Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA DENGAN

GANGGUAN REPRODUKSI DISMENORRHEA

Disusun oleh:
Sopi Juliana
NIM. P07224420043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt. karena karunia, rahmat dan hidayah-Nyalah penyusun
dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan haid
Dismenorrhea ini. Penyusun berterimakasih kepada orang tua yang selalu memberi support
moral, pembimbing institusi Ibu Dr. Hj. Evy Nurachma, M. Kes yang selalu sabar memberi
bimbingan, serta teman-teman yang memberi semangat serta saran dalam penyelesaian
laporan ini.
Dengan laporan ini penyusun berharap dapat lebih bisa mengoreksi diri dalam hal
membuat asuhan serta berharap bermanfaat bagi orang lain. Laporan ini disusun tidak
tentunya tidak luput dari kesalahan, untuk itu penyusun sangat menerima kritik dan saran
yang membangun.
Penyusun sangat berharap laporan ini dapat berguna di masa sekarang dan yang akan
datang. Semoga laporan ini dapat dipahami dan bermanfaaat bagi siapapun yang
membacanya.

Samarinda, 09 Januaril 2021

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................i
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan Gangguan Reproduksi
Dismenorrhea........................................................................Error! Bookmark not defined.
1. Kesehatan Reproduksi...............................................Error! Bookmark not defined.
2. Dismenorrhea.............................................................Error! Bookmark not defined.
3. Fisiologi.....................................................................Error! Bookmark not defined.
4. Patofisiologi...............................................................Error! Bookmark not defined.
5. Komplikasi.................................................................Error! Bookmark not defined.
6. Pemeriksaan Penunjang.............................................Error! Bookmark not defined.
7. Pelayanan yang Dibutuhkan......................................Error! Bookmark not defined.
8. Penatalaksanaan.........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan Gangguan
Reproduksi Dismenorrhea....................................................Error! Bookmark not defined.
I. Pengkajian..................................................................Error! Bookmark not defined.
II. Interpretasi data.........................................................Error! Bookmark not defined.
III. Diagnosa Potensial.................................................Error! Bookmark not defined.
IV. Penanganan Segera................................................Error! Bookmark not defined.
V. Perencanaan...............................................................Error! Bookmark not defined.
VI. Pelaksanaan............................................................Error! Bookmark not defined.
VII. Evaluasi..................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................27
BAB V PENUTUP...................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33

iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan kehamilan fisiologis trimester III dengan anemia ringan, telah diperiksa
dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di Puskesmas Remaja
Samarinda.

Samarinda, 27 Maret 2023


Mahasiswa,

Nida Fatimatuz Zahra


NIM. P07224422259

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Dr. Hj. Evy Nurachma, M.Kes Safariyati, A. Md. Keb


NIP.196303191984032013 NIP.198809302017042011

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah menstruasi
pertama, atau dalam bahasa medis disebut dengan menarche. Kejadian ini menandakan
awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa pubertas. Masa
pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat, menstruasi pertama
(menarche), perubahan psikis dan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti
tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan, dan pembesaran payudara (Atikah dan Siti,
2009).
Seorang remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus
menstruasi tiap bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman
seperti sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram
perut dan sakit perut. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau dismenorea.
Dismenorea yang sering terjadi pada remaja adalah dismenorea primer. Dismenorea
primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan ginekologik. Dismenorea primer ini
ciri khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi
selanjutnya (Atikah dan Siti, 2009).
Sementara itu, hasil survei terhadap 113 pasien di family practice setting di
Amerika Serikat menunjukkan prevalensi dismenorea 29 – 44 persen dari jumlah
pasien tersebut. Masih di Amerika Serikat, puncak insiden dismenorea primer terjadi
pada akhir masa remaja dan diawal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri
dilaporkan sekitar 92 persen. Insiden ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan
meningkatnya kelahiran (Dito dan Ari, 2011).
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di Indonesia. Ini
dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami dismenorea tidak
melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter dan kecenderungan untuk
meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat di pastikan secara mutlak.
Boleh dikatakan 90 persen perempuan Indonesia pernah mengalami dismenorea (Dito
dan Ari, 2011).
Peran bidan pada kasus ini adalah konseling tentang kesehatan reproduksi dan
anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar dapat mengatasi keluhan yang
terjadi pada klien dengan dismenorea primer, contohnya rasa nyeri, pegal pada

1
punggung dan paha, mual dan pusing. Tanpa memandang sebabnya, untuk
sementara waktu dapat diberikan analgesik (antalgin, novalgin, ibu profen,
asam mefenamat dan lain sebagainya). Bila pada pemeriksaan bidan dijumpai
kelainan anatomis yang kemungkinan adanya endometriosis, maka rujukan makin besar
indikasinya (Manuaba, 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
haid Dismenorrhea dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Dismenorrhea.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada wanita dengan
Dismenorrhea.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan Dismenorrhea
menggunakan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada wanita dengan
Menometroragia.
e. Melakukan pembahasan menggunakan 7 langkah Varney.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan Dismenorrhea


1. Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan kelompok
umur antara 10-19 tahun, menurut peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja antara
10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2015). Masa remaja terjadi ketika
seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari anak menjadi dewasa
(pubertas).pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan
melaksanakan fungsi organ reproduksi (Kumalasari, 2012)
b. Perubahan Remaja
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh
dari anak menjadi dewasa (pubertas).pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik
yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan
dengan kemampuan melaksanakan fungsi organ reproduksi (Kumalasari, 2012).
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya
tandatanda sebagai berikut.
1) Tanda Seks Primer
a) Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah
mengalami mimpi basah.
b) Remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah dengan
datangnya menstruasi (menarche).
2) Tanda seks sekunder
a) Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar, dada
semakin besar, badan berotot, tumbuh kumis dan rambut disekitar alat
kemaluan, ketiak, dada, tangan, dan kaki.
b) Pada remaja wanita : tumbuhnya bulu-bulu halus disekitar ketiak dan
vagina, pinggul lebar, pertumbuhan payudara, putting susu membesar dan
menonjol, serta kelenjar susu berkembar, payudara menjadi lebih besar
dan lebih kuat.
2. Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait jaringan
sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting
dalam proses ini karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi. Perdarahan
menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus 28 hari. Lama
perdarahan menstruasi bervariasi. Pada umumnya lama 4-6 hari tetapi antara 2-8
hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari
fragmen-fragmen kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu.Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormone estrogen dan
progesterone. Kedua hormone ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh
perempuan yang bisa dilihat melalui beberapa indikator klinis, seperti perubahan
suhu basal tubuh, perubahan sekresi lender leher rahim (serviks), perubahan
serviks, panjang tidaknya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor
kesuburan, seperti rasa nyeri dan perubahan payudara (Janiwarty, 2013).
b. Bentuk Gangguan Menstruasi
Setelah mengalami siklus menstruasi normal dengan menarche sebagai titik
awalnya, dapat dikemukakan beberapa gangguan seperti ( Manuaba, 2009) :
1) Gangguan Jumlah Darah dan Lama Haid
Hipermenorea (menoragia) adalah bentuk gangguan siklus menstruasi teratur,
jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari jumlah penduduk
yang dipakai dan gumpalan darahnya.Penyebab terjadinya menorragia
kemungkinan mioma uteri (pembesaran uteri).polip endometrium atau
hyperplasia endometrium penebalan dinding rahim. Hipomenorea kelainan yang
siklus menstruasi tetap teratur sesuai jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit
dengan kenyataan tidak banyak berdarah.
2) Kelainan siklus menstruasi
Oligomenorea kelainan yang siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah
perdarahan mungkin sama, penyebabnya adalah gangguan hormonal. Amenorea
yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturutturut.Amenore
fisiologis yaitu sejak wanita lahir sampai menarche, terjadi pada kehamilan dan
menyusui sampai batas waktu tertentu dan setelah berhentinya haid.
3) Perdarahan diluar haid
Perdararan diluar haid disebut dengan metroragia.Perdarahan ini disebabkan
oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan
hormonal terjadi gangguan proses hipotalamus, hipofise, ovarium (indung telur)
dan rangsangan estrogen dan progesteron dengan bentuk perdarahan yang
terjadi diluar menstruasi bentuk bercak dan terus-menerus. Pada kelainan
anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan pada alatalat kelamin
diantaranya pada mulut rahim (keganasan, perlukaan atau polip).

3. Dismenore
a. Pengertian Dismenore
Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid seperti rasa tidak
enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan
pingsan ( Anurogo, 2017 ). Secara etimologi, dismenorea berasal dari kata dalam
bahasa Yunani kuno (Greek).Kata tersebut berasal kata dys yang berarti sulit,
nyeri, atau abnormal.Sedangkan meno yang berarti bulan, dan rrhea yang berarti
aliran atau arus.Dengan demikian, secara singkat dismenorea dapat didefenisikan
sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri.
b. Tipe-tipe Dismenore
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan
atau sebab yang dapat diamati.
1) Dismenore Berdasarkan Jenis Nyeri
a) Dismenore Spasmodik
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah
perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.Dismenore
spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40
tahun ke atas.Sebagian wanita mengalami dismenore spasmodik, tidak
dapat melakukan aktivitas (Judha, 2012). Tanda dismenore spasmodic,
antara lain :
 Pingsan
 Mual
 Muntah
 Dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi dengan melahirkan,
walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.
b) Dismenore Kongesif
Dismenore kongesif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid
datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang 2
minggu. Pada saat haid dating, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan
setelah hari pertama haid, penderita dismenorekongesifakan merasa lebih
baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongesif, antara lain :
 Pegal (pegal pada bagian paha)
 Sakit pada daerah payudara.
 Lelah
 Mudah tersinggung
 Kehilangan keseimbangan
 Ceroboh
 Gangguan tidur.
2) Dismenore Berdasarkan Jenis Nyeri
Secara klinis, dismenore terbagi menjadi dua bagian, yaitu dismenore primer
dan dismenore sekunder.
 Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada kelainan
pada alat-alat genetalia yang nyata.Dismenore primer terjadi beberapa
waktu setelah menarche biasanya 12 bulan atau lebih oleh karena siklus-
siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulatoar atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung
untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung
beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya
terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan
paha.Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitasi, dan sebagainya. Tipe dismenore ini mungkin
mulai dalam enam bulan sampai satu tahun setelah menarche (mulainya
menstruasi), waktu ketika seorang gadis mulai mempunyai periode-periode
menstruasi.Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan
kandungan.Dismenore primer sering terjadi kemungkinan lebih dari 50 %
wanita mengalaminya dan 15 % diantaranya mengalami nyeri pada saat
menstruasi yang hebat. Biasanya dismenore primer timbul pada masa
remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama.
 Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan
oleh kelainan ginekologi atau kandungan.Pada umumnya terjadi pada
wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri
menstruasi dismenore primer, namun lama nyeri dirasakan melebihi
periode menstruasi dan dapat pula terjadi bukan pada saat menstruasi.
Pengertian lain menyebutkan definisi dismenore sekunder sebagai nyeri
haid yang muncul saat menstruasi, namun disebabkan oleh adanya
penyakit lain. Penyakit lain yang sering menyebabkan dismenore sekunder
antara lainendometriosis, fibroid uterin, adeonomiosis uterin, dan inflamasi
pelvis kronis.
Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi latrogenik dan psikologis
yang beraksi di uterus, tuba fallopi, ovarium, atau pelvis peritoneum.
Secara umum, nyeri datang ketika terjadi, proses yang mengubah tekanan
di dalam atau disekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah,
atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan
fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber
rasa nyeri.Dismenore sekunder didiagnosis bila gejala yang timbul dan
penyakit yang mendasarinya, gangguan, atau kelainan struktual baik di
dalam atau diluar rahim.
c. Penyebab Dismenore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi distritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari ringan sampai berat di perut bagian
bawah, bokong, dan nyeri spesmodik disisi medial paha (Anurogo,2017).
1) Penyebab Dismenore Primer
a) Faktor endokrin. Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase corpus
luteum. Hormon progesterone menghambat atau mencegah
kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang
kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot
polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran
darah maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya seperti
nausea (mual), muntah, diare, flushing (tak terkendali) dari sistem saraf
yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna
kemerahan atau sensasi panas.
b) Kelainan organik seperti retrofleksi uterus (kelainan letak arah
anatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang tak
lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluranjalan lahir,
mioma submukosa bertangkai dan polip endometrium
c) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual, takut hamil, atau immaturitas (belum mencapai kematangan)
d) Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore.
Menurut penelitian Ropitasari & Isnadewi (2015) terdapat hubungan
yang bermakna antara anemia dengan tingkat dismenore pada remaja.
Molekul yang berfungsi untuk mengikat dan membawa oksigen ke
seluruh tubuh adalah hemoglobin. Semakin banyak hemoglobin yang
mengikat dan membawa oksigen dalam sel darah merah maka
kebutuhan oksigen pada jaringan akan terpenuhi.9 Iskemia dapat
mengakibatkan dikeluarkannya fosfolipid, asam arakidonat, ion
kalsium dan produksi prostaglandin dan vasopresin. Prostaglandin dan
vasopresin akan menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah arteri
spiralis dan terjadinya iskemia endometrium bagian atas yang dapat
mengeluarkan banyak fosfolipid sehingga dapat memicu pengeluaran
prostaglandin lebih banyak, sampai akhirnya berakibat dismenore
(Gunatmaningsih, 2007).
e) Faktor alergi. Penyebab alergi adalah toksin haid.

d. Gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar
ke punggung bagian bawah dan tungkai.Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang
timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh
sakit kepala, mual, sembelit atau diare ddan sering berkemih.kadang sampai
terjadi muntah ( Nugroho, 2014).
e. Faktor Resiko Dismenore
Faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan dismenore berat, yaitu :
1) Menstruasi pertama pada usia awal dini
2) Kesiapan dalam menghadapi menstruasi
Kesiapan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan faktor psikologis.Semua
nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya thalamus dan
hubungan susunan saraf pusat, khususnya thalamus dan korteks.Pada
dismenorefaktor pendidikan dan faktor psikologis sangat berpengaruh.Nyeri
dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan psikologis
penderita.Seringkali setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang menetap
setelah melahirkan.Mungkin kedua keadaan tersebut membawa perubahan
fisiologis pada genetalia maupun perubahan psikis.
3) Periode menstruasi yang lama
Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid yang
setiap bulannya relatif tetap yaitu selama 28 hari.Jika meleset pun, perbedaan
waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda, tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari,
dihitung dari hari pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid dilihat
dari darah keluar sampai bersih, antara 2-10 hari. Darah yang keluar dalam
waktu sehari belum dapat dikatakan sebagai haid. Namun, bila telah lebih dari
10 hari, dapat dikategorikan sebagai gangguan.
4) Aliran menstruasi yang hebat
Jumlah darah haid biasanya sekitar 50 ml hingga 100 ml atau tidak lebih dari
5x ganti pembalut per harinya. Darah menstruasi yang dikeluarkan seharusnya
tidak mengandung bekuan darah, jika darah yang dikeluarkan sangat banyak
dan cepat enzim yang dilepaskan di endometriosis mungkin tidak cukup atau
terlalu lambat kerjanya
5) Merokok
Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat
bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early menopause
(lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil.Pada wanita perokok
terjadi peningkatan risiko terjadinya kasus kehamilan diluar kandungan dan
keguguran.
6) Riwayat keluarga yang positif
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit juga.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan
menorragia dapat mempengaruh sistem hormonal tubuh. Tubuh akan
memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesterone yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh
seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesterone dalam tubuh.
7) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
8) Kegemukan
Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid tidak
teratur atau kronis.Hal ini mempeengaruhi kesuburan, disamping itu juga
faktor hormonal yang ikut berpengaruh.Perubahan hormonal atau perubahan
pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan lemak pada perempuan
obesitas.
9) Konsumsi alcohol
Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan kadar estrogen yang efeknya
dapat memicu lepasnya prostaglandin (zat yang dapat membuat otot-otot
rahim berkontraksi).
4. Cara mengatasi Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan nonsteroid
(misalnya ibuprofen, naproven dan asam mefenamat ). Obat ini akan sangat efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi( Nugroho, 2014). Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga bisa dikurangi
dengan istirahat yang cukup, olahraga yang teratur (terutama berjalan), pemijatan,
yoga, orgasme pada aktivitas seksual, dan kompres hangat di daerah perut. Mual dan
muntah diatasi dengan memberikan obat antimual.Tetapi, mual dan muntah biasanya
menghilang jika kramnya telah teratasi.Gejala dismenore juga dapat dikurangi dengan
istirahat yang cukup serta olahraga secara teratur.
Menurut penelitian semakin tinggi asupan Fe (zat Besi), maka semakin rendah
kejadian dismenorea yang dirasakan. Diharapkan remaja putri dapat mencegah dan
mengurangi nyeri dengan mengkonsumsi makanan sumber Fe (zat Besi) (Masruroh &
Aini, 2016).
Menurut hasil penelitian dari Febriati di tahun 2015 menyatakan bahwa
sebanyak 34% mahasiswi yang mengalami dismenorea primer memiliki kadar Hb
yang rendah, hal ini dikarenakan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi serta mengkonsumsi makanan yang dapat memperlambat kerja fe diantaranya
adalah teh dan kopi. Karena seharusnya konsumsi makanan yang tinggi fe sebaiknya
diringi dengan konsumsi air jeruk untuk memaksimalkan penyerapan zat besi kedalam
tubuh.
Hasil penelitian dari Wahyuningsih dan Sari (2014) menyatakan bahwa siswi
yang mengalami dismenore sedang dan berat memiliki pola konsumsi makanan yang
rendah zat besi sehingga memiliki kadar hemoglobin rendah sehingga menyebabkan
anemia dan mengakibatkan terjadinya dismenorea.
Hasil penelitian dari Eka Rahmadayanti, dkk (2017) menyatakan terdapat
disimpulkan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan derajat nyeri haid
pada remaja putri di SMA Karya Ibu Palembang.
Hasil penelitian Lisa dan Hanna (2017) mengatakan Adanya pengaruh jahe
terhadap rasa nyeri saat menstruasi dikarenakan jahe memiliki kandungan oleoresin
jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin dapat
menghambat kerja enzim di dalam siklus COX. Sehingga dapat menghambat
pelepasan enzim tersebut menuju prostaglandin yang menyebabkan terjadinya
inflamasi. Selain itu juga jahe merah (Zingiber officinale) dapat menghambat
terjadinya kontraksi pada uterus yang dapat menyebabkan nyeri saat menstruasi.
Hasil penelitian Anis dan Rita (2013) menyatakan Dari 151 mahasiswi
ditemukan lebih dari setengahnya yaitu sebesar 62,3% yang mengalami dismenorhoe.
Berdasarkan keanekaragaman makanan yang dikonsumsi masih ada mahasiswi yang
hanya mengkonsumsi salah satu jenis makanan (vegetarian & pemakan lauk-pauk
saja) yaitu sebesar 11,9% Berdasarkan kegiatan Olahraga yang dilakukan mahasiswi
lebih dari setengahnya yaitu 52,3% melaksanakan kegiatan fisik kurang dari 30 menit
Dan berdasarkan Staus Gizi yang dilihat dari Indeks Masa Tubuh (IMT) didapatkan
proporsi mahasiswi yang memiliki berat badan tidak ideal yaitu sebesar 29,1%
Sedangkan yang memiliki berat badan Ideal yaitu 70,9%. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara jenis makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan
berolahraga dengan kejadian dismenore, dan kebiasaan berolahraga minimal 30
menit/hari merupakan faktor yang paling berpengaruh untuk mengurangi nyeri haid
(dismenore). Sedangkan variabel status gizi tidak memiliki hubungan dengan kejadian
dismenorhoe pada remaja.
Hasil penelitian Paulus, dkk (2017) menyatakan Hampir setengah dari
responden mengalami nyeri haid dalam tingkat ringan sebelum diberikan terapi air
putih. Setelah diberikan terapi air putih, kurang dari separuh responden mengalami
nyeri ringan serta tidak ada lagi responden yang mengalami nyeri sangat
berat.Terdapat pengaruh terapi air putih yang bermakna terhadap penurunan
dismenorhea primer pada remaja putri di Kos Bambu Kelurahan Tlogomas Kota
Malang.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan Dismenorrhea


Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah
kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2005).
Untuk kejelasan langkah maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara detail
dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney, yaitu :
1. Pengkajian
Dalam langkah pertama ini bidan mencari dan menggali data maupun fakta baik
yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim lainnya, ditambah dengan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri (Varney, 2007).
Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subyektif dan obyektif.
a. Data subyektif
Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu data kejadian.
1) Biodata pasien
Menurut Varney (2007), pengkajian biodata antara lain :
Nama : Untuk mengetahui nama klien agar mempermudah
dalam komunikasi.
Umur : Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan
pasien.
Agama : Untuk memberikan motivasi sesuai agama yang dianut klien.
Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.
Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.
Alamat : Untuk mengetahui alamat klien agar mempermudah mencari
alamat jika terjadi sesuatu.
Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi klien.
2) Alasan datang
Alasan datang yaitu menanyakan keluhan yang disarankan saat
pemeriksaan serta berhubungan dengan gangguan dismenorea. Pada pasien
dismenorea biasanya mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada
punggung dan paha, adakalanya disertai mual muntah, pusing, diare saat
menstruasi (Manuaba, 2009).
3) Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi:
a) Menarche, perlu ditanyakan karena dismenorea biasanya terjadi beberapa
waktu setelah menarche, biasanya 6–12 bulan pertama setelah menarche (Dito
dan Ari, 2011).
b) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid teratur atau
normal (21–40 hari), karena siklus haid setiap wanita berbeda-beda, berkaitan
dengan usia klien (Dito dan Ari, 2011).
c) Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari klien
normal (3–7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda (Dito dan Ari,
2011).
d) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut
yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2
perhari berarti jumlah darah sedikit, 2–4 perhari berarti normal dan lebih
dari 5 perharinya banyak normalnya yaitu 30 ml perhari (Wiknjosastro,
2007).
e) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada
nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang dan paha serta gejala yang
menyertai dismenorea seperti pusing, mual, muntah maupun diare saat
menstruasi (Manuaba, 2009).
f) Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana


Andarmoyo, S. (2013)
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat

pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VDS

diranking dari ” tidak nyeri” sampai ” nyeri yang tidak tertahankan”

(Andarmoyo, 2013).

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih

intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien

memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

4) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan (Varney, 2007). Dismenorea primer
sering terjadi pada usia remaja (Atikah dan Siti, 2009).
5) Riwayat KB
Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan KB jenis apa (Varney,
2007). Dalam kasus dismenorea primer sering terjadi pada usia remaja dan belum
menikah (Atikah dan Siti, 2009).
6) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderita suatu penyakit kronis dan keluhan yang dialami klien saat ini, yang
akan mempengaruhi timbulnya dismenorea. Karena faktor anemia, penyakit
menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea
(Wiknjosastro, 2007).
b) Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya, misal diabetes militus, hipertensi, jantung,
asma, TBC, tumor, kanker, hepatitis, dan lain- lain. Penyakit ini dapat
membuat berat badan menjadi kurus sehingga dapat memicu terjadinya
dismenorea saat haid (Yatim, 2004).
c) Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui penyakit
yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit menular dan keturunan yang
dapat mempengaruhi organ reproduksi dan apakah keluarganya
terdapat riwayat dismenorea (Estiwidani dkk, 2008).
d) Riwayat operasi perlu dikaji untuk mengetahui pasien sudah pernah operasi
atau belum (Varney, 2007).
b. Data Obyektif
Adalah data yang didapat dari observasi dan pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui (Varney, 2007).
1) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut Varney (2004) meliputi :
Keadaan umum : Baik, sedang atau jelek (Varney, 2007)
Kesadaran : Composmentis atau somnolen (Varney, 2007)
Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor hipertensi atau hipotensi,
normal 120/80 mmHg (Varney, 2007).
Suhu : Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh

/ tidak, normalnya suhu tubuh 36,50C – 37,60C (Varney,


2007).
Nadi : untuk mengetahui nadi pasien, normal 60 – 80 kali permenit
(Varney, 2007).
Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam 1 menit, respirasi normal 18 –
22 x/menit (Varney, 2007).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
a) Inspeksi
Melakukan pemeriksaan pandang terhadap pasien mulai dari kepala
sampai kaki.
Kepala : Rambut, warna, lebat atau jarang, rontok, atau ada
ketombe
(Varney, 2007).
Muka : Pucat, ada oedem atau tidak. Pasien dengan keluhan
dismenorea akan terlihat pucat dan meringis menahan
sakit (Varney, 2007).
Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah
segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning,
(Varney, 2007).
Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk
mengetahui adanya gangguan jalan nafas (Varney,
2007).
Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk
mengetahui kecukupan kalsium (Varney, 2007).
Gusi : Warnanya, ada perdarahan atau tidak, untuk
mengetahui kecukupan vitamin dan mineral (Varney,
2007).
Lidah : Bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi yang
mengarah pada penyakit tertentu misalnya tifoid
(Varney, 2007)
Bibir : Pecah atau tidak, ada stomatitis atau tidak, untuk
mengetahui kecukupan vitamin dan mineral (Varney,
2007).
Telinga : Bersih atau kotor, ada peradangan maupun benjolan
atau tidak, untuk mengetahui adanya tanda infeksi
atau tumor (Varney, 2007).
Payudara : Simetris atau tidak, besih atau kotor, ada retraksi atau
tidak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada
payudara (Varney, 2007).
Abdomen : Simetris atau tidak, ada luka bekas operasi atau tidak
(Varney, 2007).
Genetalia eksterna : ada oedem atau tidak, ada pembengkakan kelenjar
bartholini atau tidak (Varney, 2007).
Ekstrimitas : ada varises atau oedem pada tangan maupun kaki atau
tidak (Varney, 2007).
b) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan rabaan, pada pemeriksaan ini
hanya diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan, bagaimana
keadaan umum (Varney, 2007).
3) Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan bila diperlukan untuk mendukung penegakan diagnosa
mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang seperti pemeriksaan HB
(Nursalam, 2004).
2. Interprestasi Data
Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi diagnosa atau masalah yang spesifik yang sudah di identifikasikan
(Varney, 2007). Data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosis atau masalah yang spesifik.
a. Diagnosa kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2007).
“Remaja usia.....tahun dengan dismenorea primer”.
Dasar :
1) Data subyektif
Nn. X mengatakan bahwa saat ini sedang haid hari pertama
merasakan pusing, nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada paha dan
pinggang.
2) Data obyektif
a) Keadaan umum baik/cukup/jelek
b) Kesadaran komposmentis/somnolen/apatis c) Tanda-tanda vital
d) Muka pucat, meringis menahan sakit
e) Terdapat nyeri pada perut bagian bawah
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien.
Dalam kasus ini masalah yang timbul adalah rasa tidak nyaman dan
kecemasan yang dialami pasien seperti nyeri perut bagian bawah, pagal pada
pinggang dan paha, pusing, mual, muntah maupun diare saat menstruasi
(Varney, 2007).
c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney,
2007).
Kebutuhan yang dapat diberikan pada pasien dismenorea ini dapat
berupa olahraga ringan, kompres air hangat atau dingin di tempat yang
nyeri, istirahat cukup dan makan-makanan yang bergizi (Varney, 2007).
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diagnosa merupakan tindakan segera yang dapat
menimbulkan kegawatdaruratan pada klien. Pada remaja dengan
dismenorea primer merupakan gejala dan bukan suatu penyakit, karenanya
tidak ada diagnosa potensial (Varney, 2007).
4. Antisipasi
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Data-data terbaru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Sebagian
data menunjukkanS satu situasi yang memerlukan tindakan segera.
Sementara yang lain harus menunggu dari seorang dokter, situasi lainya bisa
saja tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya (Varney, 2007).
5. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Tugas bidan disini adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan. Merencanakan bersama
pasien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya
(Varney, 2007).
Asuhan kebidanan pada kasus dismenorea primer yang dapat
diberikan menurut Atikah dan Siti (2009), yaitu:
a. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya b.
Pemberian analgesik dan tokolitik
c. Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti berjalan kaki,
bersepeda, atau berenang
d. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
e. Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran
hijau
f. Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut
jika terasa nyeri
6. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti
yang diuraikan dalam langkah ke V, pemecahan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian oleh bidan, klien atau tim kesehatan lainya. Jika
bidan tidak melaksanakan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaan asuhan kebidanan tersebut (Varney, 2007).
Pada kasus ini implementasi yang dilakukan menurut Atikah dan Siti
(2009) adalah :
a. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya b.
Memberikan terapi analgesik dan tokolitik
c. Menganjurkan klien olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda,
atau berenang
d. Menganjurkan klien untuk cukup istitahat
e. Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan
sayuran hijau
f. Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah
perut jika terasa nyeri
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan.
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan klien pribadi maupun bidan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mangatahui kemajuan dari hasil tindakan yang dilakukan (Varney, 2007).
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan gangguan reproduksi
dengan dismenorea primer menurut Atikah dan Siti (2009) adalah :
a. Keadaan umum klien baik
b. Nyeri perut, pusing, mual, muntah maupun diare karena keluhan
dismenorea dapat berkurang dan hilang
c. Klien dapat mengatasi sendiri keluhan dismenorea primer dengan
berolahraga ringan, istirahat cukup dan amakan makanan tinggi
protein dan sayuran hijau
d. Pasien merasa nyaman
segera. Sementara yang lain harus menunggu dari seorang dokter, situasi
lainya bisa saja tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainya (Varney, 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 10 Februari 2021


Waktu Pengkajian : 10.30 WITA
Tempat Pengkajian : Pusksmas Trauma Center
Nama Pengkaji : Sopi Juliana

S:
1) Identitas
Nama : Nn. T
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Kutai
Pendidikan : Kelas XII SMA
Pekerjaan : Siswi
Alamat : Jl. Soekarno-Hatta RT.13 No. 43

2) Alasan datang
Nyeri haid, bisa sampai mual muntah dan hampir pingsan

3) Riwayat menstruasi
Pertama kali haid usia 12 tahun, haid teratur setiap bulan dengan siklus 32 hari.
Dalam sehari menghabiskan 5-7 pembalut ukuran sedang (penuh), lama haid 5-7 hari.
Setelah menarche di usia 12 tahun, terhitung Nn. T mendapatkan haid sebanyak 3
siklus, kemudian setelah itu tidak haid selama 6 bulan (masuk pondok pesantren,
kemudian pindah ke SMP), setelah itu haid dapat datang kembali. Memasuki SMA
Nn.T mengalami nyeri haid yang berat hingga saat ini (skala nyeri 8). Bila datang haid,
nyeri hebat terjadi di hari pertama dan kedua, seringkali pasien izin tidak masuk
sekolah di hari pertama haid. Hari pertama haid terakhir pasien adalah pada
15/01/2021.

4) Riwayat perkawinan
Pasien belum pernah menikah dan tidak pernah berhubungan seksual.
5) Riwayat KB
Pasien tidak pernah menggunakan KB apapun.

6) Riwayat kesehatan
Terkait keluhannya saat ini pernah memeriksakan keluhannya ke Puskesmas Trauma
Center, dokter mengatakan karena faktor stres, pasien diberi obat, dan dijadwalkan ulang
tapi pasien tidak datang. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit menurun, menular
maupun infeksi. Pasien tidak pernah dioperasi.
Di dalam keluarga ada yang menderita penyakit kista yaitu Ibu kandung pasien.

7) Pola fungsional kesehatan


Nutrisi : Makan dengan porsi sedang 3x dalam sehari (komposisi: nasi ¾
bagian, sayur & lauk ¼ bagian), minum air sebanyak 5 gelas dalam
sehari.
Eliminasi : BAB 1x dalam sehari, BAK 3x sehari warna jernih kuning pucat.
Istirahat : tidur siang ±1 jam dalam sehari dan tidur malam 7-8 jam dalam
sehari.
Personal hygiene : Mandi 2x dalam sehari. Keramas 2-3 hari sekali, sikat gigi 2x dalam
sehari, ganti celana dalam 3x dalam sehari.
Aktivitas : Belajar, terkadang olah raga pagi yaitu jogging.
Kebiasaan : Pasien tidak rutin minum tablet Fe yang diberikan sekolah, dan
selama pandemi tidak pernah konsumsi tablet Fe. Pasien tidak
merokok dan mengkonsumsi jamu, minuman bersoda, beralkohol
maupun herbal.

8) Riwayat psikososiokultural spiritual


Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Pasien merasa tidak nyaman terkait keluhan yang dialaminya. Tidak
ada kebudayaan, ritual keagamaan maupun kebiasaan khusus yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
O:
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital: TD: 110/90 mmHg, N: 70x/menit, RR: 18x/menit, T:36,8oC
Antropometri : TB:163 cm, BB saat ini:53 kg, Lila: 24 cm

2) Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada ketombe, distribusi rambut merata, warna
rambut hitam,
Wajah : pucat, ada beberapa jerawat, tidak oedem
Mata : simetris, sclera putih, conjunctiva anemis
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : simetris, bibir pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
dentis, tidak ada peradangan pada tonsil
Telinga : simtris, bersih
Dada :pergerakandindingdadasimetris,tidakadaretraksi,
Abdomen : tidak ada hypertimpani, tidak teraba massa
Ekstrimitas : simetris, tidak oedem, CRT <2detik.

3) Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

A:
Diagnosa : Remaja usia 19 tahun dengan Dismenorrhea Berat
Masalah : pasien merasa cemas dan tidak nyaman dengan kondisinya, sering
izin tidak masuk sekolah
Diagnosa potensial : Dismenorrhea Berat Tidak Tertahankan
Masalah potensial : Stress, tugas menumpuk/tidak naik kelas
Kebutuhan segera : Kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
10/02/2021 Memberikan pretest pada pasien untuk mengukur pengetahuan
10.35 WITA pasien.
; pasien mengisi pretest selama ±5 menit, jumlah soal yang
benar adalah 6 dan yang salah adalah 4
10.40 WITA Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi yang
dialaminya ini merukan dismenorhea atau nyeri haid, kondisi
ini umum dialami tapi bila keluhan seperti yang dialami pasien
perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter kandungan, terlbih
ibu kandung pasien memiliki riwayat penyakit kista. Dari hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda anemia, namun
perlu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui pasti kadar
hemoglobin dalam tubuh pasien, hal ini bisa dikarenakan
darah haid yang keluar banyak dan tidak rutin mengkonsumsi
TTD maupun tidak adekuatnya sumber makanan yang
mengandung zat besi.
; pasien mengerti akan kondisinya
10.45 WITA Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan dismenorrhea
yaitu Stress, Anemia, Kelainana pada rahim, Status gizi
berlebih. Menjelaskan pada pasien bahwa kemungkinan
penyebab nyeri haid pasien disebabkan karena stres, bisa juga
diperberat oleh anemia yang kemungkinan dialaminya.
; pasien menyimak, antusias dan bertnaya bila ada yang belum
dipahami
10.50 WITA Menjelaskan cara mengatasi dismenorrhea dengan kompres
hangat, rutin minum tablet tambah darah, minum jahe hangat,
makan makanan dengan gizi seimbang, minum air putih 8
gelas sehari, olahraga rutin.
; pasien menyimak, antusias dan bertnaya bila ada yang belum
dipahami
10.55 WITA Memberi KIE gizi seimbang dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati,
sayur dan buah. Dengan proporsi dalam satu piring terdiri atas,
1/3 bagian karbohidrat, 1/3 bagian protein hewani dan nabati,
dan 1/3 bagian sayur dan buah. Selian itu juga dianjurkan rutin
mencuci tangan dan berolahraga minimal 30 menit 2-3x dalam
seminggu.
; pasien merespon
10.55 WITA Menganjurkan untuk mengelola stress dengan mendekatkan
diri kepada Allah, berfikir positif, tidak menunda-nunda
mengerjakan tugas, dan melakukan hal yang mnyenangkan
seperti mengerjakan hobi.
; pasien merespon
10.56 WITA Menganjurkan untuk minum air minimal 8 gelas dalam sehari.
; pasien merespon dan akan melaukan anjuran
10.57 WITA Menganjurkan pasien untuk rutin minum tablet Fe untuk
mengatasi anemia. Memberitahu cara meminum tablet Fe yang
benar. Yaitu dengan meminumnya berbarengan dengan jus
buah yang mengandung vitamin C seperti buah jeruk, apel,
mangga serta menghindari minuman kopi dan teh yang akan
menghambat penyerapan tablet Fe
; pasien merespon
10.59 WITA Menganjurkan untuk periksa ke dokter SpOG untuk
memastikan penyebab dari nyeri berat saat haid yang dialami.
; pasien mengatakan akan segera periksa
10.59 WITA Menyimpulkan bersama terkait konseling yang telah
disampaikan
; pasien dapat mengulangi informasi yang telah disampaikan
11.02 WITA Menanyakan adakah informasi yang masih belum dipahami
atau adakah yang masih mau ditanyakan?
; pasien mengatakan tidak ada semuanya sudah jelas.
11.02 WITA Kolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas.
; tablet Fe X 1 x sehari
11.03 WITA Memberikan posttest pada pasien untuk mengukur peningkatan
pengetahuan pasien.
; pasien mengisi posttest selama ±5 menit, , jumlah soal yang
benar adalah 9 dan yang salah adalah 1. Terdapat peningkatan
pengetahuan pasien.
11.08 WITA Melakukan evaluasi terhadap pretest dan posttest yang telah
dilakukan.
; pasien mengetahui jawaban yang benar.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membahas antara teori dan temuan kasus di
lapangan pada Remaja Nn. T usia 19 tahun dengan Dismenorrhea di Puskesmas Trauma
Center Samarinda dengan menggunakan 7 langkah Varney yang meliputi :
I. Pengkajian
Pada poin pola fungsional kesehatan ditemukan Nn.T Makan dengan porsi
sedang 3x dalam sehari (komposisi: nasi ¾ bagian, sayur & lauk ¼ bagian). Hasil
penelitian dari Wahyuningsih dan Sari (2014) menyatakan bahwa siswi yang
mengalami dismenore sedang dan berat memiliki pola konsumsi makanan yang
rendah zat besi sehingga memiliki kadar hemoglobin rendah sehingga menyebabkan
anemia dan mengakibatkan terjadinya dismenorea. Hal ini menunjukkan antara teori
dan praktik sejalan atau tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik, dimana porsi
sayur dan lauk yang dikonsumsi Nn. T jumlahnya sedikit hanya ¼ bagian dan sisanya
dalah karbohidrat.
Pada pengkajian Nn. T mengkonsumsi air sebanyak 5 gelas dalam sehari. Paulus,
dkk (2017) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi air putih yang bermakna
terhadap penurunan dismenorhea primer pada remaja putri di Kos Bambu Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktik, dimana Nn.T megalami nyeri haid berat sesuai dengan asupan cairan
tubuhnya yang kurang.
Nn. T tidak rutin minum tablet Fe yang diberikan sekolah, dan selama
pandemi tidak pernah konsumsi tablet Fe. Menurut penelitian semakin tinggi asupan
Fe (zat Besi), maka semakin rendah kejadian dismenorea yang dirasakan. Diharapkan
remaja putri dapat mencegah dan mengurangi nyeri dengan mengkonsumsi makanan
sumber Fe (zat Besi) (Masruroh & Aini, 2016). Ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik, dimana Nn.T tidak rutin mengkonsumsi
tablet Fe, dan Nn.T mengalami dismenorrhea.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah pusat, conjunctiva anemis dan bibir
pucat, hal ini menunjukkan tanda-tanda anemia. Menurut hasil penelitian Ropitasari &
Isnadewi (2015) terdapat hubungan yang bermakna antara anemia dengan tingkat
dismenore pada remaja.. Sehingga hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan praktik.

II. Interpretasi data


Pada Kasus Nn. T berusia 19 tahun dengan keluhan nyeri haid, mual muntah, hampir
pingsan, dengan skla nyeri 8, wajah pucat. Menurut Andarmoyo (2013) Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang lebih objektif. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri”
sampai ” nyeri yang tidak tertahankan”.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan diagnosanya adalah Remaja usia 19 tahun dengan
Dismenorrhea berat. Masalah yang menyertai diagnosa pada Nn.T adalah merasa cemas
dan tidak nyaman dengan kondisinya, serta sering izin tidak masuk sekolah saat nyeri
haid datang.

III. Diagnosa potensial


Diagnosa potensial yang akan terjadi bila kondisi ini tidak segera di tangani adalah
dismenorrhea berat tak tertahankan(syok neurologik).
Masalah yang terjadi pad Nn.T (merasa cemas dan tidak nyaman dengan kondisinya,
serta sering izin tidak masuk sekolah saat nyeri haid tidak tertahankan) bila tidak
ditangani akan menyebabkan stres sehingga akan memperburuk kondisi nyeri haidnya.
Hal ini sejalan dengan teori Supratiknyo (2016) ) bahwa terdapat pengaruh stress dan
gaya hidup terhadap kejadian dismenorrhea pada remaja putri.

IV. Kebutuhan Tindakan Segera


Pada asuhan yang dilakukan pada Nn.T tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
USG sehingga belum diketahui apa penyebab lain dari nyeri haid yang dialaminya.
Sehingga diperlukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Menurut teori Perry, dkk (2011), Dismenorrhea primer merupakan nyeri haid yang
dijumpai tanpa ada kelainan pada alat-alat genetalia yang nyata, sedangkan dismenorrhea
sekunder dalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau
kandungan.

V. Intervensi
Intervensi yang telah dilakukan pada kasus Nn.T adalah :
1. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan dismenorrhea (stres). Menurut
penelitian Supratiknyo (2016) ) bahwa terdapat pengaruh stress dan gaya hidup
terhadap kejadian dismenorrhea pada remaja putri. Sehingga dalam hal ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
2. Menjelaskan cara mengatasi dismenorrhea yaitu dengan kompres hangat, minum
tablet tambah darah, gizi seimbang, olahraga, minum jahe hangat, minum air putih 2
L. Sesuai dengan teori berikut ini:
Menurut penelitian semakin tinggi asupan Fe (zat Besi), maka semakin rendah
kejadian dismenorea yang dirasakan. Diharapkan remaja putri dapat mencegah dan
mengurangi nyeri dengan mengkonsumsi makanan sumber Fe (zat Besi) (Masruroh &
Aini, 2016).
Menurut hasil penelitian dari Febriati di tahun 2015 menyatakan bahwa
sebanyak 34% mahasiswi yang mengalami dismenorea primer memiliki kadar Hb
yang rendah, hal ini dikarenakan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi serta mengkonsumsi makanan yang dapat memperlambat kerja fe diantaranya
adalah teh dan kopi. Karena seharusnya konsumsi makanan yang tinggi fe sebaiknya
diringi dengan konsumsi air jeruk untuk memaksimalkan penyerapan zat besi kedalam
tubuh.
Hasil penelitian dari Wahyuningsih dan Sari (2014) menyatakan bahwa siswi
yang mengalami dismenore sedang dan berat memiliki pola konsumsi makanan yang
rendah zat besi sehingga memiliki kadar hemoglobin rendah sehingga menyebabkan
anemia dan mengakibatkan terjadinya dismenorea.
Hasil penelitian dari Eka Rahmadayanti, dkk (2017) menyatakan terdapat
disimpulkan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan derajat nyeri haid
pada remaja putri di SMA Karya Ibu Palembang.
Hasil penelitian Lisa dan Hanna (2017) mengatakan Adanya pengaruh jahe
terhadap rasa nyeri saat menstruasi dikarenakan jahe memiliki kandungan oleoresin
jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin dapat
menghambat kerja enzim di dalam siklus COX. Sehingga dapat menghambat
pelepasan enzim tersebut menuju prostaglandin yang menyebabkan terjadinya
inflamasi. Selain itu juga jahe merah (Zingiber officinale) dapat menghambat
terjadinya kontraksi pada uterus yang dapat menyebabkan nyeri saat menstruasi.
Hasil penelitian Anis dan Rita (2013) menunjukkan ada hubungan antara jenis
makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan berolahraga dengan kejadian dismenore,
dan kebiasaan berolahraga minimal 30 menit/hari merupakan faktor yang paling
berpengaruh untuk mengurangi nyeri haid (dismenore). Sedangkan variabel status gizi
tidak memiliki hubungan dengan kejadian dismenorhoe pada remaja.
Hasil penelitian Paulus, dkk (2017) menyatakan Hampir setengah dari
responden mengalami nyeri haid dalam tingkat ringan sebelum diberikan terapi air
putih. Setelah diberikan terapi air putih, kurang dari separuh responden mengalami
nyeri ringan serta tidak ada lagi responden yang mengalami nyeri sangat
berat.Terdapat pengaruh terapi air putih yang bermakna terhadap penurunan
dismenorhea primer pada remaja putri di Kos Bambu Kelurahan Tlogomas Kota
Malang.
3. Memberi KIE gizi seimbang dan makan beragam. Hasil penelitian Anis dan Rita
(2013) menunjukkan ada hubungan antara jenis makanan yang dikonsumsi dengan
kejadian dismenore. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Menganjurkan untuk mengelola stress dengan mendekatkan diri kepada Allah,
berfikir positif, tidak menunda-nunda mengerjakan tugas, dan melakukan hal yang
mnyenangkan seperti mengerjakan hobi. Berdasarkan penelitian Supratiknyo (2016)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh stress dan gaya hidup terhadap kejadian
dismenorrhea pada remaja putri. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
5. Menganjurkan untuk minum air minimal 8 gelas dalam sehari. Hasil penelitian
Paulus, dkk (2017). Terdapat pengaruh terapi air putih yang bermakna terhadap
penurunan dismenorhea primer pada remaja putri di Kos Bambu Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
6. Menganjurkan pasien untuk rutin minum tablet Fe untuk mengatasi anemia.
Memberitahu cara meminum tablet Fe yang benar. Menurut penelitian semakin
tinggi asupan Fe (zat Besi), maka semakin rendah kejadian dismenorea yang
dirasakan. Diharapkan remaja putri dapat mencegah dan mengurangi nyeri dengan
mengkonsumsi makanan sumber Fe (zat Besi) (Masruroh & Aini, 2016). Sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
VI. Implementasi
Pelaksanaan yang telah direncanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini di
rencanakan seluruhnya telah dilakukan oleh petugas / bidan, sebagian oleh klien dan
anggota tim kesehatan yang lainnya. Sehingga dalam langkah pelaksanaan telah sesuai
dengan perencanaan yang dibuat.

VII. Evaluasi
Asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien Remaja Nn.T usia 19 tahun dengan
Dismenorrhea berat tertahankan adalah pasien dapat memahami dan meningkatkan
pengetahuannya mengenai dismenorrhea.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus Nn.T adalah asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenorrhea berat
terkontrol. Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik evaluasi dan pembahasan ang
telah dipaparkan sebelumnya, pelaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Nn.T
usia 19 tahun dengan Dismenorrhea Berat Tertahankantelah dilakukan sesuai dengan
rencana tindakan dan terdapat hubungan timbal balik antara remaja dan pemeriksa.
Pemberian obat medikasi dilakukan oleh doker umum di puskesmas, dan dalam
enegakan diagnosa perlu data pendukung USG, sehingga akan memperkuat penegakan
diagnosa saat ini. Sehingga pemeriksa menyarankan pasien untuk memeriksakan dirinya
ke dokter Sp.OG.

B. Saran
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan pada remaja dengan
dismenorrhea berat tertahankanmaka terdapat beberapa saran yang diajukan, antara lain:
1. Bagi remaja: dianjurkan untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe untuk menegah anemia,
serta konsumsi air putih cukup dan mengelola stress agar tidak memperberat nyeri
haid yang dirasakan.
2. Bagi tenaga kesehatan: meningkatkan pelayanan bagi Remaja putri khususnya
mengenai dismenorrhea, agar proses belajar disekolah berjalan lancar dan tidak ada
siswi yang izin karena dismenorrhea.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :Nuha


Medika.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta.
Azwar, S. 2015. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Laras Sitoayu dkk. (2017). Kecukupan zat gizi makro, status gizi, stres, dan siklus menstruasi
pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 13(3), 121-128.
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Marmi. 2015. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
M. Rizal. (2016). Hubungan Stres Kerja dengan Menstruasi Abnormal Pekerja Konveksi
Desa Pegandon Pekalongan. Unnes Journal of Public Health, 5(3).
Nguyen, T. H. (2020). Menstrual Cycle in Female Workers. Journal of Asian Multicultural
Research for Medical and Health Science Study, 1(1), 029-034.
Norwitz, E.R. J.O. Shorge. 2008. At A Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta :
Erlangga
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.
Purwoastuti, E danWalyani , E. S. 2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk
Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, A. Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Sari, L. M. (2018). Perbandingan lama penggunaan KB implan dengan timbulnya.
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara.
Setiawati, S. E. (2015). Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi pada Remaja. J
MAJORITY, 4(1), 94-98.
Supratiknyo. (2016). Pengaruh Stress dan Gaya Hidup terhadap Kejadian Dismenorrhea pada
Remaja Putri. Oksitosin Kebidanan, 3(2), 94-100.
Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan . Jakarta : SalembaMedika.
Varney, H. J. M. Kriebs. L. Carolyn. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai