Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan dan
Neonatal yang dibimbing oleh
Nurulicha, SST,M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Imas Indan Purwanti
2. Imas Masidah
3. Intan Fadilah Azizah
4. Laela Phytaloka Ramdhani
5. Lina Yuliana
6. Milawati Handayani
7. Nela Maya Layalie
8. Neneng Elvira
9. Nia Kurniawati
10. Nina Rismawati
11. Nining Suryani

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESESHATAN MITRA RIA HUSADA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS”.
Dalam menyusun makalah ini penulis memperoleh bimbingan dan arahan,
sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak
pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yaitu
pada IbuNurulicha, SST,M.Keb selaku dosen pengampu Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan dan Neonatal, dan teman-teman satu kelompok
yang selalu memberi dorongan dan semangat.
Makalah ini mungkin jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan
saran yang bersifat membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Jakarta, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
a. Latar Belakang ...........................................................................1
b. Tujuan dan Manfaat....................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2
a. Pengertian Infertilitas................................................................2
b. Penyebab Infertilitas.................................................................3
c. Pemeriksaan Infertilitas............................................................6
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infertil...............................10
e. Masalah yang Timbul pada Infertilitas.....................................12
f. Manajemen kebidanan pada infertilitas ……………………...14
BAB III PENUTUP ........................................................................................14
a. Kesimpulan...............................................................................14
b. Saran.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 pasangan suami istri di
inonesia sekitar 12% atau sekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan baru
sekitar 50% dari pasangan tersebut yang berhasil ditolong untuk menangani
masalah infertile dia selebihnya harus mengadopsi atau hidup tanpa seorang
anak.
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ±
50% pasangan infertilitas untuk memperoleh anak. Dimasyarakat kadang
infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
anak atau “kemandulan” pada kenyataannya di bidang reproduksi, infertilitas
diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan,
jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya adalah : faktor tuba fallopi (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi
33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal
ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pasa perempuan disebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Infertilitas masih menjadi masalah sebagian pasangan suami istri, hal ini
dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan seorang anak masih kecil.
Di Indonesia masih langka sekali dokter yang berminat dalam ilmu
infertilitas. Faktor kurangnya pengetahuan tentang kesuburan dan infertil juga
menjadi penyebab masih tingginya angka infertilitas. Selain itu, faktor-faktor
seperti kesehatan, lingkungan, gizi dan status ekonomi juga menjadi faktor
yang mempengaruhi.
B. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai infertilitas, dan
mengetahui manajemen kebidanan pada infertilitas.
b. Manfaat
1. Menambah pengetahuan pembaca tentang infertilitas.
2. Mengetahui cara pemeriksaan pada infertilitas.
3. Mengetahui masalah yang timbul dari infertilitas.
4. Mengetahui manajemen kebidanan pada infertilitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infertilitas
Sebelum membahas lebih jauh tentang infertilitas, terlebih dahulu harus
dipahami beberapa istilah yang sering disalahartikan oleh awam. Di bidang
reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan suatu pasangan
untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan (dr. Gatot Sugiharto). Untuk pengertian yang terakhir kita
kenal dengan kemandulan (sterilitas). Contoh, seorang laki-laki yang telah
dikebiri (dikastrasi), atau seorang wanita yang rahimnya telah diangkat sudah
tentu dikatakan mandul/steril. Sebaliknya pasangan yang subur disebut Fertil.
Sebagian pasangan yang baru menikah berharap secepat mungkin
mendapat keturunan, sebagian menunda karena alasan tertentu. Terlepas dari
hal tersebut, hampir semua pasangan mulai gelisah ketika kehamilan yang
dinanti-nantikan tak kunjung datang. Namun kegelisahan tersebut mungkin
berlebihan bila usia pernikahan baru menginjak 2 atau 3 bulan. Statistik
menunjukkan bahwa hanya 32,7% pasangan langsung hamil dalam bulan
pertama, 57,8% hamil dalam 3 bulan, dan 72,1% dalam 6 bulan masa
pernikahan. Menginjak tahun pertama (12 bulan) angka tersebut naik menjadi
85,4%. Atas dasar pertimbangan itulah maka suatu pasangan baru dikatakan
infertile apabila setelah 12 bulan menikah, dengan frekuensi hubungan
seksual yang wajar belum ada tanda kehamilan. Frekuensi hubungan seksual
penting karena mempengaruhi kemungkinan kehamilan. Contoh, suatu
pasangan yang suaminya bekerja sebagai pelaut dan berlayar selama berbulan-
bulan, belum dapat dikatakan infertile bila istrinya tidak hamil dalam kurun
waktu 1 tahun.
Infertilitas berarti juga telah melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun
belum berhasil hamil, dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan
anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas
adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan
kelahiran anak hidup. Agar seorang istri dapat hamil dilakukan penyelidikan
pada pasangan infertil.
Syarat untuk menjadi hamil (Manuaba, 2001)
a. Uterus, endometrium normal
b. Siklus menstruasi normal
c. Tuba anatomis dan fisiologis normal
d. Suaminya: - Analisis sperma normal
- Kemampuan melakukan tugas suami normal

B. Penyebab Infertilitas
Penting diketahui bahwa kesuburan (fertilitas) dipengaruhi banyak factor,
setidak-tidaknya ada 5 faktor penting:
1. Usia
Untuk pria puncak kesuburan adalah usia 24-25 tahun, dan 21-24 tahun
untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan
setelahnya berangsur menurun.
2. Frekuensi hubungan seksual
Telah dijelaskan diatas.
3. Lingkungan
Baik fisik, khemis maupun biologis (panas, radiasi, rokok, narkotik,
alcohol, infeksi, dll).
4. Gizi dan Nutrisi
Terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu.
5. Stress psikis
Menggangu siklus haid, menurunkan libido dan kualitas spermatozoa, dll.
Penyebab infertilitas dapat digolongkan atas dasar anatomi organ dan atau
fungsinya.
1. Penyebab pada Laki-laki
a. Kelainan Anatomi
Hypo-epispadia (kelainan letak lubang kencing), micropenis (penis
sangat kecil), Undescencus Testis (testis masih dalam perut/ lipat
paha), dll.
b. Gangguan Fungsi
Disfungsi Ereksi berat (Impotensi), Ejakulasi Retrogade (Ejakulasi
balik), dll.
c. Gangguan spermatogenesis
Oligo/terato/asthenozoospermia (kelainan jumlah, bentuk, gerak
sperma).
d. Lain-lain
Hernia Scrotalis (Hernia berat sampai ke kantung testis), Varikokel
(varises pembuluh darah balik testis), Imunologis, Infeksi, dll.
Penyebab kemandulan pada Laki-laki
a. Gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan
sedikit atau tidak sama sekali.
b. Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan
membuahinya. Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk
sperma yang tidak normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.
Penyebab risiko kemandulan pada laki – laki :
a. Suka minum alkohol.
b. Suka menggunakan narkoba.
c. Polusi udara.
d. Merokok.
e. Masalah kesehatan lainnya.
f. Obat – obatan yang tidak jelas.
g. Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.
h. Umur.
2. Penyebab pada Wanita
a. Faktor Vagina
Vaginismus (kejang otot vagina), Vaginitis (radang/infeksi vagina),
dll.
b. Faktor Uterus (rahim)
Myoma (tumor otot rahim), Endometritis (radang sel, lendir rahim),
Endometriosis (tumbuh sel, gender rahim bukan pada tempatnya),
Uterus bicornis, arcuatus, asherman’s syndrome, retrofleksi (kelainan
bentuk dan posisi rahim), Prolap (pemburutan, penyembulan rahim ke
bawah).
c. Faktor Cervix (Mulut Rahim)
Polip (tumor jinak), Stenosis (kekakuan mulut rahim), Non Hostile
Mucus (kualitas lendir mulut rahim jelek), Anti Sperma Antibody
(antibody terhadap sperma), dll.
d. Faktor Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Pembuntutan, penyempitan, perlengketan saluran telur (bisa karena
infeksi atau kelainan bawaan).
e. Faktor Ovarium (Indung Telur)
Tumor, Cyste, gangguan menstruasi (Amenorhoe, Oligomenorhoe
dengan/tanpa ovulasi). Organ ini berinteraksi dengan pusat pengendali
hormone di otak (Hypothalamus atau Hipofisis) dalam mengatur siklus
menstruasi.
f. Faktor Lain
Prolactinoma (tumor pada Hipofisis), Hiper/hypotroid (kelebihan/
kekurangan hormone tiroid), dll.
Penyebab Kemandulan pada Wanita
Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah
gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur
yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan
ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita adalah :
a. Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi,
endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
b. Gangguan fisik rahim.
c. Umur.
d. Stress.
e. Kurang gizi.
f. Terlalu gemuk dan terlalu kurus.
g. Merokok.
h. Alkohol.
i. Penyakit menular seksual.
j. Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan
hormon.
Epidemiologi penyebab Infertilitas
a. 30 - 35% berasal dari pihak suami
b. 60 – 65% berasal dari pihak istri dengan rincian:
 Faktor tuba 50%
 Faktor ovarium 15 – 20%
 Faktor uterus 8 – 10%
c. Faktor Psikologis 8%
d. Faktor yang tidak diketahui 10%

C. Pemeriksaan Infertilitas
Mengingat begitu banyak dan beragamnya kemungkinan penyebab
infertilitas, sangat dianjurkan baik suami dan istri memeriksakan terlebih
dahulu untuk mencari penyebabnya. Tidak semua kasus dapat dibantu dengan
pengobatan, beberapa diantaranya (kelainan anatomi dan bentuk) perlu
dilakukan tindakan. Untuk pria pemeriksaan yang dilakukan lebih sederhana,
yang terpenting adalah pemeriksaan fisik dan analisa sperma. Sedangkan pada
wanita memang lebih rumit, kadang diperlukan pemeriksaan laboratorium
(darah, kencing, kadar hormone) dan radiologist (USG, HSG), bahkan
terkadang perlu tindakan operatif (laparaskopi) untuk mencari/mengobati
penyebabnya. Menjaga kebugaran tubuh sangat penting untuk kesuburan,
disamping makanan bergizi tinggi, terutama kaya akan proein dan vitamin.
Menghindari rokok, alcohol dan narkotik sangatlah bijaksana. Apabila ada
masalah dalam hubungan seksual atau kesulitan menentukan masa subur,
konsultasikan dengan dokter.
Perkembangan penanganan pasangan infertilitas telah maju sehingga
memudahkan untuk mendapatkan kehamilan:
a. Melakukan anamnesa suami istri:
 Bersama-sama
 Masing-masing
b. Pemeriksaan fisik:
 Istri: tanda seks sekunder:
- Pemeriksaan ginekologi
- Pemeriksaan laboratorium
 Suami
- Konsultasi pada ahli urologi
- Laboratorium:
- Laboratorium dasar
- Sperma analisis:
∴ Obstinensia 3 – 5 hari
∴ Dua kali interval 2 – 3 bulan
c. Pemeriksaan secara mnyeluruh, sebaiknya sudah dapat menetapkan sebab
infertilitas dalam tiga bulan (tiga siklus menstruasi), dengan ketentuan
suami dalam batas normal.
d. Pemeriksaan tambahan yang dianggap penting:
 Biopsi endometrium: hari pertama menstruasi
 Histerosalfingografi
 Histeroskopi
 Laparaskopi/Laparotomi:
- Mengetahui keadaan ovarium: folikel graaf atau korpus luteum
- Mengetahui factor peritoneum
- Melepaskan perlekatan
- Tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan,
yaitu :
1. Uji Pascasenggama
Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama
dikenal di seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima
secara seragam. Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya
standarisasi cara melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk
melakukannya pada tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum
meningkatnya suhu basal badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada
kesepakatan berapa hari abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun
kebanyakan menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat
kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut
kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8
hari. Sebagaimana telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat sampai pada
lendir serviks segera setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya
sampai 8 hari. Menurut Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya
kalau dilakukan dalam 8 jam setelah senggama. Perloff melakukan
penelitian pada golongan fertil dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada
perbedaan hasil yang antara kedua golongan itu kalau pemeriksaannya
dilakukan lebih dari 2 jam setelah senggama. Jika kesimpulan ini benar,
maka uji pascasenggama dilakukan secepatnya setelah senggama. Davajan
menganjurkan 2 jam setelah senggama, walaupun penilaian secepat itu
tidak akan sempat menilai ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir
serviks.
2. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah
digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam
fisiologik, atau gas CO2.
Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :
a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.
b. Riwayat abortus habitualis.
c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa.
d. Perdarahan abnormal dari uterus.
e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter
sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.
3. Pemeriksaan Hormonal
Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan
dengan nilai normal masing – masing laboratorium.
Pemeriksaan FSH berturut – turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak
selalu mudah, karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali
pada tengah – tengah siklus haid (walaupun masih kurang nyata
dibandingkan dengan puncak LH). Pada fungsi ovarium tidak aktif, nilai
FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tingkat
hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan
kelainan primernya pada ovarium.
4. Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari
selaput lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium
(estrogen dan progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan
tidak menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada
seluruh siklus haid.
Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik
yang khas pada fase proliferasi.
b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik
pada fase luteal lanjut.
c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik
ovulasi yang khas.
d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak
berovulasi.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infertil


1. Pada Perempuan
a. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium
yang menyebabkan :
1. Kegagalan ovulasi.
2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4. Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi
spermatozoa mencapai uterus.
b. Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira
sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat
disebabkan:
1. Kelainan kongenital.
2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
c. Faktor Lokal
Keadaan – keadaan seperti :
1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak
sperma.
3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi
pertemuan sperma atau ovum.
2. Pada Laki – Laki
a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan
seminel.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa
defek kepala (caput) atau ekor (cauda) yang spesifik. Keadaan ini
mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau
suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat
ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar
glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH –
nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Obstruksi
1. Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit
peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran
basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,
infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan
penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis
sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.
2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
3. Alkoholisme kronik.
d. Faktor Sederhana
Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana
jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan
ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar (panas) yang tidak
menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
E. Masalah yang Timbul pada Infertilitas
1. Masalah air mani pada laki – laki
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam
tabung gelas bersih yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah
abstinensi 3 – 5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di
rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam
setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu,
yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian
motilitas spermatozoa.
Karakteristik air mani :
a. Koagulasi dan likuefaksi.
b. Viskositas.
c. Rupa dan bau.
d. Volume.
e. PH.
f. Fruktosa.
2. Masalah Serviks pada Perempuan
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya
dalam reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims
pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks
dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama,
dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer
memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan
siklus haid.
Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga
berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya
yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang
disampaikan pada forniks posterior.
Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar
yang mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai
silia yang mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti
itu memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari
kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya penyampaian spermatozoa
ke dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu
lama.

F. Manajemen Kebidanan pada Infertilitas


1. Nasihat untuk pasangan infertil
Bidan dapat memberikan nasihat kepada pasangan infertile, diantaranya:
a. Meminta pasangan infertile mengubah teknik hubungan seksual
dengan memperhatikan masa subur.
b. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
c. Menghitung minggu masa subur.
d. Membiasakan pola hidup sehat.
2. Pengobatan
a. Terapi Oklusi
Disini suami menggunakan kondom selama 6-9 bulan bila istri
mempunyai bukti faktor imunologis sebagai penyebab infertilitasnya.
Ada yang menganjurkan 6-12 bulan. Tujuannya adalah untuk
mengurangi titer antibody antisprematozoa dengan mencegah
pengulangan stimulasi antigenic. Uji imunologi harus di ulang setiap
3 bulan sehingga menjadi negative atau titernya menjadi 1:4 atau
kurang. Terapi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan istri
yang mempunyai antibodi antisperma dalam serumnya. Terapi ini
lebih rasional bila diberikan pada pasien dengan adanya faktor
imunologik local (lendir serviks). Franklin dan Dukes melaporkan
bahwa kondom efektif untuk beberapa pasien. Tetapi menurut Aiman
tidak ada bukti yang meyakinkan untuk pemakaian kondom ini.
b. Inseminasi Intrauterin
Inseminasi Intrauterin terutama diberikan bila terbukti adanya
antibody antisperma local pada lender serviks yang menyebabkan
kegagalan penetrasi lender serviks oleh sperma. Memang indikasi
inseminasi ini masih kontoversi karena beragamnya hasil yang
dilaporkan. Angka keberhasilan dengan metode ini berkisar antara
20-30%. Francavilla dkk dalam penelitiannya tidak berhasil
melakukan inseminasi intrauterine dimana spermatozoa yang
diberikan semuanya berkaitan dengan antibodi. Sedangkan Rojas
dalam penelitiannya terhadap 41 orang yang dilakukan inseminasi
dengan menggunakan sperma yang dicuci hanya mendapatkan
insidens antibody antisperma (+) pada 2 pasien (4,8%).
c. Terapi Imunosupersif/Kortikosteroid
Terapi Imunosupersif/Kortikosteroid dapat diharapkan menurunkan
produksi ASA. Suami diberikan 20 mg prednisolone selama 10 hari
pertama sesuai siklus istri dan 5mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3
siklus, ada juga peneliti yang menggunakan metilprednisolon.
Lahteenmaki membandingkan efektifitas pemberian prednisolon oral
dengan inseminasi intrauteri pada 46 pasangan dengan antibodi
antisperma (+) pada suami. Suami diberi prednisolone 20mg/hari
selama 10 hari ditambah 5mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3 siklus.
Namun pada penelitian ini ia berkesimpulan bahwa inseminasi lenih
baik dibandingkan terapi steroid pada suami.
Penelitian lain yaitu membandingkan 30 pasangan dengan antibodi
antisperma suami positif yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama diberikan steroid oral selama 4 bulan dan dilakukan
inseminasi, sedangkan kelompok kedua diberikan steroid selama 4
bulan dan diberikan jadwal hubungan suami istri. Steroid yang
diberikan yaitu prednisolone selama 4 bulan dan diberikan jadwal
hubungan suami istri.steroid yang diberikan yaitu prednisolone
selama 10 hari pertama siklus istri dan 10 mg pada hari ke 11 dan 12.
Didapatkan tingkat kehamilan pada kelompok pertama sebesar 39,4%
dan kelompok kedua 4,8%. Memang disini masih belum jelas apakah
faktor steroid berperan dalam tingginya tingkat kehamilan karena
masih ada faktor lain yaitu keadaan superovulasi, bypass terhadap
lender serviks atau perbaikan lingkungan uterus. Beberapa efek
samping pemakaian imunosupresif ini antara lain nekrosis aseptic
sendi paha, kambuhnya ulkus duodenal.

d. Pencucian Spermatozoa
Metode ini merupakan salah satu metode menghilangkan antibodi
antisperma yang terikat pada sperma. Disini sperma dari suami di
cuci beberapa kali dengan buffer fisiologik yang ditambah
serum/albumin manusia 5-10%. Spermatozoa yang telah dicuci
diinseminasi kekanalis servikalis atau kavum uteri istri. Kualitas
sperma yang baik penting sekali dalam metode ini.
e. Penggunaan Heparin dan Aspirin
Pada keadaan infertilitas yang disebabkan adanya faktor autoimun
dimana didapatkan antibodi antifosfolipid beberapa peneliti
menggunakan heparin dan aspirin sebagai obat yang digunakan.
Tingkat kehamilan sebanyak 49% pada kelompok terapi dan hanya
16% pada kelompok pada non terapi. Penggunaan heparin dan aspirin
saja. Angka kehamilan 44% pada kelompok aspirin dan 80% pada
kelompok aspirin ditambah heparin. Menggunakan aspirin 100mg
perhari mulai 1 bulan sebelum konsepsi sampai selama kehamilan
dapat meningkatkan angka keberhasilan kehamilan dari 6,1% sampai
90,5%.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Fertilitas ialah
kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup
dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah fungsi
satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
Agar seorang istri dapat hamil dilakukan penyelidikan pada pasangan infertil.
Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0%
dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam
24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah
2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan,
makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru
menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak
itu telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
Penyebab infertilitas pada perempuan yaitu gangguan ovulasi. Bila ovulasi
tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda
wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan
haid yang tidak ada sama sekali. Sedangkan penyebab infertilitas pada laki-
laki yaitu gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan
sedikit atau tidak sama sekali.
Pemeriksaan Infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan uji pascasenggama, histeroskopi, pemeriksaan hormonal, sitologi
vaginal hormonal.

B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa bisa memahami betul pengertian dari
Fertilitas, penyebabnya, cara pemeriksaannya, dll.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan tangan terbuka dan rendah
hati mengharap adanya saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kandungan. Jakarta,


2002.
2. Sylvia Verallis. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta,
1997.
3. Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, 1999.

Anda mungkin juga menyukai