Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN TUTORIAL WEEKTHEME 3

FISTULA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah blok Prenatal Care (PNC)
Dosen : Yusrima Syamsina Wardani SST,. M. KM.

Disusun oleh:
Adella Fitriani 130104180012
Juliza Shinta R S 130104180014
Sasvia Izza Khaerunisa 130104180017
Shiva Muaebah 130104180018
Laila Azzahro Purnomo 130104180021
Sheima Aqila 130104180027
Intan Khairunnisa 130104180028
Salma Awalia N 130104180029
Alyvia Choirunnisa 130104180030

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Fistula.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segera saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Fistula ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jatinangor, 5 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
3.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3

3.2 Target Learning Objektif ............................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................... 5
ANALISIS KASUS BERDASARKAN HASIL TUTORIAL ............................ 5
2.1 Kasus ............................................................................................................. 5

2.2 Tabel Analisis Kasus ..................................................................................... 6

BAB III ................................................................................................................... 8


PEMBAHASAN .................................................................................................... 8
3.1 Anatomi Genitalia .................................................................................... 8

3.2 Perubahan Fisiologi dan Psikologi ......................................................... 16

3.3 Infeksi Nifas daerah Genitalia ................................................................ 19

3.4 Fistula daerah Genitalia .......................................................................... 32

3.5 Tanda Bahaya, Deteksi Dini, Komplikasi pada Masa Nifas 29-42 Hari 33

3.6 Asuhan Kebidanan 29-42 Hari, Wewenang dan Penanganan ................ 40

3.7 Konseling Nifas 29-49 Hari.................................................................... 42

3.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 29-42 Hari .................................................. 45

BAB IV ................................................................................................................. 51
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 51
4.1 Simpulan ...................................................................................................... 51

4.2 Saran ............................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52


KONSEP MAP ......................................................... Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang


Fistula genitalia banyak ditemukan di negara berkembang sebagai akibat
persalinan yang lama maupun penanganan yang kurang baik, baik dari sterilitas
maupun penolong. Dinegara maju kasus ini terbanyak disebabkan oleh tindakan
operasi histerektomi maupun secara abdominal (Sarwono, 2009)

Fistula genitalia ini merupakan kasus yang tidak seorangpun membayangkan


akan terjadi pada penderitanya. Penderitaan pasien, bukan hanya difisik saja tetapi
berupa mudah mengalami ISK,infeksi, dan penyakit lainnya namun memiliki
dampak psikososial yang dirasakan lebih menyakitkan. Penderita merasa terisolasi
dari pergaulan, keluarga dan lingkungannya oleh karena senantiasa mengeluarkan
bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami meninggalkan nya dengan
alasan karena tidak terpenuhinya kebutuhan biologis dengan wajarnya (Sarwono,
2009)

Kasus ini seringkali dialami oleh para wanita dari kalangan sosio ekonomi
yang rendah dimana pada saat kehamilan dan persalinan tidak mendapat
pelayanan yang mamadai sehingga berlangsung lama dan terjebak pada persalinan
kasip, dan tak jarang terjadi pula pada kasus infeksi, luka sayatan episiotomy,
rupture perineum yang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan
komplikasi yang lebih serius.

Angka kejadian pasti di Indonesia sulit didapatkan oleh karena banyak


laporan hanya menggambarkan kejadian penderita yang datang ke rumah sakit.
WHO (1991) melaporkan angka kejadian di Afrika 55-80 per 100.000 kelahiran
hidup. Di Ethopia 90% disebabkan oleh persalinan kasip.

3
3.2 Target Learning Objektif
1) Anatomi Genitalia
2) Perubahan Fisiologi dan Psikologi
3) Infeksi Nifas daerah Genitalia
4) Fistula daerah Genitalia
5) Tanda Bahaya, Deteksi Dini, Komplikasi pada Masa Nifas 29-42 Hari
6) Asuhan Kebidanan 29-42 Hari, Wewenang dan Penanganan
7) Konseling Nifas 29-49 Hari
8) Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 29-42 Hari

4
BAB II

ANALISIS KASUS BERDASARKAN HASIL TUTORIAL

2.1 Kasus
Kasus 1 :

Ny. Hasari usia 30 tahun datang Bersama suami ke puskesmas saying


untuk memeriksakan kondisinya. Setelah 30 hari melahirkan anak ketiga. Ibu
mengatakan memiliki riwayat keguguran 1 kali pada tahun 2018. Ketiga anaknya
lahir di rumah dengan penolong paraji. Saat ini ibu merasa cemas, mengeluh
badan demam sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dan bau di bagian kemaluan. Pada
pembalut terlihat warna kekuningan dengan bau seperti tinja

Kasus 2 :

Hasil pemeriksaan bidan;

Keadaan umum tampak cemas, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi


98x/menit, respirasi 28x/menit, suhu 38,6, wajah dan konjungtiva terlihat pucat,
payudara dalam batas normal, ASI +/+, ibu masih menyusui aktif, TFU tidak
teraba, diastasis rekti 2 jari, perineum terdapat luka robekan derajat 3 yang tidak
dijahit dan terlihat merah, terdapat fistula, dan tercium bau yang menyengat.

Tindakan yang dilakukan bidan yaitu vulva hygiene, memberikan 1 tablet


amoxilin 500mg dan paracetamol 500 mg, serta menyiapkan rujukan ke rumah
sakit. Tindakan di rumah sakit, Ny. Hasari dilakukan penjahitan dan dirawat
selama 3 hari.

Kasus 3 :

Satu minggu kemudian, ibu kontrol ke puskesmas dan hasil pemeriksaan dalam
keadaan baik, serta bidan memberikan konseling mengenai kontrasepsi dan
kesehatan reproduksi

5
2.2 Tabel Analisis Kasus

Problem Hipotesis Mekanisme More Info WDK LI


 Ibu merasa P3A1  Ada  Kapan boleh  Anatomi
cemas Postpartum Robekan hamil kembali Genitalia
 Demam 2 30 hari jalan lahir setelah  Perubahan
hari yang dengan atau keguguran Fisiologi dan
lalu Fistula tidak?jika  Faktor Psikologi
 Nyeri dan ada derajat penyebab  Infeksi Nifas
bau pada berapa? infeksi daerah
vulva  TTV  Cara Genitalia
 Cairan  Nyeri, bau, penyebaran  Fistula daerah
kuning warna infeksi Genitalia
yang kekuninga  Klasifikasi  Tanda Bahaya,
berbau n berapa infeksi nifas Deteksi Dini,
tinja pada lama?  Cara Komplikasi
pembalut  Riwayat mendeteksi pada Masa
 Riwayat nifas yang tanda bahaya Nifas 29-42
keguguran lalu? Hari
1x  Ada  Asuhan
 Persalinan bengkak Kebidanan 29-
dengan didaerah 42 Hari,
paraji vagina? Wewenang dan
 Robekan  Personal Penanganan
jalan lahir hiygiene?  Konseling
derajat III  Pola Nifas 29-49
 Suhu 38.6 eliminasi? Hari
 Wajah dan  Pola  Kebutuhan
konjungtiv nutrisi? Dasar Ibu Nifas
a pucat  Penangan 29-42 Hari
terhadap

6
 Terdapat luka yang
fistula sudah
dilakukan
ibu/

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anatomi Genitalia

Organ genital internal membentuk jalur (saluran genital). Jalur ini terdiri dari:

1. Vagina (bagian dari jalan lahir), tempat sperma disimpan dan dari mana
bayi bisa muncul.
2. Rahim, tempat embrio bisa berkembang menjadi janin.
3. Saluran telur (saluran telur), tempat sperma dapat membuahi sel telur.
4. Ovarium, yang menghasilkan dan melepaskan telur.

 Vagina

Vagina adalah organ seperti tabung, berotot tetapi elastis sekitar 4 sampai
5 inci panjang pada wanita dewasa. Ini menghubungkan organ genital
eksternal dengan uterus. Vagina adalah organ hubungan seksual pada
wanita. Penis dimasukkan ke dalamnya. Ini adalah jalan bagi sperma
menuju sel telur dan untuk pendarahan menstruasi atau bayi ke
luar.Biasanya, tidak ada ruang di dalam vagina kecuali terbuka lebar -
misalnya, selama pemeriksaan, hubungan seksual, atau melahirkan.
Sepertiga bagian bawah vagina dikelilingi oleh otot-otot elastis yang

8
mengontrol diameter pembukaannya. Otot-otot ini berkontraksi secara
ritmis dan tidak sadar selama orgasme.Vagina dilapisi dengan selaput
lendir, dijaga tetap lembab oleh cairan yang diproduksi oleh sel-sel pada
permukaannya dan oleh sekresi dari kelenjar di leher rahim (bagian bawah
rahim). Sejumlah kecil cairan ini dapat mengalir ke luar sebagai keputihan
yang jernih atau berwarna putih susu, yang normal. Selama masa
reproduksi wanita, lapisan vagina memiliki lipatan dan kerutan. Sebelum
pubertas dan setelah menopause, lapisannya halus.

 Rahim

Rahim adalah organ berdinding tebal, berotot, berbentuk buah pir yang
terletak di tengah panggul, di belakang kandung kemih, dan di depan
rektum. Rahim berlabuh pada posisi oleh beberapa ligamen. Fungsi utama
uterus adalah mempertahankan janin yang sedang berkembang.

Rahim terdiri dari yang berikut:

 Leher rahim
 Tubuh utama (corpus )
 Serviks

Serviks adalah bagian bawah rahim, yang menjorok ke bagian atas vagina.
Itu bisa dilihat saat pemeriksaan panggul. Seperti halnya vagina, serviks
dilapisi dengan selaput lendir, tetapi selaput lendir serviks halus.

Sperma dapat masuk dan darah menstruasi dapat keluar dari rahim melalui
saluran di serviks (saluran serviks). Kanalis servikalis biasanya sempit,
tetapi selama persalinan, kanal melebar untuk membiarkan bayi lewat.
Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik terhadap bakteri,
kecuali sekitar waktu sel telur dilepaskan oleh ovarium (ovulasi), selama
periode menstruasi, atau selama persalinan. Bakteri yang menyebabkan
penyakit menular seksual dapat memasuki rahim melalui leher rahim
selama hubungan seksual.

9
Saluran melalui serviks dilapisi dengan kelenjar yang mengeluarkan
lendir. Lendir ini tebal dan tidak bisa ditembus sperma sampai sebelum
ovulasi. Saat ovulasi, lendir menjadi jernih dan elastis (karena kadar
hormon estrogen meningkat). Akibatnya, sperma bisa berenang melalui
lendir ke dalam rahim ke saluran tuba, tempat pembuahan dapat terjadi.
Pada saat ini, kelenjar yang mengeluarkan lendir serviks dapat menyimpan
sperma hidup hingga sekitar 5 hari, tetapi kadang-kadang sedikit lebih
lama. Sperma ini nantinya dapat bergerak naik melalui korpus dan ke
saluran tuba untuk membuahi sel telur. Hampir semua kehamilan
dihasilkan dari hubungan seksual yang terjadi selama 3 hari sebelum
ovulasi. Namun, kehamilan terkadang merupakan hasil dari hubungan
seksual yang terjadi hingga 6 hari sebelum ovulasi atau selama 3 hari
setelah ovulasi. Bagi sebagian wanita, waktu antara periode menstruasi
dan ovulasi bervariasi dari bulan ke bulan. Akibatnya, kehamilan dapat
terjadi pada waktu yang berbeda selama asiklus menstruasi .

corpus rahim, yang sangat berotot, dapat meregang untuk mengakomodasi


pertumbuhan janin. Dinding ototnya berkontraksi selama persalinan untuk
mendorong bayi keluar melalui leher rahim dan vagina. Selama tahun-
tahun reproduksi, korpus dua kali lebih panjang dari serviks. Setelah
menopause, kebalikannya benar.Sebagai bagian dari siklus reproduksi
wanita (yang biasanya berlangsung sekitar satu bulan), lapisan corpus
(endometrium) mengental. Jika wanita itu tidak hamil selama siklus itu,
sebagian besar endometrium adalah gudang dan terjadi perdarahan, yang
mengakibatkan periode menstruasi.

 Tuba Falopi
Kedua tuba falopii, yang panjangnya sekitar 4 hingga 5 inci (sekitar 10
hingga 13 sentimeter), membentang dari tepi atas rahim menuju ovarium.
Tabung tidak langsung terhubung dengan ovarium. Sebagai gantinya,
ujung setiap tabung menyala menjadi bentuk corong dengan ekstensi
seperti jari (fimbriae). Ketika telur dilepaskan dari ovarium, fimbria
memandu telur ke dalam saluran tuba fallopi yang relatif besar. Saluran

10
tuba dilapisi dengan proyeksi kecil seperti rambut (silia). Silia dan otot-
otot di dinding tabung mendorong telur ke bawah melalui tabung ke rahim.
Tuba fallopi adalah tempat pembuahan sel telur oleh sperma.

 Ovarium
Ovarium biasanya berwarna mutiara, lonjong, dan seukuran kenari.
Mereka melekat pada rahim oleh ligamen. Selain memproduksi hormon
seks wanita ( estrogen dan progesteron ) dan hormon seks pria, indung
telur memproduksi dan melepaskan sel telur. Sel telur yang berkembang
(oosit) terkandung dalam rongga berisi cairan (folikel) di dinding ovarium.
Setiap folikel mengandung satu oosit.

Organ genital eksternal meliputi mons pubis, labia majora, labia minora,
kelenjar Bartholin, dan klitoris. Area yang mengandung organ-organ ini
disebut vulva.

Organ genital eksternal memiliki tiga fungsi utama:

 Memungkinkan sperma masuk ke dalam tubuh


 Melindungi organ genital internal dari organisme menular
 Memberikan kenikmatan seksual

11
1. Mons Pubis
The mons pubis adalah gundukan bulat jaringan lemak yang meliputi
tulang kemaluan. Selama masa pubertas , rambut menjadi tertutup.
Mons pubis mengandung kelenjar yang mensekresi minyak
(sebaceous) yang melepaskan zat yang terlibat dalam ketertarikan
seksual (feromon).
2. Labia Mayora
The labia mayora (harfiah, bibir besar) yang relatif besar, lipatan
berdaging jaringan yang melampirkan dan melindungi organ kelamin
eksternal lainnya. Mereka sebanding dengan skrotum pada pria. Labia
majora mengandung keringat dan kelenjar sebaceous, yang
menghasilkan sekresi pelumas. Saat pubertas, rambut muncul di labia
majora.
3. Labia Minora
The labia minora (harfiah, bibir kecil) bisa sangat kecil atau hingga 2
inci lebar. Labia minora terletak tepat di dalam labia majora dan
mengelilingi lubang ke vagina dan uretra. Pasokan pembuluh darah
yang kaya memberi labia minora warna merah muda. Selama stimulasi
seksual, pembuluh darah ini menjadi membesar dengan darah,
menyebabkan labia minora membengkak dan menjadi lebih sensitif
terhadap stimulasi.
Area antara pembukaan vagina dan anus, di bawah labia majora,
disebut perineum. Panjangnya bervariasi dari hampir 1 hingga lebih
dari 2 inci (2 hingga 5 sentimeter).

Labia majora dan perineum ditutupi dengan kulit yang mirip dengan
yang ada di seluruh tubuh. Sebaliknya, labia minora dilapisi dengan
selaput lendir, yang permukaannya dibasahi oleh cairan yang
dikeluarkan oleh sel-sel khusus.
Bukaan ke vagina disebut introitus. Pembukaan vagina adalah jalan
masuk untuk penis selama hubungan seksual dan jalan keluar untuk
darah selama menstruasi dan untuk bayi selama kelahiran.

12
4. Kelenjar Bartolini
Saat distimulasi, kelenjar Bartholin (terletak di samping lubang
vagina) mengeluarkan cairan kental yang memasok pelumas untuk
hubungan seksual.
Bukaan ke uretra, yang membawa urin dari kandung kemih ke luar,
terletak di atas dan di depan lubang vagina.
5. Klitoris
Klitoris, terletak antara labia minora di ujung atas mereka, adalah
tonjolan kecil yang sesuai dengan penis pada pria. Klitoris, seperti
penis, sangat sensitif terhadap rangsangan seksual dan dapat menjadi
ereksi. Merangsang klitoris dapat menghasilkan orgasme.

Robekan Jalan Lahir

Robekan saat lahir (Vaginal tears in childbirth) juga disebut laserasi


perineum , terjadi ketika kepala bayi keluar melalui lubang vagina dan
terlalu besar untuk diregangkan oleh vagina atau kepala ukuran
normal tetapi vagina tidak mudah teregang. Robekan ini relatif umum.
Robekan yang hanya melibatkan kulit di sekitar vagina biasanya
sembuh sendiri dalam beberapa minggu. Beberapa air mata lebih luas
dan membutuhkan perawatan.

13
1) Robekan derajat 1

Robekan tingkat pertama adalah robekan yang melibatkan


mukosa vagina,fourchette posterior, dan kulit perinium. Yang
mengalami akan merasakan sakit ringan atau menyengat saat
buang air kecil. Robekan ini mungkin atau mungkin tidak
memerlukan jahitan dan biasanya sembuh dalam beberapa
minggu.
2) Robekan derajat 2

Robekan derajat kedua melibatkan kulit dan otot perineum dan


mungkin meluas ke dalam vagina. Robekan derajat kedua
biasanya membutuhkan jahitan dan sembuh dalam beberapa
minggu.
3) Robekan derajat 3

14
Robekan derajat ketiga meluas ke otot yang mengelilingi anus
(anal sphincter). Robekan ini kadang-kadang membutuhkan
perbaikan dengan anestesi di ruang operasi bukan ruang
bersalin dan mungkin membutuhkan waktu lebih dari beberapa
minggu untuk sembuh.Komplikasi seperti kebocoran tinja
(fecal incontinence) dan hubungan seksual yang menyakitkan
adalah mungkin.
• 3a. < 50 % ketebalan sfingter ani
• 3b. > 50 % ketebalan sfingter ani
• 3c. hingga sfingter interna
4) Robekan derajat 4

Robekan derajat adalah yang paling parah. Mereka meluas


melalui sfingter anal dan ke dalam selaput lendir yang melapisi
rektum (mukosa dubur). Robekan derajat empat biasanya
membutuhkan perbaikan dengan anestesi di ruang operasi
bukan ruang bersalin dan kadang-kadang membutuhkan
perbaikan yang lebih khusus. Penyembuhan juga mungkin
memakan waktu lebih lama dari beberapa minggu.Komplikasi
seperti inkontinensia fekal dan hubungan seksual yang
menyakitkan adalah mungkin.

15
3.2 Perubahan Fisiologi dan Psikologi ibu nifas 29-42 hari
a. Involusi

Setelah hari ke 10 biasanya uterus itu dari luar tidak teraba lagi.
Semuanya itu disebabkan karena pemberian darah di dalam dinding rahim
jauh berkurang, sehingga otot-otot menjadi kecil. Selain endometrium.

Sehabis nifas terjadi pula perubahan di endometrium. Endometrium ini


merupakan suatu luka besar, terutama pada lapisan desidua, dibekas tempat
plasenta sisa-sisa desidua ini menjadi mati, sehingga terdapat suatu batas
antara desidua yang sehat dengan desidua yang nekrosis.

b. Perubahan sistem endokrin

Hipolamik-pituitary-ovarium mempengaruhi seluruh wanita,


menstruasi pertama sering menurut siklus anovulasi atau siklus yang diasosi
asikan dengan ketidak cukupan fungsi korpus luteum. Diantara wanita
laktasi 15% memperolehmenstruasi setelah 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu.

Hormone pituitary antara lain: hormone prolaktin, FSH dan LH.


Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyu
sui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin berperan daalm
pembesaran payudara untul merangsang produksi susu. FSH dan LH
meningkatkan pada fase konsentrasi follikuler pada minggu ke-3, dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Perubahan Tandan-tanda vital


 Nadi

Nadi dalam keadaan normal selam nifas kecuali karena pengaruh partus
lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. setiap denyut n
adi diatas 100x/menit selam masa nifas adalah abnormal dan
mengindikasikan pada infeksi hemoragic postpartum. Pada minggu ke-
6 sampai ke10 setelahmelahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil

16
 Suhu

Pasca melahirkan,suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akiat dari kerja keras sewaktu
melahirkan.
Hal ini diakibatkan ada pembentukanASI, kemungkinan payudara membeng
kak, maupun kemungkinan infeksi pada endomentrium, mastitis, traktus gen
etalis ataupun system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius
waspada terhadap infeksi postpartum.

 Tekanan darah

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
diastole 60-80mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.

 Pernapasan

Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24x/menit.Pada


ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal, hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila
pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.

d. Perubahan pada sistem kardiovaskuler

Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan


kadar estrogen, volumedarah kembali ke keadaan tidak hamil. jumlah sel dar
ah merah dan kadar haemoglobin kembali normal pada hari ke-
5.Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalin
an sc, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-
5minggu.

e. Perubahan sistem hematologi

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan


diasosiasikandengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke

17
37postpartumdanakan normal dalam 45minggu postpartum. Jumlah kehilan
gan darah selama masa persalinan ±200-500 ml, minggu pertama
postpartum ±500 ml dan sisa masa nifas berkisar 500 ml.

f. Perubahan sistem reproduksi


 Payudara

Periode postpartum atau masa setelah melahirkan akan membuat ukuran


payudara lebih besar. Tingkat hormon yang begitu tinggi pada periode
tersebut membuat jumlah ASI akan lebih banyak.

Pembengkakan payudara saat masa menyusui, kadang membuatnya jadi


merah dan sakit saat disentuh. Hal itu harus segera diatasi karena akan
menghambat proses pemberian ASI pada bayi.

 Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang


sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari perta
masesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur, vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas
membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara

18
perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nullipara. Setelah
minggu ketiga rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia jadi lebih menonjol. Dinding vagina akan kembali
setelah 6-8 minggu dan rugae akan timbul kembali kira-kira minggu ke-4

g. Perubahan pada psikologis ibu

Fase Letting Go merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran


barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan
bayinya.

Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan


akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:

• Fisik: Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

• Psikologi: Dukungan dari keluarga sangat diperlukan

• Sosial: Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian

• Psikososial.

Gangguan psikologis pada 29-42 hari masa nifas

Depresi postpartum dilami 20% ibu yang baru melahirkan, depresi dapat
digambarkansebagaiperasaansedih,galau,tak bahagia atau kehilangan seman
gat hidup. Biasanya gejala akan tampak pada satu bulan pertama setelah
melahirkan, bisa hingga bayi berumur satu tahun.

3.3 Infeksi Nifas daerah Genitalia


A. Definisi

19
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas,
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama.

B. Etiologi

Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ


kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii

 Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang

20
paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat
yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

 Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab


infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampak sehat.
 Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria


Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan
endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus
urinarius.

 Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi


sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis
dan persalinan ditolong dukun.

C. Tanda gejala

• INFEKSI LOKAL

21
 Warna kulit berubah

 Timbul nanah

 Bengkak pada luka

 Lokia bercampur nanah

 Mobilitas terbatas

 Suhu badan meningkat

• INFEKSI UMUM

 Sakit dan lemah,

 Suhu badan meningkat,

 Tekanan darah menurun,

 Nadi meningkat,

 Pernafasan meningkat

 Kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma,

 Gangguan involusi uteri,

 Lokia berbau, bernanah dan kotor.

A. Mastitis

22
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi, jaringan dalam
payudara terinfeksi oleh bakteri. Akibatnya, payudara akan membengkak dan
terasa nyeri. Selain itu, payudara akan berubah warna menjadi kemerahan dan
terasa hangat1.

A. Tanda gejala

1. Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC

2. Nyeri atau ngilu seluruh tubuh

3. Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat


nyeri.

4. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak


menyusu karena ASI terasa asin.

5. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

B. Pencegahan

1. Banyak berisitirahat.

2. Minum banyak cairan, untuk melawan infeksi bakteri.

3. Jangan mengenakan bra yang terlalu ketat.

4. Mengompres payudara yang sakit dengan menggunakan kain hangat.

5. Menggunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.

6. Memastikan payudara Anda mengeluarkan semua ASI ketika menyusui.

23
7. Ketika menyusu, pastikan bayi Anda dalam posisi yang benar, untuk
menghindari risiko puting lecet

C. Penyebab

1. Puting Lecet yang mengakibatkan bakteri masuk

2. Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung bakteri atau dari
mulut bayi yang sedang Anda susui.

3. Penggunaan bra yang terlalu ketat

B. Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah balik (vena), yang


memicu terbentuknya gumpalan darah pada satu vena atau lebih. Umumnya
tromboflebitis terjadi pada vena di tungkai. Meski demikian, tidak tertutup
kemungkinan kondisi ini menyerang vena pada lengan. Tromboflebitis bisa
terjadi pada vena di bawah permukaan kulit, maupun di bagian yang lebih
dalam. Tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit
disebut superficial thrombophlebitis, sedangkan tromboflebitis yang terjadi
pada vena di bagian yang lebih dalam disebut trombosis vena dalam
atau deep vein thrombosis (DVT). DVT lebih berbahaya
dibanding superficial thrombophlebitis, karena gumpalan darah bisa masuk
ke aliran darah menuju ke pembuluh darah arteri di paru-paru dan
menghambat aliran darah. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kematian2.

C. Tanda gejala

Tromboflebitis ditandai dengan pembengkakan dan rasa sakit pada bagian


yang mengalami peradangan. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain seperti
kulit di atas vena yang terserang mengeras dan berwarna lebih gelap, serta
kulit sekitar vena teraba hangat dan semakin nyeri bila ditekan.

24
D. Penyebab

Tromboflebitis disebabkan oleh terbentuknya gumpalan darah di dalam vena


yang menimbulkan peradangan. Gumpalan darah ini dapat terjadi akibat
beberapa hal, seperti:

 Gangguan pembekuan darah yang diturunkan, misalnya defisiensi protein


C.
 Cedera pada vena akibat pemasangan kateter pembuluh darah atau alat
pacu jantung.
 Seseorang yang tidak bergerak dalam waktu lama, misalnya duduk di
mobil atau pesawat dalam perjalanan panjang, serta terlalu lama berbaring
karena menderita sakit (misalnya stroke).

E. Faktor resiko

Risiko tromboflebitis pada seseorang bisa meningkat, bila terdapat beberapa


faktor berikut:

 Usia. Individu di atas usia 60 tahun memiliki risiko tromboflebitis yang


lebih tinggi.
 Perubahan hormon, misalnya karena menjalani terapi penggantian hormon
atau konsumsi pil KB.
 Riwayat penyakit, misalnya pernah menderita tromboflebitis sebelumnya
atau memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan pembekuan
darah.
 Kanker. Beberapa jenis kanker dapat meningkatkan kadar protein tubuh
yang memicu penggumpalan darah.
 Dehidrasi. Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit dan membuat darah lebih mengental, sehingga meningkatkan
risiko terjadinya pembekuan darah.

25
 Merokok. Merokok dapat merusak lapisan pembuluh darah, yang
kemudian memicu terbentuknya gumpalan darah.
 Kehamilan. Ibu hamil berisiko mengalami tromboflebitis selama hamil
atau setelah melahirkan.
 Obesitas, atau berat badan berlebih.

Diagnosis Tromboflebitis

Di samping menanyakan gejala serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga,


dokter juga akan melakukan pemeriksaan kondisi kulit dan menyarankan
serangkaian pemeriksaan yang lebih mendetail. Pemeriksaan yang dapat
disarankan meliputi tes darah, USG, atau CT scan.

Pemeriksaan lanjutan tersebut bertujuan untuk memastikan diagnosis, sekaligus


memeriksa apakah pasien menderita tromboflebitis atau DVT.

Pengobatan Tromboflebitis

Penanganan tromboflebitis tergantung kepada jenis serta tingkat keparahan


yang dialami oleh pasien. Untuk tromboflebitis yang terjadi di bawah
permukaan kulit, penanganan bisa dilakukan di rumah dengan langkah-langkah
sederhana, seperti mengompres area yang sakit dengan air hangat, meletakkan
tungkai yang sakit pada posisi lebih tinggi saat sedang tidur atau duduk, dan
mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).

Bila diperlukan, dokter juga bisa merekomendasikan beberapa metode


pengobatan sebagai berikut:

 Penggunaan stoking khusus (kompresi) untuk mengurangi pembengkakan


dan risiko komplikasi.
 Pemberian obat pengencer darah atau antikoagulan, seperti heparin atau
warfarin, untuk mencegah gumpalan darah semakin membesar.
 Pemberian obat penghancur gumpalan darah atau trombolisis.
 Pemasangan filter atau saringan pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi
obat pengencer darah. Saringan akan dipasang pada pembuluh darah balik

26
utama (vena cava) di perut, untuk mencegah gumpalan darah menyumbat
pembuluh darah arteri di paru-paru (emboli paru).
 Bedah untuk membuang vena yang melebar dan tidak beraturan (varises)
yang menimbulkan nyeri dan membuat tromboflebitis berulang.

F. Komplikasi

Meskipun jarang, sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat


tromboflebitis meliputi:

 Emboli paru atau gumpalan darah pada pembuluh darah arteri di paru-
paru.
 Post thrombotic syndrome (PTS). Kondisi ini muncul beberapa bulan atau
tahun setelah pasien terserang tromboflebitis. Ditandai dengan rasa sakit
yang parah disertai bengkak dan rasa berat pada tungkai yang terserang.

C. Endometritis

a. Definisi dan Klasifikasi

Endometritis adalah infeksi dan gangguan inflamasi endometrium. Secara


histopatologis, endometritis dibagi menjadi dua kategori.

Salah satunya adalah endometritis akut, yaitu ditandai dengan


pembentukan microabses dan invasi neutrofil di epitel superfisial
endometrium, lumina kelenjar, dan rongga rahim. Hasil uji coba terkontrol
secara acak, telah menunjukkan bahwa endometritis akut tidak terkait dengan
penurunan peluang kehamilan atau infertilitas tinggi.

Lalu yang berikutnya adalah endometritis kronis atau cronic endometritis


(CE), fitur histopatologis yang edematosa superfisial endometrium
perubahan, kepadatan sel stroma tinggi, pematangan terdisosiasi antara epitel
dan stroma, dan infiltrasi plasmacytes stroma endometrium atau endometrial
stromal plasmacytes (ESPCs). (1)

b. Tanda dan Gejala

27
Gejala dari endometritis dapat ditandai dengan adanya demam, nyeri
panggul, dan keputihan, gejala halus dan tidak jelas (ketidaknyamanan pelvis,
bercak, dan keputihan).

Selain itu pada endometritis juga dapat menunjukan tanda gejala :

1. Peningkatan demam hingga 40°C tergantung keparahan infeksi


2. Takikardia
3. Menggigil dengan infeksi berat
4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6. Sub-involusi
7. Lochia sedikit (2)

c. Penyebab

Penyebab utama dari endometritis adalah mikroba yang menginfeksi di


rongga rahim. Hal ini didukung juga oleh fakta bahwa beberapa terapi
antibiotik efektif untuk menghilangkan ESPC pada pasien yang terkena
mikroba penyebab endometritis. Mikroorganisme yang sering terdeteksi
dalam endometrium adalah bakteri yang umum (streptococcus sp, escherichia
coli, enterococcus faecalis, dan staphylococcus sp), mycoplasma /
ureaplasma sp (Mycoplasma genitalium, Mycoplasma hominis, dan
Ureaplasma urealyticum), proteus sp, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa, Gardnerella vaginalis, Corynebacterium, dan ragi
(Saccharomyces cerevisiae dan candida sp). Di beberapa negara berkembang,
Mycobacterium tuberculosis adalah mikroorganisme penyebabnya
endometritis granulomatosa kronis, subtipe CE ditandai dengan granuloma
kaseosa yang kurang berkembang dan infiltrat limfosit di sekitarnya termasuk
ESPC. (1)

d. Penanganan

Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan keefektifan pengobatan oral


antibiotik untuk mengobati endometritis. Beberapa penelitian melaporkan

28
bahwa beberapa progestogen (seperti megestrol asetat) dapat menjadi pilihan
pengobatan lain, namun sayangnya data tidak cukup untuk menunjukkan
efektivitas dan keamanannya.

Berdasarkan pada cakupan spektrum antibakteri yang luas dari bakteri


biasa ke mikoplasma, doksisiklin memiliki telah digunakan sebagai
pengobatan. Johnston-MacAnanny et al. meresepkan doksisiklin oral (200 mg
per hari untuk 14 hari) pada pasien endometritis dengan riwayat RIF, yang
menghasilkan dalam pembersihan CD138 (þ) ESPC di 70% (7/10) dari
spesimen biopsi endometrium kedua pada wanita ini. Perawatan tambahan
dengan kombinasi ciprofloxacin dan metronidazole (500 mg setiap hari
selama 14 hari) efektif untuk menghilangkan ESPC pada tiga pasien yang
tersisa yang resistan terhadap doksisiklin (8). Lalu dengan menggunakan
rejimen antibiotik yang sama, diteliti efektivitas dalam kelompok yang lebih
besar pasien CE dengan riwayat RIF. Doksisiklin oral (200 mg per hari
selama 14 hari) saja memberantas CD138 (þ) ESPC pada 92,3% (108/117)
pasien CE dan menurunkan tingkat deteksi beberapa mikroorganisme patogen
termasuk corynebacterium, enterococcus, E. coli, Streptococcus agalactiae,
U. urealyticum, dan Ureaplasma parvum di endometrium wanita-wanita ini,
sambil meningkatkan tingkat deteksi dari lactobacillus sp. Selain itu, tingkat
kesembuhan keseluruhan CE adalah 99,1% (116/117 pasien) setelah
pengobatan lini kedua dengan metronidazole (500 mg per hari selama 14 hari)
/ ciprofloxacin (400 mg per hari selama 14 hari) untuk pasien yang resisten
terhadap doksisiklin.

Menurut hasil pemeriksaan mikroba endometrium, Cicinelli et al.


mengklasifikasikan rejimen antibiotik untuk perawatan wanita CE dengan
riwayat RIF. Ciprofloxacin (1.000 mg per hari selama 10 hari) paling banyak
digunakan pasien yang positif untuk bakteri Gram-negatif, sedangkan
kombinasi amoksisilin / klavulanat (2 g per hari selama 8 hari) diberikan
kepada mereka yang memiliki bakteri Gram-positif. Para pasien dengan
spesies mikoplasma dan / atau ureaplasma diobati dengan josamycin (2 g per
hari selama 12 hari) bersama dengan minocycline (200 mg per hari selama 12

29
hari) sebagai rejimen lini kedua. Para pasien dengan endometrium negatif
pemeriksaan mikroba diberikan kombinasi ceftriaxone (250 mg, dosis
tunggal, injeksi IM), doksisiklin (200 mg per hari selama 14 hari), dan
metronidazole (1.000 mg per hari selama 14 hari). Dalam studi retrospektif
ini, 28% (17 /61) dari pasien mengatasi CE dengan kursus tunggal rejimen
antibiotik, sedangkan 23% (14/61) dan 25% (15/61) diperlukan kursus kedua
dan antibiotik ketiga pengobatan, masing-masing. 25% sisanya (15/61) adalah
tahan terhadap pengulangan tiga kali rejimen yang sama.

McQueen et al. wanita CE yang diobati infertil dengan riwayat RPL dini
dan / atau kematian janin. Kombinasi lini pertama ofloxacin (800 mg per hari
selama 14 hari) dan metronidazole (1.000 mg per hari selama 14 hari) efektif
untuk 73% (19/26) pasien. Semua dari sembilan pasien yang tersisa tahan
terhadap kombinasi ini disembuhkan dengan lini kedua rejimen menggunakan
doxycycline saja, doxycycline dan metronidazole, atau metronidazole dan
ciprofloxacin. Untuk wanita infertil dengan endometritis granulomatosa
kronis, kemoterapi antitubercular termasuk isoniazid (300 mg per hari),
rifampisin (450-600 mg per hari), etambutol (800–1.200 mg per hari), dan
pirazinamid (1.200–1.500 mg per hari) terbukti efektif. (1)

D. Infeksi Perinieum
a. Definisi dan Tanda Gejala

Infeksi luka perineum obstetrik adalah komplikasi dari trauma perineum


selama persalinan pervaginam. Infeksi luka disini dapat didefinisikan sebagai
adanya dua dari penanda beriku nyeri perineum, dehisensi luka (terbukanya
kembali luka operasi yang telah dijahit secara primer), atau keputihan purulen
vagina

b. Penyebab

Faktor-faktor risiko yang diketahui untuk infeksi luka perineum meliputi :

 Episiotomi garis tengah atau mediolateral

30
 Penggunaan catgut untuk menjahit robekan
 Pengalaman praktisi
 ketuban pecah dini dan berkepanjangan
 Beberapa pemeriksaan vagina
 Derajat robekan spontan
 Jenis persalinan (spontan atau instrumental)

c. Penanganan

 Mencari tanda-tanda infeksi


 Memberikan nasihat berkelanjutan tentang kebersihan perineum
 Pola makan yang baik
 Latihan otot dasar panggul.
 Untuk kelompok perempuan khusus, tenaga kesehatan harus memastikan
bahwa tindakan pencegahan untuk mengurangi infeksi luka seperti
memastikan lingkungan aseptik untuk semua persalinan pervaginam
 Harus ada rujukan segera ke dokter, triase rumah sakit atau klinik
perineum jika tanda-tanda infeksi luka terbukti.
 Penggunaan antibiotik profilaksis dan pembersihan vagina dengan
antiseptik untuk mencegah infeksi
 Pembersihan jalan lahir dengan antiseptik seperti chlorhexidine setelah
pemeriksaan vagina intrapartum juga disarankan untuk penggunaan rutin
untuk mengurangi infeksi postpartum ibu dan neonatal, namun belum
diterima secara universal. (3)

E. Vulvitis

Vulvitis adalah peradangan pada vulva, yang meliputi organ wanita luar
seperti labia, klitoris, dan pintu masuk ke vagina. (4)

Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi


atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah
lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. (5)

31
F. Vaginitis

Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum.
Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah dari daerah ulkus. (5)

3.4 Fistula daerah Genitalia

Fistula vagina adalah munculnya celah atau saluran abnormal yang


menghubungkan vagina dengan organ lain, seperti kandung kemih, usus besar,
atau rektum (bagian bawah usus besar yang dekat dengan anus). Hal ini bisa
membuat keluarnya urine dan tinja dari vagina.

Fistula vagina dapat terjadi akibat cedera, operasi, infeksi, terapi radiasi,
menderita penyakit peradangan usus, divertikulitis, atau ruptur perineum dan
infeksi pada episiotomi setelah melahirkan. Apa pun penyebabnya, fistula jenis ini
harus ditangani melalui operasi.

Fistula vagina ada beberapa jenis, yaitu:

32
• Fistula vesikovaginal. Fistula terbentuk antara vagina dengan kandung
kemih. Disebut juga fistula kandung kemih.

• Fistula ureterovaginal. Fistula terbentuk antara vagina dengan ureter


(saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih).

• Fistula uretrovaginal. Fistula terbentuk antara vagina dengan uretra


(saluran kemih). Nama lainnya adalah fistula uretra.

• Fistula rektovagina. Fistula terbentuk antara vagina dengan rektum.

• Fistula kolovaginal. Fistula terbentuk antara vagina dengan usus besar.

• Fistula enterovaginal. Fistula terbentuk antara usus halus dengan vagina.

Tanda Gejala dan cara mendeteksi :

• Cairan vagina berbau busuk

• Iritasi daerah vulvovaginal

• Dispareunia

• Nyeri dalam vagina

• Nyeri pada vulva (vulvodinia)

• Mengeluarkan gas, tinja, atau nanah dari vagina

3.5 Tanda Bahaya, Deteksi Dini, Komplikasi pada Masa Nifas 29-42 Hari

Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal


yang mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi
selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bias
menyebabkan kematian ibu (Prawirohardjo ,2009).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :

1. Perdarahan Post Partum.

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam

33
masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2009). Menurut waktu
terjadinya di bagi atas 2 bagian :
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama
adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan
jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5
sampai 15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir
atau selaput plasenta (Prawirohardjo, 2009).
Menurut Manuaba (2009), perdarahan post partum merupakan negara
berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :

a) Grandemultipara.

penyebab penting kematian maternal khususnya di

b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.

c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum


waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan
paksa, persalinan dengan narkosa.
2. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam


masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal
dari bekas melekatnya placenta) Lochea dibagi dalam beberapa jenis (
Rukiyah. A.Y, 2011)
a. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,
selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

34
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah


berbau busuk.
f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang


disebutkan di atas kemungkinan adanya :
1) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus
yang kurang baik.
2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih
banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga
lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau
amis.Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut
bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metritis.Metritis
adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.Bila pengobatan terlambat atau
kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik
(Rustam Mochtar, 2009).

3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim


dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi
40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu di sebut sub-involusi (Bahiyatun , 2009). Faktor penyebab
sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis,
adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2009).
Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan
lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak
dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan
(Prawirohardjo, 2009).Pengobatan di lakukan dengan memberikan

35
injeksi Methergin setiap hari di tambah dengan Ergometrin per
oral.Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.Berikan Antibiotika
sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2009).

4. Tromboflebitis (pembengkakan pada vena)

Tromboflebitis merupakan inflamasi pembuluh darah disertai


pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di
permukaam atau di dalam vena.Tromflebitis cenderung terjadi
pada periode pacsa partum pada saat kemampuan pengumpulan
darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen.
Factorpenyebabterjadinya infeksi tromboflebitis antara lain:
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium
b. Mempunyai varises pada vena
5. Nyeri pada perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan


komplikasi nifas seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan
pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian
33% dari seluruh kematian karena infeksi. Menurut Walyani
Elisabeth 2009, gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
1. Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah


tetapi keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam
kavum daugles menonjol karena ada abses.
2. Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil,


perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia,
kadang-kadang muntah.
6. Depresi setelah persalinan

Depresi setelah melahirkan merupakan kejadian yang sering


terjadi akan tetapi ibu tidak menyadarinya. Penyebab utama dari
depresi setelah melahirkan tidak diketahui, diduga karena ibu

36
belum siap beradaptasi dengan kondisi setelah melahirkan atau
kebingungan merawat bayi.ada juga yang menduga bahwa depresi
setelah melahirkan dipicu karena perubahan fisik dan hormonal
setelah melahirkan.Yang mengalami depresi sebelum kehamilan
maka berisiko lebih tinggi terjadi depresi setelah melahirkan.
7. Pusing dan lemas yang berlebihan

Menurut Manuaba (2009), pusing merupakan tanda-tanda


bahaya masa nifas, pusing bisa di sebabkan oleh karena tekanan
darah rendah (Sistol <> 160 mmHg dan distolnya 110 mmHg.
Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh
anemia bila kadar haemoglobin <> Lemas yang berlebihan juga
merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan
oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat, tekanan darah rendah.
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan dietberimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan


vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d. Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.

e. Minum 1 kapsul sehari vitamin A agar bisa memberikan kadar


vitaminnya kepada bayinya.

f. istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang


berlebihan

g. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan


memperlambat proses involusi uterus.
8. Sakit kepala, penglihat kabur dan pembengkakan di wajah

Sakit kepala adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di


dalam kepala kadang sakit dibelakang leher atau punggung bagian
atas,disebut juga sebagai sakit kepala.jenis penyakit ini termasuk

37
dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan.
Penglihatan kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan
menyebabkan resistensiotak yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala,
kejanng) dan gangguan penglihatan.
Pembengkakan pada wajah dan ekstremitas merupakan salah
satu gejala dari adanya preeklamsi walaupun gejala utamanya adalah
protein urine. Hal ini biasa terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan
terkadang masih berlanjut sampai ibu post partum. Oedema dapat
terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh
hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava
inferior ketika berbaring
9. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit


baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda- benda
dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam
reabsorbsi. Hal itu adalah normal.Namun apabila terjadi peningkatan
melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi
infeksi.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Ambarwati 2010).
Penanganan umum bila terjadi Demam :

a. Istirahat baring

b. Rehidrasi peroral atau infuse

c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu

d. Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala
syok, harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
memburuk dengan cepat.

38
Pencegahan Infeksi Nifas terdiri dari beberapa bagian :

a) Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi


seperti anemia, malnutrisi, dan kelemahan, serta mengobati
penyakit- penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam
jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau
dikurangi dan dilakukan hati- hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi
akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b) Masa persalinan

1) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila


ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila
ketuban telah pecah
2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

3) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker,


alat-alat harus suci hama.
4) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit
sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

5) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang


berhubungan dengan penderita harus terjaga
kebersihannya.
6) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi
darah yang hilang harus segera diganti dengan
transfusi darah.
c) Masa nifas

1). Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena


infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain

39
yang berhubungan dengan alat kandungan harus
steril.
2). Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi
dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu
sehat.
3). Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

3.6 Asuhan Kebidanan 29-42 Hari, Wewenang dan Penanganan


1. Asuhan Kebidanan 29-42 Hari
Asuhan nifas 29-42 hari merupakan kelanjutan pemantauan
keadaan ibu dari kunjungan sebelumnya.
Asuhan yang diberikan meliputi :
Pengkajian riwayat :
• Jumlah minggu postpasrtum.
• Kesehatan secara umum : istirahat, tidur, nutrisi.
• Penyesuaian terhadap asuhan bayi dan keluarga.
• Bayi : ada masalah, pemberian ASI dan imunisasi.
• Hubungan seksual : sudah dilakukan, apakah nyeri saat melakukan
pertama kali pada saat nifas.
• Metode KB yang digunakan.
• Apakah sudah timbul haid : Jika ya, tanggal, lama, dan jumlah
darah.

Pemeriksaan Fisik
• Evaluasi payudara dan putting, serta menyusui.
• Pemeriksaan abdomen dan kandung kemih.
• Evaluasi penyembuhan luka perineum.

2. Wewenang
Untuk kasus ini, bidan tidak berwenang untuk menangani laserasi
derajat III dan terdapat fistula sehingga klien harus dirujuk. Karena, luka
robekan derajat 3 dan terdapat fistula.

40
Menurut Kepmenkes No 900 tahun 2002 Tentang Registrasi dan
Prakti Bidan Pasal 18, s : “pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran
pemberian obat sesuai dengan Formulir VI terlampir.” Jadi, bidan
diperboleh memberikan amoxilin dan paracetamol.

3. Penanganan
Menurut Permenkes No 97 Tahun 2014
Rujukan medik dapat berlangsung:
Internal (antar petugas) di satu Puskesmas
Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
Antara masyarakat dan puskesmas
Antara satu puskesmas dan puskesmas lain
Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan
Internal (antar bagian/unit pelayanan) di suatu rumah sakit
Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas kesehatan lain dan rumah
sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain.

Dalam melaksanakan rujukan harus diberikan:


Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk
Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan
Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai
kondisi klien saat ini dan riwayat sebelumya serta upaya/tindakan yang
telah diberikan
Bila perlu, berikan upaya stabilisasi klien selama di perjalanan
Karena kondisi klien, selama menuju tempat rujukan, klien

Kunjungan Ulang :
Fasilitas pelayanan kesehatan rujukan, setelah memberikan upaya
penanggulangan dan kondisi klien telah membaik, harus segera

41
mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan
terlebih dahulu memberikan:
Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangan.
Nasihat yang perlu diperhatikan oleh klien untuk melanjutkan
penggunaan kontrasepsi.
Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien dan upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-
saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan.

3.7 Konseling Nifas 29-49 Hari


Nifas pada periode ini dapat disebut juga dengan periode late
postpartum (>1 minggu-6 minggu). Pada periode ini bidan tetap melakukan
asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB. Setelah
periode tersebut selesai, dalam kasus ini diteruskan dengan periode remote
puerperium yakni waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila
selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.

Pemberian konseling merupakan salah satu intervensi yang dapat


diberikan kepada ibu, yaitu dengan membantu memecahkan masalah yang
dialami saat itu melalui pengkajian simptoma biologis dan psikologis.

Pada ibu postpartum 29-42 hari, bidan dapat mengevaluasi


pengetahuan ibu sebelumnya tentang konseling dari mulai postpartum 6 jam.
Namun pada kasus ini, dikarenakan ibu tidak bersalin di bidan melainkan di
paraji jadi tugas bidan disini yakni harus menjelaskan kembali atau dengan
menanyakan sejauh mana pengetahuan ibu terkait kebutuhan dasar masa nifas
dilihat dari pengalaman ibu tersebut.

Konseling pada postpartum 29-42 hari yakni :

a. Kebersihan diri (Personal Hygiene)

42
1) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah
buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.

2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-


waktu terasa basah atau kotor dan tidak nyaman.

3) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah


membersihkan daerah kelamin.

4) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.

b. Istirahat

1) Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat


bayi tidur, karena terdapat kemungkinan ibu harus sering terbangun
pada malam hari karena menyusui.

2) Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.

c. Latihan (exercise)

1) Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul.

2) Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul:

(a) Menarik otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam
posisi tidur terlentang dengan lengan disamping, tahan napas
sampai hitungan 5, angkat dagu ke dada, ulangi sebanyak 10 kali.

(b) Berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan. Tahan dan


kencangkan otot pantat, pinggul sampai hitungan 5, ulangi
sebanyak 5 kali.

d. Gizi

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari

2) Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)

3) Minum minimal 3 liter/hari

43
4) Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin,
terutama di daerah dengan prevalensi anemia tinggi.

5) Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum


segera setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam
kemudian.

e. Menyusui dan merawat payudara

1) Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat


payudara

2) Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.

3) Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan ASI dan


tentang manajemen laktasi.

f. Senggama

1) Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu


tidak merasa nyeri ketika memasukkan jari ke dalam vagina.

2) Keputusan tentang senggama bergantung pada pasangan yang


bersangkutan.

g. Kontrasepsi dan KB

Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga


berencana setelah bersalin.

Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan


salah satu tanda berikut:

a. Perdarahan berlebihan

b. Sekret vagina berbau

c. Demam

d. Nyeri perut berat

44
e. Kelelahan atau sesak nafas

f. Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau pandangan


kabur.

g. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan putting

3.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 29-42 Hari


1. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan, dan untuk produksi ASI.
Ibu nifas dan menyusui memerlukan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah
buahan.
a. Sumber tenaga
Sumber tenaga terdiri dari karbohidrat dan lemak. Berfungsi untuk
pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, dan penghematan
energi.
b. Sumber pembangun
Protein ini berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber zat gizi protein
c. Sumber pengatur

Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi


cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.

45
46
Kebutuhan makan dan minum sesuai case

• Energi total yang dibutuhkan = 2150+330 = 2480 kkal


• Karbohidrat = 323+45 = 368 gram
• Protein = 57+20 = 77 gram
• Air = 2300+800= 3100 ml atau 14 gelas perhari
• Mineral seperti Fe, Ca
• Fe = 26+6 = 32 mg
• Kalsium = 1000+200 = 1200
• Vitamin
- Vit A = 500+350 = 850 mcg
- Vit B1 = 1,1 +0,3 = 1,4 mg
- Vit B2 = 1,3+0,4= 1,7 mg

2. Kebutuhan Minum
a. Zat Pengatur
Zat pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh
1. Air

47
Ibu menyusui paling sedikit minum 3-4 liter atau 14 gelas setiap
hari untuk 6 bulan pertama. Anjurkan ibu minum setiap selesai
menyusui)
2. Mineral
Jenis-jenis mineral yang dibutuhkan pada ibu nifas dan menyusui
adalah:
a. Zat kapur atau calcium untuk pembentukan tulang dan gigi
anak. Sumber makanannya adlaah susu, keju, kacang, sayur
berwarna hijau
b. Fosfor untuk pembentukan kerangka tubuh. Sumbenrya adlaah
susu, keju, dam daging
c. Zat besi, tambahan zat besi sangat penting untuk kenaikan
sirkulasi darah dan sel, serta penambahan sel darah merah.
Sumber : kuning telur, hati, daging kerang, ikan, kacang-
kacangan, dan sayuran hijau
d. Yodium, sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan
mental dan kekerdilan fisik. Sumber makanan adalah minyak
ikan, ikan laut dan garam beryodium
3. Vitamin
Vitamin yang penting bagi ibu hamil
1. Vitamin A, untuk pertumbahan sel, jaringan, dan tulang.,
perkembangan syaraf, penglihatan , meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Sumbernya adalah kuning telur, hati,
mentega, dan sayuran berwarna hijau.
2. Vitamin B1 (Thiamin), untuk kerja syaraf dan jantung,
memabntu metabolisme makanan dengan tepat, nafsu makan
yang baik, membantu proses pencernaan makanan,
meningkatkan pertahanan tubuh terhadpa infeksi dan
mengurangi kelelahan. Sumber : hati, kuning telur, susu,
kacang-kacangan, jeruk, tomat, nanas, kentang bakar.
3. Vitamin B2 (Riboplavin) untuk pertumbuhna, vitalitas, nafsu,
amkan, pencernaan, sistem urat syaraf, jaringan kulit dan mata.

48
Sumber vitamin B2 adalah hati, kuning telur, susu, keju,
kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau.

3. Kebutuhan istirahat dan tidur


Seorang ibu nifas akan mengalami gangguan pola tidur, karena beban
kerja yang bertambah. Ibu harus terbiasa bangun malam untuk menteki
bayinya, mengganti popok, dsb. Maka, anjurkan ibu untuk untuk istirahat
atau tidur siang saat bayi sedang tidur. Kurangnya istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya :
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat involusi uteri,
- Memperbanyak perdarahan,
- Depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi
4. Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan personal hygiene meliputi perwatan perineum dan perawatan
payudara
a. Perawatan perineum
Setelah buang air besar ataupun buang air kecil, perinium dibersihkan
secara rutin. Caranya adalah dibersihkan dengan sabun yang
lembutminimal sekali sehari. Membersihkan dimulai dari arah depan ke
belakang sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu postpartum harus
mendapatkan edukasi tentang hal ini. Ibu diberitahucara mengganti
pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan.
Pembalut yang sudah kotor diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu
diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada
kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
5. Kebutuhan Exercise
kebutuhan exercise atau senam nifas, mempunyai banyak manfaat yang

49
esensinya untuk memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan kebugaran,
sirkulasi darah dan juga bisa mendukung ketenangan dan kenyamanan ibu.
Kontraindikasi senam nifas
Kondisi umum yang dihadapi ibu postpartum sebagai akibat dari
stress selama kehamilan dan kelahiran, bidan perlu mengkaji dan
kemudian menentukan apakah ada kontraindikasi atau tidak untuk
memulai senam nifas tersebut. Kontraindikasi tersebut diantaranya
mencakup keadaan berikut ini.
a. Pemisahan simphisis pubis.
b. Coccyx (tulang sulbi) yang patah atau cidera.
c. Punggung yang cidera.
d. Sciatica.
e. Ketegangan pada ligamen kaki atau otot.
f. Trauma perineum yang parah atau nyeri luka abdomen (operasi caesar).

50
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Tindakan yang dilakukan bidan yaitu vulva hygiene, memberikan 1 tablet
amoxilin 500mg dan paracetamol 500 mg, serta menyiapkan rujukan ke rumah
sakit. Tindakan di rumah sakit, Ny. Hasari dilakukan penjahitan dan dirawat
selama 3 hari. Satu minggu kemudian, ibu kontrol ke puskesmas dan hasil
pemeriksaan dalam keadaan baik, serta bidan memberikan konseling mengenai
kontrasepsi dan kesehatan reproduksi

4.2 Saran
Seluruh peserta tutor diharapkan agar bisa lebih aktif lagi dalam proses tutor
dan membawa buku referensi lebih banyak. Dan diharapkan saat sedang
membahas sistem fisiologi maupun patologi atau mekanisme mahasiswa diminta
untuk membahas dengan lengkap dan dapat dimengerti oleh peserta tutor yang lan
serta dosen pembimbing tutor

51
DAFTAR PUSTAKA
1. Jennifer Knudtson. MD, Jessica E.McLaughlin. Female Internal Genital
Organs[Internet].2019.Availablefrom:
https://www.msdmanuals.com/home/women-s-health-issues/biology-of-
the-female-reproductive-system/female-internal-genital-organs
2. Jennifer Knudtson. MD, Jessica E.McLaughlin. Female Eksternal Genital
Organs[Internet].2019.Availablefrom:
https://www.msdmanuals.com/home/women-s-health-issues/biology-of-
the-female-reproductive-system/female-external-genital-organs
3. Mayo clinic.Vaginal Tears In Childbirth[Internet].2019.Available from
:https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/labor-and-
delivery/multimedia/vaginal-tears/sls-20077129?s=1
4. Wildan, Moh dan Aziz, A. Alimul. 2008. Dokumentasi kebidanan, Jakarta:
Salemba Medika
5. Christina, Lia Uprini. dkk. 2002. Komunisasi Kebidanan, Jakarta, Buku
Kedokteran EGC
6. Articles P, Anak P, Anak K. MASTITIS : PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN. 2013;(Tabel 1). To H. Phlebothrombosis : Clinical
Study and. 1960;
7. Kitaya, K. Takeuchi, T. Mizuta, S. 2018. Endometritis, new time, new
concept. Journal of fertility and sterility.
8. Astuti, S. Judistiani, T. Rahmiati, L. Susanti, A. 2015. Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui. Jakarta. Penerbit Erlangga
9. Johnson, A. Thakar, R. Sultan, A. 2012. Obstetric perineal wound
infection: is there underreporting?. British Journal of Nursing
10. Alvaro, C. Scott, R. 2018. Noninfectious Inflammatory Disorders of the
Vulva. Journal of Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology
11. Rochmawati, L. 2011. Infeksi Masa Nifas dan Penanganannya.
https://lusa.afkar.id/ diakses pada 5 Desember 2019
12. Maemunah. Ade Siti. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung:
PT RafikaUtama
13. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/543/448

52
14. https://www.scribd.com/doc/157836042/Apa-Yang-Dimaksud-Dengan-
Fistula-Rektovagina
15. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Kemenkes. 2017
16. Wahyuningsih HP. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kemenkes.
2018
17. aAngka Kecukupan Gizi. IPB

53
KONSEP MAP

54
55

Anda mungkin juga menyukai