PRODI D3 KEBIDANAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tak
lupa ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kami Ibu Yunita
Lestari, S.ST.,M.K.M dan semua pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber
informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang
ada dalam pelajaran Kebidanan Komunitas.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................3
D. Manfaat...............................................................................................3
A. Kehamilan...........................................................................................5
2. Patofisiologi Anemia....................................................................8
3. Etiologi Anemia..........................................................................10
6. Macam-Macam Anemia................................................................11
7. Dampak Anemia...........................................................................12
1. Faktor Dasar....................................................................................14
3. Faktor Langsung.............................................................................15
iii
D. Pencegahan Anemia............................................................................16
1. Pemberian Fe..................................................................................16
I. PENGKAJIAN KELUARGA.....................................................................29
C. Faktor Lingkungan........................................................................................34
E. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................34
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................36
BAB VI PENUTUP..............................................................................................44
A. Kesimpulan.........................................................................................44
B. Saran...................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut,
data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah
sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan
estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak (Depkes, 2014). Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia tidak dapat mencapai target MDG’s 2015 yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup untuk
AKB.
Penyebab kematian ibu langsung di negara-negara berkembang seperti Indonesia
adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Penyebab
kematian langsung tersebut merupakan 35 penyebab kematian ibu terbanyak, penyakit
kematian ibu tidak langsung adalah anemia (Depkes RI dan FKM UI 2005).
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat
besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial
danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena
itulah, anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan jarak keduanya
saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang
utama di negara berkembang dengan
1
tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena
anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya prevalensinya anemia pada ibu
hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani,
2013 dalam Razfi, 2014). Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7
dari 10 wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil
40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9,39%.
Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil yang mengalami anemia
kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010 dalam Razfi, 2014). Mengingat dampak anemia
terhadap angka kematian ibu, maka Kementrian Kesehatan sejak tahun 1975 telah
melakukan upaya penanggulangan dengan pemberian tablet besi yang dapat dilakukan
melalui pelayanan antenatal di sarana kesehatan seperti Puskesmas, dengan rincian 30
tablet pada trimester kedua dan 60 tablet pada trimester ketiga. Menurut Depkes RI
tahun 2008, cakupan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet dari tahun 2003-2008
mengalami penurunan dari 66% menjadi 48%. Selanjutnya hasil Riskesdas tahun 2010
menunjukkan bahwa cakupan konsumsi 90 tablet Fe pada ibu hamil trimester ketiga
hanya sebesar 18%. (Putri, 2012).
Di Desa Kebayan masih banyak ibu hamil yang mengalami anemia karena dari 6
orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada tanggal 02
Februari 2016, 4 ibu hamil mengalami anemia. Di mana, 2 ibu mengalami anemia
ringan, 1 ibu hamil anemia sedang, dan 1 ibu hamil lagi mengalami anemia berat. Untuk
itu, penulis tertarik untuk melakukan “Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. A
dengan Anemia Zat Besi pada Kehamilan di Desa Kebayan”
B. Rumusan Masalah
Berkaitan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. A dengan Anemia dalam Kehamilan di Desa
Kebayan?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8) Diketahuinya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia pada Ny. A.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan sesuai
dengan kebutuhan ibu hamil dengan anemia.
2. Manfaat Praktisi
3
b. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan meningkatkan kemampuan dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil khususnya ibu hamil dengan anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Defenisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional hamil didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Prawirohardjo, 2009)
Kehamilan didefinisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan
terbagi dalam tiga trimester, di mana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke 28 hingga 40) (Saifuddin, 2009).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis dibagi menjadi perubahan yang dapat dilihat dan
perubahan yang tidak dapat dilihat (Saminem, 2009).
Perubahan yang dapat dilihat meliputi:
2) perubahan kelenjar;
3) perubahan payudara;
4) perubahan perut;
5
7) perubahan pada sikap tubuh.
Sedangkan untuk perubahan yang tidak dapat dilihat adalah sebagai berikut.
1) Perubahan pada alat pencernaan
a) Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dua orang, yaitu
ibu dan janin.
b) Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga panggul.
Ureter juga semakin berkelok-kelok dan kendur sehingga menyebabkan
perjalanan urin ke kandung kemih melambat. Kuman dapat berkembang di
kelokan itu dan menimbulkan penyakit.
c) Pada bulan ke dua kehamilan, ibu berkemih karena ureter lebih antefleksi
dan membesar.
5) Perubahan pada tulang
b. Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologi yang terjadi pada trimester I
meliputi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan
meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri
sendiri. Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh,
lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu. (Saminem, 2009).
7
B. Anemia Dalam Kehamilan
2. Patofisiologi Anemia
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester kedua kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke sembilan
dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal
3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. Stimulasi
peningkatan 300-350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara
hormon maternal dan peningkatan eritropoitin selama kehamilan. (Ibrahim dan
Proverawati, 2011).
3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190 mg hilang
selama melahirkan. Dalam Manuaba (2007), disebutkan bahwa kebutuhan Fe
selama hamil dapat diperhitungkan sebagai berikut.
1) Peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr
Jadi, jumlah Fe yang dibutuhkan selama hamil adalah 900 mgr. saat
persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta, ibu akan
kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus mendapatkan kompensasi
dari makanan untuk kelangsungan laktasi..
9
3. Etiologi Anemia
Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga terjadi
pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan sel-sel darah tidak
sebanding dengan pertambahan plasma darah. Berikut adalah perbandingannya.
1) Plasma darah bertambah 30%.
Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat menstruasi, atau
parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta schistosomiasis yang dapat
menurunkan konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk
malaria, kanker, TBC, dan HIV juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan
mikronutrien lain, termasuk vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga
dapat meningkatkan risiko anemia (Benoist, 2008).
b. pusing, lemah;
c. nyeri kepala;
e. kulit pucat;
Hb 9 – 10 g% anemia ringan
Hb 7 – 8 g% anemia sedang
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-
ibu hamil di puskesmas. (Manuaba, 2010).
6. Macam-Macam Anemia
Menurut Prawirohardjo (2010), macam-macam anemia adalah sebagai berikut
(Astarina, 2014).
1) penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan
gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis;
11
2) peningkatan kebutuhan, seperti kehamilan yang sering, banyak atau kembar;
3) infeksi kronis, terutama pada saluran kemih;
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana ukuran sel lebih besar
dari sel darah merah normal. Anemia ini biasanya disebabkan oleh defisiensi asam
folat dan jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Anemia ini sering ditemukan
pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan
protein tinggi (Proverawati, 2011).
c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang
belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo, 2010).
Pada sepertiga kasus anemia dipisu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi,
leukemia, dan gangguan imunologis (Fraser, 2009).
7. Dampak Anemia
Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil, berpengaruh terhadap
kehamilan, persalinan, dam saat masa nifas. Adapun pengaruh anemia terhdap
kehamilan, persalinan dan nifas daoat mengakibatkan sebagai berikut (Astarina, 2014).
a. Dampak Anemia Terhadap Ibu
1) Abortus.
2) Persalinan prematur.
5) Perdarahan antepartum.
1) Gangguan his.
2) Kala I memanjang.
5) Atonia uteri.
1) Subinvolusi.
3) Infeksi puerperium.
6) Infeksi mamae.
13
b. Dampak Anemia Terhadap Janin
Berikut adalah dampak anemia terhdap janin
Asfiksia intrauterin sampai kematian.
IUFD
BBLR
Kelahiran dengan anemia.
Cacat bawaan.
Mudah terkena infeksi.
IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. (Manuaba, 2010)
1. Faktor Dasar
a. Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun akan
meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil
(Sulistyawati, 2009 dalam Nurhidayati, 2013).
b. Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi pendidikan
atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya anemia.
c. Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan
tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan
keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga.
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada partumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim Kasus anemia. defisiensi gizi umumnya selalu disertai
dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk
menjalani pengawasan antenatal.
a. Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda (<20 tahun) perlu
tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.
Sedangkan untuk umur yang tua di atas 30 tahun perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung (Kristiyanasari, 2010 dalam Nurhidayati, 2013).
3. Faktor Langsung
b. Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
c. Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan apakah
bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup
atau mati, tetapi bukan aborsi.
d. Status gizi
Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang
buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi
15
ibu hamil sangatlah penting dilakukan (Nurhidayati, 2013).
e. Penyakit Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu umumnya
adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan terjadinya peningkatan
penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali
menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan
anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia.
D. Pencegahan Anemia
1. Pemberian Fe
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi
dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan
untuk emmenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Di wilayah-eilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga
bulan postpartum (Prawirohaedjo dalam Astarina, 2014).
Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan anemia. Pemerintah saat
ini mulai melihat calon pengantin perempuan sebagai target. Mereka diberikan tablet
tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1 tablet tiap hari selama haid. Dosis mingguan
ini ternyata cukup efekstif dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Asrtarina, 2014).
Selain itu, pendidikan dan peningkatan asupan besi melalui makanan juga
merupakan upaya dalam mencegah anemia. Mengonsumsi makan yang cukup
mengandung kalori, setiap 1000 kkal makanan dari beras mengandung 6 mg Fe.
Meningkatkan makanan yang dapat memacu penyerapan zat besi dan mengurangi
makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi (Arisman, 2007). Selain itu, juga
dengan memberikan penyuluahn tentang tanda dan gejala anemia serta yang
ditimbulkan oleh anemia. (Astarina, 2014).
Pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia.
Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum yang
benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum
tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam
Astarina, 2014).
Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan mebentuk sel darah merah janin dan plasenta.
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 2010 dalam Astarina, 2014).
Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan
Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Jumlah 900 mg Fe
Jarak kelahiran yang pendek mengakibatkan fungsi alat reproduksi masih belum
optimal.
d. Usia kehamilan pertama
Usia di atas 35 tahun merupakan resiko penyulit persalinan dan mula terjadinya
penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi.
e. Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, perokok, pengguna
kopi.
Kecukupan akan zat gizi pada ibu hamil dapat dipantau melalui keadaan
kesehatannya dan berat badan janin saat lahir. Adanya penambahan berat badan yang
sesuai standar ibu hamil merupakan salah satu indicator kecukupan gizi. Pada trimester
pertma sebaiknya kenaikan berat badan 1-2 kg, trimester ke dua dank e tiga sekitar 0,34-
0,50 kg tiap minggu (Tarwoto, 2007).
Total berat kumulatif pada wanita hamil dengan tinggi 150 cm sekitar 8,8 kg –
13,6 kg dan hamil kembar 15,4 kg – 20,4 kg (Arisman, 2004).
Selama hamil, kebutuhan gizi meningkat dibandingkan dengan kebutuhan sebelum
hamil misalnya kebutuhan protein meningkat 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan
besi 200-300 % (Tarwoto, 2007).
Tabel 2.2 Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil (Prasetyono, 2009 dalam Yanti, 2010)
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
Protein 40 g 60 g - Pertumbuhan Susu, keju,
telur, daging,
- Cairan amnion
biji-bijian,
- Pertumbuhan dan
kacang-
perkembangan
kacangan,
plasenta
serealia
- Meningkatkan air
susu dan jaringan
payudara, sirkulasi
Hb, dan protein
plasma
Kalori 2.250 2.550 - Meningkatkan Karbohidrat,
metabolisme lemak, protein,
g G
- Menambah energi umbi-umbian
(tenaga)
- Menghemat
protein
- Mrlindungi dari
penyakit
- Meningkatkan
metabolisme
kalsium ibu
Zat besi 26 g 56 g Kenaikan sirkulasi Hati, daging,
darah dan Hb
telur, beras,
sayuran hijau
(bayam,
kangkung,
19
daun papaya,
dan daun
singkong)
Magnesium 250 g 280 g - Metabolisme Kacang, tahu,
energy dan kakao, hasil
protein laut, beras
- Activator enzim
- Pertumbuhan
jaringan
- Metabolisme sel
dan tulang
Vitamin D 200 IU 400 IU - Mineralisasi tulang Minyak hati,
dan gigi ikan, kuning
- Pertumbuhan dan telur, susu
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
pembentukan
tulang bayi
Vitamin E 12 IU 14 IU - Pembentukan sel Biji-bijian
darah merah yang terutama
sehat gandum, telur,
- Antioksidan kacang-
penguat daya tahan kacangan,
tubuh minyak sayur,
sayuran hijau,
dan susu
Vitamin C 60 g 70 g - Pembentukan Sayuran,
jaringan brokoli, buah-
- Pengikat dengan buahan (jeruk,
pembuluh darah tomat, papaya)
- Antioksidan
penguat daya tahan
tubuh
Asam folat 160 ug 310 ug - Perkembangan Sayuran
saraf dan sel berwarna hijau
darah gelap seperti
- Kebutuhan asam bayam,
folat selama hamil kembang kol,
adalah 800 mcg/ dan brokoli
hari terutama pada Pada buah-
12 minggu buahan asam
pertamakehamilan.
folat banyak
Kekurangan asam
terdapat pada
folat dapat
jeruk, pisang,
mengganggu
wortel, dan
21
pembentukan otak
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
sampai cacat tomat
bawaan pada
susunan saraf pusat
maupun otak janin
Vitamin B6 2,0 mg 2,5 mg - Memperlancar Gandum,
metabolisme jantung, hati,
protein daging, telur,
- Merangsang susu, keju, ikan
partumbuhan janin (chod, sarden),
- Mempercepat serealia dan
pembentukan sel susu kedelai
darah merah yang telah
Menjaga sistem saraf, difortifikasi
otot dan jantung agar
berfungsi secara
B12 1,0 ug 1,3 ug normal
Riboplavin 1,0 mg 1,7 mg Memperlancar Daging, hati,
metabolisme energi
beras, dan
dan protein
kacang-
kacangan
Niasin 10 mg 11 mg Memperlancar Daging, hati,
metabolisme energi
beras, dan
dan protein
kacang-
kacangan
23
E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Anemia
Dalam penerapan praktis pelayanan antenatal menurut Badan Litbang
Depkes RI, standar minimal palayanan antenatal adalah “14 T” yaitu
1) Timbang berat badan (T1). Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali
kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per
minggu mulai trimester kedua.
Penimbangan berat badan sangat penting dalam pengawasan ibu hamil.
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu hamil dari sebelum
hamil, terhitung mulai trimester I sampai trimester III yang berkisar
diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi
terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wiknjosastro, 2005).
2) Ukur tekanan darah (T2). Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90
mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya
preeklampsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3).
I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. Struktur dan Sifat Keluarga
1. Struktur keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sumbawa / Indonesia
Pendidikan Terakhir : SMA
Penghasilan per Bulan : Rp. 1.000.000
Pekerjaan : Petani
Pertemuan Ke : Pertama
Alamat : Desa Kebayan
Usia pertama kali menikah : 25 tahun,KK sehat, keluarga belum memiliki
BPJS
Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan: kurang lebih 2 km
Alat transportasi keluarga: motor roda dua
No Nama/Usia/JK Hub. Pendidika Pekerjaan Gol. Penyakit Yang Kondisi Pengobata Jenis
Keluarga n Darah Sedang/Perna Saat Ini n Yang Jaminan
h Diderita, Dilakukan Kesehatan
Kapan?
1. Ny. N/23 Istri SMA IRT O Saat ini Sehat - -
Tahun/P sedang hamil
anak pertama,
mual muntah
dan pusing
selama awal
kehamilan,
cepat lelah dan
27
merasa lemah,
kulit tampak
pucat serta
nyeri dada dan
sakit kepala
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Jumlah √ √
29
dengan jumlah udara yang masuk cukup, keadaan rumah yang bersih, dan
saluran pembuangan yang tertutu
Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bapak R membawa ibu ke posyandu untuk pemeriksaan dan ke puskesmas
atau BPM untuk memeriksaan kehamilannya .
h. Fungsi Religius
Bpk. R dan ibu salat 5 waktu, selama hamil ibu tidak kuat ikut pengajian di mushola,
hanya mengaji di rumah.
i. Fungsi Rekreasi
Keluarga Bpk. R jarang berekreasi di luar rumah atau ke tempat rekreasi lainnya
terlebih sekarang istri sedang hamil.
j. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk. R sangat mengharapkan dan merencanakan kehamilan ini, apapun jenis
kelamin keluarga menerima. Merencanakan memiliki anak 2, dengan jarak setelah anak
3 tahun
k. Pengambil Keputusan dalam Keluarga: adalah suami, namun akan didiskusikan dengan
istri dan mertua.
l. Kepemilikan Jamban Sehat:Keluarga memiliki jamban sehat, tersedia air bersih, suami
bukan perokok
m. Pendapat tentang Fasilitas Kesehatan Jelaskan Berdasarkan Opini Kepala Keluarga:
posyandu dan puskesmas dan BPM baik dalam memberikan pelayanan kesehatan.
n. Penghasilan KK tetap per Bulan (status sosial ekonomi keluarga) : kurang dari UMR
o. Pengetahuan KK tentang Program-Program Kesehatan
- Desa Siaga : keluarga belum mengetahui desa siaga, menurut keluarga penting
- Tumpeng Gizi Seimbang : tidak tahu, hanya tahu 4 sehat 5 sempurna
- PHBS : tahu, hanya sulit diterapkan
- Penggunaan garam beriodium? Ya
p. Kepemilikan Kendaraan: punya motor, jika ada kegawatdaruratan pinjam mobil di
tetangga
Pengetahuan tentang kesehatan umum, KIA, sumber informasi dan Implementasinya
5 ASI ekskulsif √ ya
6 Menimbang bayi dan balita √ Belum, tapi jika sudah lahir akan
menimbang di posyandu
7 Makan buah dan sayur setiap hari √ Tidak, karena mahal seminggu
sekali, hanya sayur
31
14 Jarak kandang ternak dengan rumah √ Tidak punya
C. Faktor Lingkungan
1. Rumah
- keluarga menempati rumah pribadi dengan bentuk rumah permanen dengan ukuran 8x6,
kontruksi dari bata
Denah Rumah
33
BAB IV
PEMBAHASAN
35
Antisipasi yang telah dilakukan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia
ringan adalah pemeberian terapi yaitu tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet per hari
dan vitamin C dengan dosis 2 x 1 dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan
konseling untuk mengonsumsi makanan yang bergizi serta dapat meningkatkan
kadar Hb ibu.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pemberian Fe selama kehamilan
dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe
juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan
sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang benar
yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam Astarina, 2014).
Pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teori di mana, seorang ibu
hamil diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia yang dialami
oleh ibu serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain tablet Fe, di
Puskesmas Kecamatan Senen, Ny. A yang mengalami anemia ringan juga
diberikan vitamin C. Vitamin C diberikan kepada Ny. A bertujuan untuk
mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh ibu sehingga diharapkan kadar Hb
ibu dapat meningkat. Selain itu, ibu juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama
makanan yang mengandung tinggi zat besi.
Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu tidak lagi
mengalami anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2 gram/dl
menjadi minimal 11 gram/dl. Namun, hal itu tidak dapat terwujud dikarenakan ibu
tidak mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan untuk meminum tablet Fe dan
vitamin C secara teratur. Meskipun kadar Hb ibu mengalami peningkatan, namun
masih dikategorikan anemia ringan di mana pada pemeriksaan ulang yang
dilakukan tanggal 25 Februari 2016, kadar Hb ibu hanya meningkat sebesar 0,4
gram/ dl yaitu menjadi 10,6 gram/ dl. Dan ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012).
Bahaya anemia selama kehamilan adalah abortus, persalinan prematur.
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ancaman dekompensasi kordis
(Hb < 6 gr%), perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba,
2010). Namun, bahaya yang disebutkan ini tidak ditemukan pada Ny. A G3P2A0
di mana selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, penulis pernah
menemukan kelainan-kelainan tersebut. Selama kehamilan Ny. A, tidak pernah
terjadi perdarahan, tidak adanya hambatan dalam tumbuh kembang janin yang
didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan TFU yang masih sesuai dengan usia
kehamilan, serta tidak terjadi KPD sampai dengan proses persalinan. Ny. A pada
akhir kehamilannya mengalami oligohidramnion, namun menurut penulis ini
bukan disebabkan oleh anemia yang dialaminya dan penulis juga tidak
menemukan teori yang menjelaskan hubungan antara anemia dalam kehamilan
dengan terjadinya oligohidramnion.
Bahaya anemia saat persalinan adalah gangguan his, kala I memanjang,
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah, retensio
plasenta, dan atonia uteri (Manuaba, 2010). Bahaya pada persalinan ini juga tidak
ditemukan pada Ny. A. Persalinan Ny. A dilakukan secara Secsio Caecaria di RS
Budi Kemuliaan pada tanggal 01 April 2016 atas indikasi oligohidramnion dengan
hasil indeks cairan amnion 1 cm.
Bahaya anemia pada masa nifas adalah subinvolusi, perlukaan sukar
sembuh, infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia masa nifas, dan
infeksi mamae. Bahaya ini juga tidak ditemukan oleh penulis. Selama masa nifas,
Ny. A tidak mengalami subinvolusi dan infeksi. Pengeluaran ASI ibu lancer
bahkan dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk anemia pada masa nifas, tidak
dapat diketahui oleh penulis karena di Puskesmas Kecamatan Senen tidak
dilakukan pemeriksaan hemoglobin dalam darah namun konjungtiva ibu masih
sedikit pucat. Berdasarkan keadaan konjungtiva tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa Ny. A masih mengalami anemia.
Kasus pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan telah dilakukan sesuai
dengan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal 02 Februari 2016 s/d 01
April 2016 dengan kunjungan ANC sebanyak 4 kali di Puskesmas Kecamatan
Senen, kunjungan rumah 1 kali, dan terakhir di RS Budi Kemuliaan. Kunjungan
ANC terakhir dilakukan di RS Budi Kemuliaan dikarenakan ibu mendapatkan
37
rujukan dari Puskesmas Kecamatan Senen atas indikasi Indeks Cairan Amnion
yang kurang dari 10 cm yaitu 5,2 cm.
Pada setiap kunjungan ANC, asuhan dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan minimal 14T. Terutama T4 dan T6 yaitu pemberian tablet Fe dan
pemeriksaan hemoglobin darah yang dapat mendukung penegakan diagnosis
anemia yang dialami oleh Ny. A serta upaya untuk menanganinya telah dilakukan
di Puskesmas Kecamatan Senen. pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada Ny.
A dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada trimester II tangga 24 November 2015 dan
pada trimester III tanggal 25 Februari 2016.
Ibu diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu yang mengalami
anemia ringan seperti memberikan ibu terapi tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet
dalam sehari, Vitamin C 2 x 1 tablet dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan
konseling untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi serta makanan
bergizi lainnya.
Selanjutnya, tenaga kesehatan menjelaskan pada ibu penyebab terjadinya
anemia ringan yaitu karena kehamilan dan nutrisi yang kurang zat besi dan protein
serta menjelaskan kepada ibu dampak yang akan terjadi apabila tidak segera
ditangani. Selain itu, tenaga kesehatan juga memberitahukan kepada ibu mengenai
masalah potensial yang akan terjadi apabila anemia ringan tidak dapat diatasi
yaitu terjadinya anemia sedang. Penulis bersama tenaga kesehatan juga
melibatkan suami untuk terus memberikan dukungan kepada ibu agar dapat
mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi serta mengikut anjuran tenaga
kesehatan dalam mengatasi anemia yang dialaminya.
Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan
kebutuhan ibu. Namun, asuhan ini masih sangat kurang karena tenaga kesehatan
tidak menjelaskan secara rinci mengenai akibat dari anemia itu sendiri serta tidak
menjelaskan dengan lebih jelas tentang nutrisi dan kebutuhan pada ibu hamil.
Misalnya, tenaga kesehatan tidak menjelaskan berapa yang harus dikonsumsi oleh
Ny.A tersebut makanan yang mengandung zat besi dalam sehari. Selain itu, tenaga
kesehatan juga tidak memberitahu ibu makanan apa saja yang mengandung tinggi
zat besi seperti hati, ikan, telur, dan sayuran hijau. Dengan demikian, kurangnya
asupan nutrisi merupakan penyebab terjadinya anemia pada Ny. A, namun
kurangnya kesadaran ibu ini juga disebabkan oleh kurangnya penjelasan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pada pengkajian data, juga terjadi kesenjangan pada kasus ini. Di mana,
tenaga kesehatan tidak mengkaji dengan lebih rinci mengenai keluhan yang
dirasakan oleh ibu dan tidak mengkaji lebih dalam lagi mengenai pola makan ibu
sehari-hari. Tenaga kesehatan tidak mengkaji porsii makan ibu dalam sehari dan
jenis makanan apa saja yang dimakannya dalam sehari. Hal ini harus dilakukan
agar tenaga kesehatan dapat mengetahui jumlah nutrisi terutama zat besi yang
dikonsumsi ibu dalam sehari, jika jumlah yang dikonsumsi tidak sesuai dengan
kebutuhan ibu maka anemia yang dialaminya tidak dapat diatasi. Hal ini terlihat
dari peningkatan Hb Ny. A yang cukup sedikit yaitu sebesar 0,4 gram/ dl pada
trimester III. Dengan kata lain, peningkatan kadar Hb tidak tercapai dengan
maksimal.
39
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia
ringan, penulis menyimpulkan sebagai berikut.
1) Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I
dan II kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Dengan demikian, penulis menyimpulkan
bahwa Ny. A mengalami anemia di mana kadar hemoglobinnya 10,2 gram/ dl
pada trimester II dan 10,6 gram/. Berdasarkan kadar Hb tersebut, Ny. A
mengalami anemia ringan.
2) Anemia dalam kehamilan pada Ny. A terjadi karena ketidakteraturan dalam
mengonsumsi tablet Fe dan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi seperti sayuran hijau. Ini penulis dapatkan berdasarkan pengakuan dari Ny.
A tersebut.
3) Tanda dan gejala anemia yang terjadi pada Ny. A adalah keluhan ibu yang
mengatakan bahwa ia cepat lelah dan pusing. Selain itu, ditemukan bahwa
konjungtiva ibu sedikit pucat. Semua tanda dan gejala tersebut merupakan tanda
dan gejala dari anemia.
4) Bahaya yang mungkin akan terjadi pada ibu hamil dengan anemia tidak ditemui
pada Ny. A selama kehamilannya. Ibu tidak mengalami abortus, tidak pernah
perdarahan, tidak KPD, dan pertumbuhan janinnya sesuai dengan bertambahnya
usia kehamilan.
5) Pencegahan dan penanganan anemia dilakukan dengan pemberian tablet Fe
selama kehamilan dan pemenuhan nutrisi ibu hamil terutama yang mengandung
tinggi zat besi.
6) Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia tidak berbeda dengan ibu
hamil yang tidak mengalami anemia yaitu sesuai dengan standar pelayanan 14
T. Pencegahan maupun penangan anemia terdapat pada T4
yaitu pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dan T6 yaitu
pemeriksaan Hb. T6 tersebut merupakan program pemerintah untuk mencegah
terjadinya anemia pada ibu hamil sedangkan untuk T6 berfungsi untuk mengetahui
kadar Hb dalam darah seorang ibu hamil sehingga dapat diketahui tingkat anemia yang
dialami oleh seorang ibu hamil.
B. Saran
Pada akhir pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mengharapkan semua
tenaga kesehatan terutama bidan dapat terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
mengenai anemia dalam kehamilan sehingga dapat memberiksan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu. Selain itu, kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh seorang bidan harus
dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dukungan kepada setiap ibu hamil untuk
terhindar dari anemia.
41
DAFTAR PUSTAKA
Astarina, Dita. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara Tahun 2014. Jakarta:
Poltekkes Jakarta III.
Benoist, B.D., McLean, E., Egli, I., and Cogswell, M., 2008. Worldwide
Prevalence of Anaemia 1993–2005 : WHO global database on anaemia.
Switzerland: WHO Press, World Health Organization. Tersedia :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf.
Dhamayani, Sri. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Trimester III
yang Mengalami Anemia dalam Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013. Tersedia :
http://repository.usu.ac.id/. Diakses pada Februari 2016. Fraser, M.
Cooper, A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta : EGC. Gibney,
Michael J., dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Ibrahim
dan Proverawati. 2011. Nutrisi Janin & Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kemenkes RI. Jadilah Kartini Indonesia yang Tidak Mati Muda (Pencanangan
Kampanye Peduli Kesehatan Ibu 2014). Tersedia :
http://www.depkes.go.id/. Diakses pada Juni 2016.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Lampiran :
I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, Ny. N diharapkan mampu mengetahui dan
memahami mengenai tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada anemia.
III. Materi
Tanda-tanda bahaya Anemia
IV. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
V. Media
Leaflet
VI. Kegiatan penyuluhan
43
No. Kegiatan Penyuluhan Peserta
VII. Evaluasi
Menanyakan kembali beberapa topik yang sudah disampaikan.
MATERI PENYULUHAN
1. Anemia
Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih
rendah daripada batas normalnya. Kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak
mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh.
Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ
dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami
gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala.
Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan
dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah dan
kondisi kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem
imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah.
2. Gejala anemia saat hamil yang bisa dialami para ibu:
Tubuh selalu terasa lesu, lemah, dan letih.
Pusing.
Sesak napas.
Detak jantung cepat atau tidak teratur.
Nyeri dada.
Kulit, bibir, dan kuku memucat.
Tangan dan kaki terasa dingin.
Sulit konsentrasi
45
3. Anemia Pada Ibu Hamil
a. Anemia defisiensi zat besi
Adalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan oleh masalah kekurangan
zat besi. Zat besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah
segar yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat
penting untuk mendukung proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi
plasenta tetap optimal. Penyebab utama dari defisiensi zat besi adalah kurang
makan makanan kaya zat besi, seperti protein hewani sejak dari sebelum dan
semasa hamil. Namun, mendapatkan asupan zat besi dari makanan saja tidak akan
cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda sepanjang kehamilan. Kenyataannya,
ketika hamil volume darah akan bertambah hingga 50 persen untuk bisa mencukupi
keperluan diri sendiri dan janin yang sedang tumbuh. Itu kenapa kebutuhan zat besi
harian tubuh juga harus dipenuhi lewat suplemen zat besi, agar terhindar dari
kondisi kekurangan sel darah merah.
Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat (vitamin B9)
dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi. Malabsorpsi artinya
tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini
biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam folat adalah
vitamin yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam
folat adalah untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah
merah dan membentuk DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah
risiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly
hingga 72 persen.
Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah.
Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia
pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti
penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin
B12 dengan baik.
Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu
hamil jenis defisiensi vitamin B12.
47