Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

PENYAKIT – PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN,


PERSALINAN, DAN NIFAS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Obstetri
Dosen Pengampu : dr. M.Reza Erlangga., SpOG

Oleh :
Kelompok 2
Dila Siti Nabila P20624522013
Ega Ratna Melia P20624522014
Elsya Affia Ramadhanty P20624522016
Hana Fauziyyah Anwar P20624522021
Siti Zulfa P20624522034

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun makalah Obstetri ini dengan cukup
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita ketahui pada masa nifas tentunya akan mulai
terjadi perubahan pada beberapa bagian organ tubuh Wanita, maka dari itu penting untuk kita
mengetahuinya.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan Allah SWT
dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada dosen pengampu Obstetri yaitu Bapak dr.
M.Reza, SpOG serta teman-teman yang membantu dalam makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan
baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati menerima masukan, saran, kritik, dan
usul penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 16 September 2023

Kelompok

49
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II...................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2
A. Penyakit – Penyakit yang Menyertai Kehamilan .......................................................... 2
1. Pusing ........................................................................................................................ 2
2. Kaki bengkak............................................................................................................. 9
3. Sulit BAB ................................................................................................................ 11
4. BAK anyang anyangan............................................................................................ 12
5. Perut lebih besar di bandingkan usia kehamilan ..................................................... 13
6. Nyeri pinggang ........................................................................................................ 15
7. Nyeri Perut Bagian Bawah ...................................................................................... 18
8. Mudah Lelah ........................................................................................................... 19
9. Kram Kaki ............................................................................................................... 20
10. Kesemutan Tangan.................................................................................................. 23
11. Nyeri Ulu hati ......................................................................................................... 24
12. Keputihan.................................................................................................................. 25
13. Sesak Nafas............................................................................................................... 26
14. Wasir ......................................................................................................................... 27
15. Gatal.......................................................................................................................... 28
16. Kembung .................................................................................................................. 28
B. Penyakit-Penyakit yang Menyertai Persalinan ...................................................... 29
1. Ketuban Pecah, Perut Tidak Mulas (Ketuban Pecah Dini) ..................................... 29
2. Badan Lemas, kontraksi hilang (Atonia Uteri) ....................................................... 30
3. Plasenta Tidak Utuh (Rest Plasenta) ....................................................................... 32
4. Ibu Tidak Mengejan (Inersia Uteri) ......................................................................... 35
5. Perineum Kaku (Robekan Jalan Lahir) ................................................................... 37
6. Tali Pusar Menumbung (Prolapsus Funikuli).......................................................... 38
C. Penyakit-Penyakit yang Menyertai Nifas ............................................................... 42

49
1. Luka Bekas Jahitan Nyeri dan Berbau Busuk ......................................................... 42
2. Susah BAK (Retensio Urin Pasca Persalinan/RUPP) ............................................. 43
3. Susah BAB atau konstipasi ..................................................................................... 45
4. ASI Tidak Lancar .................................................................................................... 46
BAB III.................................................................................................................................. 49
PENUTUP............................................................................................................................. 49
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 49
B. Saran ........................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA

49
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan hal yang fisiologis terjadi pada
seorang perempuan. Hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna
mempertahankan kelestarian manusia. Namun, dalam prosesnya terdapat risiko yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian
(Maharani,2013) Pada proses kehamilan akan menimbulkan risiko, pembagian risiko
tersebut tergantung pada keadaan individu masing masing. Berdasarkan (Skor Puji
Rohjati, 2014) pembagian resiko pada kehamilan ada tiga yaitu resiko rendah, resiko
tinggi dan resiko sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian (Nurul, 2019) didapatkan
hasil bahwa ibu dengan kehamilan resiko tinggi salah satunya ialah adanya penyakit
penyerta dalam kehamilan.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu
bangsa. Kematian ibu banyak ditemukan pada saat kondisi ibu hamil atau menjelang
42 hari setelah melahirkan. Berdasarkan hasil laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2017 Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah
kesehatan yang serius di Negara-negara berkembang, Angka Kematian Ibu (AKI)
didunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa, sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) juga masih tergolong tinggi yaitu mencapai 10 juta kematian.
Faktor yang menyebabkan komplikasi pada penyakit yang menyertai dalam
kehamilan yaitu usia, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
pengetahuan ibu, paritas, jarak kehamilan, dan riwayat medis ibu. Adanya penyakit
penyerta dalam kehamilan adalah kehamilan risiko tinggi yang apabila tidak teratasi
akan dirujuk ke RS untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih spesifik. Menurut Dinas
Kesehatan Jawa Timur (2018) penyebab kematian ibu 3 oleh karena penyebab lain-
lain cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir, penyebab lain-lain ini lebih
banyak disebabkan oleh faktor penyakit yang menyertai kehamilan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa jenis penyakit – penyakit yang menyertai kehamilan,persalinan dan nifas
2. Apa penyabab dan gejala penyakit – penyakit yang menyertai
kehamilan,persalinan dan nifas
3. Bagaimana tata laksana dari penyakit – penyakit yang menyertai
kehamilan,persalinan, dan nifas ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang menyertai kehamilan,persalinan dan


nifas.
2. Untuk mengetahui penyebab dan gejala penyakit – penyakit yang menyertai
kehamilan ,persalinan dan nifas.
3. Untuk mengetahui tata laksana dari penyakit – penyakit yang menyertai
kehamilan,persalinan dan nifas.

49
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit – Penyakit yang Menyertai Kehamilan


1. Pusing
Perubahan sistem dalam tubuh ibu selama proses kehamilan
membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Tidak jarang
ibu akan mengalami ketidaknyamanan dalam perubahan tersebut, sehingga
perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan. Ketidaknyamanan tersebut
jika tidak disikapi dengan bijak dapat memicu terjadinya kecemasan pada
ibu hamil, sehingga diperlukan informasi yang konkrit tentang cara
mengatasi ketidaknyamanan selama periode kehamilan (Eniyati & Rahayu,
2017). Pada ibu hamil dengan pusing akan terjadi gangguan pola istirahat
sehingga aliran darah ibu ke bayi terganggu, selain itu ibu akan mengalami
stres (depresi) sehingga akan menyebabkan distres janin. Pusing yang
terjadi pada kehamilan trimester I dan II adalah keadaan fisiologis, kecuali
pusing yang dialami mengarah ke hipertensi,anemia, atau gejala lainnya
(Nurhayati, 2018). Hal ini sejalan dengan artikel penelitian Negro, dkk
(2017), yang menunjukkan bahwa pusing (sakit kepala) yang dialami oleh
ibu hamil tercatat pada 2/3 dari semua pasien preeklampsia atau eklampsia.
Selain itu, penting untuk diketahui bahwa eklampsia adalah penyebab paling
umum kematian ibu hamil (A. Negro et al., 2017).
a. Hipertensi Pada Kehamilan
Hipertensi (tekanan darah tinggi), hal ini disebabkan karena aliran
darah ke otak berkurang, maka asupan oksigen pun berkurang
sehingga menyebabkan pusing. Penanganan ibu di rumah yaitu selain
melalui pengelolaan makanan juga dengan istirahat dan tidur yang
cukup, berbaring dengan posisi kaki lebih ditinggikan, mengurangi
aktivitas yang berat dan melelahkan, dan tehnik nafas dalam (Hicks,
2015; Irianti et al., 2014).
Pada semua wanita hamil, pengukuran tekanan darah harus dilakukan
dalam posisi duduk, karena posisi telentang dapat mengakibatkan
tekanan darah lebih rendah daripada yang dicatat dalam posisi duduk.
Diagnosis hipertensi pada kehamilan membutuhkan pengukuran
tekanan darah dua kali terjadi hipertensi setidaknya dalam 6 jam. Pada
kehamilan, curah jantung meningkat sebesar 40%, dengan sebagian
besar peningkatan karena peningkatan stroke volume. Denyut jantung
meningkat 10x/menit selama trimester ketiga. Pada trimester kedua,
resistensi vaskular sistemik menurun, dan penurunan ini dikaitkan
dengan penurunan tekanan darah. Hipertensi pada kehamilan dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut :
1) Pre- eklampsia dan eklampsia
Pre-eklampsia juga dapat disertai gejala sakit kepala, perubahan
visual, nyeri epigastrium, dan dyspnoea. Beberapa faktor telah
diidentifikasi terkait dengan peningkatan risiko pre-eklampsia

49
seperti usia, paritas, pre-eklampsia sebelumnya, riwayat keluarga
kehamilan ganda, kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
(diabetes mellitus tipe I), obesitas dan resistensi insulin, hipertensi
kronis, penyakit ginjal, penyakit autoimun, sindrom anti-fosfolipid,
penyakit rematik), merokok, peningkatan indeks massa tubuh (BMI),
peningkatan tekanan darah, dan proteinuria. Selain itu, beberapa
faktor yang terkait termasuk keterpaparan sperma yang terbatas,
primipaternitas, kehamilan setelah inseminasi donor / sumbangan
oosit / embrio telah ditemukan memainkan peran penting pada
kejadian pre-eklampsia/eclampsia.
No Factor resiko tinggi Factor resiko menengah
1 Hipertensi pada kehamilan Kehamilan pertama
sebelumnya
2 Penyakit ginjal kronik Usia > 40 tahun
3 Penyakit autoimmune 9 sindrom Interval kehamilan >10
antifosfolipid ) tahun
4 Diabetes melitus tipe I/II Sejarah keluarga
5 Hipertensi kronis Kehamilan berganda
Tabel 1. Faktor resiko timbulnya pre-eklampsia
a) Patofisiologi pre-eklampsia
• Implantasi plasenta abnormal (cacat pada trofoblas dan spiral
arteriol)
• Faktor angiogenik (faktor rendahnya pertumbuhan plasental)
• Predisposisi genetik (ibu, ayah, trombofilias)
• Fenomena immunologi
• Kerusakan endotelial vaskular dan stres oksidatif
• Peningkatan tekanan darah (sistolik ≥ 160 mmHg, diastolik ≥
110 mmHg)
• Sakit kepala atau penglihatan kabur
• Trombosit < 100x103 /µL (100x109 /L)
• Edema paru
b) Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan pre-
eklampsia yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lainnya.
Eklampsia keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa, terjadi pada
sebelum, saat, dan setelah persalinan (antepartum, intrapartum,
postpartum). Eklampsia didahului dengan sakit kepala dan perubahan
penglihatan, kemudian kejang selama 60-90 detik.
Prinsip manajemen kejang eklampsia :
• Menjaga kesadaran
• Menghindari polifarmasi
• Melindungi jalur nafas dan meminimalkan resiko aspirasi
• Mencegah cedera pada ibu hamil
• Pemberian magnesium sulfat untuk mengontrol kejang

49
2) Hipertensi kronis pada kehamilan
Hipertensi kronis pada kehamilan apabila tekanan darahnya
≥140/90 mmHg, terjadi sebelum kehamilan atau ditemukan sebelum
20 minggu kehamilan. Seringkali merupakan hipertensi esensial /
primer, dan didapatkan pada 3,6-9% kehamilan 7 . Hipertensi kronis
pada kehamilan adalah hipertensi (≥ 140/90 mmHg) yang telah ada
sebelum kehamilan
Dapat juga didiagnosis sebelum minggu ke-20 kehamilan. Ataupun
yang terdiagnosis untuk pertama kalinya selama kehamilan dan
berlanjut ke periode post-partum,
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi kronis terjadi
sebelum minggu ke-20 kehamilan, dapat bertahan lama sampai lebih
dari 12 minggu pasca persalinan.
Hipertensi kronis pada kehamilan umumnya berasal dari hipertensi
essensial terlihat dari riwayat keluarganya. Tetapi bisa juga berasal
dari kelainan ginjal parenkim, hiperplasia fibromuskular atau
hiperaldosteronisme hanya saja kasusnya jarang.
Wanita hamil dengan hipertensi berat memiliki risiko tinggi
terkena stroke, serbral hemorage, hipertesi encelopati, pre-
eklampsia, serangan jantung, gagal ginjal akut, abruptio plasenta,
koagulopati intravaskular diseminata dan kematian
Penanganan hipertensi kronis pada kehamilan :
1. Pemberitahuan bila mengonsumsi ACE inhibitor
• Terdapat peningkatan risiko gangguan kongenital
• Berdiskusi memilih obat hipertensi alternatif
2. Pemberitahuan bila mengkonsumsi chlorothiazide
• Terdapat peningkatan risiko gangguan kongenital dan
komplikasi neonatal
• Berdiskusi memilih obat hipertensi alternatif
3. Menjaga tekanan darah kurang dari 150/100 mmHg saat
kehamilan .
3) Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah 20
minggu kehamilan tanpa proteinuria. Angka kejadiannya sebesar
6%. Sebagian wanita (> 25%) berkembang menjadi pre-eklampsia
diagnosis hipertensi gestasional biasanya diketahui setelah
melahirkan21,7 . Hipertensi gestasional berat adalah kondisi
peningkatan tekanan darah > 160/110 mmHg. Tekanan darah baru
menjadi normal pada post partum, biasanya dalam sepuluh hari.
Pasien mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan
sakit perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk jumlah
trombosit rendah dan tes fungsi hati abnormal.
Hipertensi gestasional terjadi setelah 20 minggu kehamilan
tanpa adanya proteinuria. Kelahiran dapat berjalan normal walaupun
tekanan darahnya tinggi. Penyebabnya belum jelas, tetapi

49
merupakan indikasi terbentuknya hipertensi kronis di masa depan
sehingga perlu diawasi dan dilakukan tindakan pencegahan.
Patologi hiptertensi pada kehamilan
Pre-eklampsia/eklampsia dapat terjadi karena faktor genetik.
Bila seseorang memiliki riwayat keluarga pre-eklampsia/eklampsia
maka dia mempunyai risiko lebih besar mengalami pre-
eklampsia/eklampsia saat kehamilan.Pre-eklampsia disebabkan
oleh adanya plasenta atau respons ibu terhadap plasenta. Plasenta
yang buruk adalah faktor predisposisi kuat yang mempengaruhi ibu,
terkait dengan sinyal inflamasi (tergantung pada gen janin) dan juga
sifat respons ibu (tergantung pada gen ibu).

Gambar 1. Hipotesis patologi pre-eklampsia


Pengobatan Hipertensi Pada Kehamilan
Hipertensi pada kehamilan harus dikelola dengan baik agar dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu / janin, yaitu
dengan menghindarkan ibu dari risiko peningkatan tekanan darah,
mencegah perkembangan penyakit, dan mencegah timbulnya
kejang dan pertimbangan terminasi kehamilan jika ibu atau janin
dalam keadaan bahaya. Kelahiran bayi adalah pengobatan yang
pasti, tetapi perlu mempertimbangkan kesehatan ibu, janin, usia
kehamilan. Pre-eklampsia berat membutuhkan kontrol dan
pemantauan tekanan darah secara teratur. Pada kondisi kritis dokter
anestesi dapat dilibatkan.
Pemberian obat antihipertensi direkomendasikan pada
preeklampsia dengan hipertensi berat di mana tekanan darah
sistolik ≥160 mmHg dan/atau diastolik≥ 110 mmHg. Tujuannya
adalah untuk mencapai target tekanan darah sistolik <160 mmHg

49
dan diastolik <110 mmHg serta mencegah komplikasi
serebrovaskular pada ibu.
Antihipertensi pilihan utama adalah nifedipine short-acting peroral
serta hidralazin dan labetalol parenteral. Karena hidralazin dan
labetalol parenteral tidak tersedia di Indonesia, nitrogliserin dan
metildopa sebagai alternatif dapat diberikan.
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥170 mmHg atau
diastolik ≥110 mmHg, nifedipine 10–20 mg peroral dapat
diberikan dan diulang tiap 30–45 menit sampai dosis maksimal 40
mg. Selanjutnya, untuk dosis pemeliharaan, gunakan nifedipine
lepas lambat dengan dosis 20–60 mg, 1–2 kali sehari, dengan dosis
maksimal 120 mg/hari. Untuk metildopa, dosis yang
direkomendasikan adalah 250–750 mg, 2–3 kali sehari, dengan
dosis maksimal 2 gram/hari.
Prinsip utama pencegahan kejang (eklampsia) adalah terminasi
kehamilan. Magnesium sulfat merupakan obat pilihan utama
sebagai profilaksis kejang pada pasien dengan preeklampsia berat.
Terdapat banyak studi yang menunjukkan bahwa magnesium sulfat
secara signifikan menurunkan angka kejadian eklampsia pada
pasien preeklampsia dengan gejala berat.
Magnesium sulfat diberikan secara intravena dan dilarutkan dalam
cairan salin fisiologis dengan dosis inisial (loading dose) 4–6 gram
selama 20–30 menit. Lalu, lanjutkan dengan dosis rumatan 1–2
gram/jam. Durasi pemberian magnesium sulfat dimulai dari
sebelum waktu persalinan sampai dengan 24 jam pascasalin.
Jika tidak ada akses intravena, magnesium sulfat dapat diberikan
secara intramuskular dengan dosis inisial 5 gram masing-masing
pada gluteus kanan dan kiri dan dilanjutkan dengan pemberian 5
gram tiap 4 jam selama 24 jam. Pemberian magnesium sulfat
sebisa mungkin tidak menunda tindakan persalinan.
Selama pemberian magnesium sulfat, pantau laju pernapasan dan
tekanan darah tiap 30 menit, denyut nadi dan produksi urine tiap 1
jam, dan refleks patella setelah dosis inisial dan tiap 2 jam.
Pemantauan kadar magnesium tidak dilakukan secara rutin dan
hanya diindikasikan jika ada tanda toksisitas, yaitu laju respirasi
<10 kali/menit, saturasi oksigen <92%, paralisis otot, dan refleks
patella menghilang.
Jika terjadi toksisitas, pemberian magnesium sulfat segera
dihentikan. Dokter memberi kalsium glukonas 10% secara
intravena sebanyak 10 ml dalam 100 ml salin fisiologis selama 10–
20 menit.
b. Anemia

49
Anemia selama masa kehamilan terjadi karena adanya peningkatan
akan kebutuhan zat besi yang hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan
janin dan kebutuhan ibu hamil itu sendiri. Peningkatan volume darah
selama kehamilan akan memembuat kebutuhan zat besi semakin
bertambah. Selama kehamilan, seorang ibu hamil menyimpan zat besi
sekitar 1000 mg yang memiliki fungsi untuk kebutuhan janin, plasenta
dan hemoglobin ibu. Jumlah zat besi pada bayi baru lahir kira-kira
sebesar 300 mg sedangkan jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk
mencegah terjadinya anemia akibat peningkatan volume darah sekitar
500 mg. Apabila jumlah tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan terjadi
anemia defisiensi zat besi (Syifaurrahman & Yusrawati, 2016).
Anemia terjadi karena peningkatan volume plasma darah yang
mempengaruhi kadar hemoglobin ibu menjadi rendah, sehingga dalam
penanganan ibu di rumah diperlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dengan meningkatkan asupan
makanan yang mengandung zat besi. Begitu pula, dengan kadar gula
yang rendah penanganan ibu di rumah juga dapat dilakukan melalui
asupan makanan yang bergizi seimbang selama hamil dan pola hidup
sehat (Hicks, 2015; Irianti et al., 2014)
Kadar Hb normal setiap orang berbeda-beda, tergantung pada usia dan
jenis kelaminnya. Berikut adalah kisaran nilai Hb normal:
• Laki-laki dewasa: 13 g/dL (gram per desiliter)
• Wanita dewasa: 12 g/dL
• Ibu hamil: 11 g/dL.
• Bayi: 11 g/dL
• Anak usia 1–6 tahun: 11,5 g/dL
• Anak dan remaja usia 6—18 tahun: 12 g/dL
Adapun jenis anemia pada kehamilan diantaranya :
1) Anemia karena perdarahan
Anemia akibat perdarahan dapat terjadi selama masa kehamilan
( perdarahan antepartum ). Kehilangan darah selama kehamilan
dapat menyebabkan anemia berat, sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan angka kelahiran preterm. Sedangkan pada
masa nifas salah satu penyebab terbanyak mortalitas maternal,
terutama dinegara berkembang. Kematian ibu akibat perdarahan
dapat dicegah dengan manajemen aktif kala III, pemberian agen
uterotonika dan resusitasi cairan, intervensi bedah dan ketersediaan
darah untuk tranfusi.
2) Anemia hipoproliferatif
a) Anemia difisiensi besi
Anemia yang paling sering terjadi saat kehamilan, yang
dipicu oleh perubahan fisiologis maternal. Anemia defisiensi
asam folat dapat terjadi pada wanita dengan diet yang tidak
seimbang, malabsorpsi dan penyalahgunaan alkohol. Gejala
yang muncul diawal kehamilan mual, muntah serta anoreksia
yang memburuk,

49
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan
suplemen zat besi. Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi
darah.
b) Anemia defisiensi asam folat, vitamin B12,dan B6
Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi pada Ibu dengan kadar
B12 yang rendah memiliki resiko berbagai komplikasi
kehamilan, diantaranya defek lambung saraf, abortus spontan
dan berat bayi lahir rendah, sedangkan defisiensi vitamin B6
bisa terjadi pada ibu hamil dengan anemia yang tidak responsif
terhadap pemberian zat besi, perlu dipertimbangkan adanya
defisiensi vitamin B6.
3) Anemia Akibat Proses Inflamasi, anemia dapat terjadi akibat
infeksi parasit maupun bakteri dan penyakit inflamasi kronis
yang mempengaruhi pencernaan.
4) Anemia karena Penyakit Ginjal, ibu hamil dengan gagal ginjal
atau dengan transplantasi ginjal dapat terjadi anemia sedang
hingga berat selama kehamilan. Sedangkan angka kejadian
kelahiran preterm lebih tinggi pada anemia karena penyakit
ginjal.
Faktor risiko anemia pada kehamilan ada 5,yaitu :
• Asupan Nutrisi, asupan nutrisi sangat berpengaruh terhadap
resiko anemia pada ibu hamil. Selain kurangnya zat besi,
kurangnya kadar asam folat dan vitamin B12 masi sering terjadi
pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang memiliki komposisi nutrisi
bervariasi.
• Diabetes Gestasional, pada kondisi hiperglikemi, transfrin yang
mengakomodasi peningkatan kebutuhan besi janin mengalami
hiperglikosilasi sehingga tidak bisa berfungsi optimal.
• Kehamilan Multipel, kebutuhan besi pada kehamilan multipel
lebuh tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal.
• Kehamilan Remaja, anemia pada kehamilan remaja disebabkan
oleh multifaktoral, seperti akibat penyakit infeksi, genetik, atau
belum tercukupinya status nutrisi yang optimal.
• Inflamasi dan Infeksi dalam kehamilan, kondisi infeksi dan
inflamasi dapat memicu keadaan defisiensi besi. Infeksi seperti
cacing, tuberculosis, HIV, malaria, maupun penyakit lain..
Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko
menyebabkan komplikasi serius, seperti:
• Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan
• Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung
(aritmia) dan gagal jantung
• Gangguan pada paru-paru, seperti hipertensi pulmonal

49
• Komplikasi kehamilan, antara lain kelahiran
prematur atau bayi terlahir dengan berat badan rendah
• Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi
pada anak-anak atau bayi
• Rentan terkena infeksi.
Tata laksanan anemia pada ibu hamil:
• Makan makanan yang bernutrisi dan bergizi tinggi,
khususnya yang kaya zat besi dan asam folat setiap hari.
Adapun contoh makanan yang mengandung zat besi
misalnya daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang
dimasak matang, makanan laut seperti ikan, cumi, kerang
dan udang yang dimasak matang, sayuran hijau, misalnya
bayam dan kangkung, kacang polong, produk susu yang
telah dipasteurisasi, kentang, gandum. Sementara untuk
makanan yang mengandung tinggi folat contohnya sayuran
hijau (bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau atau
selada), keluarga jeruk, alpukat, pepaya, pisang, kacang-
kacangan (kacang polong, kacang merah, kacang kedelai,
kacang hijau), bii bunga matahari, gandum dan kuning telur.
• Mengkonsumsi vitamin c lebih banyak,vitamin c membantu
tubuh menyerap zat besi dari makanan secara efisien.
• Memberi beberapa KIE ibu hamil, mengubah pola makan
keseharian,pemantauan ANC dengan pemberian terapi Fe
300 mg 1 x 1, Vitamin ,vitamin V 250mg 3 x 1,Vitamin B
complex 3 x 1,zat besi 120 mg dan asam folat 500 mg
peroral 1 x1 , kunjungan rumah 3 kali selama 4 minggu.
• Menggunakan pendekatan Pillars yang terdiri dari 4 pilar
yang di dalamnya terdapat pola hidup sehat kehamilan,
dukungan sosial yang di berikan suami atau anggota
keluarga lannya, pengobatan yang adekuat, dan peningkatan
profesional dari perawat – bidan.
2. Kaki bengkak
Ada ibu hamil, kaki bengkak saat hamil merupakan keluhan umum yang sering
dirasakan. Sebanyak tiga perempat ibu hamil mengalami keluhan ini mulai
dari derajat yang paling ringan hingga yang berat dan dapat mengganggu
aktivitas. Keluhan kaki bengkak pada ibu hamil ini biasa terjadi di daerah
sekitar telapak kaki hingga pergelangan kaki. Kaki bengkak ini biasanya
bertambah berat pada saat cuaca panas atau pada saat sore hari, terutama
apabila ibu hamil banyak berdiri atau duduk sepanjang hari.
a. Faktor yang menyebabkan terjadinya kaki bengkak pada ibu hamil :
Ada beberapa faktor lain yang juga bisa membuat ibu hamil mengalami
pembengkakan di kaki saat hamil, yaitu:
• Perubahan hormon
• Kebiasaan berdiri terlalu lama
• Aktivitas atau olahraga berlebihan

49
• Cuaca panas
• Pola makan rendah kalium dan tinggi garam atau natrium
• Tingkat konsumsi kafein yang tinggi.
Meski normal terjadi, bengkak saat hamil yang terjadi secara tiba-tiba
dan parah, terlebih jika disertai keluhan lain, bisa saja menjadi tanda
adanya gangguan kehamilan yang lebih serius, termasuk
preeklamsia.Selain menimbulkan kaki bengkak, preeklamsia juga bisa
menyebabkan ibu hamil mengalami sakit kepala yang tak kunjung
membaik, penglihatan kabur, nyeri perut bagian atas, sesak napas, serta
mual dan muntah.
b. Penyakit peyebab kaki bengkak saat kehamilan
Kondisi ini juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi saat hamil Tak
hanya preeklamsia, kaki bengkak saat hamil terkadang juga bisa
disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti:
• Varises
Varises pada ibu hamil dipicu oleh hormon kehamilan, rahim yang
semakin membesar, dan peningkatan volume darah. Meski umum
untuk terjadi, ada cara alami yang bisa Anda lakukan untuk
mengatasi keluhan ini.
Varises pada ibu hamil biasanya terjadi di kaki, area vagina, serta
di sekitar bokong dan anus. Varises terjadi saat pembuluh darah
yang paling dekat dengan permukaan kulit mengalami pelebaran
dan pembengkakan. Varises ditandai dengan pembuluh darah
membiru atau ungu dan menonjol keluar.
• Penyakit ginjal
Gangguan pada ginjal membuat garam di darah menjadi
menumpuk. Hal ini bisa menyebabkan tubuh menahan air dan
kemudian menyebabkan pembengkakan di kaki.
• Gagal jantung
penyakit jantung seperti gagal jantung , bisa menyebabkan kaki
bengkak. Penyakit ini membuat jantung menjadi tidak dapat
memompa darah dengan baik. Akibatnya, darah di kaki yang
seharusnya kembali ke jantung, tidak dapat dipompa dengan baik.
• Gangguan fungsi hati
Saat hati tidak dapat bekerja dengan baik, maka kelebihan cairan
bisa menumpuk di kaki, dan menyebabkan pembengkakan.
Gangguan di hati bisa terjadi karena faktor gentik, kebiasaan
mengonsumsi alkohol, infeksi virus, dan obesitas.
c. Tata laksana Kaki Bengkak pada ibu hamil
• Ganjal kaki dengan bantal saat duduk atau tidur guna memperbaiki
sirkulasi darah.
• Tidur dengan posisi berbaring miring ke kiri.
• Olahraga secara rutin, seperti berenang atau berjalan kaki.
• Hindari duduk atau berdiri terlalu lama.

49
• Hindari aktivitas fisik yang terlalu berat.
• Pakailah sepatu yang nyaman saat berpergian dan hindari
memakai sepatu hak tinggi selama hamil.
• Minum air putih yang cukup, yaitu sekitar 2 liter atau 8 gelas air
minum per hari.
• Konsumsi makanan tinggi kalium, seperti kentang, ubi jalar,
pisang, bayam, kacang-kacangan, dan yoghurt.
• Batasi konsumsi minuman berkafein.
• Kurangi penggunaan garam pada masakan.

3. Sulit BAB
Ibu hamil dapat dikatakan susah BAB ketika buang air besar kurang dari 3
kali seminggu. Ada banyak faktor yang menyebabkan ibu hamil susah BAB,
salah satunya adalah peningkatan hormon progesteron yang dapat
mengendurkan otot usus, sehingga makanan dan kotoran bergerak lebih lambat
dalam sistem pencernaan.
a. Penyebab susah buang air besar saat hamil
• Rahim yang membesar
Seiring bertambahnya usia kehamilan, janin pun semakin
berkembang dan membuat rahim semakin membesar. Rahim yang
semakin besar dapat menekan usus dan rektum, sehingga
mengganggu proses pengeluaran tinja.
• Kurang mengonsumsi air putih
Kondisi perut yang mudah kembung karena melambatnya
pergerakan usus, membuat sebagian ibu hamil kurang
memperhatikan asupan cairan tubuh. Padahal, tercukupinya cairan
tubuh dapat mendukung sistem pencernaan agar dapat berfungsi
secara normal.
• Pengaruh pola makan
Tanpa disadari, Bumil mungkin menjadi sangat pemilih terhadap
makanan selama hamil sehingga tidak mau mengonsumsi makanan
yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh, misalnya makanan
berserat.
• Konsumsi suplemen zat besi
Mengonsumsi suplemen zat besi memang baik untuk mencegah
penurunan jumlah sel darah dan mencegah anemia. Namun,
beberapa jenis suplemen zat besi dapat menyebabkan munculnya
efek samping berupa sembelit dan rasa mual.
• Kurang bergerak
Perut yang membesar dan berat badan yang semakin bertambah
membuat kebanyakan ibu hamil menjadi malas untuk bergerak dan
beraktivitas. Hal ini dapat meningkatkan risiko ibu hamil
mengalami susah buang air besar selama masa kehamilan.
• Stres
Memikirkan hal-hal yang membuat cemas dan khawatir dapat
menyebabkan stres saat hamil. Ibu hamil disarankan untuk selalu

49
berpikir positif dan tetap tenang. Hal ini dikarenakan stres bisa
memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan dapat memicu
susah buang air besar.
b. Penatalaksaan dan pencegahan susah baung air besar pada kehamilan
• Konsumsi makanan yang mengandung tinggi serat, seperti beras
merah, buah, sayuran, kacang-kacangan, dan sereal.
• Cukupi kebutuhan zat besi dari asupan makanan, seperti daging,
telur, dan kacang merah, serta suplemen zat besi yang telah
diresepkan dokter.
• Konsumsi air putih minimal 12 gelas per hari.
• Olahraga ringan minimal 3 kali seminggu, selama 20–30 menit.
Bumil bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis
olahraga yang dapat dilakukan saat hamil.
• Hindari menahan rasa ingin buang air besar dan segera ke toilet saat
mulai terasa ingin BAB.
Susah buang air besar saat hamil umumnya tidak berbahaya. Namun,
jika Bumil mengalami sembelit dan disertai dengan nyeri perut, diare,
keluarnya lendir atau darah saat BAB, hingga menyebabkan wasir,
segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang
tepat.
4. BAK anyang anyangan
Anyang-anyangan adalah masalah buang air kecil yang tidak tuntas dan
kadang disertai rasa nyeri atau terbakar. Anyang anyangan pada ibu hamil ini
bisa mengganggu kenyamanan penderitanya, terutama di malam hari.
a. Penyebab BAK anyang-anyaan pada ibu hamil :
- Perubahan hormon
Selama trimester pertama kehamilan, tubuh melepaskan hormon yang
meningkatkan aliran darah ke area panggul, yaitu progesteron dan
human chorionic gonadotropin (hCG).
Perubahan hormon tersebut dapat membuat suplai darah ke ginjal lebih
cepat dan kandung kemih menjadi lebih sering terisi sehingga
menyebabkan sering buang air kecil, jika tidak diimbangi dengan
asupan cairan maka akan memicu anyang-anyangan.
- Tekanan pada kandung kemih
Penyebab anyang-anyangan selanjutnya adalah tekanan pada kandung
kemih. Di trimester kedua, keinginan buang air kecil yang tak
tertahankan cenderung berkurang. Posisi rahim juga lebih tinggi
sehingga menghasilkan lebih sedikit tekanan pada kandung kemih.
Namun, di trimester ketiga, anyang-anyangan bisa kembali terjadi
karena meningkatnya tekanan pada kandung kemih akibat janin yang
semakin besar dan meningkatkan frekuensi desakan rahim.
- Infeksi saluran kemih
Terkadang, anyang-anyangan juga dapat menjadi tanda infeksi saluran
kemih (ISK). Penyakit ini merupakan jenis infeksi bakteri yang paling
sering terjadi pada wanita hamil. Biasanya terjadi pada trimester 3.

49
ISK umumnya ditandai dengan nyeri atau terbakar saat berkemih, urine
berdarah, hingga merasa ingin buang air kecil meskipun hanya bisa
mengeluarkan beberapa tetes. Jika tidak diobati, ISK bisa
menyebabkan infeksi ginjal, persalinan prematur, atau masalah lain
yang memiliki potensi bahaya.
b. Penatalaksaan dan caa mengatasi anyang – anyangan pada ibu hamil :
• Minum air putih dengan cukup
Jika tidak ada kondisi penyakit tertentu, biasanya ibu hamil dapat
minum air putih sebanyak 2 liter atau setidaknya 8 gelas per hari.
Hal ini baik untuk menjaga kesehatan ginjal, serta
mempertahankan jumlah cairan ketuban agar tidak berkurang.
Jangan mengurangi minum air putih hanya karena meningkatkan
frekuensi berkemih saat hamil. Tetap penuhi kebutuhan cairan
tubuh supaya kesehatan tubuh dan janin senantiasa terjaga.
• Senam kegel
ntuk membantu memperkuat dasar panggul dan mengatasi
perasaan buang air kecil yang tidak tuntas. Kencangkan otot-otot
dasar panggul dengan membayangkan Anda sedang menghentikan
aliran urine dan tahan selama 10 detik.
• Hindari minuman berkafein
Hindari mengonsumsi minuman berkafein karena minuman
tersebut berfungsi sebagai diuretik alami yang dapat meningkatkan
keinginan Anda untuk buang air kecil.Dikutip dari Women's Health,
kandungan kafein dapat menyebabkan kantung kemih cepat terisi
yang mengakibatkan Anda selalu ingin berkemih. Membatasi
kafein dapat membantu mengatasi anyang-anyang saat hamil
karena mengurangi tekanan pada kantung kemih.
• Berendam air hangat
Mandi air hangat dapat meredakan sensasi ingin buang air kecil.
Hal ini juga dapat membantu menenangkan otot-otot yang tegang
saat hamil sehingga mengurangi ketidaknyamanan yang Anda
rasakan. Namun, jngan berendam air hangat di trimester 1 karena
dapat menyebabkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi akibat
tekanan darah ibu yang menurun karena berendam di air hangat.
• Mengonsumsi antibiotik
5. Perut lebih besar di bandingkan usia kehamilan
a. Hal-Hal yang Memengaruhi Bentuk dan Ukuran Perut Ibu Hamil
Bentuk perut ibu hamil memang berbeda-beda, ada yang perutnya tampak
besar, kecil, bulat, melebar, serta ada pula yang perutnya terlihat tampak
tinggi atau rendah. Bentuk dan ukuran perut ibu hamil ini bisa berbeda
karena dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti:
1) Postur tubuh
Postur tubuh ibu hamil ternyata turut memengaruhi bentuk atau ukuran
perut. Umumnya ukuran perut akan tampak terlihat lebih besar jika
postur tubuh ibu hamil kurus atau tidak terlalu tinggi.

49
Sedangkan dari segi bentuk, perut akan lebih tampak melebar ke
samping jika postur tubuh ibu hamil pendek. Sebaliknya, jika Bumil
memiliki postur tubuh yang tinggi, maka perut akan terlihat lebih
menonjol ke depan.
2) Berat badan
Kenaikan berat badan yang berlebihan selama kehamilan dapat
membuat perut ibu hamil terlihat lebih besar. Namun, perlu diingat,
ukuran perut yang besar ini tidak bisa dijadikan tanda bahwa bayi yang
ada di dalam kandungan juga berukuran besar.
3) Kekuatan otot perut
Otot perut yang kuat dan kencang dapat menahan perkembangan rahim
sehingga tidak tampak terlalu menonjol. Otot perut yang kuat juga
membuat perut ibu hamil menjadi tinggi dan menonjol saat kehamilan
sudah besar.Sebaliknya, posisi perut akan tampak turun jika otot perut
lebih kendur. Satu hal yang pasti, tinggi rendahnya posisi perut ini tidak
ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi.
4) Kehamilan pertama atau bukan
Ukuran perut ibu hamil umumnya akan tampak lebih besar pada
kehamilan yang kedua atau seterusnya. Ini dikarenakan otot-otot perut
sudah meregang dan melemah sehingga tidak dapat menahan
pertumbuhan rahim seperti sebelumnya.
5) Jumlah bayi dalam kandungan
Perut ibu hamil yang mengandung bayi kembar tentunya akan
berukuran lebih besar daripada perut ibu hamil dengan bayi tunggal.
6) Posisi bayi dalam kandungan
Bentuk perut melebar bisa disebabkan oleh posisi bayi yang melintang.
Jadi, bentuk perut melebar atau memanjang juga tidak ada
hubungannya dengan jenis kelamin bayi.
7) Ukuran janin
Meski tidak bisa dijadikan tolak ukur yang pasti, sebagian perut ibu
hamil terlihat kecil karena pengaruh dari ukuran bayi yang
dikandungnya. Bumil mungkin untuk memiliki janin dengan ukuran
lebih kecil dari rata-rata apabila memiliki anggota keluarga dengan
riwayat serupa sebelumnya. Sebaliknya, jika janin berukuran besar,
ukuran perut ibu hamil juga akan terlihat lebih besar.
8) Cairan ketuban atau preeklampsia
Terlalu banyaknya cairan ketuban atau polihdramnion bisa membuat
perut ibu hamil tampak lebih besar. Sebaliknya, ukuran perut yang
kecil bisa menjadi tanda kekurangan cairan ketuban atau
oligohidramnion.

b. Tata laksana
- Aktif bergerak dan rajin berolahraga
Jika dianjurkan dan di perbolehkan dari dokter,ibu hamil sehat
disarankan untuk aktif bergerak dan rajin olahraga. Upayakan untuk
olahraga setidaknya 30 menit perhari.

49
- Cukupi kebutuhan serat
Serat dapat membantu membawa air ke dalam usus,melunakan tinja
dan membantu mengatasi perut begah. Mengkonsumsi 25-30 gram
serat perhari dari sumber alami seperti buah buahan,sayuran dan biji –
bijian.
- Mengkonsumsi makanan bergizi
Ibu hamil mengkonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang agar
berat badan terkontrol.
- Kontrol stress
Untuk mengatasinya,coba kelola stress dengan meditasi ,bernafas
dalam atau bersantai
6. Nyeri pinggang
Nyeri pinggang juga bisa menjadi salah satu tanda tanda kehamilan minggu
pertama. Jadi sebenarnya nyeri pinggang merupakan kondisi yang sangat
umum dan bisa terjadi pada semua ibu hamil. Nyeri pinggang saat hamil bisa
terjadi mulai dari bagian punggung ke bawah hingga pinggang ke bawah. Rasa
tekanan dan tidak nyaman sering menyebabkan ibu hamil tidak bisa
melakukan aktifitas dengan baik. Berikut ini adalah beberapa informasi
mengenai nyeri pinggang saat hamil.
a. Penyebab nyeri pinggang saat hamil
1) Hormon memiliki peran yang sangat penting untuk ibu hamil.
Hormon tidak hanya menyiapkan lingkungan yang nyaman untuk
pertumbuhan janin tapi juga setelah bayi dilahirkan. Perubahan
hormon terutama tingkat HCG dan estrogen dalam tubuh ibu hamil
menyebabkan pengaruh pada ligamen di area panggul dan sendi.
Hormon akan membantu area panggul dan sendi di sekitarnya
menjadi lebih lentur atau lunak. Proses ini memang sangat penting
untuk membantu pembukaan jalan lahir ketika ibu akan melahirkan
normal.
2) Berat badan ibu bertambah
Perkembangan janin yang sehat bisa membuat berat badan ibu juga
bertambah. Pada dasarnya penambahan berat badan ini terjadi pada
ibu dan janin itu sendiri. Ibu menyiapkan tubuh yang paling sehat
hingga siap untuk melahirkan. Sementara janin juga berkembang
mulai dari perkembangan organ dalam hingga menjadi bayi yang
lahir normal tanpa cacat apapun. Akibatnya berat badan ibu bisa naik
dengan cepat selama kehamilan. Kondisi ini menyebabkan tumpuan
di bagian panggul juga menjadi lebih berat sehingga nyeri pinggang
sering terjadi pada ibu hamil.
3) Tarikan gravitasi ke tubuh Anda
Perkembangan janin yang sehat dalam rahim ibu akan merubah
bentuk perut ibu. Kondisi ini akan membuat perut ibu lebih besar
dan diikuti oleh bagian belakang termasuk juga payudara untuk
menyiapkan ASI bagi bayi. Bagaimanapun tubuh ibu sedang bekerja
untuk menyiapkan persalinan dan proses perawatan setelah bayi
dilahirkan. Perubahan bentuk badan ini juga akan membuat tarikan

49
gaya gravitasi menjadi lebih berat. Bagian kaki menjadi tumpuan
utama yang dibantu oleh panggul. Karena itu saat hamil sebaiknya
ibu tidak menggunakan sepatu hak tinggi, berdiri atau duduk terlalu
lama.
4) Kurang gerakan tubuh dan masalah postur tubuh
Beberapa kasus nyeri pinggang saat hamil yang paling parah terjadi
pada ibu hamil yang memang kurang gerakan. Aktifitas yang kurang
menyebabkan sendi di bagian panggul juga tidak terlatih dengan
baik. Karena itu ibu hamil juga disarankan untuk sering berjalan-
jalan, berenang dan senam hamil. Sementara itu ibu hamil yang
memiliki kelainan tulang seperti skoliosis juga akan lebih sering
terkena nyeri pinggang. Kebiasaan membungkuk pada ibu hamil
juga bisa membuat pinggang tidak nyaman dan mudah lelah.
5) Ibu hamil memang sering emosi dan mengalami perubahan suasana
hati yang sangat cepat. Kondisi ini memang dipengaruhi oleh
kondisi kehamilan dan perubahan hormon dalam tubuh. Kemudian
ibu hamil yang cepat marah juga bisa terkena stres. Salah satu
bahaya stres pada ibu hamil adalah kelelahan yang kronis pada ibu
hamil. Kelelahan bisa memberikan beberapa efek seperti nyeri
pinggang kronis, tubuh yang sangat lemah, hipertensi dalam
kehamilan, tekanan darah rendah, anemia pada ibu hamil dan
bahkan keguguran. Karena itu sebaiknya ibu mengelola kesehatan
agar tidak terlalu stres.
6) Tekanan rahim melemahkan otot perut
Ketika janin berkembang maka pada bisa menyebabkan tekanan
yang kuat pada rahim. Efeknya maka bisa menyebabkan otot perut
menjadi lebih lemah. Kondisi ini bisa membuat postur tubuh ibu
mengalami perubahan yang besar. Jika postur dan otot perut yang
semakin lemah maka bisa membuat syaraf dibagian punggung
mendapatkan tekanan yang membuat nyeri pinggang sering terjadi.
Karena itu ibu hamil sebaiknya tidak boleh melakukan pekerjaan
berat seperti mengangkat benda berat. Jika pekerjaan ini dilakukan
maka bisa menyebabkan stres pada bagian sendi di sekitar pinggang
b. Gejala nyeri pinggang ibu hamil
Pada dasarnya ibu hamil bisa terkena salah satu atau kedua dari jenis
nyeri pinggang. Nyeri pinggang yang termasuk dalam nyeri lumbal
adalah nyeri yang terjadi di daerah vertebrata lumbalis di bagian
punggung bawah. Sementara nyeri panggul posterior terjadi tepat
dibagian bawah panggul. Berikut ini gejala kedua jenis nyeri pinggang
tersebut.
• Tekanan di bagian tulang belakang dan sekitar pinggang. Pada
dasarnya kondisi ini sama seperti nyeri pinggang yang dialami oleh
wanita tidak sedang hamil.
• Nyeri panggul posterior. Rasa sakit akan terasa di bagian bawah
panggul atau pinggang ke bawah. Beberapa ibu hamil juga akan
merasakan nyeri hingga ke pantat, nyeri disisi paha kanan atau kiri

49
atau bahkan bersamaan. Kondisi ini akan sering terasa jika ibu
hamil berjalan, naik tangga, bangkit dari posisi duduk atau tidur,
berguling saat tidur baik ke kiri atau ke kanan dan saat mengangkat
benda
• Nyeri pinggang terasa hingga ke tulang kemaluan. Kondisi ini
biasanya berhubungan dengan nyeri panggul posterior yang akan
terasa lebih sakit saat berada di posisi duduk lalu berdiri. Bahkan
ketika ibu hamil duduk sambil membungkuk maka nyeri akan
terasa lebih buruk.
• Nyeri hingga linu ke bagian panggul. Ibu hamil yang sering
mengalami nyeri pinggang dari panggul hingga pantat dan paha
mungkin sedang terkena peradangan atau pembengkakan di bagian
bawah tulang belakang. Kondisi ini sebenarnya sangat jarang
terjadi pada ibu hamil.
• Nyeri pinggang bisa menyebabkan nyeri yang berat dimulai dari
bagian pinggang, panggul, lutut, kaki dan bahkan jari kaki.
Terkadang ibu hamil juga bisa mengalami nyeri pinggang hingga
kesemutan. (baca: penyebab kesemutan pada ibu hamil)
• Nyeri pinggang yang parah bisa menyebabkan mati rasa di bagian
selangkangan dan area intim wanita. Kondisi ini bisa memburuk
sehingga menyebabkan ibu hamil tidak bisa merasakan sensasi saat
buang air besar atau buang air kecil. Beberapa ibu hamil juga akan
susah BAB saat hamil dan buang air kecil. (baca: sering kencing
saat hamil)
c. Tata laksana nyeri pinggang saat hamil
• Ibu hamil bisa mencoba untuk melakukan olahraga atau gerakan
ringan secara teratur. Semua jenis olahraga yang dilakukan
sebaiknya sudah mendapatkan ijin atau persetujuan dari dokter
kandungan yang merawat. Baca: olahraga untuk ibu hamil –
senam hamil – olahraga yang dilarang untuk ibu hamil –
manfaat jalan pagi untuk ibu hamil – sit up bagi ibu hamil
• Ibu hamil bisa mencoba melakukan berbagai gerakan
peregangan untuk mendukung kekuatan otot punggung, kaki dan
otot perut. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara menempatkan
beban yang bertumpu pada sendi tubuh yang berhubungan
dengan pinggang. Namun latihan sebaiknya mendapatkan
pengawasan dari ahli terapi.
• Ibu hamil bisa mencoba untuk membiasakan berenang.
Berenang bisa membantu menjaga kekuatan otot perut dan otot
punggung bawah yang bisa menjaga agar ibu tidak sering
mengalami nyeri pinggang. (baca: bahaya berenang bagi ibu
hamil)
• Ibu hamil juga harus menjaga postur tubuh ketika sedang berdiri,
duduk atau tidur. Postur ini sangat penting untuk mencegah agar
tidak nyeri pinggang.

49
• Ibu hamil sebaiknya tidak duduk dalam waktu yang lama. Ketika
duduk lama maka bisa menyebabkan tekanan pada bagian
panggul sehingga ibu akan sering nyeri pinggang.
• Ibu hamil harus menjaga postur tubuh yang baik ketika tidur.
Posisi tidur bisa membantu aliran darah dari jantung ke semua
bagian tubuh ibu hamil lebih lancar.
• Ibu hamil sebaiknya tidak menggunakan sepatu berhak tinggi
sebab sepatu ini bisa menyebabkan tekanan pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. (baca: bahaya high
heels bagi ibu hamil)
• Ibu hamil sebaiknya tidak membiasakan menekuk lutut atau
jongkok terlalu lama karena ini bisa membuat sendi mengalami
tekanan.
• Latihan fisik bisa diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau
setidaknya mengurangi rasa sakit dan bahkan mencegah nyeri
pinggang. Perawatan ini diperlukan jika ibu sering mengeluh
nyeri pinggang hingga ke kaki.
• Obat untuk mengatasi rasa sakit bisa diberikan oleh dokter
namun hanya jika diperlukan saja.
• Sering latihan berjalan kaki atau sekedar aktifitas ringan untuk
membantu mengontrol gerakan pinggang.
• Menjaga kebiasaan cara tidur yang tepat untuk ibu hamil,
terutama sesuai dengan trimester kehamilan.
7. Nyeri Perut Bagian Bawah
Penyebab nyeri perut bagian bawah ini disebabkan karena rahim yang
membesar sehingga mengakibatkan adanya tekanan pada kandung kemih yang
berlokasi di bagian bawah perut. Nyeri perut bagian bawah juga bisa dirasakan
ketika janin begerak. Dengan semakin besarmnya janin maka gerakan kepala,
badan, dan tendangan kakinya akan semakin kuat. Gerakan janin yang kuat
bisa menyebabkan kontraksi ringan (kontraksi palsu yang tidak menyebabkan
persalinan atau sering disebut kontraksi Braxton-Hicks). Akibat yang
ditimbulkan pada kehamilan apabila tidak segera ditangan maka dapat
menyebabkan terjadi infeksi saluran kemih tekanan pada kandung kemih dapat
membuat urine berada lebih lama disana sehingga mengakibatkan timbulnya
infeksi saluran kemih. Pada persalinan dapat berakibat terjadi persalinan
premature.
Upaya yang bisa dilakukan oleh bidan untuk mengatasi nyeri perut
bagian bawah yaitu dengan memberikan KIE pada ibu hamil mengenai nyeri
perut bawah merupakan fisiologis yang dialami oleh ibu hamil trimester 3,
upaya yang dilakukan ibu hamil berupa mengompres area nyeri dengan air

49
hangat, mandi dengan air hangat, dengan membungkuk ke arah nyeri untuk
mengurangi peregangan pada ligamentum, memiringkan panggul dan
menyokong uterus dengan menggunakan bantal tepat dibawahnya serta
menggunakan penyokong atau korset abdomen maternal. Pemerintah juga
menetapkan program ANC untuk mengurangi resiko komplikasi saat
kehamilan yaitu dengan pelayanan antenatal harus diberikan sesuai standar
yang sudah ditetapkan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru yaitu pelayanan
antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal minimal 6x dengan
rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x
diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5
di Trimester 3. Pemerintah juga mengupayakan asuhan secara menyeluruh dan
berkesinambungan yang biasa disebut Asuhan komprehensif atau Continuity
of Care (COC). Asuhan ini merupakan ciri dan tujuan utama pengobatan
keluarga yang lebih menitik beratkan kepada kualitas pelayanan pada pasien
(keluarga) dengan dapat membantu bidan (tenaga kesehatan) dan merupakan
asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas.

8. Mudah Lelah
Pertumbuhan janin di dalam rahim serta peningkatkan hormon
progesteron di dalam tubuh menjadi penyebab ibu hamil mudah merasa lelah.
Meski wajar, hal ini nyatanya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Kualitas
tidur calon ibu di malam hari pun bisa terganggu dan memicu rasa kelelahan
menjadi lebih parah pada keesokan harinya.
Selain perubahan fisik dan hormon, kelelahan pada ibu hamil juga bisa
disebabkan oleh kondisi mual muntah di awal kehamilan alias morning
sickness, kurang tidur, pembagian nutrisi ke janin, serta jantung yang
memompa darah lebih keras untuk meningkatkan volume darah. Kelelahan
pada ibu hamil paling sering muncul pada awal kehamilan dan di trimester
ketiga.
a. Cara Mengatasi Tidak Cepat Lelah
• Batasi Aktivitas Fisik
Terlalu aktif bisa menjadi salah satu penyebab ibu hamil mudah
merasa lelah. Maka dari itu, sangat penting untuk membatasi
aktivitas fisik dan hindari melakukan pekerjaan yang terlalu

49
berat. Jangan memaksakan diri dan segera beristirahat jika rasa
lelah yang parah mulai terasa.
• Konsumsi Makanan Sehat
Saat awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami penurunan
nafsu makan dan berujung pada kurangnya asupan nutrisi.
Padahal, hal itu bisa menjadi salah satu penyebab tubuh tidak
berenergi dan menjadi lebih mudah lelah. Untuk mencegahnya,
biasakan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, meski
dirasa sulit.
• Minum Air Putih
Selain makanan yang bernutrisi, ibu hamil juga disarankan
untuk banyak minum air putih. Hal ini penting untuk
memastikan tubuh ibu mendapat asupan cairan yang cukup,
sehingga terhindar dari dehidrasi. Selain itu, minum air putih
juga bisa membantu mengurangi rasa lelah yang dialami.
• Berolahraga
Meski sedang hamil, ibu tetap harus bergerak dan berolahraga.
Namun tentu saja, aktivitas fisik dan olahraga yang dilakukan
harus disesuaikan dan jangan memaksakan. Ibu bisa memilih
jenis olahraga yang ringan namun bermanfaat, seperti berjalan-
jalan agar aliran darah tetap mengalir lancar. Selain itu, ibu juga
bisa meminta dampingan dan ahli jika ragu atau tidak yakin
jenis olahraga apa yang harus dilakukan.
• Suplemen Tambahan
Untuk menjaga kondisi tubuh dan menghindari kelelahan, ibu
juga bisa mengonsumsi suplemen tambahan. Namun tentu saja,
hal ini harus mendapat persetujuan dan rekomendasi dari dokter.
Jangan sembarangan mengonsumsi suplemen karena bisa
membahayakan ibu maupun janin yang dikandung.

9. Kram Kaki
a. Pengertian Kram Kaki
Kram kaki banyak dikeluhkan ibu hamil, terutama pada triwulan kedua.
Bentuk gangguan berupa kejang pada otot betis atau otot telapak kaki. Kram

49
kaki cenderung menyerang pada malam hari selama 1-2 menit. Walau singkat,
tapi dapat mengganggu tidur, karena rasa sakit yang menekan betis atau
telapak kaki. Hingga kini, penyebab kram belum diketahui pasti. Diduga
adanya ketidakseimbangan mineral di dalam tubuh ibu yang memicu
gangguan pada sistem persarafan otot-otot tubuh. Penyebab lainnya adalah,
kelelahan yang berkepanjangan, serta tekanan rahim pada beberapa titik
persarafan yang berhubungan dengan saraf-saraf kaki (Depkes RI, 2009 ).
b. Penyebab Terjadinya Kram Kaki
Untuk melakukan kontraksi dan relaksasi secara normal, otot-otot kaki
memerlukan cadangan lemak dan gula yang cukup untuk sumber energi. Bila
sumber energi yang dibutuhkan otot tidak mencukupi, timbulah kejang otot.
Syafrudin, Karningsih dan Dairi (2011) menyimpulkan bahwa penyebab kram
kaki yaitu :
- Kejang otot yang terlalu, sehingga asam laktat yang dihasilkan oleh
otot tertimbun dalam darah
- Kurang nya mineral, yakni kalsium dalam darah
- Menyempitnya pembuluh-pembuluh darah halus (kapiler)
- Gangguan aliran darah akibat pembuluh darah yang tertekan atau
pemakaian sepatu yang sempit.
c. Skala Pengukuran Nyeri

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkan angka
7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan
digunakan sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2006).
Skala nyeri 0-10 memiliki arti yang berbeda-beda yang dapat
menggambarkan kondisi nyeri yang di alami seseorang menurut Alimul Aziz
(2011) sebagai berikut :
0 : Tidak merasa sakit.
1 : Nyeri yang sangat ringan, hampir tidak terasa dan seperti gigitan nyamuk.

49
2 : Nyeri ringan, nyeri seperti dicubit pada kulit.
3 : Nyeri yang lumayan seperti dokter memberikan suntikan.
4 : Kuat, nyeri yang dalam seperti sakit gigi atau di sengat lebah.
5 : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk seperti pergelangan kaki terkilir.
6 : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga dapat
mempengaruhi sebagian indra yang dapat menyebabkan tidak fokus dan
komunikasi terganggu.
7 : Rasa sakit benar-benar mendominasi indra yang menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan diri.
8 : Nyeri begitu kuat sehingga tidak dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
9 : Nyeri begitu kuat sehingga tidak bisa mengatasi dan sampai-sampai
menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya.
10 : Nyeri yang tak terbayangkan rasa sakitnya, dan dapat menyebabkan tidak
sadar diri.
d. Tata Cara Mengatasi Kram Kaki
▪ Meregangkan otot yang kejang. Caranya, duduklah lalu luruskan kaki
yang kejang. Tekan kuat-kuat bagian telapak kaki dengan jari-jari
tangan, tahan dan ulangi gerakan hingga beberapa kali
▪ Bila otot kejang sudah mengendur, secara perlahan pijatlah seluruh otot
betis setiap beberapa detik sekali dengan menggunakan seluruh telapak
tangan lalu bisa juga mengompres otot tadi dengan air hangat atau
merendam kaki dengan air hangat agar aliran di kaki menjadi lancar
▪ Meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi kandungan kalsium dan
magnesium, sepeti aneka sayuran berdaun, susu dan aneka produk
olahan lain. Jika hal itu sulit dipenuhi, sebaiknya konsultasi kepada
Bidan atau dokter mengenai makanan yang tinggi kalsium yang mudah
diperoleh di daerahnya
▪ Lakukan senam hamil secara teratur. Senam hamil dapat
memperlancar aliran darah dalam tubuh.

49
▪ Jika kram kaki pada malam hari, bangunlah dari tempat tidur. Lalu
berdiri selama beberapa saat, tetap lakukan meski kaki terasa sakit
(Syafrudin, Karningsih dan Dairi, 2011)
e. Pencegahan Kram Kaki
▪ Hindari pekerjaan berdiri dalam waktu yang lama
▪ Lakukan olah raga ringan, peregangan pada otot betis dan latihan
bersila dapat mengurangi kejadian kram
▪ Posisi tidur dengan kaki lurus (menunjuk dengan ujung kaki) dapat
meningkatkan kejadian kram kaki, sebaiknya hindari tidur dalam posisi
ini
▪ Mengurangi makanan yang mengandung sodium (garam)
▪ Meninggikan posisi kaki, termasuk mengganjal kaki dengan bantal
saat tidur
▪ Mengurutkan kaki secara teratur dari jari-jari hingga paha

10. Kesemutan Tangan


Kebas atau sering disebut juga dengan istilah kram merupakan proses
menegangnya otot tubuh pada bagian tertentu, sehingga akan menimbulkan
rasa sakit selama beberapa menit, bahkan bisa sampai berhari-hari. Kebas pada
tangan umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun bukan berarti tangan
yang kebas bisa dianggap ringan. Kebas bisa menimbulkan perasaan tidak
nyaman dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ibu hamil yang mengalami kebas di tangan atau jari saat hamil,
mungkin sedang menderita carpal tunnel syndrome. Kondisi ini diakibatkan
oleh kelebihan cairan yang memberi tekanan pada saraf median di pergelangan
tangan. Fluktuasi hormon dan meningkatnya berat badan juga bisa menjadi
menyebabkan terjadinya kondisi ini.
a. Carpal Tunnel Syndrome
Gejala carpal tunnel syndrome meliputi:
• Mati rasa di jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah
• Rasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum di jari tangan dan
pergelangan tangan
• Kesulitan menggenggam

49
• Sensasi terbakar di tangan, pergelangan tangan, dan lengan
• Pembengkakan di tangan dan jari
• Rasa nyeri terkadang menjalar di bahu, leher, dan lengan

b. Kekurangan Vitamin B12

Kebanyakan orang paling sering kekurangan vitamin B12 yang bisa


menyebabkan kebas dan kesemutan di tangan dan kaki selama hamil. Ini
karena vitamin B12 dan vitamin B lain penting untuk pertumbuhan dan
fungsi saraf yang normal.

Pencegahan dan penanganan kekurangan vitamin B12 selama hamil bisa


dilakukan dengan menambahkan sumber vitamin pada makanan seperti
daging merah, ikan, dan unggas atau minum vitamin kehamilan yang
mengandung vitamin B12.

11. Nyeri Uluhati


Nyeri pada ulu hati dipicu peningkatan produksi asam dalam
lambung. Peningkatan produksi asam dalam lambung dipicu perubahan
hormon progesteron selama masa kehamilan, yang mengakibatkan katup
lambung melemah. Ditambah dengan pertumbuhan janin yang kian membesar,
asam lambung akan lebih mudah naik menuju kerongkongan.
a. Penyebab Uluhati Terasa Nyeri :
1) Preeklamsia
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan, yang biasanya muncul
setelah usia kandungan menginjak 20 minggu. Kendati tidak terlalu
umum, preeklamsia bisa dialami sekitar lima sampai delapan persen
kehamilan. Preeklamsia tidak bisa diobati. Satu-satunya jalan
mengatasi gangguan kehamilan ini melalui persalinan.
2) Iritasi usus besar
Sindrom iritasi usus besar dipicu gerakan otot pelapis dinding usus
yang lebih kuat ketimbang biasanya. Sindrom ini bisa menimpa Moms,
jika terdapat riwayat sindrom serupa dalam keluarga besar.
3) Penyakit kantung empedu

49
Kantung empedu berada di bawah hati. Kantung yang satu ini
menyimpan cairan yang membantu tubuh mencerna lemak atau cairan
empedu.
b. Cara Mengatasi Nyeri Ulu hati
1) Hindari makanan yang menyebabkan reaksi pada lambung, seperti
minuman bersoda, makanan asam, makanan berlemak, makanan pedas,
dan makanan yang penuh bumbu.
2) Hindari kopi dan cokelat, yang bisa memicu naiknya asam lambung.
3) Makanlah dengan porsi kecil tapi sering. Kunyahlah makanan pelan-
pelan dan jangan terburu-buru. Makanan yang tidak dikunyah dengan
benar akan menambah beban pada lambung untuk mengeluarkan lebih
banyak asam.
4) Mengunyah permen karet akan membantu memproduksi lebih banyak
air liur.
5) Mengonsumsi lebih banyak makanan berserat.
6) Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman.
7) Tidurlah dengan beberapa bantal untuk menopang perut dan kaki.
Jaga kondisi Ibu dari gangguan di masa kehamilan dengan rutin
melakukan pengecekan kandungan, konsultasi dengan dokter dan
memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan Ibu dan janin.

12. Keputihan
Leukorea atau Fluor Albus (Keputihan) merupakan tanda dan gejala yang
terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah (Eva,
2010). Fluor Albus merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi
Fluor Albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi
kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan
ekosistem vagina terganggu, yang tadinya bakteri Doderlein atau Lactobasillus
memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan Ph vagina menjadi asam, (Eva, 2010) sebagai
proteksi ekstra terhadap beberapa organisme seperti Candida albicans (Koes, 2014).
Keputihan terdiri dari dua jenis yaitu fisiologis dan patologis. Keadaan normal
(fisiologis), lendir vagina tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal. Tanda dan gejala keputihan dalam keadaan patologis yaitu

49
cairan yang keluar terlalu banyak, gatal dan warna keputihan sampai kekuning-
kuningan bahkan kehijauan, kental dan mengeluarkan aroma tidak sedap karena cairan
mengandung banyak sel darah putih atau leukosit (Eva, 2010). Keputihan patologis
pada ibu hamil dapat mengakibatkan resiko tinggi pada ketuban pecah dini, sehingga
bayi lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah (Nurlan, 2013), jadi
kondisi organ vital yang kurang bersih perawatannya dapat menimbulkan keputihan
pada ibu hamil (Wahyu, 2010).
Keputihan ini disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau
protozoa (Trichomonas vaginalis) dan Bacterial Vaginosis. Keputihan yang
disebabkan Candida 53%, Trichomonas 3,1% dan yang tergolong oleh Bakteri 40,1%
(Hoirina, 2009). Penyebab lain keputihan yang dialami pada wanita hamil adalah
pengaruh peningkatan stimulus hormon estrogen dan progesteron pada serviks, maka
dapat menghasilkan cairan mukoid yang berlebihan, berwarna keputihan karena
menggandung banyak sel epitel vagina tanggal akibat hiperplasi kehamilan normal
(Diyan, 2013). Infeksi jamur Candida albicans merupakan salah satu penyebab
keputihan. Jamur tersebut banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan lembab.
Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan lembab. Keputihan
karena jamur ini lebih mudah menyerang wanita hamil dikarenakan pada masa
kehamilan, vagina menjadi kaya dengan kandungan glukosa yang disebut dengan
glikogen, dan ini merupakan makanan yang baik untuk jamur dan bakteri tumbuh.
Jumlah kandungan glikogen yang tinggi berhubungan peningkatan hormon estrogen
dan penurunan keasamaan vagina.
Tatalaksana keputihan pada ibu hamil (1) mencuci tangan sebelum menyentuh
vagina; (2) membersihkan bagian luar vagina setelah BAK atau BAB, dengan air
bersih dari arah depan ke belakang (vagina ke anus); (3) hindari menggunakan sabun
atau shower gel pada alat kelamin; (4) biasakan untuk membersihkan alat kelamin
sebelum dan sesudah berhubungan seksual; (5) Celana dalam harus diganti setiap hari;
(6) Gunakan Pantyliner agar keputihan tidak menempel (Sunyoto, 2014).

13. Sesak Nafas


Selain itu kondisi janin yang semakin membesar juga akan mendesak
diafragma ke atas sehingga fungsi diafragma dalam proses pernafasan akan terganggu,
yang mengakibatkan turunnya oksigenasi maternal, sedangkan pada kehamilan akan
meningkatkan 20% konsumsi oksigen dan 15% laju metabolik, hal ini yang dapat

49
membuat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang menyebabkan sesak nafas pada
ibu hamil (Handayani & Rodiani, 2014).
Rahim yang mulai membesar akan mengerahkan posisi istirahat dari kepala
diafragma, dan mengurangi volume cadangan ekspirasi (pengurangan sekitar 10-20%),
dan juga kapasitas residu fungsional (Lee et al., 2017). Hiperventilasi pada masa
kehamilan biasanya terdapat volume tidal yang lebih tinggi dibandingkan takipnea.
Etiologinya kadar progesteron meningkat dapat menyebabkan
pusatpernapasan menurunkan kadar CO, dan meningkatkan kadar O2. Metabolisme
pada ibu hamil meningkat menyebabkan jumlah zat sisa pembakaran CO2menjadi
banyak dan dengan pembesaran uterus dapat menekan dinding dada(diafragma) ibu
hamil.
Tatalaksana mengubah posisi tidur ibu dariberbaring menjadi setengah duduk
dengan memakai bantal di punggung dandapat memakai posisi tidur/berbaring miring.
Tanda bahayanya adalah jikadisertai dengan gejala kurang gizi (defisiensi nutrisi),
napas sesak, batuk, demam,pernapasan cepat, dan kelelahan.

14. Wasir
Hemoroid adalah pembengkakan vena di sekitar anus yang ditandai
dengan perdarahan anorektal, nyeri dan gatal pada anus. Keluhan ini
terjadi pada 8% ibu hamil pada trimester I dan III kehamilannya.
Pembengkakan abnormal bantalan anal menyebabkan dilatasi dan
kendurnya pleksus arteriovenosus yang selanjutnya menyebabkan
peregangan otot suspensatori dan prolaps rekti melalui kanalis anal.
Mukosa anal yang mengalami prolaps mudah mengalami trauma, menyebabkan
perdarahan melalui rektum dengan darah berwarna merah
cerah karena kadar oksigen di anastomosis arteriovenosus yang tinggi.
Prolaps menyebabkan kotornya daerah anal, pengeluaran mukus, pruritus,
serta memudahkan terjadinya penekanan dan strangulasi pembuluh vena.
Kehamilan dan diet rendah serat merupakan predisposisi terjadinya
hemoroid.
Etiologinya adalah konstipasi (tinja keras), BAB tidak tertatur, akibat tekanan
uterus terhadap pembuluh darah vena hemorrodial (yang ada di rektum), pembesaran
vena hemoroid.

49
Tatalaksana hemoroid dengan mengonsumsi makanan yang banyak
menandung serat, menggunakan kompres es untuk mengurangi nyeri di anus,
konsultasi ke dokter untuk pengobatan. Tanda bahaya yaitu jika terjadi BAB berdarah
disertai nyeri pada rektum yang tidak tertahankan.

15. Gatal
Pruritus adalah sensasi yang menimbulkan keinginan kuat untuk melakukan
penggarukan. Secara umum, pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit,
baik lesi primer maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan
akibat faktor sistemik non-lesi kulit dan ini bisa terjadi selama kehamilan.
Etiologi adalah hipersensitif terhadap antigen (zat) yang dihasilkan oleh plasenta.
Tatalaksana denan konsultasikan ke dokter untuk penggunaan obat kulit. Tanda
bahaya jika terjadi gatal terus-menerus dan mengganggu aktivitas, timbul koreng,
berair dan bernanah, disertai mual muntah, kuning seluruh tubuh, serta urine berwarna
pekat.

16. Kembung
Perut kembung pada ibu hamil biasa terjadi pada trimester II dan III . Ibu hamil
sering mengeluh ingin beserdawa atauingin buang angin pada saat yang tidak
seharusnya dikarenakan usus meregangdan akan merasa kembung.

Etiologinya yaitu penurunan kerja motilitas ususakibat peningkatan hormon


progesteron yang menyebabkan perlambatanpengosongan lambung dan terjadi
penekanan uterus pada usus besar dan faktor diet.

Tatalaksana adalah dengan menghindari makanan yang mengandung gas


misalnya kol, nangka, dan ketan; mengunyah makanan secarasempurna; melakukan
senam hamil secara teratur; dan mempertahankankebiasaan BAB yang normal. Makan
sedikit-sedikit tetapi sering dan teraturserta konsultasi ke dokter untuk pemberian obat
merupakan cara lain untukmengatasi/mencegah.

49
B. Penyakit-Penyakit yang Menyertai Persalinan
1. Ketuban Pecah, Perut Tidak Mulas (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membrane/PROM) terjadi pada
pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu yang ditandai dengan pecahnya
ketuban sebelum masuk masa awal persalinan. Sedangkan, ketuban pecah sebelum
waktu atau preterm premature rupture of membrane (PPROM) yaitu pecahnya
membran korioamniotik pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Etiologi terjadinya PPROM belum jelas, tetapi terdapat berbagai faktor yang
dapat menyebabkan PPROM, seperti sosial ekonomi rendah, perokok, infeksi
langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau serviks, riwayat
persalinan preterm, perdarahan pervaginam, fisiologi abnormal selaput ketuban,
hygiene buruk, inkompetensi serviks akibat persalinan dan tindakan kuretase,
serviks kurang dari 39mm, pH vagina diatas 4,5, overdistensi uterus akibat trauma
seperti pasca senggama dan pemeriksaan dalam, polihidramnion, gemelli, serta
defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat.
PPROM dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dengan
vaginal toucher dan inspekulo, serta pemeriksaan penunjang berupa ferning test,
laboratorium, dan USG. Diagnosis ketuban pecah dini (KPD) atau premature
rupture of membrane perlu dicurigai pada pasien hamil yang datang dengan
keluhan keluar air dari vagina. Air bisa keluar sedikit demi sedikit maupun dengan
deras. Air ketuban yang keluar tidak dapat ditahan dan akan keluar terus menerus.
Dalam anamnesis, pasien ketuban pecah dini akan mengeluhkan keluarnya cairan
dari vagina yang terus menerus mengalir tanpa adanya kontraksi abdomen. Pasien
juga dapat mengeluhkan sensasi basah dari vagina dan terasa sulit untuk berhenti
berkemih. Manajemen tatalaksana pada PPROM yaitu mengkonfirmasi cairan
ketuban, USG untuk memastikan usia kehamilan dan jumlah cairan amnion,
konfirmasi ada tidaknya infeksi, serta terapi konservatifdengan pemberian
uterorelaksan untuk menunda proses persalinan, pemberian antibiotik sebagai
profilaksis, dan kortikosteroid untuk pematangan paru janin.
Penatalaksanaan pecah ketuban dini berdasarkan usia kehamilannya :

Usia Kehamilan Penatalaksanaan


Cukup Bulan (37 minggu atau Lahirkan bayi: induksi atau sectio caesarea
lebih) sesuai indikasi
Obati infeksi intraamniotik jika ada
Profilaksis infeksi sesuai indikasi
Late preterm (34-36 minggu 6 hari) Konservatif atau lahirkan bayi (induksi atau
sectio caesarea sesuai indikasi)
Obati infeksi intraamniotik jika ada
Kortikosteroid: Jika belum diberikan
sebelumnya dan bayi akan dilahirkan dalam
waktu lebih dari 24 jam dan kurang dari 7
hari, serta tidak ada korioamnionitis

49
Skrining dan profilaksis infeksi sesuai
indikasi
Preterm (24-33 minggu 6 hari) Konservatif
Obati infeksi intraamniotik jika ada
Antibiotik jika tidak ada kontraindikasi
Kortikosteroid
Lakukan swab vagina dan rektum untuk
kultur patogen infeksi, lalu profilaksis
infeksi sesuai indikasi
Magnesium sulfat untuk neuroproteksi pada
usia kehamilan <32 minggu, jika tak ada
kontraindikasi
Periviabel (<24 minggu) Konseling
Konservatif atau induksi persalinan
Antibiotik dapat mulai diberikan mulai dari
usia kehamilan 20 minggu
Profilaksis terhadap infeksi, kortikosteroid,
tokolitik, dan magnesium sulfat tidak
direkomendasikan sebelum bayi viabel

2. Badan Lemas, kontraksi hilang (Atonia Uteri)


Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan, dampak dari perdarahan
adalah kematian, Terjadinya atonia uteri ini disebabkan karena serabut
miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta tidak berkontraksi. Berdasarkan Gabbe dan Wetta, faktor
risiko perdarahan post partum terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor ibu, faktor
kehamilan dan faktor persalinan. Beberapa penelitian menjelaskan mengenai
faktor risiko atonia uteri meliputi overdistensi uterus (kehamilan ganda,
polihidramnion, makrosomia janin), induksi persalinan, persalinan lama, usia ibu,
paritas, preeklamsi, dan kala dua memanjang (Wetta, 2013).
Atonia uteri merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling
penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan.
Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada
terjadinya syok hipovolemik. Kekuatan dan efektifitas kontraksi otot miometrium
uterus sangat penting untuk menghentikan perdarahan. Uterus pada atonia uteri
akan teraba lunak dan lembut dengan disertai perdarahan aktif dari vagina.
Etiologi atonia uteri adalah overdistensi uterus, baik absolut maupun relatif,
merupakan faktor resiko mayor terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat
disebabkan oleh kehamilan ganda, janin makrosomia, polihidramnion atau
abnormalitas janin (misal hidrosefalus berat), kelainan struktur uterus atau
kegagalan untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah di
uterus baik sebelum maupun sesudah plasenta lahir. Lemahnya kontraksi

49
miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi.
Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari inhibisi kontraksi yang
disebabkan oleh obat-obatan, seperti nitrat, obat antiinflamasi nonsteroid,
magnesium sulfat, beta-simpatomimetik, agen anestesi halogen dan nifedipin.
Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri (korioamnionitis,
endomiometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus couvelaire
pada solusio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi masif. Penggunaan oksitosin
dalam dosis besar juga dapat menyebabkan atonia uteri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kejadian perdarahan masif post partum sekunder karena
atonia uteri lebih tinggi pada wanita yang mendapatkan oksitosin. Juga didapatkan
pada pemberian oksitosin yang persisten dapat mengakibatkan desensitisasi
reseptor oksitosin sehingga dapat memicu terjadinya atonia uteri. Berikut beberapa
penatalaksanaan utonia uteri.
a) Pemijatan uterus (Uterine massage)
Pemijatan uterus dilakukan dengan cara penggosokan atau stimulasi
pada fundus uterus. Terdapat suatu hipotesa bahwa pemijatan dapat
mengeluarkan prostaglandin lokal yang dapat menimbulkan kontraktilitas
uterus sehingga dapat mengurangi terjadinya perdarahan. Satu penelitian
terhadap 200 wanita secara randomized controlled trial didapatkan bahwa
pada wanita yang mendapat pemijatan uterus mengalami lebih sedikit
perdarahan post partum dan pemberian obat uterotonika lebih sedikit pula
dibandingkan dengan wanita yang tidak mendapatkan pemijatan uterus.
b) Pastikan bahwa kantung kemih kosong
c) Kompresi Aorta
Kompresi aorta dapat membantu mengontrol perdarahan yang terjadi
melalui berkurangnya aliran darah pada daerah distal termasuk juga aliran
darah pada arteri uterina. Kompresi aorta dilakukan dengan jalan melakukan
penekanan pada daerah persendian yang rata diatas kontraksi uterus dan
sedikit kearah kiri.Hilangnya pulsasi arteri femoralis merupakan tanda
penekanannya sudah benar dan sudah terjadi oklusi aorta secara komplit.
Penting untuk diingat bahwa setiap 30 menit harus dilepaskan penekanannya
dan dilakukan penekanan ulang lagi dan hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan tujuan supaya ekstremitas inferior tetap mendapat aliran darah secara
intermiten. Kompresi aorta merupakan tindakan intervensi sederhana yang
dapat dilakukan sambil mempersiapkan terapi definitif atau selama merujuk
pasien.
d) Kompresi bimanual
Lakukan kompresi bimanual selama interna selama 5 menit. Kompresi
uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di
dinding dalam uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Kompresi bimanual dengan cara memasukkan tangan kanan kedalam vagina
pada permukaan depan uterus dan tangan kiri di abdomen pada fundus kearah
permukaan belakang uterus. Dengan dilakukan penekanan uterus dengan

49
kedua tangan maka hal ini dapat mengurangi perdarahan yang terjadi. Teknik
ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk melakukan stabilisasi pasien sambil
mempersiapkan terapi definitif.
e) Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
f) Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan bila hipertensi)
g) Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
h) Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc
ringer laktat kurang lebih 20 unit oksitosin
i) Ulangi kompresi bimanual interna (KBI) yang digunakan bersama
ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi
j) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Kompresi uterus
ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan
merangsang miometrium untuk berkontraksi
k) Lanjutkan insfuse ringer laktat kurang lebih 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan. Ringer laktat
akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan.

3. Plasenta Tidak Utuh (Rest Plasenta)


a. Pengertian
Plasenta yang masih tertinggal disebut rest plasenta. Gejala klinis rest
plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan sedikit yang
berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak setelah
berhenti beberapa waktu, perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah
(Manuaba, 2010). Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan
membrannya dalam kavum uteri, (Saifuddin, A.B, 2010). Rest plasenta
merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat
menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum
lambat yang biasanya terjadi dalam 6 hari sampai 10 hari pasca persalinan,
(Prawirohardjo, 2010).
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi
baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Sisa plasenta yang masih
tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Bagian plasenta yang masih menempel pada dinding uterus mengakibatkan
uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding
uterus tidak dapat berkontraksi/ terjepit dengan sempurna (Maritalia, 2012).
Rest Plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa
plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak
lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri. Potongan –
potongan plasenta yang ketinggalan tidak diketahui biasanya
menimbulkan perdarahan post partum (Saleha, 2009).
b. Etiologi

49
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun
sekunder adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2
tahun, persalinan yang dilakukan tindakan, pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan
paksa, pengeluaran plasenta tidak hati- hati (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomaly dari uterus atau serviks
kelemahan dan tidak efektifitas kontraksi uterus. Kelainan dari plasenta,
misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa, implantasi dari cornu
dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan,
seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya
pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik,
pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat
menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta, serta pemberian
anastesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus, (Prawirohardjo,
2010).
c. Komplikasi Rest Plasenta
Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih
tumbuh dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten sehingga
kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas menuju
korio karsinoma dengan manifestasi klinisnya. Menurut Manuaba 2008,
memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan, infeksi puerperium,
dan kematian akibat perdarahan.
d. Faktor yang berhubungan dengan Rest Plasenta
1) Umur
Usia ibu hamil terlalu muda (35 tahun) mempunyai resiko yang
lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan
pada umur 20 tahun, dari segi biologis fungsi organ reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan
janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban
moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan
sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama
perdarahan lebih besar.
2) Paritas
Uterus pada saat persalianan, setelah melahirkan plasenta sukar
untuk berkontraksi dan berektraksi kembali sehingga pembuluh darah
maternal pada dinding uterus akan tetap tebuka. Hal inilah yang dapat
menyebabkan meningkatkan perdarahan post partum, (Winknjosastro,
2010). Jika kehamilan “terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan
terlalu dekat (4 terlalu” dapat meningkatkan resiko berbahaya pada
proses reprodusi karena kehamilan terlalu sering dan terlalu dekat
menyebabkan intake (masukan) makanan atau gizi menjadi lebih
rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik terlalu tinggi mengakibatkan

49
wanita tidak punya waktu untuk mengembalikan kekuatan diri dari
tuntunan gizi, juga anak yang telah dilahirkan perlu mendapat
perhatian yang optimal dari kedua orang tuanya sehingga sangat perlu
mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil.(Saifuddin,
2011).
3) Status Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga atau kadar
hemoglobin dibawah 10,5 gr% pada trimester dua nilai batas tersebut
dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi hemodilusi,
terutama pada trimester dua, (Saifuddin, 2011). Darah akan bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidramia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut
plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya
darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu,
(Wiknjosastro, 2010). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk
membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan
adanya kehamilan.
e. Diagnosa Rest Plasenta
Diagnosis pada rest plasenta dapat ditegakkan berdasarkan :
1) Palpasi Uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.
2) Memeriksa plasenta apakah lengkap atau tidak
3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa plasenta
4) Sisa Plasenta atau selaput ketuban
5) Robekan rahim
6) Plasenta suksenturiata
7) Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises
yang pecah
8) Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot
Observation Test), dll
f. Penatalaksanaan
1) Manual Plasenta
Tindakan manual plasenta dilakukan apabila traksi tali pusat
terkendali dan terapi farmakologis gagal melahirkan plasenta.
Tindakan ini dilakukan dengan tangan klinisi menelusuri korda
umbilikalis untuk mengidentifikasi letak dan ujung plasenta dengan
uterus. Pelepasan plasenta dilakukan dengan menggunakan jari-jari
tangan dengan gerak dari sisi ke sisi. Tangan lainnya sebaiknya
diletakkan pada fundus uterus untuk mencegah terjadinya perforasi
uterus.
2) Kuretase

49
Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan
secara kuretase. Jika ada demam ditunggu dulu sampai suhu turun
dengan pemberian antibiotik dan 3-4 hari kemudian rahim dibersihkan,
namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera dibersihkan
walaupun ada demam (Saleha, 2009) Keluarkan sisa plasenta dengan
cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang melekat dengan kuat
mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepas plasenta
terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau
perforasi uterus yang biasanya membutuhkan tindakan hisrektomi
(Prawirohardjo, 2009).
4. Ibu Tidak Mengejan (Inersia Uteri)
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan
jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri merupakan
kontraksi uterus tidak cukup kuat atau tidak terkoordinasi secara tepat selama
kala satu persalinan untuk menyebabkan pembukaan dan penipisan serviks.
Selama kala dua, kombinasi mengejan volunteer dengan kontraksi uterus tidak
cukup untuk menyebabkan penurunan dan ekspulsi (pengeluaran) janin
(Reeder, dkk, 2014:393). Menurut Dr. Amru Sofian, 2013:216 inersia uteri
dibagi dalam 2 bagian yaitu:
a. Inersia uteri primer adalah kelemahan his timbul sejak dari permulaan
persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga
lemah dan kadang-kadang menjadi hilang (false labour)
b. Inersia uteri sekunder adalah kelemahan his yang timbul setelah adanya
his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama.
Menurut Yulia Fauziyah, 2014:102 inersia uteri dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Inersia uteri hipertonis, yaitu kontraksi uterin tidak terkoordinasi,
misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia
uteri ini sifatnya hipertonis, sering disebut sebagai inersia spastis. Pasien
biasanya sangat kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten.
Oleh karena itu dinamakan juga sebagai inersia primer.
b. Inersia uteri hipotonis, yaitu kontraksi terkoordinasi tetapi lemah. Melalui
deteksi dengan menggunakan cardio Tocography (CTG), terlihat tekanan
yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak
kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. His disebut naik
bila tekanan intrauterine mencapai 50-60 mmHg. Biasanya terjadi dalam
fase aktif atau kala II. Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan his
sekunder.
Penyebab inersia uteri yang pertama adalah anemia. Defisiensi zat besi
(Fe) yang menyebabkan kadar hemoglobin menjadi rendah dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan tubuh dalam menyalurkan oksigen untuk perfusi ke
jaringan. Hal ini mengakibatkan terganggunya pembentukan adenosin
trifosfat (ATP) untuk energi didalam otot sehingga mengakibatkan terjadinya
kelelahan dan melemahnya kontraksi otot rahim yang disebut dengan inersia

49
uteri (Price, 2005). Dampak anemia pada ibu hamil terutama pada saat
persalinan adalah terjadinya inersia uteri oleh karena ibu mengalami kelelahan
dan kelemahan sehingga mempengaruhi kualitas mengejan ibu (Varney, 2006).
Selain anemia, terdapat beberapa etiologi yang dapat menyebabkan inersia
uteri diantaranya adalah faktor uterus oleh karena overdistensi uterus pada
kehamilan gemelli dan hidramnion. faktor herediter dan faktor psikologis
seperti keadaan ibu yang terlalu cemas atau ketakutan saat persalinan.
Disproporsi sefalopelvik seperti pada makrosomia merupakan faktor yang
mempengaruhi kejadian inersia uteri, hal ini disebabkan oleh karena bagian
terbawah janin tidak dapat berhubungan langsung dengan segmen bawah
rahim. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida tua
(Prawirohardjo, 2014). Primigravida tua (older primigravida) adalah seorang
wanita yang mengalami kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun.
Selain itu, faktor lain yang turut berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan adalah umur ibu. Ibu hamil pada usia terlalu muda yaitu kurang dari
20 tahun sebagian besar belum maksimal dalam mempersiapkan lingkungan
yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Dari segi psikologis, ibu hamil
yang berusia kurang dari 20 tahun juga lebih mudah mengalami ketakutan dan
kecemasan pada saat menghadapi persalinan sehingga risiko untuk terjadi
inersia uteri lebih besar oleh karena ibu terlalu takut untuk mengejan
(Amiruddin, 2007). Faktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya inersia
uteri adalah paritas. Hal ini dikarenakan oleh semakin sering ibu hamil dan
melahirkan maka elastisitas uterus semakin berkurang sehingga
mengakibatkan uterus tidak dapat berkontraksi secara optimal dan terjadi
inersia uteri. Pada multipara dan grande multipara sering terjadi regangan otot
uterus yang berulang-ulang yang disebabkan oleh kehamilan dan longgarnya
ligamentum yang memfiksasi uterus sehingga uterus menjadi jatuh ke depan.
Hal ini dapat menyebabkan gangguan his oleh karena bagian bawah janin tidak
dapat menekan dan tidak berhubungan langsung dengan segmen bawah rahim
(Oxorn, 2010). Faktor risiko lain tersebut yaitu faktor psikologis diantaranya
kecemasan, tegang dan rasa takut pada saat mengejan yang terjadi pada
beberapa ibu serta faktor herediter yang turut mempengaruhi terjadinya inersia
uteri (Sastrawinata, 2005).
Jika merujuk pada teori-teori yang ada bahwa dalam melakukan
diagnose inersia uteri, maka seorang ibu hamil atau dalam hal ini klien mesti
memiliki gejala dan tanda-tanda seperti kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang (2x/10 menit durasi 27- 28 detik) tidak terjadi perubahan pada serviks
yakni pendataran dan/atau pembukaan (pembukaan 6 sejak 12 jam yang lalu).
inersia uteri yang tidak ditangani akan menimbulkan partus lama, dehidrasi,
kelelahan, infeksi intra partum dan gawat janin.
Apabila tidak ada kemajuan persalinan maka lakukan induksi dengan
oksitosin drip 5 IU dalam 500 cc RL dengan tetes 8/menit dan dinaikkan tiap

49
30 menit maksimal 40 tetes (Fauziah, 2019). Dalam kasus ini, bidan
melakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter SpOG dengan hasil:
Pasang Infus Ringer Laktat (RL), induksi oxytosin drips 5 IU dengan jumlah
tetesan awal 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes setiap 30 menit jika tidak ada
kemajuan persalinan. Apabila ada kemajuan persalinan, maka evaluasi
kemajuan tiap 2 jam. Namun apabila tidak ada maka sebaiknya lakukan seksio
sesarea. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya
dilakukan seksio sesarea. Pada tahap pelaksanaan, bidan melaksanakan sesuai
dengan rencana asuhan yang terdiri dari :
a. Melakukan observasi tanda- tanda Vital.
b. Mengajarkan ibu teknik relaksasi.
c. Melakukan observasi DJJ, his dan nadi setiap 30 menit, tekanan darah
setiap 4 jam.
d. Menganjurkan ibu untuk berbaring posisi miring atau berajalan – jalan
disekitar tempat tidur.
e. Memberitahu ibu Fisiologis terjadinya keluhan yang dialami tentang
kondisi yang dialami saat ini khususnya nyeri pada bagian pinggang
sampai ke perut. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
f. Melakukan augmentasi persalinan.
g. Memantau kemajuan persalinan tiap 4 jam bila indikasi dengan
pemerikasan dalam
h. Menganjurkan ibu untuk berkemih apabila ingin berkemih.
5. Perineum Kaku (Robekan Jalan Lahir)
Trauma jalan lajhir perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dapat
menyebabkan disfungsional organ bagian luar sampai alat reproduksi vital,
sebagai sumber perdarahan yang berakibat fatal, dan sumber atau jalannya
infeksi
a. Robekan Perineum
1) Pengertian
Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir
baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan
perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat
2) Etiologi
a) Kepala janin terlalu cepat lahir
b) Persalinan tidak dipimpin sebagai mestinya
c) Adanya jaringan parut pada perineum
d) Adanya distosia bahu
3) Klasifikasi
a) Derajat satu : robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian
depan, dan kulit perineum
b) Derajat dua : robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian
depan, kulit perineum, dan otot-otot perineum

49
c) Derajat tiga : robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian
depan, kulit perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani yang
meluas sampai ke mukosa
d) Derajat empat : robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan
sfingter ani yang meluas sampai ke mukosa
4) Penatalaksanaan
a) Derajat I : jika robekan tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit
b) Derajat II : lakukan penjahitan
c) Derajat III dan IV : lakukan rujukan
b. Robekan Serviks
1) Pengertian
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seorang multipara berbeda dari yang belum melahirkan pervaginam.
Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah
berkontraksi baik perlu diperkirakan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri
2) Etiologi
a) Partus presipitatus
b) Trauma karena pemakaian alat-alat kontrasepsi
c) Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan
belum lengkap
d) Partus lama
3) Penatalaksanaan
a) Jepit klem ovum pada ke-2 sisi portio yang robek, sehingga
perdarahan dapat segera dihentikan
b) Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak ditemui robekan lain, lakukan
penjahitan. Dimulai dari ujung atas robekan ke arah luar sehingga
semua robekan dapat dijahit
c) Setelah tindakan periksa TTV, KU, TFU, dan perdarahan
d) Beri antibiotik profilaksis, kecuali bila jelas-jelas ditemui tanda-
tanda infeksi.
6. Tali Pusar Menumbung (Prolapsus Funikuli)
a. Pengertian

49
Tali pusat menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau
di bawah bagian terbawah janin. Meskipun merupakan komplikasi yang jarang
kurang dari 1 persen (0.3 sampai 0.6 persen) tetapi artinya besar sekali oleh
karena angka kematian janin yang tinggi dan bahaya untuk ibu bertambah
besar akibat tindakan operatif yang digunakan dalam penanganannya.
Penekanan tali pusat antara bagian terbawah janin dengan panggul ibu
mengurangi atau menghentikan aliran darah ke janin dan bila tidak dikoreksi
akan menyebabkan kematian bayi.
Tali pusat menumbung disebut juga prolapsus funikuli yang berarti jika
tali pusat teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah
janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan
di luar vagina setelah ketuban pecah.
b. Etiologi
1) Etiologi fetal
a) Presentasi abnormal
Presentasi abnormal terdapat pada hampir setengah kasus-kasus
tali pusat menumbung. Oleh karena 95 persen presentasi adalah
kepala. Sebagian besar tali pusat menumbung terjadi pada
presentasi kepala. Meskipun demikian insidensi relatif yang paling
tinggi berturut-turut adalah sebagai berikut:
- Letak lintang
- Presentasi bokong. terutama bokong kaki
- Presentasi kepala.
b) Prematuritas
Pada kehamilan prematur, ukuran janin yang kecil karena usia
gestasi yang masih muda menyebabkan janinnya memiliki ukuran
kepala yang kecil. Dua faktor memainkan peranan dalam
kegagalan untuk mengisi PAP:
- Bagian terbawah yang kecil
- Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur.
Kematian janin tinggi. Salah satu sebabnya adalah karena
bayi yang kecil tidak tahan terhadap trauma dan anoksia.
Sebab yang lain adalah keengganan melakukan operasi

49
besar pada ibu jika kemungkinan untuk menyelamatkan
bayinya hampir tidak ada.
c) Kehamilan ganda
Faktor-faktor yang berpengaruh di sini meliputi gangguin adaptasi,
frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, insidensi
hydramnion yang tinggi, dan pecahnya ketuban anak kedua selagi
masih tinggi. Pada kehamilan ganda maka kemungkian terjadinya
prolaps tali pusat akan semakin besar karena jika terjadi desakan
antara janin akan membuat janin mengalami kelainan presentasi
seperti letak melintang.
d) Hydramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan
tali pusathanyut ke bawah.
e) Polihidramnion
Keadaan polihidroamnion, dimana terdapat cairan ketuban banyak
menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan
keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak
sungsang, lintang, presentasi kepala).
2) Etiologi maternal dan obstetrik
a) Disproporsi kepala panggul atau cephalopelvic disproportion
(CPD)
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkankepala tidak
dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
b) Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementaradapat terjadi
meskipun panggul normal, terutama pada multipara. Bila pada
saatini ketuban pecah maka tali pusat dapat turun ke bawah.
3) Etiologi dari tali pusat dan plasenta
a) Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat maka semakin mudah menumbung.
b) Placenta letak rendah
Jika plasenta terletak dekat cervix maka ia akan menghalangi
penurunan bagian terendah. Di samping itu insersi tali pusat lebih
dekat cervix.
4) Etiologi iatrogenik
Yaitu penyebab tali pusat menumbung terjadi selama tindakan
obstetrik (tindakan medis atau prosedur selama kehamilan atau
persalinan).
a) Pemecahan ketuban secara artifisial (amniotomi)
Tindakan ini bertujuan untuk memecahkan ketuban secara manual
sebelum pengiriman dimulai. Bila kepala masih tinggi, atau bila
ada presentasi abnormal maka pemecahan ketuban dapat diikuti
dengan tali pusat menumbung.
b) Pembebasan kepala dari PAP.

49
Tindakan ini bertujuan untuk membebaskan kepala bayi yang
terjepit di panggul ibu. Kepala dinaikkan ke atas panggul
untukmempermudah putaran paksi.
c) Fleksi kepala yang semula dalam keadaan ekstensi.
d) Versi ekstraksi (tindakan untuk mengubah posisi bayi dalam rahim
dengan menggunakan tangan atau alat khusus)
Pemindahan verteks selama pengkajian janin atau manipulasi
obstretrik (misal rotasi kepala secara manual, penempatan forsep
selain di outlet forsep; pemasangan elektroda kulit kepala janin;
usaha versi sefalik luar; pemasangan kateter tekanan intrauterus).
e) Pemasangan kantong (sekarang jarang dilakukan).
c. Patofisiologis
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi,
komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian janin. Obstruksi yang
lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak
jantung janin (deselerasi veriabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat
detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi, bila obstruksinya
mnetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung
terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama. Bila
dibiarkan, terjadi kematian janin.
Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi
detak jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri
yang menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi
jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat
menghasilkan asidosis respiratorium dan metabolik yang berat,
berkurangnya oksigenasi janin, bradikardia yang menetap dan akhirnya
kematian janin
d. Diagnosis
Ketuban sudah pecah dan kepala masih goyang, pada pemeriksaan
dalam teraba tali pusat. Raba juga bagaimana pulsasi tali pusat.
e. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan tali pusat adalah sebagai berikut:
1) Bila tali pusat tidak berdenyut lagi tunggu partus spontan
2) Bila tali pusat berdenyut berarti berarti janin masih hidup dan lakukan
penangan seperti dibawah ini. Beri oksigen 4-6 L/menit dengan masker
atau kanula hidung.
Usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki
keadaan janin adalah sebagai berikut:
1) Penolong memasukkan satu tangan ke dalam vagina dan mendorong
bagian terendah ke atas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang
bersiumum dilakukan persiapan untuk menolong persalinan.
2) Pasien diletakkan dalam sikap lutut-dada (knee chest) atau
trendelenburg, dengan pinggul di atas dan kepala di bawah.
3) Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu.
4) Denyut jantung janin sering diperiksa dengan teliti.

49
5) Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi,
pembukaan cervix,turunnya bagian terendah dan keadaan tali pusat.
6) Pembukaan belum lengkap
Jika pembukaan belum lengkap tindakan hanya 2 pilihan yaitu:
a) Seksio sesarea
Sectio caesarea merupakan pilihan utama selama bayinya cukup
bulan dan dalam keadaan baik. Nasib bayi pada sectio caesarea
jauh lebih baik dibanding kelahiran dengan cara lain. Bahaya untuk
ibu juga sangat kurang dibanding dengan melahirkan bayi secara
paksa pada pembukaan yang belum lengkap. Sementara dilakukan
persiapan operasi, diadakan usaha-usaha untuk mengurangi
kompresi tali pusat.
b) Reposisi tali pusat
Reposisi tali pusat dapat dicoba jika tidak dapat dikerjakan sectio
caesarea. Tali pusat dibawa ke atas ke dalam uterus. sedang bagian
terendah janin didorong ke bawah masuk panggul kemudian
ditahan. Kadang-kadang reposisi tali pusat berhasil tetapi
umumnya kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada waktu
melakukannya.
Jika usaha ini tidak berhasil. pasien dipertahankan dalam posisi
Trendelenburgdengan harpan tali pusat tidak tertekan sehingga
bayi tetap dapat hidup sampai pembukaan menjadi cukup lebar
untuk memungkinkan lahirnya bayi.
Pembukaan sudah lengkap:
Bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi persalinan
segera diselesaikan sesuai dengan presentasi janin:
- Tali pusat menumbung pada presentasi kepala
Jika kepala masih tinggi dan ekstraksi dengan forceps
kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul. Pada anak
kecil (anak II gemeli) dapat diusahakan ekspresi dan
sesudah syarat-syarat forceps terpenuhi dilakukan ekstraksi
dengan forseps. Kalau anak sudah meninggal, ditunggu
persalinan spontan. Jangan membuang waktu dengan
melakukan reposisi tali pusat.
- Tali pusat menumbung pada presentasi bokong/kaki
Reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervaginam
segera. Jika reposisi tali pusat gagal lakukan ekstraksi
bokong atau SC
- Tali pusat menumbung pada letak lintang
Pertahankan posisi trendelenburg dan dorong bahu janin ke
atas, dan segera lakukan SC
C. Penyakit-Penyakit yang Menyertai Nifas
1. Luka Bekas Jahitan Nyeri dan Berbau Busuk
a. Definisi
Luka bekas jahitan pada ibu nifas yang nyeri dan berbau busuk dapat
disebabkan oleh infeksi pada luka perineum atau episiotomi. Infeksi pada

49
luka perineum dapat terjadi karena adanya luka yang terbuka dan rentan
terhadap infeksi bakteri. Bakteri dapat masuk ke dalam luka dan
menyebabkan infeksi yang dapat menyebabkan nyeri dan bau busuk pada
luka. Patofisiologi dari infeksi pada luka perineum adalah adanya luka
terbuka pada perineum yang dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri.
Bakteri yang masuk ke dalam luka akan berkembang biak dan
menyebabkan infeksi pada luka. Infeksi pada luka perineum dapat
menyebabkan nyeri, bengkak, kemerahan, dan bau busuk pada luka.
b. Etiologi
Luka bekas jahitan pada ibu nifas yang nyeri dan berbau busuk dapat
disebabkan oleh infeksi pada luka perineum atau episiotomi. Infeksi pada
luka perineum dapat terjadi karena kebersihan di area sekitar jahitan yang
tidak terjaga, sehingga jahitan akan terpapar bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pada luka. Bekas luka sayatan operasi caesar juga
berisiko terinfeksi, terutama jika kondisinya lembap dan tidak terjaga
kebersihannya. Infeksi pada luka perineum atau bekas operasi caesar dapat
menyebabkan nyeri, bengkak, kemerahan, dan bau busuk pada luka.
c. Tata Laksana
Untuk mengatasi luka bekas jahitan yang nyeri dan berbau busuk pada
ibu nifas, dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Membersihkan luka dengan air dan sabun yang lembut.
2) Mengganti pembalut atau pakaian dalam secara teratur.
3) Menghindari penggunaan produk perawatan yang dapat menyebabkan
iritasi pada luka.
4) Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk membantu proses
penyembuhan luka.
5) Menghindari aktivitas yang berat atau mengangkat benda yang berat.
6) Mengonsumsi obat pereda nyeri atau antibiotik jika diperlukan.
7) Berkonsultasi dengan dokter jika gejala tidak membaik atau terjadi
komplikasi.
2. Susah BAK (Retensio Urin Pasca Persalinan/RUPP)
a. Definisi
Susah buang air kecil setelah melahirkan, atau retensio urin pasca
persalinan (RUPP), adalah kondisi yang kerap dialami oleh ibu pasca
persalinan normal. Gejala yang muncul pada RUPP meliputi tidak adanya
kemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung kemih ketika buang air
kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih. Salah satu penyebab
perdarahan postpartum adalah gangguan kontraksi uterus yang dapat
diakibatkan oleh adanya retensio urin. Buang air kecil sering sulit selama
24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema lher
buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan

49
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
b. Etiologi
Berikut adalah beberapa penyebab susah buang air kecil setelah
melahirkan atau RUPP:
1) Tekanan yang terjadi pada kandung kemih saat janin akan keluar dari
tubuh, sehingga bisa membuat kandung kemih trauma.
2) Faktor psikologis seperti rasa takut buang air kecil setelah bersalin juga
meningkatkan risiko susah buang air kecil setelah melahirkan.
3) Lemahnya otot dasar panggul setelah melahirkan.
4) Rusaknya saraf yang mengontrol keluarnya urine.
5) Gangguan atau rusaknya saluran kemih dan kandung kemih saat hamil.
6) Episiotomi atau sayatan pada perineum (bagian antara vagina dan anus)
saat persalinan.
c. Penatalaksanaan dan Pencegahan RUPP
Umumnya susah buang air kecil setelah melahirkan atau RUPP terjadi
selama 6 jam setelah melahirkan. Dan kondisi ini harus segera diatasi,
karena dalam 1 hari seseorang harus buang air kecil minimal 4 kali dalam
sehari setiap 6 jam sekali. Jika tidak, saluran kemih akan terganggu. Ibu
harus segera buang air maksimal 6-8 jam setelah bersalin untuk
mengurangi resiko pendarahan pada kandung kemih jika terlalu penuh.
Beberapa cara untuk mengatasi RUPP antara lain:
1) Lakukan senam Kegel secara rutin
Senam kegel ini bisa membantu menguatkan otot panggul dan
membuat lebih mudah mengontrol BAK.
2) Tahan keinginan untuk buang air kecil selama beberapa saat
Saat rasa ingin BAK muncul, sebisa mungkin coba tahan untuk tidak
langsung BAK selama kurang lebih 15 menit. Hal ini bermanfaat untuk
melatih otot di sekitar saluran kemih, sehingga BAK bisa lebih
terkontrol. Kemudian, untuk membantu mencegah keluarnya pipis
tanpa disadari, terutama saat bersin atau batuk, bisa mengencangkan
otot panggul dengan cara menyilangkan kaki saat ingin bersin atau
batuk.
3) Cukupi kebutuhan cairan setiap hari
Setelah melahirkan, ibu tetap harus mencukupi kebutuhan cairan
dengan minum air putih minimal 8 gelas per harinya, terlebih jika ibu
sedang memberi ASI eksklusif untuk bayinya.
4) Batasi konsumsi kafein dan alkohol
Setelah melahirkan, sebaiknya ibu membatasi konsumsi makanan atau
minuman berkafein dan berkarbonasi. Pasalnya, makanan dan
minuman tersebut dapat meningkatkan frekuensi BAK dan mengiritasi
kandung kemih, sehingga bisa menyebabkan lebih sulit menahan BAK.
5) Jangan menahan buang air kecil terlalu lama

49
Menahan buang air kecil bisa menyebabkan infeksi saluran kemih,
pembengkakan kandung kemih hingga membuat kandung kemih
menjadi sensitif akibat koleksi bakteri di sekitar pembukaan uretra dan
sensor menjadi terlalu aktif sehingga membuat kencing lebih sering
dari biasanya
6) Konsultasikan dengan dokter jika gejala tidak membaik
3. Susah BAB atau konstipasi
a. Patofisiologi
Konstipasi atau susah buang air besar pada ibu nifas adalah kondisi
yang sering terjadi setelah melahirkan. Patofisiologi konstipasi pada ibu
nifas adalah tinja menjadi lebih padat dan mengeras, sehingga
menyebabkan semakin susahnya defekasi. Selain itu, konstipasi juga dapat
berdampak pada kontraksi uterus dan menyebabkan rasa tidak nyaman
pada perut. Salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ibu nifas adalah karena
episiotomi. Episiotomi tentunya membuat bagian perineum menjadi sakit
saat kamu ingin buang air besar, sehingga kamu menjadi enggan untuk
BAB. Hal inilah yang dapat menyebabkan konstipasi atau sembelit.
b. Etiologi
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan konstipasi
pada ibu nifas:
1) Perubahan hormon dalam tubuh ibu setelah melahirkan, seperti
peningkatan hormon progesteron yang dapat membuat usus menjadi
kurang aktif.
2) Penggunaan obat-obatan tertentu selama persalinan atau setelah
melahirkan, seperti obat penghilang rasa sakit.
3) Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.
4) Kurangnya asupan serat dalam makanan.
5) Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga.
6) Adanya robekan pada vagina atau wasir yang membuat buang air besar
terasa sakit dan tidak nyaman.
c. Tata Laksana
Beberapa pencegahan dan penatalaksanaan konstipasi pada ibu nifas
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan asupan serat dalam makanan, seperti sayuran, buah-
buahan, dan biji-bijian.
2) Minum cukup air setiap hari untuk mencegah dehidrasi.
3) Melakukan olahraga ringan atau senam kegel untuk meningkatkan
aktivitas fisik.
4) Menghindari makanan yang dapat menyebabkan sembelit, seperti
makanan berlemak atau pedas.
5) Berkonsultasi dengan dokter jika gejala tidak membaik atau terjadi
komplikasi.

49
4. ASI Tidak Lancar
Kegagalan proses menyusui disebabkan timbulnya beberapa masalah
pada ibu maupun pada bayi. ASI yang tidak lancar adalah penyebab kegagalan
laktasi yang di sebabkan karena faktor fisik, psikologi dan bayi. Berbagai
kendala bisa timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam
bulan pertama kehidupan bayi. Kendala yang mengakibatkan ibu berhenti
menyusui yaitu ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar sehingga
ibu beranggapan bahwa ASI nya tidak cukup. Keadaan emosi ibu yang
berkaiatan dengan refleks oksitosin ibu dapat mempengaruhi 80% sampai 90%.
Kondisi emosional ibu dalam keadaan baik, nyaman dan tanpa tekanan maka
dapat meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Banyak faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan ASI eksklusif diantaranya pengetahuan,
sosial budaya, psikologis, fisik ibu, perilaku/rangsangan dan tenaga kesehatan.
a. Etiologi
Ketidaklancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut, Inisiasi Menyusu Dini,
merokok, konsumsi alkohol, perawatan payudara, rangsangan pada otot
payudara, penggunaan alat kontrasepsi dan status gizi dan frekuensi
pemberian ASI, Berat Bayi saat lahir usia kehamilan saat bayi lahir.
Kelancaran Produksi ASI akan membantu kesuksesan pemberian ASI
Eksklusif selama 6 bulan, sehingga membantu bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik sesuai rekomendasi dari WHO. Ada 4 faktor
utama yang mempengaruhi ketidaklancaran ASI pada ibu nifas:
1) Faktor perawatan payudara
Pengetahuan tentang perawatan payudara juga merupakan salah satu
factor yang mempengaruhi dalam peningkatan produksi ASI. Teknik
lain yang dapat mempengaruhi produksi pengeluaran ASI adalah
perawatan terhadap payudara atau breast care, perawatan ini dilakukan
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
produksi ASI sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI. Semakin
sering seseorang melakukan perawatan payudara maka semakin lancar
produksi ASI nya.
2) Faktor Ketenangan jiwa dan pikiran (psikologis)
Keterlibatan ayah dalam memberikan dukungan emosional dan fisik
kepada ibu menyusui sehingga keterlibatan ayah tersebut turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang
dipengaruhi emosi ibu. Dukungan suami merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
Faktor dari ibu sangat terpengaruh adalah faktor kententraman jiwa dan
pikiran.
Psikologis ibu dalam memberikan ASI juga merupakan suatu pengaruh
dalam kelancaran produksi ASI. Ibu yang stress, dikhawatirkan dapat
menyebabkan produksi ASI berkurang. Hal ini berpengaruh karena
dalam memproduksi ASI itu yang berperan adalah otak, otak yang

49
mengatur dan mengendalikan ASI. Sehingga apabila menginginkan
produksi ASI yang lancar maka psikologis ibu harus baik.
3) Faktor hisapan anak atau frekuensi penyusuan
Kemampuan ibu dalam menyusui dengan teknik yang benar sangat
mendukung dalam perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya,
kegagalan ibu pada saat memberikan ASI kepada bayinya karena
disebabkan faktor ketidaktahuan ibu tentang cara-cara menyusui
dengan benar, karena teknik menyusui dengan benar akan berpengaruh
terhadap pemberian ASI pada bayinya. Faktor hisapan bayi yang
meliputi frekuensi menyusu dan lama menyusu menyebabkan hormon
oksitosin untuk mensekresi ASI. Hisapan bayi yang efektif akan
mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan untuk
memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin.
4) Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentuan produksi dan mempertahankan sekresi air susu, pola
istirahat. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon,
yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi
ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI.
Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik
maka produksi yang dihasilkan juga banyak. Produksi ASI berkaitan
dengan keadaan fisiologis ibu. Faktor fisiologis berkaitan dengan
hormon yang mempengaruhi produksi ASI. Hormon prolaktin akan
merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
b. Tata Laksana
1) Pijat oksitosin
Pijat Oksitosin merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
Ketidak lancaran produksi ASI. Pemijatan dilakukan sepanjang tulang
belakang(vertebra) sampai tulang costae kelima, pijat oksitosin
merupkan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon
oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis
keluar. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin
atau refleks let down. Dengan dilakukannya pemijatan ini ibu akan
merasa rileks, kelelahan setalah melahirkan akan hilang, sehingga
dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Selain itu untuk merangsang reflek let down manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(engorgement), mengurangi terjadinya sumbatan ASI, merangsang
pelepasan hormon oksitosin, memepertahankan produksi ASI saat ibu
dan bayi sakit.
2) Pemberian ASI secara teratur juga dapat membantu meningkatkan
produksi ASI pada ibu nifas

49
3) Konsumsi makanan yang bergizi juga dapat membantu meningkatkan
produksi ASI pada ibu nifas
4) Dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan sangat penting untuk
membantu ibu dalam proses menyusui
5) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu yang benar juga dapat membantu
meningkatkan produksi ASI pada ibu nifas
6) Jika produksi ASI yang sedikit atau tidak keluar sama sekali pada ibu
pasca melahirkan, dapat dilakukan tindakan pijat oksitosin untuk
memperlancar pengeluaran ASI

49
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan hal yang fisiologis terjadi pada seorang
perempuan. Hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna
mempertahankan kelestarian manusia. Namun, dalam prosesnya terdapat risiko yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian
(Maharani,2013)
Faktor yang menyebabkan komplikasi pada penyakit yang menyertai dalam
kehamilan yaitu usia, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan
ibu, paritas, jarak kehamilan, dan riwayat medis ibu. Adanya penyakit penyerta dalam
kehamilan adalah kehamilan risiko tinggi yang apabila tidak teratasi akan dirujuk ke RS
untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih spesifik
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalammakalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesemptan-kesempatan berikutnya.

49
DAFTAR PUSTAKA
Arbiyah, dkk. 2022. Asuhan Kebidanan Intra Natal Care dengan Kasus Inersia Uteri di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2022. Jurnal Penelitian Sains
dan Kesehatan Avicenna, Vol. 1 No. 3.
Brahmana, Ivanna Beru. 2018. Perdarahan Pascapersalinan oleh Karena Retensi Plasenta
pada P4A0 Postpartum Spontan, Janin Besar, dengan Hipertensi dalam Kehamilan.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol 18 No 1.
Budiman dan Diana Mayasari. 2017. Perdarahan Post Partum Dini e.c Retensio Plasenta.
Jurnal Medula Unila, Volume 7 Nomor 3.
Eniyati, & Rahayu, D. (2017). Sikap Ibu Hamil dalam Menghadapi Ketidaknyamanan
Kehamilan Trimester I di Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Samodra Ilmu, 8(1).
Fitriani, Yuni dan Widy Nurwiandani. 2018. Asuhan Persalinan, Konsep Persalinan secara
Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Hicks, D. R. (2015). Pregnancy guidePregnancy dizziness, feeling fain
Lestari, Ayu, dkk. 2022. Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal pada Ny. S dengan Rest
Plasenta. Window of Midwifery Journal Vol. 03 No. 02.
Mastiningsih, Putu. 2015. Rest Placenta pada Ibu Nifas P1A1 6 Jam Post Partum di Ruang
Bersalin RSUD Wangaya. Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2.
Nurhayati, S. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Z GIP0 Kehamilan
Normal dengan Keluhan Pusing di PMB Siti Zulaikah, SST Desa Jogoroto
Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. STIKES Insan Cendekia Medika
Jombang, Jombang. Retrieved from http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/795/
Putri, Muflikha Sofiana dan Ratna Dewi. 2016. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm.
Jurnal Medula Unila, Volume 5, Nomor 1.
Rabbania Hiksas, Rima Irwanda, Noroyono Wibowo.(2021) Anemia Defisiensi Besi.
Persatuan Obstetri dan Gynekologi Indonesia. Jakarta
Rahayu, Budi dan Ayu Novita Sari. 2017. Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban Pecah
Dini (KPD) pada Ibu Bersalin. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Vol. 5, No. 2.
Sarim, Budi Yulianto. Manajemen Perioperatif pada Perdarahan akibat Atonia Uteri. Jurnal
Anestesi Obstetri Indonesia
Savitri, Dina Ayu, dkk. 2019. Perbedaan Kejadian Inersia Uteri Antara Persalinan Disertai

49
dan Tanpa Disertai Anemia di RSD dr. Soebandi Jember. Journal of Agromedicine
and Medical Sciences, Vol. 5 No. 3.
Soma-Pillay P, et al. (2016). Physiological changes in pregnancy. DOI:
(https://dx.doi.org/10.5830%2FCVJA-2016-021)
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi ketiga.
Jakarta : EGC.
Walyani, E S, dan Purwoastuti, E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Khasanah, N A, dan Sulistyawati, W (2017). Buku Ajar Nifas dan Menyusui. Surakarta:
Bebuku Publisher
Masrinih (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi ASI pada Ibu
Nifas. UNISA Yogyakarta.
Yosdianti, M. (2021). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Masalah ASI Tidak Lancar
di PMB“R” Kabupaten Seluma. Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

49

Anda mungkin juga menyukai