Anda di halaman 1dari 36

GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA ABORTUS DAN

KEHAMILAN DENGAN JANIN MATI

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Kebidanan

Dosen Pengampu : Irma Hamdayani Pasaribu, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 4 - Kelas 2A

Wafa fauziah NPM: 1810630100012


Farra ‘Aini C NPM: 1810630100019
Tiara Agustin NPM: 1810630100033
Nisa Nadia Nur F NPM: 1810630100040
Sifa Nuriah NPM: 1810630100051
Tita Rosita NPM: 1810630100057

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gangguan
Psikologis Pada Abortus Dan Kehamilan Dengan Janin Mati” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Psikologi Kebidanan dengan dosen pengampu yaitu Ibu Irma Hamdayani
Pasaribu, M.Keb. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Gangguan Psikologis Pada Abortus Dan Kehamilan Dengan Janin Mati bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irma Hamdayani Pasaribu, selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Kebidanan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Karawang,16 Maret 2020

2
Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
I. Latar Belakang....................................................................................................4
II. Rumusan Masalah...........................................................................................7
III. Tujuan.............................................................................................................7
BAB II...........................................................................................................................9
I. Abortus...............................................................................................................9
A. Pengertian Abortus........................................................................................................9
B. Etiologi Abortus.............................................................................................................9
C. Klasifikasi Abortus.....................................................................................................14
D. Psikologis Ibu Pasca Abortus..................................................................................15
E. Asuhan Psikologi Ibu Pasca Abortus...................................................................18
F. Cara menanggulangi depresi....................................................................................18
II. Kehamilan Dengan Janin Mati......................................................................20
A. Pengertian IUFD..........................................................................................................20
B. Etiologi IUFD Menurut Norwitz (2008)..............................................................20
C. Faktor - Faktor yang mempengaruhi IUFD.........................................................22
D. Diagnosis IUFD...........................................................................................................22
E. Patofisiologi IUFD......................................................................................................23
F. Komplikasi IUFD........................................................................................................23
G. Upaya mencegah kematian janin............................................................................24
H. Psikologi ibu hamil IUFD.........................................................................................24
I. Penanganan Psikologis Ibu.......................................................................................24
BAB III........................................................................................................................26

3
BAB IV........................................................................................................................27
I. Kesimpulan.......................................................................................................27
II. Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di


luar rahim yaitu usia kurang dari 20 minggu usia kehamilan dengan berat
janin kurang dari 500 gram (Bennett & Brown, 1997; Enkin, 2000;
Wiknjosastro, 2002). Angka abortus sulit ditetapkan sekitar 15 – 20 %
kehamilan yang diketahui secara klinis berakhir menjadi abortus spontan, dan
80 % terjadi pada trimester pertama dan satu dari tujuh wanita mengalami
abortus sekitar minggu ke-14 usia gestasi (Bennett & Brown, 1997).

Seorang wanita yang mengalami abortus akan memperlihatkan emosi


yang sama seperti wanita yang hamil dan melahirkan, termasuk juga respon
depresi postpartum. Respon wanita yang mengalami aborsi bervariasi
tergantung apakah kehamilannya diinginkan dan direncanakan atau kehamilan
akibat perkosaan. Sikap wanita yang mengalami abortus akan sangat
dipengaruhi pada dukungan yang ditunjukkan oleh teman, keluarga, serta
tenaga kesehatan (Bobak, 2005).

Berbagai faktor diduga sebagai penyebab abortus spontan, diantaranya


adalah faktor janin, faktor ibu dan faktor eksternal. Abortus karena faktor

4
janin bisa disebabkan oleh kelainan kromosom (Farrer, 2001). Faktor ibu
seperti usia, paritas, mempunyai riwayat keguguran sebelumnya, infeksi pada
daerah genital, penyakit kronis yang diderita ibu (hipertensi, anemia,
tuberkulosis paru aktif, nefritis dan diabetes yang tidak terkontrol), bentuk
rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup yang tidak sehat seperti
kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, minum kopi,
pengguna ganja dan kokain, minum obat-obatan yang dapat membahayakan
kandungan, stress atau ketakutan, hubungan sek dengan orgasme sewaktu
hamil dan kelelahan karena sering bepergian dengan kendaraan
(Wiknjosastro, 2002,). Faktor lingkungan juga bisa menyebabkan abortus
seperti seperti trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi, pestisida, dan
berada dalam medan magnet di atas batas normal (Puscheck, 2006 ).

Selain faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat seperti minum
kopi juga berakibat terhadap abortus. Wanita yang minum kopi selama hamil
beresiko terhadap abortus dan melahirkan bayi yang meninggal. Semakin
banyak minum kopi semakin meningkatkan resiko kejadian abortus. Wanita
yang minum kopi tiga gelas sehari mempunyai resiko 3% abortus dan
kematian bayi, sedangkan wanita yang minum kopi rata – rata atau lebih dari
delapan gelas sehari mempunyai resiko 75 % abortus spontan dan beresiko 2.7
kali terhadap kematian janin (Edry, 2000).

Wanita yang mengalami abortus sering bertanya mengapa abortus


terjadi?, Apa yang saya lakukan sehingga terjadi abortus?, Bagaimana dengan
kehamilan saya berikutnya?, Apa yang harus saya lakukan agar tidak terjadi
abortus?. Salah satu peran perawat maternitas adalah membantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal ini dilakukan dengan melakukan
pengkajian secara komprehensif mengenai riwayat penyakit klien,

5
memberikan informasi dan pendidikan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi dan memberikan pelayanan keperawatan pada klien pasca aborsi
termasuk menjelaskan kepada pasien yang mengalami abortus untuk
mengurangi kecemasan pada pasien. (Llewellyn, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO)dan The American


College of Obstetricians and gynecologist yang disebut Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500
gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu
atau lebih (Saefudin, 2010). IUFD termasuk dalam masalah perinatal yang
merupakan salah satu indikator kesehatan, sehingga hal ini sangat sensitif
karena berhubungan dengan kesehatan ibu dan perinatal. IUFD merupakan
salah satu penyebab kematian perinatal (Winkjosastro, 2005).

Dari data pusat statistik kesehatan nasional tahun 2003 menunjukkan


di Amerika Serikat frekuensi IUFD sebesar 6,9 per 1000 kelahiran.
Sedangkan di negara berkembang masih belum didapatkan data yang valid
akibat sistem pelaporan yang kurang baik (Lindsey, 2008). Sedangkan kasus
IUFD di Indonesia sendiri tidak diketahui dengan pasti karena belum ada
survey yang menyeluruh (Prawirohardjo, 2007). IUFD terjadi tanpa sebab
yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna (uncomplicated
pregnancy). Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor kelainan tali pusat (termasuk
plasenta) (Winkjosastro, 2005). Data yang diperoleh dari Rekam Medik
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dari tahun 2009 sampai 2011 untuk
kejadian IUFD mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 proporsi kejadian
IUFD sebanyak 106 kasus (3,6 %) dari 2929 persalinan. Pada tahun 2010
proporsi kejadian IUFD meningkat sebanyak 125 kasus (4,2 %) dari 2989

6
persalinan. Pada tahun 2011 proporsi meningkat yaitu sebanyak 125 kasus
(4,4 %) dari 2856 persalinan. Dari tahun 2009-2011 kejadian IUFD masih
termasuk dalam 10 kasus obstetrik dan tindakan di Instalasi Rawat Inap
Camar I dan II (Rekam Medik, 2011).

Hal ini merupakan masalah kesehatan yang serius karena IUFD dapat
meningkatkan angka kematian perinatal. Seharusnya IUFD dapat dicegah
apabila dilaksanakan pencegahan terhadap faktorfaktor penyebab IUFD.

II. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Abortus?
2. Apa etiologi abortus?
3. Apa saja kalsifikasi abortus?
4. Bagaimana psikologi ibu pasca abortus?
5. Bagaimana asuhan untuk ibu pasca abortus?
6. Bagaimana cara menanggulangi depresi?
7. Apa pengertian dari IUFD?
8. Apa etiologi dari IUFD?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi IUFD?
10. Bagaimana menentukan diagnosis IUFD?
11. Bagaimana patofisiologi IUFD?
12. Apa komplikasi dari IUFD?
13. Bagaimana upaya mencegah kematian janin?
14. Bagaimana psikologi ibu hamil dengan IUFD?
15. Bagaimana menanganu psikologi ibu dengan IUFD?

III. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud Abortus?
2. Mengetahui apa etiologi abortus?

7
3. Mengetahui apa saja kalsifikasi abortus?
4. Mengetahui bagaimana psikologi ibu pasca abortus?
5. Mengetahui bagaimana asuhan untuk ibu pasca abortus?
6. Mengetahui bagaimana cara menanggulangi depresi?
7. Mengetahui apa pengertian dari IUFD?
8. Mengetahui apa etiologi dari IUFD?
9. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi IUFD?
10. Mengetahui bagaimana menentukan diagnosis IUFD?
11. Mengetahui bagaimana patofisiologi IUFD?
12. Mengetahui apa komplikasi dari IUFD?
13. Mengetahui bagaimana upaya mencegah kematian janin?
14. Mengetahui bagaimana psikologi ibu hamil dengan IUFD?
15. Mengetahui bagaimana menanganu psikologi ibu dengan IUFD?

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Abortus
A. Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:
1. Medis : Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20
minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir
atau berat janin kurang dari 500 gram (Obstetri Williams, 2006).
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia : Terjadi keguguran janin, melakukan
abortus (dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang
dikandung itu).
3. Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
4. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin
yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu (Sarwono, 2005).

B. Etiologi Abortus
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan
umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu
berikutnya (11 – 12 minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor
maternal (Sayidun, 2001).

9
1. Faktor ovofetal
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk
berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40%
kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan
trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.
2. Faktor maternal
Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit
sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik
maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan
abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri
submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa masalah
psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun
sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:

1. Faktor janin Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan


genetik, dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid,
kencing manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak
jerman, toksoplasma , herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.

10
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus
adalah:
a. Faktor genetik
Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus
spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari
60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama
menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. Abnormalitas
genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi
(abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom
yang menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi
menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi
akibat kelainan kromosom.
b. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul
pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
a) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian
(uterus bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada
keguguran trimester kedua.
b) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran
darah endometrium.
c) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin
(synechia), leimioma, dan endometriosis
c. Faktor endokrin:
a) Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada
sekitar 10-20 % kasus.
b) Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal
dengan tidak cukupnya produksi progesteron).

11
c) Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom
polikistik ovarium merupakan faktor kontribusi pada
keguguran.
d. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi
intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab
antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma,
Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma
gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan
berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih
memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang
bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.
e. Faktor imunologi
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain:
antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi
cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak
tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang.
Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen
antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan
histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas
kapiler.
f. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang
melemahkan keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau
karsinomatosis jarang menyebabkan abortus; sebaliknya pasien
penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan.

12
Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis,
penyakit liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam
melalui anamnesa yang baik. Penting juga diketahui bagaimana
perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi
berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat.
Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa
pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, tes
fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai apakah ada
gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang
kemudian dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti
persalinan prematur.
g. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki
kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus.
Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan
bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
h. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu
yang dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti
tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin
hal ini merupakan salah satu yang berperan.
i. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang
berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat
dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah
wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting
dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk
mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu

13
kepadanya, sangat membantu.
Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada
terjadinya abortus spontan yang berulang masih belum dapat
dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita untuk melakukan
pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang
mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum
penderita hamil guna mempersiapkan kehamilan yang
berikutnya.

C. Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, sematamata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja


tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter
ahli.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi oleh tenaga tradisional. Pembagian abortus secara
klinis adalah sebagai berikut :

14
a) Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan
ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan
pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
b) Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam
ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Universitas
Sumatera Utara
c) Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
d) Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
e) Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan
embrio atau fetus telah meninggal dalam kehamilan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
f) Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali
atau lebih berturutturut.
g) Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada
alat genitalia.
h) Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis
(Prawirohardjo, 2009).

D. Psikologis Ibu Pasca Abortus


Banyak perubahan yang dialami wanita pasca abortus, wanita yang
melakukan abortus cenderung akan dapat menimbulkan risiko baik
gangguan fisik maupun gangguan psikologis. Abortus merupakan

15
stresor psikososial yang dapat menimbulkan stres kehidupan, yang
merupakan salah satu pencetus dan penyebab terjadinya gangguan jiwa.
Wanita pasca abortus biasanya mengalami gangguan kejiwaan yang
disebut dengan sindroma pasca abortus. Berikut respon perasaan ibu
pasca abortus spontan
1. Sedih
Ibu pasca abortus biasanya mengalami gangguan psikologis
pasca abortus yaitu sedih, suatu perasaan yang diungkapkan
seseorang ketika mengalami kehilangan. Apalagi kehilangan
seseorang yang sangat dinanti dan dicintai pasti sangat sedih.
Berdasarkan hasil wawancara partisipan yang mengungkapkan
sedih. Sikap di sini ditunjukkan dengan sering menangis, tidak bisa
tidur, dan malas melakukan sesuatu sebagai bentuk penyaluran
frustasi.
2. Kehilangan
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang
bersifat universal dan unik secara individual. Kehilangan karena
kematian adalah suatu keadaan pikiran, perasaan, dan aktivitas yang
mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup dukacita dan
berkabung. Dukacita adalah proses mengalami reaksi psikologis,
sosial, dan fisik terhadap kehilangan yang diekspresikan. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara partisipan mengenai respon
kehilangan.
Pada saat seseorang merasa kehilangan mekanisme koping
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Kehilangan sangat mempengaruhi tingkat
stres seseorang dan setiap individu berespon terhadap kehilangan
secara berbeda. Pada waktu ibu hamil akan terjadi peningkatan kadar
estrogen yang salah satu fungsinya adalah terjadinya peningkatan

16
emosi.
Emosi dan perasaan sensitif yang jika terpelihara tanpa
mekanisme koping yang baik maka bisa memungkinkan untuk lebih
mengarah kearah kejiwaan seseorang baik itu langsung maupun
tidak langsung dan berlangsung baik itu cepat atau tidak. Tidaklah
mudah mengalami peristiwa kehilangan dimana kehamilan adalah
peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh setiap wanita, apalagi bila
peristiwa tersebut terjadi secara mendadak dan dialami didepan
mata. Peristiwa kematian yang terjadi secara tiba-tiba membuat
mereka yang ditinggalkan mengalami berbagai perasaan yang kuat
dan mendalam.
3. Kecemasan
Kecemasan menyebabkan peningkatan emosi sehingga
penderita selalu dalam keadaan tegang dan takut. Penderita selalu
merasa sesuatu malapetaka akan menimpa dirinya, sehingga selalu
panik, tonus otot meninggi, tremor jari tangan, muka selalu tegang
dan dahi yang berkerut

4. Depresi
Depresi dapat menyebabkan beberapa gangguan pada penderita
seperti; gangguan daya ingat, gangguan konsentrasi, lesu badan dan
jiwa, perasaan kosong, hambatan dalam berpikir dan bertindak,
penurunan nafsu makan, gangguan tidur, gangguan pencernaan,
berdebar-debar, sesak nafas dan tremor.
5. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik lebih mudah dikenal dan dideteksi berupa:
gangguan persepsi (halusinasi), gangguan isi piker (paham),

17
kerusakan kepribadian, kekacauan dalam hubungan social,
kerusakan fungsi psikososial dan persepsi diri yang jelek.
6. Bunuh Diri
Bunuh diri berkaitan erat dengan perilaku merusak diri bahkan
merupakan salah satu bentuk perilaku merusak diri. Bunuh diri pasca
abortus enam kali lebih besar dibanding wanita yang melahirkan,
tiga kali lebih basar dibandingkan tingkat bunuh diri yang terjadi
dalam populasi umum. Gejala bunuh diri yang merusak diri
misalnya: penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (NAPZA).

E. Asuhan Psikologi Ibu Pasca Abortus


Asuhan yang di berikan adalah
1. Menyemangati pasien yang mengalami keguguran.
2. Memberikan konseling bahwa ibu harus ikhlas dengan apa yang
terjadi, boleh bersedih akan tetapi tidak boleh larut dalam kesedihan.
ibu harus bangkit.
3. Dukungan dari keluarga dan suami sangat di butuhkan oleh ibu yang
mengalami keguguran, walaupun suami juga akan merasakan hal
yang sama seperti istri tapi alangkan lebih baik nya suami dan istri
harus saling menguatkan satu sama lain.
4. Ibu dan suami bisa melakukan refreshing untuk sedikit
menghilangkan rasa kesedihan dengan cara membuat banyak rencana
seperti jalan jalan, honeymoon lagi, dan sebagainya yang bisa
membuat lupa secara perhalan akan kejadian abortus terebut.
5. Suami dan juga istri jangan menyerah untuk melakukan program
hamil kembali, harus tetap semangat berusaha dengan di imbangi do'a

F. Cara menanggulangi depresi

18
Depresi dapat menjadi penyakit yang mengganggu kehidupan sehari-hari,
namun ada beberapa cara untuk menanggulangi depresi
1. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan, khususnya obat anti depresan seperti
Lithium, MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors), Tricyclics, dan
SSRIs dapat membantu menanggulangi depresi tetapi harus digunakan
sesuai dengan resep dokter.
2. Terapi interpersonal dan CBT (cognitive behavior therapy)
Terapi interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang
fokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembanan
simtom penyakit kejiwaan. Pendekatan CBT memusatkan perhatian
pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan
emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini berupaya membentuk
klien mengubah pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan
klien yang tidak rasional.
3. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling
yang dilakukan antara seorang konselor profesional dengan beberapa
klien sekaligus dalam kelompok kecil, konseling kelompok sesuai bagi
individu yang perlu berbagi sesuatu dengan orang lain untuk merasa
dirinya dihargai dan dimiliki
4. Terapi humor, humor memberikan perspektif yang berbeda bagi
masalah yang dialami.
5. Berdo’a
Berdo’a merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi.
Mengambil waktu untuk berdo’a, menghentikan kegiatan pengertian
tentang do’a, tujuan dan caranya, do’a dapat mendatangkan
ketenangan lahir dan batin, serta melepaskan dari ketegangan fisik dan
mental seseorang
6. Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatan penyakit. Terapi
hidrotermal adalah penggunaan efek temperatur air misalnya mandi air
panas, sauna dan lain-lain.
7. Menolong orang yang sedang menderita depresi
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menolong orang yang

19
sedang menderita depresi:
a) Mendengarkan, hal ini dapat menjadi hal yang sulit. anda mungkin
harus mendengarkan hal yang sama berulang kali. Biasanya lebih
baik tidak memberikan saran kecuali diminta, bahkan walaupun
jawabanya sudah pasti bagi anda Jika depresi disebabkan oleh
masalah tertentu, bantulah mereka mencari solusi ataupun cara
mengatasi kesulitan.
b) Sangat membantu jika bisa meluangkan waktu untuk orang yang
depresi. Anda bisa menyemangati mereka, membantu mereka
berbicara dan bersama melakukan aktivitas yang biasanya
dikerjakan.
c) Orang yang depresi merasa sulit untuk percaya mereka dapat
sembuh. Anda dapat menyakinkan ia dapat sembuh, namun anda
perlu untuk mengulangi hal ini terus menerus.
d) Pastikan orang yang depresi membeli makanan yang cukup dan
cukup makan.
e) Bantu mereka menjauhi minuman keras.
f) Jika bertambah parah dan mulai berkata tidak mau hidup lagi atau
mencoba melukai diri sendiri, tanggapilah dengan serius, dan
ceritakan pada dokter yang menangani depresi.
g) Yakinkan mereka untuk menerima bantuan, jika ada kekhawatiran
mengenai pengobatan, bisa di diskusikan terlebih dahulu dengan
para dokter.

II. Kehamilan Dengan Janin Mati


A. Pengertian IUFD
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologistsyang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan
hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi
(Winkjosastro, 2009).Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya

20
sehingga tidak diobati (Saifuddin,2008).

B. Etiologi IUFD Menurut Norwitz (2008)


Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
1. 50 % kematian janin bersifat idiopatik(tidak diketahui penyebabnya).
2. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes
mellitus)berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin.
Deteksi dini dan tata laksana yang yang sesuai akan mengurangai
risiko IUFD.
3. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat
menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat
talipusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada
kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi
32 minggu.
4. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom,
khususnya dalam kasusditemukannya abnormalitas struktural janin.
Keberhasilan analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten
meningkat. Kadang-kadang, amniosentesisdilakukan untuk mengambil
amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik.
5. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin
menuju ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi
pada semua kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1
mL). Pada kondisi yang jarang, perdarahan janin-ibu mungkin bersifat
masif. Uji Kleuhauer-Betke(elusi asam) memungkinkan perhitungan
estimasi volume darah janin dalam sirkulasi ibu.
6. Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan
klinis yang benar (>3kehilangan pada trimester pertama >1)
kehilangan kehamilan trimester kedua dengan penyebab yang tidak

21
dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena yang tidak dapat
dijelaskan.
7. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya
jelas terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology
terhadap janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.

C. Faktor - Faktor yang mempengaruhi IUFD


Ditinjau dari faktor ANC, Penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi
dan trauma kehamilan maka dapat disimpulkan :
Ada pengaruh signifikan antara ANC terhadap kejadian ANC, dengan p =
0.042 dan ANC yang tidak sesuai standart berpotensi menyebabkan IUFD
sebesar 5-6 kali. Ada pengaruh signifikan antara Penyakit yang menyertai
kehamilan terhadap kejadian IUFD, dengan p= 0.000, dan adanya penyakit
yang menyertai kehamilan berpotensi menyebabkan IUFD 7 kali. Tidak ada
pengaruh antara Komplikasi kehamilan dan kejadian IUFD dengan p =
0.180 dan Komplikasi kehamilan berpotensi menyebabkan IUFD 7kali.
Tidak ada pengaruh antara Trauma kehamilan dan kejadian IUFD dengan p
= 0.698 dan trauma berpotensi menyebabkan IUFD 2 kali. Secara simultan
ke empat variabel memberikan kontribusi 69.20% terhadap kejadian IUFD,
sisanya sebesar 30.80% disebabkan factor lain yang tidak diteliti
1. Ibu hamil Diharapkan ibu hamil dapat melakukan ANC sesuai anjuran
Bidan, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan termasuk kejadian
IUFD.
2. Para bidan Agar Bidan mendampingi ibu hamil sampai tiba saat
melahirkan, apabila seharusnya jadwal pemeriksaan ANC namun ibu
hamil tidak datang, perlu dilakukan kunjungan rumah. Tetap terus
memotivasi ibu hamil apabila didapatkan tanda bahaya kehamilan segera
konsultasi ke Bidan atau puskesmas terdekat
3. Kepada Puskesmas, agar penyuluhan kesehatan tetap terus dilakukan,
terutama tentang tanda bahaya kehamilan sehingga apabila timbul
kelainan, ibu dan keluarganya segera konsultasi ke Bidan atau
puskesmas terdekat, kepada peneliti selanjutnya 4. Perlu Penelitian
berikutnya, karena masih ada factor lain yang menyebabkan kejadian
IUFD sebesar 30.80% yang tidak diteliti

22
D. Diagnosis IUFD
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi :
1. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin
tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan
yang biasa dialami(mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di
usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin
tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin
pada kunjungan ANC(antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu
atau tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
3. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadargonadotropin
korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropinatau HCH) mungkin
dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan.
4. Pada pemeriksaan radiologis.Secara historis, foto rontgen abdominal
digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang
dapat menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang
tengkorak janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung
secara berlebihan dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian,
foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku
emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan tidak
adanya aktifitas jantung janin setelah usia 22gestasi 6 minggu. Temuan
sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin

E. Patofisiologi IUFD
Menurut Sastrowinata (2005),kematianjanin dalam pada kehamilan yang
telahlanjut, maka akan mengalamiperubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali.
2. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh inimula-
mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
3. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.
Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat
longgar edema di bawah kulit.

F. Komplikasi IUFD

23
Menurut Norwitz (2008), sekitar 20-25% dari ibu yang
mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka
akan mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated
Intravascular Coagulopathyatau DIC) akibat adanya konsumsi faktor-faktor
pembekuan darah secara berlebihan.

G. Upaya mencegah kematian janin


Khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu
merasakan gerakaan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu
keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perlu diperhatikan adanya
solusio plasenta. Pada gemelli dengan T + T (twin to twin transfusion)
pencegahan dilakukan dengankoagulasi pembuluh anastomosis.8Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1. Trauma emosional yang berat apabila waktu antara kematian janin dan
persalinan cukup lama.
2. Infeksi apabila ketuban pecah.
3. Koagulopati apabila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

H. Psikologi ibu hamil IUFD


Salah satu masalah psikologis yang dapat dialami oleh ibu dengan
pengalaman IUFD yaitu ibu akan mengalami kecemasan. Ibu yang pernah
mengalami IUFD akan selalu membayangkan peristiwa IUFD yang pernah
terjadi sebelumnya, sehingga akan menimbulkan kecemasan dan akan selalu
berfikir akankah hal tersebut terjadi kembali (Hamilton, 1995). Rasa cemas
berkenaan dengan adanya rasa terancam dengan sesuatu. Kecemasan dapat
menjadi reaksi emosional yang normal di beberapa situasi lainnya. (Nevid,
2005)

I. Penanganan Psikologis Ibu


Ibu yang kehilangan janinnya akan berisiko mengalami gangguan
psikologis seperti depresi atau mengalami post-traumatic stress disorder
(PTSD). Konseling dengan psikolog harus ditawarkan kepada orang tua
maupun pada keluarga lain seperti kakek dan nenek. Selain itu, ibu dapat
ditawarkan untuk bergabung dengan komunitas yang memiliki pengalaman
sama.
Supresi laktasi merupakan faktor penting terhadap psikologi ibu yang

24
mengalami IUFD. Pemberian agonis dopamin seperti bromokriptin dan
cabergolin dapat bermanfaat untuk menekan laktasi tetapi obat golongan ini
tidak disarankan pada ibu yang mengalami hipertensi atau preeklampsia.
Ibu dengan riwayat IUFD juga memiliki peningkatan risiko depresi.
Depresi pada trimester ketiga kehamilan dapat meningkatkan risiko
terjadinya depresi selama 1 tahun berikutnya, terutama pada wanita yang
hamil kurang dari 1 tahun dari kejadian IUFD.
Kesedihan ibu yang tidak terselesaikan pada kehamilan sebelumnya
dapat mempengaruhi kesiapan mental ibu terhadap bayi berikutnya. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan harus peka terhadap perubahan kondisi
psikologis ibu selama hamil dan mewaspadai risiko depresi, baik depresi
dalam kehamilan maupun depresi post partum pada ibu yang mengalami
riwayat IUFD sebelumnya.

BAB III
NASKAH ROLE PLAY
Tokoh :

25
1. Bidan Asti
2. Assisten Bidan
3. Ibu Laras
4. Suami Ibu Laras
5. Ibu Sulastri
6. Suami Ibu Sulastri
7. Narator

Pada suatu hari, di BPM praktek Bidan Asti datanglah dua pasien yang
hendak memeriksakan kandungannya ditemani oleh suami mereka. Pasien pertama
bernama Ibu sulastri dan yang kedua Ibu Laras. Ibu sulastri usia kehamilannya 6
minggu, datang untuk memeriksakan kehamilannya dengan keluhan dua hari ini
merasa nyeri perut bagian bawah dan keluar flek kecoklatan dan darah segardi
vaginanya. Sedangkan Ibu Laras hendak memeriksakan kandungannya karena merasa
dalam beberapa hari ini, bayi nya tidak bergerak. Ini merupakan kehamilan
pertamanya, usia kehamilannya 32 minggu, beliau berasal dari keluarga yang kurang
mampu, selama kehamilannya belum pernah melakukan pemeriksaan dan juga tidak
mengetahui tanda bahaya pada kehamilan. Mereka duduk di kursi tunggu pasien yang
disediakan dan menunggu giliran untuk diperiksa, Kemudian datanglah asisten bidan
Asti dan menyuruh salah satu pasien untuk masuk ke tempat pemeriksaan ..

Assisten bidan : “ Pasien selanjutnya silahkan masuk...”

Ibu Laras : “ Ibu saya masuk dulu yaa, mari buu

( Sapa bu laras kepada bu sulastri)

Ibu Sulastri : “ Iya bu, silahkan bu..”

Kemudian Masuklah bu Laras ke tempat pemeriksaan, saat itu ada bidan Asti dan
juga assistennya yang sedang berjaga, dan mempersilahkan bu Laras dan suami
untuk duduk..

26
Assisten Bidan : “ Ibu mangga silahkan duduk..”

Ibu Laras& Suami : ( Duduk bersamaan)

Bidan Asti : “Selamat sore ibu, perkenalkan nama saya Asti, saya

Bidan yang berjaga di BPM ini ya ibu, kalau boleh

tahu ada yang bisa saya bantu bu?”

Ibu Laras : “ Jadi begini bu, saya kesini


mau periksa kehamilan saya bu, sebelumnya si dedek
ini dia aktif sekali bu di perut saya, tapi seminggu ini
saya merasa kalau si dedek jarang bergerak bu, jadi
saya mau memeriksakan kehamilan saya bu..”

Bidan Asti : “ Baik ibu, untukmengetahui keadaan ibu dan janin

ibu, sayaharus melakukan pemeriksaan terlebih

dahulu bu, Nah, ibu silahkan naik ke bad dulu ya bu.

Ibu Laras : (Naik ke atas bad dan berbaring)

Bidan Asti : “ Nah ibu saya periksa dulu yaa

( Melakukan pemeriksaan)

Sudah bu, ibu boleh turun..”

Suami bu laras : “ Bagaimana bu,keadaan istri dan juga anak saya bu?”

Bidan Asti :” Bapak tadi ibunya sudah saya periksa, nah

sebelumnya saya ingin bertanya apakah sebelumnya


bu laras ini bagaimana pola makan nya?”

Suami bu laras :”Yaa bu makan seperti biasa bu, makan nasi Cuma

kadang-kadang lauknya gak nentu, seadanya bu

27
soalnya penghasilansaya juga dapet dari serabutan bu”

Bidan Asti : “Oh begitu ya pak, pantas saja dari penilaian gizi ibu

agak kurang, jadi tadi ibunya sudah saya periksa ya


pak, keadaan ibunya Alhamdulillah baik hanya saja
adamasalah pak jadi saya tidak bisa menemukan detak
jantung bayi nya pak, semoga dugaan saya salah ya
pak.. untuk memastikan saya akan memberikan surat
rujukan kepada ibu dan bapak, jadi ibu dan bapak
silahkan datang ke klinik dr. Lina, nanti disana ibu
akan di USG untuk mengetahui keadaan bayi ibu ya
bu..”

Ibu Laras :” Maksudnya gimana bu? Gimana keadaan bayi saya?”

Bidan Asti :” Jadi gini bu, diagnosa sementara ibu mengalami

IUFD atau maaf bayi ibu sudah tidak ada di dalam

kandungan bu, jadi ibu perlu tindakan segera,

semoga diagnosa saya salah bu.”

Ibu Laras : “ Gak mungkin bu, ibu pasti salah periksa, gak

mungkin anak saya gak ada, saya nunggu sampai 5

tahun buat hamil bu, gak mungkin gak ada saya ga

percaya, pak gimana pak anak kita?.”

Ibu Asti :” Bu,..Ibu tenang dulu, semoga diagnosa saya salah,

ibu jangan cemas tetap berdo’a dan berpasrah kepada

Allah SWT, saya mengerti di posisi ibu sekarang

pasti tidak aan mudah tapi, ibu harus tenang bu..”

28
Suami bu Laras : “Iya bu, yang dikatakan bu bidan benar bu, mungkin

sudah taqdirnya begini bu, salah bapak juga gabisa


ngasih uang lebihke ibu untuk bisa selalu periksa
kehamilan ibu.”

Bidan Asti : “ Bapak juga jangan menyalahkan diri sendiri, tadikan

saya sudah bilang bahwa semoga dugaan saya salah,

kalau memang iya bapak bisa jadikan saja pelajaran

untuk kedepannya, bapak jangan lupa selalu support

dan beri dukungan untuk ibunya, Ibunya juga jangan

melamun terus ya bu..”

Suami bu Laras : “ Makasih ya bu bidan, kalau begitu saya dan istri

pamit mohon maaf kalau sikap istri saya tidak


mengenakkan bu..”

Bidan Asti : “Tidak papa pak, saya mengerti ko pak..”

Suami Ibu Laras :” Baik bu terimakasih ya bu, kalau seperti itu saya

pamit ya bu, Assalamu alaikum..

(Meninggalkan ruang pemeriksaan)”

Bidan Asti&Asisten : “ Waalaikumsalam.”

Kemudian, bidan Asti menyuruh asisten nya untuk memanggil pasien selanjutnya..

Assisten Bidan : “ Pasien selanjutnya silahkan masuk..”

Iu Sulastri& suami : (Masuk ke ruang pemeriksaan)

Bidan Asti : “Silahkan duduk ibu..”

29
Ibu Sulastri&Suami : (Duduk bersamaan)

Bidan Asti : “Selamat sore ibu, perkenalkan nama saya Asti, saya

Bidan yang berjaga di BPM ini ya ibu, kalau boleh

tahu ada yang bisa saya bantu bu?”

Ibu Sulastri : “ Jadi begini bu, saya ingin memeriksakan kehamilan

saya dikarenakan kemarin merasakan nyeri di bagian


perut bawah bu, terus saya juga ngeflek gak lama kaya
keluar darah mens gitu bu.”

Bidan Asti : “ Baik ibu, untukmengetahui keadaan ibu dan janin

ibu, saya harus melakukan pemeriksaan terlebih


dahulu bu, Nah, ibu silahkan naik ke bad dulu ya bu
yaa..”

Ibu Sulastri : (Naik ke atas bad dan berbaring)

Bidan Asti : “ Nah ibu saya periksa dulu yaa

( Melakukan pemeriksaan)

Sudah bu, ibu boleh turun..”

Suami Ibu Sulastri : “ Bagaimana bu, keadaan istri dan juga anak saya

bu?”

Bidan Asti : “ Jadi gini pak bu, tadi sudah saya periksa, nah

sebelumnya saya ingin tanya pak, ibu nya beberapa

hari ini aktivitasnya bagaimana terus istirahatnya


juga bagaimana pak?”

Suami Ibu Sulastri :” Kalau istri saya sehari-harinya memang kerja bu di

30
pabrik, terus kerja nya juga masih di shift bu jadi

kadang kalau shift malem gak tidur jadi paginya baru

tidur bu, istirahatnya jugagak tentu sih bu.”

Bidan Asti : “ Oh seperti itu ya pak, baik jadi begini pak tadi

ibunya sudah saya periksa ya pak dari pemeriksaan

memang tensi darah ibu rendah 90/80mmHg


mungkin karena efek istirahat ibu yang kurang dan
juga karna ibu juga kerja, nah untuk janin nya saat ini
belum bisa dilakukan pemeriksaan denyut jantung ya
pak, karena usia kehamilan ibu nya masih 6 minggu
tapi saya akan buat surat rujukan untuk ibunya, jadi
nanti ibu silahkan datang ke tempat yang sudah saya
arahkan untuk melakukan USG ya bu, semoga
dugaan saya.. saya pesan ibu segera mungkin ke RS
Harapan Bunda untuk dilakukan pemeriksaan segera
ya pak..”

Suami Ibu Sulastri : “ Tapi sebenernya ada apa bu bidan?”

Bidan Asti : “Dugaan sementara nya yaitu abortus pak atau

keguguran, semoga dugaan saya ini salah ya pak..”

Ibu Sulastri : “Apa bu bidan keguguran? Gak mungkin bu bidan

saya gak mungkin keguguran pasti ini salah saya


sudah makan makanan yang bergizi kok bu tapi
bagaimana bisa keguguran? (Ibu cemas )”

31
Suami Ibu Sulastri : “ Sabar bu, sabarrr nanti kita coba periksa dulu ke RS

bu..(menenangkan istrinya)”

Bidan Asti : “ Ibu yang sabar dan tenang dulu ya bu, karna ini baru

dugaan sementara, semoga dugaan saya salah ibu

harus tetap sabar dan tenang jangan terlalu cemas

selalu berdo’a dan berpasrah kepada Allah SWT ya

bu..”

Suami Ibu Sulastri :”Iya bu sabar dan berdo’a nanti kita ke dr bu, makasih

ya bu bidan kalau begitu saya dan istri pamit, mohon


maaf kalau ada kata yang tidak mengenakkan

Assalamu alaikum wr.wb.”

Bidan Asti :”Waalaikumslam wr.wb”

Kemudian setelah itu, Ibu Laras dan juga bu Sulastri pergi ke fasilitas kesehatan yang
sudah diberitahu oleh bidan Asti untuk melakukan pemeriksaan, ternyata dugaan
Bidan Asti benar, kemudian bu Laras dan bu Sulastri merasa kecewa dan terpukul
atas kejadian tersebut akan tetapi berkat dukungan suami dan keluarga akhirnya
mereka bisa melewati masa-masa yang sulit.

TAMAT

32
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan
pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari
500 gram (Obstetri Williams, 2006).

33
Adapun etiologi abortus sebagai berikut:
1. Faktor ovofetal, latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal
2. Faktor maternal, peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus
( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia
servik). Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula
dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan
penilaian lanjutan.
3. Faktor janin Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik,
dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.
4. Faktor ibu, kelainan endokrin (hormonal), faktor kekebalan (imunologi),
infeksi, kelemahan otot leher Rahim, kelainan bentuk rahim.
5. Faktor Ayah, kelainan kromosom dan infeksi sperma

Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and


Gynecologistsyang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
1. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)
2. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta)
3. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin
menuju ibu
4. Sindrom antibodi antifosfolipid.
5. Infeksi intra-amnion

II. Saran
Sebaiknya wanita yang mengalami abortus dan IUFD tidak untuk di
kucilkan atau di rendahkan karena segala sesuatu yang menyangkut

34
kehilangan itu pasti menyakitkan hati. Apalagi kehilangan anak kandung
sendiri disengaja maupun tidak disengaja pasti wanita tersebut membutuhkan
dukungan orang-orang sekitar untuk bangkit menjalankan hidupnya seperti
dulu.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, V. R., Brown, L. K. (1999). Miles Textbook of Midwives. Toronto: Churchill


Livingstone

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Farrer, H. 2001. Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Vol 2, Alih Bahasa: dr. Andry
Hartono. Jakarta: EGC.

Llewellyn. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins &. Cotran, Edisi 7.
Jakarta: EGC

Jahja, yudrik. 2011. “psikologi perkembangan”. Jakarta: kencama

Lumongga, namora. 2016. “psikologi kespro : wanita & perkembangan


reproduksinya, ditinjau dari aspek fisik dan psikologi”. Jakarta : kencana

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Jakarta: Kedokteran EGC

Obstetric Williams. 2006. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta:


EGC

Prawirohardjo, S., 2014, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

Ratna Ningtyas. 2010. Eksplorasi Perasaan Ibu Yang Mengalami Stres Pasca Abortus
Spontan Di Rsud Cilacap. Jurnal Keperawatan Soedirman

Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina. Pustaka

Sayidun, R., 2001, Berita Kedokteran Indikasi Tindakan Abortus di Indonesia,


USU Institutional Repository, Medan.

Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

36

Anda mungkin juga menyukai