Anda di halaman 1dari 11

oprerasi segera (cito)

Operasi emergency/CITO, adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan dngan tujuan life saving
pada seorang pasien yang berada dalam keadaan darurat. Misalnya: korban luka tembak atau
lukas tusuk yang tidak bisa menunggu besok, wajib operasi saat itu juga untuk menyelamatkan
nyawanya.
Persiapan pre oprerasi segera (cito), diantaranya :
1. Tidak melakukan pemeriksaan fisik
2. Tidak melakukan rongten
3. Tidak melakukan puasa
4. Melakukan tes laboratorium
5. Melakukan pencukuran di sekitar daerah yang ingin dioprasi
6. Melakukan pembesihan kolon
7. Melakukan inform concent
8. Memasang infus

Operasi elektif (terencana)


Operasi elektif, adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan terjadwal dengan persiapan, dan
dilakukan pada pasien dengan kondisi baik, bukan gawat darurat. Contohnya operasi caesar yang
sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari dan operasi pengangkatan tumor jinak.

Persiapan klien pada pre operasi terencana , diantaranya :


1. Konsultasi
Konsultasi pra-operasi lanjutan adalah janji temu antara dokter bedah dan pasien,
yang hendak menjalani suatu prosedur pembedahan. Pada konsultasi ini, pasien
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan cara kerja prosedur pembedahan secara
rinci. Konsultasi pra-operasi lanjutan adalah hal pertama yang dibutuhkan pasien,
setelah menyetujui prosedur pembedahan yang direkomendasikan dokter, dan
konsultasi ini dianggap sebagai bagian penting dari persiapan pra-operasi. Tujuan
dari konsultasi ini adalah memberikan informasi kepada pasien tentang hasil yang
akan diperoleh dari prosedur pembedahan, cara kerja pembedahan, resiko dan
komplikasi yang mungkin muncul dari prosedur yang dijalani. Konsultasi ini juga
bisa dimanfaatkan guna memastikan bahwa pasien adalah kandidat yang tepat untuk
menjalani prosedur pembedahan yang telah direncanakan.
2. Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain:
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain. Selain itu pasien harus istirahat
yang cukup karena dengan istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami stres
fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid
lebih awal.
b. Status nutrisi 
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat
kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi
pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi
(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan
luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Diberikan cairan infus sebelum operasi dilakukan. Balance cairan perlu diperhatikan
dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit
serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50
mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolik obat- obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun
jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/ anuria, insufisiensi renal akut,
nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali
pada kasus- kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang
bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/ lavement. Lamanya puasa
berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu
yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka
incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati- hati
jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran
jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur
femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada
lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
f. Personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang
kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah
yang di operasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi
sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika
pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan.
h. Latihan pra operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan-
latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi, antara lain :
1) Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu
teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan
benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
2) Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika
sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa
banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi
pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
3) Latihan gerak sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah
operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan
untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/ keluarga pasien seringkali
mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi.
Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi
sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru
karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat
kentut/ flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini
pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara
mandiri.

3. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak
mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain. Sebelum dokter
mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai
pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan
penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi
maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani
operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
4. Pemeriksaan status anestesi
Pemeriksaaan status fisik untuk pembiusan perlu dilakukan untuk keselamatan selama
pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan
mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan
dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan
ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

5. Inform consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain
yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung
gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang
akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/
keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul- betul paham. Hal ini sangat
penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/
keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
5.Persiapan mental/ psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long, 2000).
Contoh: perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan misalkan pasien
dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan
pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan- perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-
gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu
perawat perlu mengkaji hal- hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan
pasien, faktor pendukung/ support system.
6. Puasa
Sebelum menjalani operasi, seorang akan mendapat bius terlebih dahulu agar tidak
merasakan sakit ketika proses operasi berjalan. Dalam dunia medis, ada dua bius yang
biasa digunakan yakni bius lokal dan bius umum. Ini berkaitan erat dengan alasan harus
berpuasa sebelum tindakan operasi. Bius lokal hanya menghilangkan rasa sakit dibagian
tubuh yang dioperasi saja. Sedangkan bius umum, akan membuat anda tidak sadar
sepenuhnya. Hal tersebut biasanya akan berlangsung selama prosedur operasi. Mulai dari
awal hinggaselesai.
Biasanya pasien yang akan mendapatkan pembiusan umum, pasien tidak akan diizinkan
makan dan minum apapun. Hal tersebut disebabkan, ketika anda berada di bawah
pengaruh bius, reflek tubuh anda akan dihentikan sementara waktu. Kondisi yang
mungkin akan terjadi jika anda makan dan minum sebelumnya pembiusan dilakukan
adalah, adanya  kemungkinan anda akan muntah atau akan terjadi regurgitasi (yaitu
naiknya makanan ke tenggorokan)
Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang
mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan dengan operasi. Operasi ini disebut
dengan Sectio Caesarea. Sectio Caesarea berasal dari bahasa Latin, Caedere, artinya memotong.
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
rahim. Pada pasien yang dilakukan operasi pembedahan untuk tindakan sectio cesarea ini
memerlukan beberapa perhatian karena ibu nifas yang melahirkan dengan operasi caesarea agar
dapat melewati fase penyembuhan pasca operasi tanpa komplikasi. Proses persalinan operasi
caesar umumnya berlangsung sekitar satu jam. Pada pasien dengan pembiusan total, kesadaran
akan berlangsung pulih secara bertahap seusai penjahitan luka operasi. Sedangkan pada
pembiusan regional, dengan anasthesi epidural atau spinal (memasukkan obat bius melalui
suntikan pada punggung), ibu bersalin akan tetap sadar hingga operasi selesai dan hanya bagian
perut ke bawah akan hilang sensasi rasa sementara. Pascaoperasi caesar, dilakukan pengawasan
oleh perawat dan bidan dalam ruangan pulih sadar sementara sebelum ibu di pindah ke ruang
perawatan nifas. Di sini tenaga kesehatan akan memantau tekanan darah, suhu, jumlah urine
yang tertampung, kondisi  rahim, jumlah darah yang keluar pascaoperasi, dan pemeriksaan
laboratorium bila diperlukan. Setelah ibu dipindah ke ruang nifas untuk perawatan selanjutnya
yang perlu diperhatikan adalah : Efek pembiusan. Pada pembiusan dengan teknik regional
hampir tidak ada keluhan. Perasaan tidak nyaman antara lain karena kaki belum bisa digerakkan
sementara waktu, secara bertahap dalam 6 jam pertama kaki mulai bisa aktif digerakkan kembali.
Tidak perlu cemas akibat hilangnya sensasi rasa pada kedua kaki. Ini hanya bersifat sementara.
Lama pulih setiap pasien berbeda, namun dapat dipastikan semua berlangsung aman dan lancar
melewati proses hilangnya efek bius ini. Bila pembiusan umum, Pasca operasi caesar, ibu akan
merasa mengantuk, rasa kering pada mulut dan bibir, dan ini juga tak akan berlangsung lama.
Secara bertahap ibu akan pulih dan sadar kembali. Berapa lama akan pulih tergantung  jenis obat
dan dosis pembiusan yang diberikan. Setiap pasien tidak sama. Namun setelah 2 jam dari ruang
observasi pascaoperasi, kesadaran ibu perlahan akan pulih. Kapan boleh minum dan makan?
Untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan minum sementara akan diatur oleh bidan sesuai
petunjuk dokter ahli anastesi,  akan diatur waktunya ibu boleh memulai minum, diet makanan
cair dan bertahap makanan padat. Akibat pembiusan fungsi normal seluruh alat pencernaan akan
pulih dalam waktu sekitar 12 jam. Namun dalam waktu tersebut ada tahapan dimana pasien akan
diberi jadwal untuk mencoba minum air putih hangat sedikit demi sedikit, lalu minuman susu
cair, makanan lunak dan akhirnya diet makan nasi biasa. Ketentuan untuk menunggu waktu yang
tepat memberikan makanan cair bertahap hingga ke makanan padat adalah dengan pemeriksaan
dari tenaga kesehatan, yakni memperhatikan kondisi bising usus, tidak selalu harus buang angin.
Sementara waktu diet akan diatur oleh ahli gizi rumah sakit, sebaiknya tidak makan makanan
dari luar dulu. Kapan waktunya infus dan selang kateter urine (untuk mengalirkan dan
menampung air seni) akan dilepas? Pertanyaan ini seringkali muncul. Akibat pemasangan kedua
alat ini memang menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman. Infus diberikan selain untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang, memasukkan zat makanan dalam bentuk cairan glukosa dan elektrolit,
dan juga berguna untuk memasukkan obat-obatan. Setelah kondisi alat pencernakan pulih
sempurna, tidak ada komplikasi tambahan misalnya panas, perdarahan dan sebagainya, infus dan
selang kateter akan dilepas setelah 24 jam. Namun demikian, ada kebijakan khusus yang
dilakukan  untuk penundaan melepas  infus  bila masih diperlukan misalnya jika pemeriksaan
kadar Hb menunjukkan anemia dan perlu tranfusi pascaoperasi caesar, dan berbagai kondisi lain.
Pemakaian kateter dan penampung urine  bertujuan memantau warna dan  jumlah cairan tubuh
yang keluar lewat saluran kencing. Pelepasan kateter dilakukan bila pasien sudah tidak
menggunakan infus. Setelah kateter dilepas, ibu sebaiknya berusaha untuk mencoba buang air
seni secara spontan. Dalam waktu 6 jam setelah dilepas kateter buang air kecil sudah lancar. Bila
mengalami masalah  kesulitan buang air kecil sebaiknya memberitahu pada petugas kesehatan.
Kapan boleh bergerak? Sedapat mungkin ibu pascaoperasi caesar aktif bergerak jika dirasakan
efek bius sudah berangsur hilang. Mulai dengan menggerak-gerakkan kedua kaki, memutar
pergelangan kaki, melakukan  gerakan pada sendi bahu dan lengan tangan saat tiduran. Untuk
posisi miring ke kanan dan ke kiri juga sudah boleh dilalukan dengan bantuan tenaga medis.
Pada  pembiusan regional belajar duduk perlu hati-hati agar tidak pusing dan dilakukan dengan
bantuan bidan atau perawat. Sekitar 8 jam pascaoperasi, ibu sudah boleh mulai belajar duduk,
dan setelah melewati 24 jam latihan jalan dapat dimulai. Semakin aktif bergerak akan
mempercepat pemulihan fisik ibu nifas pascaoperasi caesar. Lakukan juga senam kegel untuk
melatih otot-otot kandung seni setelah pelepasan alat kateter urine.

Perawatan pasca operasi dengan anastesi regional dan umum


a. Perawatan pasca operasi anestesi regional
 Aturan Makan
Anestesi lokal adalah pembiusan dengan memasukkan obat melalui suntikan pada
punggung. Anestesi ini lebih banyak digunakan, karena risikonya lebih rendah. Anda
tetap sadar dan dapat mengikuti proses kelahiran sampai selesai, sehingga bayi pun lebih
sedikit terpapar obat anestesi. Jika mendapatkan anestesi lokal, Anda dapat minum dan
makan dua jam setelah operasi. Hal ini dimungkinkan karena cara kerja obat anestesi
lokal tidak memengaruhi saluran pencernaan.
 Mobilitas
Selama 24 jam pasca operasi Caesar, Pasien tak boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Tapi begitu kesadaran pulih, Pasien sudah disarankan mulai bergerak.
Bila berbaring terus menerus, ini efeknya: 
- Menimbulkan perlengketan bagian dalam luka operasi, sehingga  pemulihan
Anda akan terhambat
- Pengeluaran sisa darah kotor (lochea) akibat runtuhnya dinding rahim pasca
melahirkan menjadi tidak lancar, sehingga bisa menimbulkan lochiastasis yang
membawa risiko infeksi.

- Dikhawatirkan pasien akan terkena DVT (Deep Vein Trhombosis), yaitu


pembentukan bekuan darah (trombus) pada vena, terutama di bagian tungkai.
Trombosis vena dalam sangat berbahaya karena seluruh atau sebagian dari
trombus bisa pecah, mengikuti aliran darah dan tersangkut di dalam arteri yang
sempit di paru-paru sehingga menyumbat aliran darah (emboli). Emboli paru
merupakan salah satu konsekuensi utama DVT yang bisa membawa kematian. 

Biasanya perawat akan membantu pasien bergerak. Pergerakan tentunya bertahap,


karena dikhawatirkan pasien akan jatuh akibat rasa pusing setelah anastesi dan
lama berbaring. Juga mempertimbangkan rasa nyeri yang Anda rasakan. Dokter
biasanya akan meresepkan obat pereda rasa sakit untuk membantu Anda.

Pada 24 jam pertama biasanya hanya di atas tempat tidur. Mulai dengan
menggerak-gerakkan kedua kaki, memutar pergelangan kaki, menggerakkan sendi
bahu dan lengan tangan saat tiduran. Kemudian badan Anda digerakan perlahan
ke samping kiri dan ke kanan dengan bantuan perawat. Setelah itu Anda
melakukan latihan untuk duduk. Baru setelah infus dan kateter dicabut, Anda
dilatih berdiri dan berjalan di seputar tempat tidur Anda. 

Setelah itu pasien belajar berjalan ke kamar mandi. pasien perlu buang air kecil
secara teratur. Kandung kemih yang penuh justru membuat rahim dan luka pasien
tertekan.

b. Perawatan pasca operasi anestesi umum


Pada anestesi umum, obat dimasukkan secara intravena (ke dalam pembuluh darah)
dengan menggunakan alat berupa masker hidung. Jika mendapatkan anestesi ini, Anda
diperbolehkan makan dan minum setelah mengeluarkan gas (buang angin). Keluarnya gas
menandakan bahwa saluran pencernaan Anda mulai normal untuk bekerja kembali.
Pengeluaran gas biasanya terjadi 12 jam setelah operasi. Selama menunggu waktu
tersebut, Anda hanya diperbolehkan minum.
Tidak ada pantangan makanan setelah operasi caesar, kecuali Anda memiliki riwayat
alergi makanan tertentu. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kecukupan asupan air
putih dan makanan. Perhatikan konsistensi makanan dan lakukan secara bertahap, mulai
dari diet makanan cair seperti bubur saring hingga menjadi makanan padat. Untuk
menghindari gangguan sembelit, Anda bisa memperbanyak asupan serat dan buah.

Anda mungkin juga menyukai