Anda di halaman 1dari 124

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

H G2P0A1
DENGAN FAKTOR RISIKO TINGGI UMUR <20 TAHUN
DI PONED PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG
PERIODE 17 DESEMBER 2018 – 01 FEBRUARI 2019

STUDI KASUS KOMPREHENSIF

Oleh :
NURY PUTRI FEBRIANTI
311116098

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H G2P0A1
DENGAN FAKTOR RISIKO TINGGI UMUR <20 TAHUN
DI PONED PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG
PERIODE 17 DESEMBER 2018 – 01 FEBRUARI 2019

STUDI KASUS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

Oleh :
NURY PUTRI FEBRIANTI
311116098

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul “ASUHAN

KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.H G2P0A1 DENGAN FAKTOR

RISIKO TINGGI UMUR <20 TAHUN DI PONED PKM RANCAEKEK KAB.

BANDUNG PERIODE 17 DESEMBER 2018 - 01 FEBRUARI 2019” ini,

sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada yang di dalamnya merupakan plagiat

dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Cimahi, Agustus 2019


Yang membuat pernyataan

Nury Putri Febrianti


KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan karunia, rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi kasus komprehensif dengan judul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny. H G2P0A1 Dengan Faktor Risiko
Umur <20 Tahun Di Puskesmas Rancaekek Kab. Bandung Periode
17 Desember 2018 - 01 Februari 2019”.
Dapat terselesaikan dengan lancar meskipun masih jauh dari
kesempurnaan. Dalam penyusunan Studi Kasus ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak dan
tidak lupa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Gunawan Irianto. Dr,. M.Kes.,selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.
2. Ati Nurwita, SST., M.Keb., selaku ketua Program Studi Kebidanan (D-3)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.
3. Wisdyana SPWP., SST.,M.Keb., selaku dosen pembimbing I pendidikan
asuhan komprehensif yang telah banyak memberikan bimbingan serta
masukan dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
4. Flora Honey Darmawan, SST., M.Keb., selaku dosen pembimbing II
pendidikan asuhan komprehensif yang telah banyak memberikan
bimbingan serta masukan dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
Komprehensif.
5. Dini Marlina, S.KM,. SST,. M.Kes., selaku dosen penguji asuhan
komprehensif yang telah banyak memberikan masukan dalam
penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
6. Oneng Setia Asti, Amd.Keb., selaku bidan pendamping asuhan
komprehensif yang telah memberikan izin serta dukungannya dalam
melakukan penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
7. Seluruh dosen staf pengajar D-3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.
8. Ny. H dan keluarga yang telah bekerja sama dalam penyelesaian
penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.

i
9. Kedua Orang tuaku Papah ( Drs. Muhammad Arif) &Mamah (Nunung
Eti, SH). Adikku Nadira Putri Damayanti dan Muhammad Raihan Putra
serta keluarga besar yang selalu kucintai & kusayangi. Terimakasih
selalu memberikan doa yang tulus, kasih sayang yang begitu indah,
cinta yang sejati, dukungan moril, materil, semangat, kesabaran, serta
inspirasi yang tiada henti-hentinya kepada penulis semenjak kecil.
10. Teman satu perjuangan khususnya kelas 3C angkatan 2016 terimakasih
sudah sama-sama saling berjuang untuk meraih gelar ini.
11. Teman sejatiku di masa perkuliahan Wine Prawira N, Wening Galih P,
Nia Puspitasari, Desline Mersili, terimakasih selalu menghiburku di kala
aku jenuh dengan tugas kuliah.
12. Teman tukar pikiran Ayu Rahma L, Desy Rahmadhiyani, Ersa Nurfajri K,
Tiara Tafsiria.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan asuhan komprehensif ini.

Cimahi, Agustus 2019

Nury Putri Febrianti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
D. Manfaat ..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................... 6
A. Kehamilan ................................................................................................. 6
C. Persalinan ............................................................................................... 32
D. Nifas........................................................................................................ 47
E. Bayi Baru lahir ......................................................................................... 57
F. Keluarga Berencana ............................................................................... 63
BAB III METODE STUDI KASUS ....................................................................... 67
A. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan ........................................................ 67
B. Pendekatan Desain Penelitian (Case Study) ........................................... 67
D. Objek Penelitian/Partisipan ..................................................................... 68
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 89
E. Etika Studi Kasus .................................................................................. 103
BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBAHASAN ................................. 105
A. Identifikasi Masalah ............................................................................... 105
B. Pembahasan Masalah........................................................................... 105
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 112
A. Simpulan ............................................................................................... 112
B. Saran .................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 114
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Kejadian AKI di Indonesia ............................................................ 1
Tabel 2.1 Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Ibu Hamil ................... 6
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT ................................................... 8
Tabel 2.3 Perubahan Uterus ...................................................................... 10
Tabel 2.4 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Ovulasi ... 47
Tabel 2.5 Program dan Kebijakan Teknis .................................................. 55
Tabel 2.6 Waktu Yang Dianjurkan Untuk Memulai Kontrasepsi .................. 65

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Perhitungan IMT........................................................................ 6
Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi .................................................................. 61
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan ....................................... 66

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Concent


Lampiran 2 Buku KIA
Lampiran 3 Partograf
Lampiran 4 Penapisan Awal Ibu Bersalin
Lampiran 5 Berita Acara
Lampiran 6 Lembar Pengesahan Bidan
Lampiran 7 Lembar Monitoring Konsultasi Bidan
Lampiran 8 Lembar Monitoring Konsultasi Bimbingan
Lampiran 9 Lembar Menghadiri Seminar
Lampiran 10 Surat Persetujuan Seminar Proposal
Lampiran 11 Surat Persetujuan Sidang Akhir
Lampiran 12 Leaflet
Lampiran 13 Dokumentasi
Lampiran 14 Riwayat Hidup

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang, agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kemampuan
pelayanan kesehatan negara ditentukan dengan perbandingan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Utami, 2014).
Menurut Word Health Organization (WHO) tahun 2013 Angka
Kematian Ibu didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan di negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan
negara maju, yaitu 230 per 100.000 kelahiran, menurut WHO kematian
seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah
persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dan kehamilan atau persalinannya (WHO, 2014) .
Berdasarkan hasil survey menunjukan bahwa AKI masih cukup
tinggi, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun
2012 AKI di Indonesia melonjak tinggi bila dibandingkan AKI sebelumnya
yaitu 359 per 100.000. Kelahiran hidup. AKB tahun 2012 menurun menjadi
32 per 1.000 kelahiran hidup
Di Provinsi Jawa Barat AKI dan AKB relatif masih tinggi, AKI pada
tahun 2012 mencapai 312 per 100.000 KH. Sementara AKB mencapai
40,87 per 1000 KH. Kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan AKI
sebesar 109,2 per 100.000 KH, sedangkan AKB di Jawa Barat sebesar 6,4
per 1000 KH (Dinkes Jawa Barat, 2015).
Tabel 1.1 Angka kejadian AKI di indonesia
Tahun AKI
1991 390/100.000 KH
2007 228/100.000 KH
2012 359/100.000 KH
2015 305/100.000 KH
Sumber : Dinkes, 2017.

1
2

Penyebab utama kematian Ibu masih disebabkan oleh Trias


Kematian Ibu, yaitu: Perdarahan, Infeksi dan Eklampsi. Selain penyebab
langsung kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab tidak langsung
seperti 3 terlambat dan 4 terlalu. Yang dimaksud dengan 3 terlambat
yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke
fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta
terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan, sedangkan
yang dimaksud dengan 4 terlalu antara lain terlalu muda (umur< dari 20
tahun), terlalu tua (umur> dari 35 tahun), terlalu sering (jarak kelahiran
kurang dari 2 tahun), atau terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 3). Hal
tersebut menjelaskan berbagai bukti bahwa 4 terlalu merupakan salah
satu faktor resiko yang dapat menyebabkan meningkatnya AKI dan AKB
(Kemenkes RI, 2015).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar
maupun pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan, dan ketidakpuasan.
Komplikasi pada saat kehamilan pada resiko tinggi dapat dikategorikan
dalam resiko kehamilan, sebanyak 90 % kematian terjadi karena
komplikasi yang tidak terduga saat kehamilan seperti anemia,
keguguran, perdarahan, dan keracunan. Saat persalinan terjadi
komplikasi sebanyak 15 % seperti persalinan lama, penurunan stamina,
inersia uteri, dan infeksi. serta paska persalinan 15 % seperti atonia
uteri, dan juga beresiko komplikasi pada bayi sepert prematur, cacat
bawaan, BBLR, dan kematian bayi. Kehamilan diperkirakan beresiko
tinggi terhadap ibu dan janin (Kemenkes RI, 2016).
Dilihat dari segi reproduksi, umur ibu saat hamil turut berperan.
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun, kematian maternal
meningkat setelah usia 30-35 tahun. Kematian ibu tersebut erat
kaitannya dengan umur ibu yang berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan ibu selama hamil yang dapat mempengaruhi proses
persalinan normal atau patologis. Risiko terjadi komplikasi pada
3

persalinan terjadi 12% pada umur kurang dari 20 tahun dan 26% pada
umur 40 tahun (Ningrum E.W, 2015).
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada jaminan
persalinan. Tujuan jaminan persalinan ini adalah meningkatnya akses
terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan
dalam rangka menurunkan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi) melalui
jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan (Wiknjosastro, 2013).
Terdapat peran dan fungsi bidan dalam memberikan asuhan
dengan faktor risiko yaitu peran memberikan asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi serta fungsi
bidan yang melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan
normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan
dengan faktor risiko tinggi (Astuti W, hal 7, 2016, diperoleh tanggal 19
januari 2019).
Puskesmas Rancaekek merupakan salah satu puskesmas di jl.
Majalaya No. 99 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung yang
memberikan pelayanan pada ibu mulai masa pra nikah, masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan masa antara. Dari 497
ibu hamil di dapatkan data dalam rentang waktu 19 November 2018 –
05 Januari 2019 kehamilan pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun
ada 26 orang atau 19.11% (Buku Registrasi KIA, Puskesmas
Rancaekek, 2018).
Untuk itu pada penyusunan studi kasus ini, penulis memiliki
kesempatan untuk menyusun suatu asuhan yang komprehensifmulai
dari asuhan kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir sampai
denganKB. Maka dari itu penulis membuat studi kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. H G2P0A1 Dengan
Faktor Risiko Umur <20 Tahun Di Puskesmas Rancaekek Kab.
Bandung Periode 17 Desember 2018 –01 Februari 2019”
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana
asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.H dengan risiko tinggi umur
4

<20 tahun di Puskesmas Rancaekek Kab. Bandung periode 17


Desember 2018 – 01 Februari 2019”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
selama masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB yang
diberikan kepada Ny.H G2P0A1 Dengan Faktor Risiko tinggi Umur <20
Tahun Di Puskesmas Rancaekek Kab. Bandung Periode 17 Desember
2018 –01 Februari 2019
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan kegiatan asuhan kebidanan secara
komprehensif, maka penulis diharapkan dapat :
a. Memberikan asuhan kebidanan masa kehamilan pada Ny.H
dengan faktor risiko tinggi umur <20 tahun
b. Memberikan asuhan kebidanan masa persalinan pada Ny.H
dengan faktor risiko tinggi umur <20 tahun
c. Memberikan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny.H
dengan faktor risiko tinggi umur <20 tahun
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada
bayi Ny.H dengan faktor risiko tinggi umur <20 tahun
e. Memberikan asuhan kebidanan pada masa antara (KB)
pada NY.H dengan faktor risiko tinggi umur <20 tahun
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menerapkan ilmu dan keterampilan praktik dalam melaksanakan
asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan evaluasi hasil pembelajaran yang selama ini
diberikan pada saat perkuliahan serta memberikan pendidikan,
pengalaman dan kesempatan bagi mahasiswanya dalam
melakukan asuhan kebidanan komprehensif.
5

3. Bagi Lahan Praktik


a. Sebagai salah satu gambaran pelaksanaan pelayanan dalam hal
asuhan kebidanan
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan
kebidanan yang lebih baik di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah suatu masa yang di mulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normalnya adalah 280 hari ( 40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dari mulai konsepsi
sampai uasia kehamilan 3 bulan, triwulan kedua yaitu dari bulan ke 4
sampai bulan ke 6, dan triwulan tiga dimulai dari bulan ke 7 sampai
bulan ke 9 (Prawihardjo, 2012).
2. Kebijakan Program
Setiap wanita hamil memerlukan minimal 4 (empat) kali kunjungan
selama periode antenatal :
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum usia 14
minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36
dan sesudah minggu ke-36) (Varney,2010).
Pelayanan atau Asuhan Standar Asuhan Kehamilan Minimal termasuk
”10T”
a. Timbangan berat badan dan ukur tinggi badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9
kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk
ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu
sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara
tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk
menghitung IMT anda yakni :

6
7

Gambar 2.1 Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)


Berat Badan Dalam Kilogram
IMT 
(Tinggi Badan Dalam Meter) 2
Sumber Varney, 2010
Tabel 2.1 Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Ibu Hamil
Berdasarkan Berat Badan Ibu Sebelum Hamil

Kenaikan BB Total
Berat badan sebelum hamil
BMI yang dianjurkan
(BB/TB2)
(kg)
Berat badan kurang (underweight) <19,8 12,5-<20
Berat badan normal (normal 19,8-26,0 11,5-16
weight)
Berat badan berlebih (overweight) 26,0-29,0 7-11,5
Obesitas >29,0 <6,8
Varney,2010
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik
perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada
trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi
kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah
suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:
a. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB
sekitar 2,5 kg
b. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9
kg
c. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal
12,5 kg (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015).
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
b. Ukuran tekanan darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar
normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80
mmHg.
8

c. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)


Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT)
dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
d. Pemberian Imunisasi TT (T4)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus
yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian
kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
a. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).
b. TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya
diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan
(Depkes RI, 2010).
Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan
imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua
kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan
antenatal dan kedua pada empat minggu kemudian)Jarak
pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001 ; Depkes RI, 2010) .
9

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT


No TT Interval Lama perlindungan
1 I Suntikan pertama 4 minggu
2 II 4 minggu setelah suntikan 3 tahun
pertama
3 III 6 bulan setelah suntikan kedua 5 tahun
4 IV 1 tahun dari suntikan ke -3 10 tahun
5 V 1 tahun dari suntikan ke -4 25 tahun
Sari, Ulfa, & Daulay, 2015

e. Pemberian Tablet Fe selama kehamilan (T5)


Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang
diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi
ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang
terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan janin.
f. Tetapkan Status Gizi (T6)
Pengukuran ini merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya
kekurangan gizi saat hamil. Jika kekurangan nutrisi, penyaluran gizi ke
janin akan berkurang dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat juga
potensi bayi lahir dengan berat rendah. Cara pengukuran ini dilakukan
dengan pita ukur mengukur jarak pangkal bahu ke ujung siku, dan
lingkar legan atas (LILA).
g. Tes Laboratorium (Rutin dan Khusus) (T7)
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar hemoglobin,
golongan darah dan rhesus, tes HIV juga penyakit menular seksual
lainnya, dan rapid test untuk malaria. Penanganan lebih baik tentu
sangat bermanfaat bagi proses kehamilan.
h. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ) (T8)
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memantau, mendeteksi , dan
menghindarkan faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan oleh
hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi.
10

Pemeriksaan denyut jantung sendiri biasanya dapat dilakukan pada usia


kehamilan 16 minggu.
i. Tatalaksana Kasus (T9)
Masyrakat berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memiliki
tenaga kesehatan yang kompeten, serta perlengkapan yang memadai
untuk penanganan lebih lanjut di rumah sakit rujukan. Apabila terjadi
sesuatu hal yang dapat membahayakan kehamilan, Anda akan
menerima penawaran untuk segera mendapatkan tatalaksana kasus.
j. Temu Wicara (10T)
Temu wicara dilakukan setiap kali kunjungan. Biasanya, bisa berupa
konsultasi, persiapan rujukan dan anamnesa yang meliputi informasi
biodata, riwayat menstruasi, kesehatan, kehamilan, persalinan, nifas,
dan lain-lain.
Temu wicara atau konsultasi dapat membantu Anda untuk
menentukan pilihan yang tepat dalam perencanaan, pencegahan
komplikasi, dan juga persalinan. Pelayanan ini juga diperlukan untuk
menyepakati segala rencana kelahiran, rujukan, mendapatkan
bimbingan soal mempersiapkan asuhan bayi, serta anjuran pemakaian
KB pasca melahirkan.
3. Perubahan fisiologis wanita hamil
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
a. Uterus
Menurut Cuningham, 2014. Uterus yang tidak hamil terletak di
rongga pelvis diantara kandung kemih di anterior dan rectum
posterior. Sedangkan pada wanita hamil, kehamilan merangsang
pertumbuhan uterus yang sangat cepat disebabkan oleh hipertrofi
serat-serat otot. Berat uterus meningkat dari 70 g menjadi kira-kira
1100 g saat cukup bulan. Volume totalnya rata-rata 5 L. fundus
uteri, yang sebelumnya berbentuk cembung yang datar di antara
tempat insersi tuba, kini berbentuk kubah. Ligamentrum teres uteri
kini tampak menyisip ke pertemuan sepertiga atas dan tengah
uterus. Tuba uterine memanjang, tetapi ovarium secara
11

keseluruhan tampak tidak berubah. Sebagai gambaran dapat


dikemukakan sebagai berikut :
Tabel 2.3 Perubahan Uterus
Usia Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Kehamilan
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)
40 Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus (Px)
Cuningham, 2014
b. Vagina dan Perimeum
Selama kehamilan mengalami peningkatan vaskularisasi
danhyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan
vulva, sehingga pada vagina akan terlihat keunguan yang dikenal
dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa
dan hilangnya jaringan ikat hipertrofi dari sel-sel otot polos
(Prawihardjo, 2012).
c. Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan
parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua payudara
membesar dan memperlihatkan vena-vena halus di bawah kulit.
Putting menjadi lebih besar, berwarna lebih gelap dan lebih tegak.
Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut dalam putting
sering menyebabkan keluar cairan kental kekuningan-kolostrum.
Selama bulan-bulan tersebut, areola menjadi lebih lebar dan lebih
gelap. Di areola tersebar sejumlah tonjolan kecil, kelenjar
Montgomery, yaitu kelenjar sebasea hipertrofik. yang menarik,
ukuran payudara prakehamilan tidak berkaitan dengan volume air
susu yang dihasilkan (Cuningham, 2014).
d. Sirkulasi darah ibu
Setelah 32-34 minggu kehamilan, hypervolemia yang telah lama
diketahui besarnya rerata adalah 40 % sampai 45 % diatas volume
darah tak hamil. Pada masing-masing wanita, penambahan ini
12

cukup bervariasi. Pada sebagian hanya terjadi peningkatan ringan,


sementara yang lain volume darah hampir mejadi dua kali lipat.
Hypervolemia imbas kehamilan ini memiki fungsi penting:
1) Memenuhi kebutuhan metabolic uterus yang membesar dengan
system vascular yang mengalami hipertrofi hebat.
2) Menyediakan nutrient dan elemen secara berlimpah untuk
menunjang kebutuhan pesat plasenta dari janin.
3) Melindungi ibu dan janin terhadap efek buruk gangguan aliran
balik vena pada posisi terlentang dan berdiri.
4) Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah selama
proses persalinan.
Volume darah ibu mulai meningkat selama trimester pertama.
Pada minggu ke 12, volume plasma bertambah sebesar 15%
disbanding dengan keadaan sebelum hamil.volume darah ibu
bertambah sangat cepat ditrimester kedua. Kemudian peningkatan ini
jauh melambat selama trimester tiga lalu mendatar selama beberapa
minggu terakhir kehamilan (Cuningham, 2014).
e. Sistem Metabolisme Besi
1) Besi simpanan
Kandungan besi total wanita dewasa normal berkisar dari
2,0 sampai 2,5 g atau sekitar separuh dari jumlah yang
normalnyaterdapat pada pria. Yang utama simpanan besi pada
wanita muda normal hanyalah sekitar 300 g (Cuningham,
2014).
2) Kebutuhan besi
Dari sekitar 1000 mg besi yang dibutuhkan selam
kehamilan normal, sekitar 300 mg secara aktif
dipindahkan ke janin dari plasenta, dan 200 mg lainnya
keluar melalui berbagai rute ektrasi normal, terutama
saluran cerna. Pengeluaran ini bersifat obligatorik bdan
berlangsung meskipun ibu mengalami defisiensi besi.
Peningkatan rerata velume total erosit dalam darah sekitar
450 mL-memerlukan 500mg lainnya karena 1 mL eroist
13

mengandung 1,1 mg besi (Cuningham, 2014). Upaya


untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil antara
lain dengan pemberian ganggang biru hijau yang bermanfaat
untuk meningkatkan kadar hemoglobin karena konsumsi 100 gr
ganggang biru hijau telah dapat memenuhi 158% dari
kebutuhan tubuh akan zat besi dalam sehari. Zat besi yang
terkandung adalah 28,5 mg / 100 gr bahan, dimana 58 kali lebih
banyak daripada yang terdapat pada bayam, dan <20 kali lebih
tinggi daripada yang terdapat pada daging. (Astawan, 2008).
Simpulan dari hasil penelitian adalah bahwa ganggang biru
hijau dapat meningkatkan kadar HB ibu hamil (Fitri dan Dini,
2018). Jadi pada ibu hamil tidak harus di paksakan meninum
tablet Fe yang diberikan di fasilitas kesehatan, tetapi bisa
diganti dengan meminum kapsul spirulina atau ganggang biru
hijau karena dapat meningkatkan kadar HB ibu hamil.
4. Perubahan Psikologis wanita hamil
a. Trimester Tiga
Trimester tiga sering kali disebut periode menunggu dan
waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabra untuk
menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya
perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan terlahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkat kewaspadaannya
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadi persalinan pada ibu
meningkat. Ibu sering kali merasakan khawatir dan takut kalau-
kalau bayinya akan dilahirkannya tidak normal.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester III dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu juga ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah
dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester inilah ibu membutuhkan dukungan
suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga adalah persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan
14

sudah dipilih. Keluarga juga mulai menduga-duga apakah bayi laki-


laki atau perempuan dan akan mirip siapa (Varney, 2010).
Kehamilan Trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28 –
40 minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada
kehadiran bayi, sehingga disebut juga sebagai periode penantian
(Vivian, 2011).
5. Pemeriksaan Kehamillan
Pemeriksaan pada ibu hamil meliputi :
a. Anamnesa
1) Anamnesa identitas isteri dan suami : nama,umur, suku,
agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat
2) Anamnesa umum :
a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi,
defekasi, perkawinan.
b) Tentang haid, kapan mendapat haid teralhir (HPHT) untuk
dapat menentukan taksiran persalinan berdasarkan rumus
Neagle : hari+7, bulan-3, dan tahun+1.
c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan
ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.
b. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik, meliputi tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan, jantung, paru-paru.
c. Perkusi
Pemeriksaan ini tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada
sesuatu indikasi.
d. Palpasi
Ibu hamil dengan posisi berbaring telentang, kepala dan bahu
sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan ibu hamil. Palpasi perut untuk menentukan :
1) Besar dan konsistensi Rahim
2) Bagian-bagian janin, letak, presentasi
3) Gerakan janin
4) Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his.
15

e. Auskultasi
Monoaural (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut
jantung janin(DJJ). Yang kita dengarkan adalah:
1) Dari janin
a) DJJ pada bulan 4-5 normalnya 120-160 x/menit
b) Bising tali pusat
c) Gerakan dan tendangan janin
2) Dari ibu
a) Bising rahim (uterine souffle)
b) Bising aorta
c) Peristaltik usus.
f. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk mengetahui :
1) Bagian terbawah janin
2) Bila bagian terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi
UUK, UUB, dagu, hidung, orbita, mulut, dan sebagainya.
3) Bila letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber
ischii, pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin,
caput sucsedanum. Secara umum dapat dievaluasi keadaan
vagina, serviks, dan panggul (Prawihardjo, 2012).
6. Kebutuhan Ibu Hamil
a. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR,
inersia uteri, pendarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis.
Sedangkan kelebihan konsumsi makanan pada ibu hamil akan
berakibat kegemukan, preeklampsi dan janin terlalu besar. Hal
penting yang harus di perhatikan adalah cara mengatur menu dan
pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS).
b. Kebutuhan Energi
Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu
hamil untuk meningkatkan asupan energinya sebesar 285 kalori
per hari, yang terdiri atas :
16

1) Protein
Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein
sebanyak 68 % selama kehamilan, atau 12% atau 75-100
gram per hari.
2) Zat Besi
Diberikan pada usia kehamilan 12 minggu sebesar 30-60
gram setiap hari selama kehamilan dan enam minggu setelah
kelahiran untuk mencegah anemia postpartum.
3) Asam Folat
Kebutuhan Asam folat selama trimester I sebesar 280
mikrogram, trimester II sebesar 660 mikrogram, dan trimester
III sebesar 470 mikrogram. Asam folat sebaiknya diberikan
pada 28 hari setelah ovulasi atau 28 hari setelah kehamilan
karena sumsum tulang belakang dan otak dibentuk pada
minggu pertama kehamilan.
4) Kalsium
Kadar kalsium pada ibu hamil mengalami penurunan
sebesar 5 %, karena itu, asupan yang optimal perlu
dipertimbangkan. Sumber utama kalsium adalah susu, dan
hasil olahannya udang, sarang burung, sarden dalam kaleng,
dan beberapa bahan makanan nabati, seperti sayuran warna
hijau (Mochtar, 2013).
c. Obat-obatan
Prinsip: sedapat mungkin menghindari pemakaian obat-obatan
selama kehamilan, terutama dalam triwulan I. perlu
dipertimbangkan apakah manfaat pemberian obat lebih besar
dibandingkan bahayanya terhadap janin (Mochtar, 2013).
d. Lingkungan yang Bersih
Saat sekarang bahaya polusi udara, air dan makanan terhadap
ibu dan ibu sudah mulai diselidiki seperti halnya merokok (Mochtar,
2013).
e. Senam Hamil/ Gerakan Badan
Kegunaannya: sirkulasi darah menjadi lebih baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak
17

badan yang melelahkan dilarang. Dianjurkan berjalan-jalan pada


pagi hari dalam udara yang masih segar. Gerak badan ditempat :
1) Berdiri-jongkok
2) Terlentang-kaki diangkat
3) Terlentang-perut diangkat
4) Melatih pernafasan
f. Pakaian
1) Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut.
2) Dianjurkan memakai kutang yang menyokong payudara.
3) Disarankan memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu
tinggi.
4) Pakaian dalam selalu bersih bersih.
g. Istirahat dan Rekreasi
Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang
menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang
terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat
menyebakan jatuh pingsan.
h. Mandi
Mandi perlu diperhatikan untuk kebersihan/ hygine, terutama
untuk perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat
bertambah. Dianjurkan menggunakan sabun lembut/ ringan. Jangan
sampai tergelincir di perigi dan jagalah kebersihannya. Dounching
dan mandi berendam tidak dianjurkan. (Mochtar, 2013)
i. Perawatan Payudara
Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi
makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah
dirawat.
Untuk mencegah putting susu kering dan mudah pecah, maka
putting susu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan
dibersihkan menggunakan baby oil dan air hangat. Apabila putting
susu kedalam, hal ini dapat dilakukan dengan cara memutar dan
menarik-narik keluar dengan cara hofman (Mochtar, 2013).
18

j. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada kehamilan berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering berkemih. Konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai
efek rileks terhadap otot-otot polos, salah satunya otot usus. Selain
itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahanya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
banyak minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong.
Minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat
merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami
dorongan , maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi.

k. Persiapan Persalinan
Meskipun perkiraan persalinan masih lama tidak ada salahnya
jika ibu dan keluarga mempersiapkan persalinan sejak jauh hari
sebelumnya. Ini dimasukkan agar terjadi sesuatu hal yang tidak
diinginkan atau persalinan maju dari perkiraan,semua perlengkapan
yang dibutuhkan sudah siap (Myless, 2011).
7. Ketidaknyamanan Trimester III
a. Sesak nafas
Menurut Husin 2013, peningkatan vetilasi menit yang menyertai
kehamilan sering dianggap sebagai sesak nafas. Sesak nafas
merupakan salah satu yang sering dialami oleh ibu hanil (70%)
pada kehamilan trimester III yang dimulai pada 28-31 minggu.
Sekitar 75% wanita hamil mengalami sesak nafas saaat beraktivitas
pada usia kehamilan 30 minggu. Sesak nafas yang berlangsung
pada saat istirahat atau aktivitas yang ringan sering disebut sebagai
sesak nafas yang normal. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
usaha bernafas ibu hamil. Peningkatan ventilitas menit pernafasan
dan beban pernafasan yang meningkat dikarenakan oleh Rahim
yang membesar sesuai dengan kehamilan sehingga menyebabkan
peningkatan kerja pernafasan.
19

Asuhan kebidan yang diberikan dalam keluhan ini dapat


dilakukan secara sederhana dengan menganjurkan ibu untuk
mengurangi aktivitas yang berat dan berlebihan, disamping itu ibu
hamil perlu memperhatikan posisi pada saat duduk dan berbaring.
Disarankan agar ibu hamil mengatur posisi duduk dengan
punggung tegak. Jika perlu disangga dengan bantal yang bagian
punggung, menghindari posisi tidur terlentang Karena dapat
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ventilasi pervusi
akibat terjadinya vena (suppin hypotension sindrom). Sesak nafas
dapat mengakibatkan gangguan pada saaat tidur di malam hari.
b. Sering BAK
Menurut Farid Husin (2013), sering berkemih dikeluhkan
sebanyak 60% oleh ibu selama kehamilan akibat dari meningkatnya
laju Filtrasi Glomerolus.(Sandhu,2009) dilaporkan dari 59% terjadi
pada trimester pertama, 61% pada trimester dua dan 81% pada
trimester tiga. Keluhan sering berkemih karena tertekannya
kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi
berkemih meningkat.
Menjelang akhir kehamilan, pada nulipara presentasi terendah
sering ditemukan janin yang memasuki pintu atas panggul,
sehingga menyebabkan dasar kandung kemih terdorong kedepan
dan keatas, mengubah permukaan yang semula konveks menjadi
konkaf akibat tekanan.
Asuhan yang diberikan dalam mengenai keluhan ini, bidan dapat
menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal yang
normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan,
menganjurkan ibu mengurangi asupan caairan 2 jam sebelum tidur
agar istirahat ibu tidak terganggu, mengganti celana dalam minimal
2 kali sehari dan menjaga kelembaban daerah vagina.
c. Varices dan wasir
Menurut Farid Husin (2013), varices adalah pelebaran pada
pembuluh darah balik-vena sehingga katup vena melemah dan
menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah balik dan
20

biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Kelemahan katup


vena pada kehamilan karena tingginya kadar hormone progresteron
dan estrogen sehingga aaliran darah balik menuju jantung melemah
dan vena dipaksa kerja lebih keras untuk dapat memompa darah.
Haemoroid sering didahului dengan jontipasi. Oleh karena itu,
semua penyebab kontipasi berpotensi menyebabkan haemoroid.
Progresteron menyebabkan relaksasi pada vena dan usus besar.
Asuhan yang diberikan menurit penelitian Juan C Vazquez
2010, belum diketahui secara pasti namun bahwa mengkonsumsi
serat dan cairan dapat mengurangi haemoroid. Namun, dengan
mengkonsumsi makan yang berserat dan meminum air 8-10
gelas/hari merupakan upaya pencegahan yang terjadinya
haemoroid. Asuhan yang dilakukan bidan yaitu mencegah
terjadinya haemoroid dengan cara:
1) Hindari memaksakan mengejan saat defekasi jika tidak ada
rangsangan untuk mengedan.
2) Mandi berendam (hangatnya air tidak hanya memberi
kenyamanan, tetapi juga meningkatkan sirkulasi peredaran
darah).
3) Anjurkan ibu untuk memasukan kembali haemoroid ke dalam
rectum (menggunakan lubrikasi).
4) Lakukan latihan mengencangkan perineum (kagel)
d. Bengkak dan kram kaki
Menurut Farid Husin (2013), bengkak atau oedema adalah
penumpukan atau retensi cairan pada daerah luar sel akibat dari
berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler. Oedema pada
kaki bisa dikeluhkan pada usia kehamilan 34 minggu. Hal ini
dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan
mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan bertambahnya tekanan
uterus dan tarikan gravitasi meyebakan retensi cairan semakin
membesar. Asuhan yang diberikan yaitu:
1) Anjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya, terutama saat
duduk dan tidur. Hindari duduk dengan posisi kaki
menggantung karena akan meningkatkan tekanan akibat gaya
21

gravitasi yang akan menimbulkan bengkak. Pada saat tidur


posisikaan kaki sedikit tinggi sehingga cairan yang telah
menumpuk dibagian ekstraseluler dapat beralih kembali pada
intraseluler akibat dari perlawanan gaya gravitasi.
2) Hindari menggunakan pakaian ketat dan berdiri lama, duduk
tanpa adanya sandaran.
3) Lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk
memfasilitasi peningkatan sirkulasi.
4) Kenakan penyongkong abdomen maternal atau korset untuk
menghilangkan tekanan pada vena panggul.
5) Anjurkan ibu untuk menggunakan stocking untuk membantu
meringankan tekanan yang memperberat kerja dari pembuluh
vena sehingga dapat mencegah terjadinya varices.
6) Lakukan senam kagel untuk mengurangi varices vulva atau
haemoroid untuk meningkatkan sirkulasi darah.
7) Gunakan kompres es di daerah vulva untuk mengurangi
pembengkakan.
8) Lakukan mandi air hangat untuk menenangkan.
9) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan mengandung
kalsium dan vitamin B. kalsium bermanfaat untuk mencegah
terjadinya kram akibat tidak terpenuhinya kebutuhan kalsium
tubuh. Sedangkan vitamin B akan membantu menstabilkan
system saraf perier.
Kram pada kaki sering dikeluhkan pada wanita hamil yang
berlangsung pada malam hari atau menjelang pagi hari. Kram pada
kaki saat kehamilan sering dikeluhkan oleh 50% wanita hamil pada
usia kehamilan ini dan lebih dari 24 minggu sampai dengan 36
miggu kehamilan. Keadaan ini diperkirakan terjadi karena adanya
gangguan aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh darah panggul
yang disebakan oleh tertekanannya pembuluh tersebut oleh uterus
yang semakin membesar pada saat kehamilan. Kram juga dapat
disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kadar
kalssium terionisasi dalam serum. Asuhan yang diberikan untuk
mengurangi kram kaki yaitu:
22

1) Meminta ibu untuk meluruskan kakinya yang kram dalam


posisi berbaring. Kemudian menekan tumitnya atau dengan
posisi beridiri dengan tumit menekan pada lantai.
2) Meyarankan ibu hamil untuk melaksanakan latihan ringan
umum seperti memposisikan kaki lebih tinggi dari tempat tidur
sekitar 20-25 cm, mendorfofleksikan kaki dan melkukan
pijatan ringan, berjalan untuk melancarkan sirkulasi darah
menuju tungkai, mempertahankan posisi yang baik dalam
beraktivitas agar dapat meningkatkan sirkulasi darah.
3) Menyarankan ibu untuk mengkonsumsi vitamin B, C, D,
kalsium dan fosfor agar terdapat keseimbangan antara kadar
tersebut dalam tubuh ibu dan menghindari terjadinya keluhan.

e. Gangguan tidur dan mudah lelah


Menurut Farid Husin (2013), dalam sebuah penelitian terbaru
oleh National Sleep Foundation, lebih dari 79% wanita hamil
mengalami ketidkteraturan dalam tidurnya. Gangguan tidur dan
sering lelah adalah salah satu keluhan yang paling sering
dilaporkan oleh ibu hamil. Rata-rata 60% dari ibu hamil merasakan
lelah pada akhir trimester dan lebih dari 75% mengeluhkan
gangguan tidur.
Dalam trimester III, hampir semua wanita menggalami
gangguan tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh
nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun di malam hari
dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian
menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur
malam yang tidak nyenyak karena terbangun di tengah malam
untuk berkemih.
Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan oleh
ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan
lain selama kehamilan da pergerakan janin, terutama janin yang
aktif. Asuhan yang diberikan yaitu mandi air hangat, minum air
hangat (susu) sebelum tidur, lakukan aktivitas yang tidak
menimbulkan stimulus tidur.
23

f. Nyeri perut bagian bawah


Menurut Farid Husin (2013), nyeri perut bagian bawah
dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil. Keluhan ini dapat bersifat
fsikologis dan beberapa lainnya merupakan tanda adanya bahaya
dalam kehamilan. Secara normal, nyeri perut bagian bawaha dapat
disebabkan muntah yang berlebihan dan konstipasi yang dialami
oleh sebagian besar ibu dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum,
torsi uterus parah dan adanya kontraksi Braxon-Hicks juga
mempengaruhi keluhan ibu yang berkaitan dengan nyeri pada perut
bagian bawah.
Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah
berbaring, mengubah posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi
dapat kembali ke dalam keadaan semula tanpa harus diberikan
manipulasi. Pemberian analgesic dalam hal ini harus mendapatkan
pemantauan dari bidan atau dokter.
8. Tanda Bahaya Kehamilan
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada masa kehamilan lanjut yaitu perdarahan yang
terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
persalinan. Perdarahan tidak normal bila terdapat tanda-tanda
berikut ini keluar darah merah segar atau kehitaman dengan
bekuan dan disertai rasa nyeri.
b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan
sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala hebat, sakit kepala yang menetap, tidak
hilang dengan istirahat.
c. Penglihatan kabur
Penglihatan kabur merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan adanya preeklamsia berat yang mengarah pada
eklamsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau didalam retina
(edema retina dan spasme pembuluh darah).
24

d. Bengkak pada muka dan tangan


Odema adalah penimbunan cairan secara umum dan belebihan
dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan
berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan
kaki.
e. Keluar Cairan Pervagina
Keluarnya cairan berupa air – air dari vagina pada trimester 3.
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm maupun aterm. Normalnya ketuban pecah pada
akhir kala I atau awal kala.
f. Gerakan janin tidak teraba
Gerakan janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada
kehamilan yaitu pada usia kehamilan 20-24 minggu. Hal yang paling
penting bahwa ibu hamil perlu waspada terhadap jumlah gerakan
janin, ibu hamil perlu melaporkan jika terjadi penurunan/gerakan janin
yang terhenti.
g. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan
tidak hilang setelah beristirahat
(Myless, 2011).
9. Persiapan Komplikasi Persalinan
Pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal, jelaskan bahwa
penolong akan selalu berupaya dan meminta kerjasama yang baik dari
suami atau keluarga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan
bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya, termasuk kemungkinan
perlunya upaya rujukan. Persiapan yang perlu dipersiapkan antara lain ;
Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang yang disingkat
menjadi BAKSOKU (APN, 2012).
B. Kehamilan Resiko Tinggi
a. Definisi
25

Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kehamilan yang


memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun
bayinya), akan terjadi penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan.Kehamilan dengan resiko tinggi merupakan
keadaan pada kehamilan (yang dihadapi), yang dapat
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin (Prawirohardjo,
2010)
Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan
hidup sehat meliputi jenis makanan bergizi, menjag kebersihan
diri, serta pentingnya istirahat cukup sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi dan tetap mempertahankan derajat
kesehatan yang sudah ada. Umur seseorang dapat
mempengaruh keadaan kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil
pada masa reproduksi, kecil kemungkinan untuk mengalami
komplikasi dibandingkan wanita yang hamil di bawah usia
reproduksi ataupun di atas usia reproduksi (Rikadewi,2010)
b. Penyebab Risiko Kehamilan umur <20 Tahun
Wanita hamil di usia kurang dari 20 tahun memiliki banyak
komplikasi persalinan.
1) Risiko abortus dan keguguran lebih besar
Belum siapnya ibu dalam psikologis dan alat reproduksinya.
2) Hipertensi dalam kehamilan
Gangguan hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia
sering terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan adptasi
rahim dalam menerima produk konsepsi atau pembuahan.
Dampaknya janin diterima secara keseluruhan sehingga
menyebabkan kondisi yang sering disebut keracunan dalam
keamilan (preeklamsia)
3) Meningkatnya persalinan prematur dan berat badan lahir
rendah
Kondisi diakibatkan kurang matengnya alat alat reproduksi
ibu hamil dan kurangnya kepedulian dalam menjaga
kehamilan.
4) Berat badan bayi lahir rendah (BBLR)
26

5) Ibu mengalami post partum blus (Baby blus)


Hal ini akan beresiko pada kehamilan dan persalinan (SDKI,
2012.
c. Faktor Risiko Dalam Kehamilan
Kehamilan dengan faktor risiko yang perlu diperhatikan
pada ibu hamil adalah :
1) Anemia
Penurunan jumlah sel darah merah/jumlah hb dalam sirkulasi.
Perbandingan eritrosit terhadap plasma tidak seimbang. Pada
ibu hamil usia ≤20 tahun biasanya disebabkan oleh kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil diusia tua,
karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami
anemia (indriani, 2014).
Hasil penilitian dari Pratiwi Hariyani Putri di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya mengatakan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap anemia pada kehamilan usia remaja
adalah kepatuhan meminum tablet Fe, pola makan dan
keteraturan pemeriksaan kehamilan. Pada penelitian ini,
diketahui bahwa ibu hamil yang tidak teratur meminum tablet
Fe sebesar 61,8% mengalami anemia. Sisanya sebesar
38,2& tidak anemia. Berbeda halnya pada ibu hamil yang
teratur meminumtablet Fe sebagian besar tidak anemia yakni
sebesar 63,3% sedangkan yang anemia 36,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin patuh ibu hamil mengkonsumsi
tablet Fe semakin kecil kemungkinan mengalami anemia
dalam kehamilannya. Sebagian besar ibu hamil yang tidak
teratur memeriksakan kehamilan mengalami anemia yakni
sebesar 73,2% sedangkan yang anemia sebesar 26,8%. Ibu
hamil yang rajin memeriksakan kehamilan yang mengalami
anemia hanya sebesar 34,9%. Ibu hamil yang pola makannya
kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) 71,2% mengalami
anemia sedangkan 27,8% tidak mengalami anemia. Namun,
pada ibu hamil yang pola makannya mencukupi angka
27

kecukupan gizi hanya sebagian kecil yang mengalami anemia


yaitu sebesar 26% sisanya 74% tidak anemia.
Hal ini didukung penetilian Adebisi dan Strayhorn (2005) di
USA bahwa ibu remaja memiliki pravelensi anemia kehamilan
lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena
pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk
pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan
Fe lebih besar. Selain itu, faktor usia yang lebih muda
dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan
pendidikan yang kurang.
2) Pendarahan selama kehamilan
Kehamilan usia<20 tahun dapat disebabkan oleh karena otot
rahim yang sudah lemah secara fisiologis untuk hamil.
Biasanya disebabkan oleh plasenta previa, abortus, solusio
plasenta.(Sudariyanto,2012).
3) Keguguran
Keguguran pada usia <20 tahun terjadi karena sel telur yang
dihasilkan kemungkinan sudah menurun kualitasnya,
sehingga hal ini dapat menyebabkan janin tidak dapat
berkembang secara sempurna. Kondisi ini pada akhirnya
dapat menimbulkan keguguran, di mana sang janin akan
mengalami kematian di dalam rahim, dan ibu akan mengalami
pendarahan.
Hasil penilitian dari Ika Mardiyanti di BPS Ita Ariani Sidoarjo
mengatakan bahwa pada ibu hamil yang berumur < 20 tahun
organ reproduksinya belum matang sempurna sehingga
kurang siap jika terjadi kehamilan, selain itu faktor psikologi
yang belum siap untuk menjadi ibu juga memungkinkan
menyebabkan terjadinya abortus.
4) Keracunan Kehamilan (gestosis)
Kombinasi alat reproduksi yang sudah melemah dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam
bentuk preeclampsia. Preeklampsia dan eklampsia
28

memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan


kematian.
d. Faktor Risiko Dalam Persalinan
Pada persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian
serius karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya
kematian ibu dan bayi.
1) Persalinan Lama
Penyebab dari persalinan lama dipengaruhi oleh kelainan
letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan
mengedan serta pimpinan persalinan yang salah dan
kurangnya tenaga untuk mengedan.
2) Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina.
Karena itu disarankan untuk melakukan persalinan secara
operasi caesar. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan namun
mengingat untuk melahirkan normal membutuhkan tenaga
yang kuat(Sudariyanto,2012).
3) Inersia Uteri
Inersia Uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan
keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang
terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara,
serta para penderita dengan keadaan emosi kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau
fase aktif maupun pada kala pengeluaran.
Apabila penyebabnya bukan kelainan panggul dan atau
kelainanjanin yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan
pervaginam, apabila ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban
terlebih dahulu. Jika upaya ini tidak berhasil, berikut langkah-
langkah penanganan selanjutnya:
1) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%,
dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit
29

sampai 40-50 tetes per menit. Maksud dari pemberian oksitosin


adalah supaya serviks dapat membuka.
2) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak
mempekuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu
dan ibu dianjurkan untuk istirahat. Keesokan harinya bias diulang
pemberian oksitosin drips.
3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka
sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
4) Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia
sekunder/hipertonis, pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg
atau tokolitik, seperti ritodinedengan maksud menimbulkan
relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu
bangun kembali timbul his yang normal. Mengingat bahaya
infeksi intrapartum, kadang-kadang dicoba juga oksitosin, tetapi
dalam larutan yang lebih lemah. Namun jika his tidak menjadi
lebih baik dilakukan seksio sesarea (Fauziyah, 2014:103).
e. Faktor Resiko Pada Masa Nifas
1) Atonia Uteri
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan, sedangkan
atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan
pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-
serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta, dengan kata
lain atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium
tidak berkontraksi. Penyebab dari terjadinya atonia uteri
adalah umur, multiparitas, jarak kehamilan yang terlalu
dekat, partus lama, malnutrisi atau anemia, overdistention
uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi (Wuryanti,2010).
2) Infeksi
Karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kebersihan
anggota genetalia dan kurangnya pengetahuan ibu
30

mengenai tanda dan gejala infeksi post partum


menyebabkan seringkali terjadinya infeksi pada masa nifas.
f. Faktor Resiko Pada Bayi
1) Prematur
Usia kandungan secara umum adalah 37-42 minggu. Jika
kehamilan melebihi 42 minggu dianggap sebagai postmatur.
Sebaliknya jika terjadi sebelum 37 minggu kelahiran itu
dianggap prematur atau tidak cukup bulan. Kelahiran
prematur yang lahir kurang dari 37 minggu. Hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan
berkurang. Bayi yang tidak cukup bulan sering kali terancam
oleh bahaya maut. Khususnya, jika kelahiran bayi terjadi
terlalu awal, yaitu sebelum 7 bulan dan berat bayi kurang dari
1500 gram. Sebab pertama kematian bayi yang tidak cukup
bulan ialah sestem pernafasan, otak dan hati yang belum
matang untuk menjalankan tugas seperti pernafasan (Indriati,
2011).
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya
akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan
berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
2) Cacat Bawaan
Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur
organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya kelainan genetika, dan
kromsom, infeksi, virus rubella, serta faktor gizi dan kelainan
hormon.Kehamilan di bawah umur 20 tahun bisajuga
disebabkan dari proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti mengkonsumsi obat-obatan atau dengan loncat-loncat
dan memijat perutnya sendiri.
3) BBLR
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan yang kurang dari
2500 gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi
31

saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun, dapat
juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu
hamil.
4) Kematian Bayi
kematian bayi adalah kematian yang terjadi pad saat bayi lahir
sampai satu hari sebelum hari ulang tahun pertama. Dari sisi
penyebabnya kematian bayi dibedakan oleh faktor endogen
dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian bayi
neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan
pertama sejak bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh
faktor yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orang tuanya
pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama
kehamilan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post
neonatal adalah kematian bayi yang terjadi antara uisa satu
bulan atau sampai satu tahun disebabkan oleh faktor yang
berkaitan dengan pengaruh lingkungan (Sudariyanto, 2011
dalam Kusuma, 2012).
g. Diagnosis kehamilan dengan resiko tinggi
Penentuan diagnosis kehamilan dengan resiko tinggi pada ibu
maupun janin dilakukan dengan jalan :
1) Melakukan anamnesa yang intensif (baik)
2) Melakukan pemeriksaan fisiks
3) Melakukan pemeriksaan penunjang seperti :
1. Pemeriksaaan laboratorium
2. Pemeriksaan rontgen
3. Pemeriksaan USG
h. Penggolongan Kehamilan dengan Resiko Tinggi :
Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko
tinggi adalah ibu dengan :
1) Riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang
baik. Contoh: riwayat keguguran, perdarahan pasca lahir,
lahir mati.
2) Tinggi Badan Ibu Hamil <145 cm.
3) Bumil yang kurus/berat badan kurang.
32

4) Usia Ibu Hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Sudah memilki anak 4 atau lebih.terlalu sering.
5) Jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun (terlalu
dekat).
6) Ibu menderita anemia berat (hb<8gr %).
7) Perdarahan pada kehamilan.
8) Tekanan Darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan
adanya bengkak pada tungkai.
9) Kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal.
10) Kelainan penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi,
asma, dll.

C. Persalinan
1. Definisi
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif
pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu, jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit (APN, 2012).
2. Tanda-Tanda Persalinan
a. Tanda permulaan persalinan
1) Lightening, yang mualai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke
dalam pelvis minor.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Susah kencing (polakisuria)
4) Ada perasaan sakit di perut dan di pinggang.
5) Serviks menjadi lebih lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
betambah bisa bercampur darah (bloody show).
33

b. Tanda persalinan
1) Penipisan dan adanya pembukaan serviks
2) Keluar air ketuban
3) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
4) Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
3. Fase-Fase dalam Persalinan
a. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga
serviks membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri atas
dua fase, fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten pada kala satu persalinan:
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara bertahap.
b) Pembukaan servik kurang dari 4 cm.
c) Biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam

2) Fase aktif pada kala satu persalinan :


a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih).
b) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan
lengkap (10 cm).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
(APN, 2012).
3) Perubahan Fisiologis
a) Uterus
Kontraksi uterus terjadi mulai dari fundus dan menyebar
ke depan dan bawah abdomen, kemudian berakhir
dengan masa yang paling lama dan paling kuat pada
fundus uterus. Kontraksi mencapai puncak secara
34

bersamaan pada seluruh bagian uterus dan berkurang


bersamaan dengan pembukaan serviks dan
pengeluaran janin.
b) Serviks
Pada kala I persalinan, serviks mengalami penipisan,
yaitu panjang serviks berkurang secara teratur sampai
menjadi sangat pendek. Serviks juga mengalami dilatasi
yang progresif. Pembukaan serviks diukur dengan
menggunakan ukuran sentimeter dengan jari tangan.
c) Janin
Janin dengan lambat melakukan manuver melewati
panggul ibu (penurunan janin).
d) Kontraksi dan Retraksi
Kontraksi tidak seluruhnya terjadi pada serat otot uterus,
tetapi sebagian serat otot yang lain menahan sebagian
dari pemendekan otot uterus dan juga saat relaksasi
tidak rileks sepenuhnya yang disebut retraksi.
e) Perdarahan
Akibat pembukaan serviks, sumbatan pada serviks akan
menghilang dan keluar lendir bercampur darah. Darah
berasal dari pembuluh-pembuluh halus yang pecah
pada pelepasan korion
4) Perubahan Psikologis
Perubahan sikap dan perilaku kebanyakan wanita yang akan
bersalin biasanya dipengaruhi oleh dukugan yang diperoleh.
Menurul Essentials of Maternity Nursing, beberapa respons
psikologis yang dapat diobservasi pada kala I persalinan
adalah sebagai berikut:
a) Interaksi verbal
b) Sikap tubuh dan cara istirahat
c) Kemampuan-kemampuan terutama dalam menerima
pengalaman persalinan
d) Tingkat kekuatan tubuh, lelah, kurang istirahat
e) Reaksi ibu terhadap kontraksi uterus
35

f) Latar belakang budaya


g) Cemas menghadapi persaalinan
Dukungan terhadap perubahan psikologis dapat diperoleh
dari suami, keluarga, lingkungan, teman yang mendukung,
mobilitas, pemberian informasi tentang teknik relaksasi,
percakapan, dan dorongan semangat
5) Asuhan Kebidanan pada Kala I
a) Mengobservasi pemantauan kala I fase laten di lembar
observasi
b) Mengobservasi kala fase aktif di lembar patograf
(1) Denyut jantung janin setiap ½ jam.
(2) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½
jam
(3) Nadi setiap ½ jam
(4) Pembukaan serviks setiap 4 jam
(5) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
(6) Tekanan darah setiap 4 jam dan suhan setiap 2 jam
(7) Produksi urin,aseton dan protein setiap 2-4 jam
(APN, 2012).
c) Memberikan Asuhan sayang ibu
asuhan sayang ibu dalam prose persalinan adalah
(1) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu
(2) Memberi dukungan kepada ibu
(3) Menganjurkan ibu untuk ditemani suami atau
keluarga lainnya
(4) Menghargai privasi ibu
(5) Menganjukrkan ibu untuk makan dan minum selama
proses persalinan
(6) Menyiapkan rencana rujukan bila ada komplikasi
(7) Mempersiapkan perlengkapan dan obat-obatan
(Depkes, 2010).
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai
36

kala pengeluaran bayi. Waktu untuk kala II pada primipara 2 jam


sedangkan 1 jam untuk multipara (APN, 2012).
1) Gejala dan tanda kala dua persalinan:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir dan nulipara umumnya
bercampur sedikit darah
2) Tanda pasti kala dua ditemukan melalui pemeriksaan dalam
(informasi objektif) yang hasilnya adalah :
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
atau membuka vulva.
3) Penatalaksanaan Fisiologi Kala II
Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahu ibu bahwa
dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ibu untuk
meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu
dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok,
atau miring atau dapat mempersingkat kala II.
Pada penatalaksanaan fisiologi kala II ibu memegang
kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan
hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang
efektif dan benar. Perlu diingat bahwa sebagian besar daya
dorong untuk melahirkan bayi adalah kontraksi uterus.
Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk
mengeluarkan bayi.
4) Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam
menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul
saat kepala melewati panggul. Gerakan janin dalam
persalinan menurut APN (2012) adalah sebagai berikut :
37

a) Engangement
Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal
melewati PAP dengan sutura sagitalis melintang dijalan
lahir dan sedik fleksi. Saat kepala masuk PAP dengan
sutura sagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal
kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut
sinklitismus. Sedangkan apabila sutura sagitalis lebih dekat
ke promontorium atau ke simfysis maka hal ini disebut
Asinklitismus.
b) Penurunan Kepala
(1) Dimulai sebelum onset persalinan atau inpartu.
Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan
mekanisme lainnya.
(2) Kekuatan yang mendukung menurut Varney (2010)
(3) Tekanan cairan ambnion
(4) Tekanan langsung fundus pada bokong
(5) Kontraksi otot-otot abdomen
(6) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang
belakang
c) Fleksi
(1) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong
maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks,
dinding panggul atau dasar panggul.
(2) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka
diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah manjadi
suboksipitobregmatika 9cm.
(3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin.
(4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas
teraba daripada ubun –ubun besar.
d) Rotasi Dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah
janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai ke
simfysis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian
38

terendah janin adalah UUK maka akan memutar kedepan


sampai berada dibawah simpisis.
Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk
menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam
terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini
terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina)
atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam
UUK mengarah ke jam 12. Sebab terjadinya putaran paksi
dalam yaitu :
(1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang
kepala pada letak fleksi
(2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling
sedikit yang disebelah depan atas yaitu hiatus genitalis
antara muskulus levator ani kiri dan kanan.
e) Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput
berhimpit langsung pada margo inferior simfisis fubis.
Disebabkan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala
menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.
Ada dua gaya yang mempengaruhi pada saat kepala janin
masuk kedasar panggul yaitu :
(1) Gaya dorong dari fundus uteri kearah belakang
(2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kea rah belakang.
Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva
dan terjadilah ekstensi.
f) Rotasi luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar
dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada
rotasi dalam.
(1) UUK memutar kearah punggung janin, bagian belakang
kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan
atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu
39

paha ibu. Bila UUK pada mulanya disebelah kiri maka


UUK berputar kearah kiri, bila pada mulanya UUK
disebelah kanan maka UUK berputar kekanan.
(2) Gerakan rotasi luar atau putaran ini menjadikan
diameter biakrominal janin searah dengan diameter
anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu
di anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya
dibagian posterior dibelakang perineum.
(3) Sutura sagitalis kembali melintang.
g) Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi
sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirnya
trochanter depan dan belakang sampai lahir janin
seharusnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang,
badan dan seluruhnya.
5) Posisi Saat Persalinan
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman.
Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II
karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-
plasenter tetap baik.
a) Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa
nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya
untuk beristirahat diantara kontraksi. Keuntungan dari
kedua posisi ini adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu
melahirkan bayinya.
b) Posisi jongkok memungkinkan wanita untuk merasa lebih
terkontrol dan menghasilkan reflex mengedan yang lebih
efektif (Depkes, 2010).
6). Faktor yang mempengaruhi His adalah power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar
(power) terdiri dari :
1. His ( Kontraksi Uterus)
40

His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan


yang terdiri dari kontraksi otot dinding perut, kontraksi
diagfragma pelvis, atau kekuatan mengejan dan
Kontraksi Ligamentum Rotundum.
2. Tenaga Mengejan
Power yang mendorong anak keluar.
Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat :
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
d. Involunter: terjadi diluar kehendak
e. Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-
seling)
f. Terasa sakit
g. Terkoordinasi
h. Kadang bisa dipengaruhi dari luar secara fisik,
kimia, psikis (indriyani, 2016).
c. Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit (APN, 2012).
1) Fisiologi Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus (moimetrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal
dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa
atau semua hal-hal dibawah ini:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
41

b) Tali pusat memanjang.


c) Semburan darah tiba-tiba
(APN, 2012).
2) Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala III jika dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis.
3) Keuntungan manajemen aktif kala III
a) Persalinan kala III lebih singkat.
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah.
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta.
4) Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Masase fundus uteri.
5) Tanda-tanda terlepasnya plasenta
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya
dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas
pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
c) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh
gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruang di
antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
42

melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur


keluar dari tepi plasenta yang terlepas. (APN, 2012)
b. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
dua jam setelah itu. Pada kala IV apabila terjadi rupture perineum
dan robekan dinding vagina lakukan langkah sebagai berikut :
1) Lakukan ekplorasi untuk mengidentifikasi untuk
mengidentifikasi lokal laserasi dan sumber perdarahan.
2) Lakukan irigasi pada tempat luka dan dibubuhi larutan
antiseptik.
3) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap.
4) Lakukan penjahitan luka dengan mulai dari bagian yang paling
distal terhadap operator.
5) Khusus pada ruptur perineum komplit (hingga anus dan
sebagian rektum) dilakukan penjahitan lapis demi lapis
dengan bantuan bougie pada rektum, sebagai berikut :
a) Setelah prosedur antiseptik, pasang bougie rektum
hingga ujung robekan
b) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan
simpul submukosa, menggunakan benang poliglikolik no
2/0 (Dexon, Vicryl) hingga ke spingter ani.
c) Lakukan penjahitan kelapisan otot perineum dan
subukosa dengan benang yang sama atau kromik 2/0
secara jelujur.
d) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara
submukosal dan subkutikuler
e) Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 G dan
metronidazole 1 G per oral). Terapi penuh antibiotika
hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi
ramuan tradisional atau terdapat luka tampak kotor atau
dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda
infeksi yang jelas (APN, 2012).
Asuhan Kala IV Persalinan terdiri dari
43

1) Pantau takanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung


kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Jika ada
temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi penilaian ibu.
2) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
3) Pantau temperature setiap jam dalam dua jam pertama
pascasalin.
4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi
uterus dan bagaimana melakukan masase pada uterus yang
lembek.
6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi, barsihkan dan
bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan
kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan
bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan
baik.
Patograf
a. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dengan informasi untuk membuat keputusan klinik
(APN, 2012).
b. Tujuan utama dari partograf
1) Mencatat hasil observasi dari kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pmeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan penentuan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat asuhan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu
44

dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu


bersalin dan bayi baru lahir. (APN, 2012)
4) Jika di gunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk :
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi
dini penyulit persalinan
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan
bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman,
adekuat, dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
ibu dan bayi.
c. Partograf harus digunakan :
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat.
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses
kelahiran bayinya (APN, 2012).
d. Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan
Selama fase laten semua asuhan, pengamatan, dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah,
baik di catatan kemajuan persalinan maupun di buku KIA atau
KMS ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan
dan intervensi harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi yang harus
di nilai dan dicatat secara seksama :
1) Denyut jantung janin : setiap ½ jam
sekali
45

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam


sekali
3) Nadi : setiap ½ jam sekali
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam sekali
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam sekali
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam sekali
7) Produksi urin, aseton, dan protein : setiap 2-4 jam
e. Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mengintruksikan observasi
dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil – hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan yaitu:
1) Informasi tentang ibu
a) Nama, umur
b) Gravida, para, abortus
c) Nomor catatan medik atau nomor puskesmas
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat
e) Waktu pecahnya selaput ketuban
2) Kondisi janin
a) DJJ
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan (molase) kepala janin
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak
4) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5) Kontraksi uterus
a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
b) Lama kontraksi (dalam detik)
6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
a) Oksitosin
46

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang digunakan


7) Kondisi ibu
a) Nadi, tekanan darah, temperatur suhu
b) Urin (volume, aseton, protein)
c) Mencatat temuan pada partograf
6) Informasi tentang ibu
7) Kondisi Janin
a) DJJ
Catat DJJ dengan menggunakan tanda titik pada garis
yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. DJJ
dipantau setiap 30 menit sekali. Kemudian hubungkan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan
bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf
diantara garis tebal pada angka <200 dan 100.
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan
nilai air ketuban jika selaput ketuban pecah.
a) U: Selaput ketuban masih utuh
b) J: Selaput ketuban sudah pecah berwarna jernih.
c) M: Selaput ketuban sudah pecah bercampur
mekonium.
d) D: Selaput ketuban sudah pecah bercampur darah.
e) K: Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi.
c) Penyusupan (molase) tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
terhadapa bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar
derajat penyusupan atau tumpang tindih antara tulang
kepala semakin menunjukkan risiko disporposi kepala
panggul (CPD). Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau
disporposi ditunjukkan nelalui derajat penyusupan (tumpang
tindih atau molase) yang berat sehingga tulang kepala yang
saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.
47

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan


antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada
di kotak di bawah lajur air ketuban. Dengan lambang :
a) 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dapat dipalpasi
dengan mudah.
b) 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
c) 2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih
dapat dipisahkan
d) 3 : tulang kepala janin saling tumpang tindih, tidak dapat
dipisahkan. (APN, 2012).

D. Nifas
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa dari kelahiran plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney,
2010).
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya ”periode” ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya 4-6 minggu (Cuningham, 2014).
2. Tahap Masa Nifas
Tahap masa nifas dibagi 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setalah 40 hari.
b. Puerperium intermediat yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna terutama jika selama hamil atau sewaktu
persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mnecapai kondisi yang
sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
(Mochtar, 2013).
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Sistem Reproduksi
48

1) Involusi
Involusi atau pengerutan uterus meliputi reorganasi dan
pengeluaran desidua/ endrometrium dan eksfoliasi tempat
pengeluaran plasenta yang ditandai dengan penurunan
ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus (Varney
2007).

Tabel 2.4 Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa
Ovulasi
Involusi Berat
TFU
Uteri Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr
4 minggu Bertambah kecil 50 gr
6 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber : Mochtar, 2013
2) Lochea
Menurut Cuningham, 2014. Pada awal nifas, peluruhan
jaringan desidua menyebabkan timbulnya duh vagina dalam
jumlah yang beragam. Duh tersebut dinamakan lochea dan
terdiri dari eritrosit, potongan jaringaan desidua, sel epitel, dan
bakteri. pada beberapa hari pertama setelah persalinan, duh
tersebut berwarna merah, karena adanya darah dalam jumlah
yang cukup banyak (lochea rubra). Setelah 3-4 hari lochea
berubah menjadi semakin pucat (lochea serosa). Setelah kira-
kira hari ke 10, karena campuran leukosit dan penurunan
kandungan cairan lochea berwarna putih atau putih
kekuningan (lochea alba). Lochea bertahan selama 4-8
minggu stelah persalinan
49

Menurut Mochtar, 2013. Lochea adalah istilah untuk


sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama
puerperium. Lokia terbagi menjadi:
b) Lokia rubra
Lokia ini berwarna merah karena mengandung darah. Ini
adalah lokia yang pertama yang mulai keluar segera
setelah kelahiran dan terus berlanjut selama 2 hingga 3
hari pertama paska partum. Lochea ini mengandung
darah dan jaringan desidua.

c) Lokia sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Muncul
dari hari ke 3 sampai hari ke 7 selama paska persalinan.
d) Lokia serosa
Mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucet dari lokia
berwarna merah muda. Lokia ini berwarna kuning, cairan
tidak berdarah lagi. Lokia ini berhenti sekitar 7 hingga 8
hari kemudian mengandung cairan serosa, jaringan desi
2, leukosit, eritrosit
e) Lokia alba
Mulai terjadi hari ke 10 paska paspartum dan hilang
hingga sekitar periode 2 hingga 4 minggu, warna lokia
alba putih cream dan mengandung leukosit dan sel desi 2
f) Lokia purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
3) Endometrium
Dalam 2-3 hari setelah persalinan, desidua yang tersisa
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial
menjadi nekrotik dan meluruh masuk ke dalam lochea.
Lapisan basal yang berdekatan dengan myometrium tetap
utuh dan merupakan sumber endrometrium baru.
Endrometrium tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar
endomrtrium dan stroma jaringan ikat integlandular.
50

Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali


pada tempat perlekatan plasenta. Dalam waktu satu minggu
permukaan menutupi epitelium. Endrometrium yang kembali
sempurna pada semua specimen biopsy yang diambil pada
hari ke 16 di bangsal. Endrometritis secara histologis
merupakan bagian dari proses perbaikan normal. Selain itu,
perubahan inflamasi mikroskopis yang merupakan ciri
salpingitis akut terlihat pada hamper sebagian wanita
pascapartum antara hari ke 5-15. Akan tetapi hal tersebut
tidak menunjukan infeksi. (Cuningham, 2014).

4) Serviks
Setelah persalinan bentuk seviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir
tangan masih bisa di masukan ke rongga rahim, setelah 2 jam
dapat di lalui oleh 2 sampai 3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilaui 1 jari (Mochtar, 2013).
5) Vagina
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar.
Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot
vagina kembali, celah vagina tidak lebar. Sekarang vagina
menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan
umumnya longgar (Varney, 2010).
6) Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut.
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan
plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar
pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Sampai hari ke tiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
51

payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara


menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak dan rasa sakit. Sel – sel acini yang menghasilkan
ASI juga berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, reflex saraf
merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi
hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting.
Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa
sel – sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih
banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup
lama. (Mochtar, 2013)
7) Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon
menjadi kosong (Varney, 2010).
8) Sistem Perkemihan
Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air
kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin saat
persalinan sehingga menimbulkan trauma pada saat
puerperium (Varney, 2010).
9) Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon –
hormon yang berperan dalam proses tersebut.
a) Hormon plasenta
Selama periode post partum terjadi perubahan hormone
yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormone-hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormone plasenta menurun dengan cepat
setelah persalinan.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari
52

ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae


pada hari ke-3 post partum.
b) Hormon Oksitosin
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas
otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah perdarahan.
c) Hormon Pitiutary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan
LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi(Myles, 2011).
10) Sistem Hematologi dan Kardiovaskular
Hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama
pada masa post partum.
Pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan
naik dan pada SC haemokonsentrasi cenderung stabil dan
akan kembali normal setelah 4-6 minggu(Myles, 2011).
11) Perubahan Dinding Abdomen
Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding
ini meregang selama kehamilan. Pemisahan otot rektus
abdomen pada peurpera disebut diastasis rekti. Pemeriksaan
abdomen pascapartum dilakukan 2 hari post partum
normalnya 2 cm. Diastasis rekti ini diukur menggunakan lebar
jari ketika otot-otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika
otot-otot tersebut relaksasi (Varney, 2010).
4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
53

Menurut Myless, 2011. Periode masa nifas merupakan waktu


dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama pada ibu
primipara. Hal – hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada
masa nifas adalah sebagai berikut.
1) Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa
transisi menjadi orang tua.
2) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Periode ini diekpresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga
tahap berikut ini :
1) Taking in period
Terjadi pada 1 – 2 hari setelah persalinan, ibu masih
pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur
dan nafsu makan meningkat.
2) Taking hold period
Berlangsung 3 –4 hari postpartum, ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima
tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada
masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu
3) Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang
ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.
5. Perawatan Nifas
a. Ambulasi Dini dan senam nifas
Dianjurkan bahwa wanita yang habis melahirkan turun dari
tempat tidur dalam beberapa jam setelah melahirkan. Komplikasi
kandung kemih, konstipasi, trombosis vena masa nifas, dan
54

embolisme paru lebih jarang terjadi pada wanita yang menjalani


ambulasi dini setelah melahirkan (Cuningham, 2014).
b. Senam nifas
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat
mungkin setelah melahirkan,supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali
kepada kondisi normal seperti semula. (Cuningham, 2014).
c. Perawatan Vulva
Pasien harus diinstruksikan untuk membersihkan vulva dari
arah depan ke belakang (vulva ke arah anus). Kompres dingin
pada perineum dapat membantu mengurangi edema dan rasa
tidak enak selama beberapa jam pertama.
d. Istirahat
Seorang wanita dalam masa nifas dan menyusui memerlukan
waktu lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses
penyembuhan, terutama organ-organ reproduksi dan untuk
kebutuhan bayinya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk tidur
saat bayi sedang tidur.
e. Gizi
Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya
2) Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas
3) Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi
ASI, misalnya sayuran hijau (Cuningham, 2014).
f. Miksi
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami kesulitan berkemih karena
sfingter uretra di tekan oleh kepala janin dan spasme akibat iritasi
sfingter ani selama persalinan, juga karena ada edema kandung
kemih yang etrjadi selama persalinan. Apabila kandung kemih
sudah penuh tetapi sulit berkemih sebaiknya dilakukan kateterisasi
(Mochtar, 2013).
g. Defekasi
55

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.


Apabila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi
buang air besar keras dapat diberikan obat laksatif per oral atau
per rektal.
h. Perawatan Payudara
Pada masa nifas, puting payudara tidak memerlukan banyak
perhatian selain pembersihan dan perawatan fisura. Karena besar
kemungkinan terjadi akumulasi susu yang mengering dan
menyebabkan iritasi puting, dianjurkan pembersihan aerola
dengan sabun ringan dan air sebelum dan setelah menyusui.
Kadang-kadang diperlukan pemakaian pelindung susu selama 24
jam atau lebih juka terjadi iritasi. Puting yang melesak atau
mengalami retraksi mungkin mengganggu, namun hal ini biasanya
dapat diatasi dengan menarik secara lembut puting dengan jempol
dan telunjuk (Cuningham, 2014).
i. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak masa kehamilantelah
terjadi perubahan-perubahan pada payudara , yaitu :
1) Profilerasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli, dan
bertambahnya jaringan lemak
2) Pengeluaran cairan susu jolong (kolostrum) yang berwarna
kuning putih susu dari duktus laktiferi, hipervaskularisasi pada
permukaan dan bagian dalam vena-vena berdilatas sehingga
tampak jelas.
3) Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan
progesteron hilang sehingga timbul pengaruh hormon
laktogenik atau prolaktin yang akan merangsang air susu
(Mochtar, 2013).
6. Cara Menyusui yang Baik
Perlekatan bayi yang benar adalah dagu bayi menempel pada

payudara, mulut bayi terbuka lebar, bibir melengkung keluar.Areola lebih

banyak terlihat diatas mulut dari pada dibawah mulut (Myless, 2011).

7. Program dan Kebijakan Teknis


56

Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk


menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.

Tabel 2.5 Program dan Kebijakan Teknis

Kunjungan Waktu Asuhan


a. Mencegah terjadinya perdarahan pada
masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau
salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa
6-8 jam nifas karena atonia uteri.
I setelah d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi
persalinan ibu.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga agar bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
a. Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda – tanda demamm,
6 hari
infeksi, atau kelahiran pasca melahirkan.
II setelah
c. Memastikan ibu mendapat cukup
persalinan
makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit.
e. Memberikankonseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
57

tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi


agar tetap hangat.
2 minggu
a. Sama seperti diatas (enam hari setelah
III setelah
persalinan)
persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit –
6 minggu
penyulit yang dialami atau bayinya.
IV setelah
b. Memberikan konseling untuk KB secara
persalinan
dini.
Prawirohardjo, 2012

8. Resiko dan Kegawadaruratan Obstetri


a. Infeksi nifas
Infeksi Puerpuralis ditandai dengan suhu badan lebih dari 380 C,
terjadi pada 2-10 hari pertama masa nifas, tidak termasuk 24 jam
pertama, karena memang terjadi peningkatan suhu pada hari
pertama. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:
1) Infeksi luka perineum: luka menjadi nyeri, merah dan bengkak
akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan nanah
2) Tromboplebitis : penjalaran infeksi melalui vena sering
terjadidan merupakan penyebab kematian akibat infeksi
puerperalis
3) Infeksi saluran kemih
b. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan dan merupakan
penyebab kematian ibu. Keterlambatan terapi akan menyebabkan
abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi
panggul, sumbatan tuba dan infertilitas.
c. Perdarahan dalam masa nifas
Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan
pergantian pembalut 2 kali dalam setengah jam).Bisa di sebabkan
karena sisa plasenta dan endometritis puerperalis (Myles, 2011).
E. Bayi Baru lahir
1. Definisi
58

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam persentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap
37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan antara 2500-4000
gram (Rukiyah, 2010).
2. Penangan Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan langsung menangis spontan segera setelah
lahir. Bila tidak maka segera bersihkan jalan napas dengan cara :
1) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat
2) Gulung kain dan letakan di bawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur
lurus sedikit menengadah ke belakang.
3) Tepuk kedua telapak kaki bayi 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar (biasanya bayi langsung
menangis).
Kekurangan zat asam pada bayi dapat menyebabkan kerusakan
otak, sangat penting membersihkan jalan nafas. Sehingga upaya
bayi bernafas tidak menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir
ke paru-paru). Lakukan pemompaan apabila dalam 1 menit
pertama bayi tidak bernafas.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting
steril dan diikat dengan pengikat steril.
1) Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu tersedia
2) Sediakan gunting steril
3) Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat
c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok
ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya stabil. Mekanisme kehilangan panas :
1) Evaporasi : karena menguapnya cairan ketuban.
59

2) Konduksi : melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan


permukaan dingin.
3) Konveksi : terjadi saat bayi terpapar udara sekitarnya yang
lebih dingin.
4) Radiasi : terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi
(Depkes, 2010).
d. Memberi Vitamin K
Suntikan ini diberikan untuk mecegah penyakit hemoragik
bergantung-vitamin K pada bayi baru lahir. Pemberian dosis
tunggal vitamin K 0,05- 1 mg intramuskular dalam wkatu 1 jam
setelah lahir (Cuningham, 2014).
e. Pemberian Obat Tetes/Salep Mata
Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam
bayi lahir. Pemberian Tetrasiklin 1 % / Eritromisin 0,5 % dianjurkan
untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) (Prawirohardjo, 2012).
3. Penilaian Bayi Untuk Tanda-Tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda - tanda
kegawatan atau kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Tanda –
tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir :
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
b. Kehangatan terlalu panas > 38oC atau terlalu dingin < 36oC.
c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar.
d. Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
f. Suhu meningkat.
g. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek dan terdapat lendir
atau darah pada tinja.
h. Bayi terlihat menggigil, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, dan
menangis terus menerus.
4. Reflek-Reflek Pada Bayi Baru Lahir
a. Refleks Moro
60

Refleks ini terjadi sebagai respons terhadap rangsangan yang


mendadak (dikagetkan). Refleks ini kadang biasanya diikuti
dengan tangisan.jika refleks ini tidak ditemukan, hal ini merupakan
ada tandanya kerusakan otak ataau imaturitas.
b. Refleks Grasping/ menggenggam
Refleks genggaman telapak tangan daapat dilihat dengan
meletakan pensil atau jari ditelapak tangan bayi. Jari atau pensil
itu akan digenggam dengan mantap. Respons yang sama juga
ditunjukan dengan cara menyentuh bagian bawah jari kaki
(genggaman telapak kaki).
c. Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana kepala
menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya
fleksi. Tonus otot dapat dilihat padaa respons bayi terhadap
gerakan pasif.
d. Refleks Rooting
Bayi akan memutar kearah sumber rangsangan dan membuka
mulut, bersiap untuk menyusu jika disentuh di pipi atau tepi mulut.
e. Refleks Menghisap dan Menelan
Reflek ini berkembang dengan baik pada bayi yang normal dan
terkoordinasi dengan pernapasan. Refleks ini sangat penting
artinya bagi proses pemberian makan dan cakupan nutrisi.
f. Refleks Babynski
Reflek ini disebut juga reflek hiperektensi jari kaki, terjadi ketika
bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit ke atas dan
menyilang pada kaki, reflek ini menghilangkan setelah satu tahun.
g. Refleks Berkedip dan Kornea
Refleks ini melindungi mata dari trauma (Myles, 2011).
4. Imunisasi
a. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan
untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara
memasukkan semua zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau
secara oral (Rukiyah, 2010).
61

b. Tujuan
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi
kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi
dasar yang wajib dipenuhi oleh bayi, di antaranya: imunisasi BCG,
imunisasi Hepatitisb,imunisasi polio, imunisasi pentavalen dan
imunisasi campak (Rukiyah, 2010).

c. Jenis Imunisasi Dasar


1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang
berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier
pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal. Efek
samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus
pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi
panas Imunisasi HepatitisB
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi
hepatitis ini diberikan melalui intramuskular.
2. Imunisasi polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan
melalui oral.
62

3. Imunisasi Pentavalen
Imunisasi pentavalen merupakan kombinasi dari 3 jenis
vaksin, yaitu DPT, HB, dan Hib. Vaksin pentavalen adalah
kombinasi dari lima vaksin dalam satu : difteri, tetanus, batuk
rejan, hepatitis B dan Haemophilus influenza tipe b/Hib
(bakteri yang menyebabkan meningitis, pneumonia dan otitis).
Vaksin Pentavalen diberikan saat anak berusia 2, 3 dan 4
bulan. Kemudian dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun,
yang kita kenal sebagai imunisasi booster (lanjutan). Berikut
efek samping vaksinasi Hib yang pernah dilaporkan: merah
dan bengkak di tempat penyuntikan dan demam
tinggi. Keluhan tersebut biasanya hilang sendiri dalam 2-3
hari.
4. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak
karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek
samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas (Menkes, 2013)

Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi


Sumber : Depkes RI, 2015
63

F. Keluarga Berencana
Faktor psikologis memengaruhi keputusan dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu : kebutuhan untuk memiliki anak, untuk mencintai dan
dicintai keluarganya, pemikiran bahwa kehamilan dianggap bukti bahwa
kita dicintai (kedua faktor ini merupakan alasan yang umum dilontarkan
oleh remaja yang mengalami kehamilan), keyakinan yang salah bahwa
anak akan menyatukan kembali anak yang retak, rasa takut untuk
mengasuh dan membesarkan anak (indrani, 2012).

1. Metode keluarga berencana alami


a. Metode kalender
Keluarga berencana alami adalah metode “ritmik” yang dikenal
dengan metode kalender. Metode tersebut berdasarkan bahwa
ovulasi pada suatu hari tertentu, kurang lebih 14 hari setelah
periode menstruasi. Metode ini memiliki banyak keterbatasan
karena panjang siklus menstruasi. Metode kalender hanya dapat
memprediksi kapan masa subur wanita dalam siklus
menstruasinya sehingga kemungkinan bisa hamil.
b. Metode ovulasi
Metode ovulasi didasarkan oleh pengenalan terhadap perubahan
lendir serviks selama siklus menstruasi, yang menggambarkan
masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas meksimal masa
subur.
c. Metode suhu bassal tubuh
Metode suhu basal tubuh mendeteksi kapan ovulasi terjadi.
Kejadian ini terjadi karena progesteron yang dihasilkan oleh
korpus luteu, menyebabkan peningkatan suhu tubuh basal.
Metode suhu basal ini sendiri hanya berfungsi untuk emnentukan
kapan ovulasi terjadi dan mengidentifikasi hari-hari subur setelah
ovulasi. Metode ini tidak dapat memperkirakan waktu terjadinya
ovulasi dan hari-hari tidak subur.
b. Metode gejala-suhu
64

Metode gejala suhu (symptom-termal) menggunakan semua tanda


dan gejala sejak munculnya ovulasi. Dengan demikian, metode ini
dilakukan dnegan mengamati lendir dan perubahan suhu basal
tubuh dan menambahkan indikator ovulasi yang lain.
c. Metode amenore laktasi
Metode amenore laktasi kemungkinan digunakan di beberapa
negara yang berkembang jauh sebelum penelitian diinformasikan
bahwa kehamilan jarang terjadi selama enam bulan pertama
setelah melahirkan diantara wanita menyusui dan wanita
memberikan ASI. Petunjuk penggunaan metode amenore laktasi
adalah sebagai berikut :
1) Bayi berusia kurang dari 6 bulan
2) Wanita yang belum mengalami perdarahan pervaginam
setelah 56 hari pascapartum.
3) Pemberian ASI harus merupakan sumber nutrisi yang eksklusif
bagi bayi (indrani, 2012).
O. Metode keluarga berencana nonhormonal
Metode keluarga berencana nonhormonal adalah kondom. Kondom
dibagi menjadi dua yaitu kondom untuk pria dan kondom untuk
wanita :
a. Kondom untuk pria
Merupakan bahan karet (lateks), polyuriten (plastik), atau bahan
sejenis yang kuat, tipis dan elastik. Kondom merupakan alat
kontrasepsi sekali pakai. Kondom sangat efektif untuk mencegah
penularan HIV dan mengurangi resiko penyakit menular seksual.
b. Kondom untuk wanita
Kondom yang terbuat dari polyurethane tipis dengan cincin
dalam fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup,
yang dimasukkan kedalam vagina, dan cincin kaku yang besar
pada ujung terbuka dibagian depan, yang tetap diluar vagina
dan melindungi introitus.
P. Metode keluarga berencana hormonal
a. Pil kombinasi
65

Mekanisme kerja pil merupakan kombinasi kerja estrogen dan


progestin. Kontrasepsi ini meiliki efektifitas yang tinggi bila
digunakan setiap hari, namun kontrasepsi ini memiliki beberapa
keterbatasan yaitu mahal dan membosankan karena harus
menggunakannya setiap hari dan tidak boleh diberikan pada
perempuan yang menyusui karena dapat mengurangi ASI
(indrani, 2012).
b. Pil kontrasepsi progestin
Pil progestin memiliki kandungan dosis progestin tunggal yang
rendah. Pil ini harus diminum setiap hari pada waktu yang sama.
Keefektifitasan pil ini bergantung pada kemauan klien menaati
dnegan ketak program minum pil mengingat kadar progestin
serum untuk pil akan hilang dalam 24 jam. Keuntungan pertama
pengguna pil hanya mengandung progestin ialah pil tersebut
tidak sama sekali mengandung estrogen sehingga dapat
digunakan oleh wanita sebagai kontrasepsi dikontraindikasikan
baginya karena alasan terkait dnegan estrogen(indrani, 2012).
c. Kontrasepsi suntik hormon
Mekanisme kerja utamanya ialah menekan ovulasi. Suspensi ini
juga menghambat sperma masuk ke dalam vagina dengan cara
mengentalkan lendir serviks. Efek samping yang timbul adalah
perdarahan tidak teratur terjadi terutama selama tiga bulan
pertama, efek samping yang lain adalah nyeri tekan payudara,
timbul jerawat dan peningkatan berat badan (indrani, 2012).
Depo provera merupakan alat kontrasepsi yang memiliki manfaat
buakn saja memberi perlindungan kontrasepsi, tetapi juga
memperbaiki kondisi medis seperti anemia defisiensi zat besi
karena peningkatan haemoglobin karena penurunan menstruasi.
Keuntungan lain depo provera adalah sebagai pilihan metode
kontrasepsi yang tepat untuk remaja sampai wanita usia 40
tahun.
d. implant subderman
Lokasi yang biasanya digunakan untuk penanaman kapsul
adalah bagian dalam elngan atas yang tidak dominan, walaupun
66

implant sebenarnya bisa dimaksudakan di bagian tubuh yang


lain. Di Indonesi dikenal beberapa jenis implant yaitu implanol,
indoplan, sinoplan, jadena.
Q. Metode keluarga berencana dalam rahim.
Ada dua AKDR yakni yang mengandung obat dan tidak
mengandung obat. AKDR yang mengandung obat adalah obat
kontrasepsi yang ditambahkan obat kimiawi kedalam bahan
dasarnya untuk mneingkatkan keefektifan alat dnegan menurunkan
angka kehamilan (Varney, 2010).

.
Tabel 2.6 Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada
wanita menyusui
Persalinan 3 Minggu 6 Minggu 6 Bulan

Metode Amenorea Laktasi

AKDR

Kontap

Kondom

Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi Kombinasi

Prawihardjo,2012
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan


Keadaan yang dapat meningkatan risiko kematian ibu secara tidak
langsung disebut dengan faktor risiko, semakin banyak faktor risiko,
semakin banyak risiko yang akan dtemukan baik pada saat kehamilan,
persalinan, nifas maupun pada bayinya. Kematian ibu erat kaitanya dengan
umur yang mempengaruhi. Terlebih lagi asuhan ini diberikan pada ibu yang
umurnya <20 tahun. Pengaruh dari risiko ini penulis dapat mengamati
melalui asuhan yang dilakukan secara komprehensif dengan masalah
faktor risiko tinggi umur <20 tahun yang dapat menjadikan komplikasi pada
ibu hamil maupun pada saat bersalin dan nifas.

67
68

B. Pendekatan Desain Penelitian (Case Study)


Menurut teori Susilo dan Gudnanto (2011), bahwa studi kasus
merupakan metode yang diterapkan untuk memahami individu lebih
mendalam dengan di praktekan secara integratif dan komprehensif. Hal
ini dilakukan supaya peneliti bisa mengumpulkan dan mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai individu yang diteliti, berikut
masalah yang dihadapi supaya dapat terselesaikan dan membuat diri
individu tersebut berkembang lebih baik.
Pada kasus Ny.H penulis melakukan asuhan komprehensif yang
diawali dengan melakukan pendekatan dan melakukan kunjungan
antenatal sebanyak 1 kali, pada saat pengkajian ditemukan masalah
yaitu ibu hamil dengan resiko tinggi usia <20 tahun, lalu penulis
melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai masalahnya,
pada asuhan persalinan tidak terjadi masalah pada saat persalinan, dan
keadaan bayi sehat, tidak ada kekhawatiran khusus yang ditakutkan
oleh Ny.H dengan keadaan bersalin di usia <20 tahun. Pada masa
kunjungan nifas yang dilakukan 1 kali yakni 2 jam, keadaaan nifas Ny.H
berjalan normal, keadaan bayi pada saat kunjungan neonatus pun tidak
ditemukan komplikasi.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Rancaekek DTP
Kabupaten Bandung pada periode 17 Desember2018 – 01 Februari
2019.
D. Objek Penelitian/Partisipan
Objek Penelitian ini adalah Ny.H dengan usia <20 tahun,
bertempat tinggal KP. Rancakendal, RT. 03 / Rw. 04, , Kab. Bandung.
Provinsi Jawa Barat.
69

E. Metode Pengumpulan Data


1. Kehamilan
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.H G2P0A1
DENGAN RISIKO TINGGI USIA <20 TAHUN
DI PONED PUSKESMAS RANCAEKEK KAB.BANDUNG

Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2018


Waktu Pengkajian : 08.30-09.15 WIB
Nama Pengkaji : Nury Putri Febrianti
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/ Biodata
Nama : Ny. H Nama Suami : Tn. D
Umur : <20 tahun Umur : 20 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : KP. Rancakendal, RT. 03/RW. 04,Kab.Bandung
Telp : 08882022xxx
2. Status Kesehatan
a. Datang pada tanggal : 17 Desember 2108
Pukul : 08.30 WIB
b. Alasan kunjungan ini : Kunjungan ulang
c. Keluhan : Ibu belum siap menghadapi
persalinan
d. Riwayat mensturasi
1) Haid Pertama : Umur 14 tahun
2) Siklus : ± 28 hari
3) Banyaknya : 3-4 kali per hari ganti pembalut
4) Dismenorhe : Tidak ada
5) Teratur/ tidak : Teratur
6) Lamanya : 6 hari
7) Keputihan : Ada ketika menjelang dan setelah
mensturasi, tidak ada rasa gatal,
70

tidak berbau dan tidak berwarna


e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :

Tgl/
Tahun Tempat Jenis Usia Penolo Penyuliy/K Nifas Anak
No Pertolongan Persalinan Kehamilan ng omplikasi
JK TB/BB
1 2017 RS Kuret 19 mgg Dokter Tidak ada Tidak - -
ada
2 Hamil ini

f. Riwayat kehamilan sekarang


1) Hari pertama haid terakhir :13-03-2018
2) Taksiran persalinan : 20-12-2018
3) Usia kehamilan : 38 minggu
4) Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Mual dan muntah
Trimester II : tidak ada keluhan
Trimester III : tidak ada keluhan
5) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada usia
kehamilan 16 minggu / 4 bulan dan gerakan masih aktif
sampai sekarang.
6) Keluhan atau penyulit selama kehamilan sekarang :
Tidak ada keluhan yang dirasakan.
g. Imunisasi
imunisasi TT1: dilakukan pada saat menjadi calon pengantin
di bulan januari tahun 2017.
Imunisasi TT2: dilakukan pada kehamilan pertama pada
tanggal 16-06-17.
Imunisasi TT3: Pada saat usia kehamilan 16 minggu pada
kehamilan kedua oleh bidan di praktik mandri bidan.
71

h. Pola sehari-hari

NO Pola Sehari-hari Sebelum Hamil Saat Hamil


1. Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi Jenis 3x/hari, porsi piring sedang 3 /hari, porsi piring sedang
makanan Nasi, dan lauk pauk Nasi dan lauk pauk dan cemlan lainya
Makanan Tidak ada Tidak ada
pantangan
b. Minum
Jenis minum
Frekuensi Air putih ,teh Air putih, teh, susu
8 gelas/hari 10-12 gelas/hari
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 4/hari 5x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning feces Kuning feces
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola Istirahat 1 jam 1 jam
Siang/Malam 8 jam 8 jam
4. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi 2x/hari 2x/hari
Keramas 3x/minggu 3x/minggu
Perawatan Dibersihkan menggunakan Di bersihkan menggunakan babyoil
payudara babyoil sebelum mandi Sebelum mandi 3x/minggu
3x/minggu

Perawatan vulva Saat cebok di bersihkan dari Saat cebok di bersihkan dari arah
arah depan ke belakang depan ke belakang lalu dikeringkan
mengunakan tissu
5. Pola Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan Ibu mengerjakan pekerjaan rumah
rumah sendiri dibantu oleh keluarga
6. Pola Seksual 3 kali/minggu 2kali/ minggu

i. Riwayat Kontrasepsi :
Kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu mengatakan
pernah menggunakan kb suntik 3 bulan selama 3 bulan dan
yang terakhir menggunakan PIL selama 1 bulan.
j. Ibu mengatakan sering mengkonsumsi tablet Fe tetapi
belum mengetahui waktu yang tepat untuk meminum tablet
Fe, Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
72

sistemik seperti jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM,


hipertensi, epilepsi.
k. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik
seperti jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi,
epilepsi.
l. Riwayat Sosial
1) Perkawinan ini merupakan perkawinan yang pertama
bagi ibu dan suami, usia ibu saat menikah 17 tahun,
dengan suami umur 20 tahun,dan belum mempunyai
anak.
2) Kehamilan ini direncanakan dan ditunggu-tunggu oleh
ibu dan keluarga.
3) Ibu merasakan dukungan suami dan keluarga sangat
mendukung dengan kehamilan ini.
m. Data Sosial
1) Ibu mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan karena
telah dijelaskan oleh bidan sebelumnya.
2) Ibu sudah mengetahui sebgian tanda-tanda persalinan.
3) Ibu sudah mempersiapkan perlengkapan bayi dan
perlengkapan ibu untuk bersalin.
4) Persiapan komplikasi persalinan (pendonor darah,
persiapan biaya melahirkan, persiapan transportasi
untuk persiapan rujukan) : Ibu sudah mempersiapkan.
5) Ibu mengatakan petugas kesehatan yang diinginkan
dalam membantu proses persalinan adalah bidan dan
bertempat di puskesmas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 81x/menit
P : 20x/menit S : 36 ˚C
3) Tinggi badan : 157 cm
4) BB saat haml : 81 kg
73

5) Berat badan
sebelum hamil : 69 kg
6) IMT : BB = 69 = 69 = 25,46
TB 1,47 2.16
7) Kategori : normal weight
8) Kenaikan berat badan seharusnya :11 s.d 16 kg
9) Kenaikan bb pada saat hamil: 16 kg
b. Kepala
1) Rambut : Bersih, hitam, tidak rontok
2) Muka : Tidak terdapat oedema
3) Mata : Konjungtiva : merah muda
Sklera mata : putih
4) Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran,
fungsi pendengaran baik.
5) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran.
6) Mulut & gigi : Bibir tidak pucat, tidak ada caries pada
gigi
c. Leher
1) JVP : Tidak ada peningkatan
2) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
3) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
d. Dada dan payudara
1) Dada
a) Jantung : Bunyi jantung reguller
b) Paru : Bunyi paru vesikuler
2) Payudara
a) Bentuk : Simetris
b) Putting susu : Menonjol pada kedua puting
c) Pengeluaran : Ada kolostrum
d) Rasa nyeri : Tidak ada
e) Benjolan : Tidak ada
f) Striae : Tidak ada
g) Keadaan : Bersih
74

e. Pemeriksaan kebidanan
1) Abdomen
a) Inspeksi : Perut membesar sesuai usia
kehamilan, tidak ada striae, tidak
ada bekas luka, tidak ada oedema
dan tidak ada acites
b) Palpasi
TFU : 30 cm
Leopold I : Teraba bagian janin yang bulat,
lunak, tidak melenting
Leopold II : Kanan : Teraba bagian janin yang
keras dan memanjang
Kiri : Teraba bagian kecil
Leopold III : Teraba bagian janin yang bulat,
Keras, tidak dapat di goyangkan,
sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergent
Perlimaan : 2/5
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ): (30-11) x 155=
2645 gram
c) Auskultasi
DJA : 139x/menit
Tempat : Sebelah kanan perut ibu
PM : 3 jari dibawah pusat
f. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : keadaan bersih, kuku tidak pucat, tidak oedema,
LILA 33 cm
Bawah : keadaan bersih,kuku tidak pucat, tidak oedema,
tidak ada varises, reflex patella kanan dan kiri positif
g. Genitalia
1) Vulva/ vagina
Oedema : Tidak ada
Keadaan : Bersih, tidak ada varIces
75

2) Kelenjar bartholini
Pembengkakan : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
3) Kelenjar skene
Pengeluaran : Tidak ada
h. Anus
Haemoroid : Tidak ada
2. Data Penunjang
Hemoglobin : 11,4 gr/dl
Golongan Darah :A
Glukosa : Negatif
Protein Urine : Negatif
C. DATA ANALISA
1. Diagnosa : G2P0A1 usia kehamilan 38 minggu janin
hidup tunggal presentasi kepala intrauterine
2. Masalah : Kehamilan dengan faktor risiko tinggi umur <20
tahun, Ibu masih belum siap menghadapi
persalinan.
D. PENATALAKSAAN
Pukul : 08.30-09.15 WIB
1) Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksan yang
telah dilakukan bahwa ibu dan janin dalam keadaan
baik kemudian menjelaskan kepada ibu bahwa usia
kehamilannya yaitu 38 minggu Dan taksiran persalinan pada
tanggal 20 Desember 2018. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
yang sudah dilakukan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilan yang ke Dua ini ada
risiko kegawatdaruratan karena umur ibu <20 tahun yang tak
terduga seperti perdarahan, anemia, plasenta previa, dan
solusio plasenta. ibu mengetahui dan mengerti.
3) Memberitahu ibu cara perawatan payudara yang baik dan
benar, dengan cara menggunakan baby oil serta di kompres air
76

hangat dan air dingin sebelum di bersihkan menggunakan baby


oil. Ibu mengerti
4) Menjelaskan kepada ibu untuk mengurangi porsinya karena
didapatkan data pada ibu sering mengemil setelah rutin makan
3x sehari dan perhitungan IMT sudah dalam batas maximal
normal weight. maka dari itu harus makan makanan dengan
gizi seimbang. Ibu mengerti.
5) Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai tanda bahaya
yang mungkin terjadi pada kehamilan, misalnya : perdarahan
dari jalan lahir yang tiba-tiba, keluar cairan dari vagina tanpa
ibu sadari, demam yang berkepanjangan, nyeri perut/sakit
kepala hebat atau berkepanjangan, keputihan yang gatal dan
berbau, gerakan bayi yang tidak dirasakan dan segera datang
ke tempat pelayanan kesehatan apabila merasakan salah satu
gejala diatas. Ibu mengerti dan dapat mengulangi tanda-tanda
bahaya dan akan segera memeriksakannya jika salah satu
tanda tersebut muncul. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
6) Mengingatkan kembali kepada ibu pentingnya mempersiapkan
persiapan persalinan dengan komplikasi seperti pendonor
darah, persiapan biaya melahirkan, persiapan transportasi
untuk persiapan rujukan. Ibu mengerti dan akan
mempersiapkannya.
7) Memberitahukan ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti
perut mulas-mulas yang teratur timbulnya semakin sering dan
lama, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar
cairan ketuban dari jalan lahir.
8) Memberi dukungan pada ibu untuk tenang dalam menghadapi
persalinan dan menganjurkan suami serta keluarga untuk
memberi ibu dukungan juga. Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan
9) Memberikan tablet Fe kepada ibu 1x1 dan anjurkan ibu minum
pada malam hari sebelum tidur serta anjurkan diminum dengan
air perasan jeruk atau minuman kemasan yang kaya akan.
77

vitamin C agar tidak mual dan membantu mempercepat


penyerapan obatnya. Ibu mengerti dan akan melakukanya.
10) Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang
tanggal 24-12-2018.

2. Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
PADA NY.H G2P0A1
DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

Tanggal Pengkajian : 21-12-2018


Waktu Pengkajian : 13.00-17.00 WIB
Nama Pengkaji : Nury Putri F
A. DATA SUBJEKTIF
1. Status Kesehatan
a. Datang pada tanggal 21-12-2018 pukul 13.00 WIB
b. Ibu mengatakan merasakan mules sejak pukul 11.00 WIB
mules yang dirasakan ibu semakin kuat, pengeluaran
lendir bercampur darah dan ibu cemas menghadapi
persalinan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
1) Tanda-tanda vital
T/D : 120/80 mmHg N : 83x/menit
P : 23x/menit S : 36,6˚C
b. Kepala
1) Rambut : Bersih, hitam, tidak rontok
2) Muka : Tidak ada oedema
3) Mata : Konjuntiva : merah muda
Sklera : Tidak ikterik
4) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada
pengeluaran. Fungsi pendengaran
78

baik
5) Hidung : Bersih, simetris, tidak ada
pengeluaran.
6) Mulut & gigi : Tidak pucat, tidak ada caries pada
gigi
c. Leher
1) JVP : Tidak ada peningkatan
2) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
3) Kelenjar tiroid :Tidak ada pembesaran
d. Dada dan payudara
1) Dada
a) Jantung : Tidak ada retraksi dinding dada, Irma
jantung regular frekuensi
b) Paru : Bunyi paru vesikuler
2) Payudara
a) Bentuk : Simetris
b) Putting susu : Menonjol pada kedua putting
c) Pengeluaran : Sudah ada kolostrum
d) Rasa nyeri : Tidak ada
e) Benjolan : Tidak ada
f) Striae : Tidak ada
g) Keadaan : Bersih
e. Pemeriksaan kebidanan
1) Abdomen
a) Inspeksi : Perut membesar sesuai usia
kehamilan, tidak terdapat striae,
tidak ada bekas luka, tidak ada
acites
b) Palpasi
TFU : 30 cm
Leopold I : Teraba bagian janin lunak, bulat,
tidak melenting.
Leopold II : Kanan : Teraba bagian janin keras
dan memanjang seperti
79

papan
Kiri : Teraba bagian janin yang
terkecil.
Leopold III : Teraba bagian janin bulat, keras
dan melenting.
Leopold IV : Divergen
Perlimaan : 2/5
Taksiran Berat Badan Janin : (30 - 11) x 155 =
2645 gram
His : 3x10 menit 30 detik
c) Auskultasi
Frekuensi DJJ : 148x/menit
Tempat/PM : Disebelah kanan perut ibu Tiga
jari bawah pusat.
f. Ekstremitas atas dan bawah
1) Atas
a) Bentuk : Simetris
b) Oedema :Tidak ada
c) Keadaan : Bersih, tidak ada kelainan
2) Bawah
a) Bentuk : Simetris
b) Oedema : Tidak ada
c) Varices : Tidak ada
d) Keadaan : Bersih, tidak ada kelainan
e) Reflek patella : Positif pada kedua kaki
g. Genetalia
1) Vulva/vagina
a) Kelenjar skene : Tidak ada
pengeluaran
b) Oedema : Tidak ada
c) Keadaan : ada penngeluaran
d) Pengeluaran pervaginam : Bloodshow
2) Kelenjar bartholini
a) Pembengkakan : Tidak ada
80

b) Rasa nyeri : Tidak ada


3) Pemeriksaan dalam
indikasi mulas yang teratur dengan hasil vulva vagina
tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 4
cm, ketuban utuh positif, tidak terdapat molase,
presentasi belakang kepala UUK kanan depan,
penurunan hogde II, station -1 tidak ada bagian yang
menumbung.
4) Perineum
a) luka parut : Tidak ada
b) kelainan lain : Tidak ada
h. Anus
1) Haemoroid : Tidak ada
C. DATA ANALISA
1. Diagnosa : G2P0A1 parturient 38 minggu kala 1 fase
aktif janin hidup tunggal intauterin presentasi
belakang kepala.
2. Masalah : Ibu merasa cemas menghadapi persalinan.
D. PENATALAKSANAAN
Pukul 13.00-17.00 WIB
1) Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin baik dan rasa mules yang ibu
rasakan adalah hal yang normal dan wajar dialami ibu
bersalin untuk membantu pelebaran jalan lahir, dan setelah
dilakukan pemeriksaan ibu sudah memasuki pembukaan 4
cm. Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
serta mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Mengarahkan ibu untuk berjalan-jalan kecil apabila ibu
masih kuat agar membantu proses penurunan kepala atau
apabila sudah tidak kuat ibu dianjurkan untuk tidur miring
ke arah janin agar ada masukan aliran oksigen kepada
bayinya dan mempercepat penurunan kepala janin. Ibu
melakukan sesuai arahan.
81

3) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan dan minum


agar ibu memiliki tenaga pada saat proses persalinan. Ibu
memakan bubur dan teh manis.
4) Mengajarkan ibu mengenai tekhnik relaksasi pada saat
kontraksi dirasakan agar mengurangi rasa mulas caranya
tarik nafas panjang dari hidung keluar dari mulut. ibu dapat
mengikuti arahan.
5) Mengingatkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil
agar tidak menghambat penurunan kepala, dan ibu
mengerti.
6) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan
menggunakan partograf.
7) Melakukan pemantauan persalinan DJJ, his, nadi setengah
jam sekali. Tekanan darah suhu 2 jam sekali. Pemeriksaan
dalam 4 jam sekali

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA II


PADA NY.H G2P0A1 DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal Hasil Pengkajian


1 21-12-2018/17.00- Subjektif
17.15 WIB Ibu mengeluh mules yang dirasakan semakian sering
dan kuat serta ada dorongan ingin mengedan.
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik,
kesadaran Compos mentis
TD: 120/70 mmHg N: 86x/menit,
P: 22x/meit S : 36,3 o C
2. Abdomen :
DJJ : 144x/menit regular
HIS : 5x10 menit lamanya 50 detik
3. Genetalia :
Perineum menonjol, Vulva membuka, terdapat
tekanan pada anus, pengeluaran lendir
bercampur darah.
4. Pemeriksaan Dalam :
5. Vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, pembukaan lengkap 10 cm , ketuban
pecah spontan , presentasi belakang kepala UUK
depan, station 0, tidak ada bagian yang
menumbung dan tidak ada molase.
82

Analisa
1. Diagnosa : G2P0A1parturient aterm kala II janin
hidup tunggal intrauteri presentasi kepala
2. Masalah : Tidak ada

17.00-17.15 WIB Penatalaksanaan


1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa persalinan
sudah waktunya dan mengajarkan ibu cara
mengedan yang baik yaitu kepala di angkat ke
dagu, mata di buka dan melihat ke perut,
mengedan di daerah pantat seperti BAB keras,
kedua tangan berada di lipatan paha dan betis,
kaki di lebarkan selebar mungkin dan pantat tetap
di simpan tidak boleh di angkat.
2. Mencuci tangan 6 langkah efektif.
3. Menyiapkan alat dan menyiapkan oksitosin 10 unit
dan alat suntik steril di dalam partus set.
4. Mendekatkan alat-alat partus set
5. Meminta suami atau keluarga ibu untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan. Ibu
ditemani oleh suami dan salah seorang
keluarganya.
6. Observasi DJJ : 142x/menit teratur, Observasi
kemajuan persalinan : tampak kepala bayi
diameter (5-6 cm) depan vulva.
7. Memasang kain kecil, pernel, handuk di atas perut
ibu dan memasang kain dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu.
8. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan
langkah APN 60 langkah.
9. Bayi lahir spontan, langsung menangis,pada pukul
: 17.30 WIB warna kulit kemerahan, pergerakan
aktif, jenis kelamin laki-laki.
10. Menyimpan bayi di atas perut ibu
11. Mengeringkan bayi
12. Mengganti pernel bayi.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA III PADA NY.H P1A1


DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal HasilPengkajian
1 21-12- Subjektif
2018/17.15- Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya, ibu
17.20 WIB mengeluh masih mules dan lemas.

Objektif
1. Keadaan umum ibu : baik
Kesadaran : composmentis
83

2. Pemeriksaan Abdomen :
TFU sepusat Kontraksi uterus baik
Kandung kemih kosong
3. Genetalia:
Tali pusat tampak di depan vulva
Analisa
1. Diagnosa : P1A1 kala III
2. Masalah: Tidak ada.
Penatalaksanaan
1. Melakukan mengecekan bayi kedua. Hasil tidak
ada
2. Meberitahukan ibu bahwa ibu akan dilakukan
penyuntikan oksitosin untuk mencegah
pendarahan.
3. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 Iu secara
IM atau 1/3 paha atas ibu di otot gluteus
maksimus
4. Menjepit tali pusat 3 cm dari umbilikus dan 2 cm
dari klem yang pertama lalu potog tali pusat.
5. Melakukan IMD selama 1 jam.
6. Memeriksa kontraksi dengan hasil kontraksi baik
dan terlihat tanda pelepasan plasenta, uterus
membundar, tali pusat memanjang, dan terdapat
semburan darah tiba-tiba lalu melakukan
penegangan tali pusat terkendali (PTT)
7. Plasenta lahir pukul 17.20 WIB
8. Melakukan masase uterus selama 15 detik,
kontraksi keras.
9. Cek kelengkapan plasenta, plasenta lengkap.
10. Memberitahukan ibu bahwa mules yang
dirasakan ibu adalah hal yang wajar. Ibu
mengerti.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV


PADA NY.H P1A1DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal Hasil Pengkajian


1 21-12- Subjektif
2018 Ibu mengatakan sangat senang karena bayi dan
/17.35- plasentanya sudah lahir tetapi ibu masih terasa lemas
<20.20
WIB
Objektif
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg N : 84x/menit,
R : 22x/menit S : 36,20C
84

2. Pemeriksaan Abdomen :
Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat,
kandung kemih kosong, perdarahan normal
3. Genetalia:
v/v t.a.k, tidak terdapat laserasi jalan lahir,
perdarahan normal
Analisa
1. Diagnosa : P1A1kala IV
2. Masalah : Tidak ada

17.35- Penatalaksanaan
<20.20 WIB 1. Mengajarkan ibu masase uterus selama 15 detik
untuk mencegah pendarahan cara nya
menunjukan bagian rahim yang keras dan
beritahukan ibu bahwa kondisi rahim harus tetap
seperti ini apabila terasa lembek menganjurkan
ibu untuk segera memanggil petugas kesehatan.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
2. Membersihkan ibu dan lingkungan (memakaikan
pakaian dan pembalut pada ibu).
3. Membersihkan alat-alat dengan prinsip
pencegahan infeksi, direndam di air klorin 0,5
selama 10 menit lalu cuci bilas di air mengalir
dengan menggunakan sabun setalah itu alat-alat
di sterilisasikan.
4. Memberikan ibu minum.
5. Menganjurkan ibu setelah 2 jam untuk mobilisasi
dini dimulai dengan miring kearah kanan dan kiri,
duduk lalu berjalan. Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
6. Memberitahu ibu untuk tidak menahan buang air
karena dapat mengganggu proses pengembalian
rahim ke bentuk semula dan menyebabkan
perdarahan. Ibu mengerti dan akan melakukannya
7. mengeringkannya dengan tisu agar tidak lembab
dan mengganti pembalut 4 jam sekali atau jika
pembalut sudah terasa penuh sebelum 4 jam dan
ibu mengerti dan akan melakukannya.
8. Melakukan pendokumentasian kala IV yang
terlampir di Partograf.
85

3. Nifas
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 JAM PADA NY.H P1A1
DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

Tanggal : 21-12-2018
Jam : 23.35-00.35 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Pada tanggal 21-12-2018 , pukul 23.35 WIB Ibu Post Partum 6
jam masih di rawat di PKM RANCAEKEK
2. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, hanya saja masih merasa
mules dan sedikit lemas
3. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Ibu
1) Ibu ditolong oleh bidan, tempat melahirkan di DI PKM
RANCAEKEK
2) Jenis persalinan spontan belakang kepala tanggal 21-
12-2018 jam17.15 WIB. Plasenta lahir spontan lengkap
pukul 17.20 WIB. Ketuban pecah spontan jernih..
Perdarahan ± 150 cc.
3) P1A1 komplikasi selama persalinan : Tidak ada
b. Bayi
1) Lahir tanggal : 21-12-2018
2) Berat badan :2600 gram
3) Panjang badan : 47 cm
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Cacat bawaan : Tidak ada
e. Anus ada : ada
4. Riwayat Diet
a. Jenis makanan : Nasi, lauk, sayur, buah, roti
b. Frekuensi : sudah makan 2x dalam 6 jam post
partum
c. Jenis Minum : Air teh manis dan air putih
d. Frekuensi : 2 gelas teh manis, 1 gelas air putih
86

5. Ibu mengkonsumsi zat besi dari bidan dan tidak mengkonsumsi


jamu- jamuan serta obat-obatan lain.
6. Riwayat Ambulasi Dini
2 jam post partum ibu ke kamar mandi untuk BAK dengan
dibantu suami dan merasa sedikit pusing
7. Riwayat eliminasi
a. BAK : Ibu sudah BAK 2 kali dan ada rasa perih saat
BAK, terakhir
b. BAK :2 jam setelah bersalin
c. BAB : Sejak post partum Ibu belum BAB
8. Ibu menyusui bayinya segera setelah bayi lahir dan menyusui
setiap bayi menginginkan atau menangis, minimal 2 jam sekali
tetapi ibu belum mengetahu teknik menyusui yang benar.
9. Pengeluaran dari vagina ibu, keluar darah berwarna merah dan
normal
10. Keluhan yang dirasakan : ibu mengaku tidak merasakan mual
dan muntah, nyeri perut, panas menggigil, sakit kepala berat,
nyeri/panas saat BAK, nyeri kemerahan pada tingkai, dan
oedema.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) TTV : TD : 110/70 mmHg N: 78x/m
P : 20x/menit S : 36,70C
b. Kepala
1) Muka : Tidak ada oedema
2) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sklera : Putih tidak ikterik
c. Dada dan payudara
1) Bentuk : Simetris
2) Putting susu : Menonjol pada kedua puting
3) Pengeluaran ASI : Terlihat pengeluaran kolostrum
87

pada kedua puting


4) Rasa nyeri : Tidak ada rasa nyeri
5) Benjolan : Tidak ada benjolan
d. Keadaan : bersih
e. Abdomen
1) Tidak terdapat luka bekas operasi
2) TFU : 3 jari dibawah pusat
3) Kontraksi uterus : baik
4) Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
1) Bentuk : Kedua kaki simetris
2) Oedema : Tidak ada
3) Varises : Tidak ada
4) Keadaan : Bersih tidak ada kelainan
5) Reflek patella : Positif pada kedua kaki
6) Homman sign : Negatif
g. Genetalia
1) Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
2) Oedema : Tidak ada
3) Lochea : Rubra berwarna merah
4) Perineum : Terdapat jahitan
5) Haemorhoid : Tidak ada
6) Jumlah pengeluaran : Normal
C. DATA ANALISA
1. Diagnosa : P1A1 post partum 6 jam
2. Masalah :Belum mengetahuiteknik menyusui, tidak
mengetahui tanda bahaya post partum.
D. PENATALAKSANAAN
Pukul 23.35- 00.35WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa secara keseluruhan
keadaan umum ibu baik. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahukan ibu untuk mengkonsumsi tablet penambah
darah sehari satu kali dan memberikan ibu obatnya. Ibu
mengerti dan ibu meminum obatnya
88

3. Meberitahukan ibu agar memperbanyak makan sayur-sayuran


dan ati ayam atau sapi untuk menambah kadar darah yang ada
dalam tubuhnya dan. Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan payudara
dan manfaatnya untuk memperlancar pengeluaran ASI dengan
cuci tangan terlebih dahulu, memasang kapas menggunakan
baby oil serta mengelapnya dan mengkompres kedua payudara
dengan air hangat dan dingin secara bergantian selama 5
menit. Jangan membersihkan dengan menggunakan sabun
karena dapat membuat kering bagian puting.Ibu mengerti dan
akan melakukannya
5. Memberitahu ibu mengenai cara perawatan vulva dengan
membersihkannya menggunakan air dingin dari arah depan ke
belakang. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
6. Memberitahu ibu teknik menyusui yang benar dengan cara
mengeluarkan terlebih dahulu ASI lalu oleskan ke puting
sampai bagian yang berwarna hitam (areola), hal tersebut
dimaksudkan sebagai antiseptik, lalu cara menyusuinya yaitu
kepala bayi berada di siku ibu, bokong bayi dipegang oleh
telapak tangan ibu, perut bayi menempel dengan perut ibu dan
puting masuk ke mulut bayi dengan bagian areolanya untuk
mencegah puting lecet dan agar bayi mendapatkan ASI lebih
banyak. Ibu dapat mempraktekkannya.
7. Mengingatkan kembali pada ibu bahwa rasa mules yang
dialaminya merupakan hal yang normal,dan hal ini terjadi
karena rahim sedang dalam proses pengembalian ke bentuk
awal untuk mencegah terjadinya perdarahan.Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan
8. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya post partum seperti,
demam, penglihatan kabur, perdarahan yang banyak dan
berbau, nyeri abdomen, sembelit, payudara yang bengkak dan
apabila salah satu tanda tersebut dirasakan oleh ibu agar
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.Ibu
mengerti dan akan melakukannya. Serta memberitahu ibu
89

bahwa pada nifas ini jangan di anggap sepele karena ibu juga
mempunyai faktor risiko terjadinya komplikasi melihat umur ibu
<20 tahun seperti infeksi, atonia, dan perdarahan. Ibu mengerti.
9. Memberikan ibu obat yang harus dikonsumsi di rumah yaitu 1
tablet vitamin A (untuk diminum esok hari), paracetamol 3x1,
amoxcilin 3x1 dan tablet Fe 2x1 diminum setelah makan dan
menggunakan air putih.
10. Menjadwalkan kunjungan ulang setelah 3 hari dan ibu bisa
datang sebelumnya jika ibu mengalami keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 HARI


PADA NY.H P1A1 DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal Hasil Pengkajian


1 27-12- Subjektif
2018/ 1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu masih
10.00- memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, dan ibu
10.45 WIB mengatakan tidak merasa kesulitan dalam merawat
bayinya karena keluarga mendukung dan ikut serta
dalam merawat bayinya.
2. Pola nutrisi ibu
a. Makan : 3-4x dalam sehari, jenis makanan
nasi,
daging, sayur-saur, lauk pauk, tidak
adaMakanan pantangan
b. Minum : 7-8 gelas/hari, jenis minuman air putih
dan teh manis.
c. Pola istirahat ibu
Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
d. Pola Eliminasi
BAK : 3-4x/hari
BAB : 1x/hari
Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum Ibu baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. TTV : TD: 110/80 mmHg N : 82 x/menit,
P : 20 x/menit S : 36,50C
4. Muka :
tidak ada oedem, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
5. Payudara :
Bentuk simetris,puting susu menonjol pada
90

keduanya, pengeluaran ASI ada pada kedua


payudara, tidak ada rasa nyeri, keadaan bersih.
6. Abdomen :
TFU pertengahan pusat sympisis, diastasis recti
tidak ada
7. Genetalia : Vulva/vagina tidak ada kelainan, lochea
sanguinolenta
8. Anus : tidak ada hemorrhoid
9. Ekstremitas : Homan sign tidak ada nyerik
Analisa
1. Diagnosa: P1A1 postpartum 6 hari
2. Masalah: Tidak ada
Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada Ibu bahwa
secara keseluruhan bahwa ibu dalam keadaan
baik. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Terus memberi dukungan pada ibu agar tetap
merawat bayi nya dan mengingatkan keluarga
untuk tetap membantu ibu
3. Mengingatkan kembali pada ibu agar tetap
mengkonsumsi tablet Fe serta selalu
memperhatikan pola nutrisi ibu harus
memperbanyak makan sayur-sayuran, daging, ati,
dan lain sebagainya yang mengandung zat besi.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
4. Mengingatkan kembali pada ibu untuk memberi
ASI pada bayinya, dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI sesering mungkin. Ibu
mengatakan setiap 2 jam memberikan ASI kepada
bayinya.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara saat mandi dengan membersihkan
payudara menggunakan baby oil agar payudara
bersih, lalu mengompres payudara dengan air
hangat dan air dingin secara bergantian sebanyak.
Dan memberitahu manfaatnya yaitu untuk
melancarkan pengeluaran ASI dan menjaga
kebersihan payudara. Ibu mengetahui dan dapat
mengulangi teknik perawatan payudara serta akan
melakukannya di rumah.
6. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai tanda
dan bahaya setelah melahirkan yaitu demam tinggi,
pengeluaran yang berbau, nyeri pada perut,
bengkak pada muka dan kaki, bengkak pada
payudara dan puting susu lecet. Ibu mengerti dan
akan segera ke tenaga kesehatan apabila
mengalami salah satu tanda tersebut.
7. Mengingatkan kembali tentang pola nutisi yang
harus ibu konsumsi.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat di saat bayi tidur
91

agar ibu tidak merasa lelah dan cukup istirahat. Ibu


mengerti.
9. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai teknik
menyusui yang benar. Ibu dapat
mempraktekkannya.
10. Memberitahu ibu mengenai jadwal kunjungan ulang
yang harus dilakukan yaitu 8 hari kemudian atau
apabila ibu merasakan ada keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 2 MINGGU


PADA NY.H P1A1 DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal Hasil Pengkajian


1 4-1-2018/ Subjektif
09.00- 1. Ibu merasa senang dan mampu merawat bayinya.
09.55WIB 2. Ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya nifas yang
ibu alami
a. Pola nutrisi ibu
Makan : 3-4x dalam sehari, jenis makanan nasi,
daging, sayur-saur, lauk pauk, tidak
ada makanan pantangan.
Minum : 7-8 gelas/hari, jenis minuman air putihdan
teh manis.
b. Pola istirahat ibu
Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
c. Pola Eliminasi
BAK : 3-4x/hari
BAB : 1x/hari
2. Kontrasepsi : ibu mengatakan belum memakai kb
Objektif
1. Pemeriksaan fisik
2. Keadaan Umum: baik
Kesadaranc omposmentis
Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg N: 78x/menit,
P: 20x/menit S: 36,7°C
3. Kepala
Muka: Tidak ada oedem
Mata: Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih
Bibir : merah muda
4. Leher
JVP : tidak ada peningkatan
Kelenjar getah bening: tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid: tidak ada pembesaran
5. Payudara
Bentuk : Simetris
Puting susu : Menonjol
92

Pengeluaran : ASI, lancar


Rasa nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Keadaan : Bersih
6. Abdomen
TFU : Tidak teraba
Kandung kemih : Kosong
7. Ekstremitas atas dan bawah
a. Ekstremitas atas
Kebersihan : bersih
Warna kuku : merah muda
b. Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak ada
8. Genitalia
Tidak ada oedem, tidak ada varices, tidak ada
haematoma, pengeluaran pervaginam : lochea
serosa
9. Anus : Tidak terdapat haemoroid
Analisa
1. Diagnosa : P1A1 postpartum 2 minggu
2. Masalah : Tidak ada
09.00- Penatalaksanaan
09.55 WIB 1. Memberitahuibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan bahwa secara keseluruhan keadaan
ibu normal.
2. Melakukan bimbingan dalam melakukan senam
nifas pada ibu, serta menjelaskan mengenai
manfaat senam nifas.
3. Mengingatkan kembali dan menganjurkan pada ibu
untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lainnya.
4. Mengingatkan kembali mengenai tablet fe yang
harus di konsumsi ibu dan memperhatikan pola
nutrisi yang harus di konsumsi. Ibu memahaminya
dan selalu meminum tablet Fe.
5. Memberitahu ibu mengenai pentingnya
menggunakan KB, macam macam alat
kontrasepsi, efek samping, keuntungan serta cara
pemakaiannya menggunakan ABPK. Ibu mengerti
apa yang telah dijelaskan , jika ibu mengalami
keluhan segera datang ke tempat.

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 MINGGU


PADA NY.H P1A1 DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal Hasil Pengkajian


93

1 31-01- Subjektif
2018 1. Keluhan
12.30- a. Ibu mengatakan keadaannya sudah lebih baik
13.00 WIB dan tidak mengalami tanda bahaya pada ibu
nifas
b. Ibu merasa senang dan mampu merawat
bayinya.
c. Ibu mengatakan ingin menggunakan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan.
Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda-tanda vital :
TD: 120/80 mmHg N: 80x/menit,
P : 20x/menit S: 36°C
2. Kepala
Muka : Tidak oedem
Mata : Konjungtiva : Merah muda Sklera : putih
Bibir : merah muda
3. Leher
JVP : Tidak ada peningkatan
KGB : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
4. Payudara
Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : ASI, lancar
Rasa nyeri : Tidak ada
5. Abdomen
TFU : Tidak teraba
Kandung kemih : tidak penuh
6. Genitalia
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Oedem : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Haematoma : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : lochea alba
7. Ekstremitas atas dan bawah
a. Atas : Warna kuku tidak pucat, bersih
b. Bawah : tidak ada oedem, tidak ada varises.
8. Anus : Tidak terdapat haemoroid
Analisa
1. Diagnosa : P1A1 postpartum 6 minggu
2. Masalah : Tidak ada

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan bahwa secara keseluruhan
keadaan ibu baik. Ibu mengerti dan merasa
senang.
94

2. Mengingatkan kembali dan menganjurkan pada


ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya selama 6 bulan tanpa makanan
tambahan lainnya.
3. Konseling tentang kontrasepsi untuk menjarakan
kehamilan.

4. Bayi Baru Lahir


ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR 2 JAM
PADA BAYI NY. H DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/ Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny. H
Umur Bayi : 2 jam
Jenis kelamin : Laki-laki
Hari/tgl/jam lahir : 21-12-2018
Panjang badan : 47 cm
Berat badan : 2600 gram
2. Status Kesehatan
a. Tanggal pengkajian : 21-12-2018
b. Riwayat penyakit kehamilan : Tidak ada
c. Riwayat maternal : tidak ada
d. Riwayat neonatal : Bayi lahir dalam keadaan
Normal tanpa adanya
kelainan apapun.
e. Riwayat genetik : Ibu mengatakan tidak ada
riwayat penyakit keturunan
dari pihak keluarga seperti
DM, Hipertensi, Asma, dll.
f. Riwayat keluarga : Ibu mengatakan tidak
Memiliki riwayat penyakit
keluarga dan bayi lahir
darikeluarga yang sehat.
g. Riwayat lingkungan : Lingkungan tempat tinggal
95

keluarga cukup bersih dan


memiliki sanitasi yang baik
(hasil kunjungan rumah).

h. Riwayat persalinan sekarang


1. Tempat melahirkan : DI PKM RANCAEKEK
2. Ibu
Jenis persalinan normal tanggal 21-12-2018 pukul
17.15 WIB. Plasenta lahir spontan lengkap.Ketuban
pecah spontan jernih. Tdak Terdapat laserasi jalan
lahir. Perdarahan ±150 cc.
3. Bayi
Lahir tanggal 21-12-2018 pukul 17.15 WIB. Jenis
kelamin laki-laki, BB : 2600 gram , PB : 47 cm, tidak
mengalami komplikasi. Bayi sudah diberikan salep
mata tetrasiklin 0,5%. Bayi sudah diberikan vitamin K
0,05 cc secara IM di paha kiri Antero Lateral
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik, menangis kuat.
b. TTV : P: 42x/menit S: 36,70C
c. Ukuran BB : 2600 gram
d. Ukuran PB : 47 cm
e. Kepala
1) Ubun-ubun : Datar, tidak ada cekungan
dan tidak ada pembengkakan.
2) Sutura/Molage : Tidak ada
3) Caput/Cephal : Tidak ada
4) Ukuran lingkar kepala : 33 cm
f. Mata
1) Tanda infeksi/perdarahan pada kornea : Tidak ada
2) Kedaan : terlihat kotoran
3) Bentuk : Simetris
4) Kelopak mata : Terbuka
96

5) Konjungtiva : Merah muda


6) Sklera : Putih
7) Reflek pupil : Positif, mengecil
8) Reflek mengedip : Positif
9) Reflek Glabella : Positif
g. Telinga
1) Bentuk : Simetris
2) Letak telinga dengan ujung mata : Sejajar kiri dan
Kanan.
h. Hidung
1) Bentuk : Simetris, normal
2) Keadaan : Bersih
3) Pengeluaran sekret : Tidak ada
4) Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
i. Mulut
1) Bibir dan langit-langit : Normal, bibir tidak
ada kelainan
2) Tidak ada labio palatoschizes, labioschizes dan
labiopalatoschizes
3) Reflek rooting : Positif
4) Reflek sucking : Positif
5) Reflek swallowing :Positif (terlihat pada
saat bayi menyusui).
j. Leher
1) Pembengkakan dan benjolan : Tidak ada
2) tonick neck : Negatif
k. Dada
1) Bentuk : Simetris sejajar kanan dan kiri
2) Puting susu : Sudah terbentuk warna puting
3) Frekuensi nafas : 42x/menit teratur, bunyi paru-paru
vesikuler
4) Frekuensi jantung : 138x/menit teratur, bunyi jantung
regular
5) Tidak ada retraksi dada
97

6) Lingkar dada : 32 cm
l. Bahu, Lengan dan Jari
1) Pergerakan tangan : Aktif
2) Jumlah jari : Lengkap 5/5 di kedua
tangan kiri dan kanan
3) Reflek grasping : Positif kiri dan kanan
m. Sistem Syaraf
1) Reflek moro : Positif
n. Abdomen
1) Bentuk : Simetris
2) Keadaan : Bersih.
3) Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis
tidak ada.
4) Perdarahan tali pusat : Tidak ada
5) Tanda-tanda infeksi : Tidak ada
o. Genetalia
1) 2 testis dalam skrotum sudah turun
2) Penis berlubang pada ujung
p. Panggul
1) Pergerakan panggul dan kekuatan otot : Normal
2) Pada saat digerakkan paha kearah atas dan bawah
kemudian digerakkan lurus kearah samping dan ke
luar tidak ditemukan bunyi “Klik”.
q. Tungkai dan Kaki
1) Bentuk : Simetris
2) Pergerakan : Aktif
3) Jumlah jari : Lengkap 5/5 di kedua kaki kanan
dan kiri
4) Reflek babynski : Positif
5) Refleks walking : Positif
6) Kekuatan otot : Baik
r. Punggung dan anus
Cekungan/benjolan dan pembengkakan pada tulang
punggung tidak ada.
98

s. Anus ada, terdapat mekonium bayi BAB,


t. Kulit
1) Verniks : Ada dilipatan paha dan ketiak
2) Lanugo : Ada di lengan dan bahu
3) Tanda lahir : Tidak ada
4) Warna kulit : Kemerahan
C. DATA ANALISA
1. Diagnosa: NCB SMK 2 jam
2. Masalah : tidak ada
D. PENATALAKSANAAN
Pukul 19.30-20.10 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami
bahwa kondisi bayinya dalam keadaan baik bayi sudah
diberikan salep mata dan vit K pada umur 1 jam. Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjaga kembali kehangatan bayi dengan memakaikan
kembali pakaian bayi dan memberikannya selimut.
3. Memberikan kembali bayi pada ibunya untuk diberikan ASI.
4. Memberitahu Ibu tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir,
seperti sesak nafas, tidak mau menyusu, bayi rewel, suhu
badan panas, pergerakan kurang aktif, kejang, kulit kuning,
perdarahan di tali pusat. Ibu dapat menyebutkan kembali
tanda bahaya pada bayi dan akan segera memeriksakan
bayinya apabila bayi mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
5. Memberitahu Ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada
bayi ( BCG, Polio, Hepatitis, DPT, Campak) serta manfaat dari
pemberian imunisasi tersebut agar Ibu mengimunisasikan
bayinya. Ibu mengerti dan akan mengimunisasikan bayinya.
6. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat, perawatan tali
pusat dengan cara mencucinya dengan sabun kemudian
dikeringkan lalu dibungkus dengan menggunakan kassa
kering tanpa alkohol, agar tali pusat cepat kering dan tidak
terkena infeksi.ibu mengerti dan mampu melakukannya
99

7. Memberitahu ibu untuk selalu menjemur bayinya pada pagi


hari tetapi jangan di atas jam 9 pagi, dengan menjemur badan
bayi secara bergantian bagian depan dan belakang masing-
masing 15 menit tanpa menggunakan pakaian. Ibu mengerti
dan akan melaksanakannya
8. Menjadwalkan kunjungan ulang 3 hari lagi yaitu pada tanggal
23 desember 2018 atau apabila ada keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR 6 HARI


PADA BAYI NY.H DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

Tanggal Hasil Pengkajian


No
1 27-12- Subjektif
2018/ Ibu mengatakan bahwa tali pusat bayi sudah
11.00- puput, dan bayinya sering menyusu dan ibu
11.55 WIB mengatakan tidak ada tanda bahaya yang
terjadi pada bayinya seperti, tidak mau
menyusu, bayi rewel, suhu badan panas,
pergerakan kurang aktif, kejang, kulit kuning,
perdarahan di tali pusat.
Objektif
1. KU : Baik
2. Berat badan :3400 gram
3. Panjang Badan : 47cm
4. Bunyi jantung : 129x/menit teratur
5. Respirasi :47 x/menit
6. Suhu : 36,6°C
7.Pemeriksaan mata: tidak ada tanda-tanda
infeksi pada mata, tidak ada perdarahan
pada mata.
8. Tali pusat terlihat sudah puput
9. Warna kulit kemerahan
10. Gerakan: aktif
11. Tangisan : kuat
12. Eliminasi: BAB 2-3x/hari warna hijau
kehitaman, BAK 6-7x/hari.

Analisa
1. Diagnosa :NCB SMK 6 hari
Masalah : tidak ada
100

Penatalaksanaan
Jam : 11.00- 11.55 WIB
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
bahwa bayi ibu dalam keadaan baik sehat.
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memandikan bayi dengan menggunakan air
hangat dan menggunakan sabun agar selalu
bersih.
3. Mengingatkan kembali untuk menjaga bayi
tetap hangat dan menganjurkan ibu untuk
menjemur bayinya selama ± 15 menit di atas
jam 07.00 pagi dan di bawah jam 09.00 pagi
dengan cara melepas semua baju bayi kecuali
popok kemudian menjemur badan bayi secara
bergantian.
Ibu mengatakan selalu menjemur bayinya
pada pagi hari.
4. Mengingatkan kembali pada ibu tentang
pentingnya imunisasi dasar pada bayi (BCG,
Polio, DPT, Hep B, dan Campak), dan
memberitahu manfaat dan jadwal
imunisasinya. Ibu mengatakan akan
mengimunisasikanbayinya
5. Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda
bahaya pada bayi seperti seperti sesak nafas,
tidak mau menetek, bayi rewel, suhu badan
panas, pergerakan kurang aktif, kejang, kulit
kuning, perdarahan di tali pusat.
Ibu dapat menyebutkan kembali tanda bahaya
pada bayi dan akan segera memeriksakan
bayinya jika ada salah satu tanda bahaya
tersebut muncul.
6. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan
rumah kembali pada tanggal 4januarl 2019
atau bila dirasakan ada keluhan pada bayi ibu,
ibu bisa datang ke puskesmas.

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL 2 MINGGU PADA BAYI NY. H


DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal HasilPengkajian
1 4-1-2018/ Subjektif
08.00- a. Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat,
09.00 WIB menyusunya baik tidak ada tanda bahaya yang
di alami bayi
b. Ibu mengatakan bayi sudah bak dan bab
101

Objektif
1. Keadaanumum : Baik
2. Warna kulit : Kemerahan
3. Tangisan : Kuat
4. Berat badan : 2500 gram
5. Panjang badan :47cm
6. Respirasi : 44x/menit
7. Suhu : 36,80C
8. Frek jantung : 141xmenit / reguler
Analisa
1. Diagnosa: NCB SMK 2 minggu.
2. Masalah : Tidak ada
Penatalaksanaan
Jam 08.00-09.00 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu bahwa bayinya saat ini secara keseluruhan
dalam keadaan baik.
2. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke
fasilitas kesehatan untuk imunisasi BCG untuk
mencegah penyakit TBC dan Polio 1 untuk
mencegah penyakit polio pada saat usia bayi
1 bulan.
3. Mengingatkan kembali pada ibu mengenai
tanda-tanda bahaya bayi baru lahirdan
menganjurkan kepada ibu dan suami untuk
segera membawa bayinya ketempat bidan
atau pelayanan kesehatan lainnya jika
terdapat tanda-tanda bahaya tersebut.
4. Menganjurkan kembali pada ibu untuk selalu
menjaga kehangatan bayi dan menjemur bayi
setiap pagi antara pukul 07.00 sampai 08.00
WIB agar bayi tidak kuning selama 15-30
menit.
5. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2
minggu kemudian kecuali jika ada keluhan. Ibu
sepakat untuk kunjungan ulang

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL 6 MINGGU PADA BAYI NY. H


DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal HasilPengkajian
1 31-05- Subjektif
2018 a. Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat,
11.30- menyusunya baik.
12.00 WIB b. Ibu mengatakan pola eliminasi bayi normal dan
bayi tidur dengan baik
c. Ibu mengatakan bayinya sudah di imunisasi
102

BCG pada tanggal <20-01-2019

Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Warna kulit : Kemerahan
c. Tangisan : Kuat
d. Suhu : 36,70C
e. Berat badan : 2900 gram
f. Panjang badan : 48 cm
g. Frek Napas : 134x/menit
Analisa
1. Diagnosa : Bayi usia 6 minggu
2. Masalah : Tidak ada
Penatalaksanaan
Jam 11.30-12.00 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu bahwa secara umum bayinya saat ini
dalam keadaan baik. Ibu mengerti
2. Mendiskusikan kembali bersama ibu
mengenai pola perawatan dan kebersihan
bayinya.
3. Mendiskusikan kembali bersama ibu
mengenai pemberian ASI ibu untuk bayi
serta tetap menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayinya sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
5. Menganjurkan ibu untuk segera membawa
bayinya ke bidan atau petugas kesehatan
lainnya apabila menemukan tanda bahaya
pada bayinya.

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


PADA NY.H P1A1 DI PKM RANCAEKEK KAB. BANDUNG

No Tanggal Hasil Pengkajian


1 31-01- Subjektif
2018 Ibu sudah pernah menggunakan KB suntim 3 Bulan
13.00- sebelumnya, dan ingin memakai KB suntik 3 bulan
13.30 WIB kembali.

Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
103

Tanda-tanda vital :
TD: 120/80 mmHg N: 80x/menit,
P : 20x/menit S: 36°C
Kepala
Muka : Tidak oedem
Mata : Konjungtiva : Merah muda
Sklera : putih
Bibir : merah muda
Leher
JVP : Tidak ada peningkatan
KGB : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Payudara
Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : ASI, lancar
Rasa nyeri : Tidak ada
Abdomen
TFU : Tidak teraba
Kandung kemih : tidak penuh
Genitalia
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Oedem : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Haematoma : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : lochea alba
Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Warna kuku tidak pucat, bersih
Bawah : tidak ada oedem, tidak ada varises.
Anus : Tidak terdapat haemoroid
Analisa
1.Diagnosa : P1A1 Akseptor KB suntk 3 bulan.
2. Masalah : Tidak ada
13.00- Penatalaksanaan
13.30 WIB Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan bahwa secara keseluruhan keadaan ibu
baik dan ibu bisa menggunakan KB suntik 3 Bulan,
Konseling tentang KB suntik 3 bulan pra dan pasca
pemberian KB, Melakukan persiapan diri, alat, pasien,
dan lingkungan. Menyuntikan KB suntik 3 bulan di
sepertiga paha bagian atas secara IM, Mengisi kartu
akseptor dan kembali ber-KB pada tanggal 24-4-2018.

E. Etika Studi Kasus


1. Menghormati harkat dan martabat manusia menghormati hak-hak
responden untuk
104

a. Mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya studi


kasus : Dengan melalukan pembicaraan mengenai studi kasus
komprehensif ini pada pasien dijelas kan serta dijabarkan manfaat
untuk mahasiswa dan juga untuk pasiennya sendiri sehingga tidak
ada yang ditutupi dari awal.
b. Memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan studi kasus : Dengan tidak
memaksa pasien untuk berpartisipasi dalam menyusun studi
komprehensif ini dan bisa di diskusikan dahulu dengan suaminya.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek studi kasus : Dengan
menutup privasi yang pasein katakan baik pada saat pengambilan data
subjektif maupun obektif.
3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan : Dengan
memberitahu pada pasien manfaat yang akan didapatkan untuk kedua
belah pihak serta menjelaskan juga bahwasanya akan keterikatan
antara pasien dan pengkaji selama 6 minggu dan meminta untu kerja
samanya.
4. Melakukan kerja sama dengan responden : Dengan menjabarkan
kegiatan-kegiatan yang akan pengkaji lakukan dan pasienpun mengerti
dan memperbolehkan melakukanya.
5. Melakukan informed consent : Dengan memberikan pasien surat
persetujuan dengan hitam di atas putih yang di tulis dan di tanda tangani
oleh pasien.
:
BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
1. Asuhan kehamilan
a. Kehamilan ini adalah kehamilan ke 2 dengan faktor risiko tinggi
umur <20 tahun.
b. Ibu belum siap menghadapi persalinan
c. Imunisasi TT tidak sesuai dengan interval waktu dan lama
perlindunganya.
d. Ibu belum mengetahui waktu yang tepat meminum tablet Fe
2. Asuhan persalinan
Kala IV berjalan dengan baik namun masih ada langkah PI yang
tertinggal.
3. Asuhan nifas
Nifas dengan faktor risiko umur <20 tahun.
4. Asuhan bayi baru lahir
Ibu belum mengetahui cara perawatan tali pusat.
5. Pelayanan KB
Ibu memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan untuk menjarakan
kehamilan.
B. Pembahasan Masalah
1. Asuhan kehamilan
Pada Ny.H yang diberikan selama periode antenatal telah
dilakukan sesuai standar pelayanan. Pengkajian dan pemberian
asuhan kebidanan dimulai usia kehamilan 38 minggu.
a. Kehamilan ke 2 menurut teori (Poedji Rochjati,2011)
kehamilan ke 2 pada Ny.H akan mengakibatkan komplikasi
seperti keguguran, anemia pada kehamilan, perdarahan,
gestosis, infeksi karena faktor risiko tinggi umur < 20 tahun.
akan tetapi dalam kehamilan Ny.H ini tidak terjadi komplikasi
tersebut. Akan tetap Pada kehamilan ke 1 Ny.H terjadi
keguguran sesuai menurut teori. Hal ini sesuai dengan teori.

105
106

b. Penelitian yang dilakukakan oleh Angela ( 2014) dalam jurnal


faktor yang berhubungan dengan pelayanan imunisasi ini,
mengatakan bahwa semakin matang usia seseorang maka
semakin matang juga pola pikir seseorang tersebut sehingga
dapat mengambil keputusan yang benar dan logis serta dapat
menanggulangi rasa ketidaksiapan menghadapi sesuatu atau
permasalah. Seperti halnya dengan yang dialami oleh Ny. H
yaitu belum siap menghadapi persalinan karena dilihat dari
faktor umurnya yang kurang dari 20 tahun maka dapat
dikatakan ketidaksiapan mentalnya disebabkan dari belum
matangnya pola pikir karena faktor umur< 20 tahun.
c. Imunisasi TT tidak sesuai dengan interval waktu dan lama
perlindunganya. Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk
membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap
infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan
terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah
diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling
sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada
saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu
kemudian) Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan
TT 2 minimal 4 minggu. Namun dalam kasus Ny. H suntik TT
Seharusnya diulang lagi dari TT pertama karena batas waktu
interval dan lama perlindunganya sudah lewat. (Saifuddin dkk,
2011 ; Depkes RI, 2010) . (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015). Pada
kasus Ny. H ini imunisasi TT tertulis di buku KIA sudah Suntik
TT3. Sedangkan menurut interval waktunya sudah habis dan
masa lama perlindunganya juga sudah hangus jadi harus di
ulang kembali ke TT pertama. Sesuai dengan yang sebenarnya
karena dari TT1 ke TT2 Interval waktunya 4 mgg dan
perlindunganya juga 4 mgg sedangkan Ny. H melakuan suntik
107

TT2 6 bulan kemudian dari TT2 Ke TT3 8 bulan kemudian.


Sehingga keseluruhan Imunisasi TT nya harus di ulang dari TT
pertama kembali.
d. Ny. H sudah rutin meminum tablet Fe akan tetapi belum
mengetahui waktu yang tepat meminum tablet Fe dan cara
yang baik meminumnya yaitu tablet fe baik di minum malam
hari sebelum tidur agar ibu hamil tidak merasakan mual dan
disarankan untuk minum menjelang tidur karena tablet ini baik
di proses saat perut kosong (SPAG, 2017). Serta cara
meminum yang baiknya bersamaan dengan air perasan jeruk
atau minuman kemasan yang kaya akan vitamin C karna zat
besi akan diserap lebih baik dengan bantuan vitamin C (erika
kurnia, 2016).
Dalam pola sehari-hari tidak semua ibu hamil rutin
mengkonsumsi tablet Fe dengan alasan beberapa dari mereka
ada yang mengeluh mual saat mengkonsumsi tablet Fe, ada
yang malas minum tablet Fe dengan berbagai alasan karena
lupa dan lain sebagainya. Melihat dari kepatuhan ibu dalam
mengkonsumsi tablet Fe yang kurang patuh, sehingga
menyebabkan anemia dan harus ditangani segera karena
dapat berdampak bagi ibu saat persalinan nanti. Sehingga,
diperlukan ganggang iru hijau untuk dapat menjadi alternatif ibu
hamil dalam mencegah anemia (Oktaviani, 2014).
Upaya untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu
hamil antara lain dengan pemberian ganggang biru hijau yang
bermanfaat untuk meningkatkan kadar hemoglobin karena zat
besi pada spirulina adalah 28,5 mg / 100 gr bahan. Kebutuhan
zat besi dalam sehari dapat terpenuhi jika mengkonsumsi 100
gr ganggang biru hijau dalam sehari (Astawan, 2008). Menurut
Kabinawa (2006) ganggang biru hijau memiliki kandungan
protein jauh lebih besar dibandingkan kandungan protein susu.
Ganggang renik (mirkoalga) berwarna hijau kebiruan yang
hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup
ekosistem daratan dan ekosistem perairan baik air tawar
108

maupun air laut. Selain zat besi yang tinggi, ganggang biru
hijau juga mengandung nutrisi yang lebih dari bahan pangan
lainnya. Secara garis besar kandungan nutrisi yang berupa
karbohidrat 15-25% serat 8-10% protein 60-70%, lemak 6-8%,
mineral 7-13%, dan kadar air 3%.
Upaya untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu
hamil antara lain dengan pemberian ganggang biru hijau yang
bermanfaat untuk meningkatkan kadar hemoglobin karena
konsumsi 100 gr ganggang biru hijau telah dapat memenuhi
158% dari kebutuhan tubuh akan zat besi dalam sehari. Zat
besi yang terkandung adalah 28,5 mg / 100 gr bahan, dimana
58 kali lebih banyak daripada yang terdapat pada bayam, dan
<20 kali lebih tinggi daripada yang terdapat pada daging.
(Astawan, 2008). Simpulan dari hasil penelitian adalah bahwa
ganggang biru hijau dapat meningkatkan kadar HB ibu hamil (
Fitri dan Dini, 2018). Jadi pada ibu hamil tidak harus di
paksakan meninum tablet Fe yang diberikan di fasilitas
kesehatan, tetapi bisa diganti dengan meminum kapsul
spirulina atau ganggang biru hijau karena dapat meningkatkan
kadar HB ibu hamil.
Asuhan pada Ny.H masih ada beberapa yang tidak sesuai
dengan teori. Tidak ada kesenjangan dalam pemeriksaan antenatal di
lapangan dan yang seharusnya di dalam teori. Selama kehamilan
tidak terjadi komplikasi pada ibu maupun janin akibat kehamilan umur
<20 tahun ini.
2. Asuhan persalinan
Asuhan standar APN masih ada yang tertinggal, Kala IV adalah
kala pengawasan setelah 2 jam bayi dan plasenta lahir untuk
memantau kondisi ibu. Sesuai dengan teori APN (2012) yang
mengatakan bahwa dua jam pertama pasca persalinan merupakan
masa krisis bagi ibu dan neonatus (bayi baru lahir) selama kala IV
petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama
setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua
setelah persalinan. Yang dipantau pada IV adalah tekanan darah,
109

nadi, suhu, tinggi fundus , kontraksi uterus, kandung kemih dan


perdarahan. Pemantauan kala IV berjalan dengan baik sesuai dengan
teori, akan tetapi pada pelaksanaanya ada urutan dari langkah standar
APN 60 langkah yang terlewati yaitu tidak dekontaminasi sarung
tangan bekas pakai air larutan klorin.
Asuhan pada Ny.H ada beberapa sudah sesuai dengan teori.
ada kesenjangan selama proses persalinan di lapangan dan yang
seharusnya di dalam teori. Selama proses persalinan tidak terjadi
komplikasi pada ibu maupun janin akibat kehamilan dengan umur <20
tahun
3. Asuhan Nifas
Nifas dengan faktor risiko umur <20 tahun, ada beberapa
faktor yag akan terjadi, seperti perdarahan post partum, atonia
uteri,dan infeksi. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengntrol perdarahan setelah melahirkan, sedangkan atonia
terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Penyebab terjadinya atonia
uteri adalah umur, multiparitas, jarak kehamilan yang terlalu
dekat,partus lama (Damayanti, 2012).
Patofisiologi masa nifas adalah tempat yang baik sebagai
tumbuhnya kuman di daerah bekas inersio (pelekatan) plasenta.
Inersio plasenta adalah sebuah luka dengan diameter 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyak vena yang di
tutupi oleh trombus. Selain itu kuman dapat masuk melalui serviks,
vulva dan perineum (Sulistyawati, 2009).
Masa nifas pada Ny. H ini berjalan dengan normal dan tida
ada komplikasi yang menyertai sepert yang dikatakan (Damayanti,
2012).
Pada pemeriksaan 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu post
partum ibu tidak didapatkan komplikasi.
4. Asuhan Bayi Baru Lahir
Ibu belum mengetahui cara perawatan tali pusat, sehingga ibu
dan keluarga yang akan merawat bayinya harus mengetahui
tentang cara perawatan tali pusat. Berikut langkah-langkah merawat
tali pusat bayi baru lahir :
110

a. Siapkan air hangat untuk memandikan bayi sekaligus


membersihkan tali pusat.
b. Cuci tangan sebelum mulai merawat tali pusat bayi, jangan lupa
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
c. Buka kasa penutup secara perlahan, pada awal
mula penggunaan kasa, biasanya kasa tersebut lengket akibat
adanya bekas darah atau cairan di sekitar tali pusat.
d. Bersihkan tali pusat, ketika kasa sudah berhasil diangkat, lihatlah
kulit sekitar tali pusat. Apabila masih terdapat sisa darah, atau
cairan yang mungkin mengering, maka bersihkanlah.
e. Keringkan, pertama-tama keringkan terlebih dahulu area tali pusat
(jika basah) dengan kasa steril yang baru dengan tidak
menggosoknya, melainkan menempelkan perlahan.
f. Jangan membubuhkan apapun pada tali pusat Tidak perlu
membubuhkan povidon iodine (betadine), alkohol, bedak, ramuan,
atau apapun pada tali pusat.
g. Lindungi dengan kasa kering, steril, dan tipis prinsipnya jaga agar
selalu kering dan tidak boleh lembab, jadi biarkan tali pusar bayi
terkena udara sesering mungkin.
h. Kenakan popok dan pakaian, jika menggunakan popok kain,
pastikan tidak ada kain popok yang terhubung dengan tali pusar
bayi. Jika menggunakan popok sekali pakai, pastikan berada jauh
dari tali pusat (Ahmad muslihin, 2019).
Asuhan perawatan tali pusat yang berikan pada Ny. H sudah
sesuai dengan teori dan berjalan dengan baik.
5. Keluarga Berencana
Asuhan lain adalah memberikan konseling tentang metode
kontrasepsi yang saat ini ibu memilih KB suntik 3 bulan. Sesuai
dengan teori menurut Prawiharo (2011) mengatakan bahwa pilihan
kontrasepsi yang rasional untuk fase menjarakkan kehamilan adalah :
IUD/AKDR, suntikan, minipil, pil, implan dan sederhana. Sedangkan
waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita
menyusui yang menggunakan MAL pada proses menyusui dan belum
menemukan haid adalah 6 minggu masa nifas. Asuhan yang di berikan
111

sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan teori dengan


praktik. Karena ibu memilih salah metode kontrasepsi untuk
menjarakan kehamilan yang sudah disepakati oleh ibu dan suaminya.
Mekanisme kerja utamanya ialah menekan ovulasi. Suspensi ini
juga menghambat sperma masuk ke dalam vagina dengan cara
mengentalkan lendir serviks. Efek samping yang timbul adalah
perdarahan tidak teratur terjadi terutama selama tiga bulan pertama,
efek samping yang lain adalah nyeri tekan payudara, timbul jerawat
dan peningkatan berat badan (indrani, 2012). Keuntungan lain KB
suntik 3 bulan adalah sebagai pilihan metode kontrasepsi yang tepat
untuk remaja sampai wanita usia 35 tahun.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Penulis telah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny. H mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir
dan KB di puskesmas rancaekek Sejak tanggal 21 desember 2018- 01
Februari 2019 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada masa kehamilan Ny.H dengan faktor risiko tinggi umur <20
tahun dan masalah ketidaksiapan menghadapi persalinan yang
disebabkan oleh kehamilan dengan umur <20 tahun yang bisa
saja terjadi karena faktor psikologis. Masalah pada ibu dapat
diatasi dengan baik dan sesuai dengan teori.
2. Pada proses persalinan Ny.H berlangsung dengan baik dan telah
memenuhi tujuan asuhan persalinan sehingga tidak ditemukan
adanya masalah.
3. Asuhan masa nifas pada telah diberikan sesuai kebijakan
pemerintah dan telah memenuhi tujuan asuhan masa nifas
sehingga tidak ditemukan adanya masalah.
4. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 4
kali dan prosesnya berjalan lancar bayi Ny.H lahir hidup dalam
keadaan sehat dan normal.
5. Asuhan kebidanan kontrasepsi yang diberikan pada kunjungan 6
minggu ibu menggunakan KB suntik 3 bulan.
B. Saran
Berdasarkan asuhan yang telah dilakukan penulis dari tanggal 17
desember 2018 –01 februari 2019, pengkaji memberikan beberapa
saran, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi tenaga kesehatan
a. Meningkatkan penyuluhan kesehatan dan pemberian informasi
tentang risiko yang akan terjadi pada kehamilan umur <20 tahun.

112
113

b. Memberikan dukungan yang lebih pada ibu hamil umur <20


tahun dan menganjurkan kepada keluarga mereka untuk selalu
mendukunganya juga.
c. Selalu mengikuti perkembangan ilmu kesehatan yang terbaru
dalam memberikan asuhan kebidanan dengan mengikuti
seminar kesehatan, pelatihan-pelatihan yang terbaru agar
mengetahui pengulangan seharusnya atau interval waktu dan
lama perlindungan imunisasi TT pada ibu hamil.
d. Selalu mengikuti perkembangan ilmu kesehatan yang terbaru
dalam memberikan asuhan kebidanan agar selalu memberitahu
klien cara meminum tablet Fe serta waktu yang tepat untuk
meminumnya.
2. Bagi Klien
a. Diharapkan pada pihak yang membaca laporan ini khususnya
semua ibu hamil selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin
agar dapat mendeteksi secara dini kemungkinan komplikasi yang
terjadi.
b. Diharapkan pada pihak yang membaca laporan ini serta Ibu
hamil harus menjaga pola nutrisi terutama harus memakan
makanan yang mengandung zat besi yang banyak terkandung
dalam sayur-sayuran hijau dan mengkonsumsi tablet penambah
darah yang diberikan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dapat melakukan pengkajian dan
membaca kasus yang telah ditemukan, sehingga lebih memahami
dan menguasai kasus yang akan dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Angela. 2014. Jurnal yang berhubungan dengan imunisasi TT : Surabaya.

APN. 2013. Komplikasi persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Arikunto Suharsini. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti W, 2016. Asuhan Kebidanan. Jakarta : Salemba.

Astawan, M. (2008). Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Buku Registrasi KIA Puskesmas Rancaekek. 2018. Rancaekek.

Cuningham. 2014. Kebutuhan zat besi. Jakarta : EGC.

Cuningham. 2014. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Damayanti. 2012. Faktor Risiko nifas. Jakarta : Salemba.

Dinas Kesehatan. 2017. Angka Kejadian AKI di Indonesia. Jakarta.

Erika Kurnia. 2016. Tablet Fe pada ibu hamil. Jakarta.

Farid Husin. 2013. Pengertian varises. Jakarta : EGC.

Indriani. 2014. Kehamilan dengan faktor risiko. Yogyakarta : GB.

Indriani. 2014. Anemia pada ibu hamil. Yogyakarta : GB.

Kabinawa. IN. (2006). Spirulina: Ganggang Penggempur Aneka Penyakit.


Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan.

Mocthar. 2013. Antenatal terpadu. Jakarta :EGC.

Myless. 2011. Persiapan persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba,IBG. 2013. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mochtar (2013). Synopsis Obstetri. Jakarta: EGC.


Myless. (2011). Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC.

Nurhayati, Fitri dan Dini Marlina. 2018. Perbedaan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Anemia Sebelum Dan Sesudah Pemberian Ganggang Biru Hijau.
1(1),1-5. Cimahi : ISSN 2654-5411.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.

Oktaviani, dkk. (2016). Profil Haemoglobin Pada Ibu Hamil Dilihat Dari
Beberapa Faktor Pendukung. Volume 4 Nomor 1. Manado: Januari-
Juni 2016.

Prawihardjo. 2012. Pemeriksaan dalam. Jakarta : Salemba Medika.

Prawihardjo. 2012. Kunjungan KB. Jakarta : Salemba Medika.

Prawihardjo. 2012. Perubahan vagina dan perineum. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta.

Varney, Helen. 2010. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.

Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Trans Info Media.

Sari, Ulfa, dan Daulay. 2015. Index masa tubuh pada kehamilan. Jakarta :
Rineka Cipta.

Utami. 2014. Kemampuan pelayana kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

SDKI. (2015). Laporan Pendahuluan Survey Demografi Dan Kesehatan


Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Sudariyanto. 2011. Kehamilan risiko tinggi. Jakarta : Salemba.

Sulistyawati. 2009. Infeksi Nifas. Jakarta : Rineka Cipta.

Susilo dan Gudnarto. 2011. Definisi Studi Kasus. Jakarta : Health hello.

SPAG. 2017. WHO International. Surabaya : GERMAS.

Varney ,H.(2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

WHO. (2014). Maternal Mortality Rate. Tersedia.

Wiknjosastro. 2013. AKI dan AKB. Jakarta : Rineka Cipta.

Wuryanti. 2010. Atonia Uteri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai