Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Dosen Pengampu : YUNITA LESTARI, S.ST.,M.K.M

Disusun Oleh Kelompok I :

Debora Sada Moki


Maria Imakulata Bili
Maria Florantina Jaji
Yandi Obi Suru
Sulby

PRODI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRIYA HUSADA SUMBAWA

Tahun Ajaran 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tak
lupa ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kami Ibu Yunita
Lestari, S.ST.,M.K.M dan semua pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber
informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang
ada dalam pelajaran Kebidanan Komunitas.

Sumbawa, 14 Juni 2022

Penulis

 
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................3

D. Manfaat...............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5

A. Kehamilan...........................................................................................5

B. Anemia dalam Kehamilan...................................................................8

1. Pengertian Anemia dalam Kehamilan..........................................8

2. Patofisiologi Anemia....................................................................8

3. Etiologi Anemia..........................................................................10

4. Tanda Dan Gejala Anemia..........................................................10

5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan.............................................11

6. Macam-Macam Anemia................................................................11

7. Dampak Anemia...........................................................................12

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil...........14

1. Faktor Dasar....................................................................................14

2. Faktor Tidak Langsung...................................................................14

3. Faktor Langsung.............................................................................15

iii
D. Pencegahan Anemia............................................................................16

1. Pemberian Fe..................................................................................16

2. Nutrisi Ibu Hamil............................................................................17

E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Anemia..........................26

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................29

I. PENGKAJIAN KELUARGA.....................................................................29

A. Struktur dan Sifat Keluarga..........................................................................29

B. Pola Kebiasaan Sehari – hari........................................................................34

C. Faktor Lingkungan........................................................................................34

D. Keadaan Kesehatan Keluarga.......................................................................34

E. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................34

F. Pengkajian Pengetahuan Terhadap Kesehatan.............................................35

G. Pengkajian Kehamilan Menggunakan Format Kehamilan dan Didokumentasikan


SOAP Kehamilan..........................................................................................35

BAB V PEMBAHASAN......................................................................................36

BAB VI PENUTUP..............................................................................................44

A. Kesimpulan.........................................................................................44

B. Saran...................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut,
data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah
sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan
estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak (Depkes, 2014). Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia tidak dapat mencapai target MDG’s 2015 yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup untuk
AKB.
Penyebab kematian ibu langsung di negara-negara berkembang seperti Indonesia
adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Penyebab
kematian langsung tersebut merupakan 35 penyebab kematian ibu terbanyak, penyakit
kematian ibu tidak langsung adalah anemia (Depkes RI dan FKM UI 2005).
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat
besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial
danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena
itulah, anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan jarak keduanya
saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang
utama di negara berkembang dengan

1
tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena
anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya prevalensinya anemia pada ibu
hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani,
2013 dalam Razfi, 2014). Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7
dari 10 wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil
40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9,39%.
Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil yang mengalami anemia
kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010 dalam Razfi, 2014). Mengingat dampak anemia
terhadap angka kematian ibu, maka Kementrian Kesehatan sejak tahun 1975 telah
melakukan upaya penanggulangan dengan pemberian tablet besi yang dapat dilakukan
melalui pelayanan antenatal di sarana kesehatan seperti Puskesmas, dengan rincian 30
tablet pada trimester kedua dan 60 tablet pada trimester ketiga. Menurut Depkes RI
tahun 2008, cakupan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet dari tahun 2003-2008
mengalami penurunan dari 66% menjadi 48%. Selanjutnya hasil Riskesdas tahun 2010
menunjukkan bahwa cakupan konsumsi 90 tablet Fe pada ibu hamil trimester ketiga
hanya sebesar 18%. (Putri, 2012).

Di Desa Kebayan masih banyak ibu hamil yang mengalami anemia karena dari 6
orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada tanggal 02
Februari 2016, 4 ibu hamil mengalami anemia. Di mana, 2 ibu mengalami anemia
ringan, 1 ibu hamil anemia sedang, dan 1 ibu hamil lagi mengalami anemia berat. Untuk
itu, penulis tertarik untuk melakukan “Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. A
dengan Anemia Zat Besi pada Kehamilan di Desa Kebayan”

B. Rumusan Masalah
Berkaitan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. A dengan Anemia dalam Kehamilan di Desa
Kebayan?”.
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan


asuhan kebidanan pada Ny. A dengan anemia dalam kehamilan di Desa Kebayan.

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya mengenai pengertian anemia dalam kehamilan pada Ny. A.


2) Diketahuinya penyebab terjadinya anemia dalam kehamilan pada Ny. A.
3) Diketahuinya tanda dan gejala anemia dalam kehamilan pada Ny. A.

4) Diketahuinya diagnosis anemia dalam kehamilan pada Ny. A.

5) Diketahuinya dampak anemia terhadap ibu dan janin pada Ny. A.

6) Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia dalam


kehamilan pada Ny. A.
7) Diketahuinya cara pencegahan anemia dalam kehamilan pada Ny. A.

8) Diketahuinya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia pada Ny. A.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan sesuai
dengan kebutuhan ibu hamil dengan anemia.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Tenaga Kesehatan


Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan tenaga kesehatan khususnya bidan
dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dengan anemia zat besi.

3
b. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan meningkatkan kemampuan dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil khususnya ibu hamil dengan anemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Defenisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional hamil didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Prawirohardjo, 2009)
Kehamilan didefinisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan
terbagi dalam tiga trimester, di mana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke 28 hingga 40) (Saifuddin, 2009).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).

2. Perubahan Pada Kehamilan

a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis dibagi menjadi perubahan yang dapat dilihat dan
perubahan yang tidak dapat dilihat (Saminem, 2009).
Perubahan yang dapat dilihat meliputi:

1) perubahan pada kulit;

2) perubahan kelenjar;

3) perubahan payudara;

4) perubahan perut;

5) perubahan alat kelamin luar;

6) perubahan pada tungkai; dan

5
7) perubahan pada sikap tubuh.
Sedangkan untuk perubahan yang tidak dapat dilihat adalah sebagai berikut.
1) Perubahan pada alat pencernaan

2) Perubahan pada peredaran dan pembuluh darah

a) Perubahan pada darah

b) Perubahan pada jantung

c) Perubahan tekanan darah

3) Perubahan pada paru

4) Perubahan pada kehamilan

a) Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dua orang, yaitu
ibu dan janin.
b) Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga panggul.
Ureter juga semakin berkelok-kelok dan kendur sehingga menyebabkan
perjalanan urin ke kandung kemih melambat. Kuman dapat berkembang di
kelokan itu dan menimbulkan penyakit.
c) Pada bulan ke dua kehamilan, ibu berkemih karena ureter lebih antefleksi
dan membesar.
5) Perubahan pada tulang

6) Perubahan pada jaringan pembentuk organ

7) Perubahan pada alat kelamin dalam

b. Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologi yang terjadi pada trimester I
meliputi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan
meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri
sendiri. Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh,
lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu. (Saminem, 2009).

7
B. Anemia Dalam Kehamilan

1. Pengertian Anemia dalam Kehamilan


Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III
kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari
10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi.
(Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) yang
berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan
zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi
merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin
yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama
trimester III (Waryana, 2010).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan
merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah (Manuaba,
2010).
Sebagaian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang dapat disebabkan oleh
konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi perdarahan menahun akibat parasit,
seperti ankilostomiasis (Manuaba, 2007).

2. Patofisiologi Anemia
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester kedua kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke sembilan
dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal
3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. Stimulasi
peningkatan 300-350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara
hormon maternal dan peningkatan eritropoitin selama kehamilan. (Ibrahim dan
Proverawati, 2011).

Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau


hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30%), sehingga
hemoglobin dari hematokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil.
Hemoglobin dari hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3-5 kehamilan, dan
mencapai nilai terendah pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita hamil mengandung 2
gram, sekitar 60-70% berada dalam sel darah merah yang bersirkulasi, dan 10- 30%
adalah besi cadangan yang terutama terletak di dalam hati, empedu, dan sumsum tulang.
Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi
kebutuhan yang terdiri dari :
1) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan
mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
2) Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.

3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190 mg hilang
selama melahirkan. Dalam Manuaba (2007), disebutkan bahwa kebutuhan Fe
selama hamil dapat diperhitungkan sebagai berikut.
1) Peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr

2) Pembentukan plasenta 300 mgr

3) Pertumbuhan darah janin 100 mgr

Jadi, jumlah Fe yang dibutuhkan selama hamil adalah 900 mgr. saat
persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta, ibu akan
kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus mendapatkan kompensasi
dari makanan untuk kelangsungan laktasi..

9
3. Etiologi Anemia
Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga terjadi
pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan sel-sel darah tidak
sebanding dengan pertambahan plasma darah. Berikut adalah perbandingannya.
1) Plasma darah bertambah 30%.

2) Sel-sel darah bertambah 18%.

3) Hemoglobin bertambah 19%.

Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan


kerja jantung (Pranoto, 2013).

Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat menstruasi, atau
parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta schistosomiasis yang dapat
menurunkan konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk
malaria, kanker, TBC, dan HIV juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan
mikronutrien lain, termasuk vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga
dapat meningkatkan risiko anemia (Benoist, 2008).

4. Tanda Dan Gejala Anemia


Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala:

a. letih, sering mengantuk, malaise;

b. pusing, lemah;

c. nyeri kepala;

d. luka pada lidah;

e. kulit pucat;

f. membran mukosa pucat (misal, konjungtiva);

g. bantalan kuku pucat;

h. tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah. (Rukiyah,


2010).
5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. (Manuaba,
2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakanalat
pemeriksaan Hb. Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut
(Manuaba, 2010).
Hb 11 g% tidak anemia

Hb 9 – 10 g% anemia ringan

Hb 7 – 8 g% anemia sedang

Hb <7 g% anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-
ibu hamil di puskesmas. (Manuaba, 2010).

6. Macam-Macam Anemia
Menurut Prawirohardjo (2010), macam-macam anemia adalah sebagai berikut
(Astarina, 2014).

a. Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral Fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi
dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terlampau banyaknya keluar dari
badan, misalnya pada perdarahan (Prawirohardjo, 2010).
Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh :

1) penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan
gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis;

11
2) peningkatan kebutuhan, seperti kehamilan yang sering, banyak atau kembar;
3) infeksi kronis, terutama pada saluran kemih;

4) perdarahan akut atau kronis, misalnya menoragia, hemoroid berdarah, atau


hemoragi antepartum atau postpartum.
(Fraser, 2009).

b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana ukuran sel lebih besar
dari sel darah merah normal. Anemia ini biasanya disebabkan oleh defisiensi asam
folat dan jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Anemia ini sering ditemukan
pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan
protein tinggi (Proverawati, 2011).

c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang
belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo, 2010).
Pada sepertiga kasus anemia dipisu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi,
leukemia, dan gangguan imunologis (Fraser, 2009).

7. Dampak Anemia
Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil, berpengaruh terhadap
kehamilan, persalinan, dam saat masa nifas. Adapun pengaruh anemia terhdap
kehamilan, persalinan dan nifas daoat mengakibatkan sebagai berikut (Astarina, 2014).
a. Dampak Anemia Terhadap Ibu

1) Bahaya Selama Kehamilan


Berikut adalah bahaya anemia selama kehamilan.

1) Abortus.

2) Persalinan prematur.

3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim.

4) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%).

5) Perdarahan antepartum.

6) Ketuban pecah dini (KPD).

2) Bahaya saat Persalinan


Bahaya anemia saat persalinan adalah sebagai berikut.

1) Gangguan his.

2) Kala I memanjang.

3) Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.


4) Retensio plasenta.

5) Atonia uteri.

3) Pada Masa Nifas


Berikut adalah bahaya anemia pada masa nifas.

1) Subinvolusi.

2) Perlukaan sukar sembuh.

3) Infeksi puerperium.

4) Pengeluaran ASI berkurang.

5) Anemia masa nifas.

6) Infeksi mamae.

13
b. Dampak Anemia Terhadap Janin
Berikut adalah dampak anemia terhdap janin
 Asfiksia intrauterin sampai kematian.
 IUFD
 BBLR
 Kelahiran dengan anemia.
 Cacat bawaan.
 Mudah terkena infeksi.
 IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. (Manuaba, 2010)

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil

1. Faktor Dasar

a. Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun akan
meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil
(Sulistyawati, 2009 dalam Nurhidayati, 2013).

b. Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi pendidikan
atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya anemia.

c. Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan
tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan
keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga.

2. Faktor Tidak Langsung


a. Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada partumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim Kasus anemia. defisiensi gizi umumnya selalu disertai
dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk
menjalani pengawasan antenatal.

a. Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda (<20 tahun) perlu
tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.
Sedangkan untuk umur yang tua di atas 30 tahun perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung (Kristiyanasari, 2010 dalam Nurhidayati, 2013).

3. Faktor Langsung

a. Kecukupan konsumsi tablet besi


Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi
yang diberikan kepada ibu hamil.

b. Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.

c. Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan apakah
bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup
atau mati, tetapi bukan aborsi.

d. Status gizi

Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang
buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi
15
ibu hamil sangatlah penting dilakukan (Nurhidayati, 2013).

e. Penyakit Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu umumnya
adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan terjadinya peningkatan
penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali
menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan
anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia.

D. Pencegahan Anemia

1. Pemberian Fe
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi
dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan
untuk emmenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Di wilayah-eilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga
bulan postpartum (Prawirohaedjo dalam Astarina, 2014).
Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan anemia. Pemerintah saat
ini mulai melihat calon pengantin perempuan sebagai target. Mereka diberikan tablet
tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1 tablet tiap hari selama haid. Dosis mingguan
ini ternyata cukup efekstif dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Asrtarina, 2014).

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/


bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram
asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012).

Selain itu, pendidikan dan peningkatan asupan besi melalui makanan juga
merupakan upaya dalam mencegah anemia. Mengonsumsi makan yang cukup
mengandung kalori, setiap 1000 kkal makanan dari beras mengandung 6 mg Fe.
Meningkatkan makanan yang dapat memacu penyerapan zat besi dan mengurangi
makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi (Arisman, 2007). Selain itu, juga
dengan memberikan penyuluahn tentang tanda dan gejala anemia serta yang
ditimbulkan oleh anemia. (Astarina, 2014).
Pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia.
Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum yang
benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum
tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam
Astarina, 2014).

Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan mebentuk sel darah merah janin dan plasenta.
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 2010 dalam Astarina, 2014).
Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan
Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Jumlah 900 mg Fe

2. Nutrisi Ibu Hamil


Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan dan janinnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Arisman (2004) dalam Yanti
(2010) adalah sebagai berikut.
a. Keadaan sosial ekonomi keluarga ibu hamil

Untuk memenuhi kebutuhan gizi diperlukan sumber keuangan yang memadai.


Daya beli keluarga yang rendah dalam emmenuhi kebutuhan gizi sudah barang tentu
asupan nutrisi juga berkurang.
b. Keadaan kesehatan dan gizi ibu

Ibu dalam keadaan sakit kemampuan mengkonsumsi zat gizi berkurang


ditambah lagi pada keadaan sakit terjadi peningkatan metabolisme tubuh sehingga
diperlukan asupan yang lebih banyak.
17
c. Jarak kehamilan jika yang dikandung bukan anak pertama

Jarak kelahiran yang pendek mengakibatkan fungsi alat reproduksi masih belum
optimal.
d. Usia kehamilan pertama

Usia di atas 35 tahun merupakan resiko penyulit persalinan dan mula terjadinya
penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi.
e. Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, perokok, pengguna
kopi.
Kecukupan akan zat gizi pada ibu hamil dapat dipantau melalui keadaan
kesehatannya dan berat badan janin saat lahir. Adanya penambahan berat badan yang
sesuai standar ibu hamil merupakan salah satu indicator kecukupan gizi. Pada trimester
pertma sebaiknya kenaikan berat badan 1-2 kg, trimester ke dua dank e tiga sekitar 0,34-
0,50 kg tiap minggu (Tarwoto, 2007).
Total berat kumulatif pada wanita hamil dengan tinggi 150 cm sekitar 8,8 kg –
13,6 kg dan hamil kembar 15,4 kg – 20,4 kg (Arisman, 2004).
Selama hamil, kebutuhan gizi meningkat dibandingkan dengan kebutuhan sebelum
hamil misalnya kebutuhan protein meningkat 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan
besi 200-300 % (Tarwoto, 2007).

Tabel 2.2 Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil (Prasetyono, 2009 dalam Yanti, 2010)
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
Protein 40 g 60 g - Pertumbuhan Susu, keju,
telur, daging,
- Cairan amnion
biji-bijian,
- Pertumbuhan dan
kacang-
perkembangan
kacangan,
plasenta
serealia
- Meningkatkan air
susu dan jaringan
payudara, sirkulasi
Hb, dan protein
plasma
Kalori 2.250 2.550 - Meningkatkan Karbohidrat,
metabolisme lemak, protein,
g G
- Menambah energi umbi-umbian
(tenaga)
- Menghemat
protein

Kalsium 500 g 900 g - Pembentukan Susu, keju, biji


rangka dan tulang utuh, sayuran
gigi janin hijau
- Melindungi dari
penyakit
- Meningkatkan
metabolisme
kalsium ibu
Fosfor 450 g 650 g - Pembentukan Susu, daging,

rangka dan tulang Keju


Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
gigi janin

- Mrlindungi dari
penyakit
- Meningkatkan
metabolisme
kalsium ibu
Zat besi 26 g 56 g Kenaikan sirkulasi Hati, daging,
darah dan Hb
telur, beras,
sayuran hijau
(bayam,
kangkung,
19
daun papaya,
dan daun
singkong)
Magnesium 250 g 280 g - Metabolisme Kacang, tahu,
energy dan kakao, hasil
protein laut, beras
- Activator enzim

- Pertumbuhan
jaringan
- Metabolisme sel

dan penguat otot


Yodium 150 ug 175 ug Kenaikan metabolisme Garam
Vitamin A 500 700 - Pertumbuhan sel Mentega, krim,
dan jaringan sayuran, buah-
RE RE
- Pertumbuhan gigi buahan

dan tulang
Vitamin D 200 IU 400 IU - Mineralisasi tulang Minyak hati,
dan gigi ikan, kuning
- Pertumbuhan dan telur, susu
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
pembentukan

tulang bayi
Vitamin E 12 IU 14 IU - Pembentukan sel Biji-bijian
darah merah yang terutama
sehat gandum, telur,
- Antioksidan kacang-
penguat daya tahan kacangan,
tubuh minyak sayur,
sayuran hijau,
dan susu
Vitamin C 60 g 70 g - Pembentukan Sayuran,
jaringan brokoli, buah-
- Pengikat dengan buahan (jeruk,
pembuluh darah tomat, papaya)
- Antioksidan
penguat daya tahan
tubuh
Asam folat 160 ug 310 ug - Perkembangan Sayuran
saraf dan sel berwarna hijau
darah gelap seperti
- Kebutuhan asam bayam,
folat selama hamil kembang kol,
adalah 800 mcg/ dan brokoli
hari terutama pada Pada buah-
12 minggu buahan asam
pertamakehamilan.
folat banyak
Kekurangan asam
terdapat pada
folat dapat
jeruk, pisang,
mengganggu
wortel, dan

21
pembentukan otak
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
sampai cacat tomat

bawaan pada
susunan saraf pusat
maupun otak janin
Vitamin B6 2,0 mg 2,5 mg - Memperlancar Gandum,
metabolisme jantung, hati,
protein daging, telur,
- Merangsang susu, keju, ikan
partumbuhan janin (chod, sarden),
- Mempercepat serealia dan
pembentukan sel susu kedelai
darah merah yang telah
Menjaga sistem saraf, difortifikasi
otot dan jantung agar
berfungsi secara
B12 1,0 ug 1,3 ug normal
Riboplavin 1,0 mg 1,7 mg Memperlancar Daging, hati,
metabolisme energi
beras, dan
dan protein
kacang-
kacangan
Niasin 10 mg 11 mg Memperlancar Daging, hati,
metabolisme energi
beras, dan
dan protein
kacang-
kacangan

23
E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Anemia
Dalam penerapan praktis pelayanan antenatal menurut Badan Litbang
Depkes RI, standar minimal palayanan antenatal adalah “14 T” yaitu
1) Timbang berat badan (T1). Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali
kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per
minggu mulai trimester kedua.
Penimbangan berat badan sangat penting dalam pengawasan ibu hamil.
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu hamil dari sebelum
hamil, terhitung mulai trimester I sampai trimester III yang berkisar
diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi
terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wiknjosastro, 2005).
2) Ukur tekanan darah (T2). Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90
mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya
preeklampsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3).

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4).

5) Pemberian imunisasi TT (T5).

Menurut Saifuddin (2006), imunisasi TT diberikan pada trimester I atau


trimester II dan TT yang kedua diberikan dengan jarak 4 minggu setelah
TT yang pertama.
6) Pemeriksaan Hb (T6)

Menurut pendapat Manuaba (2007) pemeriksaan darah di lakukan minimal


dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia.
Kriteria anemia menurut WHO untuk wanita hamil memiliki hemoglobin

<11 g/dl. Sedangkan, derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin


menurut WHO yaitu ringan : Hb 8 g/dl-9.9 g/dl, sedang : Hb 6 g/dl-7.9
g/dl, berat : Hb <6 g/dl.
7) Pemeriksaan VDRL (T7).

8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8).


25
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9).

10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10).

11) Pemeriksaan protein urin atas indikasi (T11).

1) Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi (T12).

2) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13).

3) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14).

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai kebijakan dapat


dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T. Pelayanan/asuhan antenatal ini
hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh
dukun bayi (Prawirohardjo, 2008).

Dari standar minimal pelayanan antenatal yaitu 14 T di atas, terlihat bahwa


untuk pencegahan maupun penangan anemia terdapat pada T4 yaitu pemberian tablet Fe
sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dan T6 yaitu pemeriksaan Hb. T6 tersebut
merupakan program pemerintah untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil
sedangkan untuk T6 berfungsi untuk mengetahui kadar Hb dalam darah seorang ibu
hamil sehingga dapat diketahui tingkat anemia yang dialami oleh seorang ibu hamil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN. R DI DESA KEBAYAN
KAB. SUMBAWA BESAR TANGGAL 08 JUNI 2022

I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. Struktur dan Sifat Keluarga
1. Struktur keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sumbawa / Indonesia
Pendidikan Terakhir : SMA
Penghasilan per Bulan : Rp. 1.000.000
Pekerjaan : Petani
Pertemuan Ke : Pertama
Alamat : Desa Kebayan
Usia pertama kali menikah : 25 tahun,KK sehat, keluarga belum memiliki
BPJS
Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan: kurang lebih 2 km
Alat transportasi keluarga: motor roda dua
No Nama/Usia/JK Hub. Pendidika Pekerjaan Gol. Penyakit Yang Kondisi Pengobata Jenis
Keluarga n Darah Sedang/Perna Saat Ini n Yang Jaminan
h Diderita, Dilakukan Kesehatan
Kapan?
1. Ny. N/23 Istri SMA IRT O Saat ini Sehat - -
Tahun/P sedang hamil
anak pertama,
mual muntah
dan pusing
selama awal
kehamilan,
cepat lelah dan

27
merasa lemah,
kulit tampak
pucat serta
nyeri dada dan
sakit kepala

Status Imunisasi anggota Keluarga

No Nama Status Imunisasi (Hanya untuk Keluarga yang Memiliki Balita)

BCG TT DPT Hepatitis Campak

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1 Jumlah √ √

Tahap Perkembangan Keluarga


a. Riwayat Keluarga Inti
Tipe keluarga: merupakan keluarga yang didalamnya ada Suami, Istri dan Mertua
b. Riwayat keluarga sebelumnya
Hubungan dengan keluarga suami dan istri harmonis.
c. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga biasanya berkomunikasi saat makan bersama, saat kumpul bersama atau
khusus langsung dipanggil bila memang sangat dibutuhkan dengan saling terbuka satu
sama lain, Bpk. R selalu menanyakan pendapat keluarga untuk mengambil keputusan.
d. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Bpk. R berlatar belakang pendidikan yang baik sehingga mengetahui betapa
pentingnya ke puskesmas atau ke Pelayanan Kesehatan jika ada yang sakit dan
mengambil tindakan yang tepat untuk berupaya meningkatkan status kesehatan anggota
keluarga.
e. Struktur peran (formal dan informal)
Bpk. R berperan sebagai kepala keluarga yang harus membantu memenuhi kebutuhan
istri dan mertuanya. Ibu membantu ekonomi keluarga dengan membuka warung jahit
f. Nilai dan norma keluarga :
Nilai dan norma budaya keluarga tidak ada penerapan peraturan khusus dalam keluarga
Bpk. R, (kecuali wajib salat 5 waktu terhadap anggota keluarga hanya saja aturan yang
sudah biasa dijalankan seperti saling menghormati dan saling terbuka satu sama lain
jika sedang ada masalah).
g. Fungsi Keluarga :
1) Fungsi Pendidikan/Afektif
Bpk. R ingin memberikan pendidikan yang tinggi untuk anaknya supaya dapat
hidup mandiri di masyarakat kelak.
2) Fungsi Sosialisasi
Bpk. R menghormati dan mengasihi kepada sesama anggota keluarga dan
berperilaku baik di rumah dan di masyarakat.
3) Fungsi Ekonomi
Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga saat ini hanya bertumpu pada suami,
penghasilan istri membuka warung jahit tidak begitu bisa diharapkan, terlebih
sekarang istri sedang hamil
4) Fungsi Pemenuhan (Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan)
 Mengenal Masalah Kesehatan
Saat ini bapak dan ibu mengetahui jika kehamilan ini memang direncanakan,
sehingga jika ada masalah yang terjadi pada kehamilan akan membuat bapak
dan ibu khawatir.
 Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan Kesehatan
Berdasarkan cerita keluarga membuktikan bahwa keluarga kurang mengenal
tanda bahaya anemia, karena awal kehamilan ibu mengalami Cepat lelah dan
merasa lemah, kulit tampak pucat serta nyeri dada dan sakit kepala dianggap
hal biasa dalam kehamilan, namun istri tidak bisa bangun dari tempat tidur dan
memanggil bidan kerumah, bidan memberitahukan jika sakit ibu A sudah
berlebihan hingga harus dirawat di puskesmas atau Layanan Kesehatan.
 Kemampuan Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Keluarga bapak R tidak mampu merawat ibu sendirian, sehingga selama sakit
bapak meminta orangtua untuk membantu merawat karena harus bekerja

 Kemampuan Keluarga Memelihara/Memodifikasi Lingkungan Rumah Yang


Sehat
Karakteristik rumah Bpk. R tergolong rumah yang sehat karena semua
fasilitas rumah dalam keadaan yang baik di antaranya ventilasi yang baik

29
dengan jumlah udara yang masuk cukup, keadaan rumah yang bersih, dan
saluran pembuangan yang tertutu
 Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bapak R membawa ibu ke posyandu untuk pemeriksaan dan ke puskesmas
atau BPM untuk memeriksaan kehamilannya .
h. Fungsi Religius
Bpk. R dan ibu salat 5 waktu, selama hamil ibu tidak kuat ikut pengajian di mushola,
hanya mengaji di rumah.
i. Fungsi Rekreasi
Keluarga Bpk. R jarang berekreasi di luar rumah atau ke tempat rekreasi lainnya
terlebih sekarang istri sedang hamil.
j. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk. R sangat mengharapkan dan merencanakan kehamilan ini, apapun jenis
kelamin keluarga menerima. Merencanakan memiliki anak 2, dengan jarak setelah anak
3 tahun
k. Pengambil Keputusan dalam Keluarga: adalah suami, namun akan didiskusikan dengan
istri dan mertua.
l. Kepemilikan Jamban Sehat:Keluarga memiliki jamban sehat, tersedia air bersih, suami
bukan perokok
m. Pendapat tentang Fasilitas Kesehatan Jelaskan Berdasarkan Opini Kepala Keluarga:
posyandu dan puskesmas dan BPM baik dalam memberikan pelayanan kesehatan.
n. Penghasilan KK tetap per Bulan (status sosial ekonomi keluarga) : kurang dari UMR
o. Pengetahuan KK tentang Program-Program Kesehatan
- Desa Siaga : keluarga belum mengetahui desa siaga, menurut keluarga penting
- Tumpeng Gizi Seimbang : tidak tahu, hanya tahu 4 sehat 5 sempurna
- PHBS : tahu, hanya sulit diterapkan
- Penggunaan garam beriodium? Ya
p. Kepemilikan Kendaraan: punya motor, jika ada kegawatdaruratan pinjam mobil di
tetangga
Pengetahuan tentang kesehatan umum, KIA, sumber informasi dan Implementasinya

No Komponen Pengetahuan Tahu Tidak Implementasi


1 √ Sebelum makan & Sebelum dan
Cuci tangan setelah kegiatan aktifitas

2 Persalinan dengan nakes √ Nakes

3 Merokok dalam rumah √ Tidak di dalam rumah, di luar

4 Penggunaan air bersih √ BAK

5 ASI ekskulsif √ ya

6 Menimbang bayi dan balita √ Belum, tapi jika sudah lahir akan
menimbang di posyandu

7 Makan buah dan sayur setiap hari √ Tidak, karena mahal seminggu
sekali, hanya sayur

8 Memberantas jentik nyamuk √ Ya, dengan menguras bak mandi

9 Ventilasi rumah √ Cukup

10 Melakukan aktivitas fisik setiap hari √ Hanya pekerjaan rumah

11 Lantai rumah √ Lantai keramik

12 Pengelolaan limbah rumah tangga √ Dibuang

No Komponen Pengetahuan Tahu Tidak Implementasi


13 System pengelolaan air minum √ Dimasak

31
14 Jarak kandang ternak dengan rumah √ Tidak punya

15 Penggunaan jamban sehat √ Ada

B. Pola kebiasaan sehari-hari


 kebiasaan makan
Pola makan Keluarga : makanan pokok berupa nasi, sayur, Lauk
Frekuensi makan : 3 x Sehari

C. Faktor Lingkungan
1. Rumah
- keluarga menempati rumah pribadi dengan bentuk rumah permanen dengan ukuran 8x6,
kontruksi dari bata
Denah Rumah

Dapur Ruang tamu

Kamar mandi Ruang kamar

D. Keadaan kesehatan keluarga


1. Ibu sejak kecil, SD disuntik imunisasi
2. keluarga berencana: ibu belum pernah KB, karena langsung hamil setelah 4
bulan menikah
3. Riwayat Persalinan: kehamilan pertama, sudah masuk usia 5 bulan
E. Pemeriksaan fisik
Sehubungan dengan keadaan kesehatan keluarga di dalam pemeriksaan fisik sebagai
berikut:
 keadaan membaik,
 tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pengkajian Psiko Sosial:
 Status Emosi
 Tingkat emosional keluarga cukup baik, bila ada masalah maunya
diselesaikan dengan baik.
 Konsep Dini
 Bapak cenderung menjadi kepala keluarga, mencari nafkah demi menghidupi
keluarga.
 Pola Interaksi
 Pola interaksi keluarga cukup baik berbahasa Indonesia
 Pola pertahanan keluarga
 Bapak saling memahami bila masalah dibiarkan atau diselesaikan dengan baik.
demikian pula dengan masalah/permasalahan dengan saudara atau tetangga.
F. Pengkajian pengetahuan terhadap kesehatan
Keluarga sudah mengetahui arti pentingnya pemeriksaan kehamilan, namun belum
mengetahu tanda bahaya kehamilan, persiapan persalinan
G. Pengkajian kehamilan menggunakan format kehamilan dan didokumentasikan SOAP
kehamilan

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, G3P2A0, dengan


anemia ringan di Puskesmas Kecamatan Senen pada Januari 2016 s/d April 2016,
penulis akan membahas dan menguraikan isi dari laporan kasus ini, khususnya
tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan. Pada pembahasan ini penulis
juga membandingkan teori-teori yang ada dengan asuhan kebidanan yang telah
diberikan kepada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan.
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan
sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester
I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi
yaitu anemia defisiensi besi. (Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014). Ini
sesuai dengan kasus yang didapatkan oleh penulis di mana kadar Hb Ny. A
G3P2A0 pada trimester II hanya 10,2 gram/ dl, kurang dari 10,5 gram/ dl
(pemeriksaan tanggal 24 November 2015). Sedangkan pada pemeriksaan ke dua
yang dilakukan tanggal 25 Februari 2016, kehamilan trimester III, kadar
hemoglobin dalam darah Ny. A 10,6 gram/ dl. Hal ini menunjukkan bahwa Ny. A
G3P2A0 mengalami anemia.
Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala letih, sering mengantuk,
malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat, membran
mukosa pucat (misal, konjungtiva), bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan,
mual, dan muntah (Rukiyah, 2010).
Pada kunjungan ANC pertama pada tanggal 02 Februari 2016, penulis
tidak menemukan tanda dan gejala anemia dari data subjektif di mana ibu
mengatakan tidak ada keluhan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun, pada
pemeriksaan objektif ditemukan tanda-tanda anemia pada Ny. A, di mana
konjungtiva ibu sedikit pucat dan pada pemeriksaan penunjang (pemeriksaan
kadar Hb) yang dilakukan pada tanggal 24 November 2015 didapatkan hasil kadar
hemoglobin ibu 10,2 gr/dl.
Berdasarkan kadar Hb ibu yaitu 10,2 gram/dl, penulis mengkategorikan
anemia yang dialami ibu adalah anemia ringan. Penggolongan ini sesuai dengan
tinjauan teori yang menyatakan bahwa Hb 11 gr% untuk yang tidak anemia, Hb 9
– 10 g% anemia ringan, Hb 7 – 8 g% anemia sedang, dan Hb <7 g% anemia berat.
Hal ini menunjukkan bahwa Ny. A mengalami anemia ringan (Manuaba, 2010).
Selanjutnya, pada kunjungan ANC ke tiga pada tanggal 25 Februari 2016
ditemukan keluhan bahwa ibu pusing dan lelah. Selain itu, ibu juga mengatakan
bahwa ia tidak meminum vitamin (tablet Fe) yang telah diberikan secara teratur.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan ulang laboratorium dan didapatkan kadar HB
ibu 10,6 gr/dl. Kadar HB ibu mengalami peningkatan dari pemeriksaan
sebelumnya, namun masih dikategorikan ke dalam kadar HB yang rendah.
Peningkatan yang cukup rendah ini, menurut penulis disebabkan karena
ibu yang tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk meminum tablet Fe
secara teratur. Selain itu, juga didukung oleh konsumsi makanan sehari-hari ibu
yang tidak sesuai dengan kebutuhannya selama hamil. Ibu mengatakan bahwa ia
tidak suka mengonsumsi sayuran dan hanya memakannya dalam jumlah yang
sedikit.
Berdasarkan pengakuan Ny. A ini, penulis mengkategorikan anemia yang
dialaminya sebagai anemia defisiensi besi. Pengkategorian ini penulis dapatkan
berdasarkan tinjauan teori yang menyatakan bahwa anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe (Prawirohardjo, 2010).
Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh penurunan asupan
atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan gangguan pencernaan,
seperti diare atau hiperemesis (Frase, 2009). Pemenuhan kebutuhan zat besi dapat
diperoleh dari konsumsi makanan seperti hati, daging, telur, beras, sayuran hijau
(bayam, kangkung, daun papaya, dan daun singkong) (Yanti, 2010).
Pada kasus Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan bila tidak segera
ditangani akan terjadi anemia sedang tetapi dalam kasus ini tidak ditemukan
terjadinya diagnosa potensial. Pada tinjauan kasus menunjukkan bahwa kadar Hb
ibu mengalami peningkatan di mana pada pemeriksaan laboratoriun yang pertama
tanggal 24 November 2015, kadar Hb ibu 10,2 gr/dl dan mengalami peningkatan
pada 25 Februari 2016 menjadi 10,6 gr/dl.

35
Antisipasi yang telah dilakukan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia
ringan adalah pemeberian terapi yaitu tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet per hari
dan vitamin C dengan dosis 2 x 1 dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan
konseling untuk mengonsumsi makanan yang bergizi serta dapat meningkatkan
kadar Hb ibu.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pemberian Fe selama kehamilan
dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe
juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan
sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang benar
yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam Astarina, 2014).
Pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teori di mana, seorang ibu
hamil diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia yang dialami
oleh ibu serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain tablet Fe, di
Puskesmas Kecamatan Senen, Ny. A yang mengalami anemia ringan juga
diberikan vitamin C. Vitamin C diberikan kepada Ny. A bertujuan untuk
mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh ibu sehingga diharapkan kadar Hb
ibu dapat meningkat. Selain itu, ibu juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama
makanan yang mengandung tinggi zat besi.
Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu tidak lagi
mengalami anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2 gram/dl
menjadi minimal 11 gram/dl. Namun, hal itu tidak dapat terwujud dikarenakan ibu
tidak mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan untuk meminum tablet Fe dan
vitamin C secara teratur. Meskipun kadar Hb ibu mengalami peningkatan, namun
masih dikategorikan anemia ringan di mana pada pemeriksaan ulang yang
dilakukan tanggal 25 Februari 2016, kadar Hb ibu hanya meningkat sebesar 0,4
gram/ dl yaitu menjadi 10,6 gram/ dl. Dan ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012).
Bahaya anemia selama kehamilan adalah abortus, persalinan prematur.
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ancaman dekompensasi kordis
(Hb < 6 gr%), perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba,
2010). Namun, bahaya yang disebutkan ini tidak ditemukan pada Ny. A G3P2A0
di mana selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, penulis pernah
menemukan kelainan-kelainan tersebut. Selama kehamilan Ny. A, tidak pernah
terjadi perdarahan, tidak adanya hambatan dalam tumbuh kembang janin yang
didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan TFU yang masih sesuai dengan usia
kehamilan, serta tidak terjadi KPD sampai dengan proses persalinan. Ny. A pada
akhir kehamilannya mengalami oligohidramnion, namun menurut penulis ini
bukan disebabkan oleh anemia yang dialaminya dan penulis juga tidak
menemukan teori yang menjelaskan hubungan antara anemia dalam kehamilan
dengan terjadinya oligohidramnion.
Bahaya anemia saat persalinan adalah gangguan his, kala I memanjang,
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah, retensio
plasenta, dan atonia uteri (Manuaba, 2010). Bahaya pada persalinan ini juga tidak
ditemukan pada Ny. A. Persalinan Ny. A dilakukan secara Secsio Caecaria di RS
Budi Kemuliaan pada tanggal 01 April 2016 atas indikasi oligohidramnion dengan
hasil indeks cairan amnion 1 cm.
Bahaya anemia pada masa nifas adalah subinvolusi, perlukaan sukar
sembuh, infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia masa nifas, dan
infeksi mamae. Bahaya ini juga tidak ditemukan oleh penulis. Selama masa nifas,
Ny. A tidak mengalami subinvolusi dan infeksi. Pengeluaran ASI ibu lancer
bahkan dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk anemia pada masa nifas, tidak
dapat diketahui oleh penulis karena di Puskesmas Kecamatan Senen tidak
dilakukan pemeriksaan hemoglobin dalam darah namun konjungtiva ibu masih
sedikit pucat. Berdasarkan keadaan konjungtiva tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa Ny. A masih mengalami anemia.
Kasus pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan telah dilakukan sesuai
dengan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal 02 Februari 2016 s/d 01
April 2016 dengan kunjungan ANC sebanyak 4 kali di Puskesmas Kecamatan
Senen, kunjungan rumah 1 kali, dan terakhir di RS Budi Kemuliaan. Kunjungan
ANC terakhir dilakukan di RS Budi Kemuliaan dikarenakan ibu mendapatkan

37
rujukan dari Puskesmas Kecamatan Senen atas indikasi Indeks Cairan Amnion
yang kurang dari 10 cm yaitu 5,2 cm.
Pada setiap kunjungan ANC, asuhan dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan minimal 14T. Terutama T4 dan T6 yaitu pemberian tablet Fe dan
pemeriksaan hemoglobin darah yang dapat mendukung penegakan diagnosis
anemia yang dialami oleh Ny. A serta upaya untuk menanganinya telah dilakukan
di Puskesmas Kecamatan Senen. pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada Ny.
A dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada trimester II tangga 24 November 2015 dan
pada trimester III tanggal 25 Februari 2016.
Ibu diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu yang mengalami
anemia ringan seperti memberikan ibu terapi tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet
dalam sehari, Vitamin C 2 x 1 tablet dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan
konseling untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi serta makanan
bergizi lainnya.
Selanjutnya, tenaga kesehatan menjelaskan pada ibu penyebab terjadinya
anemia ringan yaitu karena kehamilan dan nutrisi yang kurang zat besi dan protein
serta menjelaskan kepada ibu dampak yang akan terjadi apabila tidak segera
ditangani. Selain itu, tenaga kesehatan juga memberitahukan kepada ibu mengenai
masalah potensial yang akan terjadi apabila anemia ringan tidak dapat diatasi
yaitu terjadinya anemia sedang. Penulis bersama tenaga kesehatan juga
melibatkan suami untuk terus memberikan dukungan kepada ibu agar dapat
mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi serta mengikut anjuran tenaga
kesehatan dalam mengatasi anemia yang dialaminya.
Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan
kebutuhan ibu. Namun, asuhan ini masih sangat kurang karena tenaga kesehatan
tidak menjelaskan secara rinci mengenai akibat dari anemia itu sendiri serta tidak
menjelaskan dengan lebih jelas tentang nutrisi dan kebutuhan pada ibu hamil.
Misalnya, tenaga kesehatan tidak menjelaskan berapa yang harus dikonsumsi oleh
Ny.A tersebut makanan yang mengandung zat besi dalam sehari. Selain itu, tenaga
kesehatan juga tidak memberitahu ibu makanan apa saja yang mengandung tinggi
zat besi seperti hati, ikan, telur, dan sayuran hijau. Dengan demikian, kurangnya
asupan nutrisi merupakan penyebab terjadinya anemia pada Ny. A, namun
kurangnya kesadaran ibu ini juga disebabkan oleh kurangnya penjelasan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pada pengkajian data, juga terjadi kesenjangan pada kasus ini. Di mana,
tenaga kesehatan tidak mengkaji dengan lebih rinci mengenai keluhan yang
dirasakan oleh ibu dan tidak mengkaji lebih dalam lagi mengenai pola makan ibu
sehari-hari. Tenaga kesehatan tidak mengkaji porsii makan ibu dalam sehari dan
jenis makanan apa saja yang dimakannya dalam sehari. Hal ini harus dilakukan
agar tenaga kesehatan dapat mengetahui jumlah nutrisi terutama zat besi yang
dikonsumsi ibu dalam sehari, jika jumlah yang dikonsumsi tidak sesuai dengan
kebutuhan ibu maka anemia yang dialaminya tidak dapat diatasi. Hal ini terlihat
dari peningkatan Hb Ny. A yang cukup sedikit yaitu sebesar 0,4 gram/ dl pada
trimester III. Dengan kata lain, peningkatan kadar Hb tidak tercapai dengan
maksimal.

39
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia
ringan, penulis menyimpulkan sebagai berikut.
1) Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I
dan II kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Dengan demikian, penulis menyimpulkan
bahwa Ny. A mengalami anemia di mana kadar hemoglobinnya 10,2 gram/ dl
pada trimester II dan 10,6 gram/. Berdasarkan kadar Hb tersebut, Ny. A
mengalami anemia ringan.
2) Anemia dalam kehamilan pada Ny. A terjadi karena ketidakteraturan dalam
mengonsumsi tablet Fe dan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi seperti sayuran hijau. Ini penulis dapatkan berdasarkan pengakuan dari Ny.
A tersebut.
3) Tanda dan gejala anemia yang terjadi pada Ny. A adalah keluhan ibu yang
mengatakan bahwa ia cepat lelah dan pusing. Selain itu, ditemukan bahwa
konjungtiva ibu sedikit pucat. Semua tanda dan gejala tersebut merupakan tanda
dan gejala dari anemia.
4) Bahaya yang mungkin akan terjadi pada ibu hamil dengan anemia tidak ditemui
pada Ny. A selama kehamilannya. Ibu tidak mengalami abortus, tidak pernah
perdarahan, tidak KPD, dan pertumbuhan janinnya sesuai dengan bertambahnya
usia kehamilan.
5) Pencegahan dan penanganan anemia dilakukan dengan pemberian tablet Fe
selama kehamilan dan pemenuhan nutrisi ibu hamil terutama yang mengandung
tinggi zat besi.
6) Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia tidak berbeda dengan ibu
hamil yang tidak mengalami anemia yaitu sesuai dengan standar pelayanan 14
T. Pencegahan maupun penangan anemia terdapat pada T4
yaitu pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dan T6 yaitu
pemeriksaan Hb. T6 tersebut merupakan program pemerintah untuk mencegah
terjadinya anemia pada ibu hamil sedangkan untuk T6 berfungsi untuk mengetahui
kadar Hb dalam darah seorang ibu hamil sehingga dapat diketahui tingkat anemia yang
dialami oleh seorang ibu hamil.

B. Saran
Pada akhir pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mengharapkan semua
tenaga kesehatan terutama bidan dapat terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
mengenai anemia dalam kehamilan sehingga dapat memberiksan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu. Selain itu, kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh seorang bidan harus
dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dukungan kepada setiap ibu hamil untuk
terhindar dari anemia.

41
DAFTAR PUSTAKA

Astarina, Dita. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara Tahun 2014. Jakarta:
Poltekkes Jakarta III.

Benoist, B.D., McLean, E., Egli, I., and Cogswell, M., 2008. Worldwide
Prevalence of Anaemia 1993–2005 : WHO global database on anaemia.
Switzerland: WHO Press, World Health Organization. Tersedia :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf.

Diakses pada Maret 2016

Dhamayani, Sri. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Trimester III
yang Mengalami Anemia dalam Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013. Tersedia :
http://repository.usu.ac.id/. Diakses pada Februari 2016. Fraser, M.
Cooper, A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta : EGC. Gibney,
Michael J., dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Ibrahim
dan Proverawati. 2011. Nutrisi Janin & Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Kemenkes RI. Jadilah Kartini Indonesia yang Tidak Mati Muda (Pencanangan
Kampanye Peduli Kesehatan Ibu 2014). Tersedia :
http://www.depkes.go.id/. Diakses pada Juni 2016.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Lampiran :

CONTOH SAP UNTUK PENYULUHAN/PROMOSI KESEHATAN PADA KELUARGA


DENGAN PRIORITAS MASALAH KURANGNYA PENGETAHUAN TENTANG
TANDA BAHAYA ANEMIA

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok bahasan : Anemia


Sub pokok bahasan : Tanda bahaya Anemia
Sasaran : Ny. N
Tempat : Kediaman Ny I, Alamat : Jl Lintas Kebayan
Hari/tanggal :Rabu, 08 Juni 2022
Penyuluh : Maria Imakulata

I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, Ny. N diharapkan mampu mengetahui dan
memahami mengenai tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada anemia.

II. Tujuan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan Ny. N diharapkan mampu :
a. mampu mengerti tentang tanda-tanda bahaya apa yang patut diwaspadai dan
ditindaklanjuti segera pada Ibu
b. Ny. N dan keluarga dapat segera membawa ibu hamil yang mengalami salah satu tanda
bahaya yang telah disampaikan dalam penyuluhan ke petugas kesehatan terdekat.

III. Materi
Tanda-tanda bahaya Anemia
IV. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
V. Media
Leaflet
VI. Kegiatan penyuluhan

43
No. Kegiatan Penyuluhan Peserta

1. Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab


- Memperkenalkan diri salam
- Menyampaikan tujuan penyuluhan - Mendengarkan
- Menggali pengetahuan Ny. N tentang
tanda bahaya apa yang dapat terjadi pada - Menjawab
2. Kegiatan inti ibu hamil
- Menjelaskan tanda-tanda bahaya anemia - Mendengarkan
- Memberi kesempatan pada Ny. N untuk
bertanya - Bertanya

- Menyimpulkan hasil penyuluhan - Mendengarkan

- Menutup penyuluhan kesehatan


- Mengucapkan salam - Menjawab
salam
3. Penutup

VII. Evaluasi
Menanyakan kembali beberapa topik yang sudah disampaikan.

MATERI PENYULUHAN
1. Anemia
Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih
rendah daripada batas normalnya. Kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak
mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh.
Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ
dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami
gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala.
Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan
dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah dan
kondisi kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem
imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah.
2. Gejala anemia saat hamil yang bisa dialami para ibu:
 Tubuh selalu terasa lesu, lemah, dan letih.
 Pusing.
 Sesak napas.
 Detak jantung cepat atau tidak teratur.
 Nyeri dada.
 Kulit, bibir, dan kuku memucat.
 Tangan dan kaki terasa dingin.
 Sulit konsentrasi

45
3. Anemia Pada Ibu Hamil
a. Anemia defisiensi zat besi

Adalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan oleh masalah kekurangan
zat besi. Zat besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah
segar yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat
penting untuk mendukung proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi
plasenta tetap optimal. Penyebab utama dari defisiensi zat besi adalah kurang
makan makanan kaya zat besi, seperti protein hewani sejak dari sebelum dan
semasa hamil. Namun, mendapatkan asupan zat besi dari makanan saja tidak akan
cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda sepanjang kehamilan. Kenyataannya,
ketika hamil volume darah akan bertambah hingga 50 persen untuk bisa mencukupi
keperluan diri sendiri dan janin yang sedang tumbuh. Itu kenapa kebutuhan zat besi
harian tubuh juga harus dipenuhi lewat suplemen zat besi, agar terhindar dari
kondisi kekurangan sel darah merah.

b. Anemia defisiensi folat

Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat (vitamin B9)
dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi. Malabsorpsi artinya
tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini
biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam folat adalah
vitamin yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam
folat adalah untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah
merah dan membentuk DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah
risiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly
hingga 72 persen.

c. Anemia defisiensi vitamin B12

Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah.
Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia
pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti
penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin
B12 dengan baik.
Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu
hamil jenis defisiensi vitamin B12.

47

Anda mungkin juga menyukai