Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL G1 P0 A0 USIA


KEHAMILAN 18 MINGGU DENGAN KEK
( KURANG ENERGI KRONIK )
DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR

DISUSUN OLEH :
SITI SARAH CITRA HATI (11194992110033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN, UNIVERSITAS SARI MULIA
TAHUN 2021
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus asuhan

kebidanan pada akhir stase yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil G1 P0 A0

Usia Kehamilan 18 Minggu, Janin Tunggal, Hidup, Intra Uterin Dengan KEK (Kurang

Energi Kronik) Di Puskesmas Kelayan Timur” tepat pada waktunya. Dalam penulisan

laporan kasus ini saya menyadari bahwa tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan,

namun berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, laporan kasus asuhan

kebidanan ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus

kepada berbagai pihak yang memberikan bantuan dalam bentuk pemahaman, bimbingan,

dukungan serta motivasi yang tiada henti sampai dengan laporan kasus ini dapat

terselesaikan. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Hj. Jumilah SSi.T selaku preseptor klinik lahan Puskesmas Kelayan Timur.

2. Dewi Pusparani Sinambela, S.ST., M.Kes. selaku preseptor pendidikan Program

Studi Pendidikan Profesi Bidan, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia .

3. Istiqamah, SST., M.Kes. selaku dosen penguji Program Studi Pendidikan Profesi

Bidan, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia .

Semoga kebaikan yang diberikan ibu mendapatkan Ridho dari Allah SWT. Penulis

menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, sehingga

dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

guna penyempurnaan laporan kasus ini sebagai salah satu bentuk evaluasi ujian akhir stase

pada mata kuliah MP 1 (Midwifery Practice).

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................... .... i

LEMBAR PERSETUJUAN ……………... ........................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………. .................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan ........................................................................................ 6

1. Umum………………………………………………. 6

2. Khusus……………………………………………… 6

D. Manfaat ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8

A. Pengertian .................................................................................. 8

B. Etiologi / Penyebab ..................................................................... 23

C. Patofisiologi / Mekanisme .......................................................... 24

D. Clinical Pathway ......................................................................... 26

E. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala ....................................... 26

F. Komplikasi .................................................................................. 28

G. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 33

H. Penatalaksanaan Kebidanan ........................................................ 34

v
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................ 41

A. Subjektif Data ............................................................................. 41

B. Objektif Data ............................................................................... 46

C. Analisis Data ............................................................................... 48

D. Penatalaksanaan .......................................................................... 48

BAB IV PEMBAHASAN……. ............................................................. 55

BAB V PENUTUP ………………………… ....................................... 60

A. Kesimpulan ................................................................................ 60

B. Saran .......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 62

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan periode kritis tumbuh kembang manusia yang singkat

(window of opportunity) yang merupakan awal titik pijak dari 1000 Hari Pertama

Kehidupan yang harus di optimalkan untuk perkembangan sel-sel otak manusia. Ketika

ibu hamil status gizinya kurang dan mengalami anemia maka akan mempengaruhi

pertumbuhan, pembentukan, dan perkembangan janin menjadi kurang optimal. Hal ini

akan berdampak cacat bawaan pada bayi dan kematian bayi karena BBLR menurut Dewi,

Pujiastuti dan Fajar, 2013 dalam Roifah, Razak, & Suwita (2019). Salah satu dampak

jangka panjangnya adalah balita atau batita yang dilahirkan akan mengalami stunting, dan

memiliki tingkat kecerdasan yang tidak optimal, menjadi lebih rentan terhadap penyakit

serta dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena berhubungan dengan produktivitas

kerja, Kemenkes RI, 2017 dalam (Roifah et al., 2019).

Kekurangan gizi yang terjadi di masa ini akan menimbulkan kerusakan awal pada

kesehatan, perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan sekolah dan daya produksi yang

bersifat menetap, tidak dapat diperbaiki. Jika janin mengalami kekurangan gizi, maka

anaknya kelak pada usia dewasa akan beresiko lebih tinggi untuk menderita penyakit

degeneratif (diabetes, hipertensi, penyakit jantung, stroke) dibandingkan dengan yang

tidak mengalami kekurangan gizi. Sehingga gizi seimbang ibu hamil yang baik adalah

faktor penting yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil bukan hanya harus

dapat memenuhi kebutuhan zat gizi untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk janin yang

dikandung (Damayanti, Pritasari, & Lestari, 2017).

1
2

Makanan yang dibutuhkan secara umum mengandung kalori, protein, vitamin, dan

mineral, serat, serta air yang cukup. Ibu hamil yang cukup makannya akan mendapatkan

kenaikan berat badan cukup baik. Kenaikan berat badan rata-rata selama hamil adalah 9-

13,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir.

Kenaikan berat badan trimester III minimal 0,5 kg per minggu. Bila kenaikan berat badan

kurang dari 9 kg atau lebih dari 13,5 kg harus dilakukan pemantauan yang cermat. Pada

dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil.

Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama hamil.

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang

sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dan berat badan

normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan

gizi ibu sebelum dan selama hamil. Sementara kurangnya asupan zat gizi makro

(karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (asam folat, zat besi, seng,

kalsium, iodium, dan lain – lain) dapat menimbulkan masalah gizi dan kesehatan pada ibu

dan bayinya.

Pemenuhan status gizi pada seribu hari pertama kehidupan mulai dari masa

kehamilan sampai dengan anak berusia dua tahun merupakan hal penting dalam

menentukan derajat kesehatan manusia. Jika pemenuhan gizi adekuat pada periode ini,

maka akan menghindari resiko stunting, KEK (Kekurangan Energi Kronik), anemia

sampai pada retardasi mental pada anak. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil

yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti kekurangan energi kronis

(KEK) dan anemia. Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai resiko

kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan. Akibatnya mempunyai

resiko keguguran, melahirkan bayi dengan BBLR, kematian ibu, pendarahan saat
3

persalinan, pasca persalinan sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan

kesehatan (Setyowati, 2019) .

Keberhasilan kesehatan ibu hamil dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu

(AKI) yang meliputi jumlah kematian ibu selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

Dikutip dari artikel surat kabar online Kompas.com bahwa berdasarkan data pada 2018 –

2019, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yakni 305 per 100.000 kelahiran

hidup (Jaya, 2019). Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan,

Angka Kematian Ibu di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri cenderung mengalami naik

turun capaian selama empat tahun terakhir dan pada tahun 2019 berjumlah 92 per 100.000

kelahiran hidup (Dinkes, 2019). Tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih

merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Penyebab kematian

langsung dapat bersifat medik. maupun non medik. Faktor non medik diantaranya keadaan

kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup dan perilaku. Faktor-

faktor trsebut akan mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana status kesehatan ibu

merupakan faktor penting penyebab kematian ibu. Kematian ibu di Indonesia secara

umum disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penyebab obstetri langsung meliputi

perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak

langsung yaitu adanya permasalahan nutrisi meliputi anemia pada ibu hamil

40%.Kekurangan energi kronis 37%, serta ibu hamil dengan konsumsi energi dibawah

kebutuhan minimal 44,2%, menurut data dari Depkes RI, (2018) dalam Wasfaedy (2020).

Menurut Ardani (2015) dalam (Fitrianingtyas, Pertiwi, & Rachmania, 2018),

organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi KEK dan anemia pada

kehamilan secara global 35-75% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga

dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. WHO juga mencatat 40%

kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan KEK dan anemia dengan prevalensi
4

terbanyak dari kasus tersebut karena ibu Kurang Energi Kronis (KEK) yang dapat

menyebabkan status gizinya berkurang. Pada tujuan SDGs 2015-2030 target nasional ibu

hamil KEK adalah 5% sehingga target ibu hamil non KEK adalah 95% (Kemenkes RI,

2015) dalam (Fitrianingtyas et al., 2018)). Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun

2013 prevalensi KEK wanita hamil umur 15-49 tahun adalah 24,2%. Hasil tersebut

menunjukan bahwa prevalensi risiko KEK pada ibu hamil masih tinggi. hamil non KEK

adalah 95% menurut Kemenkes RI, 2015 dalam (Fitrianingtyas et al., 2018). Prevalensi

KEK pada ibu hamil di Indonesia juga tergolong tinggi yaitu sebesar 17,3% (Kemenkes

RI, 2018). Sdangkan Prevelensi anemia di Indonesia sebesar 37,1% pada tahun 2016, dan

meningkat pada tahun 2018 sebesar 48,9% menurut Kemenkes RI, 2018 dalam (Roifah et

al., 2019).

Berdasarkan sumber data laporan rutin tahun 2020 (Kemenkes, 2021) yang

terkumpul dari 34 provinsi menunjukkan dari 4.656.382 ibu hamil yang diukur lingkar

lengan atasnya (LiLA), diketahui sekitar 451.350 ibu hamil memiliki LilA < 23,5 cm

(mengalami risiko KEK). Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase

ibu hamil dengan risiko KEK tahun 2020 adalah sebesar 9,7%, sementara target tahun

2020 adalah 16% dan provinsi Kalimantan Selatan berada pada angka 14,0 % dibawah

target nasional. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pencapaian target ibu hamil

KEK tahun ini telah melampaui target Renstra Kemenkes tahun 2020. Data ini diambil

per tanggal 20 Januari 2021. Jika capaian tersebut dibandingkan dengan ambang batas

menurut WHO, maka persentase bumil KEK di Indonesia termasuk masalah kesehatan

masyarakat kategori ringan (< 10 %). Namun demikian, tetap kasus ibu hamil dengan

KEK adalah tetap menjadi perhatian dan tugas bersama dari tenaga kesehatan dan semua

lintas sektor di dalamnya untuk terus berjuang menurunkan angka tersebut.


5

Kasus kehamilan dengan KEK dan anemia ditemukan juga di lahan praktek profesi

kebidanan penulis, tepatmya di pusksemas Kelayan Timur, kota Banjarmasin. Data dari

bidan pengelola program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan instalasi gizi, didapatkan

bahwa sasaran ibu hamil di tahun 2020 adalah 536, dengan pencapaian K1 adalah 408 ibu

hamil, dan yang terdeteksi KEK pada K1 terdata 101 ibu hamil dan anemia sejumlah 16

ibu hamil. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 24,8 persen ibu hamil tahun 2020 telah

terdeteksi KEK (komunikasi pribadi, Juni 4, 2021) dan 3,9 persen terdeteksi anemia di

Puskesmas Kelayan Timur (komunikasi pribadi, Juni 9, 2021). Hal ini mendorong penulis

untuk mengkaji kasus pasien dengan KEK dan anemia ini lebih dalam sesuai dengan

langkah manajemen kebidanan dalam asuhan kebidanan, dengan melakukan penelusuran

tinjauan pustaka untuk mengkaji perbandingan kasus dengan literatur- literatur yang sudah

ada. Sehingga diharapkan tenaga kesehatan profesi bidan dapat memberikan

penatalaksanaan yang tepat pada kasus ibu hamil dengan KEK dan anemia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tinjauan pustaka tentang kehamilan dengan KEK dan anemia ?

2. Bagaimana tinjauan kasus secara menyeluruh sesuai dengan langkah manajemen

asuhan kebidanan?

3. Bagaimana perbandingan tinjauan kasus di lapangan dengan tinjauan teori yang

sudah ada?
6

C. Tujuan

1. Tujuan umum.

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan ibu hamil patologi dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas Kelayan Timur

menggunakan metode pendokumentasian SOAP dengan titik tujuan utama untuk

meningkatkan tingkat kritis berfikir dengan memahami setiap rasionalisasi tahapan

penatalaksanaan.kasus .

2. Tujuan khusus.

a. Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil dengan Kekurangan Energi

Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas Kelayan Timur

b. Mampu merumuskan diagnose kebidanan pada ibu hamil dengan Kekurangan

Energi Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas Kelayan Timur

c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan dilakukan pada ibu hamil

dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas Kelayan

Timur.

d. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas Kelayan Timur.

e. Mampu melakukan evaluasi hasil pelaksanaan tindakan pada ibu hamil dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas Kelayan Timur.

f. Mampu melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada asuhan

kebidanan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia di

Puskesmas Kelayan Timur.

g. Mampu memahami rasionalisasi setiap langkah penatalaksanaan pada ibu

hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia di Puskesmas

Kelayan Timur.
7

D. Manfaat

1. Penulis

Manfaat bagi penulis adalah dapat menambah dan memperdalam wawasan

pengetahuan asuhan kebidanan patologi dan meningkatkan kemampuan analisis serta

tingkat kritis berfikir dengan memahami setiap rasionalisasi penatalaksanaan yang

diberikan kepada pasien ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).dan

anemia, sehingga dapat meningkatkan kualitas diri dalam memberikan praktek

pelayanan profesi kebidanan.

2. Institusi pendidikan

Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan, terutama

pengetahuan tentang asuhan kebidanan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis

(KEK) dan anemia.

3. Lahan praktik

Dapat memberikan masukan pada lahan praktek khususnya puskesmas dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia.

4. Ruang lingkup

Asuhan kebidanan ini ditujukan pada Ny. H. G1P0A0 usia kehamilan 18 minggu

dimana kunjungan dilakukan pada tanggal 27 April 2021 pukul 10.00 wita dan

kunjungan kedua tanggal 7 Juni 2021 pukul 09.30 di Puskesmas Kelayan Timur.

Asuhan yang akan diberikan pada Ny. H dimulai dari asuhan kebidanan dengan

memberi pendidikan kesehatan tentang ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis

dan anemia dan memberi pendidikan tentang gizi Ibu hamil, makanan tambahan dan

suplementasi zat besi .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional yang disitasi oleh

Saifuddin dalam buku Ilmu Kebidanana, kehamilan didefinisikan sebagai masa

dimana terjadinya konsepsi oleh sperma dan ovum (sel telur) sampai lahirnya janin.

Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,

yaitu trimester pertama berlangsung 0 sampai 12 minggu, trimester kedua 13 sampai

27 minggu, dan trimester ketiga 28 sampai 40 minggu. (Saifuddin, 2009b)

2. Kebutuhan fisik ibu hamil

Ibu hamil mengalami perubahan–perubahan pada dirinya baik secara fisik

maupun psikologis. Dengan terjadinya perubahan tersebut maka tubuh mempunyai

kebutuhan ksusus yang harus dipenuhi. Kebutuhan fisik ibu hamil yang harus

dipenuhi tidak sama dengan ketika sebelum hamil, karena ibu hamil harus

memenuhi untuk pertumbuhan janin, plasenta maupun dirinya sendiri. Terpenuhi

atau tidaknya kebutuhan fisik pada ibu hamil ini sangat menentukan kualitas

kehamilannya (Tyastuti, 2016).

a. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak

diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil. Pada

8
9

ibu hamil akan mengalami BB bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT

(Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung

dengan cara BB sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dlm m)2misalnya : seorang

perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg,TB 150 cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22

(termasuk normal).

Tabel 2.1 Kenaikan BB Wanita Hamil Berdasarkan BMI Atau IMT Sebelum Hamil

Kategori BMI Rentang Kenaikan BB yang


dianjurkan
Rendah ( BMI < 19,8 ) 12,5 - 18 kg
Normal ( BMI 19,8 - 26 ) 11,5 - 16 kg
Tinggi ( BMI > 26 - 29 ) 7 - 11,5 kg
Obesitas ( BMI > 29 ) < 6 kg

Sumber : Helen Varney, Buku Saku Bidan,Ilmu Kebidanan dalam


(Tyastuti, 2016)

Untuk memenuhi penambahan BB tadi maka kebutuhan zat gizi harus

dipenuhi melalui makanan sehari-hari dengan menu seimbang seperti contoh

dibawah ini.

Tabel 2.2 Kebutuhan Makanan Sehari-Hari Ibu Tidak Hamil, Ibu Hamil Dan
Ibu Menyusui.

Kondisi ibu hamil


Nutrien Tak hamil
Hamil Menyusui
Kalori 2.000 2300 3000
Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg
Vitamin C 60 mg 90 m 90 mg

Sumber : (Tyastuti, 2016)


10

Pengaturan pola makan yang baik sangat diperlukan dengan menu gizi

seimbang dan porsi isi piring tepat. Sesuai anjuran (Kemenkes, 2016) bahwa ibu

hamil wajib mengatur isi piring dengan porsi 1/3 bagian makanan pokok atau

karbohidrat, 1/6 bagian lauk pauk yang terdiri protein hewani dan nabati, 1/3

bagian sayuran dan 1/6 bagian buah-buahan. Dan penuhi kebutuhan hidrasi

dengan minum 8-12 gelas sehari atau minimal 2,5 liter.

Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah kehamilan triwulan

kedua harus menjadi perhatian, besar kemungkinan ada hal yang tidak wajar

sehingga sangat penting untuk segera memeriksakan ke dokter.

b. Personal hygiene

Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang

kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil karena bertambahnya

aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil cenderung menghasilkan keringat

yang berlebih, sehingga perlu menjaga kebersihan badan secara ekstra

disamping itu menjaga kebersihan badan juga dapat untuk mendapatkan rasa

nyaman bagi tubuh.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan badan

adalah dengan mandi minmal dua kali dalam sehari atau sesuai kebutuhan.

Air yang digunakan sebaiknya tidak teralu dingin atau terlalu panas.

Kebersihan akan terjaga terutama di lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada,

dan daerah genitalia. Selain itu, vulva dan vagina juga harus dijaga dengan

dibersihkan setiap mandi, setelah BAB atau BAK, dengan cara dibersihkan

dari depan ke belakang, kemudian dikeringkan dengan handuk kering.

Pakaian dalam dianjurkan terbuat dari bahan katun yang menyerap

keringat. Hindari kelembaban pada vulva dan vagina ataupun penggunaan


11

vaginal douching karena akan mengganggu mekanisme pertahanan vagina

yang dengan pH atau tingkat keasaman yag normal. Apabila pH berubah,

maka akan menjadi pemicu munculnya kuman dan bakteri yang menjadi

penyebab masalah di daerah vagina seperti keputihan yang gatal dan berbau.

Untuk menghindari hal ini terjadi, gantilah pakaian termasuk celana dalam

minimal 2 kali sehari atau lebih sering jika dirasakan terasa lembab atau

basah.

c. Eliminasi (BAB dan BAK)

Menurut (Tyastuti, 2016) pada ibu hamil sering terjadi obstipasi atau

sembelit saat buang air besar yang disebabkan oleh kurangnya gerak badan,

mual muntah pada hamil muda yang menyebabkan kurang makan, dan

peristaltik usus yang kurang karena pengaruh hormon kehamilan. Hal

tersebut dapat dikurangi dengan minum banyak air putih 8 sampai dengan

12 gelas sehari, gerak badan yang cukup, makan makanan yang berserat

seperti sayuran dan buah-buahan.

Untuk buang air kecil biasanya tidak mengalami kesulitan, bahkan

dirasakan lebih sering yang disebabkan karena penekanan kandung kemih

oleh pembesaran rahim. Namun terkadang karena terjadi perubahan

hormonal, daerah kewanitaan menjadi lebih basah dan bila kurang menjaga

kebersihan akan menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh subur, sehingga

ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan. Rasa gatal bisa mengganggu,

sehingga kadang bisa digaruk dan menyebabkan saat berkemih sering ada

sisa (residu) yang memudahkan terjadinya infeksi kandung kemih. Untuk

melancarkannnya dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan

banyak minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.


12

d. Seksual

Saat kehamilan bukan menjadi halangan untuk melakukan hubungan

seksual. Seperti yang dikutip dari (Nurul, Yasi, & Siti, 2014) banyak ibu

hamil yang cemas, takut dan khawatir saat berhubungan karena

kemungkinan kepala bayi akan cedera oleh penis atau alat kelamin pria.

Perlu dipahami bahwa posisi janin berada dibelakang serviksdan dilindungi

cairan ketuban dalam rahim. Namun dalam kondisi tertentu, hubungan

seksual wajib ditunda dulu pada kehamilan trimester satu apabila terjadi

keram perut, keluar flek darah dan terdapat gejala infeksi di alat kelamin.

Namun demikian, tetap sangat disarankan untuk melakukan posisi

hubungan seksual yang aman dan menyesuaiakan pembesaran perut. Seperti

posisi perempun diatas, karena posisi ini yang memungkinkan perempuan

dapat mengatur kedalaman penetrasi penis, juga dapat melindungi perut dan

payudara.

e. Kebutuhan tidur dan istirahat

Ibu hamil wajib mengatur pola tidur dan istirahat yang cukup untuk

membantu metabolisme tubuh yang baik, menghilangkan rasa lelah, pusing,

membuat tekanan darah stabil, serta membuat fikiran menjadi lebih nyaman

dan positif. Tidur malam hari dianjurkan 7-8 jam dan istirahat siang hari

kurang lebih 1 jam.

f. Kebutuhan psikologis

Pada kehamilan trimester I disebut sebagai masa penetuan untuk

membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Respon ibu akan berbeda-

beda, sikap ambivalent sering dialami pada ibu hamil. Kadamg- kadang ibu

merasa senang dan bahagia karena akan segera menjadi ibu dan orangtua, tetapi
13

tidak sedikit juga ibu hamil merasa sedih dan bahkan kecewa karena timbulnya

gangguan ketidaknyamanan seperti mual muntah, lemah, lelah dan

membesarnya payudara. Sedangkan pada trimester II rata-rata ibu hamil sudah

merasa sehat, karena tubuh sudah mulai mampu beradaptasi dengan segala

perubahan baik hormonal, fisik dan psikologis (Tyastuti, 2016).

Kebutuhan psikologis yang paling utama pada trimester II ini adalah

dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya. Suami tidak hanya

diperlukan untuk menyiapkan biaya persalinan dan mencukupi kebutuhan

keluarga, tetapi juga memperhatikan keadaan istrinya selama kehamilan.

Seorang istri yang merasa bahagia selama hamil, akan lebih bersemangat dan

akhirnya memiliki tenaga yang kuat untuk menjalani masa kehamilan sampai

dengan proses persalinan.

Selain itu dukungan dari anggota keluarga lain diperlukan seperti dari

mertua, orangtua ibu sebagai calon kakek dan nenek bayi yang ada di dalam

kandungan ibu hamil. Dukungan dapat berupa perhatian dengan sering

berkunjung menemui ibu hamil dan menanyakan keadaan serta kabar

kehamilannya. Keterlibatan kakek dan nenek dalam menyongsong kehadiran

cucu tergantung dengan banyak faktor diantaranya keinginan kakek dan nenek

untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek dan nenek, serta peran kakek dan

nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan.

Nenek dari ibu merupakan model yang penting dalam praktek

perawatan kehamilan dan bayi. Ibu hamil akan selalu teringat ketika ibunya

dulu merawat dirinya dan menjadi suatu hal yang patut ditiru. Nenek dari ibu

dapat menjadi sumber pengetahuan dan merupakan pendukung.


14

g. Kebutuhan akan asuhan kehamilan yang terstandar

Sesuai standar asuhan maka ibu hamil begitu diketahu hamil disarankan

sedini mungkin segera melakukan kunjungan ANC (Antenatal Care). Esensi

dari asuhan antenatal adalah pendidikan dan promosi kesehatan serta upaya

deteksi, sehingga begitu ada kelainan segera ditemukan dan dilakukan upaya

penatalaksanaan. Menurut standar pelayanan kebidanan (Kemenkes &

JICA, 2020) jadwal kunjungan ANC adalah dua kali pada trimester I, satu

kali pada trimester II, dan tiga kali setiap minggu pada trisemester III.

Sedangkan menurut WHO, program antenatal care pada tahun 2002 yaitu

kunjungan dilakukan 4 kali terdiri dari kunjungan pertama pada umur

kehamilan kurang dari 12 minggu, kedua pada umur kehamilan ± 26

minggu, ketiga pada umur kehamilan ± 32 minggu dan keempat pada umur

kehamilan ± 38 minggu. Program ini mengalami perkembangan pada tahun

2016, kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan standar 8 kali kunjungan

sebagai upaya menurunkan angka kematian perinatal dan kualitas perawatan

pada ibu. Delapan kali kunjungan antenatal care ditetapkan berdasarkan riset

dan meliputi kontak pertama dengan petugas kesehatan pada umur

kehamilan ± 12 minggu, kedua pada umur kehamilan ± 20 minggu, kontak

ketiga pada umur kehamilan ± 26 minggu, kontak ke empat umur kehamilan

± 30 minggu, kontak ke lima umur kehamilan ± 34 minggu, kontak ke enam

umur kehamilan ± 36 minggu, kontak ke tujuh umur kehamilan ± 38 minggu

dan kontak ke delapan pada umur kehamilan 40 minggu (WHO, 2016).

Berikut tabel perbedaan progam antenatal care WHO Tahun 2002 dan 2016.
15

Tabel 2. 3 Perbedaan Jadwal Kunjungan Antenatal Care

2002 WHO Focused ANC MODEL 2016 WHO ANC MODEL


Trimester I
Kunjungan 1 : 8-12 minggu Kontak : Sampai dengan 12 minggu
Trimester II
Kunjungan 2 : 24-26 minggu Kontak 2 : 20 minggu
Kontak 3 : 26 minggu
Trimester III
Kunjungan 3 : 32 minggu Kontak 4 : 30 minggu
Kunjungan 4 : 36-38 minggu Kontak 5 : 34 minggu
Kontak 6 : 36 minggu
Kontak 7 : 38 minggu
Kontak 8 : 40 minggu
Kembali periksa untuk persalinan pada umur kehamilan 41 minggu belum
melahirkan
Sumber : (WHO, 2016)

Mengutip panduan ANC dari WHO tahun 2016, tujuan ANC adalah

menempatkan perempuan pada pusat perhatian utama dalam pelayanan

kesehatan, memberikan pengalaman kehamilan yang memuaskan,

memastikan bahwa janin yang dikandungnya mendapatkan titik awal

kehidupan yang terbaik. Perlu diketahui bahwa 99% kematian maternal

terjadi di negara bersumberdaya rendah di mana mayoritas penyebab

sebenarnya dapat dicegah. Jadi, pelayanan antenatal yang tepat memegang

peranan yang sangat krusial. WHO 2016 mengeluarkan panduan baru

minimal 8 kali kunjungan pelayanan antenatal yaitu pada usia kehamilan 12,

20, 26, 30, 34, 36, 38 dan 40 minggu.

Menurut Kementerian Kesehatan dalam buku Ibu dan Anak (Kemenkes,

2016) standar pelayanan pemeriksaan kehamilan meliputi:

1) Pengukuran tinggi badan dan berat badan.

Pengukuran tinggi badan cukup satu kali, bila tinggi badan ≤145 cm,

maka termasuk kategori faktor resiko seperti yang dinyatakan dalam

skrining atau deteksi dini ibu resiko tinggi menurut kartu skor “Poedji
16

Rochjati” dalam (Kemenkes & JICA, 2020), kemungkinan panggul

sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Pemeriksaan berat

badan di ukur setiap kali setiap kali melakukan pemeriksaan. Sejak bulan

ke-4 pertambahan BB paling sedikit 1 kg/bulan atau akan lebih baik

menggunakan standar total kenaikan berat badan berdasarkan IMT atau

BMI berdasarkan .

2) Pengukuran tekanan darah.

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor resiko hipertensi (tekanan

darah tinggi) atau kemungkinan faktor kondisi patologi lainnya dalam

kehamilan.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis

(KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri.

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin

apakah sesuai dengan usia kehamilan.

Menurut (Tyastuti, 2016) pembesaran uterus pada perabaan tinggi

fundus adalah:

a) Tidak hamil atau normal : sebesar telur ayam (±30 g)

b) Kehamilan 8 minggu : sebesar telur bebek

c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa ( 3 jari diatas simfisis)

d) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis - pusat

e) Kehamilan 20 minggu : 1-2 jari bawah pusat

f) Kehamilan 24 minggu : sepusat


17

g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat – prosesus xipoideus

h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat – prosesus xipoideus

i) Kehamilan 36 minggu : 1 jari bawah xipoideus

5) Penentuan letak janin (Presentasi Janin) dan Penghitungan denyut

jantung janin

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada

masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau

lebih dari 160 kali/ menit menunjukkan ada tanda gawat janin, segera

lakukan perujukan.

6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid.

Status imunisasi Tetanus Toksoid ditentukan oleh petugas untuk

selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus toksoid

sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada Ibu dan

Bayi.

Tabel 2. 4 Rentang Waktu Pemberian Imunisasi TT dan Lama Perlindungannya

Imunisasi
Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan
TT
TT1 Langkah awal pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit Tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 Bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 tahun


TT5 12 bulan setelah TT4 >25 tahun
Sumber: Kemenkes RI, 2016

7) Pemberian tablet tambah darah.

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari

minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum 4 jam sebelum


18

jam tidur untuk mengurangi rasa mual dan menghindari korosif lambung

karena kandungan Fe apabila diminum langsung menjelang tidur.

Penyerapan zat besi akan sangat baik diserap tubuh dengan asupan

vitamin C yang cukup dan menghindari minum teh yang mengandung

asam fitat yang malah menghambat penyerapan zat besi.

8) Tes laboratorium.

a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil

bila diperlukan.

b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(anemia) atau tidak.

c) Tes pemeriksaan urine (air kencing)

d) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV, Sifilis, Hepatitis B, dan

sementara untuk pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.

9) Konseling atau penjelasan.

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai hasil pemeriksaan setiap

kali ibu hamil melakukan ANC, perawatan kehamilan, pencegahan

kelainan bawaan, tanda tanda bahaya kehamilan, persalinan dan inisiasi

menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,

Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan

secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil. Serta sampaikan

informasi waktu untuk kunjungan ulang selanjutnya sesuai standar

Kemenkes atau kontrol segera bila menemukan tanda-tanda bahaya yang

sudah dijelaskan.
19

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan.

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil maka ibu

berhak mendapatkan pengobatan oleh tenaga kesehatan.

3. Ketidaknyamanan ibu hamil trimester 1

a. Mual muntah

Mual muntah terjadi pada 50% wanita hamil. Mual kadang-kadang sampai

muntah yang terjadi pada ibu hamil biasanya terjadi pada pagi hari sehingga

disebut morning sickness meskipun bisa juga terjadi pada siang atau sore hari.

Mual muntah ini lebih sering terjadi pada saat lambung dalam keadaan kosong

sehingga lebih sering terjadi pada pagi hari.

Sampai saat ini penyebab secara pasti belum dapat dijelaskan namun ada

beberapa anggapan bahwa mual muntah dapat disebabkan oleh beberapa hal

diantaranya :

1) Perubahan hormonal

2) Adaptasi psikologia/faktor emosional

3) Faktor neurologis

4) Gula darah rendah mungkin tidak makan dalam beberapa jam

5) Kelebihan asam lambung

6) Peristaltik lambat

Upaya yang dilakukan untuk meringankan atau mencegah dengan

melakukan beberapa hal, pada pagi hari sebelum bangun dari tempat

tidur,makan biskuit atau crackers dan minum segelas air. Ibu hamil juga harus

menghindari makanan pedas dan berbau tajam. Ibu hamil dianjurkan untuk

makan sedikit tapi sering, cara ini dapat mempertahankan kadar gula darah.

Makan 2 jam sekali sedikit-sedikit lebih baik daripada makan tiga kali sehari
20

dalam jumlah banyak. Saat makan jangan lupa minum air, atau diantara waktu

makan dapat membantu mempertahankan hidrasi tubuh. Ibu hamil sangat

dianjurkan makan permen atau minum manis (minum jus buah) atau minum

susu sebelum tidur atau pada saat bangun tidur dapat mencegah hipoglikemi.

Upayakan mengurangi diet lemak, diet tinggi lemak dapat memperparah mual

muntah, hindari makanan yang digoreng. Saat bangun pagi atau sore hari secara

perlahan bangun dari tempat tidur, dan hindari gerakan mendadak.

b. Keputihan / Leukorrea

Ibu hamil sering mengeluh mengeluarkan lendir dari vagina yang lebih

banyak sehingga membuat perasaan tidak nyaman karena celana dalam sering

menjadi basah sehingga harus sering ganti celana dalam. Kejadian keputihan

ini bisa terjadi pada ibu hamil trimester pertama, kedua maupun ketiga.

Penyebab utama adalah meningkatnya kadar hormon estrogen pada ibu

hamil trimester I dapat menimbulkan produksi lendir servix meningkat.Pada ibu

hamil terjadi hyperplasia pada mukosa vagina.

Cara meringankan dan mencegah :

1) Jaga kebersihan dengan mandi setiap hari.

2) Bersihan alat kelamin dan keringkan setiap sehabis BAB atau BAK

3) Membersihkan alat kelamin (cebok) dari arah depan ke belakang.

4) Ganti celana dalam apabila basah.

5) Pakai celana dalam yang terbuat dari katun sehingga menyerap keringat

dan membuat sirkulasi udara yang baik.

6) Tidak dianjurkan memakai semprot atau douch.


21

c. Pusing / sakit kepala

Ibu hamil sering mengeluh sakit kepala, keluhan ini bisa dirasakan ibu hamil

baik trimester I, trimester II maupun trimester III. Faktor yang menjadi penyebab

1) Kelelahan atau keletihan

2) Spasme / ketegangan otot

3) Ketegangan pada otot mata

4) Kongesti (akumulasi abnormal / berlebihan cairan tubuh)

5) Dinamika cairan syaraf yang berubah.

Cara meringankan atau mencegah :

1) Relaksasi untuk meringankan ketegangan/spasme.

2) Massase leher dan otot bahu

3) Tidur cukup pada malam hari dan istirahat cukup pada siang hari

4) Mandi air hangat

5) Jangan pergi dalam periode lama tanpa makan

6) Penuhi kebutuhan cairan minimal 10 gelas per hari

7) Hindari hal dapat menyebabkan sakit kepala (mata tegang, ruangan

sumpek, asap rokok, lingkungan sibuk)

8) Lakukan jalan santai di udara segar

9) Istirahat pada tempat yang tenang dan rileks

10) Lakukan meditasi atau yoga.

4. Kehamilan dengan KEK (Kurang Energi Kronis)

Menurut (Ningsih, 2017) KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat

kekurangan energi atau ketidakseimbangan asupan energi dalam waktu lama

(kronis) sehingga tidak dapat dievaluai dalam waktu singkat. Atau menurut
22

(Fitrianingtyas et al., 2018) Kurang Energi Kronis (KEK) pada wanita hamil

adalah status gizi kurang seseorang karena ketidakseimbangan antara asupan

pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Sehingga hal ini akan

mengakibatkan berbagai gangguan kesehtan pada ibu, yang berdampak pada tidak

terpenuhinya kebetuhan gizi ibu hamil yang semakin meningkat.

5. Pemberian PMT (Pendamping Makanan Tambahan)

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah makanan yang dikonsumsi

sebagai tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan

tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal yang diberikan

minimal selama 90 hari berturut-turut. Produk PMT untuk ibu hamil KEK yang

akan diberikan perlu memperhatikan aspek cita rasa, kepraktisan, daya simpan,

kemudahan dalam penyajian dan mudah mendapatkan bahannya di masyarakat

karena masyarakat sudah mengenalnya. Biskuit merupakan jenis produk yang

dinilai dapat memenuhi persyaratan tersebut sehingga sesuai digunakan sebagai

Makanan tambahan (Kemenkes RI, 2015 dan Candradewi, 2015 dalam Unimus

Repository).

PMT Ibu Hamil setiap 100 gram mengandung 520 Kkalori. Tiap sajian PMT

Bumil mengandung 520 Kkalori, 56 gram karbohidrat, 16 gram protein, dan 26

gram lemak. PMT Bumil mengandung 9 macam vitamin (A,B1,B2, B3, B6, B12,

C, D dan E) serta 8 mineral (Asam Folat, Zat Besi, Selenium, Kalsium, Natrium,

Zink, Iodium, dan Fosfor). Ketentuan pemberian PMT Bumil pada kehamilan

trimester I diberikan 2 keping per hari. Pada kehamilan trimester II dan III

diberikan 3 keping per hari. Pemberian PMT Bumil diberikan hingga Ibu hamil

tidak lagi berada dalam kategori kurang energi kronis (KEK) sesuai dengan
23

pemeriksaan lingkar lengan atas (LILA). Apabila berat badan sudah sesuai standar,

dilanjutkan dengan mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.

B. Etiologi / Penyebab

Penyebab langsung dari kasus kejadian ibu hamil dengan KEK ini tentunya adalah

asupan atau konsumsi gizi yang tidak cukup dan penyakit. Adapun penyebab tidak

langsung diantaranya persediaan makan tidak cukup, pola asuh tidak memadai, kesehatan

lingkungan dan pelayanan kesehatan tidak memadai, kurang pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan ( Kemenkes RI, 2015 dalam Unimus Repository).

Ditemukan dalam beberapa jurnal tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

angka kejadian KEK pada ibu hamil diantaranya Fitrianingtyas et al., (2018) ditemukan

bahwa faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan, penyakit infeksi dan ANC

(Ante Natal Care). Dalam Sandra (2018), ditemukan faktor perdisposisi dari KEK adalah

umur, sikap, pengetahuan dan kepercayaan dari ibu hamil. Laila ( 2017) menemukan

bahwa pendapatan keluarga, umur, paritas dan jarak kehamilan cukup mempengaruhi.

Selain itu Andini (2020) memaparkan bahwa selain faktor umur <20 tahun dan >35 tahun,

faktor lain yang mempengaruhi adalah pendidikan rendah, tidak bekerja dan

berpenghasilan rendah.

Berikut dipaparkan secara lengkap, faktor – faktor predisposisi yang

menyebabkan angka kejadian KEK pada bumil (Ningsih, 2017):

1. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan. Wanita yang sedang hamil

dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi anggota keluarga

yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius

mengenai penambahan gizi.

2. Status ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemeliharaan makanan yang akan

dikonsumsi sehari-harinya.
24

3. Pengetahuan zat gizi dalam makanan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu

akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Ibu dengan pengetahuan gizi

baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.

4. Status kesehatan. Status kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh

terhadap nafsu makannya. Seorang ibu dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki

nafsu makan yang berbeda dengan ibu yang sehat.

5. Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang aktif

memerlukan energi yang lebih besar daripada mereka yang hanya duduk diam saja.

Maka semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan semakin

banyak.

6. Suhu lingkungan. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan, maka

mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu

tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolisme tubuh,

makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan makin besar pula

panas yang dilepaskan.

7. Berat badan. Berat badan seorang ibu hamil yang sedang hamil akan menentukan

zat makanan yang diberikan agar kehamilannya dapat berjalan dengan lancar

8. Umur. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan

berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan (Kristiyanasari, 2010 dalam

Ningsih, 2017)

C. Patofisiologi / Mekanisme

Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dimulai sebelum hamil dari pra

nikah (catin) bahkan usia remaja.

Kehamilan pada usia remaja akan menimbulkan masalah antara lain :


25

1. Terjadi kompetisi kebutuhan zat gizi antara remaja dengan janin yang

dikandungnya.

2. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit.

3. Organ reproduksi remaja masih dalam proses tumbuh kembang seperti panggul

belum berkembang maksimal (panggul sempit) yang akan menyulitkan proses

persalinan.

4. Mental remaja yang belum siap menjadi seorang ibu mengakibatkan pola asuh

yang tidak baik.

Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah merah

bertambah, jumlah plasma meningkat, uterus dan payudara membesar serta

berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan dan perkembangan organ-organ vital

janin, termasuk pembentukan kepala dan sel-sel otak, terjadi pada trimester 1. Selama

trimester II dan III, semua fungsi organ janin mengalami pematangan dan penyempurnaan.

Selama masa ini, janin tumbuh sangat cepat, ditandai dengan pertambahan berat badan ibu

yang paling besar. Kekurangan gizi yang terjadi selama ibu hamil trimester II dan III dapat

mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat. Oleh karena itu makanan dan minuman ibu

hamil yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin kesehatan

ibu dan janin.


D. Clinical Pathway
Ibu Hamil
KEK

Konsumsi gizi Penyakit Peyebab


Tidak cukup Langsung
BB tidak bertambah Maternal

Persediaan Pola asuh Kesling dan Peyebab


Faktor langsung Penyakit Infeksi
makanan tidak Yankes tidak Tidak
a) Pola konsumsi tablet FE
tidak cukup memadai memadai Langsung
b) Penyakit infeksi

Komplikasi
c) Perdarahan Anemia
d) Status gizi Kurang pendidikan,
e) Fisiologis hipervolemia pengetahuan dan keterampilan

Tata Laksanana Kurang pemberdayaan wanita, Masalah


keluarga dan SDM Utama

Transfusi pada Hb Pengangguran, inflasi, kurang


Tablet FE 60 mg pangan dan kemiskinan
< 8 gr % atau
oral + Asama folat Konseling Gizi Masalah
timbul gagal
400 mcg perhari Krisis Ekonomi, Politik dan Sosial Dasar
jantung

IUGR Neonatal Intervensi Gizi

BBLR
Penyediaan Koordinasi lintas Monitoring
Konseling gizi
makanan sektor Evaluasi
Kelainan Kongenital

Anemia BBLR
PMT 500 KKal

IUFD

Gambar 2.1 Clinical Pathway


Sumber : Buku Bahan Ajar Gizi ( M., Wiyono, & Harjatmo, 2017) dan Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal (Saifuddin, 2009a)

26
27

E. Manifestasi Klinik / Tanda Gejala

Pada kasus ibu hamil dengan KEK dapat diketahui dan dikenali dari beberapa

pengukuran antropometri. Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko

KEK adalah dengan pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) pada salah satu tangan

yang bukan tangan dominan untuk beraktivitas (Supariasa, Bakrie, dan Fajar, 2012 dalam

Ningsih, 2017).

Cara mengukur LILA : Membebaskan lengan kiri dari pakaian,

mempersilahkan ibu berdiri dengan menekuk siku tangan yang tidak dominan (90º),

mengukur pertengahan antara siku dan pangkal lengan bagian atas (akromion) dengan

pita ukur LILA, beri tanda pada pertengahan lengan (pita ukur tetap berada pada posisi

pertengahan tersebut), minta ibu untuk meluruskan lengan dengan tergantung bebas,

melingkarkan pita di bagian tengah lengan atas sebelah kiri (pertengahan siku dengan

pangkal lengan sebelah atas), memasukkan ujung lancip pita ke dalam lubanga garis 0

(titik 0), menarik pita sehingga melingkari lengan (tidak longgar dan tidak ketat). Hasil

pengukurran LILA <23.5 cm berarti risiko KEK.

Sebuah komisi dari the Interational Dietary Energy Consultative Group

mendefinisikan defisiensi energi yang kronik berdasarkan pada indeks masa tubuh (IMT)

orang dewasa. Memiliki IMT kurang dari 18,5 kg/m² merupakan kriteria diagnostik dari

KEK (Gibney dkk, 2013 dalam Ningsih, (2017).

Berikut adalah cara menghitung IMT :

Berat badan pada trimester I / bila bila tidak ada BB sebelum hamil (Kg)

TB (m) x TB (m)

Sumber : ((Damayanti et al., 2017)


28

F. Komplikasi

KEK dalam kehamilan akan menimbulkan dampak berupa komplikasi baik

terhadap ibu maupun terhadap janin:

1. Maternal

a. Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g% pada

trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2 (Manuaba, 2010 dalam

Ningsih, 2017).

Tabel 2.5 Klasifikasi Anemia

Kadar Hb Kategori
11 gr% Tidak anemia
9-10 gr% Anemia ringan
7-8 gr% Anemia sedang
<7 gr% Anemia berat

Sumber : (Manuaba, 2010 dalam Ningsih, 2017).

Penyebab dari anemia ibu hamil selain dari faktor defisiensi nutriri (defisiensi besi

dan anemia megaloblastic), juga bisa disebabkan infeksi kronik (malaria, TBC,

hepatitis, infeksi parvovirus, kecacingan). Selain itu, bisa juga disebabakan

karena kelainan sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru /

thalasemia (anemia hipoplastik). Penyebab lain adalah kondisi fisiologis

kehamilan yang menyebabkan terjadinya hemodilusi. Selain itu, bahkan bisa

disebabakan oleh paparan sinar radio aktif pada pasien kemoterapi, penggunaan

obat-obatan tertentu (seperti chloramphenicol, antibiotika), atau bahan kimia

seperti insektisida atau benzene (Saifuddin, 2009a).


29

Patofisiologi atau mekanisme terjadinya anemia dalam kehamilan dapat

dijelaskan sebagai berikut. Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal

antara lain hipervolemia yang terjadi saat kehamilan. Pada wanita hamil saat

volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi

peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada

peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu 450 ml atau 33%, tetapi tidak

seimbang dengan peningkatan volume plasma sehingga terjadi hemodilusi. Pada

awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi 6 minggu, kemudian

laju peningkatan melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester

kedua dan lajunya memuncak pada trimester ketiga.

Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi

penting antara lain : mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di

payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran

hemogloblin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi

terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih

ringan. Faktor lain dari penyebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe

ibu hamil. Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester

dua (puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi hemodilusi

(pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga hemoglobin akan mengalami

penurunan, mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis.

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan,

dan maksimum terjadi pada trimester III dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun

sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi
30

yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron.

Faktor penyebab dari anemia itu sendiri bisa kita gambarkan secara menyeluruh

dalam gambar sebagai berikut sebagai berikut:

Faktor Dasar :
a) Sosial ekonomi
(pendapatan perkapita
keluarga)
b) Pengetahuan
c) Pendidikan
d) Perilaku
e) Budaya
Faktor Langsung :
a) Pola konsumsi tablet Fe
b) Penyakit infeksi ANEMIA
c) Perdarahan
d) Status gizi
e) Fisiologis hipervolemia
Faktor Tidak Langsung :
a) Kunjungan ANC
b) Paritas
c) Umur
d) Riwayat kesehatan
Gambar 2.2 Clinical Pathway Anemia Kehamilan

Sumber : Bahan Ajar Gizi (M. et al., 2017)

Tanda gejala atau manifestasi klinik yang bisa muncul dari kasus anemia

menurut (Saifuddin, 2009b) adalah Cepat lelah, lesu, mata berkunang, pusing,

gampang pingsan, sesak nafas saat beraktivitas atau berolahraga berat, permukaan

kulit dan wajah pucat, mual muntah lebih hebat dari hamil muda, jantung berdebar

– debar. Sedangkan komplikasi anemia memberikan dampak terhadap ibu dan

janin dalam kehamilan. Bagi ibu dapat menyebabkan terjadinya abortus,

persalinan prematuritas, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis ( Hb

< 6 gr% ), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,


31

ketuban pecah dini (KPD). Bagi janin diantaranya pertumbuhan janin terhambat,

terjadi kematian intra uteri, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia,

dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian

perinatal dan inteligensia rendah.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe

dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl,

sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen

sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat

dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan

0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari. Kepandaian

dalam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan menu makanan serta

mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan

bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Mengindari makanan yang dapat

menghambat penyerapan zat besi yaitu kopi dan teh. Mengkonsumsi pangan lebih

banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein

hewani, terutama hati. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti

jeruk, tomat, mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi

(Anonim, 2020).

Menurut Saifuddin, (2009a) penanganan umum dari anemia kehamilan

adalah pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari,

serta penyuluhan gizi ibu hamil. Hal ini ditujukan apabila pencetus dari anemianya

adalah karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung protein, zat besi,

vitamin B12 dan asam folat. Namun perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang

lebih lengkap, agar pencetus pasti ditemukan dan pasien mendapat

penatalaksanaan yang tepat.


32

Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen zat besi.

Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan

konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati,

ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran

berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah – buahan

(jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula menambahkan substansi

yang mendahulukan penyerapan zat besi sperti vitamin C, air jeruk, daging ayam

dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan

kopi patut dihindari (Anonim, 2020).

b. Berat badan tidak bertambah secara normal.

c. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi pada kehamilan adalah masuknya mikroorganisme patogen

ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan tanda atau gejala

penyakit (Saifuddin, 2009b). Mikroorganisme yang termasuk dalam kategori

berikut : virus, bakteri, jamur, riketsia, protozoa, dan hewan parasit.

Mikroorganisme meningkat 2 kali lipat pada ibu hamil, bahaya pada ibu hamil

yaitu : dehidrasi, asupan nutrisi yang buruk, dan ketidak seimbangan elektrolit.

Bahaya pada janin di waktu yang akan datang yaitu demam, influenzapneumonia

dan kelainan kongenital (Varney, 2007).

2. Neonatal

a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat tertentu sebelum

kehamilan berusia 22 minggu kehamilannya.

b. Bayi dengan hambatan pertumbuhan memiliki angka kematian lebih tinggi di

bandingankan bayi normal.


33

c. Kematian janin. Gizi kurang pada ibu hamil menyebabkan pertumbuhan

terhambat janin. Pertumbuhan janin terhambat memiliki risiko kematian 6-19

kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi normal.

d. Kelainan kongenital. Kelainan struktur organ janin sejak saat pembuahan

faktor gizi salah satunya. Ibu dengan kekurangan gizi dapat meningkatkan

kemungkinan kelainan organ terutama saat pembentukan organ tubuh.

e. Anemia pada bayi. Anemia terjadi pada bayi premature karena pada bayi

prematur sel darah merah menurun. Kemampuan leokosit masih kurang dan

pembentukan antibodi masih belum sempurna.

f. Pada ibu KEK risiko terhadap janin yaitu dapat menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat. Bayi dengan pertumbuhan terhambat akan lahir dengan berat

bdan rendah (<2.500 gram) pada waktu lahir.

G. Penatalaksanaan Medis

Strategi dalam intervensi gizi mengacu pada empat kategori:

1. Penyediaan makanan. PMT pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai

tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama sehari-hari (Kemenkes, 2014

dalam Ningsih , 2017).

2. Konseling/ edukasigizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki status gizi melalui

penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar.

3. Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektoral

terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil mendapat kendala untuk

melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka tenaga gizi dapat

berkolaborasi dengan tenaga masyarakat. Dukungan keluarga sangat diperlukan

untuk pemberian PMT.


34

4. Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kemajuan

gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik pemberian makan ibu hamil.

Indikator monitoring evaluasi adalah kenaikan Berat Badan, perbaikan hasil lab

(Gizi Kemenkes, 2012 dalam Ningsih 2017)

H. Penatalaksanaan Kebidanan

Dalam rangka penanggulangan KEK pada ibu hamil perlu dilakukan

beberapa tahapan kegiatan yang terintegrasi dengan pelayanan antenatal. Seorang bidan

profesional harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK

sesuai dengan tahapan manajemen kebidanan yang terangkum dalam kegiatan sebagai

berikut:

1. Pendataan (Pengkajian)

Pada tahapan ini pendataan dilakukan pada ibu hamil di wilayah kerja yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan atau bidan dibantu oleh masyarakat desa atau kader.

Pengkajian dilakukan secara lengkap sesuai format data subjektif asuhan kebidanan

pada ibu hamil. Meliputi identitas, keluhan, riwayat perkawinan, riwayat haid,

riwayat obstetric, riwayat keluarga berencana,riwayat kesehatan, keadaan kehamilan

sekarang, pola kebutuhan sehari-hari (nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas,

tidur dan istirahat serta pola seksual), dan data psikososial serta spiritual. Sehingga

lengkap didapatkan data subjektif secara menyeluruh untuk mengkaji kondisi pasien.

2. Pelayanan

Pelayanan gizi dilakukan pada ibu hamil berupa pemeriksaan antropometri

(BB,TB,LILA). Pelayanan gizi pada ibu hamil mengikuti standar antenatal terpadu

yang meliputi timbang berat badan dan ukur tinggi badan, nilai status gizi (ukur

LILA), memberikan Tablet Tambah Darah (TTD), tatalaksana kasus, dan temu wicara
35

atau konseling. Sedangkan mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,

menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi

tetanus dan pemberian imunisasai TT, pemeriksaan laboratorium sederhana

dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya. Secara rinci pelayanan gizi ibu hamil

diuraikan sebagai berikut :

a. Penapisan

Penapisan dilakukan pengukuran LILA, hasil laboratorium dan ada tidaknya

penyakit.

b. Penentuan status gizi

Normal jika LILA ≥ 23,5 cm - KEK jika LILA < 23,5 cm Selain status gizi

perlu diperhatikan kondisi ibu hamil yang berisiko. Disebut Ibu Hamil Risiko

Tinggi bila TB < 145 cm dan atau BB < 45 kg pada seluruh usia kehamilan, anemia

bila HB < 11 g/dl.

c. Pelayanan gizi

Pelayanan gizi pada ibu hamil terintegrasi di dalam pelayanan Antenatal

terpadu. Pelayanan Antenatal terpadu mencakup pelayanan preventif, promotof

sekaligus kuratif dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian

Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular, Ibu hamil yang mengalami kekerasan

selama kehamilan serta program spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan. Setiap

ibu hamil mempunyai risiko mengalami masalah gizi terutama KEK, sehingga

semua ibu hamil harus menerima pelayanan Antenatal yang komprehensif dan

terpadu. Tujuan pelayanan Antenatal terpadu meliputi deteksi dini, pengobatan dan

penanganan gizi yang tepat terhadap gangguan kesehatan ibu hamil termasuk

masalah gizi terutama KEK; Persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi

komplikasi akibat masalah kesehatan terutama masalah gizi pada ibu hmail KEK;
36

Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya akibat KEK melalui penyuluhan

kesehatan dan konseling.

Pelayanan gizi pada ibu hamil KEK harus ditangani sesuai standar dan

kewenangan tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi, dengan mengikuti tahapan:

1) Pengkajian gizi

Pengkajian Gizi Pengkajian gizi dilakukan dengan interpretasi data

antropometri, biokimia, klinis asupan makanan/riwayat gizi dan riwayat

personal.

a) Interpretasi data antropometri

Interpretasi data antropometri menggunakan LILA ( KEK jika LILA <

23,5 cm ), IMT pra hamil gizi kurang jika < 18,5 kg/m2.

b) Interpretasi data biokimia

Interpretasi data biokimia Hb (anemia jika Hb < 11 g/dl) .

c) Interpretasi data klinis

Interpretasi data klinis Kurus, pucat.

d) Interpretasi data asupan atau riwayat gizi

Mendata asupan makan dengan cara menanyakan Food recall 24 jam

dengan menggunakan formulir asuhan gizi.

e) Riwayat personal

Riwayat personal yaitu, sosial ekonomi dan budaya (keyakinan terkait

pola makan)

f) Membandingkan dengan standar yang ada

2) Menerapkan diagnosis gizi

Diagnosis gizi adalah menentukan masalah gizi berdasarkan Problem,

Etiologi, dan Sign serta symptom (PES). Diagnosis gizi bersifat spesifik
37

serta terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan malnutrisi dan

perilaku makan. Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis.

3) Intervensi gizi

Strategi intervensi gizi kepada ibu hamil KEK mengacu pada 4 kategori

yaitu:

a) Penyediaan makanan

Penyediaan makan diawali dengan perhitungan kebutuhan, pemberian

diet (termasuk komposisi zat gizi, bentuk makanan dan frekuensi

pemberian dalam sehari). Terdiri dari:

 Perhitungan kebutuhan energi per individu ditambah 500 kkal

untuk usia kehamilan Trimester I,II dan III.

 Pemberian diet sesuai kebutuhan per individu normal yang meliputi

kebutuhan energi dan zat gizi ditambah dengan 500 kkal sebagai

penambahan energi selama kehamilan. Bentuk penambahan energi

500 kkal dapat berpa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada

ibu hamil KEK. PMT dapat berupa pangan lokal atau pabrikan dan

minuman padat gizi. Untuk PMT ibu hamil pabrikan 500 kkal, 15

gr protein, diberikan 90 hari, dapat berupa biskuit lapis sandwich (

100 gram ).

b) Konseling gizi

Konseling gizi dilakukan dengan tujuan membantu ibu hamil KEK

dalam memperbaiki status gizinya melalui penyediaan makanan yang

optimal agar tercapai berat badan standar.

Tahapan konseling :
38

 Menentukan prioritas perubahan perilaku yang perlu dilakukan

untuk mencapai kesehatan ibu hamil.

 Mendiskusikan prioritas perubahan perilaku bersama dengan ibu

hamil agar dapat dilakukan sesuai dengan kondisinya.

 Menjelaskan bagaimana prinsip gizi seimbang bagi ibu hamil dan

PHBS (Perilaku Hidup Bersih).

 Menjelaskan tentang pentingnya makanan yang cukup selama

kehamilan terutama penambahan energi sesuai dengan

trimesternya.

 Menjelaskan tentang pentingnya pemilihan makanan yang tepat

selama kehamilan dengan cara mengajarkan ibu bagaimana

mengganti bahan makanan dengan bahan makanan yag sejenis (

contoh makanan sumber energi nasi bisa diganti dengan singkong,

mie, roti, jagung, dengan menggunakan Bahan Makanan Penukar)

 Memberikan contoh pola makan yang tepat terdiri dari makanan

pokok, sumber protein hewani, nabati, sayur dan buah) serta

penambahan energi sesuai dengan trimester dalam bentuk susu atau

PMT lain.

 Memberikan contoh menu sehari bergizi seimbang bagi ibu hamil.

 Memberika contoh makanan tambahan sebesar 500 kkal, 15 gr

protein (dapat diberikan dalam bentuk makanan selingan 2-3 kali

sehari, dalam bentuk makanan atau minuman padat gizi).

 Menyarankan ibu hamil untuk mengatasi rasa bosan dari PMT

pabrikan, maka diberikan resep modifikasi PMT pabrikan seperti

puding biskuit, puding susu, biskuit toping coklat, bola-bola biskuit.


39

 Menyarankan ibu hamil untuk menambah waktu istirahat dengan

berbaring 1 jam pada siang hari.

 Melakukan evaluasi konseling yang dilakukan dengan cara

menanyakan ulang kepada ibu hamil tentang bagaimana pola

makan yang baik bagi ibu hamil.

 Mengatur dan memotivasi kunjungan ulang secara berkala ke

pelayanan kesehatan. Jika belum waktu berkunjung ulang tiba, ibu

ada keluhan/permasalahan yang terkait dengan pemberian makan

ibu hamil dapat menghubungi tenaga gizi atau tenaga kesehatan

terdekat.

c) Koordinasi lintas sector

Kegiatannya antara lain :

 Membuat makanan tambahan berbasis bahan makanan lokal

 Memotivasi ibu hamil KEK untuk meningkatkan asupan makanan

sehari-hari dan mengkonsumsi PMT sesuai kebutuhan

 Memantau pemanfaatan PMT melalui pendampingan kader

 Merujuk ke fasilitas kesehatan bila ada penyulit dan penyakit

penyerta

 Memotivasi kesadaran makan ibu hamil

 Mengelola PMT lokal melalui kelas ibu KEK

d) Monitoring dan Evaluasi

Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dan kemajuan status gizi ibu hamil KEK dalam

melaksanakan praktek pemberian makan ibu hamil. Indikator


40

monitoring evaluasi meliputi kenaikan BB, peningkatan LILA, dan

peningkatan asupan makanan termasuk asupan makanan dari PMT.


BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANANPADA IBU HAMIL

G 1 P 0 A 0, USIA KEHAMILAN 18 MINGGU, JANIN TUNGGAL, HIDUP, INTRA


UTERIN DENGAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Hari/ Tanggal pengkajian : 7 Juni 2021

Nama Mahasiswa : Siti Sarah Citra Hati

Tempat : PKM KTM

NIM : 11194992110033

Jam Pengkajian : 09.30 wita

No. Keterampilan : MP 1

A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri (pasien)
Nama : Ny. H.
Umur : 20 tahun (18-08-2000)
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Banjar
Pendidikan : SMA (Madrasah Aliyah)
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kelayan Timur RT 31/ RW 02, Gang
Sampurna Peradapan no. 25, Kec.
Banjarmasin Selatan, Kota
Banjarmasin
Suami (Penanggung Jawab)
Nama : Tn. R
Umur : 22 tahun (04-03-1998)

41
42

Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Banjar
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kelayan Timur RT 31/ RW 02, Gang
Sampurna Peradapan no. 25, Kec.
Banjarmasin Selatan

2. Keluhan Utama :
Pusing disekitar kepala sejak 6 minggu yang lalu masih dirasakan, namun derajat
sakit berkurang dari sebelumnya dan masih tetap bisa beraktivitas.

3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah
7bulan

4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 35-41 hari
c. Teratur/tidak : teratur
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut/ hari
f. Dismenorhoe : tidak ada
g. HPHT : 03 -02- 2021
h. Taksiran : 10 -11- 2021
i.

5. Riwayat Keluarga Berencana


Tidak pernak ber-KB

6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan ibu :
Memiliki riwayat gastritis sejak remaja, namun tidak memiliki riwayat
penyakit jantung, hepatitis, DM, HIV/AIDS, malaria, TBC, kecacingan,
43

haemoroid ataupun kelainan darah. Tidak pernah melakukan pengobatan


kemoterapi. Tidak pernah mengkonsumsi alkohol, jamu, merokok dan obat-
obatan seperti jenis klorampenicol ataupun antibiotika.
b. Riwayat Kesehatan keluarga :
Memiliki riwayat penyakit hipertensi dari bapak, dan tidak memiliki riwayat
penyakit DM, kelainan darah dan kehamilan kembar.

7. Keadaan Kehamilan Sekarang


a. Selama hamil ibu periksa di : Puskesmas Kelayan Timur
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 7 minggu 2 hari
c. Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I : 2 Kali
Trimester II : 1 kali
Hasil
Fasilitas Umur
Tanggal/Bulan/Tahun Pemeriksaan /
Kesehatan Kehamilan
Analisa

16/03/2021 PKM Kelayan 7 minggu 2 Kehamilan


Timur hari dengan KEK
27-04-2021 PKM Kelayan 12 minggu 1 Kehamilan
Timur hari dengan KEK
Saat ini (07-06-2021)

d. TT I : Saat sekolah
TT II : Oktober 2020 (lupa tanggalnya)

e. Keluhan/ masalah yang dirasakan ibu


No Keluhan/ Masalah Umur Tindakan Oleh Ket
Kehamilan
Keluhan- keluhan 12 minngu 1 Akan Bidan -
sebelumya seperti hari dilakukan
pusing mulai pemeriksaan
berkurang dan BAB di PKM
44

mulai lancar. Kelayan


Timur

8. Pola Kebutuhan Sehari-hari


1. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : menu kurang seimbang (nasi, lauk pauk ikan saja
dan telur, daging tidak suka, serta jarang makan protein nabati , sayur mulai
dicoba, dan buah2an kadang makan pepaya)
Frekuensi : 3X hari
Porsi makan : sangat sedikit (kurang nafsu makan karena
faktor fikiran)
Pantangan : tidak ada
PMT : biscuit rutin dikonsumsi sendiri, sehari 3
keping
2. Hidrasi
Minum sehari : di tempat kerja 3x700 ml, saat dirumah setelah makan 1 gelas
cangkir, saat tidak makan kurang lebih 2 gelas cangkir.
3. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : kadang setiap hari paling lambat 1-2 hari
(mulai lancar BAB)
Konsistensi : mulai lembek awal saja yang sedikit agak
keras saat BAB.
Warna : kuning
 BAK
Frekuensi : 6-7 x hari
Warna : kuning jernih
Banyaknya : 250 cc
4. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2 x hari
Frekuensi gosok gigi : 2 x hari
Frekuensi ganti pakaian : 2 x hari
5. Aktifitas : tetap bekerja aktif di toko dari jam 08.30 sd
jam 18.30 wita
45

6. Tidur dan Istirahat


- Siang hari :-
- Malam hari : 8 jam
- Masalah : tidak ada
7. Pola Seksual : masih jarang karena takut
Masalah : saat berhubungan khawatir dengan
janinnya

9. Data Psikososial dan Spiritual


a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : ibu bersyukur tetap sehat
selama hamil, namun masih berduka cita atas kepergian ibu nya kurang
lebih 1 bulan yang lalu yang didiagnosa kekurangan albumin karena kurang
mau makan 3 bulan kebelakang.
b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : bahagia dan kehamilan ini
direncanakan,
c. Ketaatan ibu beribadah : rutin beribadah shalat 5
waktu
d. Pemecahan masalah dari ibu : tidak ada
e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : tidak memiliki kepercayaan
seputar kehamilan, persalinan dan nifas, namun satu saja dilarang keluar
malam
f. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu tinggal bersama : suami, bapak dan 1 adek.
Hewan piaraan : tidak ada
g. Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, keluarga : baik
h. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : bapak dan
suami
i. Jumlah penghasilan keluarga : 3-4 juta perbulan
(saya dan suami) dan mengatakan cukup saja untuk kebutuhan sehari-hari
j. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : suami dan
saya
46

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Berat badan
Sebelum hamil : 41 Kg
Sekarang : 36,5 Kg
d. Tinggi badan : 158 Cm
e. LILA : 19 Cm
f. IMT : 36 kg: (1,58 m x 1,58 m) = 14,4 kg/m²
g. Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 70 x/menit, Suhu 36,7°C,
Respirasi 20 x/menit

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : kepala dan rambut bersih
Muka : sedikit pucat, tidak oedema, tampak luka parut
bekas jahitan dagu
Mata : kelopak mata tidak oedema, konjunctiva sedikit
pucat, sklera tidak ikterik.
Telinga : simetris, bersih pada daun dan lubang telinga, serta
dapat mendengar dengan jelas.
Hidung : bersih, tidak tampak masa dan penumpukkan
lendir, serta tidak tampak kesulitan bernafas.
Mulut : mulut gigi tidak ada kelainan, lidah bersih, gigi
tidak caries, gusi tidak epulis.
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan getah
bening.
Dada/ mamae : dada simetris, jantung tidak ada kelainan, putting
bersih menonjol dan simetris, kolostrum belum tampak keluar, areola
hiperpigmentasi.
Abdomen : tidak terdapat luka operasi, terdapat linea alba,
tampak pembesaran perut sesuai usia kehamilan.
47

Tungkai : tidak ada oedema, kemerahan atau varises


Genitalia : tidak ada keputihan yang gatal lagi
b. Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan getah
bening
Dada/ mamae : kolostrum belum keluar, tidak teraba benjolan dan
rasa nyeri.
Abdomen : TFU = 2 jari dibawah pusat
Tungkai : tidak ada rasa nyeri, oedema dan kekakuan sendi
c. Auskultasi
DJJ (+) , terdengar jelas, punctum maksimum pada 2 jari dibawah pusat,
frekuensi 150x/menit.
d. Perkusi
Refleks patella : kiri/ kanan. ( + )/ ( + )
Cek ginjal(CVAT) : kiri/ kanan. ( - )/ ( - )
e. Pemeriksaan panggul luar (belum dilakukan)

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium (saat K1 tanggal 16-03-2021)
HB : 15,7 gr%
Albumin : (-)/ negatif
Reduksi : (-)/ negatif
Golongan darah :B
Anti HIV (B 20) : Non Reaktif
Syphilis (B 19) : Non Reaktif
HBSAG : Non Reaktif
Hasil Laboratorium Lainnya : belum dilakukan
Laboratorium saat ini tanggal 07-06-2021
HB : 10 gr %

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan : G 1 P0 A 0, hamil 18 minggu, janin tunggal,
hidup, intra uterin dengan KEK
48

2. Masalah : Anemia Ringan


3. Kebutuhan : KIE, kolaborasi ahli gizi, pemberian PMT
(Pendamping Makanan Tambahan) dan suplementasi zat besi

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan TD: 100/60
mmHg, P : 20 x/menit, N: 70 x/menit, S: 36,7ºC, Lingkar Lengan Atas = 19 cm
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti kondisinya saat ini TD: 100/60 mmHg, P : 20 x/menit, N: 70
x/menit, S: 36,7ºC, Lingkar Lengan Atas = 19 cm
Rasional :
Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu akan mengetahui keadaan
kesehatan kehamilannya saat ini.

2. Memberikan dukungan mental dan emosional pada ibu dengan memberikan


konseling tentang kehamilan dan menganjurkan ibu untuk membaca buku KIA.
Evaluasi :
Ibu merespon positif dengan tersenyum dan menganggukkan kepala.
Rasional:
Dukungan dan support moral dari tenaga kesehatan diperlukan untuk membuat
psikologis pasien nyaman, tenang dan damai. Hal ini akan sangat membantu
keberhasilan terapi atau tatalaksana tindakan, karena pasien atau manusia adalah
makhluk holistik yang terdiri dari dimensi fisik,social, emosional, intelektual dan
spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh.

3. Menginformasikan dan mengingatkan kembali beberapa anjuran untuk


mengurangi pusing yang masih sedikit dirasakan kepada ibu dengan cara penuhi
kebutuhan gizi dengan porsi yang cukup, tidur dan istirahat yang cukup, penuhi
kebutuhan cairan 10 gelas per hari, mandi air hangat, menghindari pergi dalam
waktu lama tanpa makan dan massase leher dan otot bahu.
Evaluasi :
Ibu mengatakan paham dan akan tetap mengikuti anjuran
Rasional :
49

Beberapa anjuran diatas disinyalir dapat mengurangi keluhan pusing. Seperti


nutrisi yang hidrasi yang cukup akan mencukupi asupan glukosa untuk otak dan
cairan untuk metabolisme tubuh. Massase akan melancarkan surkulasi darah dan
merilekskan otot- otot tegang penyebab pusing.

4. Mengajurkan ibu untuk kembali berlatih teknik relaksasi sederhana sebagai upaya
non farmakologis untuk meningkatkan relaksasi pada seluruh otot tubuh,
menghindari ketegangan otot dan fikiran (stres), melancarkan sirkulasi darah
sehingga akan mengurangi dan menghilangkan pusing. Atau bila memungkinkan
berlatih metode hypnobirthing dan meditasi yoga kepada tenaga profesional yang
terlatih dan bersertifikat.
Evaluasi :
Ibu mengerti dan akan mencoba mengikuti anjuran.
Rasional :
Teknik Relaksasi – Hypnobirthing dan meditasi yoga adalah salah satu praktek
berbasis bukti ilmiah (Evidence Based Practice) untuk meningkatkan relaksasi
tubuh dan fikiran serta efektif menurunkan keluhan pusing.

5. Memberikan informasi kembali kepada ibu bahwa hamil bukan menjadi halangan
untuk melakukan hubungan seksual, namun tetap posisi diatur untuk
menyesuaikan dengan pembesaran perut.
Evaluasi :
Ibu paham dengan tersenyum dan mengangguk.
Rasional:
Saat berhubungan janin tetap aman karena berada di belakang servik dan
dilindungi cairan ketuban, kecuali dalam beberapa kondisi tertentu seperti adanya
kontraksi yang hebat setelah berhubungan, keluar bercak darah sebelum atau
setelah berhubungan atau adanya infeksi di saluran vagina.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Tidur malam sedikitnya 6-7 jam dan
siang hari usahakan tidur atau berbaring 1-2 jam. Serta sangat dianjurkan untuk
berhenti bekerja dengan jam kerja yang terlalu padat yang menguras banyak energi
bagi ibu hamil dan fokus merawat kehamilannya.
50

Evaluasi :
Ibu bersedia mengikuti anjuran
Rasional :
Kebutuhan tidur dan istirahat diperlukan selama kehamilan untuk menjaga
kesehatan ibu dan janin, serta mempertahankan keseimbangan tekanan darah
dalam tubuh. Tingkat aktivitas yang cukup tinggi akan menguras energi yang lebih
banyak pada kasus ibu hamil dengan KEK, sehingga akan memperburuk kondisi
status gizinya.

7. Menjelaskan kembali kepada ibu hasil pemeriksaan (LILA: 19 cm dan IMT : 14,4)
bahwa ibu masih mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan saat ini
terdeteksi anemia ringan (HB: 10 gr%)
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti bahwa dirinya mengalami kekurangan energi kronis (KEK)
dan anemia ringan.
Rasional :
KEK diindikasikan dengan ukuran LILA < 23,5 cm dan IMT trimester I < 18,5
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2. HB ringan diindikasikan
dari 9-10 gr %

8. Memberikan pendidikan kesehatan kembali tentang ibu hamil dengan kekurangan


energi kronis, yaitu keadaan di mana ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung selama menahun (kronis), sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu hamil. Salah satu bahaya yang dapat terjadi adalah anemia.
Kondisi ibu saat ini menunjukkan anemia ringan. Sehingga ibu perlu menjaga
asupan gizi seimbang dengan mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, buah dalam 1 porsi
makan dengan perbandingan isi piring terdiri dari, makanan pokok (karbohidrat)
2/3 bagian dari setengah piring, sayuran 2/3 bagian dari setengah piring, lauk
pauk (hewani dan nabati) 1/3 bagian dari setengah piring dan buah-buahan 1/3
bagian dari setengah piring. Dan sangat perlu menambahkan asupan protein
hewani yang tinggi zat besi dari daging merah atau hati sapi dengan potongan
porsi 2-3 potong untuk mencukupi asupan tambahan zat besi. Meningkatkan
51

asupan buah-buahan yang mengandung vitamin C dan menghindari minum teh


yang mengandung asam fitat.

Evaluasi :

Ibu paham dengan penjelasan yang diberikan dan mampu mengulang kembali
penjelasan, serta bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

Rasional:

Penyebab langsung dari KEK dan anemia pada ibu hamil adalah konsumsi gizi
yang tidak cukup atau penyakit, kesling dan yankes tidak memadai, termasuk juga
pola asuh ysng tidak memadai karena kurangnya pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan. Asupan protein hewani dinilai memiliki kandungan zat besi yang
tinggi dibanding zat gizi lainnya. Asam fitat akan menghambat penyerapan zat
besi. Pendidikan kesehtan diperlukan dalam penatalaksanaan KEK dan anemia.
Perbandingan porsi isi piring pada ibu hamil ini sudah mengacu kepada
rekomendasi Kemenkes RI.

9. Memberikan penjelasan lebih lengkap lagi tentang gizi ibu hamil yang
memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak dari pada diperlukan
dalam keadaan tidak hamil. Pemenuhan gizi pada ibu hamil dengan prinsip menu
seimbang meliputi karbohidrat (beras, kentang, gandum, kentang, singkong),
Protein (daging sapi, ikan, daging ayam, kacang-kacangan, tahu, telur, tempe,
susu), serat (sayur dan buah-buahan), vitamin (vitamin A, B, C, dan D, mineral
kalsium, Fosfor, Fe). Dan pada ibu hamil dengan KEK dan anemia asupan gizi
seimbang lebih banyak lagi diperlukan untuk menopang peningkatan stastus gizi
dan kenaikan kadar HB.
Evaluasi:
Ibu paham tentang kebutuhan gizi ibu hamil dan akan mengonsumsi makanan
dengan menu seimbang setiap harinya seperti sayur mayur, lauk pauk, susu, dan
buah-buahan.
Rasionalisasi:
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak
diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelum hamil.
Diperlukan kenaikan BB sekitar 12,5 sd 18 kg untuk kasus pasien ini, karena nilai
52

IMT 14,4 atau kategori rendah <19,8. Pola makan yang baik dengan gizi seimbang
dan tinggi protein hewani akan memperbaiki kadar HB ibu hamil.

10. Memberikan informasi kepada ibu tentag anemia kehamilan dan komplikasi yang
akan ditimbulkan kepada ibu dan janin, seperti bagi ibu dapat menyebabkan
terjadinya abortus, persalinan prematuritas, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis ( Hb < 6 gr% ), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). Bagi janin diantaranya
pertumbuhan janin terhambat, terjadi kematian intra uteri, berat badan lahir
rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi, sampai kematian perinatal dan inteligensia rendah.

Evaluasi :

Ibu mengatakan memahaminya dan akan berusaha menyehatkan kehamilannya.

Rasional :

Pendidikan kesehatan diperlukan dalam penatalaksanaan anemia kehamilan


untuk memberdayakan ibu dengan pengetahuan, sehingga ibu mampu memahami
kondisinya dan berupaya menjalankan anjuran dan intervensi yang diberikan.

11. Memberikan kembali ibu Pendamping Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit
ibu hamil yang dikonsumsi sebanyak 2 keping yang diberikan dengan stok untuk
1 bulan kedepan. Namun tetap ini hanya makanan tambahan yang wajib
dikonsumsi, tetapi asupan gizi utama tetap dari menu gizi seimbang isi piring
setiap hari.
Evaluasi :
Ibu paham dan sudah diberikan biskuit PMT sebanyak 1 kotak.
Rasional:
PMT berupa biskuit dan susu adalah jenis makanan yang tinggi kalori dan protein.
Setiap 100 gram PMT mengandung 520 Kkalori. Tiap sajian PMT Bumil
mengandung 520 Kkalori, 56 gram karbohidrat, 16 gram protein, dan 26 gram
lemak. PMT Bumil mengandung 9 macam vitamin (A,B1,B2, B3, B6, B12, C, D
dan E) serta 8 mineral (Asam Folat, Zat Besi, Selenium, Kalsium, Natrium, Zink,
Iodium, dan Fosfor).
53

12. Memberikan suplementasi tablet tambah darah (Fe) 60 mg 1x1 sehari setelah
makan malam, Vit C 1x1 sehari, Calcium 1x1 sehari setelah makan.
Evaluasi:
Ibu mengatakan paham dengan menganggukan kepala serta mengatakan akan rutin
meminum suplementasi yang diberikan.
Rasional :
Pemberian tablet Fe 60 mg sehari, serta asam folat 400 mcg setiap hari merupakan
terapi suplementasi yang tepat diberikan pada kasus anemia yang diduga karena
defisiensi zat besi. Sesuai anjuran program dari Kemenkes tablet tambah darah
diberikan saat kunjungan petama atau K1. Tetap anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi gizi seimbang, sehingga asupan zat besi dari natural makanan
tetap terpenuhi.

13. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap untuk memastikan kondisi kesehatan kehamilan nya dan penyebab utama
kondisi kehamilannya saat ini.
Evaluasi :
Ibu bersedia bila memungkinkan dari segi waktu dan dana untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium lanjutan.
Rasional:
Perlu dibuat diagnosa banding akan penyebab kondisi KEK dan anemia yang
dialami ibu seperti dugaan penyakit kronis atau faktor lainnya, sehingga
penatalaksanaan akan lebih tepat.

14. Memberikan informasi kepada ibu tentang bahaya kehamilan seperti sakit kepala
hebat, muntah terus menerus dan tidak mau makan, gangguan penglihatan, demam
tinggi, keluar darah dari vagina dan keluar ketuban sebelum waktunya, bengkak
pada kaki, tangan dan wajah dan segera periksa ke fasilitas kesehatan bila
menemukan minimal salah satu gejala tersebut.
Evaluasi :
Ibu mengatakan mengerti sambil menganggukkan kepala.
54

Rasional :
Untuk memantau dan mengevaluasi kondisi ibu dan janin setiap hari oleh pasien
agar bisa mendeteksi dini bila ditemukan tanda bahaya pada ibu dan janin.

15. Berkolaborasi kembali dengan ahli gizi di puskesmas untuk penatalaksanaan


konseling gizi ibu hamil dengan KEK dan anemia dan monitoring evaluasi
perkembangan selanjutnya..
Evaluasi :
Kolaborasi sudah dilakukan dengan ahli gizi di puskesmas
Rasional :
Ahli gizi adalah salah satu profesi yang berkompeten untuk penatalaksanaan ibu
hamil dengan KEK dan anemia yang berhubungan dengan defisiensi gizi,
sehingga ibu akan mendapatkan tatalaksana yang tepat.

16. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kedepan ke


fasilitas kesehatan atau bila ada keluhan agar kontrol sesegera mungkin.
Evaluasi :
Ibu dan keluarga mengatakan siap mengikuti anjuran.
Rasional :
Untuk mengevaluasi perbaikan dari kondisi KEK dan anemia sebelumnya dan
memantau kesejahteraan janin dan kesehatan ibu.
BAB IV
PEMBAHASAN

Hari senin tanggal 07 Juni 2021 jam 09.30 wita di Puskesmas Kelayan Timur

dilakukan pengkajian dengan pengumpulan data fokus dan pemeriksaan pada Ny. H,

kehamilan pertama, belum pernah ada riwayat kehamilan dengan keguguran sebelumnya.

Usia kehamilan saat itu dihitung dengan rumus neagle adalah 18 minggu. Dari hasil

anamnesa, ibu mengatakan datang untuk memeriksakan kehamilannya dan saat ini

keluhan sebelumnya seperti pusing dan mual sudah mulai dirasakan berkurang, BAB

sudah mulai lebih lancar, keputihan sudah tidak dirasakan, namun berhubungan seksual

masih jarang karena masih takut dengan kehamilannya. Dan untuk aktivitas keseharian

tetap aktif bekerja di toko dari hari senin sampai dengan hari sabtu, dengan jam kerja dari

jam 08.30 sampai dengan jam 18.30 wita. Sesuai dengan Tyastuti, (2016) keluhan pusing

dan mual yang masih sedikit dirasakan ini adalah termasuk ketidaknyamanan yang

fisiologis dan biasa terjadi pada kehamilan karena pengaruh adaptasi baik hormonal, fisik

maupun psikologis yang terjadi pada kehamilan. Pada saat itu, klien langsung diberikan

kembali KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) bahwa itu adalah keluhan yang normal

dan juga diberikan cara-cara untuk menanganinya sesuai dengan teori konsep dasar

kehamilan dalam mengurangi ketidaknyamanan (Tyastuti, 2016). Penulis melalui kontak

telpon sempat mengajarkan kembali teknik relaksasi hypnobirthing yang sangat

sederhana, sebagai metode komplementer yang efektif untuk mengurangi mual dan pusing

seperti yang disebutkan dalam buku pelatihan basic Hypnobirthing Indonesia (HBI, 2012)

Anamnesa mendalam dilakukan dengan mengkaji riwayat kesehatan ibu dan

keluarga untuk mengkaji apakah ada riwayat kesehatan yang berhubungan dengan kondisi

kehamilan saat ini dengan KEK dan anemia ringan. Dari hasil anamnesa, pasien secara

terbuka menjelaskan bahwa kondisinya saat ini sedang berduka karena ditinggal ibunya

55
56

yang meninggal karena sakit yang diduga karena kekurangan albumin / protein yang

disebabkan karena beberapa bulan ibu klien tidak mau makan dan memang memiliki

riwayat pola makan yang kurang baik. Penulis pada saat itu, memberikan dukungan

mental dan emosional untuk membangun semangat klien dan tetap fokus menjaga

kehamilannya. Namun dari data ini, penulis mendapatkan satu informasi bahwa diduga

pola makan ibu sebagai contoh di rumah klien nya pun cukup memberikan kontribusi

terhadap pola makan klien. Dugaan ini dikuatkan dengan data yang diperoleh bahwa klien

memiliki riwayat penyakit gastritis yang diduga cukup menggambarkan pengaturan pola

makan yang kurang baik dari semenjak masa remaja. Tentunya hal ini sangat erat

kaitannya degan penyebab kejadian KEK dan anemia pada klien yang berhubungan

dengan pola asuh yang tidak memadai, dengan masalah utamanya adalah kurang

pendidikan, pengetahuan dan keterampilan (kurangnya pemberdayaan wanita dan

keluarga) seperti yang digambarkan Par'i. et al., (2017). Hal ini sejalan dengan penelitan

Sandra (2018), bahwa faktor pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi angka

kejadian KEK pada ibu hamil.

Kajian selanjutmya didapatkan bahwa klien tidak memilki riwayat penyakit yang

berhubungan dengan infeksi seperti hepatitits, malaria, TBC, kecacingan, haemoroid

ataupun kelainan darah yang berhubungan dengan pencetus anemia. Klien tidak juga

sedang melakukan pengobatan kemoterapi, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan

sejenis klorampenicol dan antibiotik. Data ini mengindikasikan bahwa penyebab kondisi

klien diduga bukan karena infeksi penyakit, obat-obatan ataupun pengaruh zat kimia

tertentu seperti yang dijelaskan (Saifuddin, 2009a).

Pengkajian selanjutnya, diperoleh data bahwa pola nutrisi klien belum ada

perubahan perilaku. Klien masih makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit. Menunya sudah

mulai dirubah, mulai mencoba mengkonsumsi sayuran, meski daging merah belum bisa
57

makan hanya telur dan ikan saja, protein nabati masih jarang dikonsumsi, dan buah hanya

papaya saja yang dikonsumsi. Menurutnya nafsu makan masih kurang baik karena masih

teringat dengan almarhum ibunya. Kondisi psikologis tentuya juga menjadi pencetus

kondisi klien saat ini. Hal ini tentunya sangat dipahami, bahwa kondisi psikologis ibu

hamil tentunya sangat berpengaruh terhadap pola makan yang sangat menentukan status

gizi klien. Kebutuhan akan adanya dukungan dari anggota keluarga, terutama ibu sebagai

role model panutan dan sumber pengetahuan dalam perawatan kehamilannya sangat

diperlukan (Tyastuti, 2016).

Pengkajian dilanjutkan terhadap kondisi ekonomi klien yang berhubungan dengan

daya beli dalam penyediaan makanan nutrisi sehari – hari. Ibu menjelaskan pendapatannya

bersama suami sekitar 3-4 juta dengan bekerja di sebuah toko yang sama, cukup bisa

menghidupi rumah tangganya bersama suami, bapak nya yang sudah tidak bekerja dan

adeknya yang masih berada di bangku sekolah. Penulis menduga faktor ekonomi menjadi

salah satu penyebab kejadian KEK dan anemia pada klien. Hal ini sejalan dengan

penelitian Laila, (2017) dan Andini (2020) bahwa faktor pendapatan keluarga dan

berpenghasilan rendah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil

KEK dan anemia.

Dari hasil pemeriksaan evaluasi LILA Ny. H belum ada kenaikan masih

berukuran 19 cm, berat badan saat ini hanya bertambah 0,5 kg selama kurang lebih 1,5

bulan. Pemeriksaan fisik inspeksi mulai menampakkan ada tanda anemia dengan

ditujukan tampak conjunctiva sedikit anemis. Namun untuk pembesaran perut dari hasil

pemeriksaan palpasi sangat sesuai dengan usia kehamilan, didapatkan TFU 2 jari dibawah

pusat (Tyastuti, 2016). Detak jantung bayi berada dalam rentang normal 150x/menit

dengan irama teratur. Selanjutnya ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium HB 10 gr

%. Dari Hasil pemeriksaan objektif ini, disimpulkan bahwa pasien masih berada dalam
58

kategori KEK dan mengalami anemia ringan. Hal ini sangat sejalan dengan Ningsih

(2017) bahwa komplikasi dari ibu hamil dengan KEK adalah ibu akan mengalami anemia

karena pola gizi yang tidak adekuat. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas klien

yang sangat berat karena bekerja di toko sampai dengan kehamilan saat ini. Hal tersebut

sesuai dengan Ningsih,( 2017) bahwa aktifitas dan gerakan seseorang yang berbeda-

bedakan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.

Penatalaksanaan yang diberikan tentunya kembali fokus kepada penanganan

kasus KEK dan anemia pada klien saat ini. Setelah dikajii saat ini adalah kunjungan

ketiganya ke puskesmas. Diagnosa KEK ini sudah terdeteksi dari kontrol sebelumnya

tanggal 16 maret dan sudah diberikan penatalaksanaan dengan intervensi gizi yang

mengacu pada empat kategori sesuai dengan acuan (Kemenkes, 2014 dalam Ningsih,

2017) yaitu pemberian PMT berupa biscuit untuk 1 bulan dengan titik tekan hanya

sebagai tambahan bukan menjadi makanan pokok, yang kedua konseling gizi sehingga

penyediaan makanan yang optimal dapat tersedia dan tercapai berat badan standar. Ketiga

kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan (ahli gizi) dan tenaga lintas sektoral

terkait, serta dukungan keluarga sangat diperlukan. Keempat monitoring dan evaluasi

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kemajuan gizi ibu hamil KEK (kenaikan BB,

LILA dan hasil Lab /Hb).

Pada kunjungan saat ini, kembali penatalaksaan empat strategi dilakukan dengan

tahapan – tahapan penatalaksanaan kembali dilakukan berupa konseling tentang

kebutuhan gizi ibu hamil, dampak yang ditimbulkan untuk ibu dan janin dengan kondisi

KEK dan anemia, konseling gizi yang lebih detail pada pengaturan menu gizi seimbang

serta porsi makan isi piring ibu hamil yang sangat mudah diterapkan. Mengevaluasi

kepatuhan mengkonsumsi PMT sebelumya. Pasien mengatakan rutin mengkonsumsi

biscuit. Kembali memberikan stok PMT untuk 1 bulan kedepan dan berkolaborasi
59

dengan ahli gizi untuk tahap monitoring dan evaluasi berikutnya. Tahapan- tahapan

penatalaksanaan ini sudah sesuai dengan standar acuan Kemenkes, namun monev untuk

LILA dan Laboratorium yang lebih lengkap untuk memastikan diagnose pasti pencetus

KEK dan anemia yang berhubungan dengan penyakit infeksi belum dilakukan saat ini.

Pada kunjungan saat ini tidak lupa juga untuk menginformasikan tanda bahaya

kehamilan dan waktu kunjungan berikutnya. Penatalaksanaan ini sudah sesuai dengan

tahapan ANC berkualitas, namun durasi konseling saat ini sangat terbatas di puskesmas

karena menerapkan protokol kesehatan masa pandemic Covid 19, sehingga penulis

banyak memberikan konseling melalui nomor kontak klien (Kemenkes & JICA, 2020).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan laporan kasus asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. H.

G1P0A0 hamil 18 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin dengan KEK (Kurang Energi

Kronik) dan dengan masalah anemia ringan , penulis menyimpulkan bahwa masih ada

ditemukan kasus ibu hamil dengan KEK dan anemia di wilayah kerja Puskesmas Kelayan

Timur, sehingga menuntut kinerja yang lebih keras lagi dari kita tenaga kesehatan khusus

nya bidan, agar kasus seperti ini tidak lagi ditemukan. Meskipun asuhan penatalakasanaan

yang diberikan sudah sesuai dengan anjuran Kemenkes, namun ternyata diperlukan

monitoring dan evaluasi yang lebih ketat agar kasus ini mencapai progres yang baik,

dengan tercapainya ketersediaan gizi atau bahan pangan yang memadai dengan indikator

kenaikan berat badan, LILA dan hasil laboratorium yang baik.

Kondisi pandemi Covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,

menjadi salah satu penyebab hambatan pelaksanaan strategi intervensi gizi dalam

penanganan kasus ibu hamil dengan KEK yang kurang optimal. Penulis berharap,

pandemi segera berlalu, sehingga asuhan kebidanan berkelanjutan dapat mencapai target

peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak dengan indikator penurunan AKI dan AKB di

Indonesia.

60
61

B. Saran

1. Bagi Penulis

Pengalaman praktek profesi di lapangan ini, jadikanlah sebagai sumber ilmu,

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidananan yang

berkualitas untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

2. Bagi Klien

Diharapkan ada perubahan perilaku dalam pengaturan pola makan yang baik,

sehingga kasus KEK dan anemia bisa diatasi. Dukungan keluarga terutama suami

sangat diperlukan dalam penanganan kasus ini.

3. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan lebih meningkatkan strategi intervensi gizi untuk kasus ibu hamil

dengan KEK dan anemia di wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur. Sehingga

diharapkan pasien pada trimester III sudah tidak terdiagnosa KEK dan anemia lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, F. R. (2020). Hubungan Faktor Sosio Ekonomi Dan Usia Kehamilan Dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Prambontergayang Kabupaten Tuban. Amerta Nutrition, 4(3), 218.
https://doi.org/10.20473/amnt.v4i3.2020.218-224

Damayanti, D., Pritasari, & Lestari, T. N. (2017). Bahan Ajar Gizi: Gizi Dalam Daur
Kehidupan (Tahun 2017; PPSDMK, ed.). Jakarta: Kemenkes RI.

Dinkes, K. (2019). Kesehatan Ibu. In Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan


2019 (pp. 34–35). Banjarmasin.

Fitrianingtyas, I., Pertiwi, F. D., & Rachmania, W. (2018). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor. Hearty, 6(2).
https://doi.org/10.32832/hearty.v6i2.1275

HBI. (2012). Handout Pelatihan Basic Clinical Hypnosis & Hypnobirthing. Jakarta:
Team HBI.

Jaya, T. P. (2019). Tingkat Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia Masih


Mengkhawatirkan. Yogyakarta: KOMPAS.com.

Kemenkes. (2021). Laporan Kinerja Kementrian Kesehatan Tahun 2020. Retrieved


from https://e-renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-131313-1tahunan-
211.pdf

Kemenkes, & JICA. (2020). Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak (Cetakan 20). Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

62
63

Laila, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan Energi Kronik


(Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Belimbing Padang Factors Related To
Chronic Energy Deficiency (Ced) To Pregnant Woman in Belimbing Health Centre
Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 8(1), 35–46. Retrieved from
laila_sitiazzahra@yahoo.co.id

M., P. H., Wiyono, S., & Harjatmo, T. P. (2017). Bahan Ajar Gizi: Penilaian Status Gizi
(Edisi 1 ta). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ningsih, A. S. (2017). Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny “M” Usia 23


Tahun Primigravida Dengan Kek Di Puskesmas Gondomanan Yogyakarta.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

Nurul, K., Yasi, A., & Siti, M. (2014). Buku Ajar Kehamilan Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Keperawatan Serta Kebidanan (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Repository, U. (n.d.). Ibu Hamil Kurang Energi Kronis. Retrieved from /UNIV. SARI
MULIA/PROFESI KEBIDANAN UNISM 2021/KEK 2.pdf

RI, K. (2016). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan dan
JICA.

Roifah, M., Razak, M., & Suwita, I. K. (2019). Subtitusi tepung kacang hijau (Vigna
radiata) dan tepung ikan tuna (Thunnus sp.) sebagai biskuit PMT ibu hamil
terhadap kadar proksimat, nilai energi, kadar zat besi, dan mutu organoleptik.
TEKNOLOGI PANGAN: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi
Pertanian, 10(2), 128–138. https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1662

Saifuddin, A. bari. (2009a). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (cetakan pe; A. bari Saifuddin, ed.). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifuddin, A. bari. (2009b). ILMU KEBIDANAN Sarwono Prawirohardjo.


64

Sandra, C. (2018). Penyebab Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Risiko Tinggi Dan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk Jember. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2), 136.
https://doi.org/10.20473/jaki.v6i2.2018.136-142

Setyowati, A. (2019). Buku Ajar Kebidanan: Asuhan Kehamilan Holistik. Yogyakarta:


Deepublish Publisher.

Tyastuti, S. (2016). Peran dan Tanggungjawab Dalam Asuhan Evidence Based dan
Kunjungan ANC. In ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (Cetakan Pe, p. 16).
Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan : (Varne’s Midwifery). Jakarta: EGC.

Wasfaedy, A. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit


Anemia Pada Ibu Hamil Usia Kehamilan 1-3 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas
Bontomarannu Kabupaten Gowa. Jurnal Inovasi Penelitian, Vol.1 No.2, 41–47.

WHO. (2016). WHO Recommendations On Antenatal Care For A Positive Pregnancy


Experience. Luxembourg: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai