Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL

STUDENT CENTERED LEARNING

Tutor : Thresya Febrianti, SKM, M. Epid

Kelompok 3 :

1. PUTRI RISA SONIA (2016710023)


2. HOLIS TIAWATI (2016710044)
3. SYAFAATURROSIDA (2016710005)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Student
Centered Learning (SCL) yang melingkupi mata Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Ucapan terimaksih kami sampaikan kepada Ibu Thresya Febrianti, SKM, M.
Epid selaku Tutor SCL yang telah membimbing kami, dan tak lupa kami sampaikan
Terimakasih kepada Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan serta
perhatian, motivasi dan do’a setiap saat, serta semua pihak yang membantu kami hingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari, dalam laporan hasil SCL ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan.Hal ini disebabkan terbatasnnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
yang kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami
dengan menyediakan data atau sumber informasi, memberikan masukan pemikiran.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan hasil SCL ini di di waktu yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cirendeu, 26 November 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I SKENARIO ..........................................................................................................1

BAB II PENDAHULUAN ................................................................................................ 3

BAB III KATA SULIT DAN KATA KUNCI ..................................................................4

BAB IV MAIND MAPPING ........................................................................................... 6

BAB V TUJUAN PEMBELAJARAN .............................................................................7

BAB VI POHON MASALAH ......................................................................................... 8

BAB VII PEMBAHASAN ................................................................................................ 9

PERTANYAAN ......................................................................................................9

JAWABAN ..............................................................................................................9

1. DEFINISI DERMATITIS.......................................9
2. FAKTOR RISIKO GANGGUAN MUSKULOSKELETAL.........................9
3. GEJALA GANGGUAN MUSKULOSKELETAL ......................................14
4. JENIS-JENIS GANGGUAN MUSKULOSKELETAL................................15
5. DAMPAK GANGGUAN MUSKULOSKELETAL.....................................17
6. PENANGGULANGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL...............18

BAB VII PENUTUP.......................................................................................................21


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................22

ii
BAB I

SKENARIO KASUS 3

Penyakit akibat kerja (PAK) merupakan masalah penting di dunia, termasuk


Indonesia. International Labour Organization(ILO) pada tahun 2013 menyatakan
bahwa 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja setiap 15 detik. Kecelakaan kerja dan
PAK menjadi beban kesehatan dan ekonomi di Indonesia karena bukan hanya
membutuhkan pelayanan dan biaya kesehatan, namun juga menurunkan produktivitas
para pekerja di Indonesia.
Hasil penelitian dalam jurnal Fertility and Sterility menyatakan bahwa para
pekerja industri pabrik di Cina yang terpapar zat kimia plastik memiliki jumlah sperma
lebih sedikit dibandingkan dengan pria yang tidak terpapar zat tersebut. Penelitian ini
menguatkan riset sebelumnya yang menyebutkan BPA memengaruhi perkembangan
seksual bayi laki-laki.
Penelitian di Cina tersebut melibatkan 130 buruh pabrik yang setiap hari bersentuhan
langsung dengan barang-barang yang mengandung Bisphenol A(BPA). Kesehatan
mereka dibandingkan dengan 88 buruh yang tidak terpapar BPA. Jumlah sperma yang
sedikit ditemukan pada para pekerja yang paling banyak terpapar BPA. Sedikitnya
jumlah sperma akan menyebabkan kemandulan atau infertilitas pada pria. Berita
menyatakan bahwa bahan kimia ini bekerja seperti hormon seks wanita, yaitu estrogen
dan mengganggu hormon androgen.
BPA sendiri tersebar dalam barang-barang yang sering kita pakai, seperti dalam
kemasan plastik, botol minuman, atau barang-barang rumah tangga. Kesadaran akan
bahaya BPA ini membuat banyak negara melarang penggunaan BPA. Untuk
mengurangi paparan BPA, pastikan kemasan plastik yang dibeli terbebas dari zat kimia
yang ditandai dengan angka 7 dalam simbol daur ulang.
Olloto dkk (2012) menyebutkan bahwa infertilitas lebih banyak ditemukan pada
wanita karir. Dalam penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa 72% wanita infertil
merupakan wanita karir dan sisanya wanita tidak bekerja atau yang kita kenal dengan
istilah ibu rumah tangga. Beberapa jenis pekerjaan memungkinkan adanya ekspos
terhadap bahan kimia dan lingkungan tertentu yang juga bisa memengaruhi kesuburan.
Pekerjaan kantor atau yang berhubungan dengan menyetir jarak jauh dalam
waktu lama, secara teori dapat memengaruhi produksi sperma. Ini bisa juga terjadi
apabila Anda bekerja dengan laptop di pangkuan Anda dalam waktu yang lama. Meski
demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan langsung antara duduk yang
lama dan kesuburan laki-laki.
Beberapa pestisida yang digunakan di peternakan, kehutanan, dan bidang agraris
lainnya dianggap memiliki efek yang sama seperti estrogen. Hal ini ada hubungannya
dengan kualitas sperma yang buruk, yang bisa menyebabkan potensi penurunan
kesuburan. Meski begitu, belum ada studi khusus yang membuktikan efek mayor
pestisida terhadap kesuburan laki-laki.
Solven dan hidrokarbon yang digunakan di plastik, produk cat, dan percetakan
diyakini memiliki hubungan dengan jumlah sperma yang rendah dan naiknya tingkat
abnormalitas sperma. Solven yang disebut glikolester telah terbukti berpengaruh pada
produksi sperma sehat. Beberapa penelitian telah membuktikan efek timbal, mangan,
dan merkuri terhadap kesehatan sperma dan jumlah sperma yang menurun. Sistem
reproduksi manusia dirancang sensitif terhadap radiasi, karena efek radiasi yang buruk

3
terhadap kesuburan laki-laki dan perempuan. Pekerjaan yang meliputi paparan sinar X
secara rutin dapat meningkatkan risiko sperma abnormal atau mengurangi jumlah
sperma Berikut beberapa zat berbahaya yang dapat memengaruhi kesuburan Anda:

4
BAB II

PENDAHULUAN

5
BAB III

KATA KUNCI DAN KATA SULIT

A. KATA SULIT
B. KATA KUNCI
INFERTILITAS

6
BAB IV
MIND MAPING

7
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Diketahui definisi dari Infertilitas


2. Diketahui Epidemiologi dari Infertilitas
3. Diketahui Klasifikasi Infertilitas
4. Diketahui Faktor Risisko Infertilitas
5. Diketahui Gejala Infertilitas
6. Diketahui dampak Infertilitas
7. Diketahui diagnosis Infertilitas
8. Diketahui Tatalaksana Infertilitas

8
BAB VI
POHON MASALAH

9
BAB VII
PEMBAHASAN

A. PERTANYAAN
1. Apa definisi Infertilitas ?
2. Bagaimana Epidemiologi dari Infertilitas ?
3. Apas saja Klasifikasi Infertilitas ?
4. Apa saja Faktor Risiko Infertilitas ?
5. Apa saja gejala Infertilitas
6. Apa dampak Infertilitas ?
7. Bagaimana diagnosis Infertilitas ?
8. Apa Tatalaksana Infertilitas ?

B. JAWABAN
A. Definisi Infertilitas

B. Epidemiologi Infertilitas
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pasangan
infertil sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada pria, sedangkan
64% berada pada wanita. Hal ini dialami oleh 17% pasangan yang sudah
menikah lebih dari 2 tahun yang belum mengalami tanda-tanda kehamilan
bahkan sama sekali belum pernah hamil. WHO juga memperkirakan sekitar
50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki masalah infertilitas, dan
setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (WHO, 2011). Infertilitas
terjadi lebih dari 20% pada populasi di indonesia, dan dari kasus tersebut
terdapat 40% pada wanita, 40% pada pria dan 20% pada keduanya dan ini
yang menyebabkan pasangan suami istri tidak mendapat keturunan.
Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat akan mendapat pembuahan
dalam 1 tahun (Kemenkes, 2007). Penduduk di Indonesia kurang lebih
sebesar 175.000.000 jiwa dengan jumlah PUS 29.976.000 jiwa.
Di Indonesia kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34
tahun,meningkat 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44
tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah
selama 12 bulan 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena
infertilitas pada wanita, dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui
penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas
sebanyak 524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS (Syamsiah, 2010)

10
Menurut penelitian Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) di Jakarta, 36% infertilas terjadi pada pria dan 64% terjadi pada
wanita. Penelitian lain menunjukan di angka kejadian infertilitas wanita
terjadi sekitar 2 15% pada usia produktif (30-34 tahun), meningkat sampai
dengan 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun (PERSI,
2015)
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama
wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid
yang teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan
bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel
telur akan mengalami penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi
wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis
setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur
berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun,
usia 25 – 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun.

C. Klasifikasi Infertilitas

D. Faktor Risiko Infertilitas


1. Masalah Reproduksi
Masalah pada sistem reproduksi menyebabkan masalah yang mengarah
pada infertilitas sekunder, seperti pada perempuan yang melahirkan
dengan operasi caesaryang dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengarah pada penyumbatan tuba.
1. Faktor Perempuan
Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu :
1) Gangguan Ovulasi
seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi ovarium
primer Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus haid, yaitu amenore
primer atau sekunder. Namun tidak semua pasien infertilitas
dengan gangguan ovulasi memiliki gejala klinis amenorea,
beberapa diantaranya menunjukkan gejala oligomenorea.
2) Gangguan Tuba dan Pelvis

11
Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia,
Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis. Endometriosis
merupakan penyakit kronik yang umum dijumpai. Gejala
yang sering ditemukan pada pasien dengan endometriosis
adalah nyeri panggul, infertilitas dan ditemukan pembesaran
pada adneksa.
3) Gangguan uterus, termasuk mioma submukosum, polip
endometrium, leiomyomas, sindrom asherman
2. Faktor Laki-laki
Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki, dan
setidaknya sebesar 30-40% dari infertilitas disebabkan oleh faktor
laki-laki, sehingga pemeriksaan pada laki-laki penting dilakukan
sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas. Fertilitas laki-laki dapat
menurun akibat dari:
1) Kelainan urogenital kongenital atau didapat
2) Infeksi saluran urogenital
3) Suhu skrotum yang meningkat (contohnya akibat dari
varikokel)
4) Kelainan endokrin
5) Kelainan genetik
6) Faktor imunologi
2. Gaya hidup
Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami
gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi
estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria
yang gemar mengenakan celana ketat juga dapat mengalami ganguan
pada motilitas sperma.
3. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya
bagi kesuburan seorang perempuan maupun laki-laki. Setidaknya
terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia yang berhubungan dengan
pekerjaan yang telah teridentifikasi, namun efeknya terhadap

12
kesuburan, 95% belum dapat diidentifikasi. Bahan yang telah
teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan diantaranya panas,
radiasi sinar-X, logam dan pestisida.
1) Efek terhadap keseburan Laki-laki

2) Efek terhadap kesuburan perempuan

13
a) Usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama
wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami
haid yang teratur, kemungkinan mengalami kehamilan sangat besar.
Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung
telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan.
Bertambahnya usia pada pria juga menyebabkanpenurunan kesuburan.
Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya,
akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun.

E. Gejala Infertilitas

F. Dampak Infertilitas

7. Diagnosis Infertilitas

8. Tatalaksana Infertilitas

BAB VIII

PENUTUP

KESIMPULAN

14
DAFTAR PUSTAKA

Afifa Adilah. 2012 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis


Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu. Semarang:UNDIP
Hudyono, J. 2002. Dermatosis Akibat Kerja. Jakarta : Majalah Kedokteran Indonesia
Nuraga, W. et al,. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis
Kontak Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan

15
Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Jakarta: Makara
Kesehatan

Tanto, Chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta:
Penerbitan Media Aesculapius FKUI.
Trihapsoro. 2003. DermatitisKontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji
Adam Malik Medan. Medan
Baughman, Diane C, JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan medikal-bedah: Byku saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC

Djatmiko, Riswan D. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta Deepublish

Dinar, Viera.R.M.2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis


Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Salon Di Kelurahan Pahoman Bandar
Lampung.Lampung: FK Universitas Lampung
Retnoningsih, Arie. 2017. Analisis Faktor-Faktor Kejadian Dermatitis Kontak Pada
Nelayan. Semarang: UNIMUS

16

Anda mungkin juga menyukai