Anda di halaman 1dari 7

Dalam kasus kegawatdaruratan pada masa kehamilan lanjut dapat terjadi

masalah yang merupakan tanda dan bahaya yang harus diwaspadai oleh wanita
hamil. Kondisi yang dapat menimbulkan tanda bahaya dapat berupa peningkatan
tekanan darah, perdarahan, adanya persalinan yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan ataupun adanya perubahan pembesaran perut yang berlebihan. Oleh
karena itu, pada kegawatdaruratan usia lanjut ini memerlukan kerjasama sama
dengan ibu serta keluarga dan pengamatan yang cermat terhadap semua perubahan
yang terjadi pada ibu hamil. Untuk selanjutnya Anda akan mempelajari lebih rinci
tentang perubahan pada kehamilan usia lanjut yang dapat menimbulkan tanda
bahaya serta memberikan konstribusi tinggi terjadinya kematian ibu (AKI).

Pengertian Plasenta

Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen


bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim. Plasenta
previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Plasenta Previa adalah
uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi mulut rahim
sebagian/ seluruhnya. Plasenta Previa adalah plasenta yang tempat
implantasinya abnormal, yaitu di daerah segmen bawah uterus pada kehamilan
≥ 20 minggu.

Pada plasenta previa, kehamilannya dapat mengalami keluhan atau gejala-


gejala seperti perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada malam hari saat
pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah masih tinggi diatas pintu
atas panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga
timbul gejala. Biasa perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran
yang tidak berbeda dari abortus, perdarahan pada plasenta previa di sebabkan
karena pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim(Rukiyah, 2010:205-
206).

Previa Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari ostium
uteri internum sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan
Eka, 2013:136).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi


sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Sastrawinata, et al, 2005:83).

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah


rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah
rahim seolah plasenta tersebut berimigrasi.Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala 1 bisa mengubah luas pembukaan
serviks yang tertutup oleh plasenta.Fenomena ini berpengaruh pada derajat
atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam
masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital.Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu
diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal
(Prawirohardjo, 2010:495).

Klasifikasi Plasenta Previa

Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi plasenta previa adalah sebagai


berikut:

(1) Plasenta previa totalis Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta
yang menutupi seluruh ostium uteri internum.

(2) Plasenta previa parsialis Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang
menutupi sebagian ostium uteri internum.

(3) Plasenta previa margnalis Plasenta previa margnalis adalah plasenta yang
tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.

(4) Plasenta previa letak rendah Plasenta previa letak rendah adalah plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum.Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal

Insiden Plasenta Previa

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal.Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya.
Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7 %
sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang
dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.
Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang
memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi
(Prawirohardjo, 2010:496)

Tanda dan Gejala Plasenta Previa


Tanda dan gejala plasenta previa adalah:
1. Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur
atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak
akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada
sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.
2. Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis
akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan mulai.
3. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR.
4. Bentuk perdarahan: Sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis atau banyak
disertai gejala klinik ibu dan janin.
5. Gejala klinik ibu:
a. Tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang.
b. Terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk: 1) Nadi meningkat dan
tekanan darah menurun 2) Anemia 3) Perdarahan banyak menimbulkan
syok sampai kematian

Diagnosis Plasenta Previa


1. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu.
2. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia.
3. Syok.
4. Tidak ada kontraksi uterus.
5. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul.
6. Kondisi janin normal atau tidak terjadi gawat janin.
7. Penegakan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG.selain itu pemeriksaan
inspekulo dapat dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan
vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai

Penatalaksanaan Plasenta Previa


1. Penatalaksanaan Plasenta Previa di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Lakukan rujukan ke Rumah Sakit untuk penanganan selanjutnya
2. Penatalaksanaan Plasenta Previa di Rumah Sakit Tatalaksana umum: Tidak
dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia kesiapan untuk
seksio sesarea. (pemeriksaan boleh dilakukan di ruang operasi). Pemeriksaan
inspikulo secara hati-hati dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari
kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau
trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan
diagnosis placenta previa.

Komplikasi Plasenta Previa


Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa:
1. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi
2. Anemia janin
3. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen
4. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan
5. Infeksi dan pembentukan bekuan darah
6. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse.
7. Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya
menimbulkan risiko terbesar pada janin.
8. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh. Penyebab
saat ini tidak diketahui.

Skrining/Deteksi Perdarahan dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas


Walaupun termasuk kegawatdaruratan maternal, perdarahan pada kehamilan
muda seringkali tidak mudah dikenali. Hal ini berkaitan dengan stigma negative
yang terkait dengan kasus kasus abortus, menyebabkan kejadian tersebut sering
disembunyikan oleh para pasien. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan
menjelang persalinan pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi
placenta baik placenta letak rendah maupun placenta previa, kelainan insersi tali
pusat, atau pembuluh darah pada selaput amnion dan separasi placenta sebelum
bayi lahir. Pada sebagian besar kasus perdarahan pasca persalinan umumnya
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus, robekan dinding rahim atau jalan
lahir.
Upaya pertolongan terhadap komplikasi perdarahan dalam kehamilan dan
persalinan di tingkat rumah sakit merupakan destinasi terakhir dari berbagai upaya
pertolongan yang telah dilakukan di berbagai jenjang pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan yang sebelumnya. Melihat kenyataan tersebut, maka
keterlambatan upaya pertolongan dan kesenjangan kinerja di tingkat rumah sakit
akan lebih memperburuk kondisi dan keselamatan jiwa pasien.
Upaya pertolongan gawat darurat yang segera, mencerminkan kualitas pelayanan
yang tinggi dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang terampil dan handal
merupakan syarat mutlak untuk meraih keberhasilan dalam menyelamatkan jiwa
pasien.

Placenta Previa, yaitu keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau
di dekat serviks. Perhatikan beberapa kondisi sebagai berikut:
 Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesaria (pemeriksaan
boleh dilakukan di ruang operasi)
 Pemeriksaan inspikulo secara hati-hati dapat menentukan sumber
perdarahan berasal dari kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,
keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di
atas tidak menyingkirkan diagnosis placenta previa.
 Perbaikan kekurangan cairan/darah dengan memberikan inf us cairan IV
( NaCl 0.9% atau Ringer Laktat)
 Lakukan rujukan di tempat rujukan tersier

Menurut Pudiastuti (2012), perencanaan pada ibu hamil dengan plasenta


previa adalah sebagai berikut:
1) Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
2) Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital
3) Penyuluhan istirahat pada ibu
4) Memberikan dukungan psikologis pada ibu
5) Penyuluhan tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil
6) Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
7) Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara
normal tetapi harus secara seksio caesarea karena ada plasenta yang
menutupi jalan lahir

Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta Previa

Menurut Prawirohardjo (2010), cara menyelesaikan persalinan pada kehamilan dengan


plasenta previa adalah sebagai berikut:

(a) Seksio caesarea Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea (adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk
hidup, tindakan ini tetap di laksanakan). Tujuan seksio caesarea yaitu melahirkan janin
dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
dan menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri, jika janin di
lahirkan pervaginam Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya
perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah
pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.Lakukan perawatan lanjut pasca
bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan
cairan keluar.

(b) Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.

Kompetensi bidan yang sesuai dengan kasus plasenta previa adalah kompetensi bidan
ke-3, yaitu bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari
komplikasi tertentu.

Terapi Ekspektatif

Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara
non invasive.
 Syarat terapi ekspektatif :
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
 Belum ada tanda inpartu
 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar haemoglobin dalam batas normal)
 Janin masih hidup
 Rawat inap, tirah baring dan berikan pemberian antibiotika profilaktif
 Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia
kehamilan, letak dan presentasi janin
 Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous Fumarat
per oral 60 mg selama 1 bulan
 Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuseJika perdarahan
berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2
jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah
sakit jika terjadinperdarahan
 Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan
janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan
terminasi kehamilan.
 Janin matur
 Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (seperti anensefali)
 Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang maturitas janin
DAFTAR PUSTAKA
Didien Ika Setyarini, M.Keb.2016.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal. Jakarta. KEMENKES RI BPPSDMK

Kemenkes, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2014

Nur Djanah, SSiT, M.Kes.2018.. Modul praktik kebidanan kegawatdaruratan maternal


neonatal.Jakarta.

Hanifa, dkk, 2006. Ilmu Kebidanan. YPSP. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai