Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA 1 DENGAN


MENGGUNAKAN METODE AKUPRESURE PADA NY. A G1P0A0
GRAVIDA 39-40MG DI PMB BIDAN “S” DESA SIRNARAJA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas MKP


(Mata Kuliah Pilihan)

OLEH :

SRI SUTARI

314221102

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1) FAKULTAS ILMU DAN


TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD
YANI CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Asuhan Kebidanan Persalinan Kala 1 Dengan
Menggunakan Metode Akupresure Pada Ny. A G1P0A0 Gravida 39-40 Mg Di
PMB Bidan S Desa Sirnaraja ”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
MKP (Mata Kuliah Pilihan) program studi S1 kebidanan di Fakultas Ilmu Dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Terimakasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah

membantu tersusunnya makalah ini, terutama kepada Ibu Lina H., M.Keb selaku

dosen pengampu mata kuliah MKP (Mata Kuliah Pilihan) atas bimbingan, arahan

dan petunjuknya, terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang

telah berbagi pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Diharapkan makalah ini dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca

pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.

Bandung, 11 Agustus 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................i

KATA PENGATAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

DAFTAR TABEL........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR....................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................5

C. Tujuan Kasus..............................................................................................6

D. Manfaat......................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Persalinan .....................................................................................7

B. Nyeri Persalinan.......................................................................................10

C. Lama persalinan........................................................................................14

D. Akupresure Pada Persalinan..................................................................19

BAB III STUDI KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Nn A................................................................38

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan..............................................................................................42

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. persarafan uterus......................................................................11


Gambar 2.2 Letak titik SP 6 atau titik limpa................................................18
Gambar 2.3 gambar letak titik LI 4 atau he ku.............................................18

iv
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses keluarnya janin, plasenta dan cairan
ketuban dari dalam kandungan ke dunia luar melalui jalan lahir dengan tenaga
sendiri atau bantuan. Persalinan dimulai ketika uterus berkontraksi dan
menyebabkan pembukaan serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi dan
plasenta secara lengkap (Sumarah, 2009 dalam Wulandari, 2014).Tanda-
tanda dalam persalinan terbagi menjadi dua, yaitu tanda pasti dan tanda palsu.
Tanda pasti persalinan adalah terjadi lightening, terjadinya his persalinan,
keluarnya lendir bercampur darah pervaginan (show), ketuban pecah dengan
sendirinya, dilatasi serviks. Sedangkan tanda palsu persalinan adalah
terjadinya his permulaan, ditandai dengan rasa nyeri ringan di bagian bawah,
datangnya tidak teratur dan durasinya pendek (APN, 2010). Faktor-faktor
yang mempengaruhi persalinan, yaitu passage (jalan lahir), power (kekuatan),
passanger (janin dan plasenta), psychology (psikologis) yang meliputi
perasaan dan emosi dari ibu serta penolong (perawat/bidan/pelayanan
kesehatan lainnya) (Wulandari, 2014). Masalah utama pada ibu bersalin
adalah nyeri. Sebagian besar wanita mengalami intensitas nyeri selama
persalinan dengan rata-rata 8,83 (Rahayu, 2013).
Nyeri merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang
bersifat subjektif dari masing-masing individu (Wulandari, 2014). Nyeri
persalinan adalah suatu kondisi fisiologis yang dialami oleh ibu bersalin yang
terjadi pada kala 1 persalinan fase aktif dan fase laten (Kusumaningtias, 2014).
Fisiologi nyeri persalinan adalah selama kala I persalinan, nyeri timbul akibat
dari faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis terjadinya nyeri
persalinan, yaitu berkurangnya jumlah oksigen ke otot rahim, meregangnya
serviks, tekanan kepala janin di jalan lahir dan saluran kandung kemih,
mereganya otot-otot dasar panggul. Sedangkan faktor psikologis terjadinya
nyeri persalinan, yaitu ketakutan dan kecemasan yang menyebabkan
3

persalinan menjadi lama dan lebih berat (Simkin, 2007 dalam Astuti,
2015).Pada primipara lama persalinan pada kala satu mempunyai durasi yang
lebih lama dibanding dengan multipara, dimana lama persalinan kala satu
pada primipara sekitar 13-14 jam sedangkan pada multipara sekitar 7 jam.
Lamanya persalinan kala satu pada primipara ini menyebabkan rasa nyeri
yang dialami juga lebih lama sehingga risiko mengalami keletihan akan lebih
besar yang berakibat pada respon emosi berupa cemas, tegang, takut bahkan
panik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada primipara partus lama dan
kematian bayi mempunyai risiko yang lebih besar dibanding pada multipara.
Mengingat hal tersebut bahwa manajemen nyeri persalinan perlu diperhatikan
bagi petugas kesehatan terutama bidan untuk mengurangi risiko kematian ibu
dan bayi.
Banyak metode yang dilakukan untuk menurunkan nyeri pada
persalinan, baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Penggunaan
metode farmakologi mempunyai efektifitas yang lebih baik dibanding dengan
metode nonfarmakologi, namun penggunaan metode farmakologi sering
menimbulkan efek samping dan kadang tidak memiliki efek yang
diharapkan. Sedangkan metode nonfarmakologi selain menurunkan nyeri pada
persalinan juga mempunyai efek noninvasif, sederhana, efektif, dan tanpa
efek yang membahayakan.
Akupresur adalah teknik noninvasif pengobatan Cina tradisional yang
dilaporkan dapat bermanfaat bagi induksi persalinan dan mengelola nyeri
persalinan. Akupresur adalah ilmu penyembuhan yang didasarkan pada
keseimbangan antara yin dan yang serta menganggap meridian sebagai saluran
energy. Akupresur dapat menghasilkan efek melalui beberapa mekanisme
yang berbeda. Suatu hipotesis menyebutkan bahwa titik akupresur memiliki
sifat listrik yang ketika dirangsang dapat mengubah tingkat neurotransmitter
kimia dalam tubuh. Hipotesis lain menyebutkan bahwa aktivasi titik-titik
tertentu di sepanjang sistem meridian, yang ditransmisi melalui serabut syaraf
besar ke formatio reticularis, thalamus dan sistem limbik akan melepaskan
endorfin dalam tubuh. Endorfin adalah zat penghilang rasa sakit secara alami
4

diproduksi dalam tubuh, yang memicu respons menenangkan dan


membangkitkan semangat di dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi,
dapat menyebabkan relaksasi dan normalisasi fungsi tubuh. Sebagai hasil dari
pelepasan endorfin, tekanan darah menurun dan meningkatkan sirkulasi darah.
Akupresur adalah tindakan yang sangat sederhana, mudah dilakukan,
memiliki efek samping yang minimal, dan aplikasi prinsip healing touch pada
akupresur menunjukkan perilaku caring yang dapat mendekatkan hubungan
terapeutik bidan dan pasien. Titik akupresur yang dapat digunakan untuk
induksi persalinan ada beberapa titik diantaranya adalah SP6 dan LI4.
Akupresur pada titik ini diyakini untuk merangsang melepaskan oksitosin dari
kelenjar pituitary yang pada gilirannya merangsang kontraksi rahim untuk
meningkatkan proses persalinan atau mengelola nyeri persalinan. Penekanan
pada titik SP6 secara khusus ditemukan memiliki pengaruh kuat pada organ
reproduksi. Akupresur pada SP6 dapat membantu memperlancar persalinan
dan mengelola berbagai kelainan ginekologi dan obstetric. Secara umum efek
dari titik SP6 ini adalah membantu dilatasi servik. Sedangkan titik LI4 secara
umum memiliki efek menghilangkan rasa sakit dan merangsang kontraksi.
Penekanan pada titik LI4 ini diyakini dapat membantu energi tubuh
mendorong bayi bergerak turun melewati jalan lahir.
Penggunaan titik SP6 dan LI4 secara bersama dilaporkan dalam
beberapa penelitian terapi akupunktur telah dilaporkan efektif sebagai induksi
persalinan dan mengurangi nyeri persalinan (Tournaire and Yonneau, 2007).
Akupresur pada kedua titik ini diyakini untuk merangsang melepaskan
oksitosin dari kelenjar pituitary yang dapat merangsang kontraksi rahim untuk
meningkatkan proses persalinan atau mengelola nyeri persalinan. Selain itu
titik SP6 dan LI4 mudah untuk dikenali dan dilakukan tindakan karena titik
SP6 terletak pada empat jari pasien diatas mata kaki Sedangkan titik LI4
terletak antara tulang metacarpal pertama dan kedua pada bagian distal lipatan
pada kedua tangan.
Tehnik akupresur sebagai salah satu metode non farmakologi
diharapkan dapat membantu bidan dalam persiapan ibu dan keluarga
5

menghadapi persalinan sehingga kebutuhan ibu selama persalinan untuk


mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dengan rasa nyeri yang
minimal dapat terpenuhi. Berdasarkan latar belakang di atas saya tertarik
untuk mengetahui pengaruh akupresur pada intensitas nyeri bersalin dan
secara spesifik akan diidentifikasi pengaruh akupresur pada titik LI4 dan Sp6
terhadap nyeri persalinan.
B. Rumusan Masalah
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon
ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus, penurunan
sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta
timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak.
Persepsi tentang nyeri atau toleransi nyeri bervariasi tergantung individu
masing-masing, dan intensitas nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi
psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan
dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, menyebabkan timbulnya
hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan
darah, dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria.Keadaan ini akan
merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan
pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri apabila tidak
dikoreksi akan menyebabkan terjadinya partus lama.
Setiap ibu mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman persalinan
yang menyenangkan dengan rasa nyeri yang minimal, hal ini sangat
memerlukan peran perawat maternitas untuk memberikan pengetahuan kepada
ibu tentang proses persalinan dan hal-hal yang harus disiapkan serta intervensi
keperawatan yang dapat membantu mengurangi intensitas nyeri pada ibu.
Banyak metode nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri pada persalinan, salah satunya adalah akupresur. Akupresur memberikan
keuntungan yaitu secara fisiologi dapat mengendalikan nyeri persalinan
dengan merangsang produksi endhorpin dan menutup gerbang nyeri. Adapun
6

rumusan masalah ini adalah: “belum diketahuinya pengaruh akupresur pada


titik LI4 dan SP6 terhadap tingkat nyeri.

C.Tujuan Kasus
Untuk Mengetahui Pengaruh Akupresur Pada Intensitas Nyeri Pada
Persalinan Ny. S Di Bpm Bidan Wiwin Susanti, A.Md.Keb
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritik
Semoga dari laporan kasus ini dapat dijadikan bahan referensi
berkaitan dengan Pengaruh Akupresur Pada Intensitas Nyeri Pada
Persalinan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengetahuan dan keterampilan serta
menambah informasi mengenai Pengaruh Akupresur Pada
Intensitas Nyeri Pada Persalinan dan bisa di terapkan di kehidupan
sehari-hari baik di rumah maupun di lingkungan pekerjaan.
2) Bagi Keluarga atau Orangtua
Memberikan informasi kepada keluarga atau orangtua tentang
Pengaruh Akupresur Pada Intensitas Nyeri Pada Persalinan itu
saling berkaitan Sehingga orangtua atau keluarga dapat
memberikan atau menerapkan akupresur pada intensitas nyeri.
3) Bagi Akademik
Hasil laporan kasus ini dapat di gunakan dalam meningkatkan
reputasi kampus melalui hasil dari penulis yang berpengaruh
terhadap masyarakat luas.
4) Petugas kesehatan di BPM Bidan Wiwin Susanti, A.Md.Keb
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai media untuk
mendapatkan informasi dan pertimbangan tentang Pengaruh
Akupresur Pada Intensitas Nyeri Pada Persalinan sehingga dapat
digunakan untuk menyusun asuhan Kebidanan secara tepat dalam
7

upaya mengurangi intensitas nyeri pada persalinan sehinga bisa


dijadikan referensi dan dapat di aplikasikan di kegiatan pelayaan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Persalinan


A. Pengertian Persalinan
Persalinan atau partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Winkjosastro,
2005). Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan
membrane dari dalam rahim melalui jalan keluar (Babak, 2005). Menurut
Pilliteri (2003), persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin
pada kehamilan cukup bulan (aterm) pada letak memanjang dan presentasi
belakang kepala disusul dengan pengeluaran plasenta, tanpa tindakan dan
tanpa komplikasi.
Persalinan atau partus dapat diartikan sebagai proses pengeluaran
hasil konsepsi berupa janin, plasenta dan membrane dari dalam rahim pada
kehamilan cukup bulan (aterm) pada letak memanjang dan presentasi
belakang kepala disusul dengan pengeluaran plasenta, tanpa tindakan dan
tanpa komplikasi (Winkjosastro, 2005; Bobak, 2005; Pilliteri, 2003).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan
Menurut Pilliteri (2003), ada beberapa factor yang menyebabkan
dimulainya persalinan antara lain:
1 Peregangan otot uterus. Dengan bertambahnya usia kehamilan,
kapasitas uterus bertambah dan otot-otot uterus semakin teregang.
Kondisi ini menyebabkan perangsangan mekanik berupa kontraksi
uterus.
2 Tekanan pada serviks. Tekanan pada servik merangsang produksi
oksitosin yang menyebabkan kontraksi uterus. Stimulasi oksitosin.
Pada akhir kehamilan oksitosin meningkat sedangkan otot-otot uterus
sangat peka terhadap oksitosin. Ksitosin ini bekerjasama dengan
prostaglandin untuk menghasilkan kontraksi.

7
8

3 Perubahan rasio antara hormone estrogen dan progesteron. Kadar


progesteron berangsur-angsur menurun pada akhir kehamilan
dibandingkan dengan estrogen, hal ini juga merangsang adanya
kontraksi uterus.
4 Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasentapun
menjadi tua. Keadaan tersebut menyebabkan villi korialis mengalami
perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron
menurun. Keadaan tersebut merangsang kontraksi uterus.
5 Peningkatan kadar kortisol janin. Peningkatan kadar kortisol janin
menyebabkan menurunnya kadar progesteron dan meningkatkan kadar
prostaglandin yang merangsang kontraksi uterus.
Selaput janin memproduksi prostaglandin yang merangsang kontraksi
uterus.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan
Kemajuan proses persalinan dipengaruhi oleh lima faktor yang
dikenal dengan 5P, yaitu: Passanger/penumpang adalah janin dan
plasenta, passage way/jalan lahir, power/kekuatan ibu, position/posisi ibu,
dan Psycologic atau respon psikologis. Kelina factor saling terintegrasi
dan saling mempengaruhi satu sama lain (Lowdermilk & Jensen, 2004;
Pillitteri, 2003).
1 Passanger/penumpang yaitu janin dan plasenta. Cara bergerak janin
disepanjang jalan lahir merupakan hasil interaksi antara ukuran kepala
janin, presentasi letak, sikap dan posisi janin.
2 Passage/ jalan lahir. Passage adalah rute yang harus dilalui janin dari
uterus yaitu melalui servik dan vagina ke perineum eksternal. Janin
harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif
kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
sebelum persalinan dimulai.
3 Power/Kekuatan ibu. Persalinan terjadi salah satunya karena adanya
kontraksi uterus. Kontraksi uterus ini terdiri dari kontraksi volumter
dan involunter yang terjadi secara bersamaan. Kontraksi involunter
9

disebut sebagai kekuatan primer yang menandai dimulainya


persalinan. Kontraksi ini diimplementasikan sebagai kontraksi uterus
yang menyebabkan dilatasi serviks dan ekspulsi janin dari uterus.
Kekuatan kontraksi volunteer disebut sebagai kekuatan sekunder.
Kontraksi ini dimulai saat serviks berdilatasi penuh untuk mendorong
janin keluar yang ditambah dengan kekuatan abdomen.
4 Position atau posisi ibu. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi
dan fisiologi persalinan. Tujuan perbahan posisi adalah menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
5 Pyicologic. Kondisi psikologis ibu ditandai adanya perasaan cemas
atau takut yang dapat menurunkan koping ibu terhadap nyeri selama
persalinan (Gorrie, McKinney & Murray (2000).
D. Lama dan tahapan dalam proses persalinan
Proses persalinan dibagi kedalam empat tahap, yaitu:
1 Kala I atau kala pembukaan (fase dilatasi/peregangan). Fase ini
dimulai dengan adanya kontraksi secara teratur sampai dilatasi
maksimal (pembukaan lengkap). Dibagi dalam tiga tahap yaitu Fase
laten, Fase aktif, dan Fase tansisi. Fase laten dimulai dari adanya
kontraksi uterus yang berlangsung sekitar 6 jam pada primipara dan 4
sampai 5 jam pada multipara. Pasa fase laten ini terjadi penipisan dan
pelunakan serviks (pembukaan 3 sampai 4 cm). Pada fase aktif terjadi
peningkatan kontraksi uterus baik intensitas, durasi dan frekuensi. Fase
aktif ini berakhir ketika serviks mencapai pembukaan 7 cm. Sedangkan
fase transisi, terjadi apabila serviks mengalami dilatasi lengkap (8
sampai dengan 10 cm) dan ditandai dengan kontraksi uterus yang kuat.
Fase ini berlangsung kira-kira 6-20 jam pada nullipara sedangkan pada
multipara 4,5-14 jam. (Pilliteri, 2003; Bobak, Lowdermilk & Jansen,
2004).
2 Kala II atau kala pengeluaran janin. Berlangsung dari saat serviks
berdilatasi lengkap sampai dengan keluarnya janin (Pilliteri, 2003).
Pada kala ini his terkoordinir dengan kuat, cepat dan lebih lama (kira-
10

kira 2-3 menit sekali). Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Kala II pada primipara
berlangsung 1,5-2 jam sedangkan pada multipara 0,5-1 jam (Depkes
RI, 2000).
3 Kala III atau kala pengeluaran plasenta diawali dengan pemisahan
plasenta dari dinding rahim dan diakhiri dengan pengeluaran plasenta,
berlangsung 10-30 menit. Kontraksi pada kala III umumnya tidak
menimbulkan nyeri. (Pilliteri, 2003).
4 Kala IV atau kala observasi berlangsung dua jam setelah plasenta lahir
yang terjadi sekitar 1 jam kemudian. Observasi dilakukan untuk
mencegah komplikasi setelah persalinan (Bobak, 2005).

2.2 Nyeri Persalinan


A. Mekanisme Nyeri
Nyeri merupakan perasaan tubuh atau bagian dari tubuh manusia, ia
senantiasa tidak menyenangkan dan keberadaannya ialah untuk suatu
pengalaman alam rasa. Nyeri juga didefinisikan sebagai suatu sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik subyektif dan berbeda
antara masing-masing individu karena dipengaruhi factor psikososial dan
cultural dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan
nyeri (Potter & Perry, 2005).
Nyeri persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dirasakan
oleh wanita pada setiap kelahiran bayi. Nyeri persalinan dideskripsikan
sebagai kontraksi miometrium (Cunningham dkk, 2004). Nyeri pada
persalinan ada dua macam yaitu: Nyeri rahim-mulut rahim dan nyeri
perineal. Serabut saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama
saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf
torakal 10-11-12 karena itu nyeri rahim terutama dirasakan pada
dermatom torakal 10,11 dan 12. Nyeri rahim-mulut rahim ini merupakan
perasaan subjektif, terdapat pada kala I persalinan. Nyeri paling hebat
11

dirasakan pada fase akhir persalinan ketika pembukaan mulut rahim dan
kekuatan kontraksi rahim mencapai maksimal.
Nyeri perineal terdapat pada kala II persalinan dan saat melahirkan,
sebagai akibat meregangnya jaringan vagina, vulva dan perineum. Nyeri
perineal disalurkan melalui persarafan sensorik nervus pudendus yang
memasuki susunan saraf sacral 2, 3 dan 4 karena itu nyeri perineal
dirasakan pada dermatom sacral 2, 3 dan 4. Rangsang nyeri pada
persalinan ini juga mempengaruhi susunan saraf otonom, system
kardiovaskuler, pernafasan dan otot rangka.
Sedangkan rasa nyeri pada alat-alat tubuh didaerah pelvis, terutama
pada daerah traktus genitalia interna disalurkan melalui susunan saraf
simpatik dan parasimpatik. Saraf simpatik menyebabkan kontraksi dan
vasokontraksi, sebaliknya saraf parasimpatik mencegah kontraksi dan
menyebabkan vasodilatasi. Pengaruh dari kedua persyarafan ini adalah
terjadinya kontraksi uterus yang intermiten (Bonica & McDonald, 1995;
Hawkins, 2002; Polley, et al., 1999; Bosselli, et al., 2003; Copogna,
Camorcia & Columb, 2003; Fischer, et al., 2000).

Gambar 2.1. persarafan uterus


12

Gate control theory yang diusulkan oleh Melzack dan Wall


menjelaskan bahwa nyeri ditransmisikan oleh serabut serabut saraf ke
spinal cord sebelum ditransmisikan ke otak. Sinap-sinap pada dorsal horn
berlaku sebagai gate yang tertutup untuk menjaga impuls sebelum
mencapai otak. Berdasarkan teori Gate control, serabut saraf berdiameter
pendek dari saraf membawa stimulus nyeri melalui gate yang sama dapat
menghalangi transmisi dari impuls nyeri, yaitu dengan menutup gate.
Gate control theory menjelaskan bahwa selama proses persalinan
impuls nyeri berjalan dari uterus di sepanjang serat-serat saraf besar ke
arah atas ke substansia gelatinosa di dalam spinal kolumna, sel-sel
transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke otak. Adanya stimulasi
mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan
berjalan sepanjang serat saraf kecil gelatinosa lalu memblokir pesan
nyeri sehingga otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut (Kozier, 2000).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan
Menurut Bobak dkk (2004) ada beberpa faktor yang mempengaruhi
nyeri persalinan, yaitu:
1 Budaya. Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi
oleh budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat
bersalin (Lowdermilk, Perry & Bobak, 2000; Pillitteri, 2003).
2 Emosi. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut
memperberat persepsi nyeri selama persalinan. Pennelitian yang
dilakukan oleh Alehagen (2006) menyebutkan bahwa ada hubungan
antara rasa ketakutan akan persalinan selama hamil dengan
pengalaman nyeri selama fase aktif persalinan.
3 Pengalaman masa lalu. Menurut Simkin (2002) wanita yang tidak
didukung secara emosional atau mengalami kesulitan dalam persalinan
yang lalu maka dapat menyebabkan persalinan yang sangat nyeri.
13

4 Persiapan persalinan. Persiapan persalinan diperlukan untuk


mengurangi rasa cemas dan takut akan nyeri persalinan.
5 Support system. Adanya dukungan selama persalinan dapat membantu
memenuhi kebutuhan ibu dan membantu mengontrol rasa nyeri selama
persalinan (Martin, 2002)
C. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk
menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa yang tepat, menyeleksi
terapi yang cocok, dan mengevaluasi respon klien terhaadap terapi (Potter
& Perry, 2006). Untuk mendapatkan data tentang nyeri ada beberapa hal
yang perlu dikaji pada deskripsi verbal tentang nyeri, yaitu: intensitas
nyeri, karakteristik nyeri, factor-faktor yang meredakan nyeri, efek nyeri
terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari, dan kekhawatiran individu
tentang nyeri (Smeltzer, 2002).
Intensitas nyeri persalinan dapat ditentukan dengan cara
menanyakan tingkat intensitas yang merujuk pada skala nyeri. Skala nyeri
yang sering digunakan untuk mengukur nyeri persalinan adalah VAS
(Visual Analog Scale) yang merupakan skala comfort continuum yang
memiliki rentang mulai dari nyaman samapai menderita (Nicholas &
Humerick, 2000). Metode VAS berisi garis horizontal atau vertical
sepanjang 10 cm dengan label awal garis tidak nyeri dan pada akhir garis
sangat nyeri.
D. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan
Menurut Mander (2003) terdapat dua cara untuk mengurangi nyeri
persalinan, yaitu dengan cara farmakologis dan non farmakologis:
1 Penatalaksanaan farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesia
yang menurunkan dan mengurangi rasa nyeri, dan anestesi yang
menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total
(Pillitteri, 2003). Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis pada ibu
ini diupayakan dapat menimbulkan efek yang seminimal mungkin bagi
ibu, seperti kesadaran, kontraksi uterus, kekuatan ibu mendorong dan
14

juga pada janinnya. Penatalaksanaan secara farmakologis ini dapat


mengurangi nyeri persalinan secara efektif dengan memberikan sensasi
rasa nyeri yang minimal, rasa nyaman dan rileks.
2 Penatalaksanaan nonfarmakologis pada nyeri persalinan bertujuan
untuk mengontrol rasa nyeri dan menekankan pada pemenuhan
harapan ibu yang ingin mengatasi rasa nyeri (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004). Penggunaan metode nonfarmakologi mempunyai
manfaat selain menurunkan nyeri persalinan juga mempunyai sifat
non-invasif, sederhana, efektif dan tanpa efek yang membahayakan
(Tournaire & Theau-Yonneau, 2007)
Menurut Brown, Douglas & Flood (2001) Ada beberapa metode
nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri
persalinan, yaitu dengan relaksasi, tehnik pernafasan, focus perhatian,
musik, dukungan dan informasi, stimulasi cutaneus, massage, akupresur
dan TENS (ranscutaneous electrical nerve stimulation). Diantara 10
metode nonfarmakologi tersebut teknik pernapasan, relaksasi, akupresur
dan massage merupakan teknik yang paling efektif menurunkan nyeri saat
persalinan.

2.3 Akupresur Mengurangi Nyeri Persalinan


1. Pengertian akupressur
Akupresur adalah suatu tehnik penyembuhan dengan menekan,
memijat, mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi
vital atau qi. Akupressure juga disebut akupunktur tanpa jarum, atau pijat
akupunktur, sebab teori akupunktur yang menjadi dasar praktek
acupressure (Sukanta, 2003).
Akupressur merupakan penekanan pada titik tertentu (yang dikenal
dengan acupoint) dengan menggunakan telunjuk maupun jari untuk
menstimulasi aliran energi di meridian yang penggunaannya sangat aman
dan efektif, mudah dipelajari, dan juga membutuhkan waktu yang sedikit
untuk menerapkannya (Depkes RI, 1999).
15

2. Manfaat akupresur
Sejarah telah membuktikan bahwa akupresur dapat bermanfaat
mencegah penyakit yang bertujuan untuk mencegah masuknya sumber
penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh, penyembuhan penyakit,
rehabilitasi dan promotif (Dibble, et al, 2007). Menurut Tournaire &
Theau-Yonneau (2007) dengan merangsang titik-titik tertentu di sepanjang
meridian, yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke formation
reticularis, thalamus dan system limbic tubuh melepaskan endorphin.
Endorfin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara alami diproduksi
dalam tubuh, memicu respon menenangkan dan membangkitkan semangat
dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat menyebabkan relaks
dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari pelepasan endorphin akan
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sirkulasi darah.
3. Teori dasar akupresur
Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada
teori keseimbangan yang bersumber dari ajaran Taoisme yang
mengajarkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat
dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yin dan yang
(Sukanta, 2003). Yin dan Yang adalah dua aspek yang saling mendasari,
saling mempengaruhi, tidak mutlak dan keduanya saling bertentangan
tetapi membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam suatu keseimbangan
yang harmonis dan dinamis (Depkes, 1996).
Akupresur berdasar pada tiga komponen dasar yaitu energi vital,
system meridian dan lintasannya serta titik akupresur, fungsi dan
lokasinya.
1. Energi vital yang merupakan materi dasar kehidupan manusia yang
dibentuk dari sari makanan. Minuman dan udara, serta dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan (Sukanta, 2008). Qi berada diseluruh tubuh
manusia, bersifat dinamis aktif dan hangat sehingga dikatagorikan
dalam kelompok yang. Qi berperan memproduksi dan mengontrol
darah, menghangatkan dan memberikan nutrisi ke jaringan, dan
16

mengaktivasi fungsi-fungsi organ. Selain itu qi juga berperan dalam


menguatkan koordinasi dan keseimbangan fungsi tubuh (Tagard &
Zhu, 2001). Qi berperan di dalam tubuh manusia sebagai sarana
komunikasi dan informasi ke sel-sel dan diantara sel membawa suplai
informasi ke saraf-saraf dan system hormone (Waechter, 2002).
2. Sistem meridian. Meridian adalah saluran energi vital yang mengalir
ke seluruh tubuh. Setiap meridian mempunyai dua jenis lintasan, yaitu
lintasan dipermukaan kulit tempat berlokasinya titik pijat dan lintasan
didalm tubuh yang mencapai tubuh dibagian dalam. Secara anatomis
belum dapat dilihat secara kasat mata tetapi sudah diakui
keberadaannya secara fungsional (Sukanta, 2003).
Meridian diklasifikasikan menjadi meridian umum dan meridian
istimewa. Meridian umum adalah paru-paru, usus besar, limpa,
lambung, jantung, usus kecil, kantong kemih, ginjal, selaput jantung,
tripemanas, kantong empedu dan hati. Sedangkan meridian istimewa
adalah tu dan meridian ren yang melintas digaris tengah tubuh.
Meridian istimewa merupakan pengikat atau penghubung semua
meridian, sehingga keempatbelas meridian merupakan matarantai yang
tidak terputus (Sukanta, 2008).
4. Cara perangsangan titik akupresur
Dalam penekanan atau perangsangan akupresur ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu reaksi yang akan ditimbulkan, kondisi
pasien dan jenis keluhan yang dialami pasien (Sukanta, 2008).
Reaksi yang ditimbulkan meliputi reaksi untuk menguatka energi
dan reaksi untuk melemahkan energi. Reaksi ini dipengaruhi oleh lama
pemijatan dan arah pemijatan. Penekanan yang bertujuan untuk reaksi
menguatkan dapat dilakukan dengan melakukan 30 kali pijatan atau
putaran searah dengan jarum jam atau mengikuti arah meridian.
Sedangkan akupresur yang bertujuan untuk reaksi melemahkan dilakukan
dengan melakukan pemijatan lebih dari 40 kali atau putaran berlawanan
arah jarum jam atau berlawanan dengan arah meridian (Sukanta, 2008).
17

Pada pertimbangan kondisi pasien dan jenis keluhan, penyakit


yang sifatnya mendadak dan keras pijatan dilakukan lebih dari 30 kali dan
dilakukan agak keras, dilakukan setiap keluhan muncul atau sehari sekali.
Pasien yang dalam kondisi lemah pemijatan dilakukan sebanyak dua hari
sekali dan pasien yang tidak dalam kondisi lemah pemijatan dilakukan
setiap keluhan muncul atau minimal satu kali sehari (Sukanta, 2008).
5. Akupresur untuk persalinan
Gangguan yang paling umum terjadi selama persalinan dan
melahirkan adalah hambatan dalam meridian. Merangsang acupoints
sepanjang saluran dengan akupresur dapat membantu menghilangkan
penghalang, merevitalisasi meridian, dan membantu memulihkan
kesehatan. Beberapa ilmuwan menunjukkan bahwa alasan mengapa nyeri
dapat terjadi pada akupresur adalah bahwa ada hal yang mengganggu
transmisi rangsangan nyeri dan mungkin meningkatkan pengeluaran
endorphin dalam darah. Akupresur juga dapat merangsang pelepasan
oksitosin dari kelenjar hipofisis, yang secara langsung merangsang
kontraksi rahim. Karena itu, jika proses persalinan lambat, kontraksi lemah
dan atau leher rahim lambat untuk membesar, merangsang acupoints
dapat membantu mengatur kontraksi dan mengembalikan keseimbangan
untuk proses persalinan (Chung, Hung, Kuo & Huang, 2003).
Titik akupresur yang biasa digunakan untuk induksi persalinan
diantaranya adalah LI4, dan SP6. Akupresur pada titik ini diyakini untuk
merangsang melepaskan oksitosin dari kelenjar pituitary yang pada
gilirannya merangsang kontraksi rahim untuk meningkatkan proses
persalinan atau mengelola nyeri persalinan (lee, Chang & Kang, 2001).
Titik SP6 disebut juga san yin ciao adalah saluran yang berjalan di
dermatomic L2 dan L1 kemudian menuju ke atas T12 dan T5. Saraf
simpatik pengendalian rahim melalui pleksus pelvis menerima serat
preganglionik keluar dari T5 ke T4 sehingga perangsangan pada titik
akupresur ini dapat merubah fungsi fisiologis dari rahim (Lee, Chang &
Kang, 2004). Titik ini terletak pada empat jari pasien diatas mata kaki.
18

Gambar 2.2 Letak titik SP 6 atau titik limpa

Sedangkan titik LI4 atau he ku terletak antara tulang metacarpal


pertama dan kedua pada bagian distal lipatan pada kedua tangan. Meridian
usus besar ini berjalan menyusuri tepi luar lengan naik ke bahu, sampai
dibahu bercabang ke tengkuk mencapai benjolan ruas tulang leher 7
(cervical 7) dan tulang punggung 1 dan kembali ke bahu. Di bahu
meridian ini bercabang sebuah cabangnya kebawah turun melintasi paru-
paru mencapai usus besar. Penekanan pada titik ini berguna untuk
mengintensifkan kontraksi dan menuntun sie bergerak kebawah (Sukanta,
2008).

Gambar 2.3 gambar letak titik LI 4 atau he ku

Titik SP6 dan LI4 merupakan titik utama untuk masalah rahim.
Penekanan pada titik ini dilakukan dengan cara: SP6 diperlemah dan
LI4 diperkuat. Efek yang dihasilkan oleh penekanan pada titik SP6 dan
19

LI4 adalah memperbaiki energi yang tidak seimbang, tersumbat atau


kurang disepanjang organ atau meridian yang melewatinya (Dibble, et. al,
2007).

2.4 Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis


A. Manajemen Kala I Persalinan
a) Data Subjektif
a. Keluhan Utama
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013) dalam kasus
persalinan yang harus didapat dari ibu adalah kapan mulai terasa
kencang-kencang di perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya,
apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air
kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah,
serta pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya.
b. Tanda-tanda Persalinan
a) Lokasi ketidaknyamanan
Rasa sakit atau mulas pada perut dan menjalar ke perut
bagian bawah sampai ke pinggang bagian belakang
(Sulistyawati,2009).
b) Kontraksi/his
Perlu dikaji mulai kontraksi, teratur atau tidak, seberapa
sering terjadi kontraksi. Kontraksi pada awal tidak teratur dan
durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan disertai
peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi (Varney,
2007).
c) Pengeluaran Per Vaginam
Menurut Varney (2008) jika pengeluaran pervaginam
berupa Bloody show meningkat berarti ibu akan segera
memasuki kala II persalinan.
c. Data Psikologis, Sosial, Spiritual dan Budaya
20

Psikologi pada seorang wanita yang menjelang persalinan


sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan pembimbingan
antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan,
pemberi perawatan dan apakah bayi yang dikandungnya
merupakan bayi yang diinginkan (Varney,2008)
Adanya respon dan dukungan dari suami serta keluarga akan
mempercepat proses adaptasi pasien dengan kondisinya, hal ini
dapat dijadikan acuan dalam memberikan pola asuhan kepada
klien. Ada beberapa kebiasaan yang mereka lakukan ketika anak
atau keluarganya mengahadapi persalinan dan sangat tidak
bijaksana bagi bidan jika tidak menghargai apa yang mereka
lakukan.
d. Data Pengetahuan
Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyimpulkan
sejauh mana pasien mengetahui tentang persalinan, karena
terdapat perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang
sudah tahu atau punya pengalaman tentang persalinan dengan yang
sama sekali belum tahu tentang persalinan (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013).
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir
a) Pola nutrisi (makan/minum terakhir)
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny, (2013), untuk
mengetahui kecukupan asupan gizi selama hamil sampai
dengan masa awal persalinan dan mengetahui intake cairan
untuk menentukan terjadinya dehidrasi.
b) Pola eliminasi (terakhir)
Selama proses persalinan ibu akan mengalami poliuri
sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi
dapat terpenuhi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).
c) Pola hygiene (terakhir)
21

Dikaji untuk kenyamanan klien dalam menjalani proses


persalinannya, dimana perlu ditanyakan kapan terakhir mandi,
keramas, dan gosok gigi, ganti baju dan celana dalam
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
d) Pola Istirahat (terakhir)
Istirahat sangat penting mempersiapkan energi menghadapi
proses persalinan yang panjang. Perlu ditanyakan kapan
terakhir tidur dan berapa lama. (Sulistyawati dan Nugraheny,
2013)
e) Pola aktivitas dan olahraga (terakhir)
Sulistyawati dan Nugraheny, (2013), menjelaskan aktivitas
yang terlalu berat dikhawatirkan akan menyebabkan klien
merasa kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit
pada masa bersalin.
b) Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran kesadaran klien, dapat
diperoleh dari pengkajian klien dengan keadaan komposmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar) (Sulistyawati dan Nugraheny, 20013).
b) Tekanan Darah
Tekanan darah pada saat persalinan meningkat selama
kontraksi, rata-rata peningkatan sistolik 15 mmhg (10-20
mmHg) dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. (Sulistyawati,
2013 dan Nugraheny)
Dalam kategori kehamilan normal dapat dipantau dari
tekanan darah yaitu dibawah 140/90 mmHg (Romauli, 2011).

c) Nadi
22

Frekuensi denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih


tinggi dibanding menjelang persalinan, hal ini disebabkan
karena peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan. (Sulistyawati dab Nugraheny, 2013) Frekuensi nadi
yang normal untuk orang dewasa adalah antara 60- 90 kali
permenit (Kusmiyati,2011).
d) Suhu
Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,20C. Keadaan dimana
suhu tubuh lebih dari 37,20C disebut demam atau febris.
Sedangkan hipotermia jika suhu badan mencapai 350C
(Astuti,2012)
e) Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama proses
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi (Rukiah dkk,2009) Pernafasan normalnya 16-24x/menit
(Astuti,2012).
b. Status Present
a) Status Obstetrik
(a) Inspeksi
 Vulva
Dalam JNPK-KR (2014) menjelaskan pemeriksaan
genetalia perlu diperhatikan untuk mengetahui adanya
luka atau massa termasuk kondilomata, varises vulva
atau rektum, atau luka parut di perineum, nilai cairan
vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium.
(b) Palpasi
 Leopold: Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold
IV (Baety, 2012).

 Memantau kontraksi uterus


23

Dilakukan dengan meletakkan tangan penolong di atas


uterus dan hitung jumlah kontraksi yang terjadi dalam
kurun waktu 10 menit (JNPK-KR, 201)
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin dengan
metode perlimaan.
Perlimaan : 5/5 jika bagian terbawah janin
seluruhnya teraba di atas simfisis pubis, 4/5 jika
sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul, 3/5 jika sebagian (2/5) bagian
terbawah janin telah memasuki rongga panggul, 2/5 jika
hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun
melewati bidang tengah rongga pangul (tidak dapat
digerakan), 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat
meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga
panggul, 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak
dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian
terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
(JNPK-KR, 2014).
(c) Auskultasi
Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana
suara DJJ terdengar paling kuat. Nilai DJJ setelah uterus
berkontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik,
termasuk sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi
berakhir. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan
dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per
menit. Kegawatn janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang
dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit (JNPK-KR,
2014).
24

(d) Pemeriksaan Dalam


Beberapa hal yang dinilai pada pemeriksaan dalam
yaitu :
 Keadaan perineum dan vagina
Hal yang pertama dikaji adalah keadaan perineum,
kemungkinan perineum teraba kaku, adanya bekas luka
jahitan perineum atau perineum teraba elastic.
Kemudian saat jari telunjuk mulai masuk, kaji sukar
tidaknya liang senggama direnggangkan dan
kemungkinan adanya tumor dalam liang senggama.
Dapat dilakukan penilaian cairan vagina yang keluar
bisa berupa bercak darah, perdarahan pervaginam atau
mekonium. Jika mekonium kemungkinan diindikasikan
presentasi bokong. Tetapi apabila presentasi kepala dan
terdapat mekonium kemungkinan terdapat gawat janin.
(Baety,2012)
 Keadaan serviks
 Keadaan : penilaian keadaan serviks pada
pemeriksaan dalam yaitu dapat dirasakan serviks
teraba lunak (seperti pipi) atau serviks teraba
kenyal (seperti hidung).
 Pembukaan : pembukaan serviks dimulai dari
pembukaan 1 cm sampai dengan 10 cm.
Pembukaan serviks dikategorikan menjadi fase
laten dari pembukaan 1-3 cm dan fase aktif dari
pembukaan 4-10 cm.
 Efficement : menilai berapa persen pendataran/
efficement/penipisan/pemendekan serviks. Panjang
serviks normal biasanya 2-2,5 cm. Bila serviks
belum mengalami pembukaaan perkiraan
pendataran masih 0%, serviks mengalami
25

pembukaan 5 cm perkiraan pendataran serviks 50%


dan jika serviks mengalami pembukaan 9 cm
perkiraan pendataran serviks 90% (Baety,2012)
 Keadaan ketuban
Ketuban dikatakan masih utuh apabila pada
pemeriksaan dalam teraba adanya selaput yang di
dalamnya terdapat cairan dan saat kedua jari tangan
kanan masuk (jari telunjuk dan jari tengah) dan
dilakukan penekanan pada selaput tersebut terasa ada
semacam lentingan/pantulan. Ketuban dikatakan sudah
pecah apabila pada saat pemeriksaan dalam tidak terasa
adanya pantulan, melainkan terasa adanya gesekan-
gesekan kemungkinan rambut bayi, jika presentasinya
belakang kepala. Pada ketuban yang sudah pecah perlu
diperhatikan saat melakukan perabaan kemungkinan
terdapat bagian kecil janin yang menumbung (bisa
ekstremitas janin/tali pusat janin) (Baety,2012)
 Penurunan bagian terendah
Menurut Baety (2012) penurunan bagian terendah
janin pada proses persalinan dapat dinilai berdasarkan
bidang hodge/bidang khayal. Batas-batas bidang hodge
terdiri dari :
 Hodge 1 : Sejajar PAP
 Hodge 2 : Sejajar PAP melalui tepi bawah simfisis.
 Hodge 3 : Sejajar dengan H1 dan H2 melalui spina
Iskiadika.
 Hodge 4 : Sejajar dengan H1, H2 dan H3 melalui
koksigis.

 Presentasi janin
26

Beberapa presentasi janin yang dapat diketahui


yaitu :
presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi
bokong, presentasi muka. Pada presentasi belakang
kepala perlu diperhatikan kemungkinan adanya
moulage / tumpang tindih tulang kepala janin. Ada
tidaknya moulage dapat dilihat berdasarkan simbol
sebagai berikut :
 simbol 0 : jika tidak ada moulage,
 simbol 1 : jika tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan, simbol 2, jika tulang kepala janin
saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan,
 simbol 3, jika tulang kepala janin saling tumpang
tindih tetapi tidak dapat dipisahkan. (Baety,2012)
 Point Of Direction/POD
Titik petunjuk merupakan suatu titik yang sebagian
besar meliputi perabaan pertama kali pada saat jari
tengah dan jeri telunjuk tangan kanan masuk ke dalam
liang senggama. (Baety,2012)
 Bagian lain
Menurut JNPK-KR (2014), pastikan tali pusat dan
atau bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba pada
saat pemeriksaan.
c) Analisa Data
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013) diagnosa kebidanan
yang dapat disimpulkan yaitu paritas, usia kehamilan (dalam minggu),
kala dan fase persalinan, keadaan janin, normal.
Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, umur kehamilan 36-40
minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, puka/puki, presentasi kepala/
presentasi belakang kepala, inpartu kala I fisiologis
27

d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan persalinan kala I menurut JNPK-KR, (2014)
persiapan asuhan persalinan yang dilakukan adalah :
1 Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran
bayi.
Tempat untuk ibu berjalan – jalan dan menunggu saat
persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi
ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu
mendapatkan privasi yang diinginkannya.
2 Mempersiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat yang
diperlukan. Ketidakmampuan untuk menyediakan semua
perlengkapan, bahan – bahan dan obat – obat esensial pada saat
diperlukan akan meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu
dan bayi baru lahir.
3 Mempersiapkan rujukan. Jika terjadi penyulit keterlambatan untuk
merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu
dan/atau bayinya.
4 Memberikan asuhan sayang ibu pada persalinan :
1) Memberikan dukungan emosional.
Berdasarkan penelitian Lailia dan Nisa (2014)
pendampingan suami saat persalinan mempunyai peranan
penting bagi ibu karena dapat mempengaruhi psikologis ibu.
Kondisi psikologis yang nyaman, rileks dan tenang dapat
terbentuk melalui dukungan kasih sayang keluarga. Bentuk
dukungan bisa berupa support mental, berbagi pengalaman saat
menjalani proses persalinan, atau hal-hal positif lain, sehingga
berpengaruh pada kekuatan ibu saat melahirkan bayinya.
2) Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami
dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi.
28

Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring


atau merangkak.
3) Memberikan cairan dan nutrisi. Makanan ringan dan asupan
cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan banyak
energi dan mencegah dehidrasi.
4) Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan, Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2
jam, atau lebih sering jika Ibu merasa ingin berkemih atau jika
kandung kemih terasa penuh. Terjadinya kandung kemih yang
penuh berpotensi memperlanbat turunnya janin dan
mengganggu kemajuan persalinan, menyebabkan ibu tidak
nyaman, meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan
yang disebabkan oleh atonia uteri, mengganggu
penatalaksanaan distosia bahu, meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih pascapersalinan.
5) Pencegahan infeksi.
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting
dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu
dan bayinya. Upaya danketerampilan untuk melaksanakan
prosedur pencegahan infeksi secara baik dan benar juga dapat
melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi.
6) Penapisan awal / observasi kemajuan persalinan dengan
patograf
29

Tabel 2.1 observasi kemajuan persalinan dengan patograf

Parameter Frekuensi pada kala 1 laten Frekuensi pada kala 1 aktif


TD Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Tiap 1 jam
Kontraksi tiap 1 jam Tiap 30 menit Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam Ttiap 4 jam
Sumber : Kepmenkes RI (2013)

7) Mengajarkan ibu teknik relaksasi pola nafas


Berdasarkan penelitian Fitriani (2013) Teknik relaksasi
nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimal-
kan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu
meningkatkan aktifitas kom-ponen saraf parasimpatik vegetatif
secara simultan. Teknik tersebut dapat mengu-rangi sensasi
nyeri dan mengontrol inten-sitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri.
Hormon adrenalin dan kortisol yang me-nyebabkan stres akan
menurun, ibu dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa
tenang. Perlakuan teknik nafas dalam banyak memberikan
pengaruh penurunan tingkat nyeri setelah diberi perlakuan
selama 30 menit.
B. Manajemen Kala II Persalinan
Tanggal : ...... Jam : .....
a) Data Subyektif
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan takanan pada rektum
dan/atau vaginanya (JNPK-KR). Pasien merakan adanya tekanan pada
30

rektum dan merasa seperti ingin BAB (Sulistyawati dan Nugraheny,


2013).
b) Data Obyektif
1 Perineum menonjol
 Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
 Pembukaan serviks telah lengkap, atau
 Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (JNPK-
KR, 2014)
 Kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap
2 menit sekali dengan durasi > 40 detik, dan intensitasnya
semakin lama semakin kuat (Sulistyawati dan Nugraheny,
2013).
 Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (Jika ketuban sudah
pecah) (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
 Perubahan TTV
 Tekanan Darah akan meningkat selama kontraksi
disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan
diastolik 5-10 mmHg (Rukiyah dkk, 2009). Dalam
kategori kehamilan normal dapat dipantau dari tekanan
darah yaitu dibawah 140/90 mmHg (Romauli, 2011).
 Denyut Nadi frekuensi denyut nadi bervariasi pada
setiap kali mendorong. Secara keseluruhan, frekuensi
nadi meningkat selama kala II persalinan disertai
takikardi yang nyata (Varney, 2008).
 Frekuensi nadi yang normal untuk orang dewasa adalah
antara 60- 90 kali permenit (Kusmiyati,2011).
 Suhu : peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat
pelahiran dan segera setelahnya. Peningkatan normal
adalah 1 sampai 2 derajat F (0,5 sampai 1 derajat C)
(Varney, 2008). Suhu tubuh normal adalah 36,5-
31

37,20C. Keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 37,20C


disebut demam atau febris. Sedangkan hipotermia jika
suhu badan mencapai 350C (Astuti,2012)
 Pernapasan : peningkatan frekuensi pernafasan normal
selama persalinan dan mencerminkan penigkatan
metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang
memanjang adalah temuan abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada estremitas
dan pusing) (Rukiyah, 2009). Pernafasan normalnya 16-
24x/menit (Astuti,2012).
c) Analisa Data
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013) diagnosa kebidanan
yang dapat disimpulkan yaitu paritas, usia kehamilan (dalam minggu),
kala dan fase persalinan, keadaan janin, normal
Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, umur kehamilan 36-40
minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, puka/puki, presentasi
belakang kepala, inpartu kala II fisiologis.
d) Penatalaksanaan
Menurut JNPK-KR, (2014) penatalaksanaan kala II yang dapat
dilakukan adalah :
1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir).
2) Pakai sarung tangan DTT / steril untuk periksa dalam.
3) Beritahu ibu prosedur dan tujuan periksa dalam.
4) Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap (10 cm).
5) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran,
bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk
meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan ilmiah
yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan
mendukung usahanya. Catat hasil pemantauan pada partograf. Beri
cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat
32

beristirahat di antara kontraksi. Jika bayi tidak lahir setelah 60


menit upaya tersebut di atas atau jika kelahiran bayi tidak akan
segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi
mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
6) Posisi ibu saat meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman.
Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua
karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-
plasenter tetap baik. Posisi ibu saat meneran meliputi posisi duduk
atau setengah duduk, jongkok atau berdiri, merangkak atau
berbaring kiri.
7) Pencegahan laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat
kepala dan bahu dilahirkan. Saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm
tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan
dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan
perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan.
Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan
cepat pada waktunya.
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat
kelahiran bayi bila didapatkan jika gawat janin dan bayi akan
segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam
(sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam (forsep) atau ekstraksi
vakum), jaringan parut pada perineum atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan.
8) Melahirkan kepala
 Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang
bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan
siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah lahir).
33

 Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih


dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4
jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi.
 Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum.
9) Periksa tali pusat pada leher
 Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran
dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali
pusat.
 Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan
lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi.
 Jika lilitan sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2
tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara
2 klem tersebut.
10) Melahirkan bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali
pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar
secara spontan.Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala
bayi, minta ibu untuk meneran sambil menekan kepala ke arah
bawah dan lateral tubuh bayi sehingga bahu depan melewati
simfisis.Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan
lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat
dilahirkan.
11) Melahirkan seluruh tubuh bayi
 Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke
arah perineum dan sangga bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut.
 Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan
tangan posterior saat melewati perineum.
34

 Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh


bayi saat lahir
 Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan
memegang bahu,siku dan lengan bagian anterior.
 Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian
punggung, bokong dan kaki.
 Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk di atas di antara
kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan
ketiga jari tangan lainnya
 Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.
 Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada
tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan
bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.

C. Manajemen Kala III Persalinan


Tanggal : ... Jam : ...
a) Data Subyektif
Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina, ari-arinya
belum lahir, perut bagian bawahnya terasa mulas (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013).
b) Data Obyektif
Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal ..., jam ..., jenis
kelamin laki-laki/perempuan, normal/ada kelainan, menangis spontan
kuat, kulit warna kemerahan, plasenta belum lahir, tidak teraba janin
kedua, teraba kontraksi uterus (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus, tali pusat memanjang,
semburan darah mendadak dan singkat (JNPK-KR, 2014). Tekanan
darah, nadi dan pernapasan kembali ke tingkat sebelum melahirkan,
suhu tubuh kembali meningkat perlahan (Varney, 2008).
35

c) Analisa Data
Assasement menurut Sulistyawati, (2013) Seorang P1A0 dalam
persalinan kala III
Ny. X umur 20-35 tahun, G ≤ 4, P ≤ 3, A0, inpartu kala III
fisiologis
d) Penatalaksanaan
1 Memastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus (JNPK-KR, 2014).
2 Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik
3 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
4 Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali
pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada
asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama
5 Potong dan ikat tali pusat
6 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi kepala
bayi)
7 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci
8 Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%
9 Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-
perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
36

10 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang
topi pada kepala bayi.
11 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
12 Letakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat ditepi
atas simfisis dan tegakkan tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
13 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah dorso-kranial
secara hati- hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
14 Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros
jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial.
15 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
16 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
17 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
18 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
19 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
20 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
21 Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
22 Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
23 Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
24 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus dan meletakkan telapak tangan difundus dan lakukan
37

massase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus


berkontraksi (fundus teraba keras)
25 Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh
26 Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perinium dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif (Kemenkes
RI,2013)
BAB III
STUDI KASUS

3.1 KARTU DATA PASIEN

Tanggal/jam : 31 juli 2022 / 07:50


Nama : Ny. s
Umur : 30 tahun
Alamat : kp. Cibunar 4/5
Pekerjaan : ibu rumah tangga

I. PENGAMATAN (WANG)
1 Kesadaran (shen)
Semangat : lesu
Kesadaran : menurun
2 Ekspresi wajah (se)
Warna wajah : tidak terlihat secara spesifiik
Ekspresi umum : takut
3 Bentuk/posisi tubuh dan panca indera (Xing tay)
a Bentuk tubuh : kurus
b Gerak-gerak : lemah
c Kulit : bersih
d Rambut : kusam
e Hidung : tidak keluar cairan
f Telinga : tidak terlihat
g Mata : bersih
h Mulut : lembab

38
39

i Lidah :
OTOT LIDAH TOPOGRAFI LIDAH
Warna Merah muda
Ketebalan Tidak tebal tidak kurus
Bentuk Tidak ada cetakan gigi
kelembaban Basah

LAPISAN LIDAH TOPOGRAFI LIDAH


Warna Tidak berselaput
Ketebalan tebal
kelembaban basah

II. PENDENGARAN DAN PENCIUMAN (WEN)


1 Suara bicara : lemah
2 Nafas : pendek
3 Batuk : tidak batuk
4 Sputum : tidak ada
5 Bau mulut : tidak bau mulut
6 Faeces : tidak ada bau
7 Urine : tidak ada bau
8 Bau sputum : tidak ada bau

III.WAWANCARA (WUN)
1 Keluhan utama : Ibu merasa sakit pada perut bagian bawah sejak pukul
03.00 WIB, keluar lendir darah dari jalan lahir
dirasakan ibu pukul 02.00 WIB, belum keluar air-air
dan gerakan janin masih dirasakan oleh ibu.
2 Keluhan tambahan : ibu merasakan sakit di bagian perut bagian bawah
terasa ada tekanan, merasakan sakit disaat ada kontaksi.
40

3 Riwayat penyakit : ibu tidak mempunyai penyakit bawaan seperti


TBC, asma dan lain-lain.
4 Hal-hal umum
a Demam / takut dingin : tidak demam tidak takut dingin
b Keringat : berkeringat spontan
c Keluhan bagian tubuh : sakit hebat saat ada kontraksi (perut)
d BAB : teratur
e BAK : banyak
f Kebiasaan makan dan minum : dominan makan pedas dan minnum
air dingin
g Tidur : nyenyak
h Dada perut / anggota tubuh : tidak ada keluhan
i Pendengaran : tidak ada keluhan
j Rasa haus : tidak ada rasa haus
k Penyakit yang pernah di derita : tidak ada
l Menstruasi : haid teratur, tidak ada rasa nyeri, darah haid dalam
batas normal
m Keputihan : ada dan berwarna kuning
5 Hal-hal khusus organ zang fu
LU : tidak ada gangguan nafas
LI : tidak sembelit
ST : tidak ada rasa penuh epigastrik
SP : tidak ada gangguan nafsu makan, mudah lelah, pegal linu
HT : tidak ada sakit dada, tidak ada palpitasi
SI : tidak ada gangguan pada urine, tidak ada gangguan pada feses.
BL : tidak ada gangguan pada miksi
KI : tidak ada gangguan pada mata, tidak ada sakit pinggang
PC : tidak ada rasa panas pada telapak tangan
TE : tidak ada yang di rasa
GB : tidak ada pandangan berkabut, tidak ada vertigo
LR : tidak pemarah, tidak ada gangguan menstruasi
41

IV. PERABAAN (CIE)


1 Nadi
Nadi umum : dalam (organ), kuat (SHI), cepat (RE)
2 Nyeri lokal : enak tekan (defisien) di titik LI4 dan SP6
3 Titik akupuntur organ
a Titik SHU belakang : tidak ada nyeri ketika ditekan di titik KI, LU,
PC, HT, SP, LR
b Titik MU depan : tidak ada nyeri ketika ditekan di titik SI, TE, LI,
ST, GB, BL

V. DIAGNOSA / KESIMPULAN
Ny. S usia 30 tahun G1P0A0 inpartu aterm kala 1 fase aktif
Keluhan utama pasien mengatakan nyeri saat ada kontraksi, dan
merasakan enak bila ada tekanan di titik LI4 dan SP6.

VI. TERAPI / PENGOBATAN RENCANA TERAPI


1 Pemilihan alat : akupresur
2 Pemilihan tiitk akupresur : di titik LI4 dan SP6.
3 Anjuran : mengatur pernafasan dan emosional
4 Prognosis : membaik
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Akupressur merupakan penekanan pada titik akupunktur dengan
menggunakan telunjuk maupun jari sehingga perangsangan dengan akupresur
ini juga dapat mempengaruhi neurotransmitter di tubuh seperti halnya
akupunktur (Tournaire and Theau-Yonneau, 2007). Hal tersebut dibuktikan
bahwa akupresur efektif dalam menurunkan nyeri selama persalinan.
Dari beberapa penelitian tentang akupresur menunjukkan efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri persalinan, walaupun setiap penelitian
menggunakan titik akupresur yang berbeda. Hal ini selaras dengan pernyataan
Betts (1999) bahwa banyak titik akupresur yang memiliki manfaat untuk
menurunkan intensitas nyeri dan induksi persalinan. Titik akupresur yang
dapat digunakan dalam induksi persalinan antara lain: BL67, SP6,
LV3,BL31,BL32,GB21 dan SP9. Akuprresur pada titik ini diyakini dapat
menstimulai oksitosin dari glandula pituitary yang dapat merangsang
kontraksi uterus atau mengontrol nyeri persalinan. Namun dari beberapa
penelitian tersebut belum diketahui titik-titik mana saja yang lebih efektif
untuk menurunkan intensitas nyeri persalinan.
Rasa nyeri yang dialami selama persalinan memiliki 2 jenis yaitu nyeri
visceral dan nyeri somatik. Nyeri visceral merupakan nyeri yang dirasakan ibu
pada kala I. Impuls nyeri visceral ditransmisikan melalui segmen saraf spinal
T11-12 dan saraf simpatis limbar bagian atas yang berawal dari dalam uterus
dan serviks. Sehingga perangsangan pada titik akupresur terutama pada titik
SP6 ini dapat mengubah fungsi-fungsi fisiologis dari rahim karena titik ini
merupakan saluran yang berjalan di dermatom bidang L5, L4, L2 dan L1, dan
kemudian ke atas menuju T12 untuk T5.
Berdasarkan kasus pada Ny. S usia 30 tahun G1P0A0 inpartu aterm kala 1
fase aktif dengan keluhan utama yang di rasakan oleh ibu nyeri pada saat ada
kontraksi dan kemudian di lakukan akupresur di titik LI4 dan SP6 Terdapat
pengaruh akupresur pada intensitas nyeri bersalin.

42
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai