Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Manajemen Kebidanan Persalinan Kala IV


“Memeriksa Perineum”

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Dosen Pengampu : Jehanara, MKeb

Disusun Oleh

Kelompok 6

Jihan Fadila NIM P3.73.24.2.19.018

Kheziah Amanda Hermawan NIM P3.73.24.2.19.019

Putri Tarisa NIM P3.73.24.2.19.027

KELAS 2A

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Manajemen Kebidanan Persalinan Kala
IV(Memeriksa Perineum)” disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih atas segala
ketulusan dalam memberikan dukungan, doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Meski telah disusun secara maksimal, kami menyadari sepenuhnya bahwa


makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengaharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Demikian yang dapat kami sampaikan, besar harapan kami makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca terkait tentang Manajemen Kebidanan
Persalinan Kala IV (memeriksa perineum).

Bekasi, 10 September 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................3

C. Tujuan..........................................................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................................4

A. Luka Jalan Lahir dan Episiotomi..................................................................................4

B. Penjahitan Luka Episiotomi atau Laserasi Jalan Lahir.................................................8

C. Anestesi Lokal............................................................................................................12

D. Prinsip Penjahitan Perineum.......................................................................................15

BAB III..................................................................................................................................20

PENUTUP.............................................................................................................................20

A. Kesimpulan................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis. Pada proses ini
diharapkan ibu akan melahirkan secara normal dan berada dalam keadaan
sehat. Namun apabila proses kehamilan tidak dijaga danproses persalinan
tidak dikelola dengan baik, maka ibu dapat mengalami berbagai komplikasi
selama kehamilan, persalinan, masa nifas atau postpartum, bahkan dapat
menyebabkan kematian (Manuaba, 2009).

Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka – luka


biasanya ringan tetapi kadang – kadang terjadi juga luka yang luas
danberbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva
danperineum. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertamadan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.

Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan


sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala
janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan
otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama.

Setelah post partum biasanya akan di lakukan manajemen aktif kala IV


yaitu masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi
pendarahan. Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses
persalinan terkadang harus dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu
besar atau mencegah ruptur perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita
belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan bidan.

1
Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam masa kritis maka harus
selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan, pemantauan yang dilakukan di
antaranya yaitu : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, TFU, kandung kemih,
perdarahan, kontraksi uterus dan lochea.

Infeksi pada masa postpartum kemungkinan berasal dari luka jahitan


perineum yang mengalami infeksi. Luka jahitan ini disebabkan oleh episiotomi
atau luka sayatan yang mengalami infeksi dan akibat robekan jalan lahir atau
robekan perineum. Luka jahitan yang disebabkan episiotomi maupun robekan
perineum membutuhkan waktu untuk sembuh 6 hingga 7 hari. Menurut
Handayani (2014) dalam penelitianya menyebutkan bahwa pengetahuan; gizi;
dan personal hygiene berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sedangkan
menurut Smeltzer (2002), fase penyembuhan luka tergantung pada beberapa
faktor, antara lain pengetahuan, personal hygiene, mobilisasi dini, gizi, status
ekonomi, dan cara perawatan perinum yang benar.

Perawatan perineum yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya


infeksi masa postpartum (Manuaba, 2009). Hal ini didukung dengan daerah
luka perineum yang terkena lochea adalah daerah yang lembab, sehingga akan
sangat menunjang perkembangbiakan bakteri. Infeksi akibat perawatan yang
buruk dapat menyebabkan komplikasi seperti; infeksi kandung kemih maupun
infeksi jalan lahir (Suwiyoga, 2004)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko infeksi


adalah dengan melakukan perawatan luka perineum. Perawatan luka perineum
yang dilakukan dengan baik dapat mempercepat penyembuhan luka perineum.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ma’rifah (2015), sebanyak
2 orang (18.2%) responden melakukan perawatan perineum yang tepat dengan
penyembuhan luka cepat dan sebanyak 4 orang ( 36.6%) melakukan perawatan

2
perineum yang tidak tepat dengan penyembuhan luka lama. Perawatan luka
perineum ini dimulai sesegera mungkin setelah 2 jam dari persalinan normal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu luka jalan lahir dan episiotomi ?
2. Bagaimana cara melakukan penjahitan luka episiotomi atau laserasi jalan
lahir ?
3. Bagaimana cara melakukan anestesi lokal ?
4. Bagaimana prinsip penjahitan perineum ?

C. Tujuan
1. Mengetahui luka jalan lahir dan episiotomi.
2. Mengetahui cara melakukan penjahitan luka episiotomi atau laserasi jalan
lahir.
3. Mengetahui cara melakukan anastesi lokal.
4. Mengetahui prinsip penjahitan perineum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Luka Jalan Lahir dan Episiotomi


Robekan perineum merupakan perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat
kelahiran bayi dengan menggunakan alat misalnya episiotomi atau tidak
menggunakan alat. Robekan perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat
badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam,
ekstraksi vacum, trauma alat dan episiotomi (Nasution, 2007).
Pemeriksaan luka-luka:
1. Periksa apakah jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
2. Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina.
3. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
a) Derajat I meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit
perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali
jika terjadi perdarahan
b) Derajat II meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum
dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik
jelujur
c) Derajat III meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani external
d) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior
e) Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini
memerlukan teknik dan prosedur khusus

4
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan
lebih lebar sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti
jika kaum wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi
vagina dan perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan
seksual akan menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak
memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang pernah mengalami pelecehan
seksual sering takut jika mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada
kerusakan yang pernah mereka alami.

Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada


wanita dengan perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum
telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika
kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis
sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala
dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat.

Penatalaksanaan episiotomi :
1) Persiapan :

5
1.  Peralatan : baik steril berisi kasa, gunting episiotomy, betadin, spuit 10
ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1%
tanpa epineprin. Bila bila lidokain 1% tidak ada dan tersedia likokain 2%
maka buatlah likokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian
lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan garam fisiologis atau air destilasi
steril. Contoh : Larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml cairan garam
fisiologis atau air destilasi steril.
2.  Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomi.
3. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan
pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan
kenyamanan ibu dan/atau bayi.
4. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
sudah tersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

5. Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
6. Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan
prosedurnya dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu.

2) Prosedur
1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4
cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Alasan: Melakukan episiotomi akan ,nenyebabkan perdarahan; jangan
melakukannya terlalu dini.
2.  Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum.
Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke
arah luar pada perineum.
Alasan: Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan
perineum sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi..
3. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan
gunting di tengah tengah fourchette posterior dan gunting mengarah ke
sudut yang diinginkan untuk me-lakukan episiotomi mediolateral (jika

6
anda bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih
mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi/ mengidentifikasi
sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah
samping untuk rnenghindari sfingter.
4.  Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari
“menggunting” jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan
tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu
penyembuhannya lebih lama.
5.  Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm ke dalam vagina.
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi
dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di
antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
Alasan: Melakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan
perdarahan.
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah
perluasan episiotomi.
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah
episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi,
lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi
tambahan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi resiko
penyayatan atau robekan selama persalinan.
a. Jika dalam posisi berdiri dan tidak duduk pada tulang ekor ketika mendorong
bayi keluar, panggul akan terbuka lebar dan Anda member sebanyak
mungkin ruang bagi bayi untuk menemukan jalan keluar termudah. Semakin
mudah bayi keluar, akan semakin kurang tekanan yang diterima oleh vagina
dan perineum
b. Cobalah dan bayangkan vagina membuka agar bayi bisa lewat dengan
mudah, jangan menahan.

7
c. Ketika bidan mengatakan bahwa kepala bayi akan keluar pada kontraksi
berikutnya, Anda dapat melakukan posisi merangkak sehingga kepala bayi
akan keluar perlahan-lahan dari vagina dan memungkinkan perineum
meregang perlahan-lahan di depan wajah bayi. Kelahiran yang timbul seperti
ini akan sangat baik bagi bayi karena melindungi pembuluh-pembuluh darah
yang lembut di dalam kepalanya dari kemungkinan cidera, juga sangat baik
bagi Ibu, karena mengurangi resiko robeknya perineum
d. Bidan akan meminta agar ibu bernapas pendek-pendek bukan mengejan,
ketika kepala bayi keluar dan ini juga akan membantu kelahiran yang lembut

B. Penjahitan Luka Episiotomi atau Laserasi Jalan Lahir


Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum/episiotomi menurut
Pusdiknakes (2003) ialah :

1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa


terjadi. Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan
tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringnnya.
2. Untuk menghentikan perdarahan.
Macam-Macam Penjahitan

a. Menjahit Luka Episiotomi Medialis

Mula-mula otot perineum kiri dan kanan dirapatkan dengan


beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan, lalu
lender vagian dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit
perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan
secara terputus-putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continuous
suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lender
adalah catgut chromic, sedang untuk kulit perineum dipakai benang
sutera.

b. Menjahit Luka Episiotomi Mediolateralis

8
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina
menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke
arah kanan atau kiri, tergantung kepada orang yang melakukannya,
panjang insisi kira-kira 4 cm, teknik menjahit sama pada luka episiotomi
medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah
penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

c. Menjahit Luka Episiotomi Lateralis

Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira
pada jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam, teknik ini sering tidak
dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan komplikasi, teknik
penjahitan sama dengan luka episiotomi mediolateralis (Prawirohardjo
2000)

d. Menjahit Luka Episiotomi Menurut Derajat Luka

Luka derajat I dapat dilakukan hanya dengan catgut yang dijahitkan


secara jelujur. Menjahit luka episiotomi (continuous suture) atau dengan
cara angka delapan (figure out eight).

Menjahit luka II,sebelum di lakukan penjahitan pada robekan


perineum tingkat II maupun tingkat III, jika di jumpai pinggir robekan
yang atau bergerigi maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan
terlebih dahulu,pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing
diklem terlebih dahulu, kemudian di gunting.Setelah pinggir robekan rata,
baru di lakukan penjaitan luka robekan, mula-mula otot dijahit dengan
catgut. Kemudian selaput vagina dijahit dengan catgut secara terputus-
putus atau jelujur, penjahitan lender vagina dimulai dari puncak robekan,
terakhir kulit perineum dijahit denagn benang sutera secara terputus-
putus.

Tingkat III mula-mula dinding vagina bagian depan rektum yang


robek dijahit. Kemudian perineal dan fasia septum retrovaginal dijahit

9
dengan catgut chromic, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot
spingter ani yang yang terpisah oleh karena robekan di klem dengan pean
lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahit catgut chromic, sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti
robekan perineum tingkat II.

Melakukan Penjahitan Luka Episiotomi/Laserasi


a. Anestesi lokal, prinsip penjahitan perineum perlukaan.
b. Penjahitan episiotomi/laserasi.

1) Teknik Penjahitan Perineum


Ada berbagai teknik untuk penjahitan episiotomy dan laserasi. Pada
masa lalu, banyak orang yang menggunakan jahitan satu-satu. Sekarang
bayak yang menggunakan jahitan jelujur (bersambung) karena memiliki
kelebihan tertentu yaitu :
1. Sedikit memberikan rasa sakit bagi ibu (setelah penjahitan).
2. Mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu jenis teknik panjahitan
saja.
3. Jumlah jahitannyapun hanya sedikit.
2) Langkah- langkah penjahitan dengan teknik jelujur untuk
rupture perineum tingkat dua dan episiotomi
1. Sentuhlah dengan jari anda seluruh area lukanya (sayatannya).
Lihatlah dengan jelas dimana puncak lukanya tempatkan jahitan yang
pertama 1 cm di atas puncak luka di dalam vagina tersebut. Pegang
pinset ditangan yang lainnya. Gunakan pinset untuk menarik jarum
melalui jaringannya. Jangan sekali-kali menggunakan jari tangan untuk
meraba jarumnya karena berbahaya. Hal itu bisa berakibat terjadinya
robekan kecil pada sarung tangan karena tusukan jarum dan sangat
berpotensi untuk mendapatkan infeksi yang dibawa oleh darah seperti

10
misal HIV dan hepatitis B. ikatlah jahitan tersebut dengan simpul mati
dan pendekkan ujung simpul sampai kira-kira 1 cm.
2. Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur sampai
cincin hymen yang berada di bawahnya.
3. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai ke belakang
cincin hymen, dan ditarik keluar pada luka perineum. Perhatikan
berapa dekatnya jarum ke puncak lukanya.
4. Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya.
Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya. Biasanya akan
tampak sedikit lebih merah dan rasanya agak keras apabia disentuh.
Penting sekali untuk menjahit otot ke otot. Rasakan dasar dari luka
karena pada waktu sudah mencapai ujung luka, berarti lapisan otot
yang dalam telah menutup.
5. Setelah mencapai ujung yang paling akhir dari luka, putarlah arah
jarum dan mulailah menjahit kea rah vagina, dengan menggunakan
jahitan untuk menutup jaringan subcuticuler. Carialh lapisan
subcuticuler persis dibawah lapisan kulit. Jaringan subcuticuler
umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan mukosa
vagina. Lalu buat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut jarumnya.
Jahitan lapisan kedua ini akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0,5
cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada waktu proses
penyembuhan berlangsung.
6. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka padda perineum
kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diamankan, diikat
dan dipotong benangnya.
7. Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat simpul
tersebut benar-benar kuat, buatlah 1 ½ kali simpul mati. Potong kedua
ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm. jika ujungnya

11
dipotong terlalu pendek, jahitannya mungkin akan terlepas. Jika hal ini
terjadi, seluruh episiotomy akan menjadi longgar dan terlepas.
8. Periksa kembali untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang
tertinggal, kasa, tampon, atau alat di dalam vagina ibu. Cucilah alat
kelamin ibu dengan air bersabun. Keringkan dan buatlah ibu merasa
nyaman.
9. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah
perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali sehari. Kalau tidak, ibu
harus menjaga agar perineumnya tetap kering dan bersih. Beritahu ibu
agar jangan memasukkan benda apapun kedalam vaginanya. Dan
mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu agar dapat
memeriksakan keadaan perineumnya.

C. Anestesi Lokal
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa"
dan  aesthētos "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
12
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang
hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia
kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi
pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu
penyembuhan operasi.
Pemilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan
kesepakatan dan pengetahuan yang baik antara pasien dan faktor-faktor
pembedahan. Dalam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan
regional ternyata lebih baik daripada pembiusan total.
Beberapa tipe anestesi adalah:

 Pembiusan total — hilangnya kesadaran total


  Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan
(pada sebagian kecil daerah tubuh).
  Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari
tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya

Perlu diingat prinsip-prinsip dasar dari penyembuhan luka. Perlukaan bisa


sembuh karena pembentukkan jaringan-jaringan baru. Yakni, jaringan bekas
luka akan tumbuh kembali diantara kedua sisi luka untuk kemudian menyatu
kembali. Penjahitan akan membawa kedua sisi perlukaan menyatu untuk
mempermudah pertumbuhan jaringan bekas luka. Setiap kali tusukan jahitan
dibuat, jaringan akan terluka dan satu tempat baru masuknya bakteri akan
tercipta. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menggunakan jumlah jahitan
yang sesedikit mungkin untuk merapatkan jaringan dan untuk menghentikan
pengeluaran darah dari perlukaan.

Manfaat dan tujuan anestesi lokal pada penjahitan laserasi


perineum, yaitu :

13
1. Salah satu dari penerapan asuhan sayang ibu, penjahitan sangat
menyakitkan pasien,dengan pemberian anestesi local maka rasa sakit ini
dapat diatasi.
2. Memberikan pengalaman yang memuaskan bagi pasien sehingga proses
adaptasi psikologis masa  nifas tidak terganggu dengan pengalaman yang
tidak menyenangkan saat persalinan.
3. Memberikan konsep yang positif tentang bidan bagi pasien.
4. Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
5. Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).

Ukuran dan panjang jarum serta banyaknya obat anestesi yang diperlukan
akan bergantung pada laserasinya. Sebuah jarum berukuran 22, dengan panjang
3-4 cm sudah cukup untuk menginjeksikan anestesi kedalam luka episiotomy,
perluasan laserasi akibat episiotomy atau robekan vagina. Akan tetapi, jarum
yang berukuran lebih kecil hendaknya dipakai pula untuk laserasi yang lebih
kecil didaerah yang lebih peka. Sebagai contoh, jarum yang berukuran 25,
panjang 2-3 cm akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk menganestesi
perlukaan klitoris. Bidan hendaknya menggunakan kebijaksanaan klinis dalam
menentukan jarum mana yang harus dipakai.

Teknik penginjeksian anestesi adalah :

1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantulah ia agar
rileks.
2. Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong
masuk sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk
atau keluar.
3. Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesis tersebut sambil menarik jarum
ke titik dimana jarum masuk.
4. Hentikan penginjeksian anestesi dan belokkan kembali jarum sepanjang
garis lain dimana anda merencanakan akan membuat jahitan.

14
5. Ulangi proses pemasukkan jarum, kemudian aspirasi, dan injeksikan sambil
menarik jarum hingga selurah daerah yang kemungkinan akan merasa sakit
sudah dianestesi.

D. Prinsip Penjahitan Perineum

1. Indikasi episiotomi :

 Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus


segera diakhiri.

 Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum


ataupun vorsep)

 Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan


persalinan.

 Perineum kaku dan pendek.

 Adanya rupture yang membakat pada perineum.

 Premature untuk mengurangi tekanan

2. Tujuan penjahitan

 Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka

 Mencegah kehilangan darah

3. Keuntungan teknik jelujur


Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan di gunakan teknik penjahitan
dengan model jelujur. Ada pun keuntungannya adalah :

 Mudah di pelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau
dua jenis simpul)

 Tidak nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan

 Sedikit jahitan

4. Hal yang perlu di perhatikan


Dalam melakukan penjahitan, perlu di perhatikan tentang :

15
 Laserasi derajat I , yang tidak mengalami perdarahan tidak perlu di
lakukan penjahitan rupture hanya terjadi pada mukosa vagina, komisura
posterior, dan kulit perineum.

 Laserasi derajat II, perlu menggunakan sedikit jahitan (rupture terjadi


pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
perineum Penjahitan secara jelujur atau angka delapan)

 Laserasi daerajat III, (rupture mengenai pada mukosa vagina, komisura


posterior, kulit perineum, otot perineum dan spingter ani. rujuk)

 Laserasi daerajat IV, menggunakan anastesi lokal, untuk memberikan


kenyamanan pada ibu (rupture mengenai pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum otot spingter ani dan rectum.
rujuk).

5. Keuntungan penggunaan anastesi lokal

 Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu)

 Bidan lebih leluasa dalam penjahitan

 Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah)

 Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi)

 Cairan yang di gunakan ( lidokain 1%),

 Jarum ukuran 22 dengan panjang 3-4 cm cukup untuk menginjeksikan


anastesi.
6. Tidak di anjurkan penggunaan pada :

 Lidokain 2% ( konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis


jaringan)

 Lidokain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidokain dan


memperpanjang efek kerjanya)
7. Nasehat untuk ibu

16
Setelah di lakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat
kepada ibu. Ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka
jahitannya. Adapun nasihat yang di berikan di antaranya :

 Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih

 Menghindari penggunaan obat-obatan tradisional pada lukanya

 Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin

 Menyarankan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi tinggi

 Menganjurkan banyak minum

 Kunjungan ulang di lakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk


memeriksa luka jahitan.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada saat melakukan penjahitan


laserasi perineum adalah sebagai berikut :
1) Bidan memiliki penglihatan yang baik terhadap lapang kerja penjahitan
perineum
2) Posisi pasien memungkinkan bidan dapat dengan nyaman dan leluasa
melakukan penjahitan, yaitu litotomi. Jika diperlukan dapat ditambahkan
pengganjal dibawah bokong dengan ketebalan beberapa cm
3) Penggunaan cahaya yang cukup terang
4) Anatomi dapat dilihat dengan jelas
5) Teknik yang steril
a. Menggunakan sarung tangan ekstra diatas sarung tangan steril yang
telah dikenakan sebelumnya. Tujuannya untuk menghindari
kontaminasi ketika melakukan pemeriksaan rectum, dan setelah
selesai melakukan pemeriksaan rectum sarung tangan ekstra ini segera
dibuang
b. Mengatur posisi kain steril di area rectum dan dibawahnya sampai
dibawah ketinggian meja atau tempat tdur untuk mengupayakan area
yang tidak terkontaminasi jika benang jatuh kearea tersebut dan
menyeka apapun yang terdapat ditempat tersebut

17
6) Tindakan cepat
7) Aseptik dan antisepsis pada daerah episiotomi
8) Jika luka episiotomi meluas, tangani seperti robekan derajat III dan IV
9) Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut cromic 2-0
10) Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka episiotomi sampai pada batas
vagina
11) Gunakan pinset untuk menarik jarum melalui jaringan vagina
12) Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus
13) Jahit kulit secara intruptus dan subkutikuler dengan benang 2-0
14) Bekerja hati-hati
15) Hati-hati jangan sampai kasa/kapas tertinggal dalam vagina
16) Penjelasan dan pendekatan yang peka terhadap perasaan ibu selama
tindakan
17) Pentingnya tindak lanjut jangka panjang untuk menilai teknik dan
pemilihan bahan untuk penjahitan
18) Pencegahan trauma lebih lanjut yang tidak perlu pada jaringan insisi.
Contoh-contoh trauma lebih lanjut yang tidak perlu, seperti berikut :
a. Penggunaan jarum bermata (berlubang) yang menggunakan dua helai
benang menembus jaringan
b. Penggunaan jarum dan benang dengan ukuran yang lebih besar dari
pada yang diperlukan
c. Penggunaan jarum potong traumatic yang tidak tepat, bukan jarum
bundar atraumatik Jarum potong berbentuk segitiga dan setiap sisinya
memiliki sisi pemotong. Jarum ini akan menyebabkan trauma yang
lebih besar dari pada jarum yang berbentuk bundar. Jarum bundar ini
memiliki titik runcing dan akan melewati jaringan lunak lebih mudah
dengan trauma yang lebih sedikit
d. Jumlah pungsi (penusukan) jarum berlebihan yang tidak perlu terjadi,
dapat disebabkan oleh salah satu hal dibawah ini:
e. Penempatan jahitan yang salah sehingga perlu diangkat atau dijahit
lagi

18
f. Terlalu banyak jahitan dan terlalu rapat
g. Stranggulasi jaringan karena jahitan yang terlalu ketat. Stranggulasi
jaringan mengurangi kekuatan jaringan dan jika jahitan terlalu ketat
menyebabkan sirkulasi tidak adekuat bahkan dapat menyebabkan
jaringan tanggal (lepas) tindakan berulang menyentuh dan
membersihkan luka yang tidak perlu.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada saat kelahiran
bayi menimbulkan perlukaan jalan dengan menggunakan alat misalnya
episiotomi atau tidak menggunakan alat. Episiotomi dianJurkan dilakukan
pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku dan pendek,
serta bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke
dalam vagina. Luka episiotomi atau laserasi jalan lahir harus dilakukan
penjahitan dengan tujuan untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses
penyembuhan bisa terjadi dan ntuk menghentikan perdarahan

Penjahitan kebanyakan dilakukan dengan teknik jejulur karena memiliki


beberapa keuntungan seperti sedikit memberikan rasa sakit bagi ibu (setelah
penjahitan), mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu jenis teknik
penjahitan saja,jumlah jahitannyapun hanya sedikit. Tindakan penjahitan luka
episiotomi atau laserasi jalan lahir menggunakan prinsip steril dan
memerhatikan aseptik dan antisepsis pada daerah episiotomi.
Untuk menerapkan asuhan sayang ibu, diperlukan tindakan anestesi lokal
sebelum dilakukannya penjahitan perineum. Selain itu, dengan anestesi lokal
dalan hal ini lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi
kehilangan darah) dan trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi
infeksi). Bidan melakukan penjahitan perineum dengan memerhatikan
prinsip-prinsipnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani,dkk.2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta:Tim

Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan (edisiketiga). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rukiyah Ai Yeyeh,dkk.2011.Asuhan Kebidanan II (persalinan).Yogyakarta: Romiha


Press

21

Anda mungkin juga menyukai