Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu : Irma Hamdayani Pasaribu, S.ST., M.Keb

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Diah Pitaloka NPM. 1810630100011


2. Dela Agustina NPM. 1810630100015
3. Sifa Nuriah NPM. 1810630100051

Kelas IIIA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN AJARAN 2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Etika dalam Pelayanan kebidanan”.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar- sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat dan keuntungan


bagi pembaca dalam memenuhi kebutuhannya. Serta dapat dijadikan referensi
untuk pembelajaran selanjutnya.

Karawang, 02 Oktober 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 4
2.1 Etika .................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Etika .................................................................... 4
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mendasari Etika (Sumber Etik) ........... 4
2.1.3 Jenis-Jenis Etika .................................................................... 5
2.1.4 Sistematika Etika .................................................................. 5
2.2 Pelayanan Kebidanan ........................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Pelayanan Kebidanan.......................................... 8
2.2.2 Sasaran Pelayanan Kebidanan .............................................. 8
2.2.3 Layanan Kebidanan .............................................................. 8
2.2.4 Pelayanan Professional ......................................................... 9
2.2.5 Perilaku Professional ............................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 10
3.1 Etika Dalam Pelayanan Kebidanan ................................................... 10
3.1.1 Etika dalam Pelayanan Kebidanan ........................................ 10
3.1.2 Pelaksanaan Etika dalam Pelayanan Kebidanan ................... 12
3.2 Hak dan Kewajiban Bidan ................................................................ 20
3.2.1 Hak Bidan ............................................................................. 20
3.2.2 Kewajiban Bidan .................................................................. 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 26
3.2 Saran ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua
di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai
wanita terpecaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan.
Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena
tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,
mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik (Simbala, 2013).

Sejak zaman prasejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan


dari mesir (Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela
keselamatan bayi laki- laki bangsa Yahudi (sebagai orang – orang yang
terjajah bangsa Mesir) yang diperintahkan oleh Fir’aun untuk dibunuh.
Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada
Tuhan dalam membela orang- orang yang berada pada posisi lemah, yang
pada zaman modern, kita sebut peran advokasi (Simbala, 2013).

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika


karena lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat.
Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat
diterima di masyarakat bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai
pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya
pelayanan kebidanan (Hanum, 2008).

Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang


beretika. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan baik bidan yang
mempunyai etika yang baik karena akan mudah mendapatkan relasi dengan
masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan (Hanum,
2008).

1
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai
tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses
yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu
dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal,
pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum
serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah,
kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan
harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta aspek
legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus
menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based (Fakta yang
ada) sehingga berbagai dimensi etik dan bagaimana kedekatan tentang etika
merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami (Hanum, 2008).

1.2. Rumusan Masalah


Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan. Adapun beberapa masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Etika dalam Pelayanan Kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan Hak dan Kewajiban bidan?

1.3. Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun berdasarkan tujuan tertentu, antara lain adalah
untuk :
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah
Etika dan Hukum Kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengertian Etika dalam Pelayanan Kebidanan
3. Untuk mengetahui pengertian Hak dan Kewajiban Bidan

2
1.4. Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini, diharapkan mendatangkan banyak
manfaat, antara lain:
1. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Etika dan
Hukum Kesehatan.
2. Mengetahui pengertian Etika dalam Pelayanan Kebidanan
3. Mengetahui pengertian Hak dan Kewajiban Bidan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Etika
2.1.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani dari kata Ethos yang
berarti kebiasaan atau tingkah laku. Dalam Bahasa Inggris disebut
Ethis yang mempunyai pengertian tingkah laku atau perilaku
manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat, yang harus
dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya
(IBI, 2006).
Etika dalam sejarah Yunani adalah tentang apa yang
sebenarnya baik/ dikehendaki oleh manusia dan apa yang buruk
yang harus dihindari. Segala hal yang secara sadar dipilih atau tidak
dipilih untuk mencapai tujuan tersembunyi baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain (Aristotelian).
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang
filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-
prinsip dan konsep yang membimbing manusia berfikir dan
bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya (Sujiyatini, 2011).
2.1.2 Faktor – faktor yang melandasi etika (sumber etika)
1. Nilai, nilai atau value
2. Norma
3. Sosial budaya, dibangun oleh kontruksi sosial dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Religius
a. Agama mempunyai hubungan erat dengan moral
b. Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik
c. Agama merupakan salah satu sumber nilai etis yang paling
penting

4
d. Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi
pegangan bagi perilaku para anggotanya. (Farelya, 2018)
2.1.3 Jenis - jenis Etika
1. Etika Deskriptif
Memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana
yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh
masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik - buruk
tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi:
a. Etika umum : Membahas berbagai hal yang berhubungan
dengan kondisi manusia untuk bertindak etis
dalam mengambil kebijakan berdasarkan
teori - teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus, terdiri dari :
1) Etika sosial, menekankan tanggung jawab sosial dan
hubungan antar sesama manusia dalam aktivitasnya,
2) Etika individu, lebih menekankan pada kewajiban-
kewajiban manusia sebagai pribadi,
3) Etika terapan, adalah etika yang diterapkan pada profesi
(Sujiyatini, 2011).
2.1.4 Sistematika Etika
Secara Umum:
1. Hati Nurani
Hati nurani akan memberikan pelayanan tentang baik atau buruk
berhubungan dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani
memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu
sekarang dan disini. Ketika kita tidak mengikuti hati nurani
berarti kita menghancurkan integritas keprinadian kita dan
mengkhianati martabat terdalam kita. Hati nurani berkaitan erat
dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran.

5
2. Kebebasan dan tanggung jawab
Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung
jawab, sehingga pengetian manusia bebas dengan sendirinya
menerima juga bahwa manusia itu bertanggung jawab. Tidak
mungkin kebebasan tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin
tanggung jawab tanpa kebebasan. Adapun batas – batas
kebebasan melliputi:
a. Faktor internal
b. Lingkungan
c. Kebebasan orang lain
d. Generasi penerus yang akan datang

Tanggung jawab dalam arti sempit berarti bahwa seseorang


harus mampu menjawab, tidak boleh mengelak bila dimintai
penjelasan tentang perbuatannya. Tanggung jawab meliputi
tanggung jawab terhadap perbuatan yang sedang dilaksanakan
dan tanggung jawab terhadap perbuatan yang akan datang.

3. Nilai dan Norma


Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik,
sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang
disukai, sesuatu yang diinginkan. Menurut filsuf Jerman Hanh
Jonas nilai adalah the address of a yes, sesuatu yang ditujukan
dengan ya kita. Sesuatu yang kita iyakan. Nilai mempunyai
konotasi yang positif. Nilai mempunyai 3 ciri, yaitu:
a. Berkaitan dengan subyek
b. Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subyek ingin
membuat sesuatu
c. Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada
sifat yang dimiliki objek.

6
4. Hak dan Kewajiban
Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari segala
ikatan dengan hukum objektif. Hak merupakan pengakuan yang
dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap orang atau
sekelompok orang lain.
Ada beberapa macam hak, antara lain sebagai berikut:
a. Hak legal
b. Hak moral
c. Hak individu
d. Hak sosial
e. Hak positif
f. Hak negatif

Menurut John Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban


sempurna dan kewajiban tidak sempurna. Kewajiban sempurna
artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu terkait dengan
hak orang lain. Sedangkan kewajiban tidak sempurna tidak
terkait dengan hak orang lain tetapi bisa didasarakan atas
kemurahan hati atau niat berbuat baik.

5. Amoral dan Immoral


Menurut Oxford Dictionary kata amoral dijelaskan sebagai
unconcerned with, out of spere of moral, non moral, di luar atis,
non moral. Berarti tidak berhubungan dengan konteks moral,
diluar etis, non moral. Sedangkan immoral berarti opposed to
marality, morally evil yang berarti bertentangan dengan
moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis.
6. Moral dan Agama
Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dasar
terpenting dari tingkah laku moral adalah agama. Agama
mengatur bagaimana cara kita hidup. Setiap agama mengandung
ajaran moral yang menjadi pegangan bagi setiap penganutnya.

7
Dalam agama kesalahan moral adalah dosa, tetapi dari sudut
filsafat moral, kesalahan moral adalah pelanggaran prinsip etis.
(Farelya, 2018)

2.2 Pelayanan Kebidanan


2.2.1 Pengertian Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah suau praktik pelayanan
kebidanan kesehatan spesifik yang bersifat reflektif dan analisis
ditujukan pada wanita khususnya bayi, ibu dan balita. Dilaksanakan
secara mandiri dan profesional yang didukung oleh seperangkat ilmu
pengetahuan yang saling terkait dengan menggunakan metode
ilmiah, dilandasi oleh etika dan kode etik profesi.
2.2.2 Sasaran pelayanan kebidanan
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan
masyarakat, yang meliputu upaya-upaya sebagai berikut :
1. Peningkatan (promotif)
Misalnya dapat dilakukan dengan adanya promosi kesehatan
(penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada masyarakat
untuk pola hidup sehat)
2. Pencegahan (preventif)
Misalnya melakukan dengan imunisasi pada bayi untuk
mencegah penyakit seperti Hepatitis B, Polio, cacar dsb.
3. Penyembuhan (kuratif)
Dilakukan sebagai paya pengobatan, misalnya pemberian
tranfusi darah pada ibu anemia setelah persalinan.
4. Pemulihan (rehabilatif)
Contohnya pemulihan ibu post SC
2.2.3 Layanan kebidanan
Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:
1. Layanan kebidanan primer

8
Adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tenggung jawab
bidan
2. Layanan kebidanan kolaborasi
Adalah layanan bidan sebagai anggota tim yag kegiatanya
dilakukan bersama atau sebagai salah satu urutan dari sebuah
proses kegiatan pelayanan kebidanan
3. Layanan bidan rujukan
Adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem yang lebih tinggi. Misalnya Rujukan bidan ke
rumah sakit.
2.2.4 Pelayanan Profesional
1. Berlandaskan sikap dan kemampuan profesional
2. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima
3. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesional
4. Memberi perlindungan bagi anggota profess
2.2.5 Perilaku Profesional
1. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh
pengetahuan serta keterampilan yang tinggi
2. Bermoral tinggi
3. Berlaku jujur, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri
4. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung oleh
ilmu pengetahuan profesinya
5. Tidak memberi janji yang berlebihan
6. Tidak melakukan tindakan semata-mata didukung oleh
pertimbangan komersial
7. Memegang teguh etika profesi
8. Mengenal batas-batas kemampuan
9. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Etika dalam Pelayanan Kebidanan


3.1.1 Etika dalam pelayanan kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian yang tidak bisa


dilepaskan dari pelayanan kesehatan secara umum. Pelayanan
kebidanan tergantung kepada sikap dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat dimana bidan bekerja.

Indikator kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan


kebidanan adalah:

1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi

2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan

3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan

4. Menurunnya angka kematian neonatal

5. Cakupan penanganan resiko tinggi

6. Meningkatnya cakupan pemeriksaan antenatal

Dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat


akan mempengaruhi pemanfaatan pertolongan persalinan dengan
pilihan utama bidan sebagai penolong persalinan. Bidan sebagai
pemberi pelayanan kebidanan dan keluarga berencana serta
pelayanan kesehatan pada masyarakat luas harus mempersiapkan
diri untuk menghadapi perubahan dan tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kebidanan. Di samping itu keadilan dalam memberikan
pelayanan juga merupakan aspek pokok dalam pelayanan bidan di
Indonesia. Pelayanan yang adil bagi masyarakat diawali dengan
pemenuhan kebutuhan yang sesuai bagi klien, keberadaan sumber

10
daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani dan diimbangi
dengan penelitian untuk meningkatkan atau mengembangkan
pelayanan serta akses yang mudah ke tempat pelayanan.

Pelayanan kebidanan diberikan secara komprehenshif


dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio, kultural yang sesuai
dengan harapan dan kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk
kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Untuk dapat memenuhi
tuntutan ini maka diperlukan provider yang memiliki ciri sebagai
berikut:

1. Semangat untuk melayani

2. Simpati

3. Empati

4. Tulus ikhlas

5. Memberikan kepuasan

Disamping itu bidan juga harus memperhatikan rasa aman,


kenyamanan, privacy, alami dan tepat. Agar dapat memberikan
pelayanan yang baik maka bidan harus memiliki metode pelayanan
yang sistematis, terarah, terukur yang disebut dengan manajemen
kebidanan yang diawali dengan mengumpulkan data atau
pengkajian, interpretasi data, identifikasi masalah potensial atau
antisipasi tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan, selanjutnya membuat rencana tindakan, melaksanakan
tindakan serta evaluasi yang berkesinambungan terhadap
keberhasilan pelayanan yang telah diberikan.

Manajemen kebidanan merupakan hal yang memiliki


keterkaitan, oleh sebab itu seluruh rangkaian kegiatan harus
terdokumentasi dengan baik sebagai aspek legal dan informasi

11
dalam asuhan kebidanan. Dokumentasi yang telah dibuat juga
memiki kegunaan sebagai berikut:

1. Sebagai data atau fakta yang dapat dipakai untuk mendukung


ilmu pengetahuan

2. Merupakan alat untuk membuat keputusan, perencanaan dan


sebagai kontrol terhadap suatu masalah

3. Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan


terpelihara dengan baik.

Dokumentasi bersifat tertutup dsan terbuka. Tertutup apabila


didalamnya terdapat rahasia yang tidak boleh diperlihatkan,
diungkapkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Bersifat
terbuka artinya dokumentasi selalu berinteraksi dengan lingkungan
untuk menerima dan menyimpan informasi. Format dokumentasi
kebidanan telah dirancang sesuai dengan jenis pelayanan yang
diberikan oleh bidan disemua tempat pelayana kebidanan baik
rumah sakit, puskesmas maupun bidan praktik swasta.

(zulfa. 2014. Pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan)

3.1.2 Pelaksana Etika Dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan


budaya yang unik. Setiap institusi pelayanan memiliki norma
sendiri dalam memberikan pelayanan yang terdiri dari beberapa
praktisi atau profesi kesehatan. Walaupun demikian subjek
pelayanan hanya satu, yaitu manusia dan individu. Sehingga setiap
individu harus jelas batas wewenangnya. Area kewenangan bidan
tertuang dalam Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktik bidan. Mengenai kejelasan peran bidan diatur
dalam standar praktik kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.

12
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama
diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman
para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan
kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut
membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening
antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada neonatal,
dan pengakhiran kehamilan. Mempersiapkan ibu untuk pilihannya
meliputi persalinan dirumah, kelahiran seksio sesaria dan
sebagainya.

Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan


yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam
pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus
menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidense based.
Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan
tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan
dipahami (Heni Puji,2008).

1. Etika dalam pelayanan kontrasepsi

Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah


merundingkan dengan suami dan telah menetapkan metode
kontrasepsi yang akan digunakan. Sehingga keputusan untuk
memilih kontrasepsi, merupakan hak klien dan berada diluar
kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan
karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi,
maka menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi
tentang kontrasepsi. Yang dapat dipergunakan klien, dengan
memberikan informasi yang lengkap mengenai alat kontrasepsi
dan beberapa alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinannya.

13
Untuk menjadi konselor yang baik maka bidan harus
memiliki karakter sebagai berikut:

a. Adanya minat untuk menolong orang lain

b. Mampu untuk empati

c. Mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif

d. Mempunyai daya pengamatan yang tajam

e. Terbuka terhadap pendapat orang lain

f. Mampu mengenali hambatan psikologis, sosial, budaya.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam


konseling adalah:

a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya

b. Mengenali permasalahan yang dihadapi oleh klien

c. Memberikan penjelasan disertai petunjuk alat-alat


kontrasepsi

d. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat


untuk dirinya sendiri.

2. Etika dalam penelitian kebidanan

Menurut Kode Etik Bidan Internasional adalah bahwa


bidan seharusnya meningkatkan pengetahuannya melalui
berbagai proses seperti dari pengalaman pelayanan kebidanan
dan dari riset kebidanan. Riset dan diseminasinya menjadi
tanggung jawab bidan. Tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kebidanan makin tinggi karena semakin majunya
jaman, dan kita memasuki era globalisasi, dimana akses
informasi bagi masyarakat juga semakin meningkat.

14
Beberapa waktu yang lalu praktik kebidanan masih
banyak berdasarkan kebiasaan. Tetapi sekarang dituntut praktik
profesional berdasarkan evidence based atau hasil penelitian.
Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subjek maupun objek penelitian. Sehingga bidan perlu tahu
mengenai etika penelitian, demi kepentingan melindungi pasien,
institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung
penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan
kebidanan. Bidan harus siap untuk mengadakan penelitian dan
siap untuk memberikan pelayanan berdasarkan hasil penelitian.

Jika penelitian yang dilakukan menggunakan manusia


sebagai objek maka semua peneliti harus mamatuhi kesepakatan
yang telah dibuat secara universal pada tahun 1964 yang dikenal
dengan Deklarasi Helsinki, yaitu:

a. Bermanfaat bagi umat manusia

b. Harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus didasarkan


oleh pengetahuan yang cukup dari dukungan keputusan
ilmiah.

c. Tidak membahayakan objek (manusia) penelitian itu (diatas


kepentingan lain)

d. Tidak merugikan atau menjadi beban baik waktu, materi


maupun secara emosi atau psikologis

e. Harus selalu dibandingkan ratio untung rugi dan resiko,


maka penelitian tidak boleh ada faktor eksploitasi atau
merugikan nama baik objek penelitian

Syarat-syarat penelitian:

a. Suka rela / Voluntary

15
Penelitian harus bersifat suka rela dan tidak ada unsur
paksaan atau tekanan baik langsung maupun tidak langsung
atau adanya unsur ingin menyenangkan atau ketergantungan
baik financial, hubungan tidak setara seperti bawahan-atasan.

b. Informed Consent

Dalam penelitian, peneliti wajib memberikan informasi yang


menyangkut objek/orang yang akan diteliti juga wajib
mendapatkan azin dari objek yang diteliti. Informed consent
artinya persetujuan setelah mendapat penjelasan tentang
maksud, cara pelaksanaan, dan efek dari penelitian tersebut.
Informasi yang diberikan harus diyakini bahwa informasi
tersebut telah difahami oleh objek penelitian sehingga objek
penelitian mengetahui tentang apa yang akan diteliti, siapa
yang akan melakukan dan bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan, siapa yang mebiayai penelitian tersebut,
mengapa penelitian dilakukan, apa untung rugi serta
konsekuensi dan bagaimana hasil penelitian akan
disebarluaskan.

c. Anonimitas dan Kerahasiaan

Peneliti tidak boleh membuka identitas objek penelitian baik


individu maupun kelompok atau institusi. Jaminan
kerahasiaan akan memberikan rasa aman dan akan
meningkatkan keabsahan data yang diberikan karena
terbebas dari rasa malu dan rasa takut.

d. Privacy

Keleluasaan diri/privacy dalam hal rasa hormat, harga diri,


praktek budaya dan tidak mengganggu ketenangan hidup
merupakan hal penting dalam penelitian.

16
e. Kelompok rawan/rentan

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah wanita hamil,


janin, bayi, anak kecil, orang tua, orang sakit berat, sakit
mental, orang cacat serta yang tidak kompeten untuk
membuta keputusan termasuk orang minoritas dalam suatu
masyarakat, untuk penelitian masalah etik harus benar-benar
diperhatikan sehingga tidak melanggar hak objek penelitian.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah:

a. Masalah sensitive

Informasi yang dicari oleh peneliti bisa sangat sensitif dan


sangat pribadi, dapat menyangkut perilaku yang
menyimpang dari norma masyarakat dan hukum dan ingi
dirahasiakan oleh yang bersangkutan, seperti: penderita
AIDS/HIV positif, penyakit menular seksual dan kekerasan
dalam rumah tangga. Penelitian beresiko untuk mebuka
rahasia dari objek penelitian maka informed consent sangat
diperlukan.

b. Keahlian peneliti

Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh


ada unsur coba-coba, diperlukan dasar keilmuan yang kuat
dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan diakui secara
akademik dan didukung oleh prinsip ilmiah serta
kepustakaan ilmiah yang adekuat.

c. Pemakaian rekam medic

Penelitian yang memerlukan catatan/ rekam medik maka


harus seizin oleh pihak terkait seperti pimpinan rumah sakit.
(zulfa. 2014. Pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan)

17
3. Etika moral dan nilai dalam praktik kebidanan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala


bidang berpengaruh terhadap meningkatnnya kritis masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kebidanan. Menjadi tantangan bagi bidan
untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme dalam
memberikan pelayanan berkualitas.
Sikap etis profesional bidan akan mewarnai dalam
mengambil keputusan dalam meresponsituasi yang muncul
dalam asuhan. Pemahaman antara etika dan moral menjadi
fundamental dan sangat penting dalam memberikan asuhan
kebidanan dengan senantiasa menghormati nilai-nilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis
tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang
berhubungan dengan perilaku. Etika berfokus pada prinsip dan
konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam
kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang dianut.
Klarifikasi nilai merupakan suatu proses dimana
sesorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang melekat pada
diri sendiri yang merupakan proses yang memungkinkan
seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui
perasaan dan analis yang dipilihnya dan muncul alternatif-
alternatif, apakah pilihan ni sudah dianalisis secara rasional atau
merupakan hasil dari suatu kondisi yang sebelumnya. Ada tiga
fase dalam klarifikasi nilai yang perlu dipahami oleh bidan
1. Pilihan
a. Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai
keunikan setiap individu

18
b. Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada, asuhan
yang diberikan bukan hanya karena martabat
seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang
diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita
diperlakukan
c. Keyakinan bahwa penghormatan akan martabat
seseorang merupakan konsekuensi terbaik bagi
semua masyarakat
2. Penghargaan
a. Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya
sendiri (apabila mengetahui asuhan yang anda
berikan dihaargai pasien serta klien sejawat atau
superior memberi pujian atas keterampilan
hubungan interpersonal yang terjadi)
b. Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada
seseorang yang tidak memperhatikan martabat
manusia sebagaimana mestinya.
3. Tindakan
a. Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan
atau pekerjaan sehari-hari
b. Upayakan selalu konsisten untuk mempertahankan
martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan
profesional sehingga timbl rasa sensitif atau
tindakan yang dilakukan. Semakin disadari nilai-
nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai
moral yang dilakukan serta selalu konsisten untuk
mempertahankannya. (Marimbi, Hanum.2008. Etika
dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia
Press. Jogjakarta).

19
3.2 Hak dan Kewaajiban Bidan
Dalam pelayanan kebidanan, dijumpai adanya hubungan dua pihak, yaitu
pihak bidan memberikan pelayanan dan pihak penerima pelayanan
kebidanan yaitu pasien. Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan
mempunyai hak dan kewajiban.
3.2.1 Hak Bidan
1. Hak Bidan Juga Terdapat Pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017, Bab III
Penyelenggaraan Keprofesian, bagian keempat kewajiban dan
hak.
Pasal 29
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki
hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
pelayanannya sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien
dan/atau keluarganya;
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan; dan
d. Menerima imbalan jasa profesi.
2. Hak Bidan Juga Terdapat Pada Undang—Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan pada Bab
VII Hak Dan Kewajiban, Bagian Kesatu yaitu Hak dan
Kewajiban Bidan.
Pasal 60
Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan
mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan
profesi, dan standar prosedur operasional;

20
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap
dari klien dan/ atau keluarganya;
c. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. Menerima imbalan jasa atas pelayanan kebidanan yang telah
diberikan;
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar; dan
f. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi.

3.2.2 Kewajiban Bidan


1. Kewajiban Bidan Juga Terdapat Pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Yaitu Terdapat Di Kode Etik
Bidan Indonesia.
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat.
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanankan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnyamendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai
yang dianut oleh klien.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan

21
masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
6) Setiap bidan senantiasa mencipakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya.
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan
paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai
dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keuarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan
sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan
termasuk mengadakan konsultasi dan rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan
yang didapat atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila
diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien.
c. Kewajibab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap biddan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya.
1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian
yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.

22
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri.
1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan
penampilan diri.
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan
tanah air.
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan
reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan keluarga.
2) Setiap bidan memulai profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
2. Kewajiban Bidan Juga Terdapat Pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017, Bab III
Penyelenggaraan Keprofesian, bagian keempat kewajiban dan
hak.
a. Pasal 28
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan
berkewajiban untuk:
1) Menghormati hak pasien;

23
2) Memberikan informasi tentang masalah
kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;
3) Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak
dapat ditangani dengan tepat waktu;
4) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
5) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan;
6) Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan
pelayanan lainnya yang diberikan secara sistematis;
7) Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional;
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan
praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan
kematian;

3. Kewajiban Bidan Juga Terdapat Pada Undang—Undang


Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
pada Bab VII Hak Dan Kewajiban, Bagian Kesatu yaitu Hak
dan Kewajiban Bidan.
Pasal 61
Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berkewajiban:
a. Memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan
kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar
profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur
operasional;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap
mengenai tindakan Kebidanan kepada Klien dan/ atau
keluarganya sesuai kewenangannya;
c. Memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas
tindakan yang akan diberikan;
d. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
e. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesuai
dengan standar;
f. Menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;

24
g. Menghormati hak Klien;
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter
sesuai dengan Kompetensi Bidan;
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat;
j. Meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
k. Mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau
keterampilannya melalui pendidikan dan/ atau pelatihan;
l. Melakukan pertolongan gawat darurat.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Etika dalam pelayanan kebidanan yaitu dalam memberikan asuhan
atau sebagai konselor yaitu adanya minat untuk menlong orang lain, mampu
untuk empati, mampu untuk menjadi pendengarr yang baik dan aktif,
mempunyai daya pengamatan yang tajam, terbuka terhadap pendapat orang
lain, mampu mengenali hambatan psikologis, social dan budaya, menciptakan
suasana dan hubungan saling percaya, mengenali permasalahan yang dihadapi
oleh klien, memberikan penjelasan disertai alat bantu, membantu pasien
memntukan pilihan.
Hak dan kewajiban bidan yaitu sesaui dengan KMK RI No.369 tahun
2007 atau PMK No.28 tahun 2017 atau yang terbaru sesuai dengan Undang-
Undang No.4 tahun 2019 tentan kebidanan.

4.2 Saran
Kami berharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada
kesalahan atau kekeliruan, baik dari kata-kata atau penyusunan dalam
pembuatan makalah ini agar memberikan kritik dan saran yang dapat
membangun penyusun menjadi lebih baik dalam penulisan makalah
selanjutnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Jogjakarta:
Mitra Cendikia Press.
Simbala, Semy. 2013. Makalah Sumber Etika Profesi Bidan dalam Pelayanan
Kebidanan.
Zulfa. 2014. Pelaksanaan Etika Dalam Pelayanan Kebidanan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369 Tahun 2007
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 28 Tahun 1017
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan

27

Anda mungkin juga menyukai