Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU KALA DUA PERSALINAN

DISUSUN OLEH :

BAYU ILHAM GUSTIAN P01720422

Dosen pembimbing :
Ns. Kheli Fitria Annuril., M.Kep., Sp.Kep.Mat

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES BENGKULU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang
perempuan. Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna
mempertahankan kelestarian spesies manusia. Meskipun merupakan suatu hal
yang fisiologis, kehamilan dan persalinan memiliki banyak resiko yang dapat
membahayakan nyawa ibu dan janinnya.
Seorang ibu ketika akan mendekati waktu kelahiran bayi perlu untuk
mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Persiapan yang perlu
dilakukan adalah memilih tempat bersalin yang memadai dan nyaman, dan
memilih tenaga kesehatan yang akan menolong proses bersalin. Tenaga
kesehatan yang dianjurkan pemerintah dalam menolong persalinan misalnya
dukun beranak terlatih, bidan dan dokter. Permasalahan ketersediaan tenaga
kesehatan tersebut tidak menjadi masalah pada daerah kota atau desa yang
mudah terjangkau tetapi menjadi masalah bagi desa-desa yang terpencil atau
terisolir dimana tenaga penolong persalinan tidak memiliki pengetahuan
persalinan yang cukup baik dalam hal teknik persalinan maupun kebersihan
proses persalinan. Pada masa sekarang pemerintah mengusahakan seiring dengan
semakin banyaknya lulusan tenaga terlatih menyebarkan secara merata ke
daerah-daerah terpencil para tenaga penolong persalinan tersebut.
Angka kematian ibu di Indonesia pada saat persalinan tergolong tinggi
diantara negara berkembang.Hal ini sangat mengkhawatirkan karena angka
kematian ibu adalah satu parameter yang menunjukkan kualitas pelayanan
kesehatan suatu negara.Hal ini mengakibatkan pentingnya bagi seorang tenaga
kesehatan khususnya dokter dalam memandu suatu pimpinan persalinan.Seorang
dokter dituntut memiliki kompetensi untuk mendiagnosis dan melakukan
tindakan penanganan suatu persalinan normal.
Dengan semakin berkembangnya ilmu kedokteran khususnya ilmu mengenai
obstetri dan ginekologi maka semakin berkembang pula teknik-teknik dalam
persalinan untuk mencegah kematian dan komplikasi akibat persalinan.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa Pengertian Persalinan kala II ?


2. Apa tanda dan gejala Persalinan kala II ?
3. Bagaimana persiapan penolong Persalinan kala II ?
4. Bagaimana penatalaksanaan Persalinan kala II ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan Persalinan kala II ?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui Pengertian Persalinan kala II.


2. Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Persalinan kala II.
3. Agar mahasiswa mengetahui persiapan penolong Persalinan kala II.
4. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Persalinan kala II.
5. Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan Persalinan kala II.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kala dua persalinan dimulai dengan pembukaan serviks secara lengkap dan
berakhir dengan kelahiran. Pembukaan serviks lengkap dapat dikonfirmasikan
dengan pasti hanya melalui pemeriksaan pervaginam. (Sharon J. Reeder : 2011 )
Kala dua persalinan dikenal sebagai fase dari dilatasi penuh serviks sampai
lahirnya bayi.(Chirtine Henderson : 2005)
Kala dua persalinan adalah proses-proses fisiologis yang terjadi mulai dari
adanya gejala dan tanda kala dua dan berakhir dengan lahirnya bayi. (Gulardi H.
Wiknjosastro : 2008)
Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri
dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi. (Helen Varney :
2007)

2.2 Fase-fase pada kala II


Aderhold dan Roberts mengidentifikasi periode tenang sebagai fase
pertama dari tiga fase pada kala dua persalinan, sebagai berikut :
1. Fase 1 (Periode Tenang)
Dari dilatasi lengkap sampai desakan untuk mengejan atau awitan
usaha mengejan yang sering dan berirama
2. Fase II (mengejan Aktif)
Dari awitan upaya mengejan yang berirama atau desakan untuk
mendorong sampai bagian presentasi tidak lagi mundur diantara usaha
mengejan (crowning)
3. Fase III (Perineal)
Dari crowning bagian pertama sampai pelahiran semua tubuh bayi.
Durasi kala dua Sebagaimana direfleksikan pada buku ajar kebidanan yang
lama yeng merekomendasikan bahwa waktu kala dua adalah satu jam untuk
persalinan primigravida dan setengah jam untuk persalinan multigravida.
Sampai proses mengejan dimulai, kala dua hanyalah suatu perluasan dari kala
satu denagn tidak ada risiko tambahan. Apabila ibu didorong untuk
menerapkan sebuah postur tubuh yang mencegah kompresi aportokaval maka
setelah proses mengejan dimulai, risiko asidosis janin dapat meminimalkan.
Keputusan unutk memberi bantuan guna mempercepat kelahiran hanya boleh
diambil jika kemajuan persalinan tidak terjadi, atau jika kondisi janin atau
maternal memerlukanya, dan bukan karena waktu tertentu telah berlalu.
Kontraksi selama Kala dua terjadi secara sering,kuat dan sedikit lebih
lama yaitu sekitar setiap 2 menit,berlangsung selama 60-90 detik ,intensitas
kuat dan menjadi ekspulsif secara alamiah. Setelah kontraksi disertai nyeri
hebat yang dialami selama tahap transisi,wanita biasanya merasa lega pada
saat berada di kala dua dan mampu mendorong jika dia menginginkannya.
Subjek dari perdebatan diantara pemberi perawatan adalah tentang
bagaimana seorang wanita mengejan. Sampai sekarang, yang biasa diharapkan
adalah wanita berbaring datar atau dalam posisi setengah duduk, menarik
kedua kaki ke araha bahu, dan saat kontraksi mulai, wanita mengambil napas
dalam, menahanya dan mengejan sekuat-kuatnya selama sekurang-kurangnya
sepuluh detik, melepaskan napas, segera mengambil napas lagi dan
mengulangi langkah ini sampai kontraksi berakhir. Pemberi perawatan secara
aktif, antusias dan terkadang sangat bersemangat memimpin usaha ini.

2.3 Fisiologi Persalinan Pada Kala Dua


Fisiologi persalinan menurt Helen Varney : 2007) Engagement dan
penurunan merupakan dua mekanisme persalinan. Mekanisme persalinan adalah
gerakan posisi yang dilakukan janin untuk menyesuaikan diri terhadap pervis ibu.
Gerakan ini diperlukan karena diameter terbesar janin harus sejajar dengan
diameter terbesar pelvis ibu agar janin yang cukup bulan dapat melewati pelvis
dan kemudian bayi dapat dilahirkan.
Pemahaman mekanisme persalinan memerlukan pengetahuan mengenai
diameter rata-rata kepala janin yang esensial. Presentasi sefalik yang terkait
ditunjukan dalam tanda kurung.
a. Biparietal (9,5 cm)
Jarak antara dua tonjolan parietal,diameter transversum kepala janin yang
terbesar. Digunakan dalam definisi engagement.
b. Suboksipitobregmatik (9,5 cm)
Jarak dari persambungan leher dan oksiput ke bregma (fontanel anterior)
(vertex).
c. Oksipitofrontal (11,5 cm)
Jarak dari oksiput kebatang hidung (siniput)
d. Oksipitomental (12,5-13,5 cm)
Jarak dari fontanel posterior ke mentum (dagu),diameter terbesar kepala janin
(kening)
e. Trakelo (submento) bregmatik (9,5 cm)
Jarak dari persambungan leher dan rahang bawah ke bregma (wajah).
Terdapat delapan gerakan posisi dasar yang terjadi ketika janin berada dalam
presentasi vertex sefalik. Gerakan tersebut sebagai berikut ;
1. Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas
panggul.
2. Penurunan lengkap
Terjadi selama persalinan dan oleh karena itu keduanya diperlukan untuk
dan terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Penurunan merupakan
hasil dari sejumlah kekuatan,termasuk kontraksi (yang memperkuat tulang
punggung janin,menyebabkan fundus langsung menempel pada bokong)
dan pada kala dua dorongan yang dapat dilakukan ibu karena kontraksi
otot-otot abdomennya.
3. Fleksi
Merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui
mekanisme ini,diameter suboksipitobregmatik yang lebih kecil digantikan
dengan diameter kepala janin yang lebih besar yang terjadi ketika kepala
janin tidak dalam keadaan fleksi sempurna,atau tidak berada dalam sikap
militer,atau tidak dalam keadaan beberapa derajan ekstensi. Fleksi terjadi
ketika kepala janin bertemu dengan tahanan,tahanan ini meningkat ketika
terjadi penurunan dan yang pertama kali ditemui adalah dari
serviks,kemudian sisi-sissi dinding pelvis,dan akhirnya dari dasar pelvis.
4. Rotasi internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi sejajar
dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah
oksiput berotasi ke bagian anterior pelvis ibu,dibawah simpisis pubis.
5. Pelahiran kepala
Berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan oksiput anterior.
Mekanisme ini berbeda ketika oksiput berotasi keposisi oksiput posterior.
Ekstensi harus terjadi ketika oksiput berada dibagian anterior karena
kekuatan tekanan pada dasar pelvis yang membentuk sumbu carus, yang
mengarahkan kepala keatas menuju pintu bawah vulva.
6. Resusitasi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun kiri, bergantung pada arah
dari tempat kepala berotasi ke posisi oksiput anterior.
Dampaknya,resusitasi tidak memutar leher dan membuat kepala sekali lagi
berada pada sudut yang tepat dengan bahu. Sutura sagitalis saat ini berada
dalam salah satu diameter oblik pelvis,dan diameter bisakromial janin
berada dalam diameter oblik lain pada pelvis.
7. Rotasi eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450,menyebabkan diameter bisakromial
sejajar dengan diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul. Hal ini
menyebabkan kepala melakukan rotasi eksternal lain sebesar 450 keposisi
LOT atau ROT,bergantung pada arah resusitasi.
8. Pelahiran bahu dan badan dengan fleksi lateral melalui sumbu carus.
Bahu anterior kemudian terlihat pada orifisium vulvovaginal,yang
menyentuh dibawah simfisis pubis,bahu posterior kemudian
menggembungkan perineum dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah bahu
lahir,bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan segera lahir.
Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada lengkung pelvis.
Janin dan plasenta harus mengikuti lengkung ini agar dapat lahir. Rongga
pelvis sebenarnya membentuk silender lengkung,sehingga arah baik bayi
maupun plasenta yang melewatinya dimulai dengan menuju kebawah dari
poros pintu atas panggul menuju tepat diatas sacrum dan kemudian kearah
depan,keatas,dan keluar menuju orifisium vulvovaginal.
2.4 Pathway

Serviks menipis dan pembukaan


lengkap (10cm)

Kala II persalinan

Kontraksi Kontraksi meningkat dan dorongan semakin


uterus kuat untuk mengejan,

Keletihan fisik Penurunan janin dan usaha mengejan


tanpa sadar
Koping individu
inefektif

Janin perlahan-lahan turun Serviks membuka Serviks menutup

Persalinan normal keletihan


Posisi janin lebih
rendah
Ansietas Intoleransi
aktifitas
Nyeri
2.5 Tanda dan Gejala
1. Klien mulai mengejan sesuai kemauanya, hal ini disebabkan oleh reflex
ketika kepala mulai menekan dasar perineum
2. Mood wanita yang meningkatkan ketakutan, yang terjadi sejak kontraksi
dimulai, makin meningkat, ia menjadi lebih serius dan mungkin tampak
bingung oleh kekuatan kontraksi
3. Biasanya terdapat peningkatan show secara tiba-tiba, yang lebih berwarna
darah
4. Klien mungkin menjadi semakin mudah marah dan tidak mau disentuh: ia
mungkin menangis jika diganggu.
5. Klien dapat muntah atau melaporkan bahwa ia merasa mual
6. Wanita berfikir bahwa ia perlu buang air besar. Gejala ini disebabkan oleh
tekanan kepala pada dasar perineum dan pada akhirnya menekan rectum.
7. Walaupun wanita “mengatasi” kontraksinya dengan sukses selama
sebagian besar persalinanya, ketidakpaastian yang telah dialami (sejak
pembukaan serviks 6-8cm) mengenai kemampuanya untuk mengatasi
kontraksi dapat menjadi sangat besar: ia merasa frustasi dan tidak mampu
menanganinya jika ditinggalkan sendirian
8. Ketuban dapat pecah, dengan pengeluaran cairan ketuban. Hal ini,
tentunya, dapat terjadi setiap waktu, tetapi terjadi paling sering pada awal
kala dua
9. Wanita pada saat ini mungkin mengatakan bahwa ia ingin “dibuat tidur”
atau menginginkan dilakukan section secaria karena peningkatan nyeri
dan keinginan untuk menyelesaikan persalinanya. Kesadaran wanita
sedikit berubah karena nyeri, konsentrasi yang dipaksakanya, dan
kemungkkinan pengobatan: oleh karena itu, setiap latihan harus singkat
dan eksplisit dan mungkin perlu diulangi pada tiap kontraksi. Perawat juga
harus tegas tetapi lembut dlam mengatur pembatasan pada wanita
sehingga ia dapat menghemat energinya untuk kala dua. Pemukulan dan
tangisan yang berlanjut hanya menyebabkan keletihan, dan wanita perlu
bimbingan yang kuat dari individu terlatih untuk membantunya
mempertahankan control
10. Perineum mulai membengkak dan orifisium anus mulai membuka. Ini
adalah tanda akhir, tetapi jika tanda nomor 1, 3, 5, dan 7 terjadi, tanda
tersebut harus diperhatikan pada tiap kontraksi. Hanya pemeriksaan
pervagina atau keluarnya kepala yang dapat menginformasi kecurigaan
tersebut dengan pasti

2.6 Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
menurut Gulardi wikngosastro (2008) yang hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Tampak bagian kepala bayi melalui introitus vagina

2.7 Penatalaksanaan Fisiologi Kala II


Menurut gulardi H. wikngosastro (2008) Setelah terjadi pembukaan
lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang
mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi
ibu. dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring
yang dapat mempersingkat kala dua. Beri kekeluasaan untu ibu mengeluarkan
suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkanya atau
dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan
mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memebrikan bimbingan
tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa sebagian
besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus.
Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
Posisi melahirkan menurut christine henderson (2005): Posisi yang
diterapkan pada kala dua harus menghindari terjadinya hipoksia pada janin,
menciptakan pola kontraksi uterus yang efisien, meningkatkan dimensi pelvis,
memudahkan pengamatan janin, memberikan paparan perineum dengan baik,
menyediakan daerah yang bersih untuk melahirkan dan merasa nyaman. Posisi
dorsal untuk melahirkan tidak direkomendasikan karena selain fakta bahwa
mengejan menjadi sulit, posisi ini menyebabkan kompresi vena kava ibu
sehingga kemungkinan akan menyebabkan hipoksia janin. Efek hipoksia ini
tampaknya memburuk eiring dengan meningkatnya waktu yang dihabiskan
dikala dua.
 Posisi jongkok
Posisi jongkok memungkinkan wanita untuk merasa lebih terkontrol dan
menghasilkan refleks mengedan yang lebih ef ektif. Posisi jongkok yang
menggunakan bantal persalinan tidak hanya menyebabkan laserasi labia lebih
banyak, tetapi juga lebih banyak perineum yang utuh, hal ini dirasakan oleh
banyak wanita. Secara radiologis telah ditunjukan bahwa posisi jongkok dapat
meningkatkan diameter aluran keluar pelvi sekitar 20-30%
Mendorong ibu untuk mencoba berbagai posisi yang berbeda untuk kelahiran
membantu ia menemukan sebuah posisi yang paling nyaman dan paling cocok
untuk kebutuhan individualnya.
Memulai Meneran

1. Bila sudah mendapatkan tanda pasti kala dua persalinan, tunggu sampai ibu
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran
2. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi
3. Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama
kala dua persalinan secara berkala
4. Periksa dan catat:

a. Nadi ibu setiap 30 menit


b. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
c. DJJ setiap selesai meneran
d. Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen setiap 30 menit
dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
e. Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau
bercampur mekonium atau darah)
f. Apakah ada presentasi mejemuk (misalnya tangan) atau tali pusat berada
di samping atau di atas kepala
g. Putaran paksi luas segera setelah kepala bayi lahir
h. Adanya kehamilan kembar yang tdk diketahui sebelumnya
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan

1.1 Pengkajian
A. Identitas
Nama,Umur ( usia subur 15-49 tahun), suku/bangsa,agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan.
B. Riwayat Keperawatan
1. Persepsi terhadap kehamilan/persalinan nifas
a. Mengapa ibu dating ke klnik?
b. Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan/nifas
c. Apakah kehamilan/persalinan/nifas ini menimbulkan perubahan
terhadap kehidupan sehari-hari? Bila ya, bagaimana
d. Harapan yang ibu inginkan selama masa kehamilan/persalinan/ nifas
e. Ibu tinggal dengan siapa
f. Siapa orang terpenting bagi ibu
g. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini
h. Kesiapan mental untuk menjadi ibu
2. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
Tanyakan riwayat menstruasi mulai dari menarch,lamanya haid,volume,
dan warna. Tanyakan pula apakah ada keluhan ketika menstruasi.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Tanyakan tentang kehamilan sebelumnya,usia kandungan,penyakit yang
diderita saat kehamilan,penolong persalinan,penyulit persalinan,apakah
ada keluhan lain selama kehamilan dan persalinan sebelumnya.
Tanyakan kehamilan keberapa,apakah sebelumnya pernah abortus atau
lahir meninggal
c. Kehamilan sekarang
Tanyakan apakah ada penyakit yang diderita selama kehamilan,penyulit
kehamilan.
3. Riwayat keluarga berencana
Tanyakan adakah riwayat penggunaan alat kontrasepsi,lamanya dan apakah
ada keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi.
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir
dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih
hanya sedikit-sedikit
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42
minggu,adanya kontraksi/his dan ibu merasa nyeri yang semakin
bertambah kuat. Servik mulai membuka lengkap dan bayi akan keluar.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah ada penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus
mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah
dialami sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
jantung, hipertensi, diabitus melitus, keturunan hamil kembar pada klien,
TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin.
5. Kebutuhan dasar khusus
1) Nutrisi.
Biasanya adanya his dapat mempengaruhi selera makan,sehingga nafsu
makan menurun.
2) Istirahat tidur.
Biasanya klien tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada
letak punggung anak, klien tidak dapat tidur karena adanya his.
3) Aktivitas.
Biasanya pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP dan klien
hanya tiduran dan mengejan saat ada kontraksi
4) Eliminasi.
Biasanya klien dapat merasakan keinginan untuk berkemih dan buang
air besar pada saat ada kontraksi.
5) Personal Hygiene.
Biasanya ibu dianjurkan mandi terlebih dahulu agar ibu merasa lebih
nyaman pada saat persalinan.

6) Seksual.
Biasanya terjadi perubahan pola seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual / fungsi dari sek yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
6. Pemeriksaan fisik
Menurut varney (2003):
Keadaan umum: biasanya tampak lemas kesadaran: composmentis
 Tekanan darah:Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25 mmhg selama
kontraksi elama kala dua. Upaya mendorong pada ibu juga
mempengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningkat
kemudian menurun dan pada akhirnya berada sedikit di atas normal.
Rata-rata peningkatan tekanan darah 10mm hg diantara kontraksi ketika
wanita telah mendorong merupakan hal yanag normal
 Respirasi:Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak
pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena membesarnya perut
 Nadi: frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada etiap kali upaya
mendorong. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala
dua persalinan disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak pada
saat pelahiran
 Suhu: peningkatan uhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran dan segera
setelahnya. peningkatan normal adalah 1 ampai 2 derajat F
7. Pemeriksaan head to toe
1. Sistem penglihatan
 Posisi mata: biasanya simetris
 Kelopak mata: biasanya normal
 Gerakan mata: biasanya normal
 Pergerakan bola mata: biasanya normal
 Konjungtiva: biasanya normal (merah muda)
 Kornea: biasanya normal
 Sclera: biasanya anikterik
2. Sistem pernafasan
 Jalan nafas: biasanya bersih
 Pernafasan: biasanya tidak sesak
 Suara nafas: biasanya normal (vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan)
 Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan
3. Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut nadi apical: biasanya normal
 Irama: biasanya teratur
 Kelainan bunyi jantung: biasanya murmur/ gallop tidak ada
 Sakit dada: biasanya tidak ditemukan adanya sakit dada
4. Sistem pencernaan
 Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut
sampai kala dua. Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda elama
kala dua peralinan, tetapi dapat terus ada pada beberapa wanita. Muntah,
ketika terjadi, normalnya hanya sesekali. Muntah yang konstan dan
menetap kapan saja selama persalinan merupaka indikasi komplikasi
osbtetrik, seperti ruptur uterus atau toksemia
5. Sistem uro genital
 BAK : biasanya 5-7 kali dalam sehari
 Pola rutin : biasanya BAK rutin setiap hari
 Jumlah : 800-1000cc/hari
 Warna: biasanya warnanya kuning jernih
6. Sistem integument/musculoskeletal
 Turgor kulit : biasanya kembali < 2 detik
 Warna kulit : biasanya kemerahan
 Kontraktur pada persendian eksremitas : biasanya persendian dapat
bergerak bebas
 Kesulitan dalam pergerakan : biasanya tidak ditemuan kesulitan dalam
bergerak
7. Dada dan axilla
 Mammae : biasanya terdapat adanya pembesaran pada payudara
 Areolla mammae : biasanya adanya hiperpigmentasi areola dan papila
mamae serta Papilla
 Mammae : biasanya menonjol
 Colostrum : biasanya ditemukan adanya kolostrum

PEMERIKSAAN KHUSUS ABDOMEN &


GENITAL
ANTENATAL & INTRANATAL POSNATAL
a. Inspeksi d. Inspeksi
 Membesar : biasanya ditemukan adanya  Mengecil : biasanya belum
pembesaran pada perut membujur sepenuhnya mengecil
 Arah : biasanya arah kedepan  Arah : biasanya datar
 Linea : biasanya hyperpigmentasi linea  Linea : linea alba/nigra
alba / nigra tidak tampak jelas
 Striae : biasanya terdapat striae  Striae : biasanya striae
gravidarum masih tampak
 Luka bekas operasi: -  Luka bekas operasi: -
b. Palpasi PERINEUM
 Leopold I : untuk menentukan tinggi  Utuh/laserasi: biasanya
fundus uteri usia kehamilan aterm 3 jari utuh
dibawah prosesus xypoideus, usia  Episiotomy: biasanya
kehamilan prematur pertengahan pusat tidak ada luka episiotomy
dan prosesus xypoideus  Rupture: biasanya tidak
 Leopold II : punggung kiri / punggung terjadi
kanan  Tanda-tanda infeksi:
 Leopold III : letak kepala, sudah masuk biasanya tidak ditemukan
PAP atau belum.  Lokhea:
 Leopold IV : untuk mengetahui berapa Warna:
bagian kepala yang masuk Banyaknya:
 Osborn test: Bau:
 TBJ: Oedem/hematom:
 Kontraksi : biasanya adanya his yang PALPASI
makin lama makin sering dan kuat  TFU:
c. Auskultasi  Kontraksi:
DJJ : 5 dtk ke-1+ 5 dtk ke-3+ 5 dtk ke-5 x  Kondisi vesika urinaria
4.
Nilai normal DJJ : 120-160x/menit

8. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin: nilai normal pada wanita (12-
14 gr) faktor Rh, Jenis penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap,
dan kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis.

1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan poisi janin yang lebih rendah dan kontraksi uterus
2. Ansietas berhubungan dengan proses kelahiran
3.Ketidak efektifan koping individu yang brhubungan dengan keletihan fiik pada
peralinan
1.3 Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN dan KRITERIA HASIL RENCANA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri berhubungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri & 1. Dapat ditentukan intervensi
dengan posisi janin yang keperawatan selama 1x24 jam,nyeri ketidaknyamanan pasien selanjutnya.
lebih rendah dan dapat terkontrol/berkurang melalui repon verbal dan non
kontraksi uterus. Kriteria Hasil : verbal. 2. Menambah pemahaman pasien
1. Klien mengetahui penyebab 2. Beritahu penyebab rasa nyeri. sehingga nyeri dapat dikontrol.
timbulnya nyeri 3. Memudahkan proses persalinan.
2. Klien tidak cemas/raut wajah tidak 3. Atur posisi baring terlentang
menampakkan kesakitan dengan kedua kaki ditekuk. 4. Mengetahui kemajuan persalinan
3. Klien mampu melakukan teknik 4. Observasi DJJ, his, dan kesejahtetraan janin dan ibu
relaksasi dan cara mengejan yang kemajuan persalinan dan vital sehingga dapat mengambil
baik sign. tindakan yang tepat.
4. Skala nyeri 3-4 5. Menghambat impuls nyeri yang
5. Ibu tampak tenang menghadapi 5. Massage painful area berdiameter kecil sehingga tidak
persalinan pinggang dan bokong. dipersepsikan ke cortex cerebri.
6. Ttv dalam batas normal 6. Penurunan kepala yang menekan
6. Pantau penonjolan perineal perineum (Perineum menonjol
b. TD : 110-120/70-80 mmhg dan rectal dan pembukaan merupakan tanda siap melahirkan)
c. Suhu: 36,5-37,50C muara vagina. 7. Meningkatkan pengetahuan dan
d. Nadi : 60-100x/menit 7. Ajarkan klien melakukan kerjasasama untuk tindakan
e. RR : 16-24x/menit teknik relaksasi. selanjutnya.
8. Mempercepat kelahiran bayi.
8. Ajarkan pasien mengedan
yang baik dan efektif. 9. Tujuan utama dalam asuhan
9. Lakukan pertolongan keperawatan kala II.
persalinan.

2 Ansietas berhubungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1.Kaji tingkat kecemasan. 1. Mengetahui tingkat kecemasan,
dengan proses kelahiran keperawatan 1x30 menit,kecemasan yang bermanfaat dalam
klien dapat berkurang dan hilang melakukan intervensi selanjutnya.
Kriteria Hasil : 2.Jelaskan pada pasien tentang 2. Memberikan keterangan dan
1. Klien mengetahui tentang proses proses kelahiran anaknya. menambah pengetahuan pasien
kelahiran anaknya tentang proses persalinan.
2. Klien tidak cemas 3.Berikan support mental pada 3. Meningkatkan semangat sehingga
3. Klien mampu menyesuaikan diri pasien dan berikan mau mengikuti petunjuk yang
untuk proses persalinan reinforcement saat pasien diberikan sehingga proses
mengedan dengan baik.
4. Klien tidak sering bertanya 4.Anjurkan pasien berdoa. persalinan berjalan lancar.
5. Klien tidak tampak pucat dan 5.Temani pasien terutama pada 4. Memohon bantuan yang maha
gelisah saat gelisah dan anjurkan kuasa.
6. Ttv dalam batas normal untuk mengungkapkan 5. Memberi support dan ketenangan.
f.TD : 110-120/70-80 mmhg perasaannya.
g. Suhu: 36,5-37,50C
h. Nadi : 60-100x/menit
i.RR : 16-24x/menit
3. Ketidakefektifan koping Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Untuk memantau adanya
individu berhubunagn keperawatan selama 1x24 jam,koping peningkatan atau penurunan TTV
dnegan keletihan fisik individu kembali efektif dengan 2. Berikan penjelasan tentang 2. Untu memberikan informasi pada
pada persalinan Kriteria Hasil : penyebab pengertian ibu
1. Klien mengetahui penyebab
keletihan 3. Ajarkan klien teknik
2. Klien tidak lemas dan pucat mengejan yang benar 3. Memastikan bahwa tidak ada
3. Klien dapat mengejan dengan benar 4. Berikan posisi senyaman kontraksi yang percuma
dan sesuai dengan dorongan mungkin 4. Untuk mempercepat proses
alamiah 5. Berikan dukungan kelahiran
4. Klien mengejan sesuai dorongan psikologis bagi klien
alamiah 5. Meningkatkan support sistem
Klien tidak mengalami kelelahan pada ibu
7. Ttv dalam batas normal 6. Berikan lingkungan yang
TD : 110-120/70-80 mmhg nyaman bagi klien 6. Untuk meningkatkan rasa nyaman
Suhu: 36,5-37,50C
Nadi : 60-100x/menit
RR : 16-24x/menit
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Kala dua persalinan dimulai dengan pembukaan serviks secara lengkap dan
berakhir dengan kelahiran. Pembukaan serviks lengkap dapat dikonfirmasikan
dengan pasti hanya melalui pemeriksaan pervaginam.(Sharon J. Reeder : 2011 )
 Manifestasi Klinis
1. Klien mulai mengejan sesuai kemauanya, hal ini disebabkan oleh reflex
ketika kepala mulai menekan dasar perineum
2. Mood wanita yang meningkatkan ketakutan, yang terjadi sejak kontraksi
dimulai, makin meningkat, ia menjadi lebih serius dan mungkin tampak
bingung oleh kekuatan kontraksi
 Konsep Asuhan Keperawatan
 Pengkajian (identitas klien, riwayat kesehatan, pola fungsi gordon,
pemeriksaan fisik)
 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan posisi janin yang lebih
rendah
2. Ansietas berhubungan dengan proses kelahiran.
3. Ketidakefektifan koing individu berhubungan dengan keletihan fisik
pada perssalinan.
 Rencana Keperawatan

4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini,kami berharap kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Gulardi H. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:
Depekes RI
Doenges, Marlyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC

F. Gary Cunningham, dkk. 2005. Obstetry William Ed.21. Jakarta: EGC

Helen Varney, Jan M. Kriebs, Carolin L.Gegor . 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4. Jakarta : EGC

Henderson, Christin.2005. Buku Ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC


JNP-KR/POGI. 2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Edisi. 3. Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik

Yulianti Devi , Praptiani Wuri. 2011.Oxford handbook of midwifery . Jakarta : EGC

Riff. 2008. Keperawatan inpartu. http://www.scribd.com/. Lamongan, 09 April


2014. 12.40 WIB (access online)

Widjanarko B. 2009. Pertolongan Persalinan Kala Dua.


http://reproduksiumj.blogspot.com/. Lamongan, 09 April 2014. 13.30 WIB (access)

Anda mungkin juga menyukai