Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N G1P0A0


USIA KEHAMILAN 39 MINGGU DENGAN DISTOSIA BAHU
DIPUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun oleh :

Nama : Imanda Azizah

NIM : P27224020501

Kelas : 1A

PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2021
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N G4P3A0
USIA KEHAMILAN 39 MINGGU
DI PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun oleh :

Nama : Imanda Azizah

NIM : P27224020501

Kelas : 1A

Tanggal Pelaksanaan : 24 Mei – 19 Juni 2021

Disetujui tanggal 19 Juni 2021

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

……………………. ………………………

NIP. NIP.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses yang harus dilalui setelah masa kehamilan.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang telah cukup
bulan baik secara spontan ataupun dengan proses pembedahan (Suparyanto,
2011). Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor pertama
kekuatan untuk mendorong janin keluar (power) yang meliputi his (kekuatan
uterus) dan kontraksi otot dinding perut. Faktor kedua adalah faktor janin
(passenger) meliputi besarnya janin, berat bayi lahir dan lainnya. Faktor
ketiga jalan lahir (passage) meliputi tulang-tulang panggul, otot-otot,
jaringan, dan ligament-ligament. Apabila ketiga faktor ini dalam keadaan
baik, maka proses persalinan akan berlangsung secara normal / spontan.
Namun, apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, maka
akan berpengaruh terhadap lamanya proses persalinan (Poernomo, 2016).
Persalinan tidak selalu berjalan normal, bisa terjadi beberapa penyulit
dalam persalinan. Penyulit dalam persalinan diantaranya distosia karena
kelainan janin (Manuaba, 2010). Distosia karena kelainan janin dapat terjadi
karena kelainan letak atau karena bentuk janin yang pertumbuhannya terlalu
besar. Pertumbuhan janin yang terlalu besar dapat menjadi faktor terjadinya
persalinan yang lama dan distosia bahu. Distosia bahu merupakan kondisi
kegawatdaruratan obstetri pada persalinan pervaginam dimana bahu janin
gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala.
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver
obstetrik oleh karena tarikan biasa ke belakang pada kepala bayi tidak
berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala,
setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa
dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu
sebesar 0,2% - 0,3 % dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala.
Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya
kepala dengan badan bayi lebih dari 60 detik, maka waktu antara lahirnya
kepala dengan lahirnya badan lebih baik dari 60 detik. Maka insidensinya
menjadi 11% (Prawirohardjo, 2014).
Distosia bahu merupakan kondisi kegawatdaruratan obstetric pada
persalinan pervaginam dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah
lahirnya kepala. Distosia bahu masih menjadi penyebab penting cedera
neonatal dan maternal dengan tingkat insidensi distosia bahu mencapai 0.260
(166 kasus dari 44.580 persalinan normal. Distosia bahu memiliki kaitan erat
dengan terjadinya cedera pleksus brakhialis. Cedera pleksus brakhialis
berkisar 1-20 % dari seluruh kasus distosia bahu. Seringkali cedera hanya
bersifat sementara dan akan pulih dalam hitungan jam hingga bulan, namun
ditemukan juga cedera permanen, pada 3-10% kasus yang diduga terjadi
akibat avulsi jaringan saraf (Akbar, 2017).
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan
bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal: pada makrosomia)
disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara
sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah
panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul (Prawirohardjo, 2009).
Insiden distosia bahu sulit dihitung karena masalah dalam
mendefinisikannya sehingga semakin luas definisi, semakin tinggiinsiden
yang dicatat. Akan tetapi rentan antara 0,23 – 2,09 % dari seluruh kelahiran
per vagina telah dilaporkan, dengan peningkatan risiko karena peningkatan
berat badan lahir. Olugbile dan Mascarenhas meninjau distosia bahu di
Birmingham Women’s Hospital dan angka insiden yang mereka laporkan
adalah 0,53% (Boyle, 2008)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan patologis
yaitu distosia bahu dengan menggunakan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subyektif pada persalinan Kala
I-Kala IV patologis yaitu distosia bahu
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan data obyektif pada persalinan
persalinan Kala I-Kala IV patologis yaitu distosia bahu
c. Mahasiswa mampu membuat assessment (diagnose atau masalah) pada
persalinan persalinan Kala I-Kala IV patologis yaitu distosia bahu
d. Mahasiswa mampu membuat penatalaksanaan pada persalinan
persalinan Kala I-Kala IV patologis yaitu distosia bahu

C. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan edukasi bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan
dibidang Kesehatan ibu bersalin
b. Bagi responden
Memberikan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagai salah satu
Asuhan Persalinan
2. Manfaat Teoritis
Memberikan ilmu pengetahuan serta diharapkan bisa menjadi salah satu
tambahan referensi mengenai Asuhan Persalinan patologis dengan distosia
bahu.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Proses ini dimulai dengan perubahan serviks secara progresif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Ari Sulistyawati, 2010).
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru
lahir. Sementara itu fokus utamanya adalah mencegah terjadinya
komplikasi. (Prawirohardjo, 2014)
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian
ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar persalinan di Indonesia masih
terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan
keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di falitas pelayanan
tersebut masih belum memadai (Prawirohardjo, 2014)
2. Proses terjadi persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya
kekuatan his. Perlu diketahui ada 2 hormon yang dominan saat hamil, yaitu
(Manuaba, 2010) Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
a. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi
3. Permulaan terjadi persalinan
Dengan penurunan hormon progesterone menjelang persalinan dapat terjadi
kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:
a. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada
primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah,
di atas simfisis pubis dan sering ingin berkemih atau sulit kencing
karena kandung kemih tertekan kepala.
b. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun STIKes Elisabeth Medan
c. Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar
serviks (tanda persalinan palsu).
d. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
e. Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan

4. Teori kemungkinan terjadinya proses persalinan


a. Teori Keregangan
 Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
 Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
 Contohnya pada hamil ganda, sering terjadi kontraksi karena uterus
teregang oleh ukuran janin ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
b. Teori penurunan progesteron
 Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu,
karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu.
 Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin. STIKes Elisabeth Medan
 Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah mencapai
penurunan progesteron tertentu.
c. Teori oksitosin internal
 Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
 Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
braxton hicks.
 Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin meningkatkan aktivitas, sehingga
persalinan dapat mulai.
d. Teori prostaglandin
 Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
 Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
 Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
e. Teori hipotalamus – hipofisis dan glandula suprarenalis
 Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
 Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan. STIKes Elisabeth Medan
 Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus – hipofisis dengan mulainya persalinan.
 Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan
f. Induksi Partus (Sari, Eka Puspita dan Rimandini, Kurnia Dwi, 2015)
Persalinan juga dapat ditimbulkan oleh :
 Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan ke dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
 Amniotomi : yaitu pemecahan ketuban dengan sengaja.
 Oksitosin drips : pemberian oksitosin melalui tetesan infuse per
menit. Syarat dilakukannya hal ini yang perlu diperhatikan adalah
serviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek) dan kanalis
servikalis terbuka untuk 1 jari.
5. Tanda-tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)
Tanda-tanda persalinan dalam buku Manuaba (2010) adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang pendek
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir
bercampur darah)
c. Dapat disertai ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan
serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks).

6. Faktor-faktor persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ada 5 faktor yaitu:
1) Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)
a. His His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His yang
sempurna mempunyai kejang otot paling tinggi di fundus uteri yang
lapisan ototnya paling tebal, dan puncak kontraksi terjadi stimultan
di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot uterus menjadi lebih
pendek dari pada sebelumnya, yang disebut retraksi. Pada his yang
perlu diawasi adalah:
 Frekuensi yaitu waktu antara kontraksi atau waktu antara awal
kontraksi dengan awal kontraksi berikutnya.
 Durasi (lama kontraksi)
 Intensitas (kekuatan kontraksi)

His yang baik dan ideal meliputi:

 Kontraksi simultan simetris diseluruh uterus.


 Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus.
 Terdapat periode rileksasi otot-otot korpus uteri setiap sesudah
his.
b. Tenaga mengejan
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasa panggul, sifat
kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa
ingin mengedan. Usaha mendorong ke bawah sama seperti yang
dilakukan saat buang air besar (mengedan). Otot-otot diafragma dan
abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi jalan lahir. Hal
ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen. Tekanan ini
menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar. Tenaga mengedan ini hanya dapat berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi
rahim, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari
uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan
usaha mengedan terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.
Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma pada
serviks.
2) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terbagi atas dua,yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.
Halhal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan
bentuk tulang panggul; sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan
lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks,
otot dasar panggul,vagina, dan introitus vagina.
3) Passenger (Penumpang)
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuan kepala
janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga
harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan
pada kelahiran normal.
4) Psikologis Persalinan Salah satu kondisi psikologis yang dapat
menghambat proses peralinan adalah rasa cemas. Beberapa determinan
terjadinya kecemasan pada ini bersalin, antara lain:
a. Cemas sebahai akibat dari nyeri persalinan
b. Keadaan fisik ibu
c. Riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC)
d. Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman)
e. Latar belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan,
seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang
tidak diinginkan, sosial ekonomi.
f. Penurunan kontrasi rahim yang akan menyebabkan memanjangnya
waktu
5) Posisi Ibu
Posisi dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat
rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Kontraksi biasanya lebih kuat dan lebih efesien untuk membantu
penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjaai leih cepat.
Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali
pusat. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam
kondisi normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi uterus
mengembalikan darah ke anyaman pembuluh darah. Peningkatan curah
jantung memperbaiki aliran darah ke unit uteroplasenta dan ginjal ibu.
Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah
ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah.
6) Penolong (Dokter, Bidan, Perawat)
Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberikan
dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau
perasaan maupun fisik. Dalam hal ini penolong persalinan harus
membantu pasien, memperjelas, serta mengurangi beban perasaan dan
pikiran selama proses persalinan, membantu mengambil tindakan yang
efektif untuk pasien dan membantu mempengaruhi orang lain terutama
keluarga pasien, lingkungan fisik dan diri sendiri dari adanya
kemungkinan bahaya infeksi selama proses persalinan.
7. Fase dalam persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu (Sari, Eka
Puspita dan Rimandini, 2015):
1) Kala I (kala pembukaan)
Kala I disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada permulaan
His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient
masih dapat berjalan-jalan. STIKes Elisabeth Medan Proses pembukaan
serviks sebagai berikut akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu:
 Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
 Fase Dilatasi Maksimum, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase Deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Namun, lamanya kala I untuk primigravida dan multigravida


berbeda. Untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan untuk
multigravida berlangsung 8 jam.

2) Kala II (Kala Pengeluaran Bayi)


Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala kala II persalinan adalah:
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100
detik
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai pengeluaran
cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap dan diikuti
keinginan mengejan karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai
hipomoklion, kemudian lahir secara berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan berikut:
 Kepala dipegang pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu
depan, dan curamkan keatas untuk melahirkan bahu belakang.
 Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan lainnya.
 Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
Pada primigravida kala II ini berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara rata-rata 30 menit. STIKes Elisabeth Medan
3) Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah ini:
a. Uterus menjadi bundar
b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
c. Tali pusat bertambah Panjang
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.


Pelepasan plasenta terjadi dalam 2 mekanisme, yaitu mekanisme
Schultze, yaitu darah dari tempat plasenta tercurah dalam kantong
inversi dan tidak mengalir keluar sampai setelah ekstruksi plasenta,
kemudian mekanisme Duncan yakni pemisahan plasenta pertama kali
terjadi di perifer, dengan akibat darah menggumpal diantara
membrane dinding uterus dan keluar dari plasenta. Pada situasi ini,
plasenta turun ke vagina secara menyamping, dan permukaan ibu
adalah yang pertama kali terlihat di vulva.

4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum yang paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adalah:
a. Memeriksa tingkat kesadaran penderita
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, dan
pernafasan.
c. Kontraksi uterus
d. Terjadi perdarahan/ jumlah perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

B. Distosia Bahu
1. Definisi
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di
atas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sacrum (tulang ekor) (Sari, Eka Puspita dan Rimandini, Kurnia Dwi
(2015)).
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan
tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. (Maryunani, Anik dan
Puspita Eka (2014)).
Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetric yang berat karena
morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi (Manuaba, 2012). Hal ini
disebabkan:
a. Teknik operasi persalinan bahu sulit, berat, dan memerlukan tim yang
baik:
 Dokter anak
 Dokter anestesi
 Asisten yang sudah telatih
 Alat resusitasi yang cukup baik
b. Terbatasnya waktu untuk melahirkan bahu yang tertahan disimfisis
c. Tarikan berat terhadap leher menimbulkan trauma. Tarikan terlalu
ringan persalinan bahu tidak lahir
d. Teknik penekanan bahu di atas simfisis sangat penting dan menentukan
keberhasilan jalan persalinan STIKes Elisabeth Medan
e. Distosia bahu sebelumnya sulit diduga

2. Diagnosis
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
a. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
b. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
c. Dagu tertarik dan menekan perineum
d. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan
di kranial simfisis pubis. Begitu distosia bahu dikenali, maka prosedur
tindakan untuk menolongnya harus segera dilakukan.

3. Faktor Risiko dan Pencegahannya


Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar
dari kepalanya, sehingga mempunyai risiko terjadi distosia bahu. Risiko
akan meningkat dengan bertambahnya perbedaan antara ukuran badan dan
bahu dengan ukuran kepalanya. Pada bayi makrosomia, perbedaan ukuran
tersebut lebih besar dibanding bayi tanpa makrosomia, sehingga bayi
makrosomia lebih berisiko. Dengan demikian, kewaspadaan terjadinya
distosia bahu diperlukan pada setiap pertolongan persalinan dan semakin
penting bila terdapat faktor-faktor yang meningkatkan risiko makrosomia.
Adanya DOPE (Diabetes, obesity, prolonged pregnancy, excessive fetal size
or maternal weight gain) akan meningkatkan risiko kejadian. O’Leary
mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin selama periode prakonsepsi
untuk distosia bahu, yaitu:
a. Berat lahir ibu makrosomia.
b. Kelahiran distosia bahu sebelumnya.
c. Bayi makrosomia sebelumnya.
d. Keadaan kelebihan glukosa (diabetes atau obesitas sebelumnya).
e. Multiparitas.
f. Diabetes gestasional sebelumnya.
g. Usia ibu lanjut.

Glynn dan Olah mengidentifikasi bahwa faktor resiko antenatal yang


paling penting adalah bayi besar atau riwayat berikut sebelumnya, antara
lain:

a. Diabetes.
b. Obesitas.
c. Lewat waktu.
d. Berat badan janin berlebihan.
e. Pertambahan berat badan ibu berlebihan.
f. Bayi besar sebelumnya.
g. Distosia bahu sebelumnya.
h. Multiparitas

Glynn dan Olah mengidentifikasi bahwa faktor resiko intrapartum yang


mungkin, sebagai berikut:

a. Kemajuan persalinan yang lambat dari 7-10 cm pada kala satu


persalinan.
b. Kala dua persalinan yang lama.
c. Penurunan berhenti atau kegagalan penurunan.
d. Makrosomia (>4.000 g).
e. Perlunya pelahiran dengan asistensi.

Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya


dapat dilakukan dengan cara:

a. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginam


berisiko tinggi: janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar
(>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (> 4kg) dengan riwayat
distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang
dengan janin besar.
b. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
c. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
d. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risiko
cedera janin.
e. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia bahu
diketahui. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi Mc. Robert,
pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anesthesia (bila
perlu).

4. Komplikasi Distosia Bahu


Persalinan distosia bahu mempunyai komplikasi yang cukup serius.
Menghadapi kemungkinan distosia bahu sulit diduga sebelumnya oleh
karena:
a. Tidak terdapat gejala yang mendahului. Persalinan kepala dapat
berlangsung normal, tetapi persalinan bahunya menghadapi kesulitan
yang sangat membahayakan.
b. Ketapatan perkiraan berat janin intrauteri dengan menggunakan USG
sulit dipastikan.
c. Seksio sesarea yang dilakukan hanya dengan dugaan makrosomia janin
saja sulit dibenarkan. Namun, jika berat janin diduga sekitar 5.000
gram, ibu hamil dengan diabetes mellitus, atau dugaan berat janin 4.500
gram pada ibu hamil dengan diabetes mellitus, sekrio sesarea dapat
dibenarkan.

Komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula


dan humerus), cedera pleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen di otak. Dislokasi tulang sevikalis yang
fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dam putaran pada kepala
dan leher. Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa
sekuele, apabila didiagnosis dan diterapi dengan memadai. Cedera pleksus
brakhialis dapat membaik dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat
terjadi pada 50 % kasus. Pada ibu, komplikasi yang dapat terjadi adalah
perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomy, ataupun atonia uteri

5. Manajemen Distosia Bahu


Singkatan HELPERRS mencerminkan langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk mengatasi distosia bahu pada saat diagnosis ditegakkan.
Help (cari bantuan)
Evaluate need for episiotomy (evaluasi apakah perlu dilakukan episiotomy)
STIKes Elisabeth Medan
Legs into Mc. Robert (ubah posisi tungkai pada posisi Mc. Roberts)
Pressure (penekanan suprapubis)
Enter (masuk: tangan masuk ke vagina dan dilakukan maneuver rotasi
internal)
Remove (lahirkan lengan posterior bayi) Roll (ubah posisi ibu
“menungging”
Start all over again (lanjutkan)

6. Penanganan
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah
minta bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum
memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk kepanggul. Bahu posterior
yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan bila
dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang
menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan
episiotomi yang luas, posisi Mc. Robert, atau posisi dada-lutut.
Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena semakin
menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan berisiko menimbulkan rupture uteri.
Di samping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme
persalinan, keberhasilan pertolongan persalinan dengan distosia bahu juga
ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH
arteria umbilikalis dengan laju 0,04 unit/menit. Dengan demikian, pada bayi
yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit
untuk melakukan maneuver melahirkan bahu sebelum terjadi cedera
hipoksik pada otak. Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu
adalah sebagai berikut.

Langkah pertama: Manuver Mc.Robert


Maneuver Mc.Robert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi
Mc.Robert, yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut
menjadi sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan kedua kaki kearah luar
(abduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. Gabungan epeisiotomi dan
posisi Mc.Robert akan mempermudah bahu posterior melewati
promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan
suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu
lakukan tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang
berlebihan karena akan mencederai pleksus brakhialis. Setelah bahu anterior
dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan
presentasi kepala. Maneuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat
mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

Langkah kedua: Manuver Rubin

Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit


daripada diameter oblik atau transversanya, maka apabila bahu dalam
anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik atau transversa untuk
memudahkan melahirkannya. Tidak boleh melakukan putaran pada kepala
atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu. Yang dapat dilakukan adalah
memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik ke arah
dorsal. Pada umumnya sulit menjangakau bahu anterior, sehingga
pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya. Masih
dalam posisi Mc.Robert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina,
tekanlah daerah ketiak bayi, sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik
atau transversa. Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang
membuat punggung bayi menghadap kearah anterior (Maneuver Rubin
anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkannya
lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau
punggung bayi menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan penekanan
suprapubik pada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu lebih
abduksi, sehingga diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan
suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah
posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior

Langkah ketiga: Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau


maneuver Wood

Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi


dulu posisi punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang berseberangan
dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung
kiri berarti tangan kiri) ke vagina. Temukan bahu posterior, telusuri lengan
atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan
fossa kubiti). Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap ke
arah dada bayi. Langkah ini akan membuat bahu posterior lahir dan
memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk ke bawah simfisis.
Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan
kepala kearah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu
anterior.
Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sendi
skroiliaka bisa meningkatkan diameter sgital pintu atas panggul sebesar 1-2
cm dan pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati
promontorium. Pada posisi telentang atau litotomi, sendi sakroiliaka
menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien menopang tubuhnya dengan kedua
tangan dan kedua lututnya. Pada maneuver ini bahu posterior dilahirkan
terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala. Bahu panggul ternyata
tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar seperti aliran sekrup. Berdasarkan
hal itu, memutar bahu akan mempermudah melahirkannya. Maneuver Wood
dilakukan dengan menggunakan dua jari dari tangan yang berseberangan
dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung
kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan di bagian depan bahu posterior.
Bahu posterior dirotasi 180 derajat.

Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya


berada di bawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas
panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu
anterior akan dengan mudah dapat dilahirkan. Setelah melakukan prosedur
pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya adalah melakukan proses
dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan. Perawatan pasca
tindakan termasuk menuliskan laporan di lembar catatan medic dan
memberikan konseling pascatindakan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS


DENGAN DISTOSIA BAHU
PADA NY. N USIA 23 TAHUN G1P0A0 USIA HAMIL 39 MG
DI PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

PENGKAJIAN
Tanggal : 09 Juni 2021 Jam : 14.00 WIB

IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien Penanggung Jawab


Status : Suami
1. Nama : Ny. N 1. Nama : Tn. H
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 23 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Karyawan 5. Pekerjaan : Karyawan
6. Suku bangsa : Jawa Tengah 6. Suku Bangsa: Jawa Tengah
7. Alamat : Ngoro 1/6 7. Alamat : Ngoro 1/6
8. Gol.darah :O 8. Gol. Darah : B

KALA I
DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Pasien datang dengan mules-mules
KELUHAN UTAMA:
- Pasien mengeluh mules-mules sejak pukul 05.00 WIB
- Ibu mengatakan belum merasa keluar air-air
- Ibu mengatakan ada keluar lendir darah dari kemaluannya sejak pukul
08.00 WIB
- Ibu mengatakan sudah melakukan USG dan hasilnya normal (tidak
ada masalah)
- Ibu mengatakan Gerakan janin masih aktif
2. RIWAYAT KESEHATAN:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Pasien tidak pernah mengalami sakit jantung, diabetes, asma, hipertensi, TBC,
dan Hepatitis
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Pasien tidak memiliki penyakit turunan seperti, jantung, diabetes, asma,
hipertensi, TBC, dan Hepatitis

3. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:


Kead
anak
Kehamilan Persalinan Nifas
sekara
ng
Tahun KELUH Tempat
Fre
AN persalia Asi
k U Penol JK/ Peny IM Peny
/ Jenis nan ekskl
AN K ong BB ulit D ulit
PENYU usif
C
LIT
Seka
rang

4. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid :
Menarche : 14 Tahun Nyeri Haid : Tidak ada
Siklus : 28-29 hari Lama : 6-7 hari
Warna darah : Merah Leukhorea : Tidak ada
Banyaknya : 2-3 ganti pembalut /harI
b. Riwayat Kehamilan sekarang :
1) G1P0A0 Ah 0
2) Usia kehamilan : 39 minggu 3 hari
3) HPHT : 06 – 09 – 2020
4) HPL : 13 – 06 – 2021

5) Gerak janin
 Pertama kali : 16 minggu
 Frekuensi dalam 12 jam : 10 gerakan
6) Tanda bahaya
a. TM I : Tidak ada
b. TM II : Tidak ada
c. TM III : Tidak ada
7) Keluhan
a) Trimester I : Sedikit mual
b) Trimester II : Tidak ada keluhan
c) Trimester III : Pegal-Pegal
8) Riwayat terapi
a. Trimester I : Vitamin B6, Kalk, Tablet Fe
b. Trimester II : Tablet Fe, Kalk, Vitamin C
c. Trimester III : Tablet Fe, Kalk, Vitamin C rr
9) Riwayat Alergi: Tidak ada
10) Kekhawatiran khusus : Tidak ada
11) Imunisasi / TT : 4 kali
12) ANC : 10 x
Suplemen
AN
Tangga Tempat t & Fe MASALA TINDAKAN/PENDKE
C
l (Jenis & H S
Ke
Jml)
1 24-11- Puskesma - Vitamin Mual Tindakan : TTV,
2020 s Bulu B6 1x1 Antropometri, Pemfis
10 mg - Kalk 1x1 dan Lepold (belum
- Tablet Fe teraba)
1x1 Pendkes :Hasil
Pemeriksaan Normal,
membritahu makan
seimbang, Memberitahu
perubahan fisik dan
psikologi pada ibu hamil
TM I, Memberitahu
kunjungan ulang.
2 03-12- Puskesma - Vitamin Sedikit Tindakan : TTV,
2020 s Bulu B6 1x1 mual Antropometri, Pemfis
11 mg - Kalk 1x1 dan Leopold (TFU
- Tablet Fe setengah pusat dan
1x1 sympisis, DJJ 141 X/M)
Pendkes : Hasil
pemeriksaan normal,
memberitahu perubahan
fisik dan psikologi ibu
hamil TM II, perbanyak
nutrisi dan hidarsi,
pantau pergerakan janin,
memberitahu kunjungan
ulang.
3 19-01- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Istirahat cukup
2020 s Bulu C 1x1 keluhan - Rutin periksa
18 mg - Kalk 1x1 - Kurangi mengonsumsi
- Tablet Fe kopi dan teh
1x1
4 09-02- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Gizi seimbang
2021 s Bulu C 1x1 keluhan - Istirahat Cukup
21 mg - Kalk 1x1
- Tablet Fe
1x1
5 04-03- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Rutin mengonsumsi
2021 s Bulu C 1x1 keluhan suplemen
24 mg - Kalk 1x1 - Perawatan payudara
- Tablet Fe
1x1
6 29-04- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Gizi seimbang
2021 s Bulu C 1x1 keluhan - USG
33 mg - Kalk 1x1 - Senam hamil
- Tablet Fe - Tanda bahaya
1x1 Trimester III
7 06-05- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Menjelaskan
2021 s Bulu C 1x1 keluhan ketidaknyamanan
34 mg - Kalk 1x1 Trimester III
- Tablet Fe - Posisi menungging
1x1
8 13-05- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Pijat perinium
2021 s Bulu C 1x1 keluhan - Gizi seimbang
35 mg - Kalk 1x1 - Istirahat cukup
- Tablet Fe - Rutin periksa 1 minggu
1x1 sekali

9 20-05- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Tanda-tanda persalinan


2021 s Bulu C 1x1 keluhan - Tempat persalinan
36 mg - Kalk 1x1
- Tablet Fe
1x1
10 27-05- Puskesma - Vitamin Tidak ada - Posisi persalinan
2021 s Bulu C 1x1 keluhan - Tempat persalinan
37 mg - Kalk 1x1 - Anjurkan untuk segera
- Tablet Fe datang ke Puskesmas
1x1 jika sudah ada tanda-
tanda persalinan
5. RIWAYAT KB : Pernah/ tidak pernah*)
a. Jika pernah :
Jenis Lama
Keluhan Alasan dilepas
Kontrasepsi Pemakaian
Tidak Pernah

b. RencanaSetelah Melahirkan : Belum terfikirkan

6. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:


Sebelum hamil :
Sebelum hamil Selama Hamil
A. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan 3 X/hari 3 X/hari
pokok
Komposisi 3 x 1 piring (sedang) 3 x 1 piring (penuh)
Nasi
Lauk 3 x 1 potong (sedang), 3 x 1 potong (besar),
jenisnya ayam, ikan, jenisnya ayam, ikan,
dagingtahu, tempe. dagingtahu, tempe.
Sayuran 1 x 1 mangkuk sayur ; 1 x 1 mangkuk sayur ; jenis
jenis sayuran bayam, sayuran bayam, soup
soup
Buah 1 x sehari ; jenis apel, 2 x seminggu ; jenis apel,
papaya, jeruk, melon alpukat, naga, jeruk.
Camilan 1 x sehari; jenis keripik 1 x sehari; jenis biscuit
Pantangan: Tidak ada Tidak ada
Keluhan: Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
Hamil
2) Minum
Jumlah total 5-7 gelas perhari; jenis 5-7 gelas perhari; jenis
mineral mineral
Susu Jarang 1 gelas perhari; jenis susu
prenagen
Jamu 2 x/minggu, Jenis kunyit Tidak mengkonsumsi jamu
dan beras kencur
Keluhan: Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Minum lebih banyak
Hamil
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi perhari 4-5 x/hari 5-6 x/hari
Warna Kuning Jernih Kuning Jernih
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Cair Cair
2) BAB

Frekuensi perhari 1 x/hari 1x/hari


Warna Coklat Coklat kehitaman
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada
C. Personal Hygine
Mandi 2 x sehari 2 x sehari
Keramas 4 x seminggu 4 x seminggu
Gosok Gigi 2 x sehari 2-3 x sehari
Ganti Pakaian 2 x sehari 2 x sehari
celana dalam 2 x sehari 3 x sehari
Kebiasaan memakai Sendal Sendal
alas kaki
Keluhan Tidak ada Tidak ada
d. Hubungan
sexsual
Frekuensi 4-5 x seminggu 2-3 x seminggu
Contact bleeding Tidak ada Tidak ada
Keluhan lain Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Lebih jarang berhubungan
hamil ini
e. Istirahat/Tidur
Tidur malam 8 jam 7 jam
Tidur siang 1 jam 1 Jam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
f. Aktivitas fisik
dan olah raga
Aktivitas fisik Kerja dikantor, Memasak, membersihkan
(beban pekerjaan) memasak, membersihkan rumah, mengurus anak
rumah, mengurus anak
Olah raga Tidak pernah Tidak Pernah
Frekuensi Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama Tidak ada Tidak ada
hamil ini
g. Kebiasaan yang
merugikan
kesehatan
Merokok aktif Tidak Tidak
Lingkungan perokok Tidak Tidak
Minuman Tidak Tidak
beralkohol
Obat-obatan Tidak Tidak
Napza Tidak Tidak
Aktifitas yang Tidak Tidak
merugikan

7. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 23 bulan
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 5 bulan
3) Hubungan dengan suami : baik
b. Kehamilan ini diharapkan/tidak oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : kehamilan ini
sangat diharapkan dan sangat didukung oleh suami dan keluarga
c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Memutuskan masalah
dengan kepuutusan bersama antar istri dan suami
d. Ibu tinggal serumah dengan : Suami dan anak
e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
f. Orang terdekat ibu : Suami dan Ibu kandung
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Suami
g. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada
h. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Dipuskesmas
dan ditolong oleh bidan
i. Penghasilan perbulan: Rp 2.500.000 Cukup
j. Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :
1) Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini? Tidak
Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya : ..................................................................................
k. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu sudah mengetahui persiapan
persalinan dan tanda-tanda persalinan
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui cara mengurangi
nyeri saat persalinan
l. Lingkungan:
Kebiasaan kontak dengan binatang : tidak
m. Paparan dengan polutan : tidak

DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan umum : Baik Tensi : 110/70 mmHg
2) Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 95 x/m
3) BB Sebelum/ Sekarang: 55 / 67 Suhu : 36,7 0C
4) TB : 153 cm RR : 22 x/m
5) LILA : 27 cm IMT : 28
6) Keadaan emosi : Stabil
7) Keadaan Psikologi : Baik
b. Status present
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam
Mata : Simetris, tidak ikterik, konjungtiva merah muda
Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : Tidak kering, tidak ada sariawan, bersih
Telinga : Tidak ada sekret, simetris
Leher : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran kelenjar limfa
Ketiak : Tidak ada benjolan, dan tidak ada pemebesaran kelenjar
getah bening
Dada : simetris,bersih, tidak ada benjolan, puting menonjol,ASI
sudah keluar
Perut : memanjang, tidak ada bekas operasi, terdapat striae
gravidarum
Lipat paha : Tidak ada varises
Vulva : Tidak ada oedem, terdapat lendir darah, tidak ada varises,
tidak keluar air-air
Ekstremitas : tidak ada oedem, tidak ada varises
Refleks patella : +/+
Punggung : Postur tubuh normal
Anus : Tidak ada haemoroid

c. Status Obstetrik
1. Inspeksi:
 Muka : Tidak oedem, Tidak ada Chosma Gravidarum, Tidak
anemis
 Mamae : Simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi areola
 Abdomen : Terdapat linea nigra, Striae gravidarum, tidak ada bekas
operasi
 Vulva : Tidak ada oedem, Tidak ada varises, dan tidak ada luka,
terdapat lendir darah
2. Palpasi
 Leoplod I : pada fundus teraba besar, lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong)
 Leoplod II : Kanan (teraba keras memanjang seperti papan,
Punggung) Kiri (Teraba bagian terkecil janin, Ekstremitas)
 Leoplod III : pada bagian terbawah janin teraba keras, bulat,
keras dan melenting (kepala)
 Leoplod IV : bagian terbawah sudah masuk PAP
3.TFU : 34 cm
4.TBJ : (34-11) x 155 = 3.565 gram
5. His : 3 x 10 x 40 detik
5. Auskultasi :
DJJ : 141 x/menit Frekuensi : Stabil
8. Perkusi: .......................................................................
9. Pemeriksaan panggul:.........................................................
10. KSPR dan kartu sudarto: .........................................................................
11. Pemeriksaan penunjang :
- Hb : 11.4 gr/dl
- HbsAg : Negatif
- HIV/IMS : Negatif
- VDRL : Negatif
d. Pemeriksaan Dalam
- Tanggal/Pukul : 09-06-2021 / 14.00 WIB
- Pembukaan serviks : 8 cm
- Ketuban : utuh
- Molase : tidak ada
- Denominator : UUK Depan
- Penurunan kepala : Hodge III
- Konsiistensi serviks : Elastis dan Lunak

III. ANALISIS
Diagnosa Kebidanan :
Ny. N Usia 23 tahun G1P0A0 Hamil 39 minggu 3 hari
Janin Tunggal, Hidup Presentasi Kepala, , Intrauterine, Partus Kala I Fase Aktif
Masalah :
Ibu merasa nyeri pada saat kontraksi datang

IV. PELAKSANAAN
Tanggal 09 Juni 2021 Jam 14.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasionalisasi : hasil pemeriksaan ibu harus mengetahui sebagai sarana agar
Ketika ibu mengalami kejadian patologis ibu bisa langsung mempunyai
gambaran dan keputusan guna segala sesuatu yang terbaik buat dirinya
sendiri dan keluarga.
Hasil : ibu memahami informasi yang diberikan dan keadaan dirinya serta
bersedia mendapatkan terapi sesuai yang diberikan tenaga Kesehatan
2. Beri informasi tentang kondisi yang dialami saat ini, khususnya nyeri pada
perut hingga pinggang
Rasionalisasi : dengan menjelaskan keadaan ibu saat ini adalah normal
diharapkan ibu paham sehingga akan membantunya untuk mengurangi
kecemasan dan ketakutannya dalam menghadapi persalinan
3. Memberi dukungan kepada ibu, bahwa ibu mampu menghadapi persalinan
dan meminta suami/keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan memberi
makan/minum kepada ibu.
Rasionalisasi : tugasnya adalah berada didalam kamar bersalin dan
memberikan dukungan psikis dan emosional.
Hasil : Suami mendampingi ibu dan sudah memberi makan dan minum. Ibu
mau makan dan minum yang diberikan suaminya.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap dan
menganjurkan ibu untuk miring kiri
Rasionalisasi : tidur miring kiri akan meningkatkan aliran darah dan nutrisi
keplasenta dan janin, ginjal ibu juga akan bekerja lebih efisien dengan
menghilangkan cairan dan sampah dari dalam tubuh.
Hasil : ibu dapat melakukanya dengan baik
5. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman
Rasionalisasi posisi yang rileks pada ibu akan membantu ibu untuk
mengurangi rasa nyeri.
Hasil : ibu memilih posisi setengah duduk
6. Membantu ibu untuk pemenuhan nutrisi dan hidrasi
Rasionalisasi :pemenuhan nutrisi dan hidrasi merupakan factor penting
selama proes persalinan untuk menjamin kecukupan energi dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit normal pada ibu dan
janin.
Hasil : ibu menghabiskan makanan dan minuma yang sudah disediakan
7. Ajarkan ibu Teknik relaksasi
Rasionalisasi untuk membantu aliran oksigen kearah janin dan
memperlancar sirkulasi darah serta memberi ketenangan pada ibu
Hasil : ibu dapat melakukanya dengan baik
8. Lakukan masase atau sentuhan pada ibu
Rasionalisasi : masase pada perut dan pinggang untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil : sudah dilakukan
9. Melakukan observasi DJJ, TTV, His setiap 30 menit serta melakukan VT
setiap 4 jam dan pantau kemajuan persalinan dan catat dipartograf
Rasionalisasi : Partograf untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal.
Hasil : sudah dilakukan
10. Mempersiapkan tempat, alat-alat dan perlengkapan ibu dan bayi untuk
proses persalinan.
Rasionalisasi : Alat-alat untuk menolong persalinan yaitu bak instrumen
steril berisi 2 buah arteri klem, 1 buah gunting tali pusat, 1buah stand doek,
2 pasang handscoon steril, 1 buah benang tali pusat,kassa steril sudah
disiapkan. Peralatan bayi yang disiapkan yaitu bedong, baju, popok, gurita,
sarung tangan, sarung kaki dan topi bayi.
Hasil : sudah disiapkan
11. Lakukan pemantauan kemajuan kala I dengan partograph
Rasionalisasi : partigraf dibuat untuk memantau keadaan ibu maka dapat
diketahui kemajuan persalinannya untuk menentukan keputusan klinik
yang akan diambil.
Hasil : sudah dilakukan
.

KALA II
Hari/Tanggal : Sabtu / 09-06-2021 Pukul : 15.15 WIB
I. SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan adanya keinginan untuk buang air besar (BAB)
2. Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran
II. OBYEKTIF
1. Tanda-tanda Vital
- TD : 120/80 - Suhu : 36,7 0C
- RR : 24 x/m - N : 90 x/m
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Abdomen
- HIS : 5 x 10’ x 45”
- DJJ : 141 x/m
b. Genetalia
- Perinium menonjol
- Vulva membuka
- Adanya tekanan pada anus
- Pengeluaran lendir darah
- Kandung kemih kosong
c. Pemeriksaan Dalam (Pukul 20.00 WIB)
- Pembukaan : 10 cm (lengkap)
- Penurunan kepala : Hodge IV
- Molase : 0
- Ketuban : selaput ketuban pecah dan air ketuban berwarna
jernih (15.15 WIB)
III. ANALISIS
Diagnosa :
Ny. N usia 22 tahun G1P0A0 Inpartu Kala II, Usia kehamilan 39 minggu,
Presentasi kepala, janin tunggal hidup, intrauterine.
Masalah : nyeri kontraksi semakin kuat dan cemas menghadapi
persalinannya

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu saat ini sudah buka lengkap
dan ibu memasuki proses pengeluaran janin
Hasil : Ibu sudah dapat mengedan jika ada dorongan meneran sesuai
instruksi bidan
2. Memastikan semua alat-alat sudah lengkap.
Hasil : Semua alat-alat yang diperlukan sudah lengkap.
3. Memakai alat perlindungan diri (APD) dan mendekatkan partus set.
Hasil : APD sudah dipakai dan partus set sudah lengkap.
4. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
Rasionalisasi : Ibu mempunyai keinginan untuk meneran, Ibu merasa
tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya,
Perineum menonjol, Vulva dan sfingter ani membuka
Hasil : sudah tampak
5. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah
pecah, dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang
nyaman sesuai keinginannya.
Hasil : ibu memilih posisi setengah duduk
6. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. Rasionalisasi : Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
Hasil : ibu dan keluarga dapat melakukanya dengan baik
7. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran
Rasionalisasi :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f. Menganjurkan ibu minum untuk menambah tenaga ibu saat
meneran.
Hasil : ibu dapat melakukanya dengan baik
8. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Hasil : Handuk sudah diletakkan.
9. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
Hasil : sudah diletakan
10. Membuka partus set.
Hasil : sudah disiapkan
11. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Hasil : sudah dilakukan
12. Menolong persalinan dengan 60 langkah APN
Hasil : sudah dilakukan
13. Melakukan pertolongan persalinan normal sesuai dengan APN
- Memakai APD, mencuci tangan lalu dikeringkan, pakai sarung
tangan, meletakkan tangan kiri di vertex dan tangan kanan
melakukan steneng
- Bila kepala tampak di vulva maju mundur, perineum menonjol dan
anus membuka, pimpin ibu meneran saat ada his (keinginan
spontan untuk meneran). Saat ibu meneran, lindungi perineum
dengan satu tangan dengan kain bersih, melakukan tindakan
mencegah kepala ekstensi (mencegah robekan perineum).
- Kepala bayi sudah lahir, usap muka bayi dengan kain bersih dan
bersihkan lendir dari mulut dan hidung dengan kassa steril, periksa
adanya lilitan tali pusat (tidak ada lilitan tali pusat).
- Bayi tidak mengalami putar paksi luar secara spontan dan
mengalami kesulitan dalam melahirkan bahu.
Hasil : Kepala bayi sudah lahir, lilitan tali pusat tidak ada, akan
tetapi kepala bayi tidak terjadi putar paksi luar secara spontan.

DATA PERKEMBANGAN KALA II


Jam : 15.50 WIB
I. SUBYEKTIF
-
II. OBYEKTIF
- Kepala tampak menetap di vulva dan perineum
- Kepala tidak melakukan putar paksi luar secara spontan
- Dagu tertahan di vulva
III. ANALISIS
Diagnose : Ibu inpartu kala II dengan distosia bahu
Masalah : Bahu sulit dilahirkan , Kepala tidak putar paksi spontan
IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pertolongan persalinan distosia bahu
a. Manuver Mc. Robert
- Meminta ibu untuk melipat kedua pahanya, sampai kedua lutut
berada sedekat mungkin pada dada ibu dan dibantu oleh asisten
agar fleksi maksimal paha. Secara bersamaan meminta asisten
untuk memberikan sedikit tekanan suprapubis kearah bawah
dengan lembut untuk membantu persalinan pengeluaran bahu.
Hasil : Bayi lahir spontan pukul 16.00 wib, jenis kelamin laki-laki,
menangis lemah, dilakukan rangsangan taktil bayi menangis kuat.
2. Setelah bayi lahir, mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering,
lalu melakukan pemotongan tali pusat dengan menjepit tali pusat
dengan klem umbilical 3 cm dari perut bayi, klem kedua dengan jarak 2
cm dari P: STIKes Elisabeth Medan klem pertama. Pegang tali pusat
diantara kedua klem dan potong tali pusat dengan melindungi perut
bayi
Hasil : Tali pusat sudah dipotong dan diikat dengan klem tali pusat
3. Menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering kemudian dilakukan
IMD
Hasil : Bayi sudah di selimuti di atas perut ibu sambil melakukan IMD.
4. Memeriksa uterus apakah ada janin kedua atau tidak
Hasil : Tidak ada janin kedua

KALA II
Tanggal : 09-06-2021 Pukul : 16.00 WIB
I. SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan merasa Lelah karena meneran
2. Ibu mengatakan perutnya masih mules dan merasakan adanya
keluar darah dari kemaluannya

II. OBYEKTIF
1. Kontraksi uterus baik bulat dan keras
2. TFU Setinggi pusat
3. Kandung kemih kosong
Tanda-tanda pelepasan plasenta
1. Tampak tali pusat memanjang
2. Adanya semburan darah
3. Uterus globuler

III. ANALISIS
Ny. N P1A0 Inpartu Kala III

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa saat ini waktu untuk
pengeluaran plasenta.
Hasil : Ibu sudah mengetahui keadaannya.
2. Melakukan pengecekan janin kedua dan pengosongan kandung kemih
Hasil : tidak ada janin kedua dan kandung kemih kosong
3. Melakukan manajemen aktif Kala III
Rasionalisasi :
- Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan (sudah
dilakukan)
- Menjepit dan memotong tali pusat dengan klem dan gunting
(sudah dilakukan)
- Melaukan PTT kea rah dorso kranial (Plasenta lahir pada pukul
16.10 WIB)
- Segera melakukan massase uterus selama 15 detik
Hasil : dalam keadaan normal tidak ada perdarahan
4. Memeriksa kelengkapan plasenta dan mengevaluasi adanya laserasi
pada perineum dan vagina.
Hasil : Kotiledon lengkap, selaput ketuban utuh, panjang tali pusat 50
cm dan terdapat robekan perineum derajat II
5. Melkukan penjahitan laserasi jalan lahir dengan anestesi
Rasionalisasi : Melakukan anestesi menggunakan pehacain 1% pada
tepi luka dan derajat II sampai otot perineum
Hasil : penjahitan laserasi jalan lahir derajat II telah dilakukan
6. Mengajarkan ibu dan suami untuk melakukan masase sendiri.
Hasil : Ibu sudah mengetahui cara masasse uterus dan kontraksi uterus
baik.

KALA IV
Tanggal : 09-06-2021 Pukul : 16.25 WIB

I. SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan lelah setelah bersalin
2. Ibu mengatakan nyeri pada daerah perineum
3. bu mengatakan perutnya masih mules
4. Ibu tampak senang dan mengatakan lega karena bayi lahir normal

II. OBYEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg N : 78 x/m
RR : 23 x/m S : 36,5 0C
3. Pemeriksaan Kebidanan
a. Abdomen
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi : Baik
- Kandung Kemih : Kosong
b. Genetalia
- Laserasi : terdapat laserasi jalan lahir derajar II
- Perdarahan : ± 250 cc

III. ANALISIS
Diagnosa : Ny. N P1A0 Kala IV
Masalah : nyeri pada daerah luka perineum
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
Hasil : dalam keadaan normal dan Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaannya.
2. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus
Rasionalisasi : yaitu dengan cara meletakkan telapak tangan diatas perut
dan melakukan gerakan melingkar searah jarum jam.
Hasil : Ibu dan suami sudah mengerti dan mempraktekkannya dengan
benar dihadapan petugas.
3. Membersihkan ibu menggunakan washlap dan air DTT dan memasang
doek dan celana dalam ibu serta mengganti pakaian ibu.
Hasil : Ibu sudah dibersihkan
4. Mendekontaminasi peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5%.
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai dan peralatan bekas pakai telah di rendam dalam larutan
klorin 0,5 %
5. Memberitahu tentang Personal hygiene terutama bagian genetalia
Rasionalisasi : membersihkan bagian genetalia dengan tangan bersih,
ganti pembalut secara berkala, dan mandi minimal 2 kali sehari
Hasil : ibu mengerti dan ingin melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk makan, minum dan istirahat
Hasil : ibu sudah makan dan minum dan sedang istirahat
7. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang berserat dan
protein tinggi
Rasionalisasi : seperti sayuran, telur rebus, apel, papaya
Hasil : ibu dapat melakukannya
8. Memindahkan ibu dan bayi ke ruang nifas
9. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
memantau keadaan ibu setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
Hasil : sudah dilakukan
Sukoharjo, 07 Juni 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

(Supadmi, S.ST, M.Si) (Imanda Azizah)


NIP. NIM. P2.722.402.050.1

Mengetahui
Pembimbing Prodi

(Emy Suryani, M.Mid)


NIP. 197103031993032002

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi kasus Ny. N yang dilaksanakan pada tanggal 09


juni 2021, yaitu dengan persalinan distosia bahu. Penulis melakukan
pembahasan yang menghubungkan antara teori dengan kasus yang dialami
oleh Ny. N

Dalam teori Lisnawati, Lilis (2013) data subjektif diperoleh dengan


melakukan anamnesis dengan menanyakan identitas, gravida dan para,
HPHT, riwayat kehamilan sekarang: apakah keluar cairan atau bercak
bercampur darah dari vagina ibu dan pertanyaan lainnya, kemudian data
objektif diperoleh dengan menilai keadaan umum, tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki, TFU >40, leopold,
his, pemeriksaan dalam: pembukaan, bagian terendah, penurunan, tampak
kepala divulva maju mundur seperti kura-kura

Pada pengkajian Ny. N dengan Persalinan Distosia Bahu diperoleh data


subjektif pasien mengeluh keluar lendir darah dari vagina disertai dengan
adanya nyeri pada perut hingga kepinggang yang kuat. Klien mengatakan ini
kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran, HPHT: 06-09-2020.

Data objektif yang didapat pada Ny. N dengan Persalinan Distosia Bahu
KU Baik, Tanda-tanda vital, Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi 80
x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu , berat badan 67 kg, kenaikan berat
badan selama hamil 12 kg, tinggi badan 153 cm dan lila 27 cm. Palpasi
abdomen Leopold I: teraba lebar, lunak dan tidak melenting pada fundus
(kepala). Leopold II: teraba pada sisi abdomen kanan keras, panjang dan
memapan (punggung) dan pada sisi kiri teraba bagian kosong dan bagian
terkecil janin (ekstremitas). Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras
dan melenting (kepala). Leopold IV: kepala sudah masuk pada pintu atas
panggul (PAP). Tinggi fundus uteri 34 cm, tafsiran berat janin 3.565 gram.
DJJ 141x/menit dan hasil pemeriksaan dalam: pembukaan 5 cm, konsistensi
lunak dan ketuban masih utuh. Setelah pembukaan lengkap kepala tampak
maju mundur divulva seperti kura-kura Pada tahap ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek

Dalam teori (APN, 2012) mengatakan hasil pemeriksaan fisik dan


anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang
paling sesuai dengan kondisi ibu. Maka pada kasus ini didapatkan diagnosa:
Ny. N usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 3 hari, janin
tunggal, hidup, intrauterine, punggung kanan, presentasi kepala, sudah
masuk PAP, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif. Masalah:
Ketidaknyamanan sehubungan dengan nyeri dan cemas menghadapi
persalinannya. Kebutuhan yang diberikan: Asuhan Sayang Ibu. Berdasarkan
teori kasus tidak ada kesenjangan teori dengan praktek dilapangan karena
didapat diagnosa ibu yang diambil dari data subjektif dan data objektif
pasien itu sendiri.

Diagnosa Masalah Potensial Dalam buku Prawirohardjo 2014, masalah


potensial yang mungkin terjadi pada kasus distosia bahu adalah pada ibu
adalah perdarahan dan robekan jalan lahir sedangkan pada bayi yaitu fraktur
klavikula, asfiksia neonatus dan sampai pada kematian. Pada kasus ini
diagnosa masalah potensial yang muncul yaitu robekan jalan lahir derajat II
dimana robekan mengenai perineum sampai dengan otot perineum. Pada
langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan
praktek. Sesuai dengan teori menurut Edozien, Leroy C (2014) mengatakan
bahwa penjahitan robekan jalan lahir derajat I dan II dilakukan oleh seorang
bidan, namun derajat III dan IV dilakukan oleh serorang dokter kandungan.

Tindakan Segera Dalam buku Prawirohardjo 2014, tindakan pertolongan


distosia bahu segera dilakukan begitu mengenali distosia bahu. Pada kasus
ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan segera oleh bidan.
Berdasarkan teori dengan praktik di lapangan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan praktek. Dimana bidan segera melakukan tindakan
pertolongan distosia bahu dengan teknik Mc.Robert sehingga bayi lahir
selamat

Perencanaan Sesuai teori Lisnawati, Lilis (2013), mengatakan bahwa


perencanaan yang diberikan adalah dengan menjelaskan hasil pemeriksaan,
memberitahu ibu tentang teknik rileksasi, mengobservasi his setiap 15 menit
dan memantau kemajuan persalinan, pengosongan kandung kemih,
pertolongan persalinan sesuai protap. Pada kasus rencana tindakan yang
dilakukan yaitu mengobservasi keadaan umum, tandatanda vital, pantau
kemajuan persalinan, asuhan sayang ibu, pemilihan posisi yang nyaman dan
rileks, pengosongan kandung kemih, pemenuhan nutrisi dan cairan,
persiapan alat persalinan dan pertolongan persalinan sesuai protap. Pada
tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan.

Pelaksanaan Pada langkah ini rencana asuhan dilakukan secara


menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilakukan secara
efisien dan aman, pada pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat. Sesuai teori Prawirohardjo (2014) pelaksanaan persalinan
distosia bahu dilakukan dengan teknik Mc.Robert, tekanan pada suprapubis,
maneuver rubin dan maneuver wood. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan, karena
pada pelaksanaannya telah dilakukan pertolongan persalinan distosia bahu
dengan teknik Mc.Robert.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kehamilan dan di dapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan anamesa dan mengumpulkan data Subjektif
pada Ny.N dengan melakukan Tanya jawab.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang pada Ny.
N dengan melakukan pemeriksaan Kehamilan
3. Mahasiswa mampu melakukan analisi kasus berdasarkan data subjektif
dan objektif pada Ny. N.
4. Mahasiswa mampu melakukan Tindakan segera dilakukan yang diberikan
oleh bidan adalah melahirkan bahu dengan pertolongan distosia bahu
5. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan kasus pada Ny. N dengan
melakukan melong persalinan dengan 60 langkah APN
6. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan persalinan Kala I – Kala
IV

B. Saran

1. Bagi Klien

Menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya pemantauan pada saat


persalinan dengan melakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan
terutama bidan.
2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan pemberian pelayanan Asuhan Persalinan sesuai dengan


standar asuhan kebidan, sehingga komplikasi pada persalinan, dapat
terdeteksi sedini mungkin.

3. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan


asuhan persalinan dengan menggunakan dokumentasi SOAP mulai dari
pengkajian sampai evaluasi, secara sistematis dan benar sesuai data-data
yang di dapatkan di lahan praktek

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Harun, dkk. 2017. Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu. Medula
Volume 7 Nomor 4. Diunduh tanggal 22 April 2018

Andriaansz, George, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Surabaya: JNPK-KR


Boyle, Maureen. 2008. Kedaruratan Dalam Persalinan Buku Saku Bidan. Jakarta:
EGC

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2014. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2014/02_Sumut_2014.pdf. Diunduh tanggal 12 Juni 2021

Edozien, Leroy C. 2014. Buku Saku Manajemen Unit Persalinan. Jakarta: EGC

Gustina, Dr. Eni. 2016. Laporan Tahunan Dirktorat Kesehatan Keluarga Tahun
2016.http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Laptah%20TA%202016%20
Dit%20Kesga.pdf. Diunduh tanggal 12 Juni 2021

Kementerian Kesehatan RI 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


Diunduh tanggal 12 Juni 2021

Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaaruratn Maternal


Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media

Manuaba, dr.Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Manuaba, Prof. dr. I.B.G, dkk. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Maryunani, Anik dan Puspita Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Jakarta : CV. Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


PT Bina Pustaka

Saputra, Lyndon. 2014. Masa Persalinan Fisiologi & Patologi. Jakarta : Binarupa
Aksara

Sari, Eka Puspita dan Rimandini, Kurnia Dwi. 2015. Asuhan Kebidanan
Persalinan (Intranatal Care).Jakarta : CV. Trans Info Media

Sari, MK. 2017. BAB I Pendahuluan. http://repository.unimus.ac.id/1309/2/4.%


20 BAB%20I%20Pendahuluan.pdf. Diunduh tanggal 22 April 2018.
Saswita, Reni . 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
medika

Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Woodward, Vivien, dkk. 2012. Kedaruratan Persalinan Manajemen Di


Komunitas. Jakarta: EGC
52

Anda mungkin juga menyukai