padang Kec.Koto tangah
Tahun 2023
Variabel N %
Pekerjaan Ayah
Wiraswasta 26 49,6
Petani 14 25,9
Buruh 8 14,9
PNS 5 9,6
Total 52 100
Pekerjaan Ibu
IRT 41 78,9
Wiraswasta 5 9,6
Petani 5 9,6
PNS 1 1,9
Total 52 100

36
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan dari 52 Pekerjaan orangtua, yaitu

pekerjaan ayah kurang dari separuh adalah Wiraswasta sebanyak 26

orang (49,6%), Petani sebanyak 14 orang (25,9%),Buruh sebanyak 8

orang (14,9%), dan PNS sebanyak 5 orang (9,6%). dan pada

pekerjaan ibu sebagian besar IRT sebanyak 41 orang (78,9%),

Wiraswasta sebanyak 5 orang (9,6%), Petani sebanyak 5 orang (9,6%),

dan PNS sebanyak 1 orang

(1,9%).

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Siswi


Di SMAN 13 Padang Kec.Koto Tangah

Tahun 2023

Variabel N %
Pendapatan Orangtua
Rendah 16 30,8
Cukup 31 59,6
Tinggi 5 9,6
Total 52 100

Berdasarkantabel 4.2 menunjukan dari 52 Pendapatan orangtua siswi,

lebih dari separuh adalah cukup sebanyak 31 orang

(59,6%),rendah

sebanyak 16 orang (30,8%),dan tinggi sebanyak 5 orang (9,6%).

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Siswi Di SMAN 13

Padang Tahun 2023

Pada penelitian ini untuk status gizi dilihat dari hasil IMT siswi

yang dibedakan menjadi 4 yaitu kurus, normal, berat badan

37
berlebih, dan

obesitas.seperti yang terlihat pada table berikut :

37
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Siswi Di SMAN
13 Padang Kec.Koto Tangah

Tahun 2023

IMT N %
Kurus 9 17,31
Normal 37 71,15
BB Berlebih 6 11,54
Obesitas 0 0
Total 52 100

Tabel 4.3 menunjukkan dari 52 siswi, berdasarkan IMT kurang

dari separuh yang kurus sebanyak 9 orang (17,31%), normal sebanyak 37

orang

( 71,15% ), bb berlebih sebanyak 6 orang ( 11,54% ) dan obesitas 0.

4.3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Anemia Pada

Remaja Di SMAN 13 Padang Tahun 2023

Pada penelitian iniuntuk kejadian anemia pada remaja dilihat dari hasil

pemeriksaan Hemoglobin nya yang dibedakan menjadi 2 yaitu rendah

dan

normal seperti yang dilihat pada table berikut :

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Anemia Siswi Di


SMAN 13 Padang Kec.Koto Tangah

Tahun 2023

HB N %
Rendah 10 19,23
Normal 42 80,77
Total 52 100

Tabel 4.4 menunjukkan dari 52 siswi, berdasarkan hasil Hb

Sebagian besar memiliki Hb normal sebanyak 42 orang (80,77%) danyang

38
memiliki

Hbrendah sebanyak 10 orang (19,23%).

38
4.3.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja

Putri Di SMAN 13 Padang Tahun 2023

Pada penelitian ini berdasarkan hasil IMT dan Hb seperti yang terlihat

padatable berikut :

Tabel 4.5

Hubungan Status Gizi dan Kejadian Anemia Siswi Di SMAN


13 Padang Kec.Koto Tangah

Tahun 2023

Status Kejadian Anemia Total p-


Gizi Anemia % Tidak % ∑ % value
Kurus 8 15,5 1 1,90 9 17,40
Normal 2 3,8 35 67,3 37 71,1
BB 0,027
0 0 6 11,5 6 11,5
Berlebih
52 100

Tabel 4.5 Dapat dilihat bahwa remaja putri dengan status gizi kurus

yang menderita anemia, yaitusebesar 15,5%. Persentasenyalebih besarbila

dibandingkan dengan responden dengan status gizi normal dan berat

badan berlebih yang menderita anemia, yaitu 3,8% dan 0%. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa p value = 0,027 artinya secara statistik

adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian

anemia pada

remaja.

39
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Status Gizi dengan

Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMAN 13 Padang, Balai

Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat,Tahun

2023. Maka

hasil penelitiandiperoleh dengan hasil sebagai berikut :

5.1 Analisa Univariat

5.1.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Siswi Di SMAN 13

Padang Tahun 2023.

Hasil penelitian menunjukkan dari 52 siswi, berdasarkan IMT kurang

dari separuh hasilnya kurus sebanayak 9 orang ( 17,31 %), normal

sebanyak 37 orang (71,15%), bb berlebih sebanyak 6 orang ( 11,54% )

dan obesitas sebanyak 0 orang. Pada umumnya responden memiliki

status gizi normal dengan IMT sebesar 22.27 kg/m2 tetapi banyak pula

yang memiliki status

gizi kurus dengan IMT paling rendahyaitu 14,53 kg/m2.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Widianti (2012) pada siswa

SMA Theresiana Semarang juga menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki status gizi normal (59,7%). Hasil penelitian

Mulyatnitahun 2002 yang dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri

dan Madrasah Aliyah Negeri di Kota Padang didapatkan status gizi kurang

sebesar 30.7% dengan penyebaran 23.9% dengan status

kekurangangizitingkat ringan (IMT 17.0

40
- 18.5) dan 6.8% kekurangangizitingkat berat (IMT 17.0).

40
Status gizi baik/normal terjadikarena asupan makananyang baik

dalam jangka waktu panjang, serta adanya keseimbangan antara masukan

dengan pengeluaran energipada anak. Selain faktor makanan yang

mempengaruhi status gizianak, faktor penyakit jugaberperandalam

gizianak. Anak sering sakit dan terulang kekambuhanya, ataupun

mempunyai penyakit kronis biasanya mempunyai status gizi yang

kurang. Ada kaitan antara kondisi tubuh anak dengan asupan makananak.

Anak secara alamiakan mengalami penurunan dalam asupan makan, jika

kondisi tubuhnya tidak baik. Yang perlu diperhatikan adalah jika

penyakit pada anak tersebut tidak segera ditangani, maka nafsu makan

anak akan turun, dan memberi perubahan

status gizi anak menjadilebih buruk darisebelumnya.

Setengahnya pekerjaan ayah responden adalah wiraswasta yakni 26

orang (49,6%), sedangkan sebagian besaribu respondentidakbekerjayakni

41 orang (78,9%). Secara keseluruhan semua ayah responden bekerja

dengan jenis pekerjaan yang berbeda beda. Dari hal ini dapat peneliti

sampaikan bahwa ayah responden mempunyai penghasilan dari hasil

kerjanya. Penghasilan tersebut tentunya dialokasikan untuk berbagai

kebutuhan hidup,termasuk untuk kebutuhan makan keluarga. Banyak

sedikitnya penghasilanyang diterima sangat ditentukan oleh

pekerjaanyang

dibebankan oleh orangtua responden.

41
5.1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Anemia Pada

Remaja Di SMAN 13 Padang Tahun 2023

Hasil Penelitian menunjukkan dari 52 siswi, berdasarkan hasil Hb

sebagian besar memiliki Hbrendah sebanyak 10 orang (19,23%) dan yang

memiliki Hb normal sebanyak 42 orang (80,77%). Pada umumnya

responden memiliki Hb normal dengan Hb sebesar 15,8 mg/dl

tetapi banyak pula yang memiliki Hb rendah dengan Hb paling rendah

yaitu 8,3

mg/dl.

Penelitian yang dilakukan oleh Kaur et al tahun 2006

menyimpulkan bahwa remaja putri dengan asupan harian besi 20 mg.

Sedangkan remaja dengan asupan harian besi 14-20 mg juga akan

cenderung menderita anemia sebesar 2x lipat dibanding remaja putri

yang asupan hariannya >20 mg. Penelitian ini juga mendapatkan

bahwa remaja dengan pola makan

vegetarian akan cenderung berisiko terhadapkejadian anemia.

Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di

negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di

Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada remaja

mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi

belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua,

tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri,

konsumsiFe, Vitamin C, dan

lamanya menstruasi.

42
Dapat dilihat lebih dari pendapatan orangtua siswi yang

mempunyai tingkatpendapatan lebih dariUMR ada 5 orang (9,6%).

Tingkatpendapatan orangtua yang lebih dari cukup diasumsikan dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga. Peningkatan

pendapatan berpengaruh terhadappemilihan jenis dan jumlah

makananyang dikonsumsi. Selain itu, dapat mengubah gaya hidup dan

pola makan, dari polamakantradisional ke pola makan makanan praktis

dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang.

Pola makanpraktis dansiap saji terutamaterlihat

di kota-kota besar di Indonesia.

5.2 Analisa Bivariat

5.2.1 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja

Putri Kelas x dan xi Di SMAN 13 Padang

Hasil Penelitian dapat dilihat bahwa remaja putri dengan status

gizi kurus yang menderita anemia, yaitu sebesar 15,5%. Persentasenya

lebih besar bila dibandingkan dengan responden dengan status gizi

normal dan

berat badan berlebih yang menderita anemia, yaitu 3,8% dan 0%.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan nilai p adalah 0,027.

Uji tersebut mendapatkan nilai p < 0,05 yang berarti Ho ditolak maka

adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di

SMAN

13 Padang.

43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang Hubungan Status Gizi

Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMAN 13 Padang

maka dapat

diambilkesimpulan sebagai berikut :

. Status Gizi Siswi Di SMAN 13 Padang, berdasarkan hasil IMT

kurang dariseparuhnya memiliki status gizi yang kurang.

. Kejadian Anemia Pada Remaja Di SMAN 13 Padang, berdasarkan

hasil Hb Sebagian besar memiliki Hb normal.

. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri

DiSMAN 13 Padang, Hasil uji statistik menunjukkan bahwap

value = 0,027 artinya secara statistik adanya hubungan yang

signifikan

antara status gizi dengan kejadian anemia padaremaja.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Akademik

Sebagai dasar penelitian untuk mendapatkan pengalaman berharga

dan penambahan pengetahuan dalam mengurangi angka kejadian

anemia pada remaja putri dan mengurangi angka kekurangan gizi

pada remaja putri.serta untuk mengembangkan kemampuan peneliti

sehingga dapat

mengaplikasikan ilmu yang telahdidapatka

44
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan dapat

menambah bahan perpustakan, agar dapat menjadikan panduan

atau

bacaan perbandingan untuk melakukan penelitianyang akandatang.

6.2.3 Bagi Institusi Kesehatan

Dengan adanya penelitian ini perlu dilakukan penyuluhan pada remaja

putri tentang pentingnya mengetahui anemia dan pentingnya status

gizi

padaremaja saat ini

6.2.4 Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi remaja untuk

lebih memahami anemia dan status gizi pada remaja putri.dengan

cara mengatasi terjadinya anemia yaitu mengkomsumsi tablet

penambah darah setiap sedang mestruasi dan mengatur pola makan

yang sehat

sejak dini.

45
DAFTAR PUSTAKA

"Kementerian Kesehatan Republik Indonesia". 2018. Kemkes.Go.Id.


https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600001/menkes-remaja-
indonesia-harus-sehat.html

"NutrisiPadaRemaja". 2013. Idai.Or.Id.https://www.idai.or.id/artikel/seputar-


kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja.

Agustiawan, I. P. R., & Pitoyo, J. (2020). Hubungan Frekuensi Kunjungan


ke Posyandu dengan Status Gizi Balita. PROFESSIONAL
HEALTH
JOURNAL, 2(1), 9- 16.

Apriyanti, F. (2019). Hubungan status gizi dengan kejadian anemia


pada remaja putri SMAN 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawantahun
2019.
Jurnal Doppler, 3(2), 18-21.

Direktorat P2PTM". 2019. Direktorat P2PTM.


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-4-
pilar-utama-dalam-prinsip-gizi-seimbang.

ELLA, F., & MUSTAFIDAH, H. HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADAREMAJA PUTRI DI KELAS XI.

Hamidah, A., Anggereini, E., & Nurjanah, N. (2017). Effect of Carica


papaya Leaf Juice on Hematology of Mice (Mus musculus) with
Anemia.
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education, 9(3), 417-422.

Hayati, S., Al Fatih, H., & Cahyati, N. (2020). Hubungan Kekurangan


46
Energi Kronik (KEK) Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Puskesmas
Margahayu Raya Kota Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, 8(2), 205-214.

46
https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/profil-kesehatan-diy--profil-
kesehatan-diy-2017

Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.Kementerian

Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi.

Margaretha, S., Bambang, W., & Merryana, A. (2013). The Analysis of


Blood Cockle (Anadara granosa) Flour Supplementation on The
Concentrations of Zinc, IGF-I, And Ephiseal Plate Width of Femur
Malnourished Male Rats (Rattus Norvegicus). International Journal of
Science and Technology,
2(4), 12-24.

Mulyani, S. (2013). Hubungan antara status gizi dengan kadar


hemoglobin padaibuhamil trimester ii dipuskesmas bandarharo semarang
utara. Karya
Ilmiah.

Pritasari, Damayanti, D., & Lestari, N. T. (n.d.). Gizi Dalam Daur


Kehidupan (2017th ed.). Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia kehamilan. Yogyakarta: nuha


medika, 136- 137.

Syatriani, S., & Aryani, A. (2010). Konsumsi makanan dan kejadian


anemia pada siswi salah satu smp di kota makassar. Kesmas: Jurnal
Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 4(6), 251-254.

Tech, Dafidea. 2018. "Gizi Pada Remaja". Ahligizi.Id.


https://ahligizi.id/artikel/detailartikel/31/terbaru_terpopuler/Gizi-pada

47
remaja.

47
Utami, H. D., Kamsiah, K., & Siregar, A. (2020). Hubungan Pola
Makan, Tingkat Kecukupan energi, dan Protein dengan status gizi pada
remaja.
Jurnal Kesehatan, 11(2), 279-286.

48

Anda mungkin juga menyukai