Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA WANITA USIA SUBUR

DENGAN GANNGUAN SISTEM REPRODUKSI


( INFERTILITAS)
Mata Kuliah :

KEPERAWATAN MATERNITAS II

DOSEN PENGAMPUH :

Tiara Fatma P, S.Kep.,Ns.,M,Tr. Kep

Disusun Oleh :

Widya Anggraini Fitria

NIM : 202014201040

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BAHRUL ULUM TAMBAK BERAS JOMBANG


2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Berkatkarunia-Nya saya juga memperoleh kelancaran dalam penyusunan
tugas yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA WANITA USIA SUBUR
DENGAN GANNGUAN SISTEM REPRODUKSI ( INFERTILITAS)” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya, sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
1Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran berbagai pihak demi kesempurnaan tugas
ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 16 maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Tujuan.......................................................................................................6
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:..............................6
1.3 manfaat.....................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
2.1 Asuhan keperawatan pada wanita usia subur dengan gangguan sistem
reproduksi infertilitas...........................................................................................7
2.1.1 Definisi..................................................................................................7
2.1.2 Infertilitas Wanita..................................................................................7
2.1.3 Infertilitas Pria......................................................................................9
2.1.4 Etiologi Infertlitas................................................................................15
2.2 5 Patofisiologi Infertilitas......................................................................19
2.1.6 Manifestas klinis Ifertilitas..................................................................20
2.1.7 Penatalaksanaan Infertilitas.................................................................21
2.1.8 Komplikasi Infertilitas.........................................................................24
BAB III..................................................................................................................25
TINJAUAN KASUS..............................................................................................25
3.1 Pengkajian Gangguan Sistem Reproduksi (Maternitas)..........................25
3.2 Intervensi data dasar................................................................................29
3.3. Antisipasi diagnosa / masalah potensial..................................................30
3.4 Identifikasi kebutuhan segera..................................................................30
3.5 Pengembangan rencana...........................................................................30
3.6 IMPLEMENTASI...................................................................................31
3.7. EVALUASI.............................................................................................33

3
BAB IV..................................................................................................................34
PENUTUP..............................................................................................................34
4.1 KESIMPULAN.......................................................................................34
4.2 SARAN...................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai


dengan kegagalan mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan
telah melakukan hubungan sanggama tanpa kontrasepsi secara teratur
(Cavallini & Beretta, 2015). Infertilitas dapat dibagi menjadi infertilitas
primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah jika seorang
wanita belum pernah memiliki anak karena tidak pernah terjadi kehamilan
atau pernah mengalami kehamilan tetapi tidak pernah terjadi kelahiran
hidup. Sedungkan infertilitas sekunder jika seorang wanita tidak mampu
untuk memiliki anak yang disebabkan karena tidak terjadinya kehamilan
atau pernah mengalami kehamilan tetapi tidak terjadi kelahiran hidup
dengan syarat sebelumnya wanita tersebut pernah mengalami kehamilan
atau pernah terjadi kelahiran hidup ((Mascurenhas et al., 2012).

Infertilitas tidak hanya merupakan suatu masalah kesehatan, tetapi


juga suatu masalah sosial. Masalah infertilitas dapat mempengaruhi
hubungan interpersonal, perkawinan dan sosial, serta dapat menyebabkan
gangguan secara emosional dan psikologis yang signifikan (Karimi et al.,
2015). Dari semua pasangan yang aktif secara seksual, 12-15 %
mengalami infertilitas (Parekattil & Agarwal, 2012). Pada tahun 2010,
infertilitas diperkirakan terjadi pada 48,5 juta pasangan di seluruh dunia.
Wanita yang berumur 20 44 tahun yang ingin memiliki anak mengalami
infertilitas primer sebesar 1,9% dan 10.5 % wanita mengalami infertilitas
sekunder (Mascarenhas et al., 2012). Penyebab infertilitas multifaktorial.
Faktor pria dan wanita sebagai penyebab infertilitas sekitar 26%. faktor
wanita menyumbangkan 39% dari penyebab infertilitas, faktor pria sekitur
20%, dan faktor yang belum diketahui penyebabnya sekitar 15%.
(Nieschiag et al., 2010)..

5
Di Indonesia, 20-30% penduduk mengalami gangguan infertilitas
(Hidayah, 2007). Dari data Biro Pusat Statistik di Indonesia, diperkirakan
terdapat 12% pasutri yang tidak mampu membuahkan keturunan. Berdasar
survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) yang infertil. Kini, pata abili memastikan yks
infertilitas telah meningkat mencapai UN AS 15-20% dari sekitar 50 juta
pasangan di Indonesia. Penyebab infertilitas sebanyak 40% berasal dari
laki-laki, 40% dari wanita, 10% dan laki-laki dan wanita dan 10% tidak
diketahui (Ahsan dkk. 2012).

Infertilitas yang disebabkan oleh faktor pria mengenai sekitar 7%


dari populasi pria (Velazquez & Tanekut. 2014). Faktor pra berkontribusi
terhadap infertilitas hampir 50% dari pasangan infertil dan 20-30%
ditemukan sebagai penyebab tunggal dari pasangan infertil. Faktor pris
sebagai penyebab infertilitas yang disebabkan oleh abnormalitas pada
analisis semen ditemukan sebanyak 26,4% kasus (Sabanegh, 2011)

Sekitar separuh dari kasus infertilitas pada pria dapat dikaitkan


dengan faktor pada pria melalui rendahnya persentase motilitas sperma
dan/atau jumlah sperma yang sedikit. Melalui analisis semen secarn
konvensional sangat bermanfaat untuk memberi informasi status
kesuburan seorang pria muda. Sampai saat ini, penilaian analisis semen
meliputi volume, warna, viskositas, pH, konsentrasi, motilitas dan
morfologi. Hasil analisis tersebut sudah dapat untuk memprediksi
kesuburan seorang pria (Nakada et al., 2006). Analisis 3/6 merupakan
pemeriksaan yang penting dalam menentukan seorang pria fertilitas.

6
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi infertiltas


2. Untuk mengetahui infertilitas waniata
3. Untuk mengetahui infertilitas pria infertilitas
4. Untuk mengetahui etiologi infertilitas
5. Untuk mengetahui patofisiologi infertilitas
6. Untuk mengetahui manisfestasi klinis infertilitas
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan infertilitas
8. Untuk mengetahui komplikasi infertilitas

1.3 manfaat
Mahasiswa mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai
bahan pembelajaran.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asuhan keperawatan pada wanita usia subur dengan gangguan sistem
reproduksi infertilitas

2.1.1 Definisi

Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah


selama 1 tahun atau lebih dimana pasangan tersebut aktif melakukan
hubungan seksual secara teratur tanpa pemakaian alat kontrasepsi
(Wiknjosastro et al. 2011). Menurut Kusmiran (2013) infertilitas diartikan
sebagai ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau enam bulan
pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi
dan melakukan hubungan seksual secara aktif.

Infertilitas dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland adalah


kurangnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan. Satu dari
beberapa jenis infertilitas yang dipercaya disebabkan adanya antibodi di
dalam tubuh wanita yang mengganggu fungsi sperma. Infertilitas atau
ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia Subur (PUS)
untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara
teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun
(Kumalasari, 2012).

Berdasarkan beberapa definisi tentang infertilitas maka dapat


disimpulkan bahwa infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami
istri memiliki anak meskipun telah berhubungan seksual rutin.

2.1.2 Infertilitas Wanita

Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh:

1. Masalah vagina

Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat


akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks,

8
endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan
gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang
mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat
asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma

2. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal
terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang
membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma
misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi.
3. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium
Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di
uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium,
adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan
abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu
implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin
4. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi
wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke
uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat
implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi
merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas.
Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan
tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau
inflamasi (Hall et all. 1974) Infertilitas yang berhubungan
dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya
peningkatan insiden penyakit radang panggul pelvic
inflammatory disease-PID) PID ini menyebabkan jaringan
parut yang memblok kedua tuba fallopi.
5. Masalah ovarium

9
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk
menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada
hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum
yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat
mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium,
penyakit ovarium polikistik. endometriosis. atau riwayat
pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif
psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara
hyperprolaktinemia dun tingginya tingkat stress di antara
pasaangan yang mengetahui fungsi hormon.

2.1.3 Infertilitas Pria

Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena


gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan
yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-
duanya, maupun pasangan. Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling
umum terjadi adalah:

1. koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna


Faktor Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal,
motilitas abnormal, kelainan -anatomi, gangguan endokrin dan
disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin menyebabkan
infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi
vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi.
Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena
mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau
varikokel.
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat
dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila
bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau
gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat
mencapai atau menembus sel telur. Sperma memiliki tiga bagian
utama.

10
1. Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel.
Kepala juga
2. mengandung enzim yang membantu sperma memecah melalui
membran sel telur. 2. Bagian tengah sperma dikemas dengan
mitokondria. Mitokondria adalah organel dalam sel yang
menghasilkan energi. Sperna menggunakan energi dalam midpiece
untuk bergerak.
3. Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor
ini adalah flagella panjang yang mendorong sperma ke depan.
Sebuah sperma dapat melakukanperjalanan sekitar 30 inci per jam.
Untuk mengenali ciri-ciri sperma yang baik dan sperma sehat
sangatlah mudah dilihat melalui pemeriksaan atau pengamatan
dengan mikroskop, berikut ini tanda atau ciri dari

sperma yang baik dan berkualitas:

1. Volume
Ketika pria mengalami ejakulasi saat berhubungan intim,
normalnya sperma yang keluar ada sekitar 2-6 ml. Jika sperma
yang keluar korang dari sperma yang normal. kemungkinan
mengalami suatu gangguan atau masalah dengan tingkat
kesuburan yang disebabkan oleh seringnya melakukan hubungan
sesual, terlalu cepat ejakulası dan seringnya masturbasi.
2. Waktu Pembekuan
Ciri-ciri sperma yang baik yang dikenal mengandung protein
dan akan menggumpal (koagulasi) jika dibiarkan diudara
terbuka selama kurang lebih 20-30 menit. Jika dalam waktu
tersebut sperma tetap cair kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih.
3. Jumlah Sel Sperma
Jumlah sel sperma yang baik yang terjadi sekali ejakulasi
normalnya kurang lebih. sekitar 20-40 juta sperma atau 0 (nol)
jika pria menjalani vasoktomi. Jika seseorang memiliki jumlah

11
sperma yang kurang dari sperma normal dapat dikatakan
mengalami ketidak suburan. Walaupun seperti itu tetap tidak
menutup kemungkinan jumlah sperma yang kurang dari jumlah
normal sperma tetap bisa membuahi sel telur.
4. Bentuk Sperma (Morfologi)
Untuk mendapatkan sperma yang sehat, minimal sperma pria
harus memiliki 70% sel sperma dalam sekali ejakulasi dan harus
memiliki bentuk ideal. Jika sel sperma yang abnormal umumnya
memiliki 2 ekor (ekor pendek dan kepala kecil) sehingga
memungkinkan kegagalan dalam membuahi sel telur.
5. Pergerakan Sperma (Motilitas)
Gerakan sperma seperti kecebong serta lincah dan cepat dalam
pergerakannya maku dapat disebut sebagai sperma yang
memiliki kualitas yang baik. Minimal 60% dari jumlah sperma
yang dikeluarkan dalam sekali ejakulasi harus dapat bergerak
lincah berenang menuju sel telur dan sisanya bergerak lambat
tak menjadi masalah.
6. Keasaman Sperma (pH)
Sperma juga memerlukan keseimbangan pH sekitar 7,2-8,0
untuk tetap menjaga kondisi, kualitas sperma yang ideal agar
mampu bertahan hidup dan bergerak secara optimal. Bila
keasaman dan keseimbangan sperma terlalu tinggi atau rendah
dapat membunuh sel sperma.
7. Jumlah Sel Darah Putih
Sel darah putih umumnya tidak ditemukan didalam cairan
sperma. Sel darah putih hanya terdeteksi atau terlihat di urine
dan cairan sperma jika mengalami infeksi yang ditemukan
bersama dengan beberapa bakteri penyebab infeksi Sedangkan,
morfologi sperma yang abnormal antara lain:
1. Makro :25 %> kepala normal.
2. Mikro:25 % < kepala normal.

12
3. Taper kurus, lebar kepala dari yang normal, tidak jelas batas
akrosom, memberi gambaran cerutu.
4. Piri: memberi gambaran "tetesan air mata".
5. Amorf: bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata,
tidak jelas batas akrosom.
6. Round: bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan
akrosom.
7. Piri: tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampakc
midpiece dan ekor saja.
8. Ekor abnormal pendek spiral/ permukaan tidak halus/
ganda. Ciri-ciri sperma yang tidak sehat ialah:
1. Busuk
Cara mendasar untuk membedakan sperma sehat atau tidak
adalah dengan mencium bau yang dihasilkan dari sperma itu
sendiri. Apabila sperma sobat mengeluarkan aroma yang
sangat bau dan busuk, maka bisa dipastikan bahwa sperma
tersebut dalam keadaan yang tidak sehat. Mengapa? Karena
sperma yang sehat dan normal adalah sperma yang
mengeluarkan bau klorin. Bila sperma sobat berbau busuk
maka ada kemungkinan bahwa telah terjadi sebuah infeksi
yang menyerang sperma. Untuk mengatasi hal ini, sebisa
mungkin carilah dokterk yang telah berpengalaman untuk
mendapatkan solusi.
2. Warna sperma
Selain putih, ternyata ada juga beberapa warna yang
mengindikasikan bahwa sperma masuk dalam kategori sehat
atau tidak. Warna-warna tersebut adalah kuning, hijau,
merah, dan coklat. Untuk sobat yang mempunyai sperma
dengan warna yang terlalu kuning bahkan cenderung hijau,
maka sobat harus berhati-hati karena warna tersebut
mengindikasikan terjadinya infeksi. Selain itu bisa
dimungkinkan bahwa sperma sobat terserang sebuah penyakit
menular yang disebut dengan kencing nanah atau gonore.

13
Sperma berwarna merah pun berbahaya, karena warna merah
ataupun coklat mengindikasikan bahwa ada pembuluh darah
yang pecah di area prostat. Warna merah disebabkan oleh
darah persisten keluar bersama sperma.
3. Sperma terlalu kental

Mempunyai sperma lengket seperti jelly memang


merupakan hal yang tak menghawatirkan karena menunjukkan
bahwa sperma sobat sehat. Namun apabila sperma terlalu lengket
atau kental, maka bisa saja sperma sobat tidak dalam keadaan
sehat. Untuk sperma yang normal, dalam waktu sekitar 30 menit
maka akan menjadi encer bahkan bening. Air mani kental bisa
disebabkan oleh dehidrasi ataupun rendahnya hormone testosterone
yang ada pada tubuh. Untuk itu, pria harus waspada apabila
memiliki air mani yang terlalu kental.

2. Kualitas sperma atau konsentrasi sperma rendah


Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma ml semen
atau lebih. Bila 10 juta mi atau kurang maka menujukkan
konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma
ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama
sekali tidak meniproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma
ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena
selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi
(hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
3. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis
memuju vagina. Bila tidak ada semen muka sperma tidak terangkut
(tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit
atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
4. Varikokel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah

14
tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang
disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut
membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah.
Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma
terganggu

5. Textis tidak turun


Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak
turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin
terganggu
6. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis
dalam memproduksi sperma
7. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya
satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal
pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi
sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya
tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun
sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka
tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkam testis
dengan saluran ejakulasi.
8. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering
menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.
9. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitus, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan
(disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau
pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
10. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk
ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi
ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di

15
antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau
uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.
11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi
spermu (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang
penis.
12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian
bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks.
13. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya
terjadi setelah prin menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini
menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi
dicabut.
14. Pencemaran lingkungan.
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma
dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon.
Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara
lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin,
furan, dll). bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena,
toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau
arsenik.
15. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis
memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering
terjadi pada pria usia 18-32 tahun.

2.1.4 Etiologi Infertlitas

1.Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri):

A. Faktor penyakit
 Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul

16
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-
infertilitas.
 Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur. atau dinding dalam panggul. Gejala umum
infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual,
aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
 Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat
terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.
Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah
mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga saat menopause- mioma uteri akan
mengecil atau sembuh.
 Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar
ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tubuh.

B. Faktor fungsional
 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis),
 Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

17
 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses
pengeluarant sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon
androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang
berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan
mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik,
sehingga pada gilirannya.
 ovulasi juga akan terganggu. o Gangguan pada leher rahim, uterus
(rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur) Dalam keadaan normal,
pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim,
yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong
sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim
terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran
telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic
Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh
jamur klamidia Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi
abortus berulang Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga
ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

2. Penyebab Infertilitas pada laki-laki (suami)

18
A. Kelainan pada alat kelamin
 Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara
lain pada permukaan testis.
 Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam
kandung kemih.
 Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju
bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya
untuk menimbulkan kehamilan. ö Testis tidak turun dapat terjadi
karena testis atrofi sehingga tidak turun.
B. Kegagalan fungsional
 Kemampuan ereksi kurang.
 Kelainan pembentukan spermatozoa
 Gangguan pada sperma.

C. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular), Gangguan


biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa
dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi
hormon.
D. Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat
terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau
infeksi. Bisa juga terjadi. selama pubertas testis tidak
berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai "pabrik"
sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu
tubuh, yaitu 34 35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5-37,5
°C. Bila suhu tubuh terus

19
E. Menerus naik 2-3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
F. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan
terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan
dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya
bisa jadi bawaan sejak lahir. terkena infeksi penyakit seperti
tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang disengaja.
G. Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan
sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka
sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini
biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.
H. Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat
mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

2.2 5 Patofisiologi Infertilitas

A.Patofisiologi pada wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita


diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang
mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab
mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari
ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi
fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan
folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan
sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga
organ genitalia tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi


imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma
tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut

20
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi
zigot yang berujung pada abortus.

B.Patofisiologi pada pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi


hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status
fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam
mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-
obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah
ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat
pembedahan

2.1.6 Manifestas klinis Ifertilitas

A. Pada wanita
 Terjadi kelainan system endokrin Hipomenore dan amenore
 Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis
atau aberasi genetik wanita dengan sindrom turner biasanya
pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya
abnormal
 Wanita infertil dapat memiliki uterus
 Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor
 Traktus reproduksi internal yang abnormal
B. Pada pria
 Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid.
 Tumor hipofisis atau prolactinoma
 Disfungsi ereksi berat
 Ejakulasi retrograt
 Hypo/epispadia
 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

21
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
 Abnormalitas cairan semen

2.1.7 Penatalaksanaan Infertilitas

1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks
puncak dan waktu yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresi
 hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian TSH.
 Terapi penggantian hormon
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat GIFT (gemete
intrafallopian transfer)
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
 Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,Pengangkatan
tumor atau fibroid
 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau
kemoterapi
2. Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
c. Agen antimikroba
d. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
e. HCG secara im memperbaiki hipoganadisme
f. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
g. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
h. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
i. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
j. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang
panas dan ketat

22
k. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
3. Penatalaksanaan Medis
a. Medikasi
1) Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)Klomifen sitrat
 Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
 Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
 1x 50 mg selama 5 hari
 Ovulasi 5-10 hari setelah obat terakhir
 Koitus 3x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
 Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150-200 mg/ hari
 3-4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000-10.000
IU
2) Epimestrol

Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5-14 siklus haid, 5-10
mg/hari

3) Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolactin Indikasi: Kdr prolaktin
tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore. Dosis sesuai kadar prolaktin:
Oligomenore 1,25 mg/hari. Gangguan haid berat: 2 x 2,5 mg hari
Gonadotropin. HMG (HumanMenopausal Gonadotropine). FSH &
LH: 75 IU atau 150 IU. Untuk memicu pertumbuhan folikel Dosis
awal 75-150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid.
hCG 5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi Diameter
folikel 17-18 mm dengan USG transvaginal Mahal, sangat
beresiko: Perlu persyaratan khusus hanya diberikan pada rekayasa
teknologi reproduksi Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH,
Testosteron
4) Terapi hormonal pada endometriosis

Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis

5) Danazol
Menekan sekresi FSH & LH Dosis 200- 800 mg hari, dosis dibagi
2x pemberian.
6) Progesteron
7) Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
8) Medroksi progesteron asetat 30-50 mg/ hari
9) GnRH agonis Menekan sekresi FSH & LH. Dosis 3,75 mg
IM/bulan. Tidak bolch>6 bulan: penurunan densitas tulang
b. Tindakan operasi rekonstruksi

23
Koreksi

1) Kelainan Uterus
2) Kelainan Tuba: tuba plasti
3) Miomektomi
4) Kistektomi
5) Salpingolisis
6) Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus
endometriosis + infertilitas
7) Tindakan operatif pada pria: Rekanalisasi dan Operasi Varicokel
c. Rekayasa teknologi reproduksi

Metode lain tidak berhasil

1) Inseminasi Intra Uterin (IIU) Metode ini merupakan rekayasa


teknologi reproduksi yang paling sederhana. Sperma yang telah
dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi.
Syarat: tidak ada hambatanmekanik kebuntuan tuba Falopii,
Peritoneum/endometriosis Indikasi Infertilitas oleh karena faktor:
 Serviks
 Gangguan ovulasi
 Endometriosis ringan
 nfertilitas Idiopatik
 Angka kehamilan 7-24 % siklus
2) Fertilisasi Invitro (FIV) Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana
mendekati alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau pilihan
terakhir. Syarat: Uterus & endometrium normal Ovarium mampu
menghasilkan sel telur. Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml.
Angka kehamilan: 30-35%
3) Injeksi sperma intra sitoplasmik (ICSI) Injeksi sperma intra-
sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI) merupakan
teknik penanganan infertilitas pria sejak lebih dari sa Segera
setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini 14/22
azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis dan ep
apapun. Dengan berkembangnya teknologi dimana ICSI dapat
dilaksanakanTeknik ini memberikan harapan yang nyata pada
pria infertil dengan oligo astheno-teratozoospermia berat maupun
azoospermia, dengan penyebab dengan tidak terlalu rumit, maka
ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI berkembang dengan
sangat pesat
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus
melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang memuaskan.
Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini dan angka

24
fertilisasi berkisar antara 50 75%. Embryo transfer dapat
dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan menghasilkan
angka kehamilan berkisar antara 25-45%, Hasil-hasil ini tidak
berbeda antara sperma ejakulat, epididymis maupun testis.

2.1.8 Komplikasi Infertilitas


OHSS (Ovarian Hyperstimulation syndrome) muncul
dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejalanya: karena
pengobatam yang dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejala

1. Mual
2. Muntah
3. Nyeri abdomen
4. Konstipasi
5. Diare
6. Urine keruh
7. Thrombosis.
8. Disfungsi ginjal dan hati
9. Sulit bernapas

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Gangguan Sistem Reproduksi (Maternitas)

Tanggal Masuk : 16 maret 2022 Jam masuk : 10.30 wib

Ruang : Anggrek Kamar No :5

Pengkajian tanggal : Jam :

A. Identitas

Nama Pasien : Khanza mukti Nama suami : Arjuna Mukti

Umur : 27 tahun Umur : 31 tahum

Suku/ Bangsa : Jawa/Indonsia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Alamat : JL. Mistar Alamat : JL.Mistar

Status Perkawinan : Ke 1

B. Status Kesehatan Saat ini

1. Alasan kunjuangan ke rumah sakit : Pasien mengatakan ke BPJS untuk periksa


karena belum memiki anak setelah menikah 2 tahun yang lalu dan ingin memiliki
anak, padahal hubungan seks dilakukan secara teratur dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi apapun.

2. Keluhan utama saat ini : Ingin memiliki anak

3. Timbulnya keluhan : ( √ )berharap, ( ) mendadak

4. Faktor yang memperberat :-

5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :

26
6. Diagnostik :

C. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat Obstertri :

A. Riwayat Menstruasi

Menarche :12 tahun

Sirkulasi : teratur( )tidak (√)

Banyaknya : 3x ganti douch/hari Lamanya : 6 hari

HPHT :10 september 2020

Keluhan : Sebelum menikah ibu mengatkan haid teratur, tetapi


setelah menikah hanya mendapat satu kali haid selama 5 bulan, setelah itu
ibu mengatakan baru mendapat haid kembali tetapi tidak teratur.

B. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Istri.

Hipertensi : tidak ada riwayat

DM : tidak ada riwayat

Jantung : tidak ada riwayat

Suami.

27
Hipertensi : tidak ada riwayat

DM : tidak ada riwayat

Jantung : tidak ada riwayat

3. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular ataupun penyakit
seperti DM, Hipertensi, dan tidak ada riwayat Infertil.
4. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
makan 3kali/hari, lauk (tahu, tempe, ikan,) sayur minum air putih 5-6
gelas/hari
b. Pola eliminasi
BAB : normal
BAK : normal
c. Pola aktivitas
begadang dan melakukan pekerjaan rumah
d. Pola personal hygienne
mandi : 2x/ hari
penggunaan cairan pembersih vagina : ya
e. Pola istirahat
siang :-
malam :± 7 jam/hari
f. pola seksual
3-4 kali/minggu
g. merokok

istri : tidak

suami : iya

h. mengkonsumsi minuman alkohol

istri : tidak suami : tidak

28
5. Data psikososial
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya sekarang karena
setelah sampai saat ini belum mempunyai anak. Hubungan suami dan
anggota keluarga yang lain kurang baik.
6. Data sosial budaya
Pasien mengatakan sudah pernah melalukan pengobatan secara slternatih
selama 1 tahun tetapi tidak ada hasil.
B. Data obyektif
1. Keadaan fisik umum
a. Keadaan umum : baik
b. kesadaran : conposmentis
c. TTV : -TD : 110/70 mmHg - suhu : 36,4º
-Nadi : 80 x/menit -RR : 21 x/ menit
d. TB/BB : 160 cm/ 69 kg
2. Pemeriksaan fisik khusus
a. Kepala
Kulit kepala : bersih
Warna rambut : hitam
Rontok/ tidak : tidak rontok
b. muka : tidak pucat, terlihat cemas
c. Mat
conjungtiva : merah muda
sklera : putih
d. Hidung
Kebersihan : bersih
Polip : tidak ada
e. Telinga : tidak ada kelainan
f. mulut
carries gigi : tidak ada
lidah : bersih
g. Leher
pemebesaran kelenjar limfe : tidak ada

29
pembesaran kelenjar thyroid : tidak
h. Abdomen
Betuk : simetris
Pembesaran abdomen : tidak ada
Bekas luka oprasi : tidak ada
i. Genetalia : tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran
cairan per , tidak ada condiloma
j. Anus : tidak ada varies, tidak vsrises, tidak ada
hsemoroid
k. Ekstremitas : simetris, tidak ada kelainan,reflek patella
(+/+)
3. Pemeriksaan dalam
-Tidak ada kelainan vagina
-Tidak ada kelainan serviks
-Bentuk uterus retro fleksi
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

3.2 Intervensi data dasar

a. Diagnosa : Ny “ A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer


data subyektif pasien : pasien mengatakan belum memiliki anak sejak
setelah menikah 2 tahun yang lalu
data obyektif
- keadaan umum : baik
- kesadaran : composmentis
-TTV : - tensi : 110/70 mmHg - suhu : 36,8 ºC
- nadi : 80x/menit - RR : 21x/menit
Inspeksi : muka terlihat cemas
b. Kebutuhan
-dukungan spiritual, emosional , dan sosial
-penkes tentang gizi
Konseling tentang twknik berhubungan
-cara mengatasi cemas

30
3.3. Antisipasi diagnosa / masalah potensial
Gangguan psikologi (strees/depresi)
Perceraian pada pasangan suami istri

3.4 Identifikasi kebutuhan segera


Kolaborasi dengan dokter Sp. OG

3.5 Pengembangan rencana


Diagnosa : Ny. Khanza usia 27 tahun dengan infertilitas primer
Tujuan : - jangka pendek : setelah diberi asujhan diharapkan pasiena
mengerti dan paham serta dapat mengulang kembali penjelasan dari
petugas
- jangka panjang : setelah diberi asuhan selama diharapkan pasiean
segera hamil dan mempunyai anak.
- pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas
dan dapat mengulang kembali.
Intervensi dan rasional
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
R : agar pasien menegerti keadaanya saat ini
2. Anjurkan pasien berolah raga teratur
R : meningkatkan kesehatan dan vasilitas passien
3. Jelaskan pada pasiententang kebutuhan nutrisi untuk menambah
kesuburan
R : agar pasien tahu bahwa nutrisi juga berpengaruh terhadap
kesuburan
4. Jelaskan pada pasien tentang teknik-teknik berhubungan yang sesuai
dengan keadaan pasien.
R : supaya pasien dapat mengetahui teknik berhubungan yang
sesuai dengan keadaan sekarang sehingga cepat terjadinya kehamilan
5. Berikan reiforrcement kepada pasutri supaya mereka mempunyai
harapan yang realisstis pada setiap sesi pengobatan
R : aagra pasien tetap yakin dan berusaha
6. Anjurkan pasien untuk kontrol lagi bila ada masalah
R: untuk membantu pasien bila masalah belum teratasi

31
7. Kolaborasi dengan dokter spesialis
R : sebagai tugas independent perawat
Masalah : cemas
Tujuan : - jangka pendek : setelah diberi asuhan selama 5 menit
diharapkan pasiena mengerti serta paham dengan penjelan dari petugas.
-jangka panjang : setelah diberi asuhan selama 5 menit diarapkan pasien
dapat mengatasi cemasnya.
Intervensi :
1. Yakinkan pasien bahwa semua masalah pasti ada penyelesaiannya
R : agar pesien merasa lebih tenang
2. Beri dukungan kepada pasien dalam menghadapi masalah ini
R : supaya pasien merasa tidak dikucilkan karena tidak memiliki
anak
3.Anjurkan pasien untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha
Esa
R : jika dekat dengan Tuhan dan atas ijin Tuhan akan mengabulkan
permintaan
4. Ajarkan ibu untuk berlapang dada dan membina hubungan yang baik
dengan keluarga
R : kontrol emosi dari tanggapan terhadap diri ibu dan menghindari
konflik di keluarga

3.6 IMPLEMENTASI

Diagnosa / Tanggal Jam implementasi


masalah
Diagnosa : 16 maret 10. 30 1Menjelaskan hasil pemeriksaan
Ny Khanza usia 2022 wib pada pasien agar pasien bahwa
27 tahun dengan bentuk uterusnya retrofleksi
infertlitas primer sehingga sperma yang masuk sulit
bertemu dengan sel telur dan tidak
terjadi kehamilan.
2. Menjelaskan kepada pasien
pentingnya olah raga dalam
memperoleh vitalitas yang

3.Menjelaskan pada pasien


makanan-makanan apa saja yang
dapat meningkatkan kesuburan yaitu
makanan yang banyak mengandung
protein seperti daging serta
mengandung vitamin E contohnya

32
kecambah.

4. Menjelaskan teknik berhubungan


yang benar yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi pasien saat
ini yaitu saat berhubungan bokong
istri harus diganjal bantal agar
sperma yang masuk bisa sampai ke
mulut rahim. Atau dengan posisi
Doggy Style (dari arah belakang)
sehingga sperma tidak akan keluar
lagi. Setelah itu jangan langsung
tidur/berdiri, namun tetap berada
dalam posisi sujud sekitar 20-30
menit.
5.Berikan reinforcement kepada
pasutri supaya mereka mempunyai
harapan yang realistis pada setiap
sesi pengobatan

6. Menganjurkan pasien datang lagi


bila masih ada keluhan.

7. Melakukan kolaborasi dengan


dokter spesialis.
Masalah : cemas 10 10.30 1. Meyakinkan pasien bahwa semua
september wib masalah pasti ada solusinya yang
2020 penting kita berusaha dan berdoa

2. Memberi dukungan kepada


pasien. Jika tetap berusaha dan
berdoa InsyaAllah akan bisa hamil.

3. Menganjurkan agar lebih


mendekatkan diri pada Tuhan Yang
Maha Esa,

4. Mengajarkan untuk lebih lapang


dada dalam menerima tanggapan
dari keluarga dan tetap membina
hubungan yang baik dengan suami
ataupun keluarga lainnya.

33
3.7. EVALUASI
Tanggal :9 November 2010 jam : 9.20 WIB

Diagnosa: Ny "K" usia 27 tahun dengan infertilitas primer.

S : pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari


petugas.

O : pasien dapat mengulang kembali penjelasan petugas.

- Keadaan umum : baik

- Kesadaran : composmentis

-TTV: Tensi 110/70 mmHg

-Nadi :78 x/menit

-Suhu : 36.3°C

-RR : 20 x/menit

A :Ny "K" usia 25 tahun dengan infertilitas primer

P : kolaborasi dengan dokter spesialis

Masalah : cemas

S : pesien mengatakan sudah tidak merasa cemas dengan


keadaannya.

O : muka pasien tampak lebih tenang

A :masalah teratasi

P :intervensi dihentikan

34
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang


laki-laki atau seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan.
Penyebab infertilitas dapat berbeda baik laki-laki maupun perempuan.
Pada wanita, infertilitas dapat disebabkan akibat masalah pada vagina,
serviks ataupun uterus. Sedangkan pada laki-laki, infertilitas dapat timbul
akibat faktor pekerjaan, konsentrasi sperma yang rendah ataupun masalah
kelainan genetik maupun kekurangan hormon. Akan lebih baik jika
pasangan dapat mendeteksi dini gejala infertilitas sehingga dapat
melakukan tindakan yang lebih tepat. Begitu juga dengan proses
pencegahan maupun penanganan sebaiknya dikonsultasikan sehingga
diagnosa maupun pengobatan dapat berjalan secara optimal.

4.2 SARAN

Bagi mahasiswa Sebaiknya mahasiswa, khususnya mahasiswa


program studi kesehatan masyarakat agar dapat lebih memahami informasi
dan lebih sigap dalam menyelenggarakan upaya promotif dan preventif
mengenai infertilitas, mengingat banyak faktor dari infertilitas yang dapat
dicegah. Bagi masyarakat Akan lebih baik jika pasangan suami istri
sebelum menikah memeriksakan keadaan reproduksinya. Lalu,
perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang dapat menyuburkan alat-alat
reproduksi dan juga melakukan olahraga yang teratur serta waspada
terhadap gejala infertilitas

35
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia Y., 2010, Hipnostetri. Rileks Nyaman dan Aman saat


Hamil dan

Melahirkan, Gagas Media, Jakarta.

Bolvin J., Bunting L., Collins J.A., Nygren K.G., 2007,


International estimates of infertility prevalence and treatment-seeking:
potential need and demand forinfertility medical care, Human
Reproduction, Vol. 22, No. 6, 1506-12.

Hestiantoro A.. 2011. Infertilitas dalam Anwar M. Baziad A.


Prabowo RP.

editor. Ilmu kandungan edisi Ketiga, PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

Kumalasari, I. 2012, Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Kusmiran, E., 2011, Kesehatan reproduksi Remaja dan Wanita,


Salemba Medika. Jakarta.

Manuaba L.B.G.. 2010, Ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan


KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2, EGC, Jakarta.

Prawirohardho S.. 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka,


Jakarta. Wiknjosastro H, Saifudin A, Rachimhadhi T. 2011, Ilmu
Kebidanan, Ed isi 5. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai